STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN KONSEP INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN KONSEP INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN KONSEP INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA Gangsar Anugrah Tirta P., Ir. Triwilaswandio W.P., M.Sc. dan Sri Rejeki Wahyu Pribadi ST, MT. Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia triwilas.its@gmail.com Abstrak Tugas akhir ini bertujuan untuk mempelajari penerapan konsep industri hijau di galangan kapal baja. Pertama, melakukan identifikasi parameter yang mempengaruhi pelaksanaan industri hijau yang didapatkan berdasarkan studi literatur. Kedua, melakukan analisa keadaan awal galangan yang menjadi sampel dengan menggunakan parameter-parameter yang telah ditentukan, yaitu proses produksi, manajemen perusahaan dan manajemen lingkungan. Ketiga, merumuskan strategi untuk implementasi industri hijau di galangan kapal. Akhirnya menganalisa nilai investasi dan pengembalian investasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, teridentifikasi bahwa galangan kapal yang menjadi sampel memiliki kekurangan dalam beberapa aspek paremeter industri hijau yaitu. kegiatan penghematan energi, penggunaan sumber daya air, pengelolaan limbah, dan kekurangan dari beberapa aspek standar lingkungan yang ada. Keseluruhan peringkat kriteria PROPER masih dikategorikan merah. Kekurangan ini kemudian dianalisis untuk merumuskan strategi untuk memenuhi parameter dari industri hijau. Strategi yang diusulkan tidak akan mengganggu proses produksi saat ini. Strategi yang dihasilkan melibatkan kegiatan untuk menggunakan peralatan yang memiliki konsumsi energi yang rendah, memanfaatkan peralatan hemat air, program penanaman tanaman, untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, dan efisiensi pengelolaan limbah. Implementasi industri hijau membutuhkan total dana investasi sebesar Rp ,- dan diperkirakan dapat dikembalikan dalam waktu 10 tahun. Pengembalian investasi didapatkan dengan penghematan yang dihasilkan sebesar Rp ,- tiap tahun, ditambah dengan memasukkan biaya pada harga kapal sebesar Rp ,- tiap kapal. Kata Kunci Galangan kapal, PROPER, investasi. I. PENDAHULUAN ERTUMBUHAN industri yang sangat pesat merupakan Pfaktor utama penyebab kerusakan lingkungan karena dari proses industri selain mendapatkan produk yang dapat dimanfaatkan juga menghasilkan polutan atau limbah antara lain, meningkatnya emisi gas-gas/zat-zat buangan ke udara bebas, jumlah limbah cair yang dibuang melalui tanah ataupun ke sungai-sungai yang berakhir ke muara atau buanganbuangan yang dibuang ke daerah pantai atau laut. Ancaman serius terhadap kualitas perairan laut di Indonesia adalah limbah industri, limbah manusia, pelumpuran dan turbiditas (kekeruhan) dari sungai, tumpahan minyak lepas pantai dan pembuangan limbah industri laut [1]. Di industri maritim, keberadaan galangan merupakan salah satu faktor pendukung utama yang menjadi acuan terhadap perkembangan dunia kemaritiman. Karena hal tersebut maka semakin banyak industri galangan kapal di Indonesia. Galangan kapal di Indonesia tidak hanya menangani bidang pembangunan (building), namun juga bergerak dalam bidang perbaikan (repairing), perawatan (maintenence) dan modifikasi [2]. Galangan tersebut telah membangun berbagai kapal untuk instansi-instansi pemerintahan di Indonesia, perseorangan dan lain sebagainya termasuk pesanan dari luar negeri. Produknya antara lain kapal-kapal besar: kapal tanker, kapal penumpang, kapal cargo, dll. Besarnya kapasitas yang dimiliki galangan yaitu mencapai DWT menyebabkan galangan merupakan industri pengguna sumberdaya alam yang cukup besar. Disisi lain, adanya keterbatasan ketersediaan sumber daya alam dan keterbatasan daya dukung lingkungan dalam menerima limbah dan emisi industri, maka pembangunan industri yang berpedoman pada keberlangsungan nilai ekonomi, keterlibatan sosial dan perlindungan terhadap kualitas lingkungan hidup atau yang dikenal dengan istilah industri hijau harus segera dilakukan. Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. II. URAIAN PENELITIAN A. Analisa Kondisi Awal Galangan Analisa yang dilakukan bedasarkan parameter implementasi industri hijau [3]. Galangan yang menjadi bahan untuk dilakukan penerapan industri hijau pada tugas akhir ini adalah salah satu galangan kapal di Indonesia yang kemudian disebut dengan galangan A Proses produksi Aspek proses produksi adalah suatu aspek dimana didalamnya menerangkan tentang segala yang berhubungan dengan proses produksi, antara lain jenis bahan baku dan bahan penolong, penggunaan energi dan air, teknologi proses, produk, sumber daya manusia dan lingkungan kerja. Pada aspek ini diketahui bahwa tidak ada upaya yang dilakukan oleh galangan kapal dalam menggunakan bahan

