INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI
|
|
- Djaja Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria Sp ) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH AGUSTINA SARAGIH HPT DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
2 2 INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI (Fragaria Sp ) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH AGUSTINA SARAGIH HPT Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat MemperolehGelar Sarjana difakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing (Ir. Amansyah Siregar ) Ketua ( Ir. Fatimah Zahara) Anggota DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
3 3 ABSTRACT Agustina Saragih, Diversity of Insect population of Strwberry (Fragaria SP.) at Tongkoh, Berastagi in Sub-Province of Karo. With Counselor commission Ir. Amansyah Siregar as Chiep and Ir. Fatimah Zahara as a member. The purpose of this reseach is to find index of insect variety of strawberry, also need to find the absolute frequency value, relative frequency value, accuracy absolute, accuracy relative in all field of this research. This research held in Tongkoh, Berastagi, Sub- Province of Karo Insect executed by net snare, pit fall trap, light trap and snaring yellow. General result of research was identifying in laboratory. Diversity index of insects population analyze by using calculation Shannon- Weinner. Final result of research indicated that insects executed in vegetative vase counted in the amount 173 pieces consist of 7 orders and 20 families. Result of generative vase was counted with 1102 pieces consist of 22 families. The absolute accurate of strawberry plant start from I, II, III, IV, V, observation. The result in vegetative vase as followed 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, 7.20, 42.00, 41.80, Value of absolute frequency in observation as followed 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, 7.20, andin generative vase as followed 10.20, 9.90, 10.80, 8.80, The highest value of diversity index invegetative vase is in the I observation as 1,03 and the lowest is III observation with value as 0,10. The highest value in vegetativevase is in the IV observation as 0,34 and the lowest is I observation with value as 0,21.
4 4 ABSTRAK Agustina Saragih, Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Stroberi ( Fragaria Sp. ) di Lapangan, di Desa Tongkoh Berastagi kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dibawah bimbingan Ir. Amansyah Siregar selaku ketua dan Ir. Fatimah Zahara selaku anggota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga yang tertangkap pada pertanaman stroberi untuk mengtahui nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif pada setiap pengamatan untuk mengetahui nilai indeks keragaman jenis serangga pada pertanaman stroberi. Penelitian ini dilaksanakan didesa Tongkoh Kecamatan Berastagi. Penangkapan serangga digunakan dengan menggunakan perangkap jaring, perangkap jatuh, perangkap kuning dan perangkap cahaya. Hasil pengamatan diidentifikasi dilaboratorium. Indeks keanekaragaman dianalisis dengan menggunakan perhitungan Shanon-Weinner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serangga yang tertangkap pada fase vegetatif sebanyak 173 ekor, yang terdiri atas 7 ordo dan 20 famili dan fase Generatif sebanyak 1102 ekor terdiri dari 22 famili. Adapun nilai Kerapatan mutlak (KM) pada pertanaman stroberi pada fase vegetatif mulai dari pengamatan I, II, III, IV dan V secara berturut-turut yaitu: 7.20, 6.40, 6.60, 5.40, dan 7.20.Pada fase generatif nilai Kerapatan Mutlak pada setiap pengamatan dari I samapai V yaitu: 50.60, 49,40, 42,00, 41.80, 38,80. Sedangkan nilai Frekuensi Mutlak pada fase vegetatif pada pengamatang I sampai V yaitu: 7.20, 6,40, 6,60, 5.40, 7.20 dan pada fase generatif yaitu: 10.20, 9.90, 10.80, 8,80, 12,20. Nilai indeks keragaman tertinggi pada Fase vegetatif yaitu pada pengamatan I sebesar 1,03 dan terendah pada pengamatan III sebesar 0,10 dan pada fase generatif tertinggi yaitu pada pengamatan IV yaitu sebesar 0,34 dan terendah pada pengamatan I sebesar 0,21.
5 5 RIWAYAT HIDUP Agustina Saragih dilahirkan pada tanggal 11 Agustus 1984 dari pasangan Ayahanda T. Saragih dan Ibunda M. Purba. Penulis merupakan putri ketujuh dari 7 bersaudara. Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Inpres Tigaurung lulus tahun 1996, SLTP N I Sidamanik lulus tahun 1999, SMU Negeri I Sidamanik lulus tahun 2002 dan pada tahun 2003 masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perkebunan Swasta Kelapa Sawit Buana Estate Cinta Raja Stabat.
6 6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari Skripsi adalah INDEKS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN STROBERI ( Fragaria Sp ) DILAPANGAN. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Amansyah Siregar selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Fatimah Zahara selaku anggota komisi pembimbing dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan saran dan arahan sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penulisan Kripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan Skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Medan, Agustus 2008 Penulis
7 7 DAFTAR ISI ABSTRACT... ABSTRAK... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR.... DAFTAR ISI.... i ii iii Iv Vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis Penelitian... 3 Kegunaan Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Stroberi... 4 Syarat Tumbuh Tanaman... 5 Keragaman Jenis serangga... 7 Jenis Serangga Pada Tanaman Stroberi... 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Dan Alat Metode Analisis Data Pelaksanaan Penelitian Perangkap Jaring Perangkap Jatuh Perangkap cahaya Perangkap perekat Indentifikasi Serangga Peubah Amatan HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Serangga Yang Teratangkap Fase Vegetatif Jumlah Serangga Yang Tertangkap Fase Generatif... 22
8 8 Nilai KM, KR, FM, FR Fase Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
9 9 DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1. Jumalah Serangga yang Terangkap Pada Fase vegetatif Jumlah Seangga Yang tertangkap Pada Fase Generatif Nialai Kerapatan Mutlak(KM), Kerapatan Relatif(KR), Frekuensi Mutlak(FM) dan Frekuensi Relatif (FR) pada Fase Vegetatif Nilai Kerapatan Mutlak (KM), Kerapatan Relatif (KR) Frekuensi Mutlak (FM) dan Frekuensi Relatif (FR) Fase Generatif Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatip Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada fase Generatif... 30
10 10 DAFTAR GAMBAR No Judul Halaman 1. Perangkap Jaring (Swepp Net) Perangkap Jatuh ( Pit fall Trap) Perangkap Cahaya (Light Trap) Perangkap Kuning (Yellow Trap) Gambar Lokasi Penelitian Jenis-jenis serangga yang Tertankap... 49
11 11 DAFTAR LAMPIRAN No Judul Halaman 1.Populasi Serangga pada Fase Vegetatif Populasi Serangga Pada Fase Generatif Contoh analisa Data Foto Lahan Penelitian Foto Serangga Yang Tertangkap... 49
12 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman stroberi telah dikenal sejak jaman Romawi. Stroberi merupakan salah satu buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Daya pikatnya terletak pada warna buah, yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik, serta rasa yang manis segar (Kurnia, 2005). Negara penghasil utama didunia adalah Amerika Serikat. Kemajuan produksi stroberi di Amerika didukung oleh penelitian-penelitian intensiv selama tahun, yang meliputi aspek genetika, fisiologi, kimia, agronomi, hama dan penyakit, pasca panen, pengolahan, serta tata niaganya (Gunawan, 2003). Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne. Varietas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet ( Hancocks, 1999).
