TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Garut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Garut"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba termasuk ordo Actiodactyla, sub ordo Ruminantia, famili Bovidae, genus Ovis, dan species Ovis aries (Mason, 1984). Domba hidup secara berkelompok-kelompok. Tiap kelompok mempunyai pemimpin, biasanya yang menjadi pemimpin adalah yang tertua dari anggota kelompoknya (Hafez, 1984). Domba mempunyai celah pada bagian atas bibir yang memungkinkan dapat merumput rapat dengan tanah (Klem, 1984). Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap pakan yang buruk dan iklim tropis serta beranak sepanjang tahun. Domba lokal memiliki bentuk tubuh kecil, warna bulu yang seragam, ekor kecil, dan tidak terlalu panjang. Domba Garut Domba garut terdapat di Jawa Barat terutama di daerah Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu, dan Purwakarta. Domba garut merupakan hasil persilangan antara beberapa bangsa domba yang berbeda. Persilangan merupakan salah satu cara untuk perbaikan mutu genetik ternak, yaitu dengan mengawinkan ternak dari bangsa yang berbeda. Kawin silang antar bangsa yang berbeda adalah sistem persilangan yang banyak dilakukan di negara-negara sedang berkembang, dilakukan dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari gejala heterosis dan kualitas-kualitas baik dari dua bangsa atau lebih yang mempunyai tipe yang jelas berbeda yang terdapat di dalam kombinasi yang saling melengkapi. Domba garut telah berkembang sejak tahun 1864 dari persilangan domba merino dan domba cape (diperkirakan dari Afrika Selatan) dengan domba lokal yaitu domba ekor pendek (Devendra dan Mc ILroy, 1992). Hasil dari persilangan diharapkan performa generasi pertama akan melebihi rataan performa tetuanya, sehingga untuk mengevaluasi hasil persilangan secara sederhana dapat dilakukan dengan membandingkan performa ternak hasil persilangan dengan salah satu tetuanya. 3

2 Umur pubertas domba garut dicapai lebih awal, tidak memiliki sifat kawin musiman sehingga sangat menguntungkan untuk kondisi tropis dan dapat beranak sepanjang tahun. Domba jantan memiliki berat sekitar kg sedangkan domba betina memiliki berat antara kg. Ciri fisik pada domba garut jantan yaitu bertanduk, berleher besar dan kuat, dengan corak warna putih, hitam, cokelat atau campuran ketiganya. Ciri domba betina adalah dominan tidak bertanduk, kalaupun bertanduk namun kecil dengan corak warna yang serupa domba jantan. Domba garut adalah jenis domba tropis bersifat prolifik yaitu dapat beranak lebih dari dua ekor dalam satu siklus kelahiran dan dalam periode satu tahun domba garut dapat mengalami dua siklus kelahiran. Tingkah Laku Ethologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku hewan, yang berasal dari kata ethos yang berarti karakter dan logos yang berarti ilmu. Mengamati dan mempelajari tingkah laku hewan berarti menentukan karakteristik dan respon hewan terhadap lingkungan. Menurut Gonyou (1991), selama ada interaksi ternak akan menimbulkan respon berupa tingkah laku terhadap lingkungan yang dihadapinya. Tingkah laku hewan dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain faktor dalam dan faktor luar individu yang bersangkutan, faktor dalam antara lain hormon dan sistem syaraf sedangkan faktor luar antara lain cahaya, suhu dan kelembaban (Grier, 1984). Tingkah laku hewan dapat diketahui berdasarkan komunikasi, keagresifan dan struktur sosial, irama biologis dan tidur, tingkah laku sexual, tingkah laku maternal (keibuan), dan tingkah laku makan dan minum (Houpt, 2005). Terjadinya tingkah laku makan, disebabkan karena adanya makanan yang merupakan rangsangan dari luar dan adanya rasa lapar yang merupakan rangsangan dari dalam. Menurut Hafez et al., (1969), tingkah laku domba secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1. 4

