PENTINGNYA PENGINTEGRASIAN HUKUM NEWTON DALAM PEMBELAJARAN GAYA APUNG DI SMP
|
|
- Yanti Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENTINGNYA PENGINTEGRASIAN HUKUM NEWTON DALAM PEMBELAJARAN GAYA APUNG DI SMP Fransiskus Xaverius Berek 1), Sutopo 2), Munzil 3) 1 ) SMPN Satap Nusadani, Solor Barat-Flores Timur-NTT 2) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang 3) Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang fransberek@gmail.com Abstrak Artikel ini merupakan bagian dari penelitian tentang dampak strategi Predict- Observe-Explain (POE) terhadap peningkatan pemahaman siswa SMP pada topik tekanan hidrostatis dan prinsip Archimedes. Meskipun pembelajaran telah berhasil mengantarkan siswa memahami konsep-konsep tekanan hidrostatis dan prinsip Archimedes, sebagian siswa masih mengalami miskonsepsi tentang gaya apung, khususnya pada kasus tenggelam dan terapung. Miskonsepsi tersebut antara lain (1) terhadap benda terapung, sebagian siswa meyakini bahwa besarnya gaya apung tidak sama dengan berat benda, dan (2) ketika benda sudah berada seluruhnya di dalam fluida, gaya apung yang dialaminya bergantung pada kedalaman posisi benda. Kesalahan tersebut disebabkan karena siswa sama sekali tidak menggunakan hukum Newton untuk menganalisis gaya-gaya yang bekerja ketika benda tercelup dalam air. Untuk mengatasi hal ini, diusulkan agar pembelajaran gaya apung mengintegrasikan hukum Newton. Kata kunci: gaya apung, miskonsepsi, hukum Newton, strategi POE. Fenomena gaya apung sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebelum masuk ke kelas, sebagian besar siswa telah memiliki ide-ide tertentu terkait fenomena itu (Heron, Loverude, Shaffer, & McDermott, 2003; Loverude, Kautz, Heron, 2003; Unal & Costu, 2005; Yin, Tomita, & Shavelson, 2008; Cepni, Sahin, & Ipek, 2010; Wong, Lim, Munirah, & Foong, 2010; Cepni & Sahin, 2012; Radovanovic & Slisko, 2013). Konsep-konsep tersebut diperoleh melalui pengalaman sehari-hari dan observasi yang terbatas (Yin et al, 2008; Wong et al, 2010; Radovanovic & Slisko, 2013). Bisa jadi konsepsi-konsepsi mereka tentang terapung dan tenggelam tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah. Konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut miskonsepsi (NRC, 2001; Docktor & Mestre, 2014). Miskonsepsi telah terbukti resisten dan sukar untuk dihilangkan. Yin et al (2008) berhasil mengidentifikasi sepuluh miskonsepsi terkait gaya apung yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran, yaitu: (1) Benda besar/ berat tenggelam, benda kecil/ ringan terapung, (2) Benda berongga terapung, benda dengan udara di dalamnya terapung, (3) Benda berlubang tenggelam, (4) Benda datar terapung, (5) Benda dengan tepian tajam membuatnya tenggelam, (6) Benda vertikal tenggelam, benda horisontal terapung, (7) Benda keras tenggelam, benda lembut terapung, (8) Pengisi yang terapung membantu benda berat terapung, (9) Volume air besar membuat benda terapung, (10) Cairan yang lengket membuat benda terapung. Setelah mengidentifikasi 10 miskonsepsi siswa, Yin et al (2008) menganjurkan strategi POE untuk meremediasinya. Melalui strategi ini, siswa diminta untuk: (a) memprediksi apa yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan (misalnya, selama demonstrasi), (b) mengamati apa yang sebenarnya terjadi, dan (c) merumuskan penjelasan terhadap apa yang diamati. 570
2 Strategi pembelajaran berbasis POE efektif dalam meremediasi miskonsepsi siswa dalam berbagai topik (Costu, 2008; Costu, Ayas, & Niaz, 2012; Kala, Yaman, & Ayaz; 2012, Radovanovic & Slisko, 2013; Kibirige, Osodo, & Tlala, 2014). Costu (2008) dan Costu et al (2012) berhasil memperbaiki miskonsepsi siswa tentang kondensasi. Kala et al (2012) berhasil memperbaiki miskonsepsi siswa SMA tentang ph dan poh. Radovanovic & Slisko (2013) memperbaiki miskonsepsi siswa tentang gaya apung di SMP. Kibirige et al (2014) berhasil memperbaiki miskonsepsi siswa tentang proses melarutnya garam dalam air. Inti pembelajaran dengan strategi POE adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif mengamati, mengajukan pertanyaan, membuat penjelasan sementara (hipotesis) atas pertanyaan yang telah dirumuskan, membuat prediksi berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, menguji ketepatan prediksi, dan memperbaiki hipotesisnya merupakan strategi yang sesuai dengan hakekat sains sebagai proses (NRC, 2012). Sebagaimana telah disebutkan, strategi POE efektif untuk meremediasi miskonsepsi. Strategi tersebut diyakini juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa (Etkina & Planinsic, 2015). Pembelajaran telah berhasil meremediasi beberapa miskosepsi siswa terkait gaya apung, antara lain: (1) benda terapung karena ada udara dalam benda, (2) benda yang bersifat tenggelam tidak mendapatkan gaya apung, (3) air dengan volume besar memberikan gaya apung yang lebih besar daripada air dengan volume kecil. Namun pembelajaran tersebut ternyata belum mampu membantu siswa menyelesaikan beberapa masalah terkait benda terapung dan tenggelam. Hal ini terbukti dari hasil pretes dan postes dimana banyak siswa yang beranggapan bahwa, (1) benda terapung karena gaya apung tidak sama dengan berat benda, (2) ketika sudah berada dalam fluida, gaya apung yang dialami benda bergantung pada kedalamannya. Artikel ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan pembelajaran yang telah berlangsung, khususnya terkait gaya apung, kesulitan yang masih dialami siswa dalam menganalisis gaya yang bekerja pada benda yang berada dalam fluida, serta alternatif pembelajaran untuk mengatasinya. METODE Melalui penelitian ini telah diimplementasikan pembelajaran dengan strategi POE pada topik tekanan hidrostatis dan prinsip Archimedes. Subjek penelitian