13 13 Di Cianjur ditanam varietas Hokowaze asal Jepang yang cepat berbuah. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varitas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk membuat makanan olahan dari stroberi seperti jamu (Anonimus, 2005). Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu species stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya species lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan species lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Anonimus, 2007). Dibandingakan dengan di luar negeri, usaha stroberi di Indonesia masih tergolong skala sangat kecil. Skala usaha budidaya stroberi di Indonesia hanya antara 2-10 Ha. Usaha ini dicoba oleh beberapa perusahaan di daerah Jawa Barat seperti Sukabumi, Cipanas, Lembang, serta Bali. (Kurnia, 2005). Perusahaan-perusahaan ini mendatangkan bibit dari Amerika dan sebagian kecil dari New Zealand. Produksi sudah menunjukkan angka yang menggembirakan pada kultivar tertentu. Puncak produksi adalah Juni sampai Oktober. Pada bulan-bulan lain masih ada produksi, tetapi kecil dan kualitasnya pun tidak sebaik yang terjadi pada bulan Juni- Oktober (Gunawan, 2003). Stroberi termasuk tanaman yang memerlukan perawatan intensif. Sifat dasarnya adalah rentan terhadap beberapa faktor lingkungan, seperti
14 14 suhu, kelembaban, kondisi tanah, serta serangan hama dan penyakit. Namun dengan pemeliharaan yang tepat, stroberi bisa tumbuh optimal dan memberikan hasil yang diharapkan baik secara kualitas maupun kuantitas (Bappenas, 2003). Hama yang sering menyerang stroberi adalah kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii). Kutu berwarna kuning-kuning kemerahan, kecil (1-2 mm), hidup bergerombol di permukaan bawah daun. Gejala: pucuk/daun keriput, keriting, pembentukan bunga/buah terhambat. Pengendalian: dengan insektisida Fastac 15 EC dan Confidor 200 LC. Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.) Tungau berukuran sangat kecil, betina berbentuk oval, jantan berbentuk agak segi tiga dan telur kemerah-merahan. Gejala yang ditimbulkan yaitu daun berbercak kuning sampai coklat, keriting, mengering dan gugur. Pengendalian dengan insektisida Omite 570 EC, Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC. Kumbang penggerek bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek (Otiorhynchus rugosostriatus) dan kumbang penggerek batang (O. sulcatus).gejala serangan hama ini adalah di bagian tanaman yang digerek terdapat tepung. Pengendalian dengan insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC atau Curacron 500 EC pada waktu menjelang fase berbunga. Kutu putih (Pseudococcus sp.) Gejala serangan hama ini adalah bagian tanaman yang tertutupi kutu putih akan menjadi abnormal (Kurnia, 2005). Tujuan Penelitian
15 15 1. Untuk mengetahui jenis hama yang terdapat pada tanaman Stroberi ( Fragaria sp.) 2. Untuk mengetahui jenis serangga bukan hama yang terdapat pada pertanaman stroberi (Fragaria sp.) Hipotesis Penelitian Ada perbedaan indeks keragaman jenis serangga pada pertanaman stroberi dilapangan pada fase vegetatif dan fase generatif. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 2. Sebagai sumber informasi tambahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
16 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Stroberi Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang rata-rata memiliki 200 biji kecil per satu buahnya. Ada 700-an macam jenis stroberi. Salah satu jenis spesiesnya bernama Fragaria hiloensis L. Jenis ini yang menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Spesies yang lainnya yaitu F. vesca L. Yang satu ini lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Anonimus, 2007). Heterozigositas genetik yang tinggi pada Fragaria Spp. Telah memungkinkan pemulia tanaman mengembangkan kultivar-kultivar yang berbeda serta resistensi terhadap beberapa hama. Masing-masing kultivar telah dikembangkan untuk suatu daerah tertentu. Dengan demikian, stroberi dapat dikembangkan pada kisaran regional yang luas dengan lingkungan yang berbeda (Hancock, 1999). Satu-satunya sifat yang tidak menguntungkan dari stroberi adalah buahnya tidak tahan disimpan dan mudah sekali rusak dalam transportasi.
17 17 Untuk penyimpanan jangka panjang, stroberi dibekukan atau dalam bentuk olahan berupa jus dan konsentrat (Puls, 1990). Syarat Tumbuh Tanaman stroberi bisa tumbuh dengan baik dilingkungan beriklim sedang, tetapi suhu dan kelembaban yang ekstrem. Kondisi yang menyebabkan berkurangnya kelembaban, seperti embusan angin yang kuat merupakan kondisi yang kurang baik bagi stroberi. Hal tersebut dapat diantisifasi dengan keberadaan tanaman penahan angin, rumah angin, rumah kaca, pemberian mulsa dan pengairan yang memadai (Kurnia, 2005). Tanaman stroberi merupakan tanaman yang responsif terhadap pemberian air, namun kendala yang sering dihadapi dalam pemberian air irigasi adalah terbatasnya air irigasi selama pemberian air, sehingga diperlukan usaha pemberian air irigasi yang efisien. Salah satu usaha untuk menghemat air irigasi adalah dengan menggunakan lapisan penutup tanah atau mulsa. Penggunaan mulsa mampu mereduksi panas dari sinar matahari yang langsung menimpa permukaan tanah sehingga mampu memperkecil besarnya jumlah evaporasi pada tanaman serta menciptakan kondisi yang cocok bagi tanaman (Anonimus, 2007). Tanaman stroberi menyukai kondisi lingkungan dengan rentang kelembaban tinggi. Air menjadi kebutuhan utama dalam pembentukan buah dan prtumbuhan tanaman yang baik. Daerah penanam yang relatif
18 18 teduh atau memiliki naungan akan mempengaruhi terhadap perumbuhan dan pembentukan stolon (Kurnia, 2005). Kondisi tanah yang baik adalah Podsolik dan Alluvial. Tanah-tanah dengan kandungan hara yang baik, mutlak dibutuhkan dalam maksimalisasi pembentukan bunga dan buah. Kisaran ph untuk budidaya stroberi adalah antara pemilihan lokasi untuk penanaman stroberi sedapat mungkin dihindari tanah yang pernah ditanami kentang, tomat, atau cabai dalam tiga tahun terakhir. Ketinggian tempat yang baik untuk penanaman stroberi adalah meter dari permukaan laut (Gunawan, 2003). Tanah untuk penanaman stroberi perlu ditambah dengan pupuk kandang. Apabila pupuk kandang yang diberikan belum terdekomposisi, maka perlu diberikan jauh sebelum penanaman dengan jumlah mencapai 40 ton per hektar (Berat basah), akan tetapi bila pupuk kandang yang dipergunakan berupa kotoran ayam maka jumlahnya cukup 20 ton per hektar. Bila pupuk kandang diberikan dalam waktu yang dekat denga penanaman, maka harus digunakan pupuk yang sudah matang atau jadi. Syarat utama penaman stroberi adalah sebagai berikut: 1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan mm/tahun. 2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8 10 jam setiap harinya.