3 Tabel 1. Tingkah Laku Domba Tingkah Laku Ingestif Shelter-seeking Investigatory (memeriksa lingkungan) Allelomimetik (berkelompok) Gambaran Karakteristik Merumput, makan tunas-tunas, mengunyah, menjilat garam, menyusui, dan mendorong dengan hidung. Bergerak ke bawah pohon, ke dalam kandang, berkumpul bersama untuk menjauhkan lalat, saling berdesakan pada keadaan iklim yang sangat dingin, dan membuat lubang di tanah serta berbaring. Mengangkat kepala, mengarahkan mata dan telinga serta hidung ke arah gangguan atau mencium domba lainnya. Berjalan, berlari, merumput, tidur sama, dan menumbuk rintangan dengan kaki tegak secara bersamaan. Mengkais, menanduk, mendorong dengan bahu, lari Agonistik bersama, dan menerjang (menendang dan berkelahi, melarikan diri dan menanduk). Eliminatif Posisi untuk urinasi, membungkukkan punggung dan (pengeluaran) membengkokkan kaki (anak domba jantan). Menjilati serta menggigit membran plasenta pada anak, membungkukkan punggung untuk memberi kesempatan Care-giving anak menyusu, mencium anak domba mulai dari ekor, dan mengembik/berteriak pada ternak dewasa bilamana dipisahkan dari kelompoknya. Keterangan: Hafez, et al., (1969). Tingkah Laku Mencari Makan dan Minum Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan tingkah laku makan pada ternak. Menurut Cambell (2003), aktivitas makan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup, performa produksi dan reproduksi. Pakan yang memiliki tingkat palatabilitas yang tinggi maka konsumsi pakan akan tinggi begitu juga sebaliknya terhadap pakan yang memiliki palatabilitas rendah maka akan terjadi penurunan konsumsi pakan. Menurut Hafez (1984), domba pada sistem pengembalaan kontinu mempunyai sifat sangat selektif memilih hijauan, umumnya memilih hijauan yang pendek-pendek yang disukainya. Intensitas dan metode pengembalaan yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap produksi susu dan pertambahan bobot badan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku merumput pada 5

4 domba antara lain: 1) umur, keadaan fisiologis dan kebutuhan zat makan, 2) faktor tanaman yaitu jenis hijauan, palatabilitas dan tingkat ketinggian tanaman dan 3) faktor lingkungan yaitu hujan, temperatur dan kelembaban. Menurut Leibholz (1985), pada temperatur yang tinggi maka waktu merumput akan lama, waktu ruminasi singkat dan waktu istirahat akan lama. Umumnya domba mempunyai dua periode merumput yang berhubungan dengan waktu matahari terbit dan matahari tenggelam. Periode merumput domba adalah 4-7 kali tiap 24 jam dengan total waktu merumput 9-11 jam (Dudzinski dan Arnold, 1979). Tingkah laku makan pada pemberian pellet biasanya dimulai dari mencium, mengamati, memeriksa, mengambil, mengunyah, dan menelan pakan, sedangkan pada hijauan dengan cara memilih, merenggut dengan cara menarik dan mendorong mulut ke depan-atas atau belakang-bawah sambil mendengus, mengunyah, dan menelan. Aktivitas makan pada domba secara umum dilakukan dengan cara mengambil pakan langsung dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah kemudian dikunyah sebelum ditelan. Jika pakan dalam wadah tinggal sedikit, domba mengambil pakan menggunakan lidahnya, hal ini diperkirakan untuk mempermudah dalam pengambilan pakan. Aktivitas minum merupakan total konsumsi air, termasuk air yang terkandung di dalam pakan hewan. Air digunakan untuk kebutuhan hidup domba, diantaranya untuk pencernaan, thermoregulator dan sebagai pelarut zat-zat makanan maupun senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam tubuh. Aktivitas minum pada domba dilakukan dengan cara mendekatkan mulutnya ke tempat air minum yang telah disediakan kemudian lidahnya dijulurkan ke dalam air secara berulang-berulang, ujung lidah digerakkan sehingga air dapat masuk ke dalam mulutnya. Tingkah Laku Ruminasi Ruminasi merupakan tingkah laku yang dominan pada ternak ruminansia. Tingkah laku ruminasi merupakan pengeluaran makanan dari rumen yang dimuntahkan ke mulut yang ditandai dengan adanya bolus yang bergerak ke arah atas kerongkongan dari rumen. Hal ini sejalan dengan pendapat Dudzinski dan Arnold, 6

