BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN CUCUT. Oleh. Fahmi 1)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN CUCUT. Oleh. Fahmi 1)"

Transkripsi

1 Oseana, Volume XXVIII, Nomor 2, 2003: ISSN BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN CUCUT Oleh Fahmi 1) ABSTRACT SOME BIOLOGICAL ASPECTS OF SHARKS. Sharks as the cartilaginous fishes have many peculiar features and special characteristics that could distinguish with the teleosts. As a high level predator, sharks have good sight, smell and excellent senses. They are able to detect prey which often hidden from view or some distance away. This paper is talked about life history, classification, shark's organs and their Junctions, movement and also the distribution of shark. PENDAHULUAN Ikan cucut dan pari merupakan ikan bertulang rawan yang termasuk ke dalam kelas Chondrichthyes. Tercatat setidaknya 900 sampai 1100 jenis cucut dan pari di dunia yang termasuk ke dalam kelompok ini (DEMSKI & WOURMS, 1993). Bahkan menurut COMPAGNO (2002), kini tercatat sekitar 1200 jenis ikan cucut dan pari (Chondrichthyes) yang ada di dunia, baik yang sudah teridentifikasi maupun yang belum teridentifikasi. Kelas Chondrichthyes ini terbagi menjadi dua sub kelas yaitu sub kelas Holocephalii dan sub kelas Elasmobranchii. Ikan cucut termasuk ke dalam sub kelas Elasmobranchii, yang merupakan kelompok yang dominan dan ikan-ikan bertulang rawan (DEMSKI & WOURMS, 1993). Selama ini orang awam selalu mendeskripsikan ikan cucut sebagai ikan laut dengan ukuran tubuh yang besar dan cenderung membahayakan hidup manusia apabila kita menjumpainya. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena temyata ikan cucut tidak hanya hidup di laut tetapi ada pula yang ditemukan di perairan tawar seperti ikan cucut Sentani yang dijumpai di Danau Sentani, Irian Jaya (WIBOWO & SUSANTO, 1995). Walaupun begitu, umumnya ikan-ikan bertulang rawan memang hidup di perairan yang memiliki salinitas tinggi atau dengan kata lain cenderung hidup di laut, dan hanya sekitar 5% saja yang hidup di perairan tawar (COMPAGNO, 1990). Selain itu, ukuran ikan cucut pun bermacam-macam mulai dari yang memiliki panjang tubuh hanya puluhan sentimeter pada saat dewasa sampai pada yang memiliki ukuran mencapai belasan meter, tergantung dari jenis dan habitat ikan cucut tersebut. Pada umumnya, rata-rata panjang maksimum tubuh ikan cucut dapat mencapai 1,5m (COMPAGNO dalam COMPAGNO, 1990). Walaupun demikian, 21

2 sebagian besar ikan bertulang rawan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari tubuh manusia. Menurut COMPAGNO (1990), diduga sekitar 100 jenis atau bahkan lebih ikan-ikan elasmobranch mencapai berat maksimum hanya sekitar 70 kg, sedangkan ukuran terbesar jenis cucut mungkin dapat mencapai berat lebih dari 2000 kg. Tulisan ini mengulas mengenai aspek biologi ikan cucut yang meliputi morfologi, anatomi dan beberapa sifat fisiologis. Informasi yang diberikan diharapkan dapat berguna untuk lebih mengenal ikan cucut sebagai salah satu sumberdaya hayati laut yang potensial dan berperan penting di lingkungan perairan. SEJARAH DAN KLASIFIKASI CUCUT Ikan cucut diduga telah ada di bumi sejak sekitar 400 juta tahun yang lalu, yaitu pada masa periode Devonian (DEMSKI & WOURMS, 1993; MOJETTA, 1997; PYERS, 2000; COMPAGNO, 2002). Hal ini diyakini para ahli purbakala dengan ditemukannya fosil berupa gigi dan duri yang diduga berasal dari nenek moyang cucut. Setelah mengalami proses evolusi yang cukup panjang, ikan cucut berevolusi menjadi bentuk yang seperti ada sekarang, yaitu sekitar juta tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosilfosil purba dengan bentuk seperti ikan cucut pada masa sekarang (MOJETTA, 1997; PYERS, 2000). Dengan demikian, ikan cucut dapat digolongkan ke dalam kelompok hewanhewan purba yang masih bertahan hidup hingga saat ini, seperti halnya komodo. Jenis ikan cucut yang ada di dunia sekarang ini diperkirakan sekitar jenis, dan dikelompokkan ke dalam delapan bangsa (order), 30 suku dan 100 marga (COMPAGNO, 1990; DEMSKI & WOURMS, 1993; WIBOWO & SUSANTO, 1995; COMPAGNO, 2002). Pembagian kelompok jenis cucut tersebut umumnya didasarkan pada perbedaan bentuk morfologi yang mudah dikenali. Adapun klasifikasi ikan cucut menurut COMPAGNO (2002) adalah sebagai berikut: Phillum : Vertebrata Sub Phillum : Craniata Super Kelas : Gnathustomata Kelas : Chondrichthyes (cartilaginous fishes) Sub Kelas : Holocephali (chimaeras and fossil relatives) Bangsa : Chimaeriformes (chimaeras or silver sharks) Sub Kelas : Elasmobranchii (sharks) Cohort : Euselachii (modern sharks and fossil relatives) Subcohort : Neoselachii (modern sharks) Superorder : Squalomorphi squalomorph sharks) Bangsa : Hexanchiformes (cow and frilled sharks) Bangsa : Squaliformes (dogfish sharks) Bangsa : Squatiniformes (angel sharks) Bangsa : Pristiophoriformes (sawsharks) Bangsa : Rajiformes (batoids) Pari Superorder : Galeomorphi (galeomorph sharks) Bangsa : Heterodontiformes (bullhead sharks) Bangsa : Lamniformes (mackerel sharks) Bangsa : Orectolobiformes (carpet sharks) Bangsa : Carcharhiniformes (ground sharks) 22