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 2 baku/bahan penolong dari limbah namun bahan baku yang digunakan tidak memakai bahan baku yang dilarang penggunaannya. Pada upaya dalam melakukan optimilsasi dan minimalisasi penggunaan bahan baku dan penolong telah dilakukan dengan ketatnya dalam pengunaan bahan baku. Verifikasi dari tahap perencanaan hingga penggunaan harus dijalani sebelum melakukan pemesanan ataupun pengambilan bahan baku pada pergudangan Pada aspek energi, galangan ini tidak terdapat dorongan dalam penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Namun pada galangan terdapat upaya dalam melaksanakan efisiensi energi dengan cara terdapat himbauan kepada divisi yang menggunakan energi yang tinggi. Penggunaan energi untuk industri telah dibatasi yaitu 6000 toe per tahun. Pada Galangan A penggunaan energi mayoritas menggunakan energi listrik sehingga batasan penggunaan energi maksimal KWh per tahun dan total penggunaan energi di Galangan A selama tahun 2012 sebesar KWh. Untuk pengunaan air, galangan tidak memiliki upaya dalam melaksanakan program yang berhubungan dengan pemeliharaan keberadaan, sifat dan fungsi sumber daya air. Selain itu, tidak adanya pelaksanaan program pengelolaan mutu air dan tidak adanya audit penggunaan air oleh galangan menyebabkan penggunaan air di galangan menjadi tidak terkontrol. Sumber daya manusia yang bekerja pada galangan tidak pernah mendapat peningkatan kapasitas SDM yang berkaitan dengan dengan produksi bersih, manajemen lingkungan, K3, konservasi energi, 3R, total quality management, six sigma, dan lain sebagainya. Penerapan K3L pada galangan yang sesuai dengan Kepmenaker No. 51 Tahun 1999 telah dilakukan walaupun terdapat kekurangan seperti tingkat pencahayaan dan kelembaban ruang kerja. Manajemen perusahaan Aspek manajemen perusahaan adalah suatu aspek dimana didalamnya menerangkan tentang segala usaha yang telah dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam menuju konsep industri hijau, antara lain efisiensi produksi, CD/CSR, penghargaan, dan sistem manajemen. Di Galangan A, tidak ada kebijakan khusus dari manajemen puncak mengenai penerapan efisiensi produksi. Sehingga proses produksi pada galangan ini berjalan apa adanya. Program pengembangan CD/CSR pada Galangan A sudah diterapkan dengan rutin tiap tahunnya. Galangan A membagi program CD/CSR menjadi dua bagian yaitu program bina lingkungan dan kemitraan. Untuk program bina lingkungan Galangan A telah melakukan pemberian pelatihan, beasiswa, pengobatan hingga renovasi masjid. Sedangkan untuk program kemitraan, Galangan A melakukan dengan pemberian atau peminjaman modal bagi UKM, bantuan peralatan bagi UKM dan sebagainya. Galangan A sudah memiliki sertifikasi manajemen sistem EMS (Environment Management System). Seperti yang diketahui bersama bahwa galangan ini telah menerapkan ISO tentang manajemen lingkungan [4]. Pengelolaan lingkungan Aspek pengelolaan lingkungan industri adalah suatu aspek dimana didalamnya menerangkan tentang segala usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam rangka pengelolaan limbah dan lingkungan, antara lain pemenuhan baku mutu lingkungan, saran pengelolaan limbah dan emisi, dan PROPER. Parameter mengenai baku mutu limbah cair, gas dan debu sudah dimiliki oleh Galangan A walaupun tidak diberikan secara lengkap terutama tentang parameter mengenai limbah cair. Evaluasi mengenai pemenuhan baku mutu lingkungan