5 (1979), yang mengatakan bahwa ruminasi merupakan proses memakan kembali bolus setelah makanan masuk dalam rumen. Jika ternak dengan pemberian pakan pellet, kemungkinan ukuran bolus yang bergerak ke atas kerongkongan tidak sama dengan ternak yang diberikan pakan berupa hijauan. Domba membutuhkan sepertiga waktu dalam sehari untuk ruminasi. Menurut Afzalani et al.,(2006), pada ternak domba bahwa jumlah periode ruminasi 9 18 kali dan jumlah siklus ruminasi dalam satu periode ruminasi sebanyak kali. Tingkah Laku Agonistik Tingkah laku agonistik merupakan interaksi sosial antara satwa yang dikategorikan dalam beberapa tingkat konflik, yaitu dalam memperoleh makanan, pasangan seksual dan perebutan wilayah istirahat dengan melakukan tindakan yang bersifat ancaman menyerang dan perilaku patuh (Hart,1985). Pada umumnya sebelum berkelahi domba akan mengendus-ngendus dan akan terus berkelahi sampai salah satu dari mereka menyerah dan berhenti. Menurut Tomaszewaska et al.,(1991), agonistik berasal dari kata latin yang berarti berjuang. Agonistik merupakan suatu kegiatan mengkais, menanduk dan mendorong dengan bahu (Hafez et al., 1969). Perilaku agonistik merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan hubungan dominan dan subordinat antara tingkatan sosial spesies. Jika sistem pengembalaan di padang rumput dengan sumber makanan dan air yang banyak tersedia, keadaan perilaku dominan tidak jelas terlihat, tetapi ini akan terlihat nyata dalam keadaan berdesakan (Tomaszewaska et al., 1991). Menurut Campbell (2003), diantara variasi spesies domestik mamalia, jantan lebih banyak menyukai pertarungan daripada betina, tetapi betina melakukan hal yang sama pada kondisi melindungi anaknya. Tingkah laku agonistik pada domba jantan diperlihatkan pada saat berkelahi dengan mundur terlebih dahulu kemudian menyerang dengan cara menumbukkan kepala atau tanduknya pada kepala lawan (Ensminger, 2002). Tingkah Laku Membuang Kotoran (Defekasi dan Urinasi) Kotoran domba memiliki bentuk yang khas yaitu berbentuk bulat hitam sedangkan urin berbentuk cair berwarna kuning. Domba jantan pada saat 7

6 membuang kotoran cukup berdiri tegak serta menggoyangkan ekornya. Domba pada saat defekasi atau urinasi bisa disembarang tempat dan bukan pada tempat yang sama seperti khusus di sudut kandang. Tingkah laku membuang kotoran pada umumnya terjadi beberapa jam setelah makan maupun sedang makan. Menurut Hart (1985), tingkah laku membuang kotoran dipengaruhi oleh pakan yang dimakan serta karakter fisiologis dari tiap hewan tersebut. Aktivitas defekasi pada domba dilakukan dengan cara mengangkat ekor baik dengan melengkung atau berdiri lurus kemudian menggoyang-goyangkannya atau menggerak-gerakkannya sampai keluarnya kotoran setelah itu ekor digerakgerakkan kembali. Aktivitas membuang kotoran ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan aktivitas makan, berdiri, bergerak, bermain, merawat diri, istirahat, dan makan. Proses urinasi yang umum pada jantan yaitu air mengucur ke bawah dari bawah perut. Jumlah dan komposisi urin berubah-ubah, hal ini dipengaruhi oleh bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, aktivitas tubuh, dan kondisi kesehatan. Posisi domba pada saat urinasi yaitu cukup dengan berdiri dan sedikit merenggangkan kedua kaki belakang. Tingkah Laku Istirahat dan Tidur Aplikasi tingkah laku istirahat pada hewan antara lain tidur, berbaring atau berdiri yang terkadang diselingi dengan merawat tubuh dan duduk. Menurut Fraser (1975), istirahat pada hewan adalah waktu yang digunakan oleh seekor hewan dengan tidak melakukan satu kegiatan apapun. Frekuensi istirahat yang tinggi terjadi pada hewan yang dipelihara secara intensif dengan pakan yang dikontrol oleh manusia. Aktivitas istirahat penting dilakukan untuk memamah biak, mencerna makanan, memproduksi energi, dan memberikan kesempatan pada otot untuk mengendur-ngendurkan otot yang tegang akibat aktivitas yang telah dilakukan. Menurut Fraser (1990), tingkah laku istirahat dan tidur berfungsi untuk menghindari bahaya predator agar posisinya tidak mudah terlihat dan tidak mudah ditemukan oleh pemangsa, serta untuk menghemat energi yang digunakan oleh tubuh. Aktivitas istirahat pada domba dilakukan dengan cara mengawali dengan 8