3 Ke-sepuluh bangsa dari kelas Chondrichthyes tersebut dapat ditemukan di Indonesia, akan tetapi hingga saat ini belum ada jumlah yang pasti mengenai jumlah jenis ikan cucut dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya yang hidup di perairan Indonesia. MORFOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI CUCUT Sebagai ikan bertulang rawan, cucut memiliki ciri-ciri morfologi yang amat berbeda dengan ikan-ikan bertulang sejati (Teleostei). Ciri yang paling mencolok terlihat adalah dari bentuk insangnya yang tidak berkatup, bentuk sirip, serta bentuk sisiknya yang placoid. Seperti telah disebutkan di atas, umumnya orang mendeskripsikan bentuk ikan cucut sebagai sosok ikan raksasa yang mengerikan dan ketika berenang menyembulkan sirip punggungnya ke permukaan air, sehingga orang selalu berharap tidak menjumpainya ketika berenang di laut. Gambaran tersebut hanyalah mewakili sebagian dari beragam jenis ikan cucut atau hiu yang ada di dunia, karena sebenarnya masih banyak bentuk ikan cucut yang tidak seperti gambaran di atas. Akan tetapi, secara umum ikan cucut memiliki ciriciri khusus yang dapat membedakannya dari jenis ikan-ikan lainnya. Umumnya cucut memiliki bentuk tubuh yang ' stream-line atau aerodinamis, dengan didukung oleh rangka tubuh yang terdiri dari tulang rawan yang bersifat ringan dan elastis. Tubuh cucut cenderung lentur dan dapat bergerak dengan fleksibel dan cepat. Berdasarkan bentuk tubuhnya apabila dipotong melintang di tiga bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Dean cucut memiliki bentuk potongan tubuh yang beibeda-beda di ketiga bagian tersebut, tidak seperti halnya ikan-ikan bertulang sejati yang memiliki bentuk potongan tubuh yang sama (seperti bentuk tubuh yang compress atau depress). Bentuk potongan tubuh cucut apabila dipotong di bagian kepala memiliki bentuk yang cenderung depress (elips), sedangkan dibagian badannya berbentuk bulat, dan di bagian ekor memiliki bentuk seperti kepala hanya berukuran lebih kecil (Gambar 1). Gambar 1. Bentuk morfologi umum dan potongan tubuh ikan cucut 23

4 a. Kulit Sepintas lalu, kulit cucut terlihat seperti tidak tertutup sisik sepeti halnya ikan-ikan bertulang sejati, akan tetapi setelah diraba dengan arah berlawanan yaitu dari belakang tubuh ke depan, maka kulit tersebut akan terasa kasar seperti amplas. Hal ini disebabkan kulit cucut tertutup oleh suatu struktur sisik yang berbentuk seperti gigigigi kecil yang disebut dengan denticle (PYERS, 2000). Sisik semacam ini disebut juga sebagai sisik placoid. Secara rinci, sisik placoid terdiri atas tiga bagian yaitu dermal papillae, basal plate (lempengan dasar), dan spine (duri), yang menancap dengan menghadap ke arah ekor. Basal plate terdiri atas jaringan tulang yang mirip dengan lapisan gigi, menancap pada lapisan dermis yang dihubungkan oleh jaringan serat. Sedangkan duri terbuat dari jaringan tulang seperti pada lapisan gigi (dentine) dan tertutup oleh lapisan enamel, membentuk suatu substansi mineral yang kuat. Sisik cucut apabila patah atau rontok, akan digantikan dengan sisik yang baru, serta dapat berkembang ukurannya seiring dengan pertumbuhan ikan cucut tersebut. Perbedaan yang jelas terlihat pada cucut yang hidup di perairan dingin atau di laut dalam, mereka cenderung memiliki sisik yang lebih tajam dibandingkan dengan cucut yang hidup di perairan hangat. Alasan perbedaan tersebut sampai saat ini masih dalam penelitian para ahli (MOJETTA, 1997). Sisik dapat berkembang pula menjadi besar dan keras, membentuk keel, ataupun groove (lekukan). Bentuk-bentuk sisik tersebut berbeda-beda tergantung dari jenis cucut dan kebiasaan hidupnya. Sebagai contoh, pada jenis cucut botol (Squalidae), terdapat duri yang tumbuh membesar di pangkal sirip punggungnya, yang merupakan perkembangan lain dari sisik placoid (MOJETTA, 1997). Pada pembentukan seperti ini, bassal plate menghilang dan digantikan oleh pembentukan duri yang besar. Duri-duri tersebut ada kalanya juga mengandung racun. Dari begitu banyak bentuk dan ukuran sisik ini, secara umum sisik placoid mempunyai fungsi sebagai pembungkus tubuh dan melindunginya dari pengaruh lingkungan sekitar. Fungsi lain dari sisik placoid juga sebagai alat pertahanan tubuh dari serangan ikan-ikan lain, meskipun teori ini tidak diterima secara universal karena umumnya cucut hanya dimangsa oleh jenis cucut yang lain. Kemungkinan yang paling dapat diterima adalah sisik tersebut berfungsi sebagai pelindung tubuh dari goresan benda-benda tajam. Hal ini jelas ditemukan pada ikan-ikan cucut yang hidup di dasar perairan yang berbatu ataupun di daerah terumbu karang (MOJETTA, 1997). b. Gigi Cucut mempunyai bentuk susunan gigi yang unik, tidak seperti halnya ikan-ikan bertulang sejati atau pun hewan-hewan lainnya, gigi cucut tidak tertancap pada gusi ataupun tulang rahang, akan tetapi langsung menempel pada kulit (dermal denticle), sama halnya dengan sisik placoid yang dihubungkan dengan jaringan serat. Anatomi gigi pun serupa dengan anatomi sisik placoid, hanya susbstansinya tertutup oleh lapisan dentine yang lebih kuat dan keras serta dilapisi oleh lapisan enamel (vitrodentine) pada bagian mahkota giginya (MOJETTA, 1997). Satu hal yang unik pada gigi cucut adalah bentuk giginya yang berbeda-beda pada tiap jenis cucut, sehingga perbedaan tersebut sering digunakan sebagai salah satu kunci identifikasi jenis. c. Sirip Selain bentuk tubuhnya, bagian tubuh cucut yang berperan dalam menentukan pergerakan cucut adalah sirip-siripnya. Siripsirip cucut baik yang berpasangan (sirip dada dan perut) maupun yang tidak berpasangan 24