19 19 3. Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur C. 4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%. (Anonimus, 2006). Keragaman Jenis Serangga Tanaman stroberi termasuk tanaman yang sering terserang hama. Kerusakan yang ditimbulkan hama dan penyakit sering berdampak buruk karena dapat menggagalkan panen. Semua bagian dari tanaman stroberi dapat terserang oleh berbagai organisme pengganggu tanaman, dari tanaman stroberi dapat terserang oleh beragam organisme penganggu tanaman dari serangga, jamur, virus, tungau, nematoda. (Anonimus, 2007). Keragaman jenis adalah komunitas yang memperlihatkan tingkat keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya. Untuk memperoleh keragaman jenis cukup diperlukan kemampuan mengenall atau membedakan jenis meskipun tidak dapat mengidentifikasi jenis hama (Odum, 1971). Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi dan perilaku adaptasi dalam lingkungannya dan demikian banyaknya serangga yang terdapat dimuka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni maupun terapan, menggunakan serangga
20 20 sebagai model. Kajian dinamika populasi misalnya bertumpu pada perkembangan populasi serangga. (Tarumingkeng, 2001). Didalam ekosistem alami semua mahluk hidup berada dalam keadaan seimbang dan saling mengkontrol sehingga tidak terjadi hama. Diekosistem alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang terdapat flora dan fauna yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman mempengaruhi timbulnya masalah hama. Sistem pertanaman yang beraneka ragam berpengaruh terhadap populasi hama (Oka, 1995). Berbeda dengan ekosistem alami Agro-ekosistem memiliki keaneka ragaman biotik dan genetik yang rendah malahan cendrung semakin seragam seperti yang kita lihat pada sistem persawahan kita, keadaan agro-ekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian diekosistem pertanian sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama (Untung,1996). Jenis Serangga Hama pada Tanaman Stroberi Hama-hama yang sering menyerang tanaman stroberi yaitu serangga, tungau dan nematoda merupakan ancaman yang selalu ada didalam setiap penanaman. Hama-hama ini sering menyebabkan kerusakan pada akar,daun,bunga dan buah. Disamping kerusakan langsung, serangga dan tungau juga merupakan pembawa virus dari
21 21 tanaman sakit dan ditularkan pada tanaman- tanaman sehat lainnya (Gunawan, 2003). Hama serangga dan tungau pada stroberi dapat dibagi atas beberapa kelompok yaitu kelompok penghisap cairan tanaman (Aphid, tungau, Tarsonemus fragariae, Kepik, Kutu Putih), Kelompok pemakan bagian tanaman (Kumbang moncong Anthonomus Sp, kumbang moncong Otrhynchus, lundi (Larva kumbang) kelompok penggerek yaitu larva kupukupu (Aristotelia fragaria) dan larva kumbang (Tyloderma fragaria) (Hyams, 1992). Tidak semua jenis serangga dalam agro-ekosistem merupakan serangga yang berbahaya atau merupakan hama, malahan sebagian besar jenis serangga yang kita jumpai merupakan serangga bukan hama yang dapat berupa musuh alami hama (predator, parasitoid) atau serangga- serangga berharga lainnya seperti serangga penyerbuk bunga dan serangga penghancur sisa-sisa bahan organik (Untung, 1996).
22 22
23 23 BAHAN DAN METODA Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tongkoh Kecamatan Sigundaling, Kabupaten Karo dengan ketinggian tempat 1200 mdpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2008 Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah imago serangga yang terdapat pada tanaman stroberi, kapas, tissue, air bersih, kertas warna kuning, cery glue dan alkohol 70%. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples, kain kasa, sweep net, light trap, pit fall trap, perangkap warna kuning, mikroskop, pinset, lup, kalkulator, kamera, killing botle, buku kuncii identifikasi dan alat tulis-menulis. Metode Analisis Data Data yang diperoleh pada setiap penangkapan kemudian dihitung dan diidentifikasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumusrumus sebagai berikut: Frekuensi Mutlak (FM) suatu jenis serangga: Frekuensi mutlak menunjukkan jumlah individu serangga tertentu yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997). FM = jumlah ditemukan suatu jenis serangga Jumlah seluruh penangkapan
24 24 Frekuensi Relatif (FR) suatu jenis serangga: FM FR = X 100% FM FR = Nilai FMsuatu jenisserangga setiap penangkapan Nilai FM semua jenisserangga setiap penangkapan x 100 % Frekuensi Relatif menunjukkan kesering hadiran suatu jenis serangga pada habitat dan dapat menggambarkan penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 1997) Kerapatan Mutlak (KM) suatu jenis serangga: Kerapatan Mutlak menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 1997). KM = jumlah individu jenis yang tertangkap Jumlah penangkapan - Kerapatan Relatif (KR) suatu jenis serangga KM KR = X 100% KM KM = Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan Total individu dalam penangkapan Indeks Keanekaragaman Jenis serangga Untuk membandingkan tinggi rendahnya keragaman jenis serangga digunakan indeks shanon - Weiner (H) dengan rumus: H= - Pi Ni Pi Dengan Pi = Ni N
25 25 Dimana: Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan Jenis = Jumlah jenis yang tertangkap Ni = Jumlah individu ke-i N = Jumlah total individu semua jenis Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut krebs (1989) sebagai berikut: H>3 H<1<3 (Tinggi) (Sedang) H<1 (Rendah) Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil serangga pada daerah pertanaman stroberi sebanyak mungkin dan mengumpulkan semua serangga tertangkap pada areal pertanaman stroberi. Sampel serangga yang diambil berupa imago dari serangga yang ada pada areall pertanaman. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunakan berbagai perangkap sebagai berikut: Perangkap cahaya (light trap) untuk serangga yang respon terhadap cahaya pada malam hari (nokturnal), perangkap warna kuning, sweep net (jaring perangkap) dan pit fall trap (perangkap jatuh) di lapangan untuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah, tempat pengambilan sampel serangga (hama, parasit, predator).