terdiri dari 31 siswa kelas VIIIA SMP Mater Inviolata Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tahun pelajaran 2015/ Pembelajaran yang lazim dilakukan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Metode POE atau yang serupa POE belum pernah dilakukan. Dalam konteks penelitian ini, yang bertindak sebagi guru adalah peneliti sendiri. Seluruh siswa tinggal di pesisir pantai, meskipun pekerjaan orang tuanya bukan sebagai nelayan. Sebagian besar orang tua siswa bekerja di kantorkantor pemerintah dan sebagai wiraswasta. Desain penelitian adalah mixed method-embedded experimental design yang diadaptasi dari Creswell & Clark (2007). Data kuantitatif berupa skor jawaban siswa pada pretes dan postes (berupa soal pilihan ganda), sedangkan data kualitatif berupa fenomena-fenomena belajar yang muncul selama proses pembelajaran dan alasan jawaban siswa saat pretes dan postes. Pretes dilakukan satu minggu sebelum pembelajaran dan postes dilakukan satu minggu sesudah pembelajaran. 571
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Pembelajaran Gaya Apung Secara umum, proses pembelajaran gaya apung dirangkum seperti pada Gambar 1. Pertama, guru menyajikan fenomena terdorongnya balon ketika dicelupkan ke dalam air. Kedua, siswa diminta mendeskripsikan fenomena. Ketiga, berdasarkan deskrispsi siswa, mereka diminta merumuskan masalah. Salah satu rumusan masalah yang dibuat siswa adalah mengapa balon terdorong ke atas. Keempat, siswa diminta merumuskan penjelasan sementara (hipotesis) terkait rumusan masalah yang diangkat. Sebagian siswa mengusulkan penjelasan: balon terdorong ke atas karena ada udara dalam balon. Sebagian lainnya mengusulkan balon terdorong ke atas karena mendapat tekanan dari air. Kelima, guru membimbing siswa membuat prediksi dan menguji hasil prediksinya dengan bantuan demonstrasi guru. Misalnya, terhadap hipotesis balon terdorong ke atas karena ada udara dalam balon, guru meminta siswa membuat prediksi apa yang terjadi jika balon kosong dimasukkan ke dalam air. Untuk membantu menguji prediksi mereka, guru mencelupkan balon kosong ke dalam air. Ternyata balon kosong terapung. Keenam, berdasarkan fakta tersebut, siswa memperbaiki penjelasan awalnya bahwa balon terdorong ke atas bukan karena ada udara di dalam balon. Ketujuh, terhadap hipotesis balon terdorong ke atas karena ada tekanan air, guru melakukan diskusi interaktif dengan siswa tentang hakekat tekanan sebagai gaya per satuan luas. Setelah diskusi interaktif, semua siswa sepakat bahwa balon terdorong ke atas karena pengaruh gaya apung. Kedelapan, untuk mengecek pemahaman siswa, guru menghadirkan fenomena benda menjadi lebih ringan di dalam air. Kesembilan, siswa diminta memberikan penjelasan terkait alasan mengapa benda menjadi ringan di dalam air. Ternyata, semua siswa memberikan penjelasan bahwa benda menjadi ringan di dalam air karena ada pengaruh gaya apung. Kesepuluh, untuk membuktikan adanya gaya apung di dalam air, guru membimbing siswa melakukan eksperimen mengukur gaya apung dalam air. Eksperimen diawali dengan mengukur berat benda di udara, berat benda di dalam air dan menghitung selisih berat benda di udara dan di dalam air. Setelah eksperimen, siswa mampu menemukan persamaan F a = w udara - w air. Guru menunjukkan fenomena Membuat Prediksi Penemuan Konsep Membuat Prediksi Penguatan Konsep Siswa mendeskripsikan fenomena Merumuska n Masalah Demonstrasi verifikasi Guru menunjukkan fenomena baru Merangkum ide-ide siswa selama pembelajaran Catatan: alur proses belajar mengajar tidak diikuti secara kaku karena bergantung pada situasi dan kondisi selama pembelajaran. Gambar 1. Alur Proses Belajar Mengajar dengan Strategi POE 572
4 Kesebelas, untuk menguji pemahaman siswa, guru meminta mereka menjawab pertanyaan, apakah semua benda mendapat gaya apung ketika dicelupakan ke dalam air?. Sebagian siswa menjawab, tidak semua benda mendapat gaya apung, sebab ada benda yang tengelam. Keduabelas, terhadap jawaban siswa, guru meminta mereka mengujinya dengan melakukan eksperimen mengukur gaya apung yang dialami oleh benda yang bersifat tenggelam. Setelah eksperimen, semua siswa sepakat, benda yang bersifat tenggelam (juga) mendapat gaya apung. Ketigabelas, agar pemahaman siswa semakin kokoh, guru meminta siswa menjawab pertanyaan, apakah air dengan volume besar memberikan gaya apung yang lebih besar daripada air dengan volume kecil?. Semua siswa menjawab, air dengan volume besar memberikan gaya apung yang lebih besar daripada air dengan volume kecil. Keempatbelas, terhadap jawaban siswa, guru meminta mereka mengujinya dengan melakukan eksperimen mengukur gaya apung yang diberikan oleh air dengan volume besar dan air dengan volume kecil. Setelah eksperimen, semua siswa sepakat, gaya apung yang dialami benda dalam air bervolume besar sama dengan gaya apung yang dialami oleh benda dalam air bervolume kecil. Kelimabelas, guru merangkum ide-ide selama pembelajaran. Salah satunya adalah semua benda mendapat gaya apung ketika tercelup di dalam air. Beberapa hal yang perlu dikemukakan berdasarkan pembelajaran gaya apung. Pertama, siswa memiliki beragam konsep tentang alasan balon terdorong ke atas. Ada yang berpikir balon terdorong ke atas karena ada udara dalam balon, dan ada pula yang berpikir karena ada tekanan dari air. Kedua, miskonsepsi balon terdorong ke atas karena ada udara dalam balon, berhasil dihilangkan dengan demonstrasi mengapungkan balon kosong. Sedangkan, alasan benda terapung karena mendapat tekanan dari air, dapat didukung hingga menemukan konsep gaya apung sebagai variabel fisis yang memengaruhi balon terdorong ke atas. Ketiga, Pemahaman siswa yang sudah mantap membantu siswa menyebut gaya apung sebagai faktor yang membuat benda menjadi lebih