5 (sirip punggung dan anal) berperan dalam keseimbangan tubuh cucut, memberi dorongan, menentukan arah (naik atau turun), memperlambat gerakan renangnya, maupun untuk berbelok (melakukan manuver). Berdasarkan bentuk dan struktur anatominya, bentuk sirip cucut berbeda dengan bentuk sirip ikan-ikan bertulang sejati. Sirip cucut terdiri atas serat kolagen yang lunak dan serat elastin yang menempel pada struktur tulang rawan sebagai dasarnya (WIBOWO & SUSANTO, 1995; MOJETTA, 1997). Kebanyakan cucut memiliki dua buah sirip punggung, baik yang berbentuk trapezodial maupun membulat (rounded). Bentuk dan posisi sirip punggung ini tergantung pada jenis dan kebiasaan masingmasing cucut. Sebagai contoh, apabila posisi sirip punggungnya cenderung jauh ke belakang tubuh, maka menunjukkan ikan tersebut cenderung menyukai hidup di daerah dasar perairan (MOJETTA, 1997). Sirip dada (pectoral fins) ikan cucut permukaan cenderung berbentuk segitiga lancip, sedangkan ikan-ikan cucut yang biasa hidup di dasar perairan dan tidak berenang dengan cepat memiliki sirip dada yang cenderung membulat. Sirip ekor cucut juga cenderung berbentuk asimetris, hal ini berkaitan pula dengan fungsinya sebagai motor pendorong dan penyeimbang bagi pergerakan cucut di air. d. lnsang Pada umumnya insang ikan dilindungi oleh katup insang yang sekaligus berfiingsi untuk memompa air agar masuk ke dalam rongga insang sehingga oksigen dapat diabsorpsi. Akan tetapi hal ini tidak ditemukan pada ikan-ikan cucut. Insang cucut terdapat di dalam rongga insang yang tutupnya berlubang-lubang seperti jeruji jendela (WIBOWO & SUSANTO, 1995). Insang cucut terdiri atas lima sampai tujuh tapis insang, yang masing-masingnya terdiri atas lengkung insang (gill arch) yang dilengkapi oleh satu set filamen insang (gill filament). Setiap filamen terdiri atas sejumlah lamella (perpendicular lamellae), yang berfiingsi sebagai tempat terjadinya pertukaran gas (MOJETTA, 1997). Pinggiran lamella ditutupi oleh jaringan epitel dan mengandung jaringan pembuluh darah kapiler yang menyebabkan insang terlihat berwarna merah. Dengan tidak adanya katup insang, maka cara bernafas cucut berbeda dengan cara bernafas ikan-ikan bertulang sejati yang hanya membuka tutup katup insangnya. Cucut mempunyai dua cara bernafas agar air dapat mengalir melewati celah-celah insangnya. Cara pertama adalah cara bernafas ikanikan cucut pada umumnya, yaitu dengan membuka rongga mulutnya, sementara tubuhnya terus bergerak ke arah depan sehingga air mengalir masuk dan melewati celah-celah insang. Dengan cara tersebut proses respirasi dapat terus berlangsung dan ikan mendapatkan cukup oksigen untuk pernafasannya. Hal ini menjelaskan kenapa cucut menjadi cepat mati apabila terperangkap di dalam jaring, karena apabila cucut berhenti bergerak maka aliran air ke dalam rongga insang pun terhenti sehingga pernafasannya ikut terhenti pula (WIBOWO & SUSANTO, 1995; MOJETTA, 1997). Cara bernafas yang kedua adalah cara yang biasa dilakukan oleh ikan-ikan cucut yang biasa hidup di dasar perairan dan tidak aktif bergerak. Pada jenis cucut ini, mereka bernafas menyerupai golongan ikan bertulang sejati yaitu dengan cara otot coracoid dan coracobranchial berkontraksi sehingga menyebabkan rongga oropharyngeal bertambah besar dan air masuk melalui rongga mulut oleh pengisapan. Pada saat yang sama lamella insang menempel ke dinding tubuh dan menutup celah insang, sehingga air terperangkap di dalam rongga mulut. Pada tahap selanjutnya mulut ditutup dan pharynx berkontraksi yang menyebabkan air tertekan melewati rongga insang dengan 25