26 Perangkap jaring Perangkap jaring (Sweep net) terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti kain kasa, mudah diayunkan dan serangga yang tertangkap dapat terlihat. Pada pengambilan serangga degan menggunakan perangkap jaring dibutuhkan 2 yaitu Satu untuk fase vegetatif dan satu lagi untuk fase generatif dan penangkapan dilakukan secara serentak. Perangkap jaring ( Sweep net ) diayunkan 2 kali dan Serangga yang tertangkap kemudian dikumpulkan dan dipisahkan lalu dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Penangkapan serangga dilakukan pada sore dan pagi hari. Pada pagi hari sekitar pukul Wib dan sore hari jam Wib 26 Gambar 1 : Sweep net Perangkap Jatuh Perangkap jatuh (fit fall trap) digunakanuntuk menangkap serangga yang hidup diatas permukaan tanah. Alat ini dibuat dari baskom plastik berwarna hijau dan merah sebanyak 6 baskom untuk setiap fase tanaman
27 27 yang diamati. Baskom dimasukkan kedalam tanah yang diletakkan rata dengan permukaan tanah. Serangga yang jatuh kedalam baskom dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali selama 5 kali pegambilan data dan dipasang mulai pukul Gambar 2 : Perangkap Jatuh Perangkap Cahaya Perangkap cahaya lampu (light trap) digunakan untuk menangkap cahaya yang respon pada malam hari (nokturnal). Alat ini diletakkan pada sebuah papan yang telah dipakukan pada sebuah tiang kayu dengan ketinggian 1 meter. Pada bagian tengah baskom diletakkan sebuah lampu minyak atau semprong sebagai sumber cahaya. Alat ini diletakkan sebanyak 2 buah pada daerah pengamatan. Serangga yang jatuh kedalam baskom dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Alat ini dipasang pada pukul dan diamati kembali pada pukul pagi.
28 28 Gambar 3 : Perangkap Cahaya Perangkap Perekat Perangkap perekat yang terbuat dari kertas berwarna kunig yang berukuran 16 x 20 cm yang diolesi dengan perekat dengan merek dagang Cehry glue merata pada permukaan kertas berwarna kuning. Alat ini diletakkan sebanyak 6 buah pada daerah pengamatan. Serangga yang diperoleh pada perangkap ini dikumpulkan, dihitung dan dimasukkan kedalam botol kocok untuk diidentifikasi. Perangkap ini dipasang pada pukul WIB.
29 29 Gambar 4 : Perangkap Kuning Identifikasi Serangga Serangga yang dikenali spesiesnya diidentifikasi langsung dilapangan, sedangkan serangga yang belum dikenal diidentifikasi di Laboratorium dengan memakai lup dan mikroskop serta mengacu pada buku kunci determinasi serangga, antara lain Kalshoven (1981), Borror (1992). Identifikasi dilaksanakan maksimal pada tingkat famili. serangga yang tartangakap dari lapangan dimasukkan kedalam botol kocok apabila ukurannya kecil dan kedalam stoples berukuran 20 x 20 cm serangga yang berukuran besar. Apabila ditemui larva dilapangan akan dilakukan periringan dengan menyungkup tanaman langsung dilapangan supaya iklim cocok dan ketersediaan bahan makanan untuk memperoleh imago dengan pertumbuhan yang maksimal. Peubah Amatan 1. Jumlah serangga yang tertangkap
30 30 Pada setiap pengamatan yang dilakukan pada berbagai cara penangkapan yang serangga dikumpulkan diamati dan diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop kemudian dihitung sesuai dengan jenis famili masing-masing pada setiap pengamatan. 2. Nilai indeks keragaman jenis serangga Setelah jumlah serangga yang tertangkap pada setiap pengamatan dihitung maka dihitung nilai indeks keragaman pada masing-masing pengamatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus H= - Pi Ni Pi Dengan Pi = Ni N Dimana: Pi = perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan Jenis = Jumlah jenis yang tertangkap Ni = Jumlah individu ke-i N = Jumlah total individu semua jenis Dengan kriteria indeks keanekaragaman menurut krebs (1989) sebagai berikut: H>3 H<1<3 (Tinggi) (Sedang) H<1 (Rendah) 3. Nilai Frekuensi Mutlak, Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan. Setelah jumlah populasi serangga yang tertangkap diketahui setelah diidentifikasi maka dapat dihitung Nilai Frekuensi Mutlak,
31 Frekuensi Relatif, Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif pada setiap pengamatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 31 KM = jumlah individu jenis yang tertangkap Jumlah penangkapan KM KR = X 100% KM FM = jumlah ditemukan suatu jenis serangga Jumlah seluruh penangkapan FM FR = X 100% FM Setelah diperoleh data hasil penghitungan dari KM, KR(%), FM, FR(%) maka akan diketahui nilai tertinggi KM, KR(%), FM, FR(%) pada masing masing fase vegetatif dan generatif setiap pengamatan pertanaman stroberi.
32 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan bahwa serangga yang tertangkap pada fase vegetatif tanaman stroberi sebanyak 7 ordo yang terdiri atas 20 famili dengan jumlah populasi sebanyak 173 ekor. Hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah Serangga Yang Tertangkap Pada Pertanaman Stroberi Fase Vegetatif. No Serangga Pengamatan TOTAL I II III IV V 1 Diptera Tachinidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Tephritidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera
33 33 Cicadellidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Total Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah serangga yang paling banyak tertangkap adalah ordo diptera famili tephritidae hal ini didukung oleh pernyataan Boror (1992) yang menyatakan bahwa diptera menyusun salah satu dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga dan anggotaanggotanya secara individual dan jenisnya sangat banyak dan terdapat hamper dimana-mana. Dari pengamatan yang dilakukan pada tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah serangga yang paling sedikit yang tertangkap yaitu melandrydae, blattidae dan siricidae yaitu sebanyak 1 serangga pada masing-masing penangkapan pada setiap Family yang tertangkap. Dari empat cara penangkapan serangga yang dilakukan dapat dilihat bahwa serangga lebih banyak tertangkap dengan menggunakan perangkap warna kuning dan yang paling sedikit tertangkap yaitu dengan menggunakan perangkap cahaya hal ini disebabkan karena perekat atau cehry glue yang digunakan mempunyai bau yang khas sehingga seragga tertarik dan lengket dilem tersebut dan rata-rata serangga tersebut aktif pada siang hari. Noviar ( 2007 ) menyatakan bahwa kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh keaneka ragaman dan