juga dilaksanakan tiap enam bulan sekali. Usaha yang terpadu di Galangan A terkait pengurangan (minimization), segresi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah dan emisi di lingkungan galangan masih sangat kurang bahkan tidak ada sama sekali. Kegaitan proper yang merupakan agenda dari kementrian lingkungan hidup dan merupakan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan telah diikuti oleh Galangan A sejak tahun lalu. Galangan A pada tahun lalu mendapatkan predikat PROPER "Merah" B. Analisa dan Pembahasasan Pada BAB ini akan dibahas kekurangan-kekurangan yang ada di Galangan A. Kekurangan tersebut didasarkan pada ketidaksesuaian terhadap konsep industri hijau. Analisa kekurangan ini menjadi dasar pemberian strategi bagi Galangan A dalam mencapai konsep industri hijau Proses produksi Peralatan yang membutuhkan energi listrik tidak mendapat pembaruan teknologi. Hal tersebut berdampak konsumsi listrik menjadi lebih tinggi daripada peralatan yang sama dengan teknologi lebih baru. Peralatan yang perlu dilakukan pembaruan antara lain: lampu dan komputer. Selain itu Galangan A tidak melakukan upaya penggunaan EBT (Energi Baru Terbarukan). Tidak diaplikasikannya EBT menyebabkan konsumsi listrik Galangan A hanya berasal dari PT. PLN. Tidak terdapat program khusus mengenai penghematan penggunaan air di Galangan A. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya kontrol terhadap penggunaannya. Selain itu, juga tidak terdapat audit mengenai penggunaan air. Tidak adanya pelatihan peningkatan kapasitas SDM yang berkaitan dengan dengan produksi bersih, manajemen lingkungan, K3, konservasi energi, 3R, total quality management, six sigma, dan lain sebagainya. Untuk penerapan K3L juga mengalami kendala yaitu kurangnya pengawasan. Sehingga beberapa pekerja tidak mematuhi K3L dengan baik. Manajemen perusahaan Kurangnya kebijakan dari manajemen puncak terhadap upaya penerapan industri hijau. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan perencanaan hingga produksi berjalan seperti biasanya. Kegiatan CD/CSR di Galangan A kurang mendapat evaluasi dan pemantauan. Selain itu, kegiatan CD/CSR banyak yang tidak berdampak langsung pada masyarakat di sekitar perusahaan.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 3 Pengelolaan lingkungan Perijinan mengenai penyimpanan limbah sementara oleh Galangan A belum didapatkan. Selain itu, perusahaan pihak ketiga yang diserahkan kegiatan pengangkutan dan pengolahan limbah juga belum tentu terdapat ijin oleh pemerintah setempat. Status peringkat PROPER yang masih berada pada kondisi "MERAH". Hal tersebut menandakan kepedulian perusahaan pada lingkungan masih sangat kurang. III. STRATEGI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU A. Produksi Hijau Untuk penghematan energi terutama listrik yang perlu dilakukan adalah penggantian peralatan dan peminimalan penggunaan. Pada penggantian peralatan bisa dilakukan dengan mengganti lampu existing (jenis mercury, flood light dan sodium) yang masih digunakan saat ini dengan lampu hemat energi. Dengan menggunakan lampu hemat energi memberikan keuntungan yaitu menurunkan biaya operasional karena lampu existing memerlukan energi listrik yang lebih besar daripada lampu hemat energi (Gambar 1.) serta lampu hemat energi memerlukan waktu yang lebih singkat dalam menghasilkan cahaya sampai batas nominalnya dan dengan area pencahayaan juga lebih luas (Gambar 2.). Arus (ampere) Waktu (menit) Arus Lamp Mercury Arus Lamp HE Gambar. 