PENGAJARAN BAHASA JEPANG DENGAN METODE KUMON PADA MAHASISWA PROG. STUDI CINA DAN PROG. STUDI INGGRIS DI UNIVERSITAS DARMA PERSADA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGAJARAN BAHASA JEPANG DENGAN METODE KUMON PADA MAHASISWA PROG. STUDI CINA DAN PROG. STUDI INGGRIS DI UNIVERSITAS DARMA PERSADA"

Transkripsi

1

2 PENGAJARAN BAHASA JEPANG DENGAN METODE KUMON PADA MAHASISWA PROG. STUDI CINA DAN PROG. STUDI INGGRIS DI UNIVERSITAS DARMA PERSADA Irawati Agustine, Metty Suwandany, Tia Martia, Zainur Fitri, Syamsul Bahri Sastra Jepang Fakultas Sastra ABSTRAK Pada semester genap tahun akademik 2013/2014, Lembaga Kumon Tokyo Jepang mengadakan uji coba pengajaran bahasa Jepang dengan metode kumon di Universitas Darma Persada. Tujuan pengajaran dengan metode kumon adalah untuk mempersiapkan siswa mengikuti ujian kemampuan bahasa jepang (JLPT) yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation tanggal 6 Juli Adapun peserta yang mengikuti program ini adalah 5 orang dari program studi Jepang, 4 orang dari program studi Inggris, dan 3 orang dari program studi Cina. Fokus penelitian adalah pada peserta dari program studi Cina dan Inggris. Peserta program belajar mulai dari awal dan dipersiapkan untuk dapat mengikuti ujian tingkat N5. Program ini diadakan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari selasa dan kamis pukul Di luar waktu yang telah ditetapkan, para siswa diwajibkan mengerjakan PR minimal 20 lembar setiap hari sehingga dalam 1 minggu mereka rata-rata menyelesaikan 140 lembar kerja dan dalam waktu tiga bulan diharapkan dapat menyelesaikan level C (setara dengan N5). Kata kunci : kumon, JLPT, uji coba, metode 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam suatu kegiatan belajar mengajar, diperlukan adanya metode pengajaran agar dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Demikian pula di dalam kegiatan belajar mengajar bahasa asing, diperlukan adanya metode pengajaran bahasa. Pada dasarnya, manusia selalu mencari metode-metode penyajian materi pengajaran yang lebih baik untuk memudahkan pekerjaan atau tugas pemelajar. Adapun perubahan penyajian dalam metode pengajaran bahasa mencerminkan penekanan ketrampilan apa yang dianggap penting dan yang harus dikuasai oleh pemelajar. Seperti halnya pengajaran bahasa asing, pengajaran bahasa Jepang juga menggunakan beragam metode di mana metode-metode yang digunakan bertujuan untuk memudahkan pemelajar memahami materi yang disampaikan oleh pengajar.

3 Salah satu metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Jepang adalah Metode Kumon. Yang dimaksud dengan Metode Kumon adalah metode belajar mandiri atau perseorangan. Dilingkungan Universitas Darma Persada saat ini sedang diadakan uji coba program pengajaran bahasa Jepang dengan Metode Kumon yang akan berlangsung selama tiga setengah bulan terhitung mulai bulan Maret sampai bulan Juni. Program ini diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Kumon yang berada di Tokyo bekerja sama dengan UniversitasDarma Persada. Peserta program ini adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Darma Persada sebanyak 12 orang dengan rincian 5 orang mahasiswa program studi Jepang semester II, 4 orang mahasiswa program studi Inggris semester Vl, dan 3 orang mahasiswa program studi Cina semester Vl. Adapun tujuan dilaksanakannya program ini adalah agar mahasiswa peserta program ini dapat lulus dalam ujian kemampuan bahasa Jepang (Noryoku Shiken) N4/N5. Dari hal tersebut di atas, kami bermaksud melakukan penelitian terhadap mahasiswa studi Inggris dan program studi Cina selaku peserta program kumon tingkat pemula. program 2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pemaparan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sejauh manakah pembelajaran dengan metode kumon meningkatkan kemampuan pemelajar tingkat pemula dalam kesiapannya mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang N5. 3 TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses belajar bahasa, umumnya melibatkan guru, pengajaran bahasa, metode pengajaran, dan materi ajar. (Sri Utari,1993:5). Guru merupakan faktor yang penting dalam proses pemudahan belajar. Dalam pengajaran bahasa ada tiga hal yang dilibatkan yaitu linguistik, psikologi dan ilmu pendidikan. Metode dapat diinterpretasikan ke dalam kata cara, teknik, atau dapat diinterpretasikan dengan pendekatan. Istilah-istilah tersebut mengandung makna yang sangat signifikan dalam proses belajar mengajar. Berbicara tentang Metode Pengajaran, adalah bukan semata-mata terpusat pada teknik-teknik pengajaran, namun meliputi berbagai aspek baik teori dasar pengajaran bahasa asing pada umumnya maupun pengajaran bahasa Jepang pada khususnya. Sebagaian besar orang menganggap bahwa mempelajari bahasa Jepang sangatlah kompleks dan sulit dipahami. Kesuksesan pembelajaran bahasa Jepang tidak bisa