6 cepat dan mengaliri filamen insang. Dengan demikian proses pernafasan dapat berlangsung. Dalam hal ini lamella insang berfungsi seperti katup insang pada ikanikan bertulang sejati (MOJETTA, 1997). e. Organ-organ indera Cucut sebagai predator tingkat tinggi di perairan memerlukan indera (sense organs) yang tajam untuk menemukan mangsanya. Mereka mempunyai kemampuan dalam mendeteksi mangsa walaupun berada pada jarak yang cukup jauh ataupun tersembunyi dari pandangan. Cucut tidak hanya memiliki indera penciuman yang tajam, tetapi juga memiliki indera penglihatan, pendengaran dan indera perasa yang amat tajam, bahkan cucut dilengkapi pula dengan sensor listrik yang merupakan bagian dari sistem sarafnya (BRES, 1993; MOJETTA, 1997; PYERS, 2000). Ikan cucut dapat mencium bau darah mangsanya dari jarak yang jauh dikarenakan pada organ penciumannya dilengkapi oleh reseptor, yaitu organ penciuman yang amat sensitif yang terletak di cuping hidungnya. Organ ini merupakan bagian dari saraf olfactory yang keluar dari bagian depan otak yang disebut dengan telencephalon, bagian otak yang merupakan pusat dari hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Penciuman cucut yang amat tajam ini bahkan dapat membedakan jenis kelamin dari cucut yang lain sampai ke tingkat kedewasaannya berdasarkan hormon-hormon yang dikeluarkan oleh masing-masing individu (MOJETTA, 1997). Penelitian mengenai ketajaman indera penciuman cucut ini pernah dilakukan oleh HOBSON (1963) dan TESTER (1963) terhadap beberapa jenis cucut seperti Carcharhinus melanopterus, C. amblyrhynchos, Galeocerdo cuvier, Tiaenodon obesus dan Sphyrna lewini. Mereka menyimpulkan bahwa organ olfactory merupakan komponen yang amat penting bagi cucut dalam mendeteksi lokasi mangsanya (BRES, 1993). Selain indera penciuman yang amat tajam, cucut juga mempunyai indera penglihatan yang sempurna. Terutama pada ikan-ikan cucut permukaan yang bergerak dengan cepat, mereka memiliki pupil yang bereaksi cepat terhadap cahaya. Beberapa jenis cucut, terutama cucut laut dalam mempunyai lapisan seperti cermin yang terletak di belakang retina sehingga memantulkan kembali cahaya yang masuk sehingga menambah daya penglihatan cucut di tempat yang gelap, seperti halnya kucing. Ikan cucut dapat melihat benda-benda yang jaraknya jauh dengan amat jelas. Sistem pendengaran cucut dinamakan pula sistem telinga dalam (inner ear) yang mengalami pengembangan sehingga dapat mendengar suara bahkan yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Organ pendengaran ini terdiri dari sepasang organ yang terletak tepat di belakang dan di atas mata. Sistem organ lain yang tak kalah sensitifnya adalah sistem sensor tubuhnya yang kompleks. Salah satu sistem sensor tersebut adalah organ linea lateralis. Linea lateralis cucut memanjang di kedua sisi tubuh mulai dari daerah mata sampai ke pangkal ekor, yang terdiri dari sel-sel bersilia yang sensitif terhadap gelombang berfrekwensi rendah. Fungsi utama sensor ini adalah untuk mengidentifikasi gerakan objek dan menentukan lokasi suatu objek dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Organ ini dapat pula mendeteksi arah dan kekuatan arus air, sehingga cucut dapat membedakan apakah arus yang ditimbulkan berasal dari mangsa atau objek lain, bahkan mereka dapat mengetahui apakah mangsa tersebut sedang terluka atau mencoba melarikan diri dari gerakan yang dibuatnya. Sistem sensor lain yang dimiliki cucut adalah sensor listrik yang dikenal dengan Impuls Lorenzini (Ampullae of Lorenzini). 26

7 Dinamakan demikian karena yang pertama kali menemukannya adalah seorang Italia bemama Stefano Lorenzini yang menulis dalam bukunya yang berjudul "Osservazeoni torpedini fatte da Stefano Lorenzini Fiorentiono" pada tahun Pemberian nama organ tersebut dengan nama "Ampullae of Lorenzini diberikan oleh seorang anatomis Jerman yang bernama F. Nboll pada tahun 1868 sebagai penghormatan terhadap doktor Italia tersebut. Organ sensorik ini merupakan bagian dari system syaraf yang berupa pori-pori kecil yang tersebar di bagian kepala ikan cucut yang terletak beberapa sentimeter di bawah kulit dan dihubungkan dengan bagian luar tubuh oleh suatu substansi gelatin, dalam bentuk pori-pori yang jumlahnya ratusan dan tersebar di daerah kepala sampai ujung snout. Dalam prakteknya, impuls lorenzini berfungsi sebagai reseptor listrik. Reseptor-reseptor ini dapat menangkap impuls-impuls listrik yang dikeluarkan oleh setiap makhluk hidup terutama ketika melakukan pergerakan/ kontraksi, sehingga organ ini berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan mangsa, baik yang berada di dalam gelap maupun yang bersembunyi di bawah pasir. Meskipun mangsa ikan cucut mempunyai kemampuan untuk berkamuflase, tapi cucut tetap dapat mendeteksi keberadaannya melalui energi listrik yang dikeluarkan oleh tubuh mangsa tersebut. Dengan kemampuan ini, cucut dapat dikatakan seperti memiliki kompas geomagnetik di dalam tubuhnya sehingga mereka dapat menentukan arah dengan akurat, dan dapat melakukan migrasi dalam kisaran daerah yang luas dapat berkumpul di suatu area khusus untuk memijah seperti dilakukan oleh jenis cucut martil dan cucut paus (BRES, 1993; MOJETTA, 1997; PYERS, 2000). f. Organ Pencernaan Organ pencernaan pada cucut tergolong sederhana, yaitu mulai dari mulut, pharynx, eusofagus dan rongga perut/ lambung yang berukuran besar. Bagian usus pada cucut menjadi ciri khas yang unik karena bagian usus tersebut bersatu dengan lambung dan memiliki struktur yang khusus yaitu berupa katup spiral (spiral valve). Lipatanlipatan spiral yang terdapat di bagian dinding usus, berfungsi untuk meningkatkan proses absorpsi makanan dalam usus sehingga cucut tidak memerlukan usus yang panjang untuk mencerna makanannya. Sistem pencernaan seperti ini mencegah terjadinya bagian tubuh mangsanya yang tidak tercerna secara sempurna ketika melewati usus. Sebagai hewan yang menempati puncak dari rantai makanan di laut, makanan cucut terdiri dari bermacam-macam jenis dan ukuran, mulai dari plankton (yang dikonsumsi oleh jenis cucut paus) sampai lumba-lumba, anjing laut, dan ikan-ikan besar lainnya (yang merupakan mangsa dari cucut putih raksasa). Waktu mencari makan ikan cucut tergantung dari jenis ikannya, ada yang biasa mencari mangsa pada siang hari dan ada pula yang terbiasa mencari makan di malam hari. Bagi ikan-ikan cucut yang berukuran besar, tidak mudah bagi mereka untuk mendapatkan makanan. Tubuhnya yang besar memudahkan mangsanya untuk melihatnya dan menghindar, sehingga ikan cucut biasa tidak mendapatkan makanan sampai berminggu-minggu. Sebagai contoh, ikan cucut mako (Isurus spp.) biasa menyantap makanannya hingga seberat 700 kg Scan dalam satu tahun, hal ini berarti mereka makan hanya sekitar 2 kilogram saja setiap harinya (PYERS, 2000). g. Hati Bagian terbesar dari organ dalam tubuh cucut adalah hati. Bagian tubuh ini merupakan salah satu sumberdaya yang dihasilkan cucut yang bernilai ekonomis tinggi. Hati cucut tersebut kaya akan minyak dan substansi lain yang bermanfaat seperti Squalene. Terlepas dari fiingsinya sebagai 27