34 34 kelimpahan pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Pengamatan terhadap jumlah serangga yang tertangkap pada fase generatif pertanaman stroberi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tabel Jumlah Serangga yang tertangkap pada fase Generatif Pertanaman stroberi. Pengamatan Serangga I II III IV V Diptera Dolichopodidae Total 12 Tephritidae Nemestrinidae Pompilidae Sciomyzidae Muscidae Tachinidae Coleoptera Carabidae Curculionidae Dermestidae Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera 0 Cicadelidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Orthoptera Acridiidae Blattidae Grillidae Grilotalpidae
35 Tettigonidae TOTAL Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa selama periode pengamatan fase generatif pertanaman stroberi yaitu 7 ordo dan terdiri dari 22 famili dan total serangga yang diproleh selama 5 kali pengamatan yaitu 1102 serangga. Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah serangga yang paling banyak adalah familii tephritidae yaitu sebanyak 685, diikuti dari famili muscidae 125, famili grillidae sebesar 89 ekor dan formicidae sebanyak 45 ekor. Lalat buah atau famili tephrtidae merupakan hama penting pada tanaman stroberi dan hama ini akan meletakkan telurnya pada kulit buah atau pada celah atau bagian yang luka dipermukaan buah masak atau buah yang sedang masak dan larvanya akan mengisap cairan yang terdapat dalam buah stroberi sehingga buah tersebut busuk dan kadangkadang menyebabkan daun yang muda gugur. Menurut Suputa (2006 ) famili tephritidae berjumlah kurang lebih 4000 spesies dan dikelompokkan dalam 5 genus. Jumlah tersebut termasuk yang terbesar diantara ordoordo diptera yang secara ekonomis penting. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada fase vegetatif dan genratif diketahui jenis hama dan musuh alami yang terdapat pada pertanaman stroberi adalah famili carabidae, coccinellidae, formicidae dan ichneumidae. Menurut Untung (1996) bahwa musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai faktor pengaturan dan pengendali populasi serangga yang efektif dan pengaturannya yang 35
36 36 tergantung kepadatan. Prinsip pengaturan populasi organisme oleh saling keterkaitan antar anggota komunitas pada jenjang tertentu juga terjadi didalam agro-ekosistem yang dikembangkan oleh manusia. Musuh alami Sebagai bagian komunitas agro-ekosistem memiliki peranan yang sangat menentukan dalam pengaturan dan pengendali hama. Sebagai faktor yang bekerjanya dan tergantung pada kepadatan yang tidak lengkap dalam kisaran tertentu dalam populasi musuh alamii utuk tetap berada didalam aras keseimbangan. Nilai Kerapatan Mutlak, Kerapatan Relatif, Frekuensi Mutlak dan Frekuensi Relatif. Nilai frekuensi mutlak, frekuensi relatif,kerapatan mutlak, dan kerapatan relatif dari serangga yang tertangkap pada fase vegetatif pertanaman stroberi dapat dilihat pada tabel 3. Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai frekuensi mutlak (FM) yang tertinggi terdapat pada pengamatan III yaitu 8,80 sedangkan nilai frekuensi mutlak yang terendah adalah terdapat pada pengamatan I yaitu sebesar 6,40. Hal ini disebabkan karena jumlah family srangga yang diperoleh pada pengamatan I leih banyak atau lebih tinggi dari pada jumlah family serangga yang diperoleh pada pengamatan yang lain. Kaitan antara perubahan nilai FM dengan kondisi pertanaman dijelaskan oleh Pielou (1985) dalam teori kompetisi. Dimana kompetisi yang tinggi didalam relung yang sempit akan menghasilkan lebih banyak jenis yang dapat memasuki habitat.
37 37 Kerapatan Mutlak (KM) yang tertinggi terdapat pada pengamatan ke V sebesar 7.20 dan terrendah terdapat pada pengamatan IV yaitu sebesar 5,40. Hal ini menunjukkan bahwa populasi serangga yang paling tinggi pada pengamatan V hal ini didukung dengan pernyataan Suin (2002) Bahwa besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam suatu habitat.
38 Pengamatan I II III IV V 38 Serangga KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM FR(%) KM KR(%) FM Diptera Tachinidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Tephritidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadellidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera
39 39 Gelechidae Noctuidae Total
40 40 Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan pada nilai Frekuensi Relatif dari pertanaman Stroberi yang tertinggi terdapat pada pengamatan IV yaitu sebesar 11,36% pada famili dolichopodidae,tephritidae, formicidae, acridiidae dan tettigonidae pada pengamatan yang sama, diikuti dengan ffamili nemestrinidae pada pengamatan IV sebesar 9,09% berikutnya famili grillidae, acridiidae, tettigonidae pada pengamatan yang sama yaitu pengamatan ke V sebesar 8,20%. Hal ini disebabkan karena jumlah famili serangga yang tertangkap pada pengamatan IV dan V lebih tinggi daripada jumlah famili serangga yang tertangkap pada pengamatan lainnya. Nilai kerapatam mutlak (KM) serangga yang tertinggi pada fase generatif tanaman stroberi terdapat pada pengamatan I yaitu 50,60 dan terendah pada famili I sebesar pada pengamatan V yaitu sebesar 37,80 Hal ini didukung dengan pernyataan Suin (2002) bahwa besarnya nilai KM menunjukkan banyaknya jumlah populasi serangga yang terdapat dalam satu habitat.