ringan di dalam air. Keempat, dengan eksperimen yang dibimbing guru, siswa mampu menemukan persamaan F a = w udara - w air. Kelima, ada siswa yang berpikir, benda dengan sifat tenggelam tidak mendapatkan gaya apung. Temuan ini sama dengan hasil penelitian Cepni & Sahin (2012). Miskonsepsi ini dihilangkan dengan eksperimen mengukur gaya apung yang dialami oleh benda yang bersifat tenggelam. Keenam, ada siswa yang berpikir, air dengan volume besar memberikan gaya apung yang lebih besar daripada air dengan volume kecil. Temuan ini sama dengan hasil penelitian Unal & Costu (2005) dan Yin et al (2008). Miskonsepsi ini dihilangkan dengan eksperimen mengukur gaya apung dalam air bervolume besar dan bervolume kecil. Kesulitan Siswa Menganalis Gaya Apung Sebagaimana telah disebutkan, siswa mengalami kesulitan ketika menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan gaya apung. Berikut disajikan soal yang digunakan untuk menggali pemahaman siswa siswa. 1. Perhatikan gambar berikut! (1) (2) 573
5 Sebuah benda terapung diikat pada dasar bejana dengan menggunakan seutas benang tipis (keadaan 1). Kemudian benang diputus dan beberapa saat kemudian benda mengapung (keadaan 2). Persamaan yang benar untuk menggambarkan gaya apung yang dialami oleh benda setelah benang diputus adalah. Keadaan 1 Keadaan 2 A F a > W F a > W B F a > W F a < W C Fa > W F a = W D F a = W F a > W Pertanyaan nomor 1 bertujuan untuk mengakses pemahaman siswa tentang gaya apung yang dialami oleh benda yang diikat dengan seutas benang tipis pada dasar bejana. Pada soal ini, siswa diminta untuk menjelaskan gaya apung yang dialami oleh benda sebelum dan setelah benang pengikatnya diputus. Pergeseran jawaban siswa dari pretes ke postes disajikan dengan diagaram pie (Gambar 2). Pilihan jawaban benar pada soal nomor 1 yaitu C. Berdasarkan diagram, siswa yang memilih jawaban C pada saat postes meningkat dari 6% ke 35% yang mengindikasikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang benar setelah pembelajaran. Hasil analisis jawaban mereka menunjukkan bahwa, pada saat pretes maupun postes, siswa tidak memberikan alasan yang cukup untuk mendukung pilihan C. Alasan yang diberikan hanyalah mendeskripsikan kembali pertanyaan atau pilihan C (misalnya, gaya apung lebih besar daripada berat benda dan gaya apung sama dengan berat benda). Hal ini menunjukkan bahwa konsepsi ilmiah yang siswa peroleh selama pembelajaran tidak cukup untuk membantu mereka menjelaskan masalah ini. D 29% C* 6% A 7% B 58% D 23% C* 35% A 3% B 39% pretes postes Gambar 2. Diagram Pie Sebaran Jawaban Siswa Proporsi siswa yang memilih jawaban B pada saat postes menurun dari 58% ke 39%. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan pemahaman siswa setelah pembelajaran. Hasil analisis jawaban mereka menunjukkan bahwa, pada saat pretes maupun postes, sebagian besar siswa tidak memberikan alasan yang cukup untuk mendukung pilihan B. Alasan yang diberikan hanyalah mendeskripsikan kembali pertanyaan atau pilihan B (misalnya, gaya apung lebih besar daripada berat benda dan gaya apung lebih kecil daripada berat benda). Hal ini menunjukkan bahwa konsepsi ilmiah yang siswa peroleh selama pembelajaran tidak cukup untuk membantu mereka menjelaskan masalah ini. Proporsi siswa yang memilih jawaban D pada saat postes menurun dari 29% ke 23%. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan pemahaman siswa setelah pembelajaran. Hasil analisis jawaban mereka menunjukkan bahwa, pada saat pretes maupun postes, siswa tidak memberikan alasan yang cukup untuk mendukung pilihan D. Alasan yang diberikan hanyalah mendeskripsikan kembali pertanyaan atau pilihan D (misalnya, gaya apung sama dengann berat benda dan gaya apung lebih besar daripada 574
6 berat benda). Hal ini menunjukkan bahwa konsepsi ilmiah yang siswa peroleh selama pembelajaran tidak cukup untuk membantu mereka menjelaskan masalah ini. 2. Sebuah batu dilepas dari permukaan danau kemudian meluncur hingga ke dasar danau dalam. Selama meluncur di dalam danau tersebut, besarnya gaya apung yang dialami batu ketika posisinya semakin dalam adalah. a. Tetap b. Bertambah. c. Berkurang. d. Berkurang, bertambah, kemudian tetap. Pertanyaan nomor 2 bertujuan untuk menggali pemahaman siswa tentang pengaruh gaya apung terhadap benda yang dilepas ke dalam danau. Pada soal ini, siswa diminta untuk menjelaskan perubahan besar gaya apung yang dialami oleh batu yang dilepas ke dalam danau yang dalam. Pergeseran jawaban siswa dari pretes ke postes disajikan dengan diagram pie (Gambar 3). Pilihan jawaban benar pada soal nomor 2 yaitu A. Berdasarkan diagram, proporsi siswa yang memilih A pada postes meningkat dari 0% ke 7% yang mengindikasikan bahwa siswa mengalami perubahan konsep setelah pembelajaran. Hasil analisis jawaban mereka menunjukkan bahwa, semua siswa hanya memberikan klaim, tanpa didukung oleh alasan. D 3% B 19% A* 7% C 71% Pretes Gambar 3. Diagram Pie Sebaran Jawaban Siswa Postes Proporsi siswa yang memilih B pada saat postes meningkat dari 7% menjadi 19% yang mengindikasikan bahwa siswa mengalami perubahan konsep setelah pembelajaran. Hasil analisis jawaban mereka menunjukkan bahwa, pada saat pretes maupun postes, sebagian besar siswa tidak memberikan alasan yang cukup untuk mendukung pilihan B. Alasan yang diberikan hanyalah mendeskripsikan kembali pertanyaan atau pilih B (misalnya, gaya apung yang dialami benda bertambah ketika benda tenggelam semakin dalam). Proporsi siswa yang memilih C pada saat postes menurun dari 87% ke 71% yang mengindikasikan bahwa siswa mengalami perubahan konsep setelah pembelajaran. Hasil analisis jawaban mereka menunjukkan bahwa, pada saat pretes maupun postes, sebagian besar siswa tidak memberikan alasan yang cukup untuk mendukung pilihan C. Alasan yang diberikan hanyalah mendeskripsikan kembali pertanyaan atau pilih C (misalnya, gaya apung yang dialami benda berkurang ketika benda tenggelam semakin dalam). Hasil analisis jawaban siswa pada nomor 1 dan nomor 2 dapat dirangkum sebagai berikut. (1) Sebagian siswa mengalami perubahan konseptual setelah pembelajaran, ditandai dengan perubahan persentasi pilihan jawaban siswa. (2) Sebagian siswa meyakini bahwa, besarnya gaya apung tidak sama dengan berat benda (miskonsepsi pada soal nomor 1). (3) Sebagian besar siswa percaya bahwa, ketika benda sudah berada seluruhnya dalam zat cair, gaya apung yang dialami benda bergantung 575