7 menekuk pergelangan kedua kaki depan ke arah belakang diikuti menundukkan kepala kemudian dilanjutkan dengan menekuk pergelangan kedua kaki belakang dan diikuti dengan merebahkan tubuh. Tingkah Laku Bersuara atau Vokalisasi Tingkah laku bersuara sering terjadi pada domba sebagai salah satu bentuk dari keinginan makan, minum atau berkomunikasi dengan domba lainnya.tingkah laku bersuara dapat dilakukan pada saat hewan berdiri atau sedang istirahat. Menurut Fraser (1975), tingkah laku bersuara merupakan tingkah laku sosial yang penting dan merupakan alat komunikasi antara anggota dalam satu flock. Domba bersuara mbekk..mbekk..mbekk dengan nada yang berbeda. Aktivitas bersuara sering dilakukan saat domba melakukan aktivitas berdiri dan berbaring. Tingkah Laku Merawat Diri Perilaku merawat diri dilakukan dengan cara seperti mencari kutu atau parasit, menggosok-gosokkan tubuh dan kepala kebenda keras dan menjilati bulubulu dengan menggunakan lidah. Aktivitas merawat diri pada domba banyak dilakukan pada bagian badan dan kaki. Menurut Mitchell (1987), merawat diri merupakan salah satu tingkah laku pada hewan untuk merawat dirinya dari ektoparasit yang melekat pada rambut di permukaan tubuhnya. Perilaku merawat diri sering dilakukan pada saat hewan istirahat atau pada posisi berdiri. Pellet Pellet adalah bentuk dari bahan pakan yang dipadatkan dan berasal dari bahan konsentrat atau hijauan. Menurut McElhiney (1994), pellet merupakan hasil proses pengolahan bahan baku secara mekanik yang didukung oleh faktor kadar air, panas dan tekanan, karakteristik, dan ukuran partikel bahan. Pellet dapat meningkatkan kandungan nilai nutrisi pakan karena bentuk pellet yang kompak memungkinkan ternak untuk tidak memilih bahan pakan serta dapat meningkatkan level asupan pakan dan mengurangi jumlah pakan yang terbuang. Menurut Pathak (1997), tujuan dari pembuatan pellet adalah untuk mengurangi sifat berdebu pakan, meningkatkan palatabilitas pakan, mengurangi pakan yang terbuang, 9

8 mengurangi sifat voluminous pakan, dan untuk mempermudah penanganan pada saat penyimpanan dan transportasi. Pellet terdiri dari dua jenis yaitu pellet keras dan pellet lunak. Pellet keras merupakan pellet yang dalam proses pembuatannya tidak menggunakan bahan berupa molases atau menggunakan molases sebagai perekat kurang dari 10%. Pellet lunak yaitu pellet yang dalam proses pembuatannya menggunakan molases sebagai perekat sebanyak 30-40%. Pellet untuk anak domba memiliki garis tengah 5 mm dengan panjang pelet 8 mm, sedangkan pellet untuk domba yang sedang tumbuh memiliki garis tengah 8 mm dengan panjang pellet 11 mm. Limbah tauge berasal dari sisa produksi tauge kulit kacang hijau dan pecah-pecahan tauge yang dibawa dalam cucian akhir pembuatan tauge segar atau pada saat penganyakan yang tidak lagi mempunyai nilai ekonomi dan dapat mencemari lingkungan karena dibuang begitu saja oleh pedagang atau penghasil tauge. Menurut Judoamidjojo et al., (1989), limbah tauge dengan pendaurulangan limbah pertanian menjadi komoditas baru dapat memberikan keuntungan lain seperti penyerapan tenaga kerja dan dihasilkan produk baru yang berguna sehingga dapat meningkatkan keuntungan petani dan produsen. Limbah tauge dapat dilihat pada Gambar 1.a. limbah tauge segar dan 1.b. limbah tauge kering udara. Menurut Hassen et al., (2006), tanaman Indigofera sp. dapat beradaptasi tinggi pada kisaran lingkungan yang luas, dan memiliki berbagai macam morfologi dan sifat agronomi yang sangat penting terhadap penggunaannya sebagai hijauan. Sekitar 50% jenis Indigofera sp. yang ada beracun dan hanya 30% yang palatabel (Strickland et al.,1987), akan tetapi jenis yang palatabel memiliki potensi yang besar sebagai hijauan pakan, sedangkan jenis yang tidak palatabel (beracun) sangat cocok sebagai cover crop terutama pada daerah kering, semi kering dan gurun (Hassen et al., 2006). 10

