RANCANG BANGUN PERALATAN DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN BAHAN DASAR DAUN NILAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN PERALATAN DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN BAHAN DASAR DAUN NILAM"

Transkripsi

1 Tugas Akhir RANCANG BANGUN PERALATAN DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN BAHAN DASAR DAUN NILAM Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1 Jursan Teknik Mesin Disusun Oleh : RUDI TAHIYAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2007

2 LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Rudi Tahiyan Nim : Jurusan Fakultas Judul Tugas Akhir : Teknik Mesin : Teknologi Industri : Rancang Bangun Peralatan Destilasi Minyak Atsiri dengan Bahan Dasar Daun Nilam Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini Adalah benar hasil karya saya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya atas perhatiannya saya ucapkan Trima Kasih. Jakarta 23 agustus Penulis

3 LEMBAR PENGESAHAN Rancang Bangun Peralatan Destilasi Minyak Atsiri dengan Bahan Dasar Daun Nilam Nama : Rudi Tahiyan Nim : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh: Mengetahui Pembimbing 1 Pembimbing 2 ( Nanang Ruhyat. St) ( Ir.Ariosuko Dh) Koordinator Tugas Akhir (Nanang Ruhyat. St)

4 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Syukur alhamdilillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, serta tidak lupa salawat dan salam pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat, para pengikut beliau yang setia pada akhir jaman. Laporan tugas ini berawal dari pemikiran penulis tentang bagaimana cara meningkatkan produksi penyulingan minyak nilam pada home Industri sekala kecil/lab dan menengah, dan bagaimana cara meningkatkan kualitas dari minyak nilam tersebut, supaya bisa melakukan secara mudah dan ekonomis, Berdasarkan hal tersebut maka penulis coba melakukan perbandingan hasil pengujian terhadap beberapa jenis bentuk dan material pemindah kalor pada alat destilasi minyak pohon nilam. Dengan Pengetahuan yang penulis miliki dari Universitas Mercu Buana dan juga pengamatan penulis dari berbagai industri skala kecil, Penulis berharap hasil dari beberapa perbandingan hasil ppercobaan yang telah penulis lakukan nantinya dapat di aplikasikan pada industri kecil dan menengah, dan bermampaat bagi kalangan perkembangan usaha, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan perusahaan. Penyusun menyadari tidak mungkin dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa adanya petunjuk, pengarahan, bimbingan serta dorongan semangat dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan Trimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak dan Ibu (alm) tercinta dan Kaka saya yang telah memberikian moril maupun material serta dorongan yang tak pernah pudar. 2. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma selaku dekan Fakultas Teknologi Industri. 3. Bapak Nanang Ruhyat. St. MT Selaku dosen Pembimbing 1, sekaligus sebagai Koordinator Tugas Akhir ini.

5 4. Bapat Ir. Ariosuko Dh Selaku dosen pembimbing 2 Tugas akhir ini. 5. Semua Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada 6. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Khususnya Angkatan 2001 Universitas Mercu Buana. 7. Teman-teman di Scudeto Band, kita yakinkan bahwa kita bisa melangkah maju ke depan meraih cita-cita kita. 8. Teman-teman di Fron Indonesia Semesta (FIS). Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, Oleh karna itu Kritik dan Saran sangat di harapkan untuk Penyempurnaan Tugas akhir ini dalam rangka mendapatkan hasil yang baik di masa-masa yang akan datang. Jakarta 15 Agustus 2007 Penyusun

6 Abstrak Minyak atsiri merupakan minyak yang diekstrak dari tanaman yang memiliki banyak kegunaan, terutama dalam industri farmasi, kosmetik, dan aroma terapi untuk kesehatan. Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi minyak atsiri agar minyak atsiri lebih memasyarakat dan sumber daya alam dalam bidang perkebunan dapat lebih termanfaatkan. Untuk tujuan tersebut di atas, maka dibuat alat destilasi minyak atsiri skala kecil/lab dengan menggunakan bahan yang lebih murah agar terjangkau oleh masyarakat yang ingin memproduksi sendiri minyak atsiri atau melakukan percobaan-percobaan dalam rangka pengembangan proses destilasi minyak atsiri. Perbandingan jumlah minyak yang dihasilkan dengan jumlah bahan baku sangat berbanding jauh, jika bahan baku yang didestilasikan sebanyak 2 (dua) kg, maka minyak yang dihasilkan hanya 40 x 10-3 m 3 (40 ml). Dari hasil percobaan proses destiasi menggunakan alat yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa kualitas minyak tergantung dari kondisi bahan baku, kepadatan bahan baku, jenis material alat dan lamanya proses destilasi.

7 Daftar Isi Halaman LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... viii Daftar Tabel... ix Nomenklatur... x BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan... 1 I.3 Batasan Masalah... 2 I.4 Metodologi Penulisan... 2 I.5 Sistematika Penulisan... 4 BAB II DASAR TEORI... 5 II.1 Minyak Atsiri... 5 II.2 Potensi Ekonomis Minyak Atsiri (Minyak Nilam)... 5 II.3 Perkembangan Ekspor Impor Dunia... 9 II.4 Metode metode Destilasi Minyak Atsiri BAB III DESAIN TERMAL DAN PEMBUATAN ALAT III.1 DESAIN TERMAL III.1.1 Karakteristik Bahan III.1.2 Kesetibangan Massa III.1.3 Kesetimbangan Kalor III Kalor Yang Dilepaskan Uap Air III Kalor Yang Dibutuhkan untuk Menguapkan Air dan Rendemen dalan Bahan... 17

8 III Jumlah Uap Air yang Dibutuhkan per Kilogram Bahan Kering III.1.4 Desain Ketel III Kontruksi Ketel III Penentuan Luas Area Perpindahan Kalor Ketel III.1.5 Tebal Isolasi III.1.6 Desain Kondensor (Satainless Steel) III Kontruksi Kondensor III Menghitung Luasan Perpindahan Kalor Kondensor III.2 PEMBUATAN ALAT III.2.1 Komponen komponen Utama Alat III.2.2 Komponen komponen Pendukung Alat BAB IV PROSES DESTILASI DAN ANALISA IV.1 PROSES DESTILASI IV.1.1 Sumber Kalor IV Minyak Tanah IV.1.2 Bahan Destilasi IV 1.3 Langkah langkah Proses Destilasi IV Persiapan Alat IV Proses Pendidihan Air IV Proses Kondensasi IV Proses Penampungan Kondensat IV Proses Pengambilan Minyak IV.1.4 Proses Pengambilan Data Operasi IV.1 5 Data Proses Destilasi IV.2 ANALISA IV.2.1 Proses Desain Alat IV.2.2 Pembuatan Alat IV 2.3 Proses Destilasi Minyak Atsiri IV.2.4 Hasil Destilasi Minyak Atsiri... 45

9 IV.2.5 Perhitungan Ekonomis BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan V.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 53

10 Daftar Gambar Halaman Gambar 2.1 Tanaman Nilam... 8 Gambar 2.2 Nilam Kering... 8 Gambar 3.1 Ketel Uap Gambar 3.2 Tangki Bahan Baku Gambar 3.3 Penutup Ketel Uap Gambar 3.4 Pipa Ketel Uap Kondensor Gambar 3.5 Tube Kondensor Gambar 3.6 Tangki Kondensor Gambar 3.7 Pemisah Air Minyak Sederhana Gambar3.8 Nepel sok ¾, Water Mur ¾, Double Nepel ¾, Knee derat ¾ Gambar 3.9 Thacometer Gambar 4.1 Penampung Kondensat Gambar 4.2 Minyak Hasil Destilasi... 40

11 Daftar Tabel Halaman Tabel 2.1 Contoh hasil minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik Destilasi di desa Cikondang, Majalengka... 8 Tabel 2.2 Trend impor dan ekspor negara negara terbesar di Dunia Tabel 2.3 Negara negara pengimpor terbesar di dunia pada tahun Tabel 2.4 Negara negara pengeskpor terbesar di dunia pada tahun Tabel 3.1 Karakteristik bahan Tabel 3.2 Kesetimbangan Massa Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Tabel 4.1 Percobaan Tabel 4.2 Percobaan Tabel 4.3 Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel terhadap Waktu (Bahan Bakar Minyak Tanah, dengan Isolasi) Tabel 4.4 Perbandingan percobaan 1 dan

12 NOMENKLATUR Simbol Keterangan Satuan A o Luasan permukaan pipa bagian luar m² A Luasan permukaan pipa bagian dalam m² i C Kalor spesifik zat cair jenuh J/kg. C l C, m Konstanta untuk permukaan isothermal - C sf Konstanta gabungan fluida-permukaan - g Percepatan grafitasi m/s² Gr f Bilangan Grashof (pada kondisi film) - h Koefisien kondensasi rata-rata W/m². C h o Koefisien perpindahan kalor konveksi W/m². C h Koefisien perpindahan kalor kondensasi W/m². C i h Enthalpy penguapan J/kg fg k Konduksi fluida jenuh W/m². C L Panjang pipa m N u f Bilangan Nusselt (pada kondisi suhu film) - P Tekanan zat cair Pa l Pr l Angka prandtl - P Tekanan uap di dalam gelembung Pa v q / A Fluks kalor per satuan luas W/m² r Jari-jari luar pipa m o r Jari-jari dalam pipa m i Ra Bilangan Rayleigh - Rf Tahanan pengotoran - t o Suhu air pendingin keluar C t Suhu air pendingin masuk C i T Suhu dievaluasi pada kondisi film C f T Suhu permukaan solid C s t Suhu uap jenuh C s T Suhu jenuh C sat Τ Suhu dinding C w T Suhu dievaluasi pada kondisi arus bebas C

13 U Koefisien perpindahan kalor menyeluruh W/m². C o Τ Excess temperature C e T m Beda suhu rata-rata logaritmik C x Tebal dinding m µ l Viskositas zat cair kg/m.s ρ Densitas zat cair jenuh kg/m³ l ρ Densitas uap jenuh kg/m³ ν

14 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam industri makanan dan minuman, wewangian serta obat-obatan memerlukan minyak atsiri sebagai bahan pencampur yang terus berkembang penggunaannya, sejalan dengan meningkatnya industri-industri tersebut di atas. Indonesia merupakan Negara yang subur dan banyak tempat yang cocok untuk membudidayakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri kurang dikenal secara luas penggunaannya, manfaat dan juga nilai ekonomisnya. Oleh karena itu penanaman dan pengolahannya masih terkonsentrasi di beberapa daerah yang masih meliputi kelompok-kelompok tani. Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusahapengusaha yang memiliki modal besar, karena proses destilasi minyak atsiri yang memerlukan alat destilasi dengan harga yang sangat mahal, sehingga minyak atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi kecil. Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang terjangkau oleh industri rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan bagi pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat agar sumber daya alam khususnya bidang perkebunan dapat dimanfaatkan secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan pekerjaan baru yang menyerap sumber daya manusia. I.2 Tujuan Tujuan dari rancang bangun alat destilasi minyak atsiri adalah : Membuat alat destilasi minyak atsiri skala laboratorium yang dapat menjadi acuan dasar untuk pembuatan alat destilasi minyak atsiri yang lebih besar. Memproduksi alat destilasi yang dapat terjangkau oleh masyarakat. Meminimalisasi kerugian kalor yang terjadi selama proses destilasi

15 I.3 Batasan Masalah Proses desain alat destilasi minyak atsisri ini dilakukan dengan batasan masalah berdasarkan pada kondisi sebagai berikut : Proses destilasi yang digunakan adalah menggunakan media air dan uap. Tekanan yang digunakan adalah tekanan 0 gauge Bahan acuan yang akan didestilasikan menggunakan nilam kering. Uap yang berada di dalam tube kondensor dianggap uap air jenuh, karena perbandingan antara uap minyak dengan uap air sangat kecil. Kandungan minyak dianggap tersebar merata pada bahan. I.4 Metodologi Penulisan Dalam melakukan rancang bangun ini, yang dilakukan adalah literature tentang minyak atsiri, metode destilasi dan karakteristik serta komponenkomponen yang terdapat pada minyak atsiri maupun bahan yang mengandung minyak atsiri tersebut. Selanjutnya seperti yang terlihat pada bagan gambar berikut :

16 Flow Chart

17 I.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang desain, tujuan, batasan masalah, metodologi penulisan serta sitematika penulisan. BAB II DASAR TEORI Bab ini memuat informasi-informasi tentang minyak atsiri dan metode-metode proses destilasinya. BAB III DESAIN TERMAL DAN PEMBUATAN ALAT Bab ini membahas tentang tahapan-tahapan dalam proses desain termal dan menjelaskan tentang pembuatan alat destilasi minyak atsiri. BAB IV PROSES DESTILASI DAN ANALISA Bab ini membahas dan menganalisa desain termal alat destilasi dan proses destilasi serta perhitungan ekonomis alat. BAB V PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan proses destilasi dan menganalisa hasil destilasi tersebut yang berhubungan dengan proses desain yang telah dilakukan.