41 41
42 42 Nilai Indeks Keragaman Jenis Serangga Data jenis-jenis serangga yang tertangkap setiap pengamatan pada setiap komunitas tanaman stroberi dapat dilihat pada lampiran (1-2). Nilai indeks keanekaragaman jenis serangga Shanon-winer (H), tanaman stroberi pada fase vegetatif dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Indeks keanekaragaman Jenis Serangga Tanaman Stroberi pada fase vegetatif. Serangga Pengamatan I II III IV V Diptera Cecydomidae Muscidae 0.23 Tephritidae Coleoptera Melandrydae 0.09 Cocinellidae 0.15 Orthoptera Tettigonidae Grillidae 0.10 Acrididae Hymenoptera Formicidae 0.27 Lepidoptera Noctuidae 0.12 Total Dari data indeks keanekaragaman pada tabel 5 dapat dilihat bahwa besar indeks keanekaragaman serangga selalu berubah-ubah pada setiap
43 43 pengamatan. Hal ini sesuai dengan literature Untung (1996) bahwa populasi setiap organisasi pada setiap ekosistem tidak pernah sama dari waktu kewaktu lainnya tetapi naik turun. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya selalu berubah setiap waktu. Indeks Keragaman Serangga (H) Cc I II III IV V Pengamatan Cecydomidae Muscidae Tephritidae Coleoptera Melandrydae Coccinelidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Formicidae Noctuidae Gambar 5: Histogram Nilai Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif. Menurut Michael (1995) ada 3 kriteria keragaman jenis serangga dimana: Keaneka ragaman jenis rendah bila H=<1 (Kondisi Lingkungan Tidak Stabil) Keaneka Ragaman Jenis seadang bila H= 1-3 (Kondisi lingkungan Sedang)
44 Keaneka ragaman Jenis Tinggi Bila H=> 3 (Kondisi Lingkungan Stabil) Berdasarkan kriteria tersebut ekosistem tanaman stroberi pada fase vegetatif tergolong tidak stabil (rendah). Nilai keragaman jenis serangga tertinggi pada yaitu 1,03 pada pengamatan I dan hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan pada pengamatan I tergolong sedang. Menurut Untung (1996) bahwa keadaan agro-ekosistem tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk kepentingannya. Dalam keadaan demikian diekosistem pertanian sangat mudah terjadi peningkatan populasi hama. Kondisi lingkungan pada fase vegetatif tergolong sedang hal ini mungkin disebabkan sistem budidaya tanaman yang brsifat konvensional dimana adanya digunakan pestisida untuk mengendalikan hama sehingga dapat mempengaruhi keberadaan serangga lain, karena penggunaan pestisida dalam ekosistem pertanian dapat mengakibatkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan. Selain itu dapat juga memusnahkan keanekaragaman athropoda dalam ekosistem. Tabel 6. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Stroberi Fase Generatif. 44 Serangga Pengamatan I II III IV V Diptera Muscidae
45 45 Grilotalpidae TOTAL Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada pengamatan I, II, IV dan ke V indeks keragaman serangga yang diamati tergolong tidak stabil. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa nilai keragaman serangga pada setiap periode pengamatan mengalami perubahan. Naik turunnya nilai keragaman jenis serangga diduga erat kaitannya dengan pengaplikasian pestisida. Hal ini didasarkan pada fungsi utama pestisida itu sendiri yang ditujukan untuk mengendalikan populasi hama yang secara langsung berdampak pada serangga keseluruhan. Terjadinya kenaikan yang cukup cepat ini sebagai kemungkinan adanya resistensi dan resurgensi hama sebagai akibat lain dari penggunaan pestisida. Hama dapat hidup dan berkembang pada suatu agro-ekosistem karena semua yang diperlukan untuk kehidupan hama tersedia diekosistem tersebut. Keperluan hama antara lain dalam bentuk makanan, habitat yang sesuai, tempat untuk pletakan telur dan tetap untuk persembunyian. Semakin sesuai keadaan ekosistem peningkatan populasi akan semakin cepat dan mungkin berakibat pada kerusakan tanaman. Dengan membuat ekosistem kurang sesuai bagi perkembangan hidup hama dapat menghambat peningkatan populasi hama.
46 46 Indeks Keragaman Serangga (H) g 0.02 I II III IV V Pengamatan Muscidae Grillotalpidae Gambar 6: Histogram Nilai Indeks Keragaman Jenis Pada Fase Generatif Seiiring dengan pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi keragaman jenis serangga, Krebs (1978) mengatakan bahwa nilai keragaman komunitas sejalan dengan berjalannya waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang lebih banyak terdapat organisme daripada komunitas muda yang belum berkembang.
47 47 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Populasi serangga tertinggi fase vegetatif pada pengamatan I yaitu 39 famili dan terendah pengamatan IV sebesar 29 famili dan fase generatif yaitu 253 pada pengamatan I dan jumlah populasi trendah terdapat pada pengamatan IV yaitu sebesar KM tertinggi pada fase vegetatif pada pengamatan I dan V sebesar 7,20 dan terendah pengamatan IV sebesar 5,40. FM tertinggi yaitu pada pengamatan III sebesar 8,80 Sedangkan nilai Frekuensi terendah pada pengamatan I sebesar 6,4 dan nilai KM fase Generatif yaitu 50,60 pada pengamatan I dan terendah yaitu pada pengamatan V sebesar 37,80. Sedangkan Frekuensi Mutlak (FM) tertinggi pada fase generatif yaitu 12,20 pada pengamatan V dan terendah sebesar 8,80 pada pengamatan IV. 3. Ekosistem pertanaman fase vegetatif dan generatif tergolong pada kondisi lingkungan tidak stabil dan selalu berubah karena tindakan manusia untuk mengolah dan mengelola ekosistem untuk
48 48 kepentingannya dan penggunaan pestisida yang dapat mempengaruhi populasi hama. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama penting dan musuh alami pada tanaman stroberi dan sejauh mana hubungan perkembangan hama terhadap parasitoid DAFTAR PUSTAKA Anonimus, Stroberi.http: // diakses tanggal 15 September , Budidaya Stroberi. diakses tanggal 15 September Fragraria sp. info/http/new hope/images/logocpprtt. gift. diakses tanggal 15 September 2007 Bappenas, Sistem Inpormasi Manajemen Pembangunan dipedesaan, Jakarta. Borror. D. J. Triplehorn,C. A dan N. F. Johson, Pengenalan PelajaranSerangga edisi ke-6. Terjemahan S. Partosoejono,M.Sc. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Childers N. F, The Strawbery Cultivar to Marketing Gains Ville, Florida. Holtikultura publication. Gunawan, Stroberi. Penebar swadaya, Jakarta. Hancock, J. F, Strawbery, NewYork.