7 pada kedalaman posisi benda (miskonsepsi pada soal nomor 2). (3) Siswa tidak menggunakan hukum Newton tentang gerak untuk menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada benda terapung dan tenggelam. Temuan ini sama dengan hasil penelitian, Loverude et al (2003), Heron et al (2003) dan Yin et al (2008). Alternatif Pemecahan Kenyataan menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang menggunakan hukum Newton tentang gerak dalam menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada benda terapung dan tenggelam. Pembelajaran yang telah diterapkan sengaja tidak menyinggung hukumhukum Newton tentang gerak. Hal Ini dilakukan dengan maksud untuk melihat sejauh mana siswa mampu mengaitkan konsep-konsep atau hukum-hukum yang telah diperoleh sebelumnya dengan konsep yang baru. Sebelum pembelajaran topik Archimedes ini siswa telah mempelajari hukumhukum Newton tentang gerak. Siswa sudah mempelajari bahwa setiap ada gaya (aksi) selalu ada reaksi (Hukum III); setiap benda yang menekan benda lain, akan mendapat gaya tekan balik (gaya normal) dari benda yang ditekan. Siswa juga sudah belajar hukum II Newton di mana jika jika suatu benda dalam keadaan diam, yaitu percepatannya nol, maka resultan gaya yang bekerja padanya haruslah nol; Jika = 0, maka ƩF = 0. Melalui pembelajaran prinsip Archimedes ini, siswa telah memahami bahwa setiap benda yang berada di dalam fluida akan mendapatkan gaya ke atas (gaya apung) yang dihasilkan oleh fluida tersebut. Alternatif pembelajaran yang diusulkan adalah dengan meminta siswa mengidentifikasi semua gaya yang bekerja pada benda yang berada di dalam fluida, kemudian mengamati percepatan gerak benda, dan akhirnya menggunakan hukum II Newton untuk menentukan besarnya gaya apung dan/ atau membandingkan besarnya gaya apung dengan gaya lainnya, misalnya berat benda. Empat peristiwa yang disajikan pada Gambar 4 berikut dapat digunakan sebagai bahan diskusinya. Situasi F a Penjelasan Benda Terapung Gaya-gaya yang bekerja pada pada benda terapung adalah gaya apung (F a ) dan gaya berat (w benda ). w Dalam keadaan diam, ƩF = 0 F a W benda = 0 F a = W benda ƩF = 0 (hukum II Newton). F a w Benda Melayang Gaya-gaya yang bekerja pada pada benda melayang adalah gaya apung (F a ) dan gaya berat (w benda ). Dalam keadaan diam, ƩF = 0 (hukum II Newton). ƩF = 0 F a w benda = 0 F a = w benda Dalam keadaan dipercepat ke bawah, ke bawah, F a < w. Dalam keadaan dipercepat ke atas, ke atas, F a > w 576
8 Benda Tenggelam Gaya-gaya yang bekerja pada saat benda tenggelam adalah gaya apung (F a ), gaya normal (N) dan gaya berat (w benda ). N T F a w F a w Dalam keadaan diam, ƩF = 0 (hukum II Newton). ƩF = 0 F a + N w benda = 0 F a + N = w benda, karena N 0 maka F a < w benda Benda Tergantung Gaya-gaya yang bekerja pada saat benda tergantung adalah gaya apung (F a ), gaya teganagn tali (T) dan gaya berat (w benda ). Dalam keadaan diam, ƩF = 0 (hukum II Newton). ƩF = 0 F a + T w benda = 0 F a + T = w benda, karena T 0 maka F a < w benda Gambar 4. Gaya-gaya yang Bekerja pada Benda dalam Beberapa Situasi PENUTUP Implementasi strategi POE dapat mengungkap miskonsepsi siswa tentang gaya apung. Beberapa miskonsepsi siswa berhasil dihilangkan selama pembelajaran (mis: benda terapung karena ada udara dalam benda direduksi dengan demonstrasi mengapungkan benda yang tidak ada udara di dalamnya). Meskipun ada keberhasilan, miskonsepsi yang lain muncul setelah pembelajaran. Antara lain: (1) Benda terapung karena gaya apung tidak sama dengan berat benda. (2) Ketika benda sudah berada seluruhnya di dalam fluida, gaya apung yang dialaminya bergantung pada kedalaman posisi benda. Kesalahpahaman ini disebabkan karena siswa tidak menggunakan hukum Newton tentang gerak untuk menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada benda ketika tercelup di dalam air. Oleh karena itu, pembelajaran tentang gaya apung perlu mengintegrasikan hukum Newton di dalamnya. DAFTAR RUJUKAN Cepni, S., Sahin, C. & Ipek, H Teaching Floating and Sinking Concepts with Different Methods and Based on the 5E Instructional Model. Asia Pacific Forum on Science Learning and Teaching, 11(2): Cepni, S & Sahin, C Effect of Different Teaching Methods and Techniques Embedded in The 5E Instructional Model on Students Learning about Buoyancy Force. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, 4(2): Costu, B Learning Science Through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense of Everyday Situations. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 4(1): 3-9. Costu, B., Ayas, A. & Niaz, M Investigating the Effectiveness of A POE-Based Teaching Activity on Students Understanding of Condensation. Instructional Sciece, 40(1):