18 BAB II DASAR TEORI II. 1 Minyak Atsiri Minyak Atsiri (Essential Oil) dikenal dengan nama Minyak Eteris atau Minyak Terbang, adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman yang mempunyai sifat mudah menguap pada suhu tertentu tanpa mengalami dekomposisi. Pada umumnya minyak atsiri mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, larut dalam penglarut organic dan tidak larut dalam air. Tanaman penghasil minyak atsiri termasuk dalam famili Pinaceae, Labiateae, Comporiteae, Laurateae,Myrtaceae dan Umbelliferceae. Minyak atsiri bersumber dar setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar atau umbi (rizhoma), yang merupakan bahan baku untuk produk farmasi dan kosmetik alamiah di samping digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flur and fragrance ingredients). Dalam perdagangan internasional terdapat 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan, sedangkan Indonesia saat ini baru mengekspor sekitar 12 jenis minyak atsiri antara lain : Minyak Nilam (Patchouli Oli), minyak Akar Wangi (Vertiver Oil), Minyak Sereh Wangi (Cintronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil), Minyak Sereh Dapur (Lemon Grass), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil), Minyak Cendana (Sandal Wood Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Kemuskus (Cubeb Oil), dan Minyak Lada (Papper Oil). Minyak atsiri dikelompokkan pada SITC (Standar Internastional Trade Clasisification)-STIC 5513 (Essential Oil)-SITC55131 (Essential oil Citrus Fruit) dan SITC (Other Essential Oil). II. 2 Potensi Ekonomis Minyak Atsiri (Minyak Nilam) Berbicara soal komoditi ekspor nonmigas, minyak atsiri dari nilam salah satu andalan. Bahkan negara kita tercatat sebagai salah satu pengekspor minyak nilam terbesar di dunia. Meski popular di pasar internasional, anehnya minyak

19 atsiri kurang akrab di telinga kita. Apalagi masih sedikit yang mengenal sosok tanaman nilam dengan baik, padahal ini merupakan peluang bisnis yang dapat diandalkan. Nilam merupakan salah satu dari spesies tanaman penghasil minyak atsiri. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar jenis, tetapi baru sekitar 15 spesies yang diusahakan secara komersial. Tanaman nilam juga dikenal dengan nama komersil Pogostemon Patchouli atau Pogostemon Cablin Benth, atau Pogostemon Mentha. Aslinya dari Filipina, tapi sudah dikembangkan juga di Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brasil, dan Indonesia. Akibat banyak ditanam di Aceh, kemudian juga dijuluki nilam Aceh, Varietas ini banyak dibududayakan secara komersial. Daerah Istimewa Aceh, terutama Aceh Selatan dan Tenggara, masih menjadi sentra nilam terluas di Indinesia (Ditjen Perkebunan, 1997). Disusul Sumatra Utara (Nias, Tapanuli Selatan), Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah (Banyumas, Banjarnegara), dan Jawa Timur (Tulungagung). Umumnya, masih didominasi perkebunan rakyat berskala kecil. Tanaman minyak atsiri di Propinsi Jawa Barat terdapat di beberapa daerah Kabupaten, dan yang saat ini sudah berorientasi kea rah perdagangan ekspor adalah jenis minyak akar wangi (Vertiver Oil) dan minyak nilam (Patchouli Oil). Untuk minyak nilam, daerah budidaya tersebar di Kabupaten Tasikmalaya, Kuningan dan Garut. Alat destilasi minyak nilam saat ini sudah menggunakan sistem destilasi dengan menggunakan mesin yang ramah lingkungan. Varietas lainnya, Pogostemon Heyneanus, berasal dari India, juga disebut nilam Jawa atau nilam hutan karena banyak tumbuh di pulau Jawa. Ada lagi Pogostemon Hortensis, atau nilam sabun (minyak atsiri bias untuk mencuci pakaian). Banyak tertapat di daerah Banten, Jawa Barat, sosok tanamannya menyerupai nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang bernilai ekonomis tinggi, nilam bias menjadi alternative untuk meningkatkan ekspor nonmigas, terbukti minyak nilam telah tercatat sebagai penyumnbang terbesar devisa negara ketimbang minyak atsiri lainnya.

20 Volume ekspor minyak nilam periode mencapai ton, dengan nilai devisa US$ juta. Sementara data terbaru menyebutkan, nilai devisa dari ekspor minyak nilam sebesar US$ 33 juta, 50% dari total devisa ekspor minyak atsiri Indonesia. Secara keseluruhan Indonesia memasok lebih dari 90% kebutuhan minyak nilam dunia (Nuryani Y.,2001). Berdasarkan laporan Marlet Study Essential Oils and Oleoresi (ITC), produksi nilam dunia mencapai ton per tahun. Produksi Indonesia kekitar 450 ton per tahun, kemudian disusul Cina (50-80 ton per tahun). Produk minyak atsiri dunia yang didomonasi Indonesia, antara lain nilam, sereh wangi, minyak daun cengkeh, dan kenanga. Sebelum diekspor, minyak nilam biasanya ditampung oleh agen eksportir. Harga minyak nilam di pasaran local (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp ,- -Rp ,- per kg (di New York, AS $14-23,5). Negara tujuan ekspornya meliputi Singapura, India, AS, Inggris, Belanda, Francis, Jerman, Swiss, dan Spanyol. Ada kalanya petani (terutama yang tidak punya alat destilasi) menjual daun nilam dengan harga Rp.2000,- per kg (kering) atau Rp.400,- per kg (basah). Penampungnya tidak lain petani pemilik ketel destilasi. Dulu, sebelum petani mengenal alat destilasi, yang diekspor adalah daun nilam kering. Alat destilasi mulai dikenal tahun 1920-an. Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan eropa. Terutama digunakan untuk bahan baku industri pembuatan minyak wangi (sebagai pengikat bau atau fixative parfum), kosmetik, dll. Komponen utama minyak nilam (diperoleh dari destilasi daun nilam) berupa pacthoully alcohol (45-50%), sebagai penciri utama dan bahan industri kimia.

21 Tabel 2.1 Contoh hasil minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik destilasi desa Cikondang, Majalengka. Karateristik Hasil SNI Kadar air, % (v/b) 23.0 Kadar minyak, % (v/b) 2.60 Rendemen, % (v/b) 1.60 Warna Kuning Kuning muda sampai coklat Berat jenis, 25 C/25 C Indeks bias, 25 C Putaran optik (-47 )-(-60 ) Kelarutan dalam alcohol Larut 1:7.5 Larut jernih 1: % Bilangan asam, % 3.39 Maks. 10 Bilangan ester, % 1:74 Maks. 10 Patchouli alcohol, % (GC) (Sumber Pabrik destilasi desa Cikondang, Majalengka) Gambar 2.1 Gambar 2.2 Tanaman Nilam Nilam Kering Sebuah referensi menyebutkan, minyak nilam bias untuk bahan antiseptic, anti jamur, anti jerawat, obat eksem, dan kulit pecah-pecah, seta serta ketombe. Juga bisa mengurangi peradangan. Bahkan dapat juga mengurangi kegelisahan

22 dan depresi, atau membantu penderuta insomnia (gangguan susah tidur). Oleh karena itu minyak ini sering dipakai untuk bahan terapi aroma. Juga bersifat afrodisiak : meningkatkan gairah seksual. Bukan Cuma minyak nilamnya yang bermanfaat, di India daun kering nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Selain itu, rebusan atau jus daun nilam, kabarnya, dapat diminum sebagai obat batuk dan asma. Remasan akarnya untuk obat bisul dan pening kepala. Kadar minyak nilam bervariasi, tergantung pada varietasnya. Nilam Aceh (pogostemon cablin), karena tidak berbunga, kadar minyak tinggi (2,5-5 %). Begitu pula sifat minyaknya disukai pasar. Nilam Jawa (Pogostemon heyneamus) karena berbunga, kadar minyaknya rendah (0,5-1.5 %). Komposisi minyaknya kurang diminati. Sedangkan nilam sabun (Pogostemon hortensis), kadar minyak (0,5-1,5 %) dan jenis ini kurang disukai pasar. Oleh karena itu, dengan berkembangmya industri minyak atsiri maka alat destilasi merupakan potensi usaha yang dapat dikembangkan. II. 3 Perkembangan Ekspor dan Impor Dunia Nilai impor dunia (91 negara pengimpor) pada tahun 1996 berjumlah US$ 475,598 ribu telah meningkat sekitar 7,02 % menjadi US$ 508,964 ribu pada tahun demikian pula volumenya mencapai ton pada tahun 1996 telah meningkat 59,28 % menjadi ton pada tahun nilai ekspor dunia (71 negara pengekspor) pada tahun 1996 mencapai US$ 385,080 ribu dan pada tahun 2000 menjadi US$ 380,576 ribu atau menurun 1,2 % (sumber ITC). Trend impor dan ekspor beberapa Negara pengimpor dan pengekspor terbesar adalah :

23 Tabel 2.2 Trend Impor dan Ekspor Negara-negara Terbesar Dunia No Negara Pengimpor Trend Impor (%) Negara Pengekspor Trend Ekspor USA 3.5 France 0.1 (%) 2. France 1.9 China United Kingdom Indonesia Germany USA Switzliecht 1.2 United Kingdom Spain 1.9 Spain Japan Singapure Brazil 28.1 Germany Italy 5.2 Swizt Netherland 1.7 Netherland Mexico 15.6 Australia Hongkong Turkey Canada 11.2 Maroco Ireland 11.7 Austria 0.8 Sumber : Satuan pengembangan kegiatan ekspor Daerah Peluang Pasar Essential Oil,Disperindag. Jawa Barat Perkembangan ekspor dunia Essential Oils pada tahun 2002 mencapai US$ 500,071 ribu ( tons) dan nilai impor dunia mencapai US$ 564,620. Negaranegara pengimpor terbesar pada tahun 2002 adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Negara-negara Pengimpor Terbesar di Dunia pada tahun 2002 Negara Nilai Impor(ribu US$) Pertumbuhan Impor (%) Share in Word Import (%) USA 120, France 87,