49 Huffaker. C. B dan P. S. Messanger,, 1989.Teori dan Teknik Pengendalian. Biologi Terjemahan, Mangoedihardjo, UI Press, Jakarta. Hyams. T, Strawbery Growing Complete a System of Processing Fruit Trought the year. Newyork Kalshoven. L. G. E, The pest of krops in Indonesia PT. Ictiar Baru, Van hoeve, Jakarta. Krebs, C,,J., Ecology. The eksperimental Analysis of Distibution and abudance. Third Edition. Harper and Row Publishers, New York Kurnia, A, Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. Agromedia Pustaka, Jakarta. Noviar, P,, Purnomo dkk Daya Mangsa Predator Micropis crocea Mulsant. Odum. E. P, Fundamental of Ecolgy, W. B. Sounders, Philadelpia. Oka. I. N., Pengendalian Hama Terpadu dan Inplementasinya di Indonesia. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Michael, P, Metode Ekology Untuk Penyelidikan lapangan dan Laboratorium. Terjemahan Yanty. R. Koester. UI- Press, Jakarta. Suin. N. M, Ekologi Hewan. Bumi Aksara, Jakarta. Suputa, P,. S, Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia. Departement of Agricultur, Fisheries of Australia. Untung, K., Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 49
50 50
51 51 Lampiran 1. Populasi Serangga Pada Pertanman Stroberi pada Fase Vegetatif Serangga PENGAMATAN I II III IV V SN Pt Lt P SN Pt Lt P Sn Pt Lt P Sn Pt Lt P Sn Pt Lt P Diptera Tachinidae 2 1 Cecydomidae Muscidae Pompilidae 2 Theptiridae Coleoptera Curculionidae 1 2 Stapilinidae 1 Melandrydae 1 Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae 1 Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadellidae 3 Hymenoptera
52 Formicidae Siricidae 1 Lepidoptera Gelechidae Noctuidae TOTAL Keterangan: P : Perangkap Warna Kuning Ft : Pit fall Trap Sn : Swep Net Lt : Light Trap 52
53 53 Lampiran 2. Populasi Serangga Pertanaman Stroberi pada fase Generatif Serangga PENGAMATAN I II III IV V Sn Ft Lt P Sn Ft Lt P Sn Ft Lt p Sn Ft Lt P Sn Ft Lt P Diptera Dolichopodidae Tephritidae Nemestrinidae Sciomyzidae 2 Muscidae Stotoimidae 1 Tachinidae 1 Coleoptera Carabidae 1 2 Curculionidae 1 1 Dermestidae 1 Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadelidae 2 1 Hymenoptera Formicidae Icineumonidae Isoptera Termitidae 1
54 Lepidoptera Gelechidae 3 Noctuidae Mecoptera Panorpidae 2 Orthoptera Acrididae Blattidae Grillidae Grllotalphidae Tettionidae TOTAL Keterangan: P : Perangkap Warna Kuning Ft : Pit fall Trap Sn : Swep Net Lt : Light Trap 54
55 55 Lampiran 3. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pada Pengamatan I PENGAMATAN 1 Serangga N pi Total pi ln pi H Diptera Tachinidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Tephritidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae Coccinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadellidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Total
56 56 Lampiran 4. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan ke II PENGAMATAN 2 Serangga N pi Total pi ln pi H Diptera Tachinidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Tephritidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadellidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Total
57 57 Lampiran 5. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan III PENGAMATAN 3 N pi Total pi ln pi H Diptera Tachinidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Tephritidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae 0 35 Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae 0 35 Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadellidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Total
58 58 Lampiran 6. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan IV. PENGAMATAN 4 1 N pi Total pi ln pi H Diptera Tachinidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Tephritidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera 29 1 Cicadellidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Total
59 59 Lampiran 7. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Vegetatif Pengamatan V PENGAMATAN 4 N pi Total pi ln pi H Diptera Assilidae Tachinidae Culicidae Cecydomidae Muscidae Pompilidae Bibionidae Drosophila Agromyzidae Coleoptera Curculionidae Stapilinidae Melandrydae Cocinellidae Orthoptera Gryllotalpidae Blattidae Tettigonidae Grillidae Acrididae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadellidae Cicadidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Tricoptera Hidroptilidae
60 60 Lampiran 8. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1 data 1 N pi Total pi ln pi H Diptera Dolichopodida e Tephritidae Nemestrinidae Pompilidae Sciomyzidae Muscidae Tachinidae Coleoptera Carabidae Curculionidae Dermestidae Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadelidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Orthoptera Acridiidae Blattidae Grillidae Grilotalpidae Tettigonidae TOTAL
61 61 Lampiran 9. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1I Data 2 N pi Total pi ln pi H Diptera Dolichopodidae Tephritidae Nemestrinidae Pompilidae Sciomyzidae Muscidae Tachinidae Coleoptera Carabidae Curculionidae Dermestidae Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadelidae Hymenoptera 245 Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Orthoptera Acridiidae Blattidae Grillidae Grilotalpidae Tettigonidae TOTAL
62 62 Lampiran 10. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1II Data 3 N pi Total pi ln pi H Diptera Dolichopodidae Tephritidae Nemestrinidae Pompilidae Sciomyzidae Muscidae Tachinidae Coleoptera Carabidae Curculionidae Dermestidae Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadelidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Orthoptera Acridiidae Blattidae Grillidae Grilotalpidae
63 63 Tettigonidae TOTAL
64 Lampiran 11. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan 1V Data 4 N pi Total pi ln pi H Diptera Dolichopodidae Tephritidae Nemestrinidae Pompilidae Sciomyzidae Muscidae Tachinidae Coleoptera Carabidae Curculionidae Dermestidae Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera Cicadelidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Orthoptera Acridiidae Blattidae Grillidae Grilotalpidae Tettigonidae TOTAL
65 Lampiran 12. Indeks Keragaman Jenis Serangga Pada Fase Generatif Pengamatan V Data 5 N pi Total pi ln pi H Diptera Dolichopodidae Tephritidae Nemestrinidae Pompilidae Sciomyzidae Muscidae Tachinidae Coleoptera Carabidae Curculionidae Dermestidae Coccinelidae Hemiptera Pentatomidae Homoptera 187 Cicadelidae Hymenoptera Formicidae Siricidae Lepidoptera Gelechidae Noctuidae Orthoptera Acridiidae Blattidae Grillidae Grilotalpidae Tettigonidae TOTAL
66 66 Lampiran 13 Gambar Lokasi Penelitian
67 67 Lampiran 14. Gambar Serangga Yang Tertangkap Tephritidae Nemestrinidae
68 68 Gelechidae Grillidae Ichneumidae Pentatomidae Tachinidae Stapilinidae
69 69 Acridiidae Tettigonidae
BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman kakao milik masyarakat di desa Candi Rejo dan desa Sidomulyo, Kecamatan Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang pada ketinggian
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DI BERBAGAI TIPE LAHAN SKRIPSI OLEH : ANNA SARI SIREGAR 090301017 AGROEKOTEKNOLOGI PROGRAM STUDI AGROEOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah
Keanekaragaman Jenis Serangga Di Berbagai Tipe Lahan Sawah Insect Diversity In Various Types Of Farms Rice Field Anna Sari Siregar, Darma Bakti*, Fatimah Zahara Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN PADI (Oryza Sativa L.) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH : DIAN MUSTIKA PUTRI 100301012 AGROEKOTEKNOLOGI / HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH
KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DIURNAL PADA TANAMAN PENUTUP TANAH Mucuna bracteata DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT DI AREAL PERKEBUNAN PT. TOLAN TIGA KERASAAN ESTATE KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI IIN N. SIDABUTAR
Lebih terperinciDEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
SURVEI INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA DAN PERSENTASE SERANGAN RAYAP PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT BILAH PLANTINDO KABUPATEN LABUHAN BATU SKRIPSI OLEH KRISNO JONO ARIFIN
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH:
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA FASE VEGETATIF DAN GENERATIF TANAMAN KEDELAI (Glycine max) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH: VERONIKA SIDABUTAR 110301139 AGROEKOTEKNOLOGI-HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan bagian penting dalam sektor pertanian, karena kebutuhan apel di Indonesia memiliki permintaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies
TINJAUAN PUSTAKA Keragaman dan Keanekaragaman Serangga Indeks Keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan species dalam komunitas. Keanekaragaman species terdiri dari 2 komponen
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan
3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda
Lebih terperinciInteraksi Trofik Jenis Serangga di atas Permukaan Tanah dan Permukaan Tanah Beberapa Pertanaman Varietas Jagung (Zea mays Linn.)