8 komoditi, hati ikan cucut berfungsi sebagai penyeimbang hidrostatik bagi ikan tersebut, karena ukuran dan kandungan minyaknya yang memiliki konsentrasi tinggi, dapat mngurangi tekanan gravitasi ikan sehingga tidak mudah tenggelam dan membantu dalam keseimbangan tubuh (buoyancy). Hati juga berfungsi sebagai cadangan energi bagi cucut, ketika ikan tersebut tidak menemukan makanan untuk jangka waktu yang lama. PERGERAKAN CUCUT DI AIR Perbedaan bentuk tubuh cucut berkaitan erat dengan cara bergerak cucut di air. Menurut MOJETTA (1997), ketika berenang, bagian-bagian tubuh cucut menunjukkan perbedaan pergerakan. Bagian tengah tubuh yang memiliki diameter terbesar, berfungsi sebagai pusat gravitasi dari semua pergerakan yang terjadi ketika cucut berenang. Sedangkan pada bagian kepala dan ekor (depan dan belakang), melakukan gerakan meliuk-liuk yang saling berlawanan arah antara bagian kepala dengan ekornya. Bagian kepala berfungsi untuk menentukan arah berenang cucut, sedangkan bagian ekornya mempunyai peran yang amat penting yang menentukan tingkat kecepatan berenang seekor cucut. Bagian ekor yang memiliki diameter paling kecil dapat mengurangi hambatan dalam pergerakannya di air (Gambar 2). Menurut WIBOWO & SUSANTO (1995), faktor-faktor yang menyebabkan cucut dapat berenang adalah bentuk tubuh, skip, gerakan dan hatinya. Ketika cucut bergerak, akan terbentuk gaya hidrodinamik, dimana pada bagian atas tubuhnya terbentuk tekanan yang lebih rendah daripada tekanan air di bagian bawah tubuhnya. Hal ini meng-akibatkan tubuh cucut dapat terangkat dan bergerak bebas turun naik di kolom perairan walaupun cucut tidak memiliki gelembung renang seperti ikanikan bertulang sejati pada umumnya. Gambar 2. Pola gerakan cucut di air 28

9 DISTRIBUSI IKAN CUCUT Cucut dapat ditemukan di seluruh perairan laut di dunia, mulai dari perairan tropis hingga ke daerah sub tropis, dan dari perairan pantai hingga ke lautan terbuka. Pada umumnya cucut hidup pada kedalaman 50 meter dari permukaan laut, tapi beberapa jenis cucut bahkan ada yang dapat hidup hingga kedalaman 800 meter (PYERS, 2000). Jenis-jenis cucut pelagis (pelagic sharks) umumnya mempunyai penyebaran yang luas di perairan dunia. Jenis yang mempunyai penyebaran yang amat luas contohnya adalah cucut biru, Prionace glauca (Blue shark), ikan ini melakukan migrasi musiman di perairan Pasifik dari 20 hingga 57 Lintang Utara, dengan jarak lebih dari 2800 km (STRASBURG dalam BRES, 1993). Bahkan menurut PYERS (2000), berdasarkan penelitian terhadap cucut biru yang diberi tanda (tagging) dan kemudian di lepas di perairan dekat Inggris, pernah tertangkap kembali di perairan pantai Brazil. Hal ini menunjukkan jauhnya migrasi ikan tersebut. Jenis lain yang melakukan migrasi yang luas adalah cucut mako (Isurus sp.) yang bermigrasi pada perairan dengan temperatur antara 17 hingga 22 C, mereka dapat menempuh perjalanan migrasi hingga 2000 km (MOJETTA, 1997). Hal tersebut menunjukkan cucut memiliki sebaran yang luas di dunia. Selain jenis-jenis yang melakukan migrasi, ada pula jenis-jenis yang memang biasa ditemukan di perairan pantai ataupun perairan yang bertemperatur hangat di seluruh dunia seperti cucut macan (Galeocerdo cuvier) dan cucut putih raksasa (Carcharodon carcharias). Cucut putih raksasa biasa ditemukan di perairan pantai subtropis ataupun tropis, bahkan ditemukan pula di lautan terbuka di dekat pulau-pulau kecil (PYERS, 2000). Jenis cucut ini diyakini sebagai cucut terganas dan paling ditakuti manusia, tapi ikan cucut ini tidak ditemukan di perairan Indonesia. DAFTAR PUSTAKA BRES, M The behaviour of sharks. Reviews in Fish Biology and Fisheries 3: COMPAGNO, L.J.V Alternative life history styles of cartilaginous fishes in time and space. Environmental Biology of Fishes 28: COMPAGNO, L.J.V FAO Species catalogue for Fishery purpose. Sharks of the world an annotated and illustrated catalogue of sharks species known to date. Vol.2. Bullhead, mackerel and carpet sharks (Heterodontiformes, Lamniformes and Orectolobiformes). FAO. Rome. 269 pp. DEMSKIL.S and J.P.WOURMS., The Reproduction and Development of Sharks, Skates, Rays and Ratfishes: Introduction, History, Overview, and Future Prospects. In The Reproduction and Development of Sharks, Skates, Rays and Ratfishes. (L.S. Demski and J.P. Wourms, eds.). Kluwer Academic Publishers. London: HOBSON, E.S Feeding behaviour in three species of sharks. Pasif.Sci. 17: MOJETTA, A Sharks, History and Biology of the Lords of the Sea. White Star Publishers, Milan. 168 pp. PYERS, G Sharks. Periplus, Singapore. 63 pp. TESTER, A.L The role of olfaction in sharks predation. Pasif.Sci. 17: WIBOWO, S. dan H. SUSANTO Sumberdaya dan Pemanfaatan Hiu. Penebar Swadaya. Jakarta. 156 pp. 29