9 (a) (b) Gambar 1. (a) Limbah Tauge Segar, (b) Limbah tauge Kering Udara Jenis Indigofera spicata memiliki zat anti nutrisi berupa hepatotoxic amino acid yaitu indospicine, yang mengganggu sistem metabolisme. Indospicine merupakan asam amino yang umumnya terakumulasi di daun. Dampak yang ditimbulkan pada ternak akibat keracunan indospicine dapat menurunkan fungsi hati pada sapi dan domba terutama pada kuda dapat mengakibatkan keguguran. Zat anti nutrisi yang terkandung dalam Indigofera sp. segar, jika diolah menjadi pellet kemungkinan zat anti nutrisi tersebut akan hilang karena suhu dalam proses pembuatan pellet tersebut tinggi sekitar 80 0 C. Legum Indigofera sp. dapat dilihat pada Gambar 2.a. Indigofera sp. segar dan Gambar 2.b. Indigofera sp. kering udara. (a) (b) Gambar 2. (a) Indigofera sp. Segar, (b) Indigofera sp. Kering Udara Limbah tauge dan legum Indigofera sp. segar tersebut kemudian dikeringkan dengan sinar matahari hingga kadar air mencapai 15% agar dapat 11

10 disimpan lebih lama, kemudian digiling halus dan dicampur dengan bahan konsentrat dengan menggunakan mixer sampai homogen, kemudian dibentuk pellet. Pellet yang dihasilkan oleh kedua bahan tersebut memiliki perbedaan dari segi fisik yang meliputi aroma, warna dan tekstur. Aroma pellet yang ditimbulkan oleh limbah tauge lebih harum bila dibandingkan dengan pellet Indigofera sp. yang cenderung berbau langu. Warna pellet dari bahan limbah tauge lebih gelap bila dibanding dengan pellet Indigofera sp. Tekstur dari pellet limbah tauge tersebut lebih padat dan kuat sehingga tidak mudah rapuh, sedangkan pellet berbahan dasar Indigofera sp. mudah hancur. Pellet limbah tauge dan Indigofera sp. Dapat dilihat pada Gambar 3.a dan 3.b. (a) (b) Gambar 3. (a) Pellet Limbah Konsumsi Tauge, Pakan (b) Pellet Indigofera sp. Ternak ruminansia mempunyai keistimewaan, salah satunya adalah dapat dengan cepat menampung makanan dalam jumlah yang banyak. Kemampuan mengkonsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kapasitas tampung alat pencernaan, bobot badan, bentuk dan kandungan zat-zat makanan ransum, kebutuhan ternak akan zat-zat makanan, dan status fisiologis ternak. Konsumsi merupakan faktor esensial yang mendasar untuk hidup dan menentukan produksi. Menurut Tillman et al., (1998), konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, yang kandungan zat makanan didalamnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut. Menurut Church and Pond (1988), konsumsi juga sangat dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada penampilan dan bentuk makanan, bau, rasa, tekstur, dan suhu lingkungan. 12