24 United Kingdom 48, Switzerland 36, Germany 32, Spain 29, Sumber : Satuan pengembangan kegiatan ekspor Daerah Peluang Pasar Essential Oil,Disperindag. Jawa Barat Sedangkan Negara-negara pengekspor terbesar pada tahun 2002 adalah : Tabel 2.4 Negar-negara Pengekspor Terbesar di Dunia pada tahun 2002 Negara Nilai Impor(ribu US$) Pertumbuhan Ekspor (%) Share in Word Eksport (%) France 93, China 50, Indonesia 47, USA 34, United kingdom 24, Singapure 21, Sumber : Satuan pengembangan kegiatan ekspor Daerah Peluang Pasar Essential Oil,Disperindag. Jawa Barat Berdasarkan data ITC / Comtrade Statistics nilai ekspor Indonesia untuk komoditi Essential Oil (HS ) pada tahun 2000 mencapai US$ 36,799 ribu dan share Indonesia dalam total ekspor dunia mencapai 8% dibawah France (22%) dan China (10%). II. 4 Metode Metode Destilasi Minyak Atsiri Metode-metode destilasi di bawah ini sudah lama dilakukan pada pabrikpabrik destilasi minyak atsiri di Indonesia, di antaranya yaitu :

25 a. Metode Destilasi Air da Uap Salah satu keuntungan yang dimiliki destilasi aid an uap dibandingkan dengan destilasi uap langsung adalahkarena kemungkinan terbentuknya jalur uap di dalam ketel semakin kecil. Uap terbentuk di atas permukaan air, sehingga uap tersebut berpenetrasi melalui bahan secara merata. Selama permulaan tahun-tahun produksi sereh wangi di Pulau Jawa, destilasi dilakukan dengan uap langsung, tetapi setelah tahun 1910 pada masapenduduk pribumi dan Cina mulai berkecimpung di bidang industri, mulai diperkenalkan proses destilasi air dan uap. Tipe ketel ini lebih murah dan prosesnya sendiri lebih sedehana. Pengoperasian ketel ini relatf ekonomis dan tidak perlu menggunakan ketel uap. Ketel suling air dan uap ditempatkan di atas dapur yang terbuat dari bahan tahan api, dan ketel yang dilengkapi dengan saringan (grid) ini sebagai penyangga bahan olah. Air yang terdapat di bawah grid dipanaskan dengan api langsung. Ketel ini juga dilengkapi pula dengan satu lubang pada bagian samping untuk memudahkan pengisian bahan dan mengeluarkan ampas. Bahan diisikan ke dalam ketel sampai mampat untuk mencegah timbulnya jalur uap. Volume bahan berkurang selama proses destilasi. Di antara dinding ketel dan isi ketel atau bahan olah, terutama pada ketel yang tidak diberi insulasi akan terjadi kondensasi internal, dan kondensatnya yang mengandung zat-zat ekstraksif non volatif berwarna gelap ditampung di bawah grid pada dasar ketel dan dikumpulkan setelah beberapa proses destilasi. Selanjutnya dianjurkan untuk membuang air dalam ketel (dibawah grid) setelah setiap partai bahan didestilasi kemudian diganti dengan air yang segar untuk proses destilasi berikutnya. Masing-masing pada sistem destilasi air dan uap membutuhkan sumber air yang terpisah. Oleh karena iti jumlah pemakaian bahan bakar relative lebih besar dari pada menggunakan satu ketel uap yang mensuplai uap untuk seluruh ketel. Detilasi air dan uap (dengan api langsung) dapat direkomendasikan bahan yang didestilasikan per hari jumlahnya cukup kecil. Detilasi dalam ketel berukuran sangat besar dengan sistem air dan uap, dimana uap harus berpenetrasi jauh ke

26 seluruh bagian daun tidak akan menghasilkan rendemen minyak yang lebih tinggi disbanding dengan penyulingan uap langsung. b. Destilasi di dalam godokan Sistem destilasi di dalam godokan merupakan modifikasi dari destilasi air dan uap. Dapur api dan ketel air (water boiler) letaknya terpisah dari ketel destilasi. Kapasitas godokan bervariasi antara 400 sampai 4000 kg rumpun. Ketel destilasi yang memuat lebih dari 1500 kg daun bersifat kurang ekonomis dibanding dengan ketel yang memuat 1000 sampai 2000 kg bahan olah. Ketelketel destilasi ukuran kecil membutuhkan waktu destilasi lebih singkat. Pada prakteknya destilasi suatu partai bahan seberat 1000 sampai 1200 kg dilakukan selama 5 sampai 6 jam, meskipun destilasi dengan laju uap tinggi. c. Destilasi dengan Uap Langsung Destilasi dengan uap langsung, uap dihasilkan dala ketel uap terpisah yang dipanasi dengan kayu bakar. Dalam hal tekanan uap yang dipanaskan, dahulu orang yakin bahwa tekanan uap tinggi memberikan hasil paling baik, misalnya dengan penggunaan tekanan uap 3 sampai 4 atmosfer (diukur dalam ketel uap), tetapi akhirnya para produsen menemukan kenyataan bahwa tekanan tinggi itu memang akan menghasilkan rendemen minyak lebih besar, tetapi menurunkan mutu minyak. Sebagai pengganti tekanan 3 sampai 4 atmosfer, dianjurkan uap bertekanan 1 sampai 2 atmosfer atau ½ sampai 1atmosfer (di atas tekana atmosfer biasa). Kerugian akibat rendemen minyak yang rendah karena penggunaan uap rendah dan menghasilkan mutu minyak yang cukup baik ternyata lebih besar dari pada dengan penggunaan tekanan uap tinggi yang akan menghasilkan mutu minyak yang kurang baik. Oleh karena itu, beberapa buah pabrik destilasi masih lebih cenderung untuk menghasilkan rendemen minyak yang tinggi dari pada minyak bermutu tinggi, dengan cara menerapkan tekanan uap tinggi, atau memperlama periode destilasi. Jika destilasi dilanjutkan dalam waktu yang cukup lama, maka seluruh minyak atsiri yang terdapat di dalam akan terdestilasi, tetapi minyak yang

27 dihasilkan mengandung unsur yang bernilai dalam jumlah kecil. Berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun, akhirnya para produsen mengetahui bahwa minyak bermutu baik dapat diperoleh dengan cara destilasi uap pada tekanan normal dan dengan membatasi proses destilasi. Kini, ketel destilasi uap yang memuat 1000 sampai 1200 kg daun dapat didestilasi dengan tekanan uap ½ sapai 1 atmosfer (di atas tekanan atmosfer, diukur dalam ketel uap), dan lama proses destilasi tidak lebih dari 3 jam. Lama destilasi tidak hanya tergantung pada tekanan uap, namun juga terhadap factor-faktor lain seperti kondisi (kadar air) bahan olah. Uap harus dapat berpenetrasi melalui seluruh bagian bahan olah dengan tekanan yang cukup, jika tidak demikian, maka tidak akan berlangsung proses destilasi yang sempurna. Di lain pihak, bila uap bergerak melalui bahan, akan dapat membentuk jalur uap. Pada umumnya, tekanan uap dalam ketel destilasi tidak bole terlalu tinggi dengan alas an pertama, karena kebanyakan ketel destilasi tidak dapat dirancang untuk tahan pada tekanan uap tinggi ; kedua, karena minyak mengalami dekomposisi pada suhu tinggi, sebagaimana halnya komponen berbau wangi yang kontak terlalu lama dengan uap.

28 BAB III DESAIN TERMAL DAN PEMBUATAN ALAT III. 1 DESAIN TERMAL Rumus-rumus yang digunakan dalam desain termal di bawah ini diambil dari buku J.P. Holman, Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta, rumus yang diambil dari buku acuan lain akan diberi keterangan sendiri. III Kareteristik Bahan Bahan yang didestilasi menggunakan daun nilam kering (Pogostemon Pacthouly) yang akan menghasilkan Pacthouly Oil. Kareteristik dari bahan yang akan didestilasi yaitu : Tabel 3.1 Kareteristik Bahan Karakteristik Keterangan Spesifik Grafitasi pada 25 C/25 C Massa Jenis pada 25 C.ρ x 1000 = kg/m³ Spesifik Grafitasi. ρ s = = ρ/ρh 2 O (acuan massa jenis air) Kalor Spesifik Bahan 0.5 Btu/lb/ F = J/kg. C Kalor Laten Minyak Nilam 846 kj/kg Kadar Air 10 % (v/b) (ml/g) Rendemen 1.6 % (vb/) (ml/g) Titik Didih 257 C Pacthouly Alcohol % (GC/Gas Chromography) Kepadatan Bahan dalam Tangki kg/ltr (standar Balittro) Sumber Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika (Balittro)

29 III Kesetimbangan Massa Asumsi Jumlah Nilam Kering / kg : Tabel 3.2 KesetimbanganMassa (Dalam Kg) Zat / Komposisi (Awal) Solids Air Rendemen Uap Total Nilam Kering Air 3 3 Proses Nilam Kering Air Produk Nilam Kering Air Destilat Sumber Balai Peneiltian Tanaman Obat dan Aromatika (Balittro) III Kesetimbangan Kalor III Kalor yang Dilepaskan Uap Air Karakteristik Air Destilasi ρ air L uap air : 1000 kg/m³ : 2257 KJ/kg (dari steam tables pada 100 C. 1 atm) Cp : 4184 J/kg ºC T air : 26ºC T didih : 100ºC Jumlah Kalor / Kilogram Uap Air = Kalor laten x massa uap air = 2257 kj/kg x 0.1 (asumsi kalor laten diserap bahan per kg uap 10%) = kj

30 III Kalor yamg dibutuhkan untuk Menguapkan Air dan Rendemen dalam Bahan a. Kalor untuk Menguapkan Air / Kilogram Bahan jumlah Air / kg bahan = 0.1 kg Kalor laten dari uap air pada 100ºC, 1 atm (Water Steam Table) = 2257 kj Suhu awal = 29ºC Jumlah Kalor = Kalor laten + Kalor sensible (dari 29ºC) = (2257 kjkg x 0.1 kg) + (0.1 kg x kj/kgºc) = kj kj =255.4 kj b. Kalor untuk Menguapkan Rendeman / Kilogram Bahan Massa Jenis pada 25ºC, ρ = x 1000 = kg/m³ Kalor laten Minyak Nilam = 846 kj/kg (asumsi) Tawal minyak = 30ºC Kalore spesifik daun nilam kering 0.5 Btu/lb/ºF = J/kg. ºC Jumlah kalor = Kalor laten (rendemen) + Kalor sensible bahan (dari 30ºC ke 100º) = ( kg x 846 kj/kg) + [1 kg x kj/kg.ºc x (100-30)ºC] = kj kj = kj 160 kj Kalor Total (a+b) = kj kj = kj III Jumlah Uap Air yang Dibutuhkan per Kilogram Bahan Kering Jumlah uap / kg bahan = / = 1.84 kg Jika jumlah bahan 2 kg Uap air yang dibutuhkan = 1.84 x 2 = 3.68 kg 3.68 liter III Desain Ketel III Konstruksi Ketel Ketel Uap Bahan Diameter Tinggi : Alumunim Alloy (a Cast Tempered) : 350 mm : 400 mm