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Kelas Chondrichthyes

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Kelas Chondrichthyes Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA 1 Pisces: Kelas Chondrichthyes Chondrichthyes Chondr > cartilage = tulang rawan Ichthys > fish = ikan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2) BAWAL: Vol.1 No.1-April 26: 33-37 TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2) **) Dharmadi *) dan Fahmi **) *) Peneliti pada Pusat Riset Perikanan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Kelas Agnatha Merupakan vertebrata pertama kali muncul Muncul pada 500

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN OLEH : MUSTAIN FAKULTAS BUDIDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERIKANAN PONTIANAK 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

ORGAN YANG BERPERAN DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN

ORGAN YANG BERPERAN DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN 2. ORGAN YANG BERPERAN DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN Sama halnya pada hewan, ransangan untuk makan muncul dari ikan itu sendiri (faktor internal) dan ransangan dari makanan yang akan di makan, tetapi juga

Lebih terperinci

BEBERAPA JENIS CUCUT BOTOL (Squalidae) YANG TERTANGKAP PANCING RAWAI DASAR DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK BIOLOGINYA

BEBERAPA JENIS CUCUT BOTOL (Squalidae) YANG TERTANGKAP PANCING RAWAI DASAR DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK BIOLOGINYA BAWAL: Vol.1 No.2-Agustus 2006: 24-29 BEBERAPA JENIS CUCUT BOTOL (Squalidae) YANG TERTANGKAP PANCING RAWAI DASAR DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK BIOLOGINYA *) Dharmadi *) Peneliti pada Pusat Riset

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2018 TENTANG LARANGAN PENGELUARAN IKAN HIU KOBOI (Carcharhinus longimanus) DAN HIU MARTIL (Sphyrna spp.) DARI WILAYAH NEGARA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi Ikan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Migrasi ikan adalah adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan

Lebih terperinci

Pasal 4. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 4. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN PENGELUARAN IKAN HIU KOBOI (Carcharhinus longimanus) DAN HIU MARTIL (Sphyrna spp.) DARI WILAYAH NEGARA

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2013 MENTERl KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C. SUTARDJO KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2013 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN HIU PAUS (Rhincodon typus) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM RANGKA

BAB IV SISTEM RANGKA BAB IV SISTEM RANGKA Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan

Lebih terperinci

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA

REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA REKOR TEMUAN INDIVIDU BARU HIU PAUS (Rhincodon typus S.) DI PERAIRAN KWATISORE, TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH, PAPUA (1)* (1) (1) (1) Dhiyassalam Imam, M. Mukhlis Kamal, Sulistiono, *Coressponding

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan) LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN Kelas Pisces (Ikan) NAMA : Rifki Muhammad Iqbal NIM : 1211702067 KELAS : III B KELOMPOK : 2 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Enjah Rahmat Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 15 Maret 2011; Diterima

Lebih terperinci

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *) Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Lebih terperinci

3. Diantara pertnyataan berikut ini yang merupakan contoh adaptasi tingakah laku adalah...

3. Diantara pertnyataan berikut ini yang merupakan contoh adaptasi tingakah laku adalah... 1. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 21. KELANGSUNGAN HIDUP MAKHLUK HIDUPLatihan Soal 21.1 Perhatikan gambar berikut! Image not found http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/dddd6.jpg

Lebih terperinci

Sistem Otot (Urat Daging)

Sistem Otot (Urat Daging) Sistem Otot (Urat Daging) PENDAHULUAN Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari-hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga pada sistem peredaran darah, kegiatan

Lebih terperinci

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo

Jaringan Hewan. Compiled by Hari Prasetyo Jaringan Hewan Compiled by Hari Prasetyo Tingkatan Organisasi Kehidupan SEL JARINGAN ORGAN SISTEM ORGAN ORGANISME Definisi Jaringan Kumpulan sel sejenis yang memiliki struktur dan fungsi yang sama untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.biota laut hampir menghuni semua bagian laut, mulai dari pantai,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN PARI MANTA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN PARI MANTA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN PENUH IKAN PARI MANTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic

2. TINJAUAN PUSTAKA. Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam. pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metode hidroakustik Metode hidroakustik adalah suatu metode yang digunakan dalam pendeteksian bawah air yang menggunakan perangkat akustik (acoustic instrumen), antara lain: echosounder,

Lebih terperinci

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG

1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG 1. DUGONG BUKAN PUTRI DUYUNG Istilah dugong sering dikacaukan dengan istilah lain seperti ikan duyung dan putri duyung. Dalam khasanah ilmiah, istilah dugong adalah satwa mamalia yang hidup di perairan