11 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain bobot badan, jenis kelamin, genetik, umur, lingkungan, dan makanan yang diberikan (Parakkasi, 1999). Pengaruh jenis kelamin terhadap konsumsi kambing betina dan jantan dengan bobot badan yang sama, mengakibatkan konsumsi energi pada kambing jantan lebih banyak daripada kambing betina (Arsadi, 2006). Kebutuhan energi sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti temperatur, kelembaban dan gerak angin (Haryanto dan Djajanegara, 1993). Menurut Mustofa (2004), di daerah dingin dibutuhkan makan yang mengandung nilai energi lebih tinggi, apabila dibandingkan dengan kebutuhan ternak di daerah panas. Kesejahteraan Hewan Kesejahteraan ternak merupakan usaha untuk memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi ternak sehingga berdampak terhadap peningkatan sistem psikologi dan fisiologi ternak sepertimemberikan perlindungan terhadap hewan dari kekejaman manusia dan pendekatan moral manusia untuk kesejahteraan hewan. Ketentuan ini mewajibkan semua hewan yang dipelihara atau hidup bebas di alam memiliki hak-hak/kebebasan berikut : 1. Bebas dari rasa lapar dan haus. Salah satu kebutuhan dasar mahluk hidup adalah makan dan minum. Oleh sebab itu, setiap hewan mempunyai hak untuk terpenuhi dalam hal makanan dan minumnya. Makanan dan minum hewan harus tepat, proporsional, layak, higienis, memenuhi gizi serta sesuai dengan musim. 2. Bebas dari rasa panas dan tidak nyaman. Setiap hewan, walaupun dipelihara, tetap memiliki hak untuk bebas dari rasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini bisa diakibatkan berbagai macam hal seperti kandang yang terlalu kecil, kotor, panas atau tidak nyaman. 3. Bebas dari luka, penyakit dan sakit. Hewan punya hak bebas dari rasa sakit, penyakit dan luka. Artinya mereka berhak mendapat pengobatan atau pertolongan bila mengalami luka atau sakit. Vaksinasi adalah salah satu usaha untuk mencegah dari penyakit yang fatal dan penyakit menular. 13

12 4. Bebas dari rasa takut dan penderitaan. Hewan juga punya hak bebas dari rasa takut dan stres, tidak ada konflik (pertengkaran) antar atau lain spesies, tidak adanya gangguan dari hewan pemangsa (predator). 5. Bebas mengekspresikan perilaku normal dan alami. Seperti halnya manusia, hewan juga memiliki sifat dan kebiasaan alamiah. Sifat dan kebiasaan ini bisa merupakan ciri dari spesies hewan tersebut atau bersifat individual. Oleh sebab itu, hewan memiliki hak untuk mendapatkan tempat tinggal yang memadai, fasilitas kandang yang sesuai dengan tingkah laku satwa dan adanya teman untuk berinteraksi sosial. Kesejahteraan hewan berkaitan erat dengan tingkat kesetresan pada ternak. Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari ternak yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Stressor adalah kejadian, situasi, ternak atau suatu obyek yang dilihat sebagai unsur yang menimbulkan stres dan menyebabkan reaksi stres sebagai hasilnya. Menurut Tomaszewaskaet al., (1991), stres disebabkan oleh kejadian yang menghasilkan cekaman dan ketegangan atau siksaan sebagai efek akhirnya. Tingkah laku merupakan cara yang mudah untuk mengukur kesejahteraan hewan dan dapat menggambarkan keaadaan internal hewan tersebut. Rasa sakit dan senang merupakan elemen penting yang secara alami dapat digunakan sebagai kriteria penilaian terhadap kesejahteraan pada hewan (Appleby dan Hughes, 1997). Menurut Wiryosuhanto (2001), kode kesejahteraan hewan harus didasarkan atas kebutuhan dasar hewan, yaitu: 1. Bebas dari kelaparan, kehausan dan mal nutrisi 2. Mendapatkan tempat dan kandang yang nyaman 3. Mendapatkan pencegahan atau diagnosa cepat, pengobatan luka serta penyakit atau parasit 4. Bebas dari perlakuan yang menyebabkan stres, penderitaan dan kesakitan 5. Memperoleh kebebasan untuk bergerak sesuai dengan pola perilaku hewan normal. 14

TINGKAH LAKU HARIAN DAN POLA MAKAN PADA DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN PELLET YANG MENGANDUNG LIMBAH TAUGE DAN LEGUM INDIGOFERA sp.