1. Grafik perbandingan arus lampu hemat energi dengan lampu mercury Intensitas Penerangan (lux) Jarak (meter) Lampu Mercury Lampu HE Gambar. 2. Grafik perbandingan intensitas cahaya lampu mercury dan lampu hemat energi Lampu hemat energi ini diharapkan dapat digunakan pada lampu penerangan jalan, hall dan ruang perkantoran. Dengan melakukan pergantian ini setidaknya Galangan A dapat menghemat sekitar 75% daripada penggunaan lampu existing selama satu tahun. Kebutuhan komputer dalam mempermudah pekerjaan sangat penting. Segala bentuk penyimpanan dan pengolahan data banyak dilakukan melalui komputer. Saat ini Galangan A masih memakai jenis komputer yang konvensional. Komputer konvensional tersebut mempunyai konsumsi daya yang besar. Namun, seiring dengan perkembangan jaman komponen komputer saat ini memiliki manajemen energi yang lebih baik. Salah satunya adalah nano komputer. Nano komputer ini mempunyai spesifikasi yang baik sehingga tetap dapat membantu dalam pemyimpanan dan pengolahan data namun dengan konsumsi energi yang lebih kecil. Nano komputer dapat menghemat penggunaan listrik hingga 70% dari komputer konvensional. Selain melakukan pergantian pada lampu penerangan, dalam rangka implementasi Energi Baru Terbarukan (EBT), Galangan A dapat menggunakan solar cell sebagai pengganti sebagian energi listrik yang disuplai PLN. Dengan memanfaatkan panas matahari yang ada di galangan membuat penggunaan solar cell lebih maksimal. Diharapkan penggunaan solar cell dapat menyuplai penggunaan listrik untuk penerangan. Untuk upaya penghematan air dapat dilakukan dengan memakai kran tekan pada wastafel. Penggunaan kran ini dapat mencegah air terbuang karena lupa mematikan kran. Kran ini menyala ketika kepala kran ditekan dan hanya akan menyala selama beberapa saat saja. Selain itu dapat melakukan penampungan air hujan untuk penyiraman tanaman. Air hujan yang turun pada daerah atap bangunan dapat disalurkan menuju ujung-ujung atap. Air yang mengalir melalui ujung atap tersebut kemudian ditampung pada tempat penampungan air. Sehingga air yang telah ditampung dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman. Pembuatan lubang biopori sangat bermanfaat dalam melakukan pelestarian air. Lubang biopori dapat membantu air hujan meresap langsung ke tanah. Hal ini akan sangat baik dilakukan pada Galangan A yang sebagian tanahnya tertutupi bangunan dan aspal. Pembuatan lubang biopori dapat dilakukan pada sisi-sisi gedung perkantoran ataupun bengkel produksi. Penggunaan WC dengan dua tombol flush yang diharapkan dapat menghemat penggunaan air dalam melakukan penyiraman. Program tersebut dapat berjalan dengan baik jika terdapat pengawasan yang ketat dan dibuat laporan hasil kegiatan penghematan. Selain itu, audit secara berkala mengenai penggunaan air juga perlu dilaksanakan secara rutin agar dapat mengetahui efektifitas penghematan ini. Pada aspek SDM diperlukan pemberian pelatihan pada seluruh SDM tentang lingkungan sehingga seluruh SDM dapat memahami berbagai regulasi terkait lingkungan dan diharapkan menjadi sandaran ketika melakukan pekerjaan. Selain itu SDM yang bekerja di Galangan A diberikan kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan seperti penanaman dan perawatan tanaman, peningkatan kebersihan galangan sampai ikut terlibat langsung dalam program CD/CSR. Selain itu perlu dibuat sebuah buku panduan bagi