Lebih terperinci

Sistem Saraf Tepi (perifer)

Sistem Saraf Tepi (perifer) SISTIM SYARAF TEPI Sistem Saraf Tepi (perifer) Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ tubuh Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi: - Sistem saraf

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2 1. Cara adaptasi tingkah laku hewan mamalia air yang hidup di air laut

Lebih terperinci

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH Morfologi Ikan Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea

Lebih terperinci

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia Sistem komunikasi utama dalam tubuh manusia: Sistem Syaraf Perangkat Penunjang: Otot Perangkat sensor tubuh (panca indera) Berfungsi mengontrol keseimbangan

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

Ikan-ikan Laut yang Berbahaya

Ikan-ikan Laut yang Berbahaya Ikan-ikan Laut yang Berbahaya Pada dasarnya tidak ada hewan hewan di terumbu karang yang benar benar mempertimbangkan manusia sebagai mangsa potensialnya kecuali beberapa jenis ikan hiu seperti tiger shark

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang secara geografis memiliki daerah pesisir yang sangat panjang. Di sepanjang daerah tersebut hidup beranekaragam biota laut (Jati dan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM URAT DAGING

BAB III SISTEM URAT DAGING BAB III SISTEM URAT DAGING Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi 4 2.2. Morfologi Ikan Tambakan (H. temminckii) Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri

Lebih terperinci

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUN JAWA STUDI BYCATCH HIU DI PULAU KEMUJAN, KARIMUN JAWA, JEPARA

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUN JAWA STUDI BYCATCH HIU DI PULAU KEMUJAN, KARIMUN JAWA, JEPARA PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUN JAWA STUDI BYCATCH HIU DI PULAU KEMUJAN, KARIMUN JAWA, JEPARA OLEH : ACHMAD YUSUF SUBIAKTO 26020115130118 DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS HIU DAN DISTRIBUSI TITIK PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN PESISIR CILACAP, JAWA TENGAH

KOMPOSISI JENIS HIU DAN DISTRIBUSI TITIK PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN PESISIR CILACAP, JAWA TENGAH KOMPOSISI JENIS HIU DAN DISTRIBUSI TITIK PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN PESISIR CILACAP, JAWA TENGAH Shark Species and It s Catch Distribution in Cilacap Coastal Waters, Central Java Sheila Puspa Arrum, Abdul

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

JMSC Tingkat SD/MI2017

JMSC Tingkat SD/MI2017 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan cara menyilang (X)abjad jawaban pada lembar jawaban kerja yang disediakan. 1. Pada sore hari jika kita menghadap pada matahari, bayangan tubuh kita tampak lebih...

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR

SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR SISTEM SIRKULASI PADA HEWAN AIR Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Prinsip dasar sistem sirkulasi Hanya dapat berlangsung jika ada pompa (satu atau lebih) dan saluran di mana darah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : Website - www.enchantedlearning.com

Lebih terperinci

EKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti

EKOLOGI IKAN KARANG. Sasanti R. Suharti EKOLOGI IKAN KARANG Sasanti R. Suharti PENGENALAN LINGKUNGAN LAUT Perairan tropis berada di lintang Utara 23o27 U dan lintang Selatan 23o27 S. Temperatur berkisar antara 25-30oC dengan sedikit variasi

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com 2. Gerak pada Hewan Salah satu sifat makhluk hidup adalah bergerak. Hewan bergerak dengan berbagai cara, misalnya ada hewan yang berjalan, berlari, terbang, berenang, merayap, dan lain sebagainya. Hewan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Hasil Tangkapan Hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian terdiri dari 11 famili, 12 genus dengan total 14 jenis ikan yang tertangkap (Lampiran 6). Sebanyak 6

Lebih terperinci

Sistem Respirasi Pada Hewan

Sistem Respirasi Pada Hewan Sistem Respirasi Pada Hewan Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat 02 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya C02 dapat berdifusi keluar. Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

Family Neobalaenidae. Ordo Odontoceti

Family Neobalaenidae. Ordo Odontoceti Family Neobalaenidae Paus Kerdil Ordo Odontoceti Morfologi: Seluruh anggota sub-ordo tidak memiliki gigi dengan jumlah yang bervariasi (2-260 buah) Rangka Odontoceti asimetris bilateral di daerah dahi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 1. Perhatikan gambar mata berikut! Image not readable or empty assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/alat%20indrpng SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 Bagian

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN. (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Oksigen Lingkungan) Disusun oleh : Aida Fitriah (1110016100006) Musliyadi (1110016100025) Qumillailah (1110016100026) Izkar Sobhah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perairan Indonesia Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudera Pasifik dan samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi laut yang rumit dilihat dari topografi

Lebih terperinci

INDERA PENCIUMAN. a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung)

INDERA PENCIUMAN. a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung) INDERA PENCIUMAN Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Seseorang mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN Oleh : Eddy Afrianto Evi Liviawaty i DAFTAR ISI PENDAHULUAN PROSES PENURUNAN KESEGARAN IKAN PENDINGINAN IKAN TEKNIK PENDINGINAN KEBUTUHAN ES PENGGUNAAN ES

Lebih terperinci

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea) Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia Kima Lubang (Tridacna crosea) Kima ini juga dinamakan kima pembor atau kima lubang karena hidup menancap dalam substrat batu karang. Ukuran cangkang paling kecil

Lebih terperinci

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 10 STRUKTUR & PERKEMBANGAN: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Keanekaragaman hewan dengan berbagai modifikasi

Lebih terperinci

Bagaimana hewan laut berkomunikasi di dalam laut????