4 dilepaskan dari kesuksesan proses pengajarannya sendiri. Untuk para pemelajar tingkat pemula, umumnya mereka merasakan kesulitan dalam menerapkan struktur tata bahasa Jepang yang berbeda dengan struktur bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang lebih dahulu dipelajari. Pada tahap pemula inilah pengajaran tata bahasa ditekankan sungguh-sungguh agar pada tingkat pembelajaran selanjutnya, pemelajar bisa mencapai penguasaan aspek mendengar, berbicara,membaca, dan menulis dengan baik. Bagi pemelajar, tata bahasa menjadi semacam kompas dalam pemakaian bahasa. Bagaimanapun juga, penguasaan tata bahasa tidak bisa dinomor duakan. Walaupun sekarang ini ada juga yang berpendapat bahwa orientasi pada latihan percakapan harus lebih diutamakan dari pada orientasi tata bahasa. Seorang pengajar yang baik haruslah bisa menyeimbangkan hal tersebut. Sehingga, pada pengaplikasiannya pemelajar bisa memiliki aspek keterampilan mendengar, berbicara,membaca, dan menulis yang semakin seimbang dan baik karena ditunjang penguasaan tata bahasa yang baik pula. Pada dasarnya metode pengajaran tata bahasa memiliki pengertian bagaimana sebaiknya cara mengajarkan suatu bahasa. Dalam pengajaran bahasa asing, dahulu sering digunakan metode terjemahan tata bahasa. Tapi sekarang, sesuai dengan perkembangan system pengajaran, metode tersebut memiliki cukup banyak kelemahan. Suatu metode dikatakan baik apabila digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing. Pembimbing kumon/instruktur memberikan dukungan kepada setiap pemelajar dalam mengembangkan kemampuan belajar mandiri. (Kumon Shiki Nihongo, 2012). Pembelajaran dengan system kumon menitik beratkan pada ketrampilan mendengar,membaca dan menulis.(kimura Muneo : 132) Metode kumon adalah metode belajar perseorangan. Setiap pemelajar maju dengan kemampuannya membaca dan menulis yang berorientasi pada tata bahasa. Metode Kumon menggunakan bahan pelajaran berupa lembar kerja yang disusun sedemikian rupa secara sistematis. Dalam metode Kumon siswa yang sudah punya kemampuan cukup, bisa maju ke tingkat lebih tinggi. Bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidak mendapat kesulitan saat mengerjakan materi ajar yang lebih tinggi.

5 Selain itu dalam metode Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan harus benar dikerjakan semua sebelum bisa berganti lembar kerja. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri sampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan mengadakan test. Test adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri. 4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran dengan metode kumon dapat meningkatkan kemampuan pemelajar tingkat pemula dalam kesiapannya untuk mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang N5. 5 MANFAAT HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian diharapkan bagi para pengajar bahasa asing pada umumnya dan bahasa Jepang pada khususnya mendapatkan pengetahuan baru mengenai pengajaran bahasa dengan metode kumon. 6 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bersumber pada mahasiswa fakultas sastra Unsada Program Studi Cina (3 orang) dan mahasiswa Program Studi Inggris (4 orang) yang sedang mengikuti program pembelajaran

6 bahasa Jepang dengan metode kumon selama tiga setengah bulan (Maret Juni 2014). Setiap siswa harus melewati 4 tahapan/tingkatan. Setiap hari masing-masing siswa diharuskan menyelesaikan minimal 20 lembar kertas kerja. Dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk mengerjakan lembar kerja lebih dari 20 lembar sesuai dengan kesanggupan mereka. Seluruh lembar kerja diberi terjemahannya dalam bahasa Inggris. Selain itu, setiap siswa juga diwajibkan untuk mendengarkan CD yang telah dibagikan kepada setiap siswa. Setiap siswa diharuskan mencapai nilai 100 pada tiap lembar kerjanya. Setelah menyelesaikan satu tingkatan, siswa diharuskan mengikuti test untuk maju ke tingkatan selanjutnya. Proses ini akan berlangsung selama 3½ bulan dengan tujuan untuk mempersiapkan para siswa mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang tingkat/n5 yang akan diadakan awal bulan Juli METODE KUMON Awalnya metode kumon dicetuskan oleh seorang guru SMA bernama Toru Kumon pada tahun Beliau menemukan metode ini berawal dari hasil belajar matematika anak sulungnya yang bernama Takeshi yang masih duduk di kelas 2 SD sangat buruk. Dari hal tersebut, kemudian Toru Kumon berusaha menciptakan sekumpulan soal yang dapat dikerjakan oleh Takeshi secara bertahap dengan system mandiri yang kemudian memungkinkan si anak dapat mengembangkan kemampuannya melalui soal-soal tersebut. Setelah melalui uji coba berulang-kali, ia kemudian membuat serangkaian materi ajar yang ditulis dengan tangan pada kertas ukuran A5. Fitur dasar dari materi ini adalah memusatkan pada pengembangan kemampuan berhitung yang kuat yang memungkinkan Takeshi maju secepat mungkin ke materi matematika tingkat SMA. Pada bulan Juli 1954 Takeshi mulai menggunakan materi buatan ayahnya. Ia mulai dengan soal-soal penjumlahan dan maju secara cepat sampai mencapai materi kalkulus diferensial dan integral untuk tingkat kelas 2 SMA ketika ia di kelas 6 SD. Toru Kumon terus membuat materi ajar setiap harinya. Melalui proses inilah kemudian muncul filosofi kumon, yaitu pengembangan secara optimal dari kemampuan setiap individu, tak bergantung pada usia atau tingkatan kelas untuk menggali potensi. Toru Kumon percaya bahwa apa yang mungkin bagi seorang anak adalah mungkin juga bagi anak-anak yang lain. Oleh karena itu ia kemudian mulai menawarkan kesempatan untuk belajar dengan metode ini kepada anak-anak lainnya.