9 Creswell, J.W., Clark, V.L.P Designing and Conducting Mixed Methods Research. London: Sage Publications. Docktor, J. L. & Mestre, J. P Synthesis of Discipline-Based Education Research in Physics. American Journal of Physics, 10 (2) Etkina, E. & Planinsic, G Defining and Developing Critical Thinking Through Devising and Testing Multiple Explanations of the Same Phenomenon. Physics Teacher, 53(7): Heron, P. R., Loverude, M. E., Shaffer, P. S. & McDermott. L. C Helping Students Develop an Understanding of Archimedes Principle. II. Development of Research-Based Instructional Materials. American Journal of Physics, 71(11): Kala, N., Yaman, F. & Ayaz, A The Effectiveness of Predict Observe Explain Technique in Probing Students Understanding About Acid Base Chemistry: A Case for the Concepts of ph, poh, and Strength. International Journal of Science and Mathematics Education, 11(3): Kibirige, I., Osodo, J. & Tlala, K. M The Effect of Predict-Observe-Explain Strategy on Learners Misconceptions about Dissolved Salts. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(4): Loverude, M. E., Kautz, C. H & Heron, P. R Helping Students Develop an Understanding of Archimedes Principle. I. Research on Student Undestanding. American Journal of Physics, 71(11): National Research Council (NRC) Knowing What Students Know. Washington, DC: National Academies Press. National Research Council (NRC) A Framework for K-12 Sciece Education: Practices, Crosscutting Concepts, and Core Ideas. Washington, DC: National Academies Press. Radovanovic, J. & Slisko, J Applying A Predict-Observe-Explain Sequence in Teaching of Bouyant Force. Physics Education, 48 (1): Unal, S. & Costu, B Problematic Issue for Students: Does it Sink or Float?. Asia Pasific Forum on Science Learning and Teaching, 6(1): Wong, D., Lim, C. C., Munirah, S. K, & Foong S. K Student and Teacher Understanding of Buoyancy. Physics Education Research Conference. (Online). ( diakses 31 Oktober Yin, Y., Tomita, M. K. & Shavelson, R. J. (2008). Diagnosing and Dealing with Student Misconceptions: Floating and Sinking. Science Scope, 31(8):
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA SMA Raden Raisa Wulandari 1*), Siswoyo 1, Fauzi Bakri 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No.10
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION
Lebih terperinciJCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol.1, No.1, 2017,
JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol.1, No.1, 2017,143-150 143 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN POE (PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
Lebih terperinciWita Loka Rizki Siregar* Chemistry Department of FMIPA State University of Medan * ABSTRACT
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-DISCUSS- EXPLAIN-OBSERVE- DISCUSS-EXPLAIN (PDEODE) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA PEMAHAMAN KONSEPTUAL MATERI BUFFER EFFECTIVENESS OF PREDICT-DISCUSS-EXPLAIN-OBSERVE-DISCUSS-EXPLAIN
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGUASAAN KONSEP TEKANAN ZAT CAIR SISWA SMP BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO. *
IDENTIFIKASI PENGUASAAN KONSEP TEKANAN ZAT CAIR SISWA SMP BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO Yayuk Mutiyasih 1,2, Sutopo 1, I Wayan Dasna 1 1) Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5 Malang Indonesia
Lebih terperinciHubungan antara Penguasaan Konsep dengan Kemampuan Membuat Penjelasan Ilmiah Siswa pada Topik Fluida Statis
Hubungan antara Penguasaan Konsep dengan Kemampuan Membuat Penjelasan Ilmiah Siswa pada Topik Fluida Statis Maria Chandra Sutarja 1,*, Sutopo 1, Eny Latifah 1 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri
Lebih terperinciPENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3
PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3 123 Pendidikan Fakultas MIPA, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran, Semarang
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TEKANAN HIDROSTATIS DAN HUKUM ARCHIMEDES SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY
Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP TEKANAN HIDROSTATIS DAN HUKUM ARCHIMEDES SISWA SMP MELALUI
Lebih terperinciPhysics Communication
Phys. Comm. 1 (1) (2017) Physics Communication http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pc Pengembangan alat peraga Hukum Archimedes untuk siswa kelas VIII SMP Eko Dian Pratiwi 1), Suharto Linuwih 2) 1)
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Surabaya, 25 Pebruari 2012
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PDEODE (PREDICT, DISCUSS, EXPLAIN, OBSERVE, DISCUSS, EXPLAIN) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM DI SMAN 2 BOJONEGORO Ghoniyatus Sa idah,
Lebih terperinciPenguasaan Konsep Materi Fluida Statis Siswa SMAN 3 Blitar
Penguasaan Konsep Materi Fluida Statis Siswa SMAN 3 Blitar Wienda Ashadarini 1*, Lia Yuliati 2, Edi Supriana 2 1 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 2 Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK THREE-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI FLUIDA STATIS PADA SISWA KELAS X MIA
PENGEMBANGAN INSTRUMEN DIAGNOSTIK THREE-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI MATERI FLUIDA STATIS PADA SISWA KELAS X MIA Anisa Matinu Saifullah, Wartono, Sugiyanto Universitas Negeri Malang E-mail:
Lebih terperinciIdentifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice
JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 Identifikasi Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dengan Menggunakan Tes Diagnostik Three-Tier Multiple Choice Zulfadli
Lebih terperinciPROFIL PEMAHAMAN KONSEP DASAR GELOMBANG MEKANIK SISWA SMA
PROFIL PEMAHAMAN KONSEP DASAR GELOMBANG MEKANIK SISWA SMA Adelina Ratna Sari Amina 1, Arif Hidayat 2, Lia Yuliati 3 1,2,3 Pendidikan Fisika Pascasarjana, Universitas Negeri Malang Email: adelina_ratna@rocketmail.com
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJARFISIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN DAN LKS BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN DI SMP