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 4 seluruh SDM terkait dengan pengelolaan lingkungan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa penerapan K3L di perusahaan kurang maksimal karena kurangnya pengawasan. Oleh karena itu, untuk menjaga agar penerapan K3L dapat terlaksana dengan baik maka diperlakukan pengawasan secara ketat. Sehingga dapat menghilangkan oknum yang tidak menjalankan K3L dengan baik. Khusus untuk peningkatan kualitas lingkungan yang dapat dilakukan oleh Galangan A adalah dengan melakukan penghijauan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah penerapan atap hijau pada bengkel produksi dan penanaman lidah mertua disekitar area produksi sebagai penyerap emisi. B. Manajemen Hijau Manajemen hijau yang dimaksud adalah kepedulian manajemen perusahaan dari tingkat top management hingga tingkat manajemen dibawahnya berkomitmen dalam menerapkan industri hijau di Galangan A. Salah satu yang perlu dilakukan oleh manajemen perusahaan adalah mencanangkan empat pilar utama dalam perusahaan yaitu green startegy, green product, green process dan green employee. C. Pengelolaan Lingkungan Industri Urutan Menggunakan sampah tidak hanya pada ruang perkantoran namun juga lorong-lorong dan bengkel-bengkel produksi. Pada gedung perkantoran penggunaan sampah dapat dibagi menjadi organik dan non-organik. Sedangkan pada bengkel-bengkel produksi pembagian tidak hanya organik dan non-organik namun ditambah dengan B3. untuk pengolahan sendiri jika tidak dilakukan pengolahan sendiri, sebaiknya Galangan A bekerja sama dengan perusahaan pengolah limbah yang memiliki ijin yang lengkap terkait pengangkutan dan pengolahan limbah. Sesuai dengan rekomendasi pemerintah BUMN untuk memiliki peringkat "BIRU" dan begitu pula dengan syarat utama pemenuhan konsep industri hijau dari kementrian perindustrian yang mengharuskan memiliki peringkat PROPER minimal "BIRU" [5]. Untuk menjadikan peringkat ini menjadi lebih baik dengan minimal peringkat yaitu "BIRU", maka perlu dilakukan hal-hal berikut: Agar melakukan pendataan terhadap identifikasi dan pencatatan limbah B3 dalam neraca limbah B3 dan tindak lanjut pengelolaannya Agar menyempurnakan TPS sand blasting sesuai dengan ketentuan kepdal 01/1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya Agar lebih proaktif dalam mengajukan izin TPS limbah B3 ke BLH kota Surabaya Agar mengajukan izin ke KLH untuk penimbunan sand blasting atau diserahkan kepihak ketiga berizin Agar melakukan pengiriman limbah B3 ke pihak ketiga berizin Agar memastikan limbah B3 yang dikirim sampai ke pengelolaan akhir Memprioritaskan upaya 3R dalam pengelolaan limbah B3 Agar melaksanakan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan ketentuan peraturan Agar mengelola lanjut limbah B3 yang dihasilkan Wajib melaporkan /menembuskan kegiatan pengelolaan limbah B3 sesuai dengan ketentuan pengelolaan limbah B3 atau izin-izin yang dimiliki. Pelaporan atau tembusan laporan meliputi data log book, neraca limbah B3 dan manifest yang disampaikan secara periodik kepada Deputi IV MENLH Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan Sampah, dengan tembusan kepada BLH Provinsi Jatim dan BLH Kota Surabaya Selain itu perlu diadakan laporan monitoring lingkungan dengan cara pengawasan penaatan perusahaan, penerapan keterbukaan dalam pengelolaan lingkungan atau public right to know, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pelaksanaan kewajiban perusahaan untuk menyampaikan informasi terkait pengelolaan lingkungan. IV. PERHITUNGAN NILAI EKONOMIS Perhitungan nilai ekonomis ini ditekankan pada bagaimana nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat memberikan manfaat secara ekonomis. Perhitungan ini sangat penting untuk dijadikan pertimbangan bagi perusahaaan dalam melakukan investasi pada bidang pengelolaan lingkungan. pelaksanaan beberapa strategi industri hijau diperlukan investasi. Nilai investasi ini sangat diharapkan dapat memberikan manfaat secara ekonomis bagi perusahaan dengan cepat. Nilai manfaat ini dapat diraih salah satunya dengan memanfaatkan nilai penghematan yang berasal dari penggunaan strategi industri hijau. Nilai ekonomis yang dihitung pada bab ini adalah strategi yang dapat dilakukan perhitungan secara teoritis. Tabel 1. NILAI INVESTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU Aspek Strategi Nilai Investasi Penghematan (Rupiah) (Rupiah/Bulan) Energi Lampu , ,- Komputer , ,- Panel surya , ,- Air Kran tekan ,- Toilet dual ,- flush Lingkungan Green roof ,- Industri Penanaman ,- Total Investasi , ,- Dilihat dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa total investai penerapan konsep industri hijau mencapai Rp ,- dan penghematan yang dapat dihitung selama sebulan adalah Rp ,-. Jika perusahaan mengandalkan penghematan tersebut untuk mengembalikan investasi maka akan membutuhkan waktu sekitar 22 tahun. Waktu 22 tahun memang kurang ideal terhadap penerapan industri hijau karena