31 Kapasitas tangki bahan Kepadatan bahan dalam tangki Uap air yang dibutuhkan Uap air per jam : 2.45 kg (nilam kering) : 0.08 kg/liter : 8.6 liter : 1.84 liter = 1.84 kg III Penetuan Luas Area Perpindahan Kalor Ketel a. Koefisien heat transfer proses didih Τo = T permukaan panas T didih air = 10ºc (asumsi) Rumus Perpidahan Kalor Didih : C h / Tx s fg Prl Karakteristik Air dan Uap Jenuh pada 100ºC C l = C q / A sf µ l h fg = 4216 J/kg.ºC T x = lebih suhu =Tw Tjenuh = 10ºC h fg = J/kg s Pr l = 1.9 g ( cσ g ρl ρ v µ l = kg/m.s 0.33 q / A = µ h l fg Cl T x s Csf h fg Prl gcσ g( ρ ρ ) l v 3 σ g ρ l ρ v = N/m = 9.8 m/s² = kg/m³ = kg/m³ C sf = s = 1.0 untuk air = ( ) W / m 2 2 = 102kW/ m 16 < q / A, kw / m 2 < 240

32 Penyederhanaan koefisien perpindahan kalor didih di atas permukaann pada 1 atm absolute (natural convection) : Untuk Permukaan Horisontal ⅓ h, Btu/h ft² ºF = 151 Τ 0 q/a, Btu/h ft²<5000 h, W/m² ºK = 1043 Τ 0 ⅓ q/a, kw/m²<16 ³ h, Btu/h ft² ºF = Τ <q/A, Btu/h ft²<75000 h, W/m² ºK = 5.56 Τ 0 ³ q/a, Kw/m²<240 h = 5.56(10)³ = 5560 W/m².ºC = 5560 J/s.m².ºC b. Koefisien perpindahan kalor menyeliruh ketel (U) Bahan : Alumunium Alloy (A 184.0, Cast or Tempered) Tebal Ketel : 1 mm k (Konduktivitas Kalor) : J/sec.m.ºC l/u = ( x/k) + (l/h) = ( ³/83.68) + (1/5560) = 1.92e-4 U = 1/1.92e-4 = 5208 W/m².ºC c. Mencari Kalor yang Dibutuhkan untuk Menguapkan Air Destilasi Asumsi Laju Aliran Uap Air = 1.84 kg/jam = 5.1e-4 kg/s = 0.5 g/s Kalor yang dibutuhkan = m spesifik uap air x (kalor sensible + kalor laten) = 5.1e-4 kg/s x [(4.184 kj/kg ºC x (100 26) ºC) kj/kg] = 5.1e-4 kg/s x kj/kg = 1.3 kj/s = 1.3 kw d. Mencari Luasan Perpidahan Kalor Ketel Q = U.A. T 1.3 kw = kw/m². ºC x A x 10 ºC A = 1.3 kw / (5.208 kw / m².ºc x 10 ºC) = m² Luasan dasar ketel dengan diameter 0.35 m = (3.14 x 0.35²) 4 = m² Jadi luasan dasar ketel yang ada sudah dianggap mencukupi untuk jumlah perpindahan kalor yang diperlukan untuk menguapkan air destilasi. Jumlah perpindahan kalor yang terjadi juga tergantung oleh luasan efektif dasar ketel yang terkena oleh sumber kalor.

33 III Tebal Isolasi a. Rugi Rugi Kalor konveksi Bebas pada Dinding Ketel Parameter parameter : Suhu dinding ketel, Tw = 100ºC (asumsi) Suhu udara lingkungan, T = 30ºC T1 = = 65 C = 338K 2 Gr f Pr f = 2 gβρ c µκ p ( T T ) d 3 w g = 9.8 m/s² β = 1/338 = /ºC ρ = kg/m³ c p = kj/kg.ºc = 1008J/kg.ºC µ = 2.02 x 10 5 kg/m.s k = 0.03 W/m.ºC d = 350 mm = 0.35 m Grf Pr f = ( ) ( 0.35) = Laminar,10 4 <Gr f Pr f < T h = 1.42 L 1 h = = 4.8W/m².ºC b. Tebal Isolasi Dinding Ketel Bahan Isolasi : Jika menggunakan karet talang dan kaca-serat L = 0.53 m Karet talang (karet dengan karbon hitam), k = 0.24 W/m.ºC Tebal = 0.8 mm = 0.08 cm = m Selubung kaca-serat, k = 86 mw/m.ºc = W/m.²C Tebal = 1.45 cm = m

34 R A R B R C Kondisi isolasi = dinding ketel karet kaca-serat karet R K = R A + R B + R C k 0.24 r0 = = 0.05m = 5cm h 4.8 (Isolasi Kritis) Karena r 0 aktual > dari r 0 kritis, maka penambahan tebal isolasi akan mengurangi perpindahan kalor dari dinding ketel ke lingkungan. R k = R k = ( d / d ) ln( d / d ) ln( d / d ) ln π k L 2π k L 2 π k L A B ( ) ln( / ) ln( / ) ln / π C + 2 π π = 0.3 C/W R h = 1/(2 x π x r 0 x L x h) = 1/(2 x3.14 x (0.3822/2) x 0.53 x 4.8) = 0.33 ºC/W R th = R k + R h = = 0.63 ºC/W q = (T w - T )/R th = (100-30)ºC / 0.63ºC/W = 111 W Kerugian kalor konveksi bebas tanpa isolasi (dari dinding ketel) : q = h x π x d x L x (T w - T ) = 4.8 x 3.14 x 0.35 x 0.53 x (100-30) = W Penurunan rugi-rugi kalor konveksi bebas dari dinding ketel = ( )/195.7 = 43.3 % c. Rugi-rugi Kalor Konveksi Bebas pada Dinding Pipa Uap Parameter-parameter Suhu dinding ketel, T w = 100ºC (asumsi) Suhu udara lingkungan, T = 30ºC T1 = = 65 C = 338K 2 Grf g β ρ Pr f 2 gβρ c = µκ p ( T T ) d 3 = 9.8 m/s² = 1/338 = /ºC = kg/m³ w

35 c p = kj/kg.ºc = 1008J/kg.ºC µ = 2.02 x 10 5 kg/m.s k d Grf = 0.03 W/m.ºC = 350 mm = 0.35 m Pr f = Laminar,10 4 <Gr f Pr f < T h = 1.32 (silinder horizontal) L h = = 10.3W/m².ºCd. Tebal Isolasi Dinding Uap Bahan Isolasi : Jika menggunakan selubung kaca-serat L = 1.4 m Selubung kaca-serat, k = 86 mw/m.ºc = W/m.²C Tebal = 1.45 cm = m Kondisi isolasi : dinding pipa uap selubung kaca-serat k r 0 = = = m = cm (Isolasi Kritis) h 10.3 Karena r 0 aktual > dari r 0 kritis, maka penambahan tebal isolasi akan mengurangi perpindahan kalor dari dinding pipa uap ke lingkungan. ln d / d1 ln 0.048/ π kl 2 π ( ) ( ) 2 R k = + = 1.23 ºC/W R h = 1/(2 x π x r 0 x L x h) = 1/(2 x3.14 x (0.048/2) x 1.4 x 10.3) = 0.46 ºC/W R th = R k + R h = = 1.69 ºC/W q = (T w - T )/R th = (100-30)ºC / 1.69ºC/W = W Kerugian kalor konveksi bebas tanpa isolasi (dari dinding ketel) : q = h x π x d x L x (T w - T ) = 10.3 x 3.14 x x 1.4 x (100-30) = W Penurunan rugi-rugi kalor konveksi bebas dari dinding pipa uap = ( )/60.22 = 31.2 % 3 8 ( ) ( 0.35) =

36 III Desain Kondensor (Stainless Steel Tube) III Kontruksi Kondensor Kondensor Bahan Tube : Stainless Steel (Cr 16-26, ni 8-36) d 1 d 0 k = λ : 11.1 mm = m : 12.7 mm = m : W/m.ºC Bahan Shell Tebal Diameter Tinggi : Alumunium Alloy (asumsi A Cast or Tempered) : 1 mm : 350 mm : 400 mm III Menghitung Luasan Perpindahan Kalor Kondensor Persamaan Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi : Cp h fg h fg ρ h = µ d ( ρ ρ ) ( T T ) uap 3 ( T T ) g v gk w h h fg fg kondensat 1 4 Diketahui : d 1 k ρ f ρ g h fg g = 11.1 mm = m = 0.68 W/m.ºC = kg/m³ = 0.6 kg/m³ = 2.26 x 10 6 J/kg = 9.8 m/s² µ = 2.27 x10-4 kg/m.s T = T uap T kondensat = (100 30)ºC C p = 4217 J/kg.ºC

37 ( 30) h fg = J / kg R 1 = ( 100 T ) ( 100 T ) = = = = 4 h1 A h1 2π r2 h1 π d Persamaan KoefisienPerpindahan Kalor Konveksi di Luar Tube : h 1 u = = duρ R e = µ k h 0 = Nu d 0.5 ( ) ( ) \ 1 4 ( T ) ( 100 T ) Pr f Nu = R e Pr Pr untuk 1< R e <10³ w Diketahui : d 0 d tangki m A T = 30ºC = 12.7 mm = m = 350 mm = 0.35 m = 0.04 kg/s (laju aliran air pendingin) = = 3.14 x (0.35/2)² = m² (luas penampang tangki) Sifat-sifat air pada suhu 30ºC : ρ = kg/m³ µ = 8.03 x 10-4 kg/m.s Pr = 5.41 k m ρ. A = 0.62 W/m.ºC

38 0.04 u = = m/s R e = = f ( ) Prw ( ) 5.41 ( 1) = 3. 2 Nu = Nu = h 0.62 = = Pr W/m².C Pr asumsi Pr Tahanan temal di bagian luar per satuan panjang pipa : R e = h 0 1 A 0 = h π Tahanan termal pipa untuk setiap satuan panjang pipa : R s 1 = r 0 = h 0 1 π d ( ) ln r0 ln d 0 r ln 1 d1 = = = π k 2 π k 2 π f w = 1, sehingga W/m.ºC = Mencari suhu bagian dalam dinding pipa,t 1 dan bagian luar pipa T 0 : ( Tuap Ti ) ( T T ) ( T T ) i Rs R0 R = ( Ti ) 1 ( 100 T ) = ( T T ) ( T 30) 100 i 0 0 = = i ( 100 T ) = W ( T T ) ( T 30) i 0 0 i = = / m o C ( T i T 0 ) 3 ( 100 T ) 4 ( ) = ; ( 100 ) 3 T T 4 i 0 T... (i) i = i ( T ) ( T 30 ) T i = ( ) ( ) T 0 30 ; =...(ii) T 0 T i

39 T i dan T 0 dicari dengan iterasi persamaan (i) dan (ii) : T i = 90.5 ºC dan T 0 = ºC Maka : h i = ( ) = W/m².ºC Perpindahan Kalor Menyeluruh : U U U 0 0 = = d d A A 0 i 0 i 1 + h 1 h i i d + 1 A ln 0 0 ( r / r ) 0 2πkL 1 ln ( d / d ) 0 2k i i 1 + h h o 0 = = W / m ln 2 ( / ) C Diketahui : d 0 d i = m = m Mencari Luasan Perpindahan Kalor Kondensor : A = Q = m Q ( ) U 0 T log h fg T LMTD = log t 2 e t t s s t 1 t t 1 2 Diketahui : t s =100 ºC t 1 = 27ºC t 2 = 40ºC