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJARFISIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN DAN LKS BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN DI SMP ARTIKEL PENELITIAN Oleh : IRA SARTIKA ANDERIANI NIM : F15111032 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciSiti Rahmah dan Muhammad Kusasi Program Studi Pendidikan Kimia FKIP ULM Banjarmasin *
QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.7, No.1, April 2016, hlm. 39-45 39 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN
Lebih terperinciStudents misconception about archimedes law
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 206 Makalah Pendamping
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL KOLABORATIF TEKNIK PREDICT OBSERVE EXPLAIN
1 PENERAPAN MODEL KOLABORATIF TEKNIK PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 KEMANGGUAN Oleh: Lisa Putri Wardani 1, Kartika Chrysti
Lebih terperinciDosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia. Keperluan korespondensi, HP : ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE,
Lebih terperinciUnnes Physics Education Journal
UPEJ 6 (2) (2017) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA LISTRIK DINAMIS BERBASIS POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN
Lebih terperinciPeran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA II 2016 "Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA" Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun Madiun, 28 Mei 2016 Makalah Pendamping Peran Pendidik
Lebih terperinciPENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP
A PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP Nopa Ratna Putri, Edy Tandililing, Syukran Mursyid Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Email: nopa_ratnaputri@yahoo.com
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS Surakarta, Indonesia
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 139-146 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM TELESKOP REFLEKTOR BERBASIS MODEL PDEODE
p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENGEMBANGAN MODUL PRAKTIKUM TELESKOP REFLEKTOR BERBASIS MODEL PDEODE Eli Yustika Unggul Wahyono Sahrul Saehana Email: eliyustika10@gmail.com Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciANALISIS BAHAN AJAR KIMIA SMA PADA MATERI KESETIMBANGAN KELARUTAN BERDASARKAN SINTAKS MODEL POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN)
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS
Lebih terperinciPROFIL KONSEPSI MAHASISWA PADA MATERI KINEMATIKA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu
Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu Ma wa Hamran, Muhammad Ali dan Unggul Wahyono e-mail: Mawahamran29@yahoo.com
Lebih terperinciDesain Sampul dan Tata Letak: Ridwan Efendi. Penerbit: Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI
Desain Sampul dan Tata Letak: Ridwan Efendi Penerbit: Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Redaksi: Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung, Indonesia Telp: (022) 2004548 Fax: (022) 2004548 Email: fisika@upi.edu
Lebih terperinciUSING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT
0 USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT La Sahara 1), Agus Setiawan 2), dan Ida Hamidah 2) 1) Department of Physics Education, FKIP, Haluoleo University,
Lebih terperinciUnnes Physics Education Journal
UPEJ 7 (1) (2018) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej Identifikasi Profil Kesulitan Belajar Fisika Topik Fluida Statis pada Siswa SMA di Kabupaten Demak Alik Sus
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah :... Kelas/Semester : XI/2 Mata Pelajaran : IPA Alokasi waktu : 2 x 45 ( 1x pertemuan ) A. Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik
Lebih terperinciDESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA
DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA Sehat Simatupang, Togi Tampubolon dan Erniwati Halawa Jurusan Fisika
Lebih terperinciMENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013
MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 Abubakar dan Rahmatsyah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciArtikel diterima: April 2017; Dipublikasikan: Mei 2017
E. ISSN. 2540-9859 Article DOI: 10.21070/sej.v1i1.836 Original Research Article Penerapan Model Pembelajaran Modified Free Inquiry untuk Mereduksi Miskonsepsi Mahasiswa pada Materi Fluida Noly Shofiyah
Lebih terperinciBAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENGAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu metode untuk mencari pengetahuan secara sistematis, dengan kata lain, IPA merupakan suatu proses dalam menguasai
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci: Miskonsepsi, Model Pembelajaran PDEODE Terbimbing, Laju Reaksi. Abstact
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVEDISCUSSEXPLAIN (PDEODE) TERBIMBING UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI SMA NEGERI 1 SUMBERREJO BOJONEGORO APPLIYING OF
Lebih terperinciMeningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Surat Niaga dengan Mengembangkan Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain)
Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Surat Niaga dengan Mengembangkan Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) Novita Kumalasari Madziatul Churiyah Program Studi Pendidikan Administrasi
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)
ISSN: 1693-1246 Juli 2010 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 98-103 J P F I http://journal.unnes.ac.id USAHA MENGURANGI TERJADINYA MISKONSEPSI FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONFLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi.