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 5 beberapa teknologi yang digunakan akan mengalami penurunan kemampuan bahkan rusak karena telah melewati lifetime. Jika teknologi tersebut telah melewati lifetime maka perusahaan membutuhkan invetasi kembali. Agar penerapan konsep industri hijau menjadi lebih ekonomis maka pengembalian nilai investasi seharusnya tidak melebihi waktu 15 tahun. Waktu 15 tahun merupakan waktu yang ideal karena perusahaan mendapat keuntungan dari investasi yang telah dikeluarkan. Salah satu cara agar waktu pengembalian investasi lebih cepat maka yang diperlukan adalah dengan membebankan sebagian kepada hasil produk, yaitu kapal. Pembebanan terhadap kapal ini dapat berbeda dengan galangan lain. Hal tersebut sangat bergantung pada kapasitas galangan. Jika diasumsikan suatu galangan dapat mengerjakan 5 kapal dalam setahun maka jika pembebanan tiap kapal sebesar Rp ,- didapatkan pengembalian investasi selama 10 tahun. Perhitungan tersebut didapatkan dengan menggunakan metode NPV (Net Present Value). Terjadinya kenaikan terhadap harga kapal lebih disebabkan kepada beberapa startegi yang diberikan tidak berdampak pada penghematan. Strategi yang tidak berdampak pada penghematan yang didapatkan karena strategi tersebut berfokus pada pengelolaan lingkungan seperti penggunaan green roof, penanaman dan pembuatan lubang biopori. Penambahan harga kapal tersebut diharapkan tidak mengurangi daya saing galangan karena secara langsung galangan mempunyai nilai tambah dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu nilai tersebut tidak terlalu berpengaruh pada harga kapal secara keseluruhan yang nilainya jauh lebih tinggi V. KESIMPULAN/RINGKASAN Keadaan awal Galangan A sebelum menerapkan konsep industri hijau adalah kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tidak semua parameter dari implementasi industri hijau dilakukan oleh galangan. Terdapat beberapa kekurangan terkait penerapan konsep industri hijau pada galangan Galangan A, diantaranya: Tidak ada SOP penggunaan peralatan yang ada di perusahaan Kurangnya upaya dalam melakukan penghematan energi dan air Kurangnya monitoring penerapan K3L di perusahaan Tidak terdapat perijinan penyimpanan limbah sementara oleh pemerintah setempat Status PROPER perusahaan berada pada posisi MERAH Dalam rangka penerapan industri hijau, Galangan A perlu melakukan beberapa strategi, diantaranya: Melakukan penggantian lampu existing dengan lampu hemat energi Melakukan penggantian komputer konvensional dengan nano komputer Penggunaan solar cell Melakukan penggantian kran air pada wastafel dengan kran air tekan Penampungan air hujan untuk penyiraman tanaman Pembuatan lubang hidroponik Pelaksanaan dan pengawasan program penghematan air Pengadaan pelatihan pengembangan SDM terkait lingkungan Menjadikan green startegy, green product, green process dan green employee sebagai pilar utama perusahaan Pembagian sampah menurut jenisnya Menyelesaikan perijinan penyimpanan limbah sementar Menjadikan perusahaan mendapatkan status BIRU oleh PROPER Dengan melaksanakan strategi yang ditentukan dengan baik, maka Galangan A dapat menjadi perusahaan yang menerapkan konsep industri hijau. Strategi yang diberikan memberi manfaat terhadap galangan secara ekonomis meskipun penerapan ini memberikan tambahan pada harga kapal. Hal tersebut terjadi karena penambahan harga kapal tidak signifikan mempengaruhi harga kapal secara keseluruhan dan galangan kapal sendiri mendapatkan nilai tambah karena upaya pengelolaan lingkungannya. DAFTAR PUSTAKA [1] Armiadi. (2012, Juni 21). Startegi Bisnis Hijau. SWA. Surabaya. [2] Wikipedia Indonesia (n.d.). Galangan Kapal. Retrivied from Wikipedia: [3] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. (2012). Catalogue. Pedoman Penilaian Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau. Jakarta, Indonesia. [4] Standardization, I.O. ISO Retrievied from Environmental management: [5] Hidup, K. L. PROPER. Retrieved from [6] Retno Tunjung Megalastri. (2000). S1 Thesis. Studi Implementasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO Pada Galangan Kapal PT PAL Indonesia Dalam Era Globalisasi. Surabaya: ITS [7] Burch, J. G. (1974). Informatin System " Theory and Practice". Santa Barbara, California: Hamilton Publishing Company. [8] Mohamad S. Hidayat. (2012). Kebijakan Pengembangan Industri Hijau. Workshop Efisiensi Energi. Jakarta