40 m = 5 x 10-4 kg/s h fg Q = 2.43 x 10 6 J/kg = x = 1220 W T = = log e LMTD 1220 A = = m² ( ) C Jadi luasan perpindahan kalor yang diperlukan yaitu m² Panjang tube yang dibutuhkan yaitu /(3.14 x ) = 2.94 m Panjang tube dengan factor koreksi 1.2 = 2.94 x 1.2 = 3.53 m

41 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Bagian yang dihitung Simbol Hasil Satuan Diameter luar kondensor d o m Diameter dalam Kondensor d i m Luas penampang kondensor A m 2 Pers.koefisien perpindahan kalor kondensasi h fg J/kg Tahanan termal dibagian dalam persatuan panjang pipa R i 1/ 4 (100 Ti) - 749,36 Pers.koefisien perpindahan kalor konveksi diluar tube Tahanan termal dibagian luar /satuan panjang pipa Tahanan termal untuksetiap panjang pipa Mencari suhu bagian dalam dinding pipa,t i dan bagian luar pipa, To h i (100 T ) U 0, R e 6,3 - NU 3,2 - h o 158,8 W/m 2. o C R o 0,158 W/m. o C R s 0, W/m. o C T i 99,55 o C h i 25567,953 W/m 2. o C Perpindahan kalor menyeluruh U o 156,24 W/m 2. o C Mencari luasan perpindahan kalor kondensor Q 1220 W T m 66,3 o C A 0,1173 m 2

42 III. 2 PEMBUATAN ALAT III. 2.1 Komponen-komponen Utama Alat a. Ketel Uap Ketel uap ini merupakan tempat mendidihkan air dan kemudian menguapkannya untuk mengukus bahan baku yang ada dalam tangki bahan. Ketel ini dibuat dari bahan alumunium agar dapar menyerap kalor dengan baik, sehingga diharapkan proses penguapan air berlangsung cepat. Proses penguapan air berada dalam kondisi tekanan 0 gauge atau tekanan mutlak 1 atm. Ketel memiliki ukuran diameter 350 mm dan tinggi 400 mm dengan ketebalan 1 mm. pinggiran ketel bagian atas dibuat kerah untuk menyangga tangki bahan baku dan juga sebagai tempat untuk perapat agar uap tidak keluar. Air pengisi diberi batas 100 mm dari dasar ketel atau didesain dengan kapasitas ± 9.6 liter. Kontruksi ketel dibuat dengan sambungan berupa lipatan yang dipres, kemudian pada lipatan tersebut diberi lem perapat untuk menghindari kebocoran, terutama pada pinggiran dasar ketel. b. Tangki Bahan Baku Gambar 3.1 Ketel Uap Tangki bahan baku juga terbuat dari bahan alumunium berukuran diameter 320 mm dan tinggi 380 mm dengan pinggiran bagian atasnya diberi kerah seperti

43 ketel uap sebagai tempat melekatnya gasket/perapat. Bagian dasr dibuat berlubang-lubang dengan diameter 10 mm agar uap dapat masuk ke dalam bahan baku. Kapasitas tangki didesain untuk memuat bahan baku dengan jenis daun nilam kering maksimal 2.5 kg (volume tangki ± 30.5 liter). Gambar 3.2 Tangki Bahan Baku c. Penutup Ketel Uap Penutup ketel dibuat dari alumunium yang pada bagian atasnya dibuat lubang untuk saluran keluarnya uap dari tangki bahan. Pada bagian kerahnya dibuat lubang untuk baut pengunci sebanyak 8 buah yang mengikat kerah tangki bahan dan ketel uap agar perapat dapat berfungsi dengan baik, sehingga uap tidak keluar/bocor. Gambar 3.3 Penutup Ketel Uap

44 d. Pipa Ketel Uap Kondensor Pipa ini terbuat dari stainless steel dengan diameter ¾ inchi dan panjang 1.5 m. pipa tersebut berfungsi untuk menyalurkan uap dari ketel destilasi ke kondensor untuk dikondensasi. Pada kedua ujungnya diberi water mur ¾ inchi yang masing-masing terhubung ke lubang keluar tangki destilasi dan masuk ke kondensor. Gambar 3.4 Pipa Ketel Uap Kondensor e. Tube Kondensor Tube kondensor tebuat dari stainless steel dengan diameter ½ inchi dan biasa digunakan untuk peralatan pendingin atau pemanas. Tube kondensor dibuat berliku-liku dalam arah vertical yang kedua ujungnya diberi nepel ½ inchi untuk disambungkan dengan pipa uap dan juga dengan kran pada saluran keluar kondensat. Gambar 3.5 Tube Kondensor

45 f. Tangki Kondensor Tangki ini terbuat dari bahan alumunium dengan ukuran diameter 350 mm dan tinggi 400 mm. Pada tangki kondensor dibuat 3 lubang, yaitu 1 lubang untuk saluran keluar air pendingin dan 2 lubang untuk saluran masuk dan keluar uap yang akan dikondensasi. g. Alat pemisah Air-Minyak Sederhana Gambar 3.6 Tangki Kondensor Alat pemisah air-minyak ini dibuat sangat sederhana dengan menggunakan botol plastic, tetapi dapat berfungsi dengan baik. Alat pemisah air-minyak ini ditempatkan di bawah kran saluran keluar tube kondensor. Gambar 3.7 Pemisah Air Minyak Sederhana

46 III Komponen-Komponen Pendukung Alat a. Mur-Baut dan Ring Mur-baut yang digunakan yaitu ukuran no. 10 beserta 2 ringnya sebanyak 8 buah pasang yang terbuat dari besi. Mur-baut beserta ring digunakan untuk mengencangkan tutup ketel tangki bahan dan ketel uap yang telah diberi gasket/perapat. b. Gasket / Perapat Gasket / perapat digunanakan untuk mencegah terjadinya kebocoran uap dari ketel dan tangki bahan. Bahan yang yang digunakan adalah serat kertas dan karet dengan tebal 0,8 mm. Gasket / perapat ini dilekatkan dengan lem pada kerah bagian atas ketel uap, bagian atas- bawah kerah tangki bahan dan bagian bawah kerah penutup ketel uap. c. Water Mur ¾" Komponen ini terbuat dari bahan galvanis yang dipasang pada bagian tutup ketel uap dan saluran masuk aliran kondensat pada ketel kondensor yang berfungsi sebagai penyambung pipa penghubung antara ketel uap dan saluran masuk uap pada ketel kondensor. d. Water Mur ½" Water mur ½" ini terbuat dari stainless steel yang dipasang pada saluaran masuk dan keluar uap pada tangki kondensor yang berfungsi sebagai penyambung tube pipa kondensor. e. Double Nepel ¾" Double Nepel ¾" ini terbuat dari besi kuningan yang dipasang pada tutup ketel uap dan berfungsi untuk menyambung tutup ketel dan water mur dan juga dipasang pada sisi uap masuk tangki kondensor yang berfungsi untuk menyambung water mur dan knee derat.

47 f. Nepel ½" - ¾" Komponen ini dipasang pada dinding ketel kondensor yang berfungsi sebagai penyambung antara water mur ½" dan knee derat ¾" pada saluran uap masuk. g. Nepel Selang ¾" Nepel Selang ¾" ini dipasang pada kedua ujung tube kondensor dan berfungsi sebagai penyambung tube kondensor ke water mur. h. Nepel Sok ¾" Komponen ini dipasang pada kedua ujung pipa penghubung ketel uap dan ketel kondensor yang berfungsi sebagai penyambung antara pipa penghubung dengan water mur. i. Knee Derat ¾" Knee Derat ¾" berfungsi untuk menyambung double nepel ¾" dan nepel ½" - ¾" dan dipasang pada sisi uap masuk kondensor. Gambar 3.8 Nepel Sok ¾", Water mur ¾", Double Nepel ¾", Knee Derat ¾"

48 j. Kran Air Kran air dipasang pada bagian keluar air pendingin dari tangki kondensor, dan pada bagian keluarnya kondensat dari tube kondensor untuk mengarahkan kondensat tersebut ke botol atau wadah penampung, serta digunakan pula pada bagian keluar air kondensat dari alat pemisah air-minyak. h. Thacometer Alat ini dipasang pada dinding tangki bahan baku yang berfungsi untuk mengetahui suhu didih air pada tangki bahan baku. Gambar 3.9 Thacometer

49 BAB IV PROSES DESTILASI DAN ANALISA IV.1 PROSES DESTILASI IV.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan destilasi dengan metode uap dan air diperlukan sumber kalor untuk mendidihakan air dan menguapkannya. Pada pengujian alat destilasi minyak atsisi ini digunakan bahan bakar minyak tanah untuk mengubah air dalam ketel menjadi uap dengan jumlah yang telah diperkirakan sebelumnya dalam proses desain alat. IV Miyak Tanah Minyak tanah merupakan bahan bakar yang cukup banyak digunakan oleh masyarakat karena cukup praktis penggunaannya dengan memakai kompor sumbu, dan harganya lebih murah dibanding bahan bakar minyak lainnya atau gas elpiji. Walaupun pada saat-saat ini harganya cenderung naik. Dengan menggunakan kompor, nyala api pada proses destilasi dapat dikontrol besar kecilnya dan cukup stabil penyalaannya dibanding briket batu bara, embuataserta sewaktu-waktu dapat dimatikan dan dinyalakan kembali dengan cepat. Dengan cenderung menaiknya harga bahan bakar minyak sangat berpengaruh terhadap dunia industri, terutama yang berskala besar. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penggunaannya berdasarkan besar kecilnya proses yang berlangsung. IV. 1.2 Bahan Destilasi Bahan destilasi yang digunakan berupa daun nilam kering dan juga termasuk batangnya dengan komposisi yang lebih sedikit. Untuk bahan yang berupa rumpu-rumputan harus diberikan proses awal yaitu pemotongan bahan menjadi ukuran kecil agar bahan dapat masuk ke dalam tangki bahan lebih optimal tanpa membentuk rongga-rongga yang cukup besar sehingga uap dapat

50 berpenetrasi ke dalam bahan lebih lama. Untuk bahan yang dapat didestilasi dalam kondisi kering, dilakukan proses pengeringan dengan menjemur bahan di bawah sinar matahari dalam waktu yang tidak terlalu lama (sinar matahari di bawah jam 12 siang) atau dengan menggunakan alat pengering agar kadar air yang terdapat di dalamnya berkurang, sehingga uap akan lebih menyerap ke dalam daun. IV. 1.3 Langkah langkah Proses Destilasi Sebelum melakukan proses destilasi, terlebih dahulu harus dipersiapkan peralatan-peralatan terutama untuk mengalirkan air pendingin dari sumbernya dan juga pembuangan air pendingin. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu : IV Persiapan Alat a. Tempat Alat destilasi sedapat mungkin diletakkan pada tempat yang dekat dengan sumber air dan saluran pembuangan air pendingin serta terlindung dari hujan dan angin agar proses destilasi tidak terganggu. b. Mengisi Air Destilasi Air destilasi diisi ke dalam ketel sampai batas yang ada pada dinding ketel. Apabila air destilasi diisi melampaui batas tersebut, maka akan memperlama proses penguapan dan air akan mengenai bahan yang berada pada dasar tangki bahan. c. Memasukkan Bahan. Bahan dimasukkan ke dalam tangki bahan dengan terlebih dahulu menimbangnya dan kemudian tadak menekan terlalu padat agar uap dapat berpenetrasi dengan baik. Kemudian setelah dimasukkan ke dalam tangki bahan, tangki bahan tersebut dimasukkan ke dalam ketel uap dan ditutup rapat serta menguncinya dengan murbaut sampai benar-benar kencang agar uap tidak keluar dari ketel ke linkungan.