7 Metode Kumon adalah metode belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan siswa menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Metode Kumon menggunakan materi ajar berupa lembar kerja yang disusun sedemikian rupa secara sistematis yang berisi materi ajar dari tingkat prasekolah sampai dengan tingkat SMA. Materi ajar dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengerjakan dengan kemampuannya sendiri, juga memungkinkan siswa untuk mempelajari materi ajar di atas tingkatan kelasnya di sekolah. Dengan demikian, siswa mempunyai potensi yang tidak terbatas. Untuk mengembangkan potensi ini secara maksimal, diperlukan bimbingan dan lingkungan yang mendukung tanpa membatasi usia siswa. Dalam program kumon, pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa. Kumon menilai kunci keberhasilan belajar adalah dengan banyak berlatih. Tak heran bila selama belajar dengan metode kumon, siswa akan mendapat banyak porsi latihan. Di dalam metode ini, siswa yang sudah mempunyai kemampuan cukuplah yang bisa maju ke tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan bagi yang belum cukup akan terus mendapat pengulangan, sehingga nantinya ia tidak menemukan kesulitan saat mengerjakan materi yang lebih tinggi. Metode Kumon memberlakukan sistem nilai 100, artinya tiap latihan harus dikerjakan semua dengan benar sebelum berganti lembar kerja selanjutnya. Siswa yang melakukan kesalahan harus memperbaiki sendiri sampai mendapat nilai 100. Cara ini dinilai efektif agar siswa tidak lagi melakukan kesalahan yang sama. Metode ini tidak hanya mengajarkan cara berhitung/matematika, tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu sehingga mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kemampuan tersebut akan terlihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan cara mereka sendiri. Peserta program akan diajarkan dasar-dasar soal untuk bisa menyelesaikan materi yang lebih sulit. Metode ini juga bermanfaat untuk mempelajari matematika secara luas, misalnya aljabar, trigonometri, atau matematika tingkat lanjut. Selain bidang matematika, metode kumon juga sudah dikembangkan untuk materi ajar lain yaitu untuk pelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jerman, bahasa Perancis, dan sebagainya. Metode Kumon yang diberikan secara perorangan pada tingkatan dan

8 porsi yang tepat akan mengembangkan kemampuan belajar siswa. Selain itu sistem belajar dalam waktu singkat dan rutin setiap harinya, akan membentuk kemampuan siswa dalam berkonsentrasi, ketangkasan dalam bekerja, kemampuan berpikir, kebiasaan belajar, dan rasa percaya diri yang merupakan dasar untuk mempelajari hal-hal lainnya. Dalam pembelajaran bahasa dengan metode kumon, fokusnya adalah pada kemahiran membaca dan menulis, bukan untuk kemahiran berbicara. 7 HASIL PENELITAN Peserta pelatihan bahasa Jepang dengan metode kumon terdiri dari 4 orang siswa dari Program Studi Inggris semester 6 dan 3 orang siswa Program Studi Cina semester 4. Selain itu ada juga peserta yang berasal dari Program Studi Jepang sebanyak 4 orang yang semuanya sedang duduk di semester 2. Penelitian yang dilakukan kali ini adalah memfokuskan pada mahasiswa Program Studi Inggris dan Cina. Para siswa dibimbing oleh instruktur selama program ini berjalan. Program ini dimulai dari awal semester genap 2013 ( 11 Maret Juni 2014 ). Adapun tujuan diadakannya program ini adalah merupakan uji coba apakah para siswa tersebut dapat mengikuti ujian kemampuan bahasa Jepang (JLPT) yang diadakan pada tanggal 6 Juli Untuk siswa non Jepang targetnya adalah mengikuti JLPT N5, dan siswa Jepang JLPT N4. Penerapan Metode Kumon : 1. Seluruh siswa ditest kemampuan bahasa Jepang untuk menentukan titik awal mereka belajar. 2. Titik awal belajar seluruh siswa yang berasal dari Program Studi Inggris dan Cina adalah dari dasar yaitu dimulai dengan mempelajari huruf hiragana/katakana. 3. Tatap muka dilakukan dalam 1 minggu sebanyak 2 X dari pukul Setiap hari mereka diwajibkan untuk menyelesaikan lembar kerja sekurang-kurangnya sebanyak 20 lembar kerja. Dengan kata lain, dalam 1 minggu siswa harus menyelesaikan sekurang-kurangnya 140 lembar kerja.setiap lembar kerja terdapat terjemahan dalam bahasa Inggris. Mereka juga wajib untuk mendengarkan CD yang telah mereka terima masingmasing. 5. Lembar kerja yang telah selesai dikerjakan harus diperlihatkan kepada instruktur untuk diperiksa. 6. Setelah lembar kerja selesai diperiksa dan diberi nilai, instruktur kemudian mencatat hasil belajar hari itu pada daftar nilai. Hasil ini kemudian dianalisis untuk penyusunan program