TINGKAH LAKU HARIAN DAN POLA MAKAN PADA DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN PELLET YANG MENGANDUNG LIMBAH TAUGE DAN LEGUM INDIGOFERA sp. TINGKAH LAKU HARIAN DAN POLA MAKAN PADA DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN PELLET YANG MENGANDUNG LIMBAH TAUGE DAN LEGUM INDIGOFERA sp. SKRIPSI SEPTIANA LILIAN ANGGRAINI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba

TINJAUAN PUSTAKA Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba diperkirakan didomestikasi pada tahun 7.200 SM, pusat domba yang pertama kali didomestikasi di daerah Asia Tengah dan Eropa Bagian Tenggara (Hart, 1985). Domba yang pertama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura memiliki ciri-ciri antara lain berwana kecoklatan hingga merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut Sugeng(2005) sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang tinggi, rendah kolestrol dan lemak. Kelinci mempunyai kemampuan tumbuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kecamatan Cimalaka memiliki populasi kambing PE sebanyak 1.858 ekor. Keberadaan kambing PE di kecamatan Cimalaka diawali dengan adanya usaha pemanfaatan lahan kritis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,

Lebih terperinci

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour

Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Sexual behaviour Parturient behaviour Nursing & maternal behaviour Rangsangan seksual libido Berkembang saat pubertas dan setelah dewasa berlangsung terus selama hidup Tergantung pada hormon testosteron

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes TINJAUAN PUSTAKA Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Super Ayam kampung super merupakan hasil dari proses pemuliaan yang bertujuan untuk peningkatan produksi daging. Dalam jangka pendek metode persilangan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Keadaan Umum

HASIL DA PEMBAHASA. Keadaan Umum Kondisi Hewan HASIL DA PEMBAHASA Keadaan Umum Kondisi kancil betina selama penelitian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan sehat. Kondisi yang sehat dapat dilihat dari bulunya yang mengkilat, cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Bangsa sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Zebu dan Banteng. Tubuh dan tanduknya relatif kecil, warna bulu pada jantan dan betina sama seperti

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46 Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba merupakan ternak yang pertama kali didomestikasi, dimulai dari daerah Kaspia, Iran, India, Asia Barat, Asia Tenggara dan Eropa sampai ke Afrika. Ternak domba secara umum termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Malaysia dan Indonesia, mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et al., 2002). Murtidjo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah pertanian Penggunaan bahan pakan ternak yang umum digunakan sering menimbulkan persaingan, sehingga harga pakan tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mencari alternatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawah dan Peranakan Etawah Kandang

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawah dan Peranakan Etawah Kandang TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawah dan Peranakan Etawah Kambing Etawah yaitu kambing yang berasal dari distrik Etawah daerah antara sungai Yamuna dan Chambal Provinsi Uttar Pradesh, India (Mason, 1981). Kambing

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing, sapi dan kerbau (Mulyono, 2005). Domba dapat diklasifikasikan pada sub famili caprinae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Ternak domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia terutama di daerah pedesaan dan umumnya berupa domba-domba lokal. Domba

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Sapi Pasundan Sapi Pasundan sebagai sapi lokal Jawa Barat sering disebut sebagai sapi kacang. Istilah sapi kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah: Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Stevent

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak

ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak ILMU BETERNAK Suatu Tinjauan dari Sisi Pakan Ternak Oleh : Ir. H. Anggodo Marnomo Praktisi & Pengamat Pakan Ternak Ransum diartikan sebagai satu atau beberapa jenis pakan yang diberikan untuk seekor ternak

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran terbesar di Provinsi Lampung. Terdapat 4 kecamatan yang merupakan penghasil sayuran

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup 2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan 1. Mengaitkan perilaku adaptasi hewan tertentu dilingkungannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba UP3 Jonggol Domba Garut

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba UP3 Jonggol Domba Garut TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba merupakan jenis ternak yang termasuk dalam ruminansia kecil. Ternak domba termasuk dalam kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas

Gambar 2.1. Kambing yang terdapat di Desa Amplas 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah sub spesies kambing liar yang secara alami tersebar di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Budidaya Ternak Kambing Dan Domba Disusun oleh : Wasis Budi Hartono ( Penyuluh Pertanian BP3K Sanankulon ) A. Pendahuluan Pola peternakan kambing dan domba potong atau pedaging di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang dengan kambing Peranakan Etawa (PE). Kambing jenis ini mampu

Lebih terperinci