Interaksi Trofik Jenis Serangga di atas Permukaan Tanah dan Permukaan Tanah Beberapa Pertanaman Varietas Jagung (Zea mays Linn.) Tropic Interaction of Insects on The Soil Surface and Above of Soil Surface
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciIndeks Keanekaragaman Jenis Serangga pada Fase Vegetatif dan Generatif Tanaman Kedelai (Glycine maxmerill) di Lapangan
Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga pada Fase Vegetatif dan Generatif Tanaman Kedelai (Glycine maxmerill) di Lapangan Diversity of insects on vegetative and generative phase of soybean (Glycine maxmerill)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif - eksploratif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Coffea arabica L. Setelah Erupsi Abu Vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo
Keanekaragaman Jenis Serangga pada Pertanaman Coffea arabica L. Setelah Erupsi Abu Vulkanik Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Diversity of Insects in Coffea arabica L. Plantations After Eruption Volcanic
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciMaria Magdalena Tambunan 1*, Mena Uly 2, Hasanuddin 2 ABSTRACT
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana tabaccum L.) DI KEBUN HELVETIA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II Maria Magdalena Tambunan 1*, Mena Uly 2, Hasanuddin 2 1 Alumnus Program
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus
TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lainnya dan berkaitan dengan lingkungan hidupnya. Dalam komunitas organisme
TINJAUAN PUSTAKA Komunitas Ekosistem Komunitas adalah sistem kehidupan bersama dari sekelompok populasi organisme yang saling berhubungan karena ada saling pengaruh satu dengan yang lainnya dan berkaitan
Lebih terperinciBAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METOE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
Lebih terperinciBAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA
BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu
46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu
Lebih terperinciGambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek
Lebih terperinciWaspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)
Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan) Memasuki musim hujan tahun ini, para petani mulai sibuk mempersiapkan lahan untuk segera mengolah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa
Lebih terperinciINDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN HELVETIA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II ABSTRACT
1081. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN HELVETIA PT. PERKEBUNAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut : Phylum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda :
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITAN
49 BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian,
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH
PENGARUH BENTUK DAN KETINGGIAN PERANGKAP STICKY TRAP KUNING TERHADAP LALAT BUAH (Bactrocera spp.) (Diptera:Tephritidae) PADA TANAMAN TOMAT ( Solanum lycopersicum Mill.) DI DATARAN RENDAH SKRIPSI OLEH :
Lebih terperinciDEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA PADA PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN TANAH RAJA PERBAUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III SKRIPSI OLEH IRNA ROSALYN 030302031 HPT DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciSKRIPSI OLEH : SITI HARDIANTI WAHYUNI / HPT
EFEKTIFITAS TUNGAU MESOSTIGMATA TERHADAP IMAGO PENGGEREK PUCUK KELAPA SAWIT (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera: Scarabidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI OLEH : SITI HARDIANTI WAHYUNI 070302030 / HPT DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)
Lebih terperinciKeanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak
Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar
4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel
Lebih terperinciJurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3. No.4, September (503) : ,
Interaksi Tropik Jenis Serangga di atas Permukaan Tanah (Yellow Trap) dan pada Permukaan Tanah (Pitfall Trap) pada Tanaman Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.) di Lapangan Tropic interaction of insect
Lebih terperinciKeanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo
Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA
Lebih terperinciHAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA
HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India
Lebih terperinciIdentifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang
Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciGambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, salah satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga. Siregar (2009), menyebutkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di
TINJAUAN PUSTAKA I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciSTROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )
STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. ) 1. SEJARAH SINGKAT Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan industri stroberi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai
Lebih terperinciLAMPIRAN. : Desa Candi Rejo, Lorong Sekip Pasar.6, Kec. Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang. Umur Tanaman : 12 tahun ( telah melakukan PHT 3 tahun )
Lampiran 1. Profil Lahan Penelitian Lahan Kakao PHT LAMPIRAN Nama Pemilik Alamat Lahan Luas Lahan : Pak Bari : Desa Candi Rejo, Lorong Sekip Pasar.6, Kec. Biru-biru, Kabupaten Deli Serdang. : 10,5 rante
Lebih terperinciWaspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Pendahuluan Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi Oleh : Ika Ratmawati, SP,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN
KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13
Lebih terperinciLampiran 1 Tabel Pengamatan Tabel 1. jumlah kumulatif serangga yang ditemukan di kebun jeruk
Lampiran 1 Tabel Pengamatan Tabel 1. jumlah kumulatif serangga yang ditemukan di kebun jeruk No. Ordo Famili Jumlah Kumulatif Semi Organik Anorganik 1 Diptera Tipulidae 37 30 2 Diptera Chironomidae 48
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan
61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data dan menginterprestasikan data yang bertujuan
Lebih terperinciMemahami Konsep Perkembangan OPT
DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Oleh: Tim Dosen HPT Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013 Memahami Konsep OPT Memahami Konsep Perkembangan OPT 1 Batasan/definisi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,
Lebih terperinciBUDIDAYA TANAMAN DURIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman stroberi (Fragaria holland Newton) merupakan tanaman buah yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia. Tanaman stroberi dapat
Lebih terperinciTetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima
Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus
Lebih terperinciMENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.
MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA. OLEH: I PUTU DHARMA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR. 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang
17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbah adalah Kecamatan di bawah naungan Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Berbah berada di dataran rendah. Ibukota kecamatannya berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Stroberi merupakan tanaman buah herba dan ditemukan pertama kali di Chili, Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah menyebar ke berbagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi, yaitu pengamatan atau pengambilan sampel langsung dari lokasi
Lebih terperinciDEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010
UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP ULAT TRITIP (Plutella xylostella L.) DAN ULAT KROP (Crocidolomia binotalis Zell.) PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.) SKRIPSI OLEH : HESTINA BR
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik
TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat
Lebih terperinciInventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)
INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb) Ria Rosdiana Hutagaol Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : riarose.h@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBIOMA, Juni 2015 ISSN: Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15
BIOMA, Juni 2015 ISSN: 1410-8801 Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15 Indeks Keragaman Serangga Hama Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Di Lahan Persawahan Padi Dataran Tinggi Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey,
Lebih terperinciTUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A
TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH:
PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH: FEBRIYANTI SARI DEWI 110301239 AGROEKOTEKNOLOGI / HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap serangga
Lebih terperinciPENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya
PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA TOMAT
TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar belakang. Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara
PENDAHULUAN Latar belakang Penghasil stroberi (Fragaria chiloensis L.) terbesar di dunia adalah negara Amerika Serikat, disusul Polandia, Italia, Jepang dan Meksiko. Keberhasilan industri stroberi di Amerika
Lebih terperinciHAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama
HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA Amini Kanthi Rahayu, SP POPT Ahli Pertama Latar Belakang Berbagai hama serangga banyak yang menyerang tanaman kelapa, diantaranya kumbang badak Oryctes
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
Lebih terperinci