9 belajar berikutnya. Dalam daftar nilai juga dicantumkan berapa lama waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal-soal dalam lembar kerja per 5 lembar. 7. Bila ada bagian yang salah, siswa diminta untuk memperbaiki bagian yang salah tersebut hingga semua lembar kerjanya memperoleh nilai 100. Adapun tujuannya adalah agar siswa menguasai benar materi ajar dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. 8. Siswa diberikan kesempatan memperbaiki kesalahan maksimal sebanyak 5 kali. Apabila masih terdapat kesalahan, maka instruktur melakukan pendekatan kepada siswa dan menanyakan tentang kesulitan yang dihadapi. 9. Sebelum pulang, instruktur memberikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa hari itu dan memberitahu materi yang akan dikerjakan siswa pada hari berikutnya. 10. Masing-masing siswa mempunyai kotak yang berisi materi ajar, daftar nilai dan berita acara belajar. Setiap siswa mengambil sendiri materi ajar yang ada dikotak masing-masing sebanyak yang dibutuhkan untuk kemudian dikerjakan. 11. Test diadakan pada setiap akhir level untuk menuju ke level yang selanjutnya. Peran Instruktur : 1. Instruktur terdiri dari 6 orang dosen program studi Jepang. 2. Melihat / mengetahui motivasi dari para siswa. 3. Menentukan titik awal dari rencana belajar tiap siswa. 4. Memberikan pengarahan di saat tatap muka dan mencek lembar kerja yang sudah dikerjakan siswa dan mengatur kembali rencana belajar. 5. Mencatat tanggal dan berapa lama waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk mengerjakan lembar kerja, mencatat kesalahan, mencatat nilai yang diperoleh siswa. (Semuanya dicatat dalam berita acara siswa per 5 lembar kerja) 6. Diharapkan agar instruktur bisa menjaga siswanya berada pada level yang sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. 7. Harus bisa memotivasi siswa supaya tetap semangat dengan cara memuji kemampuan siswa. 8. Instruktur harus bisa mengarahkan siswa untuk belajar setiap hari tanpa berhenti.

10 Untuk bisa mengikuti N5, siswa harus melampaui 6 tingkatan/level, yaitu, 4A, 3A, 2A, A, B,dan C. Dengan melihat data kehadiran dan tingkat yang telah dicapai siswa, maka dikhawatirkan apakah seluruh siswa benar-benar siap untuk mengikuti ujian JLPT karena hanya ada dua siswa yang telah melampaui tingkat/level C. Adapun isi dari materi untuk level 4A C mencakup ucapan, huruf/tulisan, tata bahasa, pemahaman kalimat, dan pemahaman kosa kata. Untuk tingkatan/level 4A C ( N5 ), siswa diharapkan dapat menguasai 185 huruf kanji dan 1000 kosa kata. Tingkat kehadiran siswa dan level yang telah dicapai : Program Studi Siswa A/Level Siswa B/Level Siswa C/Level Siswa D/Level Inggris 58%/A 58%/A 44%/A 26%/4A Cina 87%/C 79%/C 45%/B Keterangan : Siswa A/Inggris : Miftachus S. Aieni Siswa A/Cina : Marcellia M Siswa B/Inggris : Sifa Fauziah Siswa B/Cina : Dara Nur Aisyah Siswa C/Inggris : Abdullah Sukandar Siswa C/Cina : Anastasia Mentari Siswa D/Inggris : Lamria Margaretha Penilaian terhadap sikap ilmiah : No Nama Keterb ukaan Objektif Teliti Kedisi plinan Kerja sama Kejuju ran Tanggun g jawab total 1 Miftachus /48,5 2 Sifa F /46 3 Abdullah /54 4 Lamria /40 5 Marcellia /74 6 Dara /74 7 Mentari /51 Keterangan :5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang Pengajaran Bahasa Jepang dengan metode kumon adalah bentuk pengajaran tanpa pengajar. Dalam metode ini, hanya ada instruktur yang bertugas memeriksa hasil kerja siswa. Semua