Lebih terperinciPenerapan Five Stage Conceptual Teaching Model untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Konsistensi Ilmiah pada Siswa SMA
Penerapan Five Stage Conceptual Teaching Model untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Konsistensi Ilmiah pada Siswa SMA Resta Krishnayanti a), Selly Feranie b), I Made Padri Universitas Pendidikan Indonesia,
Lebih terperinciREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA FLUIDA STATIS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, DAN EXPLAIN DI SMA
REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA FLUIDA STATIS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PREDICT, OBSERVE, DAN EXPLAIN DI SMA Mantari Harniyati, Syukran Mursyid, Erwina Oktavianty Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan,
Lebih terperinciProfil Keterampilan Memecahkan Masalah Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Penerapan Ekstrakulikuler IPA Berbasis STEM
Profil Keterampilan Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Penerapan Ekstrakulikuler IPA Berbasis STEM Hira Amalia Purnama 1,a), Irma Rahma Suwarma 1,b) dan Didi Teguh Chandra 1,c) 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSTIK MISKONSEPSI PADA HUKUM NEWTON III
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 20 23 Volume 6 Nomor 1 20 ISSN : 2302-82 PENGGUNAAN KARTUN SEBAGAI INSTRUMEN DIAGNOSTIK MISKONSEPSI PADA HUKUM NEWTON III Sepriyanti
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
Lebih terperinciKata Kunci: pemahaman, gelombang mekanik, pulsa dan gelombang tali
PEMAHAMAN MAHASISWA TEKNIK ELEKTRO TERHADAP PERAMBATAN PULSA DAN GELOMBANG TALI PADA MATERI GELOMBANG MEKANIK Kartika Kusumaningtyas Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kahuripan
Lebih terperinciMENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION) Oleh: Sholikhan
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION) Oleh: Sholikhan Abstark:Pembelajaran kontekstual model Prediction, Observation
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE- EXPLAIN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE- EXPLAIN (POE) BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR REAKSI OKSIDASI-REDUKSI SISWA KELAS X MIA MAN 2 MATARAM OLEH: LALU RANGKUN GUNAWAN BHAKTI
Lebih terperinciEvriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang
p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) TERPADU MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN STRATEGI STUDENT GENERATED RESPRESENTATION (SGRS) Evriani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciUnnes Physics Education Journal
UPEJ 4 (2) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENERAPAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA PADA SUB POKOK BAHASAN
Lebih terperinciPemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya, Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako
Pemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako Hasnawiyah Unggul Wahyono dan Darsikin E-mail: Hasnawiyahphysics@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan suatu ilmu yang sangat berhubungan erat dengan fenomena alam. Sebagai suatu ilmu, dalam Fisika pasti terdapat berbagai macam konsep. Konsep merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desy Mulyani, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan tinjauan kurikulum 2006 proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
Lebih terperinciUnnes Journal of Biology Education
Unnes.J.Biol.Educ. 4 (1) (2015) Unnes Journal of Biology Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PDEODE MATERI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Suyati,
Lebih terperinciANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU
ANALISIS KOHERENSI KONSEP HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PALU Wildan Hasyim Amin, Darsikin, dan Unggul Wahyono wildanhasyimamin@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas
Lebih terperinciLEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD )
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) Mata Pelajaran Materi Pokok : FISIKA : Fluida Statik NAMA KELOMPOK : ANGGOTA : 1.. 3. 4. 5. Kompetensi Dasar Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida
Lebih terperinciANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS
ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS Ani Rusilowati Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang email: rusilowati@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif, profil afektif, profil
Lebih terperinciDESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH
ISSN 2338 3240 DESKRIPSI KONSEPSI SISWA SMA TENTANG RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH Andhika Nugraha 1, I Komang Werdhiana 2, dan I Wayan Darmadi 3 Email: andhika_entrepreneur@yahoo.com Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH
MINIMALISASI MISKONSEPSI KONSEP ph PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN EKSPERIMEN BERBASIS MASALAH Sri Haryani, Dian Listanti, Edy Cahyono,, Universitas Negeri Semarang e-mail: haryanimail@gmail.com,
Lebih terperinciPeran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA II 2016 "Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA" Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun Madiun, 28 Mei 2016 Makalah Pendamping Peran Pendidik
Lebih terperinciPENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO
1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO Desita Tri Anggraini, Muhardjito, Sutarman Jurusan
Lebih terperinciSimulations Based Learning LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENSITY SIMULATIONS PhET BERBASIS MODEL PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) Oleh.