51 d. Mengatur Posisi Ketel Uap dengan Kondensor Setelah tutup ketel dikunci dengan mur-baut sampai rapat, ketel diletakkan di atas sumber kalor, contohnya di atas kompor, dengan mengatur posisinya dengan kondensor agar pipa uap dari ketel ke kondensor dapat dipasang dengan baik. Setelah dipengaturan posisi ketel dilakukan, maka sumber kalor dinyalakan untuk memanaskan ketel. e. Memasang Pipa Uap Ketel Kondensor Pipa uap ketel-kondensor dipasang pada sisi keluar uap di atas tutup ketel dan pada sisi masuk uap ke kondensor. Pada kedua ujung dari pipa uap ketelkondensor, sebelum dikencangkan derat water mur harus diberi seal tape. f. Memasukan Air Pendingin Ke Dalam Tangki Kondensor Setelah pipa uap ketel-kondensor dipasang, air pendingin dimasukkan ke dalam tangki kondensor sampai seluruh tube kondensor terendam air. Sedangankan pada bagian keluar air pendingin dipasang kran. Pada saat ini kran untuk keluar air pendingin ditutup dahulu sampai air pendingin tiba saatnya untuk diganti. IV Proses Pendidihan Air Dalam proses pendidihan air dalam ketel berlangsung kurang lebih menit dengan api kompor yang stabil. Tekanan dalam ketel yang digunakan pada proses ini adalah 0 gauge, sehingga air dalam ketel diharapkan akan mendidih pada suhu 100 C. IV Proses Kondensasi Proses kondensasi terjadi setelah proses destilasi berlanngsung kurang lebih selama 1 jam. Indikasi jika kan terjadi proses kondensasi yaitu apabila sudah terjadi perpindahan kalor dari tube kondensor ke air pendingin dengan terlihatnya kenaikan suhu pada alat pengukur suhu. Apabila terjadi kenaikan suhu air pendingin yang cukup tinggi, maka air pendingin harus diganti.

52 IV Proses Penampungan Kondensat Setelah terjadi proses kondensasi dengan menetesnya air kondensat ke dalam alat penampung, maka kondensat tersebut semakin lama memenuhi alat penampung dan terlihat pemisahan antara minyak dan air karena adanya perbedaan massa jenis. Minyak dengan massa jenis yang lebih kecil dari massa jenis air berada di atas dan komponen-komponen lain yang ikut terdestilasi dengan massa jenis yang lebih besar dari air akan turun ke dasar penampung. Untuk destilasi daun nilam kering, terlihat pada hasil kondensat di atas air, pada kondisi normal, semakin lama terlihat berwarna kuning kecoklatan dan menimbulkan wangi aroma yang khas. Medode penampungan terdapat beberapa jenis, di antaranya yaitu dengan alat penampung yang pada bagian atasnya memiliki saluran untuk mengalirkan minyak yang sudah terkumpul di atas air langsung ke tempat penampungan yang berbeda apabila tinggi kondensat sudah mencapai sisi keluar saluran tersebut. Metode yang lain yaitu dengan membiarkan minyak terkumpul di atas air dalam alat penampung sampai proses destilasi selesai, kemudian kondesat dituangkan ke pemisah air dan minyak. Gambar 4.1 Penampung Air Kondensat IV Proses Pengambilan Minyak Setelah kondensat sudah berada dalam alat penampung sampai proses destilasi selesai, minyak yang berada di atas air dikeluarkan dengan menggunakan

53 pipet ukur untuk dipindahkan ke dalam wadah sempel sambil mengukur volume minyak yang dipindahkan. Gambar 4.2 Minyak Hasil Destilasi IV.1.4 Proses Pengambilan Data Operasi Untuk mengetahui kondisi kerja alat destilasi minyak atsiri, maka dilakukan percobaan-percobaan untuk mengambil data-data operasi yang akan memberikan gambaran kinerja alat tersebut. Parameter-parameter yang diambil dalam percobaan yaitu : a. Air Destilasi Awal dan Akhir Pada awal proses destilasi, air destilasi dalam ketel diukur ketinggiannya dari dasr ketel dan begitu juga setelah proses destilasi selesai. Ketinggian air destilasi yang diukur dikonversi menjadi besaran volume dalam satuan liter. b. Waktu Proses Destilasi Waktu proses destilasi didapatkan dengan mencatat jam pada saat proses destilasi dimulai dan juga pada saat proses destilasi selesai. c. Berat Bahan Sebelum melakukan proses destilasi terlebih dahulu bahan ditimbang untuk mengetahui jumlah bahan yang akan dimasukkan ke dalam tangki bahan.

54 d. Jumlah Bahan Bakar Jumlah bahan bakar diketahui dengan mengukur tingi minyak tanah dari dasr penampung pada saat awal dan akhir proses destilasi, kemudian dengan mengetahui diameter penampung dapat diketahui volume minyak tanah dalam penampung. e. Suhu Lingkungan Suhu lingkungan diukur di sekitar alat destilasi. f. Suhu Air Destilasi Suhu air destilasi diukur sebelum dilakukan proses pemanasn. g. Laju Aliran Air Pendingin Laju aliran air pendingin diukur dengan menghitung jumlah volume air dalam liter yang keluar dari tangki kondensor dan ditampung dalam wadah takaran per satuan waktu, sehingga akan didapat laju aliran air pendingin dalam liter/jam. h. Laju Air Kondensat Laju air kondensat diukur pada saat uap air dan minyak mulai terkondensasi dengan mencatat kenaikan kondensat pada alat penampung sampai batas tertentu dan mencatat lamanya waktu yang diperlukan dalam proses tersebut. Ketika kondensat yang dihasilkan tidak mengalami kenaikan lagi dalam alat penampung/sudah mencapai level konstan, maka laju air diukur pada saat kondisi tersebut tercapai sampai selesai proses destilasi dengan menghitung banyaknya air kondensat dalam ember yang keluar dari alat penampung selama proses tersebut berlangsung. i. Jumlah Minyak yang Dihasilkan Minyak diambil dalam alat penampung dengan menggunakan pipet sambil mengukur volumenya dan kemudian dimasukkan ke adalam wadah sampel.

55 j. Jumlah Rendemen Jumlah rendemen didapat berdasarkan jumlah minyak yang dihasilkan dari proses destilasi dibagi dengan banyaknya bahan yang akan didestilasi dalam satuan liter/kg atau ml/g dan dinyatakan dalam persen. IV.1.5 Data Proses Destilasi a. Percobaan 1 Tabel 4.1 Percobaan 1 Bahan : Daun Nilam Kering No Parameter Nilai Satuan 1 Bahan Baku 1 Kg 2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1 liter 3 Waktu Destilasi 5 Jam 4 Suhu Lingkungan 30 C 5 Suhu Air Destilasi 27 C 6 Air Destilasi dalam Ketel (Awal) 8.7 liter 7 Air Destilasi dalam Ketel (akhir) 2.9 liter 8 Suhu Air Pendingin Masuk - C 9 Suhu Air Pendingin Atas - C 10 Suhu Air Pendingin Keluar - C 11 Hasil Minyak 16 ml 12 Suhu Kondensat - C 13 Laju Aliran Kondensat Rendemen 1.6 % b. Percobaan 2 Tabel 4.2 Percobaan 2 Bahan : Daun Nilam Kering No Parameter Nilai Satuan 1 Bahan Baku 2 Kg 2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1.5 liter 3 Waktu Destilasi 5 Jam 4 Suhu Lingkungan 30 C 5 Suhu Air Destilasi 27 C 6 Air Destilasi dalam Ketel (Awal) 8.7 liter

56 7 Air Destilasi dalam Ketel (akhir) 2.9 liter 8 Suhu Air Pendingin Masuk - C 9 Suhu Air Pendingin Atas - C 10 Suhu Air Pendingin Keluar - C 11 Hasil Minyak 40 ml 12 Suhu Kondensat - C 13 Laju Aliran Kondensat Rendemen 2 % c. Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel dengan Bahan Bakar Minyak Tanah (dengan isolasi karet dan glass wool ). Kenaikan suhu air destilasi dalam ketel diukur dengan kondisi : Jumlah air destilasi = 7.4 liter Suhu lingkungan = 25 C Pemakaian minyak tanah = 0.36 liter Tabel 4.3 Kenaikan Suhu Air Destilasi dalam Ketel terhadap waktu (Bahan Bakar Minyak Tanah, dengan isolasi) Menit Ke - Suhu Air Destilasi ( C)

57 IV.2 ANALISA IV.2.1 Proses Desain Alat Dalam melakukan proses desain, data-data mengenai properties bahan, baik bahab baku destilasi maupun pembuatan alat diasumsikan dengan referensi yang mungkin mendekati properties bahan sebenarnya, sehingga dalam perhitungan desain dimasukkan faktor koreksi untuk menghindari hasil yang berada di bawah spesifikasi yang dibutuhkan. Rumus-rumus yang digunakan juga merupakan rumus-rumus empiris dari buku-buku referensi yang dapat menyatakan suatu proses perpindahan kalor dalam kondisi tertentu yang mendekati kondisi operasi alat yang akan dibuat. IV.2.2 Pembuatan Alat Ketel yang dibuat menggunakan bahan alumunium, sehingga tidak memakai las untuk menyambung pelat melainkan dengan melipat pelat yang disambung kemudian dipress. Oleh karena itu tekanan operasi yang digunakan adalah 0 gauge, karena apabila terdapat tekanan yang cukup besar dalam ketel, diperkirakan akan terjadi kebocoran pada lipatan-lipatan sambungan pada ketel. Kebocoran-kebocoran pada alat terjadi karena tidak rapatnya sambungansambungan yang terdapat pada pipa, khususnya pada tube kondensor karena sambungan pada pipa tersebut dilekatkan dengan lem dan ditutupi dengan alumunium foil. Selain itu kebocoran juga dapat terjadi pada lipatan-lipatan yang kurang rapat, sehingga untuk mengantusipasinya digunakan lem perapat pada bagian-bagian yang mungkin terjadi kebocoran. Pembuatan Tube kondensor dari stainless steel tidak dapat dilakukan proses rol karena ukuran diameter pipa ½ inchi dan diameter lengkung kurang dari 17 cm, sehingga harus dilakukan penyambungan dengan elbow untuk membentuk pipa berliku-liku dalam arah vertikal. Stainless steel tidak mudah teroksidasi sehingga cenderung lebih tahan lama dan tidak mempengaruhi kondisi fisik minyak yang dikondensasi.

58 IV.2.3 Proses Destilasi Minyak Atsiri Pada proses destilasi dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah dan dengan pengaturan sumbu kompor maksimum, mulai terjadi kondensasi rata-rata setelah proses berlangsung selama 1 jam. Ketika mulai terjadi proses kondensasi aliran kondensat masih belum stabil dikarenakan uap air dan minyak yang terkondensasi dalam tube kondensor masih sedikit, sehingga kondensat belum terdorong keluar. Setelah 3 jam proses destilasi berlangsung, aliran kondensat sudah mulai stabil keluar dari kondensor. IV.2.4 Hasil Destilasi Minyak Atsiri Dari data-data yang didapatkan dari percobaan 1-2 dapat dibandingkan parameter-parameter sebagai berikut : a. Perbandingan antara percobaan 1-2 Tabel 4.4 Perbandingan Percobaan 1 dan 2 No Parameter Nilai Perc. 1 Perc. 2 Satuan 1 Bahan baku 1 2 kg 2 Bahan Bakar Minyak Tanah 1 2 liter 3 Waktu Destilasi 5 5 jam 4 Suhu Lingkungan C 5 Suhu Air Dsetilasi C 6 Air Destilasi dalam Ketel liter (Awal) 7 Air Destilasi dalam Ketel liter (Akhir) 8 Laju Air Pendingin - - liter/jam 9 Suhu Air Pendingin Masuk - - C 10 Suhu Air Pendingin Atas - - C 11 Suhu Air Pendingin Keluar - - C 12 Hasil Minyak ml 13 Suhu Kondensat - - C 14 Rendemen %

59 Dari tabel perbandingan, parameter-parameter yang didapatkan pada percobaan 1 dan 2, terdapat parameter-parameter yang berbeda (tulisan yang lebih tebal) yang mengindikasikan bahwa dengan parameter-parameter lain yang relatif sama serta bahan baku yang sama, apabila tangki bahan diisi lebih banyak dari percobaan 1, maka jalur penetrasi uap lebih panjang dan lebih bersinggungan dengan bahan, sehingga uap yang dibutuhkan untuk melakkukan penetras ke dalam bahan lebih sedikit dibandingkan dengan percobaan 1, sehungga jumlah yang digunakan percobaan 2 lebih optimal. b. Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunium dengan Bahan Bakar Minyak Tanah (tanpa isolasi). Di bawah ini adalah grafik yang memperlihatkan kecepatan pendidihan air destilasi dalam ketel dengan kondisi sebagai berikut : Jumlah air destilasi = 9.14 liter Suhu lingkungan = 25 C Api kompor Pemakaian minyak tanah = besar (sumbu kompor maksimum) = ± 0.3 liter (selama 65 menit) Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunium (Bahan Bakar Minyak Tanah, tanpa isolasi) Suhu( C) Waktu (menit)

60 Dari grafik di atas terlihat bahwa proses pendidihan air destilasi dalam ketel alumunium sebanyak 9.14 liter berlangsung selama 65 menit untuk mencapai suhu air 102 C dengan kondisi dinding ketel yang tidak diisolasi. c. Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunim dengan Bahan Bakar Minyak Tanah (dengan isolasi). Kenaikan suhu air dalam ketel diukur dengan kondisi : Jumlah air destilasi = 7.4 liter Suhu lingkungan = 25 C Api kompor Pemakaian minyak tanah = besar (sumbu kompor maksimum) = ± 0.3 liter Kecepatan Pendidihan Air Destilasi dalam Ketel Alumunium (Bahan Bakar Minyak Tanah, dengan isolasi) 120 Suhu( C) Waktu (menit) Grafik di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan isolasi pada dinding ketel yang telah dihitung secara teoritis pada Bab III dengan menggunakan air destilasi yang lebih sedikit, dapat mempercepat proses pendidihan disbanding dengan kondisi tanpa isolasi dengan penggunaan air destilasi maksimum, sehingga pada kondisi di atas, air dalam ketel mencapai suhu 97 C dalam waktu 45 menit. Jika tidak menggunakan isolasi dengan bahan bakar yang sama, air

61 dalam ketel mencapai suhu 97 C dalam waktu 55 menit, sehingga dapat mempercepat proses pendidihan ± 10 menit. IV.2.5 Perhitungan Ekonomis a. Harga daun nilam kering per kilogram. Untuk mendapatkan daun nilam kering dengan harga yang murah, maka harus membeli langsung ke tempat perkebunan nilam, karena harga daun nilam kering yang dijual oleh petani kepada pemilik pabrik destilasi berkisar Rp per kilogram. b. Harga bahan bakar minyak tanah dan briket. Harga minyak tanah cenderung mengalami kenaikan karena harga jual minyak yang tinggi di pasar dunia. Untuk harga minyak tanah di tingkat eceran berkisar antara Rp per liter. Kenaikan harga minyak tanah menimbulkan pilihan energi alternatif yang diharapkan dapat bersaing dengan minyak tanah, seperti briket. Harga briket di pasaran, terutama pada tingkat eceran sekitar Rp. 2000/kg. c. Harga minyak nilam di pasaran. Kualitas minyak nilam yang dihasilkan oleh pabrik destilasi dapat berbeda-beda, sehingga harganya pun berbeda-beda. Untuk harga minyak nilam di pasaran berkisar Rp per kilogram. d. Peningkatan nilai ekonomis nilam melalui proses destilasi. Apabila proses destilasi minyak nilam menggunakan alat destilasi skala kecil yang telah dibuat, maka dapat diperkirakan pertambahan nilai dari daun nilam kering menjadi minyak nilam, yaitu sebagai berikut : Batasan-batasan : - Kondisi bahan baik, tidak berjamur/busuk. - Kondisi rendemen bahan 1.5 %. - Lama proses destilasi maksimum 5 jam.

62 - Tidak memperhitungkan biaya investasi alat destilasi dan tenaga kerja. - Biaya jumlah air pendingin yang digunakan selama proses destilasi diabaikan. Biaya bahan baku & bahan bakar yang dipakai menggunakan harga pasaran yang telah disebutkan di atas. Pertambahan nilai : Keterangan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp) Daun Nilam Kering 3 kg Minyak Tanah 1.5 ltr Penggunaan Briket 1.5 kg Hasil Minyak Nilam (Rendemen 1.5%) 37.5 ml Dari perkiraan biaya di atas terlihat bahwa : Biaya operasi dalam 1 kali proses destilasi = Rp (Minyak Tanah) = Rp (Briket) Nilai ekonomis hasil minyak nilam = Rp Nilai jual minyak ml minimal = Rp (Minyak Tanah) Rp Rp. 496/ml = Rp Rp Rp. 484/ml

63 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dari percobaan-percobaan yang telah dilakukan dapat diambi suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Kualitas (kondisi fisik minyak nilam) dan kuantitas minyak, khususnya minyak nilam yang diperoleh dari proses destilasi sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan baku yang akan didestilasi. Apabila pada daun sudah timbul jamur dan membusuk, akan mengurangi minyak yang akan dihasilkan, dan minyak menjadi keruh akibat timbulnya endapan-endapan. 2. Banyak bahan yang akan didestilasi mempengaruhi tingkat kepadatan dalam tangki bahan, sehingga mempengaruhi proses penetrasi uap ke dalam bahan. 3. Air kondesat keluar, rata-rata setelah proses destilasi berlangsung selama 1 jam. 4. Laju minyak yang dihasilkan cukup banyak pada satu jam pertama setelah air kondesat keluar. 5. Suhu kondesat akan dipengaruhi oleh air pendingin kondensor. 6. Peningkatan suhu air pendingin dipengaruhi oleh laju air pendingin dan juga laju uap yang akan dikondensasi. 7. Dalam kondensor terjadi proses kondensasi uap dan juga pendinginan kondensat. 8. Agar proses destilasi lebih efektif dan efisien, banyak air dalam ketel harus disesuaikan dengan lamanya waktu destilasi dan memberi isolasi pada dinding ketel serta dinding pipa uap. 9. Dari hasil percobaan, minyak yang dihasilkan sangat berbanding jauh dari jumlah bahan baku, jika bahan baku yang diproses sebanyak 2 kg, maka minyak nilam yang dihasilkan hanya 40 x 10-3 m 3 (40 ml).

64 10. Alat destilasi dengan kapasitas kecil dapat dibuat dengan menggunakan bahan alumunium untuk ketel uap, tangki bahan dan tangki kondensornya karena lebih murah dibandingkan dengan menggunakan stainless steel. 11. Alat destilasi yang dibuat dengan skala kecil/lab kurang cocok digunakan untuk menghasilkan minyak secara massal karena kurang ekonomis, tetapi dapat digunakan di rumah untuk menghasilkan minyak atsiri jenis lain dari bahan baku yang berbeda untuk keperluan sendiri/percobaan-percobaan. V.2 Saran Untuk mengembangkan alat destilasi minyak atsiri skala lab yang telah dibuat, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1. Memperbaiki kebocoran-kebocoran pada alat, terutama pada bagian perapat pada tutup ketel uap dan sambungan-sambungan pipa uap, karena dengan adanya kebocoran uap akan sangat mempengaruhi jumlah minyak yang akan dihasilkan. 2. Proses destilasi sebaiknya dilakukan di tempat yang terlindung dari angin, karena akan mengganggu sumber kalor sehingga proses destilasi menjadi tidak stabil. 3. Bahan yang akan didestilasi sebaiknya berasal dari sumber yang sama agar kualitasnya tidak jauh berbeda, dan pastikan bahwa bahan baku tidak tercampur dengan tanaman yang berbeda serta tidak terdapat jamur pada bahan, karena akan mengurangi minyak yang akan dihasilkan. 4. Mengganti sistem pengunci mur-baut pada tutup ketel dengan yang lebih praktis. 5. Menggunakan bahan perapat yang lebih tebal pada penutup ketel untuk meminimalisir kebocoran uap.

65 DAFTAR PUSTAKA 1. Guenther, Ernest, Minyak Atsiri (Vol. I), Universitas Indonesia Press, Jakarta, Holman, J.P., Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta, Koestoer, Raldi A., Perpindahan Kalor untuk Mahasiswa Teknik, Salemba Teknika, Kataren S., dan Djatmiko B. MinyakAtsiri Bersumber Dari Daun, Departemen Teknologi Pertanian Fatameta IPB, Bogor, Yusanto, HG., Pengaruh Variasi Massa Daun dan Batang Nilam Terhadap Rendemen dan Waktu Kritis Yang dihasilkan, Skripsi SI Jurusan Teknik Mesin UNTAR, Jakarta, 2000

66 LAMPIRAN

67 Gambar Alat Destilasi

68 DAFTAR KOMPONEN Nomor Nama Komponen 1 Tangki Kondensor 2 Kran Kondensat 3 PipaUap 4 Dudukkan Tangki Kondensor 5 Tutup Ketel Uap 6 Ketel Uap 7 Dudukkan Ketel Uap 8 Thacometer 9 Kompor

69 Gambar Proses Berlangsungnya Destilasi

70 Gambar Thacometer Yang Menunjukkan Suhu Air Dalam Ketel Telah Mencapai 100 C

71 Gambar Minyak Atsiri (Nilam) Hasil Destilasi

BAB IV DESAIN TERMAL

BAB IV DESAIN TERMAL BAB IV DESAIN TERMAL Rumus-rumus yang digunakan dalam desain ternal di bawah ini di ambil dari buku J.P Holman, Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, 1994. Rumus yang di ambil dari buku acuan lain akan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA 3.1 Proses Perpindahan Kalor 3.1.1 Sumber Kalor Untuk melakukan perpindahan kalor dengan metode uap dan air diperlukan sumber destilasi untuk mendidihkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan Pirolisis Bahan yang di gunakan dalam pirolisis ini adalah kantong plastik es bening yang masuk dalam kategori LDPE (Low Density Polyethylene). Polietilena (PE)

Lebih terperinci

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST. KESEIMBANGAN ENERGI KALOR PADA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR DAN UAP KAPASITAS 1 Kg Nama : Nur Arifin NPM : 25411289 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam TINJAUAN PUSTAKA Upaya pengembangan produksi minyak atsiri memang masih harus dipicu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya di pasar luar negeri tetapi juga pasar dalam

Lebih terperinci

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg Nama : Muhammad Iqbal Zaini NPM : 24411879 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Cokorda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1 PENDAHULUAN Minyak nilam berasal dari tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu komoditi non migas yang belum dikenal secara meluas di Indonesia, tapi cukup popular di pasaran Internasional.