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P 4108100055 IKHTISAR Menjadikan galangan kapal menjadi industri yang mampu menerapkan konsep industri hijau.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi AUDIT LINGKUNGAN Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi industri dan jasar AMDAL sebagai salah

Lebih terperinci

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik Toha Ardi Nugraha Program/Tahapan Manajemen Energi (Craig B. Smith,1981) Tahap inisiasi : Komitmen manajemen; Koordinator manajemen energi; Komite manajemen

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning)

Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning) Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning) Dr. Giri W.iyono, M.T. Jurusan Pendidikan. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @ uny.ac.id

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Pemakaian Material Baja Karbon dengan Coating dan Material Duplex Tanpa Coating untuk Pembangunan

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI UBIN KERAMIK Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan energi listrik merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manusia. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik harus menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Analisa Teknis Dan Ekonomis Pembangunan Fasilitas Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Kapal Di Galangan Tepian Mahakam

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri INDUSTRI SEMEN PORTLAND Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan Normatif... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 4 5 Persyaratan Teknis...

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah

Lebih terperinci

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN DAN LAYAK HUNI Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 FARID BAKNUR, S.T. KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM B A D A N P E N D U K U N G P E N G E M B A N G A N S I S T E M P E N Y E D I

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : Di Susun Oleh : BAGAS BILAWA C. (0951110039) Dosen : HERU SUBIYANTORO

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan-galangan Kapal di Surabaya Dicky Hari Traymansah,

Lebih terperinci

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air

Lebih terperinci

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-331 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 Email blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. UU RI No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Laporan Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH Oleh: Didit Fitriawan 3305.100.042 Dosen Pembimbing : Ir. Ati Hartati, M.Sc JURUSAN

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337 3539 (2301 9271 Print) 1 Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Lebih terperinci

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat SPM Standar Pelayanan Masyarakat Standar Pelayanan Masyarakat pada Pasar Rakyat Pusat Standardisasi Lingkungan dan Kehutanan

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan hidup dan bagaimana cara melestarikan lingkungan di sekitar. Hal itu diakibatkan karena semakin

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

SUMBANG PEMIKIRAN: PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN KAMPUS HIJAU UNILA GREEN CAMPUS

SUMBANG PEMIKIRAN: PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN KAMPUS HIJAU UNILA GREEN CAMPUS SUMBANG PEMIKIRAN: PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN KAMPUS HIJAU UNILA GREEN CAMPUS Ahmad Tusi, S.Tp., M.Si. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Unila Email: atusi@unila.ac.id

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Model Regenerative Brake pada Sepeda Listrik untuk Menambah Jarak Tempuh dengan Variasi Alifiana Buda Trisnaningtyas, dan I Nyoman

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman sedangkan

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Database audit energi menggunakan Program Visual Basic 6.0 Implementasi sistem merupakan tahap untuk mengimplementasikan sistem. Tahap penggunaan sistem ini dilakukan

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) STRUKTUR ORGANISASI Unsur organisasi Ba terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu unsur Pimpinan (Kepala Ba), Pembantu Pimpinan (Sekretaris Sub Bagian)

Lebih terperinci

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN KEPADA: SEKRETARIAT PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU d/a : PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP Gedung Kementerian Perindustrian Lantai 20 Jl. Jenderal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA p PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Program stokastik merupakan program matematika, dimana beberapa data yang termuat pada tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian. Ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat, dan