11 petunjuk telah tertulis dalam lembar kerja. Setiap siswa diwajibkan membaca dengan teliti keterangan yang tercantum, kemudian mengerjakan soal-soal sesuai dengan petunjuk dan contoh. Selain membaca petunjuk yang ada dalam lembar kerja, siswa juga diminta untuk mendengarkan CD dan mengucapkan kembali sesuai dengan apa yang didengar dalam CD tersebut. Baik dalam berlatih melalui CD dan berlatih melalui lembar kerja semuanya dilakukan sendiri oleh siswa tanpa bimbingan ataupun arahan dari instruktur. Itu sebabnya metode kumon dikatakan sebagai metode belajar perseorangan yang bersifat mandiri. Instruktur hanya berkewajiban memberikan penjelasan apabila kesalahan telah dilakukan sebanyak 5 kali oleh siswa untuk materi yang sama. Apabila kesalahan dilakukan kurang dari 5 kali, siswa diminta untuk membaca petunjuk atau contoh yang tercantum dalam lembar kerja. Dari program kumon yang telah berjalan, hasil yang diperoleh dari para siswa kurang maksimal, karena hanya 2 orang siswa yang mencapai tingkat akhir (level C) sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena para siswa tidak maksimal dalam mengikuti program ini. Selain itu, para siswa juga masih belum menguasai dengan baik tulisan hiragana dan katakana sehingga dalam proses mengerjakan latihan yang ada dalam lembar kerja para siswa menemukan hambatan. 8 KESIMPULAN Dalam program kumon yang telah berjalan selama kurang lebih 4 bulan ini, terlihat bahwa program ini berjalan kurang maksimal karena tingkat kehadiran siswa yang minim, sehingga proses belajarpun tidak berjalan dengan lancar. Tingkat kehadiran siswa yang minim dikarenakan kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti program ini dengan sungguh-sungguh. Berbeda dengan para siswa yang berasal dari program studi Jepang, tingkat kehadiran mereka yang tinggi menyebabkan proses belajar berjalan dengan lancar dan umumnya mereka mengalami kemajuan yang pesat. Adapun pelaksanaan ujian JLPT akan diadakan pada tanggal 6 Juli 2014, dan hasilnya baru akan keluar sekitar awal bulan Oktober DAFTAR PUSTAKA Kimura, Muneo. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Bahasa Jepang. Bandung : Percetakan Ekonomi, , Kumon Shiki Nihongo, Tokyo: Nihongo Jigyobu, 2012

12 , Kumon Institute of Education, Tokyo, 2011 Subyakto, Sri Utari. Metodologi Pengajaran Bahasa,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993 Suwandi, Sarwiji. Model-Model Asesmen Dalam Pembelajaran, Surakarta: Yuma Pustaka, 2011 Taketoki, Yoshikawa. Nihongo Goyou Bunseki, Tokyo : Meiji Shoin, 1997

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat manusia adalah fenomena sosial (Chaer, 2007:32). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah fenomena ilmiah, tetapi bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk kepentingan komunikasi dengan dunia internasional dengan baik, kini di Indonesia disamping diajarkan bahasa Indonesia, juga diajarkan bahasa asing seperti bahasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. negara dan region dengan 4.28 juta siswa (data April 2010). Metode Kumon secara konsisten telah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. negara dan region dengan 4.28 juta siswa (data April 2010). Metode Kumon secara konsisten telah BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Setengah abad yang lalu, cinta seorang ayah kepada anaknya telah melahirkan Metode Kumon. Metode Kumon yang berawal dari cinta seorang ayah kepada

Lebih terperinci

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 97. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

Isi TENTANG KUMON. Tentang Kumon... h3. Lembar Kerja Kumon... h4. Program bimbingan belajar terbesar di dunia. Pembimbing Kumon...

Isi TENTANG KUMON. Tentang Kumon... h3. Lembar Kerja Kumon... h4. Program bimbingan belajar terbesar di dunia. Pembimbing Kumon... Isi 2 Tentang Kumon... h3 Lembar Kerja Kumon... h4 Pembimbing Kumon... h5 Alur Belajar... h6 Program Matematika... h8 Program Bahasa Inggris (EFL)... h9 Kumon Diseluruh Dunia... h11 TENTANG KUMON Program

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menempatkan pentingnya kemampuan setiap siswa, Kumon berkeinginan untuk

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menempatkan pentingnya kemampuan setiap siswa, Kumon berkeinginan untuk BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Kumon adalah metode perseorangan yang cocok untuk semua usia. Dengan menempatkan pentingnya kemampuan setiap siswa, Kumon berkeinginan untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang membedakan manusia dengan binatang adalah bahasa verbal/lisan atau berbicara. Manusia bisa berkomunikasi satu dengan lainnya dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa

22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa 22. Mata Pelajaran Bahasa Jepang Untuk Paket C Program Bahasa A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 98. Mata Pelajaran Bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Andina Pernatawaty,2014 PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Andina Pernatawaty,2014 PEMBELAJARAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peminat bahasa Jepang semakin meningkat dari tahun ke tahun, berdasarkan survey sementara Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang Tahun 2012, jumlah pembelajar

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL-SOAL JLPT ( 日本語能力試験 ) LEVEL 3 DENGAN FOKUS MOJI GOI PERIODE TAHUN

ANALISIS SOAL-SOAL JLPT ( 日本語能力試験 ) LEVEL 3 DENGAN FOKUS MOJI GOI PERIODE TAHUN ANALISIS SOAL-SOAL JLPT ( 日本語能力試験 ) LEVEL 3 DENGAN FOKUS MOJI GOI PERIODE TAHUN 2003 2008 Metty Suwandany Fakultas Sastra Jepang ABSTRAK Moji adalah sebutan huruf dalam bahasa Jepang. Huruf dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan 4.1.1. Sejarah KUMON adalah sebuah lembaga pendidikan yang memberikan program belajar dan bimbingan secara perseorangan disesuaikan dengan kemampuan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia semakin banyak masyarakat yang mempelajari bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia semakin banyak masyarakat yang mempelajari bahasa Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia semakin banyak masyarakat yang mempelajari bahasa Jepang untuk kebutuhan akademik maupun profesional. Tarigan (dalam Restoeningrum 2011: 271) menjelaskan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Karena melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan ide, gagasan dan dapat berinteraksi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa

Bab 1. Pendahuluan. dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang memiliki daya tarik yang besar bagi orang asing untuk dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa yang mengambil jurusan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL STANDAR KOMPETENSI LULUSAN BAHASA JEPANG UNTUK HOTEL DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desi Siti Nuraeni,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desi Siti Nuraeni,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tulisan pada awalnya terdapat pada batu-batu peninggalan yang hampir semua bentuk awal lambang tulisan berupa gambar atau diagram. Sehingga sebelum ditemukannya cara

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. seseorang perlu untuk mempelajari bahasa negara tersebut. Selain sebagai bahasa negara,

Bab 1. Pendahuluan. seseorang perlu untuk mempelajari bahasa negara tersebut. Selain sebagai bahasa negara, Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan elemen yang penting untuk berkomunikasi. Setiap negara mempunyai bahasa yang berbeda sehingga untuk berbicara dengan penduduk negara lain, seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2008:1428) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah orang asing yang belajar Bahasa Jepang dari tahun ke tahun pada umumnya terus meningkat. Menurut Sudjianto dan Dahidi (2004:5-6), Sebagaimana dilaporkan di dalam

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat

Bab 1. Pendahuluan. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat jenis komponen yaitu, berbicara, menulis, membaca, dan mendengar atau menyimak. Dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, kita mengenal empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Bahasa disebut sebagai alat komunikasi karena bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *) Pengantar Kurikulum merupakan cerminan dari filosofi, keyakinan, dan cita-cita suatu bangsa. Melalui dokumen tersebut, seseorang dapat mengetahui

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH BAHASA MANDARIN I DI PRODI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FIB UB Diah Ayu Wulan Dosen Sastra Cina FIB UB diahayuwulan96@yahoo.co.id Abstrak Bahasa Mandarin merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini Jepang memainkan peranan di dunia, terutama dalam perkembangan teknologi. Kemampuan itulah yang membuat Negara sakura ini kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, karena komunikasi yang baik di tunjang oleh kemampuan bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. baik, karena komunikasi yang baik di tunjang oleh kemampuan bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial di dunia ini kita diwajibkan untuk bisa bersosialisasi dengan dunia luar. Salah satu caranya ialah dengan berkomunikasi, tidak bisa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada peserta didik, seperti kesulitan dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Apakah Anda mempunyai komputer di rumah (PC) atau laptop?? Ya (menuju nomor 2) Tidak (menuju nomor 3)

LAMPIRAN. 1. Apakah Anda mempunyai komputer di rumah (PC) atau laptop?? Ya (menuju nomor 2) Tidak (menuju nomor 3) L1 LAMPIRAN Kuisioner Awal 1. Apakah Anda mempunyai komputer di rumah (PC) atau laptop?? Ya (menuju nomor 2) Tidak (menuju nomor 3) 2. Apakah Anda memiliki akses internet untuk laptop atau komputer? Ya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN BACAAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GATAK MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN BACAAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GATAK MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN BACAAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GATAK MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DAN EFEKTIF SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S 1 Pendidikan

Lebih terperinci

2016 PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASOSIASI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN HURUF HIRAGANA DASAR PADA SISWA SMA KELAS X

2016 PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASOSIASI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN HURUF HIRAGANA DASAR PADA SISWA SMA KELAS X BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Huruf hiragana merupakan salah satu huruf dasar dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menuliskan kosakata asli bahasa Jepang. Adimiharja (2007) mengungkapkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan akhir pembelajaran Bahasa Inggris adalah kemampuan siswa menguasai aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa (grammar),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ninna Anggi Ristiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ninna Anggi Ristiani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini bahasa asing banyak dipelajari baik di lembaga pendidikan formal maupu non formal. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan sumber daya manusia yang baik sangatlah penting dilakukan sebagai modal dasar pembangunan nasional, terutama dalam menghadapi persaingan di era

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR HURUF HIRAGANA PADA SISWA KELAS X SMAN 24 BANDUNG. Studi Deskriptif pada siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung

ANALISIS KESULITAN BELAJAR HURUF HIRAGANA PADA SISWA KELAS X SMAN 24 BANDUNG. Studi Deskriptif pada siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung ANALISIS KESULITAN BELAJAR HURUF HIRAGANA PADA SISWA KELAS X SMAN 24 BANDUNG Studi Deskriptif pada siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung Oleh: RIFA FAUZIA 043462 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya (Pateda, 1993:6). Tanpa adanya bahasa

Bab 1. Pendahuluan. bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya (Pateda, 1993:6). Tanpa adanya bahasa Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalankan kegiatan, baik sebagai mahasiswa, dosen, karyawan, ibu rumah tangga dan lain-lain yang tentunya kita sebagai mahkluk sosial, tidak akan pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa itu sendiri terbagi menjadi empat komponen, yaitu: menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL TUGAS TERSTRUKTUR DAN KUIS ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII MTsN Cepogo Boyolali ) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

RAPOR RAPOR PETUNJUK PENGELOLAAN PETUNJUK PENGELOLAAN

RAPOR RAPOR PETUNJUK PENGELOLAAN PETUNJUK PENGELOLAAN PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR PETUNJUK PENGELOLAAN RAPOR DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN DIKDASMEN DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAN PERTAMA TAHUN 2006 DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara dan mengeluarkan pendapat dengan bahasa asing, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara dan mengeluarkan pendapat dengan bahasa asing, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berbicara dan mengeluarkan pendapat dengan bahasa asing, khususnya bahasa Jerman, bagi kebanyakan siswa merupakan hal yang cukup sulit. Pada umumnya dalam pembelajaran

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR BAHASA JEPANG MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UMY. -Studi Survey pada mahasiswa PBJ UMY angkatan

MOTIVASI BELAJAR BAHASA JEPANG MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UMY. -Studi Survey pada mahasiswa PBJ UMY angkatan MOTIVASI BELAJAR BAHASA JEPANG MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UMY -Studi Survey pada mahasiswa PBJ UMY angkatan 2013-2016- Dedi Suryadi Rosi Rosiah Email: dedisuryadi@umy.ac.id Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran bahasa Indonesia saat ini cenderung kurang baik. Semua itu karena kurangnya minat baca siswa. Seperti yang disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran bahasa Indonesia saat ini cenderung kurang baik. Semua itu karena kurangnya minat baca siswa. Seperti yang disampaikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pengajaran bahasa Indonesia saat ini cenderung kurang baik. Semua itu karena kurangnya minat baca siswa. Seperti yang disampaikan Suwandi (2007) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bahasa asing tidak lepas dari penguasaan aspek keterampilan berbahasa. Aspek keterampilan tersebut dibagi menjadi empat macam, yaitu aspek keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk mengerti satu sama lain. Selain itu bahasa juga dipakai untuk menyampaikan ide, perasaan, pendapat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga mampu bersaing. Jika manusia tidak mampu untuk bersaing maka lamakelamaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga mampu bersaing. Jika manusia tidak mampu untuk bersaing maka lamakelamaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini menuntut setiap manusia menggalipotensinya sehingga mampu bersaing. Jika manusia tidak mampu untuk bersaing maka lamakelamaan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek dasar, yaitu berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek dasar, yaitu berbicara, menyimak, membaca dan menulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan dalam berbahasa harus dikuasai oleh siswa meliputi empat aspek dasar, yaitu berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Keterampilan ini harus ada didalam

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENULIS DAN MEMBACA KANJI

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENULIS DAN MEMBACA KANJI ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENULIS DAN MEMBACA KANJI (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa Tingkat II Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra UNIKOM Tahun Akademik 2013/2014) Oleh : Fadhilal Chusna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan Negara-negara modern dewasa ini sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengembangan Negara-negara modern dewasa ini sangat tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengembangan Negara-negara modern dewasa ini sangat tergantung pada pembangunan mutu sumber daya manusia dan pengorganisasian kegiatan mereka dalam masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997:44) adalah. Penjumlahan Berulang, Pembagian menurut Suripto dan Joko Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN. Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997:44) adalah. Penjumlahan Berulang, Pembagian menurut Suripto dan Joko Sugiarto 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997:44) adalah Penjumlahan Berulang, Pembagian menurut Suripto dan Joko Sugiarto (2007:119) adalah Pengurangan Berulang,

Lebih terperinci

Alfiyatul Fajar K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Alfiyatul Fajar K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Eksperimentasi penggunaan peta konsep dalam METODE DRILL pada sub pokok bahasan limit fungsi trigonometri ditinjau dari kedisiplinan belajar siswa kelas XI IPA SemesteR II SMA Al-Islam I Surakarta tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Pada pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa dikelompokan menjadi dua yaitu, keterampilan reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit), serta keterampilan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

Telah dibuka kursus untuk anak-anak yang mempunyai hubungan dengan negara asing

Telah dibuka kursus untuk anak-anak yang mempunyai hubungan dengan negara asing きずなインドネシア語 Telah dibuka kursus untuk anak-anak yang mempunyai hubungan dengan negara asing KURSUS PERSIAPAN AWAL UNTUK BERSEKOLAH DI JEPANG DAN BAHASA JEPANG TINGKAT DASAR KIZUNA Badan Pendidikan Kota

Lebih terperinci

Pedoman Pengajaran Bahasa Jepang Bagi Trainee Sebelum Dikerahkan

Pedoman Pengajaran Bahasa Jepang Bagi Trainee Sebelum Dikerahkan Pedoman Pengajaran Bahasa Jepang Bagi Trainee Sebelum Dikerahkan Organisasi Kerjasama Pelatihan Internasional Jepang JITCO DAFTAR ISI Halaman 1 Pendahuluan 1 2 Sasaran Yang Ingin Dicapai Dalam Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat untuk mencapai tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat untuk mencapai tujuan ekonomi-perdagangan, hubungan antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar bahasa asing merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memperlancar terbentuknya suatu komunikasi internasional. Bahasa asing merupakan alat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu pembangunan ditentukan oleh suatu kualitas pendidikan warganya, karena dengan pendidikan dapat mencapai kesejahteraan hidup, mengembangkan potensi diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masing-masing (tidak seperti di sekolah) dan Dilegence yang artinya anak. Matematika yang kuat. Yang dilakukannya adalah 12 :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masing-masing (tidak seperti di sekolah) dan Dilegence yang artinya anak. Matematika yang kuat. Yang dilakukannya adalah 12 : BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Kumon Sistem belajar Metode Kumon dikembangan pertama kali oleh seorang jepang yang bernama Toru Kumon, yang juga adalah seorang guru Matematika SMU. Dalam metode ini yang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 56 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Lembaga Jarimatika Banjarmasin di Jalan Sultan Adam, Komplek Awang Sejahtera II No. 34 RT. 15 Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia ditingkatkan untuk disesuaikan dengan taraf perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia ditingkatkan untuk disesuaikan dengan taraf perkembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat, menuntut mutu pendidikan di Indonesia ditingkatkan untuk disesuaikan dengan taraf perkembangan teknologi saat ini. Contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembaharuan metode atau cara mengajar. Pembaharuan dalam metode atau cara

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembaharuan metode atau cara mengajar. Pembaharuan dalam metode atau cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang berpengaruh atau berperan dalam pencapaian tujuan pembelajaran adalah pembaharuan metode atau cara mengajar. Pembaharuan dalam metode

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Mata Kuliah : Bahasa 1 Kode/SKS : /2 Semester : 2 Kelompok Mata Kuliah : MKU/MKDP/MKKP/MKKF/MKKPS/MKPP *) Status Mata Kuliah : Wajib/Pilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan sistematis. Metode penelitian pada dasarnya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mega Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mega Sari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur paling integral dari suatu komunikasi. Ada pakar yang menyebutkan istilah pemerolehan bahasa (language acquisution) dan ada pula yang menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan negara lain. Adapun yang menjadi ciri khas tersebut antara lain adalah adat istiadat, budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diketahui tingkat prestasi belajar siswa. Laporan prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diketahui tingkat prestasi belajar siswa. Laporan prestasi belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat prestasi belajar siswa. Laporan prestasi belajar siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menjadi daya tarik itu sendiri yaitu bahasa Indonesia. Dewasa ini, banyak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi orang asing karena beragamnya budaya dan suku bangsa yang dimiliki oleh Indonesia. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Winda Widyanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi adalah cara manusia untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, salah satu faktor yang mendukung untuk berkomunikasi adalah bahasa. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Sekolah Menengah Pertama Terbuka Sekolah Menengah Pertama Terbuka atau disingkat SMP Terbuka adalah pendidikan alternatif pada jalur pendidikan formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang dihadapkan pada tantangan-tantangan yang. mengharuskannya mampu melahirkan individu-individu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sekarang dihadapkan pada tantangan-tantangan yang. mengharuskannya mampu melahirkan individu-individu yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang memiliki sumber daya yang melimpah harus dapat meningkatkan kualitas pendidikan agar tercipta generasi muda yang berkualitas. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. Salah satu faktor penentu bagi kelestarian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyaksikan kejadian di suatu negara pada waktu bersamaan dengan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyaksikan kejadian di suatu negara pada waktu bersamaan dengan bantuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dengan perkembangan dunia modern saat ini memungkinkan manusia sudah tidak mengenal waktu, jarak dan batas lagi. Seluruh penduduk di dunia bisa menyaksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemahiran berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan 522 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan dan saran dipaparkan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab rumusan masalah yang dijabarkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan bahan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika menurut Johson dan Myklebust (1967: 24) "Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 2, Nomor 1, Februari 2016, Halaman 11 16 ISSN: 2442 4668 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATAKULIAH KALKULUS Alfiani

Lebih terperinci

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan

96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan 96. Mata Pelajaran Bahasa Perancis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Pilihan A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu

Lebih terperinci

Lispridona Diner Universitas Negeri Semarang

Lispridona Diner Universitas Negeri Semarang IMPLEMENTASI METODE TEMATIK INTEGRATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG Lispridona Diner Universitas Negeri Semarang lisjoost@yahoo.com Abstrak Dalam belajar bahasa diperlukan empat kemampuan berbahasa

Lebih terperinci

THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR

THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR THE IMPLEMENTATION OF PERFORMANCE ASSESSMENT TO IMPROVE THE WRITING SKILL OF THE STUDENTS IN CLASS XI 2 SMA ( SLUA ) SARASWATI 1 DENPASAR Ni Made Wersi Murtini and Ida Ayu Made Wedasuwari Mahasaraswati

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Kegiatan PPL dilaksanakan kurang lebih selama satu bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar mempersiapkan diri baik mental maupun fisik.

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DISERTAI PEMBERIAN MODUL PADA PERKULIAHAN KALKULUS VEKTOR

MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DISERTAI PEMBERIAN MODUL PADA PERKULIAHAN KALKULUS VEKTOR MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DISERTAI PEMBERIAN MODUL PADA PERKULIAHAN KALKULUS VEKTOR Anny Sovia Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia harus terus ditingkatkan kualitas pribadi, kemampuan berkarya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia harus terus ditingkatkan kualitas pribadi, kemampuan berkarya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara mengenai sumber daya manusia tentu tidak bisa lepas dari masalah pendidikan sebagai salah satu pranata utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Kiasan dalam Kelas Senior Bahasa Inggris Senior sekolah menengah atas dalam kelas Bahasa Inggris Cleo Barnes akan memulai unit 3-minggu pada kiasan, menjawab Pertanyaan Penting, Mengapa orang tidak langsung

Lebih terperinci