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISA PERPINDAHAN KALOR PADA KONDENSOR PT. KRAKATAU DAYA LISTRIK Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada program Studi Teknik Mesin Oleh N a m a : CHOLID

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Gambar 1. Daun Nilam (Irawan, 2010) Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perencanaan Alat Alat pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak sebagai pengganti minyak bumi. Pada dasarnya sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak

Lebih terperinci

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM

BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM BAB 3 KONDISI TANAMAN NILAM 3.1 Manfaat Dan Kegunaan Minyak Nilam Tanaman nilam (Pogostemon patchouli atau disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benth) merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

Lebih terperinci

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji

Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia ICS 65.060 Alat penyuling minyak atsiri - Bagian 1 : Sistem kukus Syarat mutu dan metode uji Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM Nahar* Abstrak Tumbuhan nilam, Pogostemon cablin Benth, adalah salah satu jenis minyak atsiri terpenting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Proses Perancangan Alat 4.1.1 Menentukan Kalor Jenis Biogas ( ) Kalor jenis (Cp) CH4 dan CO2 yang digunakan pada perancangan ini adalah biogas pada

Lebih terperinci

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro LAPORAN TUGAS AKHIR Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro (Efficiency Purification Patchouli Oil Using Microwave Vacum Distilation ) Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT Syukran 1, Saifuddin 2, Elfiana 3 1,2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe 3 Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia, Politeknik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Nilam Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial). Tanaman ini merupakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 :!,1G():5kr'W:5 JURnAl EKOlOGI DAn SAlns PUSAT PENELITIAN LlNGKUNGAN HIDUP a SUMBERDAYA ALAM (PPLH SDA) UNIVERSITAS PATTIMURA VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012 ISSN : 2337-5329 APLIKASI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT Diajukan sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO (The Period s effect to increase Patchouli

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun waktu pelaksaan penelitian ini dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

ANALISA ISOLATOR PIPA BOILER UNTUK MEMINIMALISIR HEAT LOSS SALURAN PERMUKAAN PIPA UAP PADA BOILER PABRIK KRUPUK YARKASIH

ANALISA ISOLATOR PIPA BOILER UNTUK MEMINIMALISIR HEAT LOSS SALURAN PERMUKAAN PIPA UAP PADA BOILER PABRIK KRUPUK YARKASIH ANALISA ISOLATOR PIPA BOILER UNTUK MEMINIMALISIR HEAT LOSS SALURAN PERMUKAAN PIPA UAP PADA BOILER PABRIK KRUPUK YARKASIH Fashfahish Shafhal Jamil 1*, Qomaruddin 1, Hera Setiawan 2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL LAPORAN TUGAS AKHIR PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL (Purification Patchouli oil By Use Of Microwave Distillation

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor 4 BAB II TEORI DASAR.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas.1.1 Kualitas Air Panas Air akan memiliki sifat anomali, yaitu volumenya akan mencapai minimum pada temperatur 4 C dan akan bertambah pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan bakar minyak disebabkan oleh terjadinya peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar minyak pada saat ini, sudah menjadi kebutuhan pokok oleh warga negara Indonesia untuk menjalankan kehidupan ekonomi. Kebutuhan akan bahan bakar minyak

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL

RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL i LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN MODEL KONDENSOR TIPE CONCENTRIC TUBE COUNTER CURRENT TUNGGAL DIPASANG SECARA HORISONTAL Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Alat Pirolisis Limbah Plastik LDPE untuk Menghasilkan Bahan Bakar Cair dengan Kapasitas 3 Kg/Batch BAB III METODOLOGI digilib.uns.ac.id 8 BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan : a. Las listrik f. Palu b. Bor besi g. Obeng c. Kunci pas/ring h. Rol pipa d. Tang i. Gergaji besi e. Kunci L j. Alat pemotong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil, dihasilkan oleh

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi

Lebih terperinci

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap BAB III METODE PENELETIAN Metode yang digunakan dalam pengujian ini dalah pengujian eksperimental terhadap alat destilasi surya dengan memvariasikan plat penyerap dengan bahan dasar plastik yang bertujuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Arang Batok dan Asap Cair, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan kimia distilat

Lebih terperinci

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN \ Oleh : YULINDA DWI NARULITA 0731010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA Mustaqimah 1*, Rahmat Fadhil 2, Rini Ariani Basyamfar 3 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Keluatan Institut Teknolgi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL Budi Santoso * Abstract : In industrial clove oil destilation, heat is the main energy which needed for destilation process

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO LAPORAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO (Enhancement of Patchouli Alcohol Degree in Purification

Lebih terperinci

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK 112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menguap pada suhu tertentu tanpa mengalami dekomposisi. Pada umumnya minyak atsiri

BAB II DASAR TEORI. menguap pada suhu tertentu tanpa mengalami dekomposisi. Pada umumnya minyak atsiri BAB II DASAR TEORI II.1 Minyak Atsiri Minyak atsiri (Essential oil) di kenal dengan minyak eteris atau minyak terbang,adalah minyak yang di hasilkan dari tanaman yang mempunyai sifat mudah menguap pada

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-234 Perbandingan Metode Steam Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan Microwave Terhadap Jumlah Rendemen serta Mutu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Nilam Nilam merupakan salah satu jenis tanaman yang menghasilkan minyak atsiri.tanamannilam bukanlah tanaman asli indonesia. Terdapat kurang lebih 80 jenis tanaman

Lebih terperinci

E V A P O R A S I PENGUAPAN

E V A P O R A S I PENGUAPAN E V A P O R A S I PENGUAPAN Soal 1 Single effect evaporator menguapkan larutan 10% padatan menjadi 30% padatan dg laju 250 kg feed per jam. Tekanan dalam evaporator 77 kpa absolute, & steam tersedia dg

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding

Tugas Akhir. Perancangan Hydraulic Oil Cooler. bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Tugas Akhir Perancangan Hydraulic Oil Cooler bagi Mesin Injection Stretch Blow Molding Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh:

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN

II. METODOLOGI PENELITIAN 1 Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti, Lidya Linda Nilatari,

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

Oleh AT0 SUNARTO F

Oleh AT0 SUNARTO F Oleh AT0 SUNARTO F 24. 0067 1992 FAKULTAS TEKNOLOGI PEHTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR Ato Sunarto. F 240067. Uji Performansi Aiat Penyuling Minyak Atsiri dengan Menggunakan Metode Uap Langsung pada

Lebih terperinci

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknologi proses ekstraksi minyak sereh dapur yang berkualitas dan bernilai ekonomis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun dan batang nilam yang akan di suling di IKM Wanatiara Desa Sumurrwiru Kecamatan Cibeurem Kabupaten Kuningan. Daun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik JUNIUS MANURUNG NIM.

Lebih terperinci

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar)

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar) Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar) Rohmad Abdul Aziz Al Fathoni*, Bambang Susilo, Musthofa Lutfi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 KARYA AKHIR ANALISA STUDY TENTANG MESIN PENGGORENGAN DENGAN MENGGUNAKAN THERMOSIPHON REBOILER PADA PABRIK MIE INSTANT DENGAN KAPASITAS OLAH PABRIK 4. BUNGKUS /HARI LAMHOT AMRIS SAGALA 546 KARYA AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-39 Perbandingan Antara Metode - dan Steam- dengan pemanfaatan Microwave terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh

Lebih terperinci

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT

PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT PEMILIHAN MATERIAL DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUSIBLE PELEBUR ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG DENGAN BAHAN BAKAR PADAT SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik M. ROLAN

Lebih terperinci

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK

PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI. Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK PROSES EKSTRAKSI MINYAK BUNGA MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN METODE ENFLEURASI Elwina, Irwan, Ummi Habibah *) ABSTRAK Minyak melati merupakan salah satu produk minyak atsiri yang paling mahal dan banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang)

KEMIRI SUNAN. (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang) KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma BLANCO) Kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) atau kemiri China atau jarak Bandung (Sumedang) atau kaliki (Banten), merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam Nilam oleh kalangan ilmiah diberi nama Pogostemon sp., telah dikenal sejak lama di Indonesia. Daerah asalnya tidak diketahui secara pasti, ada yang mengatakan

Lebih terperinci

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HE Shell and tube Penukar panas atau dalam industri populer dengan istilah bahasa inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan dan bisa berfungsi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG Oleh: ANANTA KURNIA PUTRA 107.030.047 Dosen Pembimbing: Ir. JOKO SASETYANTO, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 PENGARUH PERBANDINGAN PELARUT DAN BAHAN BAKU TERHADAP PENINGKATAN RENDEMEN MINYAK NILAM (POGOSTEMON CABLIN BENTH) DENGAN DESTILASI AIR MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO Kusyanto 1), Ibnu Eka Rahayu 2 1),2) Jurusan

Lebih terperinci

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K. KALOR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat pemenuhan nilai tugas OLEH : MARDIANA 20148300573 LADAYNA TAWALANI M.K. 20148300575 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku Lampiran I Data Pengamatan 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku No. Parameter Bahan Baku Sekam Padi Batubara 1. Moisture (%) 10,16 17,54 2. Kadar abu (%) 21,68 9,12 3.

Lebih terperinci

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR

KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR KINERJA PIPA KALOR DENGAN STRUKTUR SUMBU FIBER CARBON dan STAINLESS STEEL MESH 100 dengan FLUIDA KERJA AIR I Wayan Sugita Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002).

BAB 1. PENDAHULUAN. Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, dalam agroindustri minyak atsiri (Laksamanaharja, 2002). BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Minyak atsiri banyak digunakan dalam industri obat-obatan, flavor, fragrance, dan parfum. Di Indonesia tercatat 14 jenis minyak atsiri yang sudah diekspor.

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS. Muntolib**) dan Rusdiyantoro*)

ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS. Muntolib**) dan Rusdiyantoro*) ANALISA BAHAN ISOLASI PIPA SALURAN UAP PANAS PADA BOILER UNTUK MEMINIMALISASI HEAT LOSS Muntolib**) dan Rusdiyantoro*) Abstrak Uap panas merupakan sumber utama dalam mengolah produksi, aliran pipa uap

Lebih terperinci

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilam (Pogostemon sp.) merupakan salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil). Di dalam dunia perdagangan Intemasional minyak nilam sering

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENGERING Perancangan yang akan dilakukan meliputi penentuan dimensi atau ukuran ukuran utama dari alat pengering berdasarkan spesifikasi kopra yang akan dikeringkan. Alat pengering

Lebih terperinci

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara PERANCANGAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR (HRSG) YANG MEMANFAATKAN GAS BUANG TURBIN GAS DI PLTG PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN DAN PENYALURAN SUMATERA BAGIAN UTARA SEKTOR BELAWAN Tekad Sitepu, Sahala Hadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 50 BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA 4.1 Menentukan Titik Suhu Pada Instalasi Water Chiller. Menentukan titik suhu pada instalasi water chiller bertujuan untuk mendapatkan kapasitas suhu air dingin

Lebih terperinci