BAB II PRESTASI BELAJAR DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) telah dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PRESTASI BELAJAR DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) telah dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. 1"

Transkripsi

1 BAB II PRESTASI BELAJAR DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, prestasi merupakan sebuah hasil yang telah dicapai dari suatu usaha yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. 1 Menurut M. Buchori, prestasi cenderung menunjukkan hasil yang nyata dari suatu usaha. 2 Sedangkan belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. 3 Berdasarkan persepsi tersebut maka belajar itu sangat kompleks sehingga tidak dapat dikatakan dengan pasti apakah sebenarnya belajar itu. Oleh karena itu para ahli pendidikan berbeda pendapat dalam memberikan batasan tentang belajar, berikut ini penulis kemukakan pengertian belajar sebagai berikut 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm M. Bukhori, Teknik Evaluasi Pendidikan (Yogyakarta: Sumangsih Offset, 2005), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), hlm

2 28 a. Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar berpendapat bahwa Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. 4 b. Menurut Witherington dalam buku Educational Psycology yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa: kecakapan, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. 5 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dilambangkan oleh mata pelajaran, ditunjukkan oleh nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Muhibbin Syah pengertian prestasi belajar adalah suatu hasil nyata yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti pendidikan atau latihan-latihan tertentu. 6 Dari definisi tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa untuk mencapai prestasi yang diinginkan, faktor pengalaman belajarlah yang merupakan pembentuk atau perubah pengetahuan-pengetahuan baru yang 4 Ibid., hlm Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm Muhibbin Syah, Op.Cit., hlm. 61.

3 29 dikehendaki. Dengan demikian prestasi belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar mengajar. 2. Macam-Macam Prestasi Belajar Menurut Benjamin S. Bloom sebagaimana dikutip oleh M. Daryanto dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan, menjelaskan bahwa secara garis besar membagi prestasi belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteristik dengan suatu nilai atua kompleks nilai. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan, yang termasuk dalam ranah psikomotorik diantaranya adalah gerak reflek, gerak fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresi. 7 a. Ranah Kognitif 1) Tipe hasil belajar pengetahuan Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkatan rendah yang paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman. 7 M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 701.

4 30 2) Tipe hasil belajar analisis Tipe hasil belajar analisis adalah usaha memilih suatu integritas unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian yang tepat terpadu. 3) Tipe hasil belajar sintesis Tipe hasil belajar sintesis merupakan jalan satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. 4) Tipe hasil belajar evaluasi Tipe hasil belajar evaluasi adalah perubahan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-lain. Mengembangkan kemampuan hasil belajar yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi suatu evaluasinya. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selama ini penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe hasil belajar afektif nampak pada siswa dalam berbagai

5 31 tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan-hubungan sosial lainnya. c. Ranah Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu: 1) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar 3) Kemampuan perceptual 4) Kemampuan bidang fisik 5) Gerakan-gerakan skill 6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinue. Dari proses itu akan diperoleh sesuatu hasil yang disebut prestasi belajar. Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu seseorang mencapai prestasi yang sebaik-baiknya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut: 8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm

6 32 a. Faktor Internal 1) Kecerdasan Intelegensi atau kecerdasaran ialan kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. 9 Dalam buku Psikologi Pendidikan karya Ngalim Purwanto, William Stern mengemukakan batasan bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. 10 2) Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. 11 Dalam belajar hendaknya siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat, hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau interval dan intensif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu hlm Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm Ibid., hlm Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

7 33 masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat para siswa. 3) Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. 12 Bakat dapat dipengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang study tertentu, setiap murid mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke sekolah yang sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak jarang orang tua menyekolahkan anak mereka ke jalur yang tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak berprestasi sebaik mungkin. 13 4) Kondisi Fisik Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan dalam belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan