BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
|
|
- Sri Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memajukan masyarakat dan warganya (Budiman, 1996). Pembangunan saat ini terjadi adalah pembangunan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan pendayagunaan sumberdaya manusia. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian Indonesia tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012 (BPS, 2014). Sumberdaya alam jika terus menerus digunakan maka kualitasnya akan menurun dan pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan dapat disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, konsumsi energi, dan kegiatan-kegiatan industri. Permasalahan lingkungan hidup telah menjadi perhatian di banyak negara dan masyarakat internasional. Tanggapan yang paling serius ketika diadakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi pada tahun 1972 di Stockholm, Swedia. Konferensi tersebut dibahas tentang lingkungan yang sehat dan produktif. Sejak saat itulah negara-negara di dunia mulai mengimplementasikan arahan dari konferensi tersebut. Pada perkembangannya, pada tahun 1983 dibentuk Komisi Lingkungan Hidup dan Pembangunan Dunia (World Commission on Environment and Development, WCED) oleh PBB. Komisi inilah yang bertugas menangani berbagai permasalahan yang terkait dengan pembangunan dan lingkungan. Kemudian pada bulan Juni 1992, United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) menggelar konferensi di Rio de Janeiro membahas agenda lingkungan dan 1
2 pembangunan di Abad ke-21 yang kemudian disebut dengan Agenda 21. Agenda 21 ini menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan integrasi dari 3 pilar yaitu : Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. UNCED membentuk komisi pembangunan berkelanjutan (Commision on Sustainable Development, CSD) pada tahun Sepuluh tahun dari deklarasi Rio, dilaksanakan konferensi puncak dunia tentang pembangunan berkelanjutan (World Summit on Sustainable Developmen) di Johannesburg Afrika Selatan. Konferensi ini membahas mengenai kemerosotan kualitas lingkungan hidup. Konferensi tersebut dikenal dengan Konferensi Rio+10. Meskipun sudah dilaksanakannya beberapakali konferensi tentang lingkungan hidup dan sudah ada perhatian dari masyarakat internasional mengenai komitmen dan perhatian terhadap kondisi lingkungan tetapi kondisi lingkungan hidup masih tetap saja kondisinya memburuk. Hal ini tidak terlepas dari perilaku penduduk yang berlebihan, seperti bergaya hidup mewah, penggunaan energi yang kurang efisien, dan perilaku mencemari lingkungan. Kondisi ini diperparah oleh pertumbuhan industri yang semakin pesat, jumlah kendaraan bermotor yang bertambah banyak, serta kurangnya kesadaran manusia menjaga dan melestarikan lingkungan. Oleh karena itu usaha dalam menjaga lingkungan hidup melalui pembangunan berkelanjutan menjadi semakin penting untuk diperjuangkan demi menjamin pemenuhan kebutuhan dan kehidupan yang layak untuk generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang (Brundtland, 1987). Sejalan dengan perkembangan jaman, pembangunan berkelanjutan tidak hanya fokus pada isu-isu lingkungan, lebih jauh dari itu pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki wilayah yang terdiri dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Proses perkembangan pembangunan tiap kabupaten/kota di DIY berbeda-beda. Kota Yogyakarta 2
3 Rupiah sebagai pusat kota di DIY dan Kabupaten Sleman berada di area peri urban memiliki pertumbuhan pembangunan ekonomi dan sosial lebih cepat dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Hal ini dapat ditunjukan dari besaran PDRB perkapita atas dasar harga berlaku. Pada tahun 2010 Kota Yogyakarta memiliki nilai PDRB perkapita paling tinggi disusul oleh Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kabupaten Bantul (BPS DIY, 2011). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar ,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta kabupaten/kota Gambar 1. 1 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku di DIY tahun 2010 (Sumber : BPS DIY, 2011) Ditinjau dari aspek pembangunan lingkungan, kabupaten/kota yang memiliki pembangunan ekonomi tinggi justru mengalami kemunduran pembangunan lingkungannya. Kota Yogyakarta yang memiliki PDRB perkapita paling besar di DIY, memiliki kondisi pembangunan lingkungan yang buruk. Pada tahun 2011 dari total jumlah desa 45, yang terkena pencemaran air sebanyak 8 desa atau sekitar 17,78 persen. Kabupaten Sleman justru lebih parah, jumlah desa yang terkena pencemaran air sebanyak 20 desa dari 86 total jumlah desanya atau sekitar 23,26 persen (BPS DIY, 2012). Begitu juga yang terjadi pada pencemaran tanah dan udara. Kedua 3
4 kabupaten/kota tersebut memilik jumlah desa tercemar tinggi. untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1. 1 Banyaknya desa yang mengalami pencemaran lingkungan menurut jenis pencemarannya menurut kabupaten/kota di DIY tahun 2011 Kabupaten/ kota Total jumlah desa Jumlah desa yang mengalami pencemaran Air Tanah Udara PDRB Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kulonprogo ,82 2 2, , Bantul ,67 1 1, , Gunungkidul ,39 2 1, , Sleman ,26 3 3, , Yogyakarta ,78 1 2, , DIY ,05 9 2, , Sumber : BPS DIY, 2012 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dikatakan sebagai keberhasilan dari sebuah pembangunan. Namun demikian, jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi diikuti oleh kerusakan lingkungan justru akan menyebabkan kemunduran pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu mengkaji suatu pembangunan tidak hanya betolak ukur pada pertumbuhan ekonomi tetapi harus diperhatikan kondisi sosial dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan kajian mengenai keberlanjutan pembangunan wilayah Rumusan Masalah Kabupaten/kota di DIY memiliki proses perkembangan pembangunan yang berbeda-beda. Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki perkembangan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sedangkan Kabupaten Kulon Progo, Bantul dan Gunungkidul pertumbuhan ekonominya masih dibawah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Pertumbuhan ekonomi menjadi prioritas dalam pembangunan. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai dengan kemunduran lingkungan. Pertumbuhan ekonomi 4
5 harus seimbang dengan pertumbuhan sosial dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Mengkaji suatu perkembangan pembangunan di DIY sudah banyak sekali dilakukan. Akan tetapi mengkaji secara kuantitatif tentang keberlanjutan pembangunan antar kabupaten/kota di DIY belum dilakukan. Walaupun sudah diketahui sebelumnya bahwa kabupaten/kota di DIY yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi berdampak pada kondisi lingkungannya yang memburuk. Namun dalam mengkaji keberlanjutan pembangunan cakupannya sangat luas dan menggunakan berbagai jenis indikator pembangunan berkelanjutan. Merujuk pada latar belakang dan rumusan masalah, pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah : 1. seperti apa perkembangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan antar kabupaten/kota di DIY tahun ? 2. bagaimana status keberlanjutan pembangunan wilayah antar kabupaten/kota di DIY tahun ? 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. menganalisis perkembangan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan antar kabupaten/kota di DIY pada tahun menentukan status keberlanjutan pembangunan wilayah antar kabupaten/kota di DIY tahun Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain : a. secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi terkait kajian tingkat keberlanjutan pembangunan wilayah kususnya di DIY. b. secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberi masukan terhadap pemerintah untuk dapat mengevaluasi pembangunan 5
6 yang terjadi agar terciptanya pembangunan yang berkelanjutan di wilayahnya Keaslian Penelitian Penelitian ini secara umum mengambil tema mengenai kajian pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan model pembangunan yang mengintegrasikan antara pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada kenyataanya memang sulit untuk melaksanakan model pembangunan seperti ini karena cakupannya begitu luas dan komperhensif. Maka perlu adanya kajian untuk mengetahui sejauh mana pelaksanakan pembanguan berkelanjutan berjalan. Kajian dengan membandingakan keberlanjutan pembangunan tiap wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi menjadi fokus dalam penelitian ini. Walaupun demikian, pada penelitian sebelumnya banyak yang fokus meneliti perkembangan indikator pembangunan wilayah dalam satu wilayah. Terdapat beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang juga mengangkat tema yang sama. Perbedaan tersebut yaitu penelitian ini lebih menitikberatkan pada tingkat keberlanjutan pembangunan wilayah, khususnya wilayah kabupaten/kota yang ada di DIY. Penelitian ini melihat bagaimana perkembangan tingkat keberlanjutan pembangunan wilayah tiap kabupaten/kota yang ada di DIY dari tahun Penelitian sebelumnya banyak menyoroti bagaimana suatu wilayah pembangunannya menuju arah berkelanjutan dengan mengkaji beberapa indikator tertentu. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2003). Penelitian ini fokus kepada indikator-indikator permasalahan lingkungan. Indikator tersebut diantaranya permasalahan persampahan, polusi udara, dan limbah. Daerah penelitian yang diambil meliputi Kota Bandung, Bogor, dan Depok. Hasilnya menunjukkan bahwa pemerintah kota belum layak dalam mengelola permasalahan persampahan, polusi udara, dan limbah. 6
7 Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Blackburn (2011). Penelitian ini tentunya berbeda sekali dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian ini bertujuan membuat indikator pembangunan berkelanjutan sekaligus mengukur keberlanjutan kota tersebut. Penelitian ini mengambil daerah penelitian di Kota Huston. Penelitian ini hanya fokus pada satu daerah penelitian. Berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan yang mengkaji beberapa daerah penelitian serta membandingkannya satu sama lainnya. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Fitriani (2012). Penelitiannya memiliki tujuan untuk mengetahui peran perencanaan tata ruang kota dalam dalam pembangunan berkelanjutan di Kota Medan. Perencanaan tata ruang tentu sangat erat kaitannya dengan pembangunan yang terjadi di wilayah tersebut. Hasilnya adalah adanya hubungan yang sangat kuat antara tata ruang kota dengan pembangunan kota. Setiap rencana pembangunan dibuat untuk menjadikan pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini sangat terlihat berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian ini hanya fokus pada hubungan antara perencanaan tata ruang terhadap pembangunan berkelanjutan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nugroho (2012). Penelitian ini memiliki tujuan mengevaluasi penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan di Kabupaten Boyolali. Datanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sudah adanya prinsip pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Boyolali namun penerapannya belum optimal. Penelitian ini lebih fokus kepada prinsip pembangunan berkelanjutan yang dijalankan di Kabupaten Boyolali. Untuk lebih jelasnya perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel
8 Tabel 1. 2 Keaslian penelitian No. Nama Judul Tujuan Daerah Penelitian 1. Teguh Kurniawan Manajemen kota Mengusulkan beberapa Kota (Diskusi Dwi berkelanjutan di indikator kepada Bandung, Bulanan, 2003) Indonesia : pemerintah untuk dapat Depok Universitas indikator dalam menilai kota dan Indonesia mengembangkan berkelanjutan Bogor kota berkelanjutan oleh pemerintah 2. Jim Blackburn (Research project from Rise University and Shell centre for sustainability, 2011) Indonesia Measurment City Sustainability : Project Huston Membuat indikator pembangunan berkelanjutan dan mengukur keberlanjutan kota tersebut Kota Huston Data Metode Hasil Data Persampahan, limbah dan polusi Hasil survei lapangan dan data sekunder pada indikator terpilih Metode kualitatif dengan wawancara langsung kepada stakeholder Analisis deskriptif dan survei lapangan Pemerintah kota terkait belum layak dalam mengelola permaslahan persampahan, polusi udara dan limbah Penilaian pada masingmasing indikator 8
9 Lanjutan Tabel 1.2. Keaslian penelitian No Nama Judul Tujuan Daerah Penelitian 3. Reine Fitriani Peran Mengetahui peran Kota Medan (Student Paper, perencanaan perencanaan tata 2012) tata ruang kota ruang kota dalam Universitas dalam pembangunan Sumatera Utara pembangunan berkelanjutan di Kota berkelanjutan di Medan Kota Medan Data Metode Hasil Kualitatif dengan pendekatan deskriptif Ada hubungan yang sangat kuat antara perencanaan tata ruang kota dengan pembangunan kota. Setiap rencana pembangunan dibuat untuk menjadikan pembangunan berkelanjutan 4. Wahyu Dwi Nugroho (Thesis, 2012) UNDIP Evaluasi Penerapan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pembangunan di Kabupaten Boyolali Mengevaluasi penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan di Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali Hasil wawancara dari SKPD dan data sekunder Eksplanation, teknik interview dengan bantuan guided interview Prinsip pembangunan sudah ada di Kabupaten Boyolali namun penerapannya belum optimal 9
10 Lanjutan Tabel 1.2. Keaslian penelitian No Nama Judul Tujuan Daerah Penelitian 5 Apip Priadi Kajian Tingkat (Skripsi, 2014) Keberlanjutan Pembangunan Wilayah di DIY tahun a. Menganalisis perkembangan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan antar kabupaten/kota di DIY pada tahun b. Menentukan status keberlanjutan pembangunan wilayah antar kabupaten/kota di DIY tahun Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo Data Metode Hasil Variabel Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Kuantitatif deskriptif, Metode scaling. a. Pada periode tahun pembangunan ekonomi terbaik adalah Kota Yogyakarta, pada pembangunan sosial adalah Kabupaten Sleman, dan pembangunan lingkungan adalah Kabupaten Gunungkidul b. Pada periode tahun yang termasuk Keberlanjutan Tinggi (KT) adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Keberlanjutan Rendah (KR) adalah Kabupaten Kulon Progo, Gunungkidul, dan Bantul. 10
11 1.6. Tinjauan Pustaka Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) Pembangunan adalah adanya perubahan dari suatu kondisi tertentu ke kondisi yang dianggap lebih baik (Katz, 1966). Pembangunan sebagai upaya dalam mensejahterakan masyarakat, yang pada dasarnya merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang akan berdampak pada perubahan fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu, polapola pembangunan menentukan ukuran kualitas lingkungan hidup (Djadjadiningrat dkk, 2011). Pembangunan berkelanjutan menurut Brundtland (1987) adalah pembangunan untuk memenuhi keperluan hidup masa kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang. Kemudian pengertian ini dikembangkan menjadi memperbaiki kualitas kehidupan manusia dengan tetap memelihara kemampuan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan hidup dari ekosistem yang menopangnya (UNEP, 1992) Definisi pembangunan berkelanjutan menurut Bond (2001, dalam Muta ali, 2012) adalah pembangunan dari kesepakatan multidimensional untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk semua orang dimana pembangunan ekonomi, sosial dan proteksi lingkungan saling memperkuat dalam pembangunan. Perlu digarisbawahi bahwa pembangunan berkelanjutan bukan hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga fokus untuk menjaga kehidupan sosial dan kelestarian lingkungan. Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, 3 pilar utama pembangunan harus berjalan seimbang. Konsep pembangunan berkelanjutan menurut Blackburn (2011) yaitu ekonomi yang stabil, pelayanan yang layak untuk masyarakat kota dan hidup dalam batas lingkungan. Kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yaitu mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial dan lingkungan secara bersamaan. Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan 11
12 saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Integrasi antara faktor ekonomi dan lingkungan terwujudnya pemanfaatan sumberdaya lingkungan yang efesien dan pola konsusmsi dan produksi yang berkelanjutan. Integrasi dari faktor ekonomi dan sosial yaitu terciptanya kebutuhan dasar untuk masyarakat. Sedangkan integrasi antara faktor lingkungan dengan sosial mewujudkan sebuah tempat yang nyaman. Pernyataan ini ditunjukan oleh gambar 1.2 Sustainability Triangle. Gambar 1. 2 Sustainablity Triangle (Blackburn, 2011) Pembangunan berkelanjutan merupakan titik temu dari ketiga pilar utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan (United Nations, 2005). Ketiga pilar tersebut memiliki hubungan satu sama lainnya, yaitu pilar ekonomi dengan pilar sosial menyebabkan adanya pemerataan. Pilar lingkungan dan pilar ekonomi menyebabkan terjadinya suatu kondisi ekonomi yang tepat guna. Pilar sosial dan pilar lingkungan menyebabkan terjadinya kondisi kehidupan yang nyaman. Pernyataan ini seperti terlihat pada gambar
13 Gambar 1. 3 Scheme of sustainable development (United Nations, 2005) Pembangunan berkelanjutan mengisyaratkan adanya kompromi atau integrasi antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini juga dapat memenuhi kebutuhan yang masa yang akan datang. Jadi dalam pembangunan berkelanjutan pemenuhan kebutuhan saat ini jangan sampai berlebihan dan memberi dampak negatif untuk masa yang akan datang. Dalam membangun wilayah juga melibatkan aktor ekonomi, sosial dan lingkungan yang seringkali dalam proses pembangunan tidak ada keseimbangan antara ekonomi, sosial dan lingkungan. Pembangunan saat ini lebih pada membangun ekonomi wilayah karena dapat meningkatkan pendapatan wilayah. Adanya konsep pembangunan berkelanjutan dapat melihat dan mengevaluasi kondisi pembangunan wilayah yang terjadi. Pembangunan berkelanjutan menurut Undang-Undang RI nomor 32 tahun 2009 adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan selalu memberikan dampak dan perubahan, baik itu positif 13
14 maupun negatif. Dampak positif merupakan salah satu tujuan dari pembangunan, yaitu perubahan positif manusia untuk bisa hidup lebih sejahtera. Pembangunan yang terjadi di negara berkembang tidak memperhatikan dampak negatifnya terhadap lingkungan, baik yang bersifat hayati (kerusakan ekosistem dan keanekaragaman hayati) maupun non hayati (sosial budaya). Sebelum konsep pembangunan berkelanjutan dicanangkan, pembangunan didominasi oleh pertumbuhan ekonomi, tanpa mempertimbangkan efek negatifnya. Berbagai uraian mengenai pembangunan berkelanjutan sudah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dilaksanakan dengan mempertimbangakan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan agar berjalan secara seimbang dan saling menguatkan. Pembangunan berkelanjutan dicirikan dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, kualitas kehidupan sosial yang baik dan keseimbangan ekosistem lingkungan yang terjaga. Pembangunan berkelanjutan sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masa yang akan datang Indikator Pembangunan Berkelanjutan Indikator pembangunan berkelanjutan adalah alat ukur untuk mengetahui arah kecenderungan suatu wilayah dalam menuju ke kondisi keberlanjutan atau sebaliknya (Haryadi dan Setiawan, 2002). Banyak pemerintah, pelaku bisnis atau individu yang menggunkan indikator untuk mengukur kinerja mereka. Walupun indikator dapat di kelompokan menjadi beberapa kategori, seperti indikator fisik, sosial-ekonomi-budaya, dan biotik, namun fungsi utama indikator adalah untuk menggambarkan kesejahteraan masyarakat. Berbagai jenis indikator keberlanjutan pembangunan dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori. Pengelompokan tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap 14
15 kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat ditentukan berbagai indikator yang berpengaruh langsung terhadap kesejahtraan masyarkat. Menurut Haryadi dan Setiawan (2002) indikator kota berkelanjutan dikelompokan menjadi tiga kelompok utama yaitu indikator ekonomi, sosial dan lingkungan. Indikator ekonomi ditujukan untuk mengukur kegiatan ekonomi atau produktivitas penduduk kota yang bersangkutan. Indikator sosial-budaya ditujukan untuk mengukur aspek-aspek sosial-budaya meliputi aspek-aspek demografi dasar (misalnya jumlah penduduk dan struktur umur) serta aspek-aspek kesejahteraan dan keadilan sosial. Indikator lingkungan yang menggambarkan lingkungan sehat dapat berupa indikator fisik seperti kualitas air dan udara, kerusakan tanah (erosi), kondisi permukaan tanah, fasilitas kendaraan bukan motor ( pedestrian dan jalan untuk sepeda). Komisi pembangunan berkelanjutan menyusun indikator pembangunan berkelanjutan sebagai acuan negara-negara dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan di negaranya. Tahun 1955, komisi pembangunan berkelanjutan berhasil menyusun sekitar 134 indikator pembangunan berkelanjutan dalam rangka Driving-Force-State-Respone. Tahun 2001, divisi pembanguan berkelanjutan merevisi indikator pembangunan berkelanjutan yang semula 134 menjadi 58 indikator berdasarkan pengalaman dari beberapa negara yang telah menerapkan indikator tersebut. Indikator tersebut kemudian direvisi menjadi 50 indikator pada tahun Indonesia sendiri telah menyusun indikator pembangunan berkelanjutan dengan merujuk kepada indikator yang dibuat oleh CSD (Commission of Sustainable Development). Penyusunan indikator dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu Badan Pusat Statistik (BPS). Namun dalam penyajian indikator pembangunan berkelanjutan tidak semua indikator bisa disajikan karena keterbatasan data yang ada di Indonesia. Selain itu juga terdapat beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan 15
16 di Indonesia. BPS mulai menyusun indikator ini pada tahun Indikator pembangunan berkelanjutan yang disusun BPS tahun 2011 berjumlah 63 indikator. Indiktor ini mengacu pada 14 tema utama yakni, kemiskinan, kepemerintahan, kesehatan, pendidikan, demografi, bencana alam, atmosfer, lahan, laut dan pesisir, air, keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, kerjasama ekonomi global, konsumsi dan pola produksi (BPS, 2011). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
17 Tabel 1. 3 Indikator pembangunan berkelanjutan No Tema Indikator 1. Kemiskinan - Jumlah dan Persentase penduduk miskin - Distribusi pembagian dan pengeluaran perkapita - Persentase rumah tangga dengan penampungan akhir tinja - Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih - Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan bukan listrik - Jumlah desa menurut keberadaan pemukiman kumuh - Persentase rumah tangga yang bahan bakar memasaknya kayu bakar 2. Pemerintah - Jumlah kasus korupsi yang sudah diselesaikan - Jumlah kasus pembunuhan 3. Kesehatan - Angka kematian bayi - Angka harapan hidup saat lahir - Persentase penduduk yang berobat jalan di puskesmas dan puskesmas pembantu - Persentase balita yang diimunisasi - Persentase wanita usia tahun yang menggunakan alat KB - Status gizi balita - Jumlah penderita malaria, komulatif AIDS dan jumlah kasus TB paru - Prevelensi perokok saat ini - Jumlah kasus bunuh diri 4. Pendidikan - Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang tamat pendidikan dasar (SMP) - Angka partisipasi SD dan SMP - Persentase penduduk usia tahun dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan SMA - Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas 5. Demografi - Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk - Angka kelahiran total - Angka beban ketergantungan 6. Bencana alam - Jumlah desa menurut jenis bencana dan upaya mengantisipasi bencana alam - Jumlah korban kerusakan rumah akibat bencana 7. Atmosfer - Impor komoditi yang mengandung zat perusak ozon. - Rata-rata bulanan hasil pengukuran gas SO2 dan NO2 - Emisi gas rumah kaca 8. Lahan - Luas lahan sawah - Luas lahan tegalan/kebun dan ladang - Luas lahan sementara yang tidak diusahakan - Persentase luas hutan - Luas kawasan konservasi dan perairan 17
18 Lanjutan Tabel 1.6 Indikator pembangunan berkelanjutan No Tema Indikator 9. Laut dan pantai - Jumlah dan persentase desa pesisir - Sebaran konservasi laut - Laut dan kondisi terumbu karang 10. Air tawar - Jumlah air bersih yang disalurkan perusahaan - Jumlah pelanggan air bersih - Kandungan maksimum fecal coliform dan total coliform - Kandungan Biochemical Oxgent Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) 11. Keanekaragaman - Konservasi daratan hayati 12. Pembangunan ekonomi 13. Persekutuan ekonomi global 14. Pola konsumsi dan produksi Sumber : BPS, Spesies satwa dan tumbuhan yang dilindungi - Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita - Tabungan bruto menurut sektor - Pembagian investasi dalam produk domestik bruto - Laju inflasi - Rasio pinjaman luar negeri terhadap Produk Nasional Bruto (PNB) - Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja - Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang rentan kehilangan pekerjaan - Rata-rata upah perbulan pekerja wanita di sektor pertanian - Persentase rumah tangga yang mengakses internet - Persentase rumah tangga yang memiliki telepon - Peranan dan dampak pariwisata terhadap domestik regional bruto - Persentase transakasi berjalan terhadap produk nasional bruto - Nilai impor - Posisi pinjaman luar negeri - Presentase investasi langsung penanaman modal luar negeri terhadap produk domestik bruto - Peresentase remitan terhadap pendapatan nasional - Pemakaian energi - Jumlah kendaraan bermotor - Produksi angkutan kereta api penumpang dan barang 18
19 1.7. Landasan Teori Pada tujuan pertama penelitian ini adalah menganalisis perkembangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Tujuan ini menggunakan teori dari Blackburn (2011) dan Haryadi dan Setiawan (2002). Dalam teori Blackburn (2011) dikemukakan bahwa kunci dalam mencapai pembangunan berkelanjutan yaitu dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ketiga faktor itu memiliki hubungan saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Relevansinya dengan tujuan pertama penelitian ini yaitu dalam mengkaji penelitian pembangunan berkelanjutan diperlukan analisis terhadap perkembangan ekonomi, sosial dan lingkungan karena ketiga faktor tersebut merupakan kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Tujuan kedua dalam penelitian ini adalah menentukan status keberlanjutan pembangunan wilayah. Tujuan ini menggunakan teori BPS (2011). BPS mengemukakan bahwa untuk menilai keberlanjutan pembangunan wilayah, digunakan indikator pembangunan berkelanjutan. Indikator pembangunan berkelanjutan adalah alat ukur untuk mengetahui arah kecenderungan suatu wilayah dalam menuju kondisi keberlanjutan atau sebaliknya. BPS telah menyusun indikator pembangunan berkelanjutan yang mengacu kepada indikator yang telah dibuat oleh Commission of Sustainable Development (CSD). Relevansinya dengan tujuan kedua ini yaitu status keberlanjutan pembangunan wilayah bisa diukur dari indikator keberlanjutan yang terdiri dari indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan Kerangka Pemikiran Penelitian ini bertitik tolak dari pemahaman tentang konsep umum kependudukan. Penduduk akan terus berkembang dan bertambah jumlahnya. Hal ini akan memicu adanya peningkatan aktivitas penduduk. Secara teori, bertambahnya jumlah penduduk maka bertambah pula jumlah aktivitasnya. Aktivitas penduduk secara umum tidak terlepas dari adanya aktivitas 19
20 ekonomi. Aktivitas ekonomi beragam jenisnya, ada yang memanfaatkan sumberdaya alam, ada yang tidak memanfaatkan sumberdaya alam. Selain aktivitas ekonomi, ada juga aktivitas pemanfaatan energi. Energi banyak digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemanfaatan energi memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Oleh sebab itu manusia banyak yang bergantung terhadap ketersediaan energi. Aktivitas lainnya adalah pemanfaatan teknologi. Saat ini peran teknologi penting bagi kehidupan manusia. Mulai dari pemanfaatan teknologi untuk eksploitasi sumberdaya alam, pemanfaatan teknologi sarana transportasi dan komunikasi, dan pemanfaatan teknologi untuk membantu kegiatan seharihari manusia. Aktivitas-aktivtas tersebut tentu memiliki dampak negatif dan positif. Dampak positifnya, aktivitas tersebut dapat memberikan banyak manfaat bagi kehidupan. Aktivitas ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Aktivitas pemanfaatan energi dapat memeberikan kemudahan dalam mengerjakan suatu kegiatan dan memiliki nilai guna yang tinggi. Sedangkan aktivitas pemanfaatan teknologi juga memberi manfaat kemudahan dalam menjalani keidupan sehari-hari. Dampak negatifnya adalah dapat memberikan tekanan terhadap ketersediaan sumberdaya alam. Aktivitas ekonomi yang terkait dengan bahan baku dari alam, jika tidak dikontrol maka akan membebani sumberdaya alam. Pemanfaatan energi yang berlebih khususnya dari sumberdaya alam akan mengganggu ekosistem sumberdaya alam tersebut. Kemudian pemanfaatan teknologi yang banyak menggunakan material plastik dan karbon dapat mencemari sumberdaya alam. Jika sumberdaya alam terus mengalami tekanan berakibat pada penurunan kualitas sumberdaya alam. Disamping itu, adanya kejadian bencana alam yang sulit diprediksi dapat juga merusak keberadaan sumberdaya alam. Jika sumberdaya alam sudah menurun kualitasnya, maka kehidupan masa yang akan datang terancam karena tidak bisa memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal. Oleh karena itu perlu dikaji kembali 20
21 pembangunan yang terjadi. Sejatinya bahwa model pembangunan yang saat ini cocok untuk diterapkan yaitu pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang. Kehidupan masa depan yang terancam secara tidak langsung saling mempengaruhi dengan jumlah penduduk. Jika kualitas kehidupan masa yang akan datang menurun maka jumlah penduduk bisa ditekan pertumbuhannya, dan jika jumlah penduduk semakin bertambah dan sumberdaya alam semakin berkurang maka akan mengancam kualitas kehidupan yang akan datang. Penelitian ini mengambil lokasi di DIY. Di DIY proses perkembangan pembangunan tiap kabupaten/kota berbeda-beda. Kota Yogyakarta dan Sleman memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun kulaitas lingkungannya rendah. Sedangkan Kabupaten Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo memiliki pertumbuhan ekonomi relatif rendah namun kualitas lingkungan tinggi. Hal ini lah yang menarik untuk dikaji keberlanjutan pembangunannya. Keberlanjutan pembangunan wilayah antar kabupaten/kota di DIY dianalisis berdasarkan indikator pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan. Analisis terhadap indikator dilakukan secara time series 5 tahun, sehinga dapat dilihat perkembangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan pada masing-masing wilayah di DIY. Selanjutnya menentukan status keberlanjutan masing-masing wilayah di DIY berdasarkan konsep pembangunan berkelannjutan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
22 Jumlah penduduk bertambah Aktivitas penduduk meningkat Aktivitas ekonomi meningkat Konsumsi energi meningkat Pemanfaatan teknologi meningkat Tekanan terhadap sumberdaya alam Kualitas sumberdaya alam menurun Kejadian bencana alam Kehidupan masa depan terancam Kajian pembangunan berkelanjutan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. PDRB relatif tinggi di DIY. Terdapat masalah lingkungan Kabupaten Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo PDRB dan pembangunan sosial relatif rendah di DIY. Pada umumnya sektor utama pertanian. Analisis indikator ekonomi : PDRB perkapita atas dasar harga berlaku, tingkat pengangguran terbuka, banyaknya pelanggan listrik, jumlah kendaraan bermotor, pertumbuhan ekonomi, jumlah sambungan telepon, tingkat partisipasi angkatan kerja Analisis indikator sosial : Kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, banyaknya peserta KB, angka harapan hidup, persentase balita yang diimunisasi polio, banyaknya desa yang terkena penyakit malaria, angka partisipasi sekolah usia tahun, persentase rumah tangga menggunakan air bersih. Analisis indikator lingkungan : Luas sawah, luas hutan, luas tegalan, banyaknya desa yang mengalami tanah longsor, banyaknya desa yang mengalami gangguan pencemaran tanah, air, dan udara. Perkembangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan kabupaten/kota di DIY tahun Status keberlanjutan wilayah antar kabupaten/kota di DIY tahun Gambar 1.4 Kerangka pemikiran 22
SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni
SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan Oleh Dewi Triwahyuni PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINISI : SUSTAINABLE DEVELOPMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio
Lebih terperinciPB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP
PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP A. Kebijakan Lingkungan Hidup dan Kependudukan 1. Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia a. Menjelang konferensi Stockholm (5 Juni 1972)
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam wilayah Karesidenan Banten - Provinsi Jawa Barat dan terbentuk melalui Undang undang No. 23 Tahun
Lebih terperinci(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan
Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Lingkungan Wahyu
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR
PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB XI. SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Pembangunan Ekonomi
BAB XI SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Pembangunan Ekonomi PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINISI : SUSTAINABLE DEVELOPMENT (SD) adalah sebuah konsep yang bertujuan
Lebih terperinciMenghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung
ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciPEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KOMITMEN GLOBAL INDONESIA
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KOMITMEN GLOBAL INDONESIA Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciPuji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-
MEMAHAMI AMDAL Edisi 2 oleh Mursid Raharjo Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap lingkungan hidup telah diawali sejak konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni 1972. Pemerintah Indonesia sendiri menaruh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan
Lebih terperinciIKU Pemerintah Provinsi Jambi
Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting dalam pembangunan pertanian Indonesia masa depan mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).
Lebih terperinciBAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah
Lebih terperinciBAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN
138 BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang ketercapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciPenilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP
Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.
Lebih terperinciTARGET DAN REALISASI INDIKATOR RPJMD PROVINSI DIY TAHUN
TARGET DAN REALISASI INDIKATOR RPJMD PROVINSI DIY TAHUN 2009-2013 Indikator MISI 1 1. Angka Melek Huruf Persen 94,90 96,98 98,93 100,00 100,00 98,10 98,18 98,18 2. Angka Rata-rata Lama Sekolah Tahun 12,20
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA
6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1
1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... Hal BAB II EVALUASI HASIL
Lebih terperinciPERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
2. Pengusahaan hutan diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan hutan yang didasarkan atas azas kelestarian dan azas perusahaan yang meliputi penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan hasil, pengolahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciDaftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016
Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran
Lebih terperinciMakalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN
Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi
Lebih terperinciBAB VII P E N U T U P
BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan
Lebih terperinciSustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan. SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015
Sustainable Development Lingkungan Hidup dan Pembangunan SEPNB Hubungan Internasional Universitas Komputer Indonesia 2015 Kerusakan lingkungan hidup hampir selalu membawa dampak paling parah bagi orang-orang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1
DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan
Lebih terperinci2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah
2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai
Lebih terperinciPEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008 1 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) PEMBANUNAN BERKELANJUTAN ADALAH PEMBANGUNAN YANG DAPAT MEMENUHI INSPIRASI DAN KEBUTUHAN
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen
Lebih terperinciMILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003
MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan
Lebih terperinciPenilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun
Lebih terperinciPembangunan Kehutanan
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar
Lebih terperinciKAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR
KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR Oleh : M. HELWIN SETIAWAN L2D 099 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR
ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Sigit Pranoto F34104048 2008 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciTUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE
C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan
Lebih terperinciTahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi memadai untuk dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam yang tidak
Lebih terperinciPENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi
Lebih terperinciPRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21, yang dideklarasikan pada Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan, atau KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil; merupakan cetak biru
Lebih terperinciKompilasi Data Indikator Pembangunan Berkelanjutan, 2014
BADAN PUSAT STATISTIK Kompilasi Data Indikator Pembangunan Berkelanjutan, 2014 ABSTRAKSI Sejak tahun 2002, BPS telah menyusun Indikator Pembangunan Berkelanjutan (IPB) yang menggambarkan kondisi pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciRencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI
Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...
DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...
Lebih terperinciSTATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008
LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk
Lebih terperinciBAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT
BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan menjadi permasalahan sosial yang sangat komplek, dimana kemiskinan sering menjadi isu Global maupun Nasional yang menimbulkan keprihatinan oleh banyak pihak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Rumah tinggal merupakan salah satu kebutuhan primer manusia untuk melangsungkan hidup. Kebutuhan akan rumah tinggal terus meningkat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Topik kuliah pendahuluan ini membahas tentang lingkungan hidup di Indonesia dengan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Poko bahasan kuliah ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80
62 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Keadaan Geografis DIY Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah setingkat provinsi yang memiliki luas wilayah administrasi terkecil kedua di Republik
Lebih terperinciBUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciTabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan
Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB
Lebih terperinci4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...
DAFTAR ISI Intisari... i Abstract... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian visi dan misi walikota dan wakil walikota pada akhir periode masa jabatan, maka ditetapkanlah beberapa indikator
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN
BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN A. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK 1. Teluk Kendari Kota Kendari memiliki area perairan teluk yang cukup luas. Kawasan teluk Kendari yang berada di ibu kota
Lebih terperinciPERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II
Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana
Lebih terperinciBAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN
BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau lebih populer dengan sebutan Jogja merupakan salah satu destinasi pendidikan dan pariwisata di Indonesia. Julukannya sebagai kota
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 3.1.1. Permasalahan Umum Dalam mencapai peran yang diharapkan pada Visi dan Misi Kepala
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun
Lebih terperinciIkhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP
Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan
Lebih terperinci