Lebih terperinci

VERTICAL FARMING KONSEP PERTANIAN MASA DEPAN

VERTICAL FARMING KONSEP PERTANIAN MASA DEPAN VERTICAL FARMING KONSEP PERTANIAN MASA DEPAN Ivanie Destila Sari 15411016 Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung, Bandung ivanie.destila@students.itb.ac.id Abstrak Pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-98 Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan Devi Santi Maharani dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun permintaan akan energi listrik

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam

Lebih terperinci

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-378 Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) 50.000 DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi Nurul Hidayah, Triwilaswandio W.P Jurusan

Lebih terperinci

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, Mei 2016

PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, Mei 2016 PELATIHAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI KADER LINGKUNGAN DI DAS BRANTAS Sidoarjo, 11 12 Mei 2016 Latar Belakang Pelatihan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi kader lingkungan hidup merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Pemanfaatan. DAK. Tahun Anggaran. 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal MIZZA FAHRIZA RAHMAN 4107100082 DOSEN PEMBIMBING Ir. TRIWILASWANDIO WP., M.Sc. 19610914 198701

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong

Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Perubahan Kualitas Air Akibat Pembuangan Lumpur Sidoarjo Pada Muara Kali Porong Gita Angraeni (1), Suntoyo (2), dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, MENIMBANG : 1. bahwa setiap orang yang menjalankan suatu bidang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah) A. Kepala Dinas

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pembangunan struktur maupun infrastruktur meningkat pesat. Seiring dengan meningkatnya persaingan di era globalisasi ini maka tantangan terbesar

Lebih terperinci

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERENCANAAN URUSAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2013 2017 DISAMPAIKAN OLEH Dr. Ir. YURIANTO, MA.M.Sc BAPPEDA PROVINSI DKI JAKARTA YOGYAKARTA, 13 AGUSTUS

Lebih terperinci

KOP PERUSAHAN. Nomor : Lampiaran : 1 (satu) gabung Perihal : Laporan Pengelolaan Lingkungan

KOP PERUSAHAN. Nomor : Lampiaran : 1 (satu) gabung Perihal : Laporan Pengelolaan Lingkungan KOP PERUSAHAN Nomor : Lampiaran : 1 (satu) gabung Perihal : Laporan Pengelolaan Lingkungan Kepada : Yth. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Badung di- Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung Mangupraja

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

KRITERIA HIJAU DAN EMAS

KRITERIA HIJAU DAN EMAS SEKRETARIAT PROPER KRITERIA HIJAU DAN EMAS 2016 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup PENILAIAN HIJAU DAN EMAS NO. KOMPONEN PENILAIAN NILAI 1 Dokumen Ringkasan

Lebih terperinci

Manajemen Limbah Industri. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng

Manajemen Limbah Industri. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng Manajemen Limbah Industri Nur Istianah,ST,MT,M.Eng Outline BLH(Badan Lingkungan Hidup) dan EPA (environmental protection agency) Perundang-undangan tentang limbah Baku mutu limbah (air dan udara) Potensi

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/103/KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN RUMAH MAKAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/103/KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN RUMAH MAKAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS

PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS Djoko Adi Widodo, Suryono, Tatyantoro A., Tugino. 2009. Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-228 Evaluasi Keamanan Informasi Pada Divisi Network of Broadband PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dengan Menggunakan Indeks

Lebih terperinci

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER) Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL 1. Pengertian Untuk dapat mengetahui perbedaan antara Amdal dan Andal, maka kita dapat merujuk pada Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

Lebih terperinci

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-218 Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya Mia Ermawati dan Ema Umilia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 November 2010 sampai 20 Desember 2010 dan bertempat di gedung Tower Universitas Mercu Buana Jakarta. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU DINAS PENGAWASAN DAN PENERTIBAN BANGUNAN PROV.DKI JAKARTA Peraturan Gubernur No 38 tahun 2012 telah ditetapkan pada April 2012 dan akan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (04) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) D-3 Analisis Tata Letak Fasilitas Proyek Menggunakan Activity Relationship Chart dan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan

Lebih terperinci