Simulations Based Learning LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENSITY SIMULATIONS PhET BERBASIS MODEL PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) Oleh Fayakun Muchlis 1507041007 Tujuan Praktikum 1. Memahami konsep massa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran pada umumnya meliputi tiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ketiga
Lebih terperinciIdentifikasi Resource Siswa Materi Kesetimbangan dan Titik Pusat Massa
Tersedia secara online http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/ EISSN: 2502-471X DOAJ-SHERPA/RoMEO-Google Scholar-IPI Identifikasi Resource Siswa Materi Kesetimbangan dan Titik Pusat Massa Herlina Mulyastuti
Lebih terperinciAnalisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK LENI SETIANINGRUM 1), PARNO 2,*), SUTOPO 2) 1) Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang. 2) Jurusan
Lebih terperinciMODEL PEMBELAJARAN. : 2 x 40 menit. Siswa mampu menerapkan konsep gaya dan tekanan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
MODEL PEMBELAJARAN Mata Pelajaran atuan pendidikan Materi Pokok Kelas Waktu : ains : ekolah Dasar : Hukum Pascal dan Archimedes : VI : 2 x 40 menit I. KOMPETENI DAAR iswa mampu menerapkan konsep gaya dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan dengan
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Hani Ervina Pansa 1, Haninda Bharata 2, M.Coesamin 2 hani.pansa@gmail.com 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BERBASIS VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Proceedings of The 4 th International Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010 PEMBELAJARAN BERBASIS VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
Lebih terperinciPEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES
PEMETN KONSEPSI MHSISW TENTNG HUKUM RCHIMEDES Meylan Siskawati, Dra. Marmi Sudarmi, M.Si., Made Rai Suci Shanti Nurani, S.Si. Program Studi Pendidikan Fisika, Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika,
Lebih terperinciKorelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer
Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer Lovy Herayanti dan Habibi Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 8-13 IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN
Lebih terperinciPROFIL HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS SISWA KELAS VIII SMP PADA MATERI TEKANAN ZAT CAIR MELALUI TES KEMAMPUAN RESPONDEN
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.01.oer.05 PROFIL HAMBATAN BELAJAR EPISTIMOLOGIS SISWA KELAS VIII SMP PADA MATERI TEKANAN ZAT CAIR MELALUI TES KEMAMPUAN RESPONDEN Kartika Mega Lestari a), Heni Rusnayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang tertata dengan baik dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, adaptif,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK BERFORMAT FOUR-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA TOPIK USAHA DAN ENERGI
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.01.rnd.06 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK BERFORMAT FOUR-TIER UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA TOPIK USAHA DAN ENERGI Dedah Siti Jubaedah 1, a), Ida Kaniawati
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:
Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dinamika Mahasiswa Pendidikan Fisika Eko Swistoro Warimun Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Bengkulu
Lebih terperinciPENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA
Fitria, dkk., Penggunaan Multimedia Interaktif. 161 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MEMINIMALISASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA Fitria*, Sigit Priatmoko, Kasmui Jurusan
Lebih terperinci2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan mengkonstruksi makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan
Lebih terperinciUnnes Physics Education Journal
UPEJ 4 (2) (2015) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI SUHU DAN KALOR BERBASIS POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEREMEDIASI
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS. Oleh Surya Gumilar
ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN GRAFIK KINEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh Surya Gumilar ABSTRACT This research is aimed to know understanding graph of kinematic student with using Criteria Respon
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENERAPAN MODEL
Lebih terperinciEFEKTIVITAS MODEL POE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ELABORASI PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA
880 Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 4, No.3 Edisi Desember 2015, 880-891 EFEKTIVITAS MODEL POE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR ELABORASI PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA Ni Wayan Novita
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MODEL POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES FISIKA SISWA SMA MUHAMMADIYAH IMOGIRI Algiranto algiranto20@gmail.com Sarwanto sarwanto@fkip.uns.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) adalah pembelajaran yang baik untuk diterapkan oleh para guru. Pembelajaran ini akan memacu siswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif
Lebih terperinci*Keperluan korespondensi, HP: ,
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 27-35 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
Lebih terperinciTHE EFFECT OF THE READING REFUTATION TEXT TO STUDENT S MISCONCEPTIONS REMEDIATION OF ACID BASE CONCEPT IN XI SCIENCES CLASS SMA NEGERI 4 PONTIANAK
154 Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun II, No. 2, Desember 2014 PENGARUH PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA TENTANG KONSEP ASAM BASA DI KELAS XI IPA
Lebih terperinciPenerapan Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-1 Sma Islam I Surakarta Tahun Ajaran 2013/ 2014
Penerapan Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-1 Sma Islam I Surakarta Tahun Ajaran 2013/ 2014 TITIS YUNIARTI, BOWO SUGIHARTO, PUGUH KARYANTO ABSTRACT This
Lebih terperinciREMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN.
REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM ARCHIMEDES DENGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY BERBANTUAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR ARTIKEL PENELITIAN Oleh: FADRIANI NIM F03109027 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejauh ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran masih berfokus
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP Negeri 1 Bancar Kelas / Semester : VIII (Delapan) / II (Dua) Mata Pelajaran : Fisika-Kimia) Alokasi waktu : 8 X 40 ( 4 X pertemuan ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG
PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG Umbu Rangga Landu Aang 1, Marmi Sudarmi 1, Diane Noviandini 1 1 Program
Lebih terperinciKemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)
Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain) Neng Tresna Umi Culsum*, Ida Farida dan Imelda Helsy Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Dwiwarna Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X / Dua Peminatan : MIA Materi Pokok : Fluida Statik Alokasi : 4 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI)
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATERI HUKUM ARCHIMEDES
12 BAB II PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATERI HUKUM ARCHIMEDES A. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kontekstual (Contextual) berasal
Lebih terperinciPengaruh Model Project Based Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Tekanan Zat Cair di SMPN 18 Palu
Pengaruh Model Project Based Learning Berbantuan Multimedia Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Tekanan Zat Cair di SMPN 18 Palu Julianti, Unggul Wahyono, dan Sahrul Saehana Juliantijuli93@yahoo.com
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 JATEN
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 ANALISIS
Lebih terperinci