Bagaimana hewan laut berkomunikasi di dalam laut???? Dunia ini memang tidak lengkap tanpa kebisingan atau hingar bingar. Bayangkan saja setiap hari kita tidak terlepas dari yang namanya kebisingan bahkan boleh dibilang kita seolah berdamai dengan kebisingan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6488.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan laut 5,8 juta km² (terdiri dari luas laut teritorial 0,3 juta km², luas perairan

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP Kegiatan yang dilakukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan tidak sama. Tetapi gejala yang ditunjukkan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan sama. Gejala atau ciri yang ditunjukkan oleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembakang Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, hidup pada habitat danau atau sungai dan lebih menyukai air yang bergerak lambat dengan vegetasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi 3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas

Lebih terperinci

Kemampuan khusus Cetacea

Kemampuan khusus Cetacea Kemampuan khusus Cetacea Reproduksi: Cetacean bereproduksi dengan cara vivipar (melahirkan), setelah melahirkan kelompok betina saling menjaga bayi yang baru lahir, agar tidak tenggelam dan bisa ke perukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi

Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Metode Menarik Perhatian Ikan (Fish Attraction) Muhammad Arif Rahman, S.Pi Prinsip dari metode ini adalah mengumpulkan ikan dalam ruang lingkup suatu alat tangkap. Dalam menarik perhatian ikan, digunakan

Lebih terperinci

8 hewan pra sejarah yang paling terkenal

8 hewan pra sejarah yang paling terkenal rajaebookgratis.com unik files Page 1 8 hewan pra sejarah yang paling terkenal 1. Triceratops Nama : Triceratops Panjang : 9 m, tinggi 3 m Massa : 12 ton Zaman : Akhir Cretaeceous (68 juta tahun yang lalu)

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan sungai Sungai merupakan salah satu dari habitat perairan tawar. Berdasarkan kondisi lingkungannya atau daerah (zona) pada sungai dapat dibedakan menjadi tiga jenis,

Lebih terperinci

Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi

Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi Kelas Osteichthyes/ teleostei/ teleostomi mempunyai P&V yg menonjol (lobate) dan berdaging, Sisik dengan endoskeletal yg kuat. Klas Osteichthyes/teleostei/teleostomi

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

TEORI FENOMENA ORGAN

TEORI FENOMENA ORGAN TEORI FENOMENA ORGAN By: Syariffudin Definisi Teori Fenomena Organ Yaitu sebuah teori untuk menilai fungsi organ organ dalam secara fisiologi maupun secara patalogis dengan didasarkan pada apa yang terlihat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Koi 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi merupakan pengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri yang dimilikinya. Klasifikasi adalah lanjutan dari identifikasi. Nenek moyang

Lebih terperinci

2. KERABAT DUGONG. Gambar 2.1. Taksonomi dugong dan kerabatnya

2. KERABAT DUGONG. Gambar 2.1. Taksonomi dugong dan kerabatnya 2. KERABAT DUGONG Dalam klasifikasi hewan, dugong termasuk Class Mammalia yang mempunyai karakterisktik menyusui anaknya. Di bawah Class Mammalia dugong tergolong dalam Ordo Sirenia. Seluruh anggota Ordo

Lebih terperinci

Zat tersebut yang termasuk molekul senyawa adalah nomor. A. (1), (2), dan (3) C. (1), (3), dan (5) B. (2), (3), dan (5) D.

Zat tersebut yang termasuk molekul senyawa adalah nomor. A. (1), (2), dan (3) C. (1), (3), dan (5) B. (2), (3), dan (5) D. 20. Perhatikan data zat berikut! 1.NaCl 4. C 2.Fe 5. H 2 O 3.H 2 SO 4 6. Al Zat tersebut yang termasuk molekul senyawa adalah nomor. A. (1), (2), dan (3) C. (1), (3), dan (5) B. (2), (3), dan (5) D. (2),

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

JENIS DAN STATUS KONSERVASI IKAN HIU YANG TERTANGKAP DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) LABUAN BAJO, MANGGARAI BARAT, FLORES

JENIS DAN STATUS KONSERVASI IKAN HIU YANG TERTANGKAP DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) LABUAN BAJO, MANGGARAI BARAT, FLORES JENIS DAN STATUS KONSERVASI IKAN HIU YANG TERTANGKAP DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) LABUAN BAJO, MANGGARAI BARAT, FLORES Ismail Syakurachman Alaydrus 1,2), Narti Fitriana 1)* dan Yohannes Jamu 3) 1) Jurusan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU APPENDIX II CITES YANG DIDARATKAN DI NAMOSAIN NTT

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU APPENDIX II CITES YANG DIDARATKAN DI NAMOSAIN NTT KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU APPENDIX II CITES YANG DIDARATKAN DI NAMOSAIN NTT Oleh: Sri Pratiwi Saraswati Dewi, Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Suko Wardono BPSPL Denpasar

Lebih terperinci

Seperti mamalia pada umumnya, mamalia laut memiliki ciri:

Seperti mamalia pada umumnya, mamalia laut memiliki ciri: Mamalia laut Seperti mamalia pada umumnya, mamalia laut memiliki ciri: Berdarah panas Bernafas dengan paru-paru Melahirkan dan menyusui Memiliki rambut (sebagian besar terdapat pada bagian pipi) Memiliki

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

ICHTIOLOGY (BIO327) Sistem Peredaran Darah

ICHTIOLOGY (BIO327) Sistem Peredaran Darah ICHTIOLOGY (BIO327) Sistem Peredaran Darah PENDAHULUAN Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi

Lebih terperinci

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoristis Penulis mengangkat Ikan Lele sebagai tema dalam seni grafis, karena ikan lele adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition David G. Itano 1 1 Pelagic Fisheries Research Programme, Honolulu, Hawaii Translation by

Lebih terperinci

Keanekaragaman Organisme Kehidupan

Keanekaragaman Organisme Kehidupan Keanekaragaman Organisme Kehidupan Salah satu ciri makhluk hidup adalah tubuhnya tersusun atas sel. Sel merupakan satuan atau unit terkecil dari makhluk hidup, seperti pencernaan makanan, bernafas, ekskresi,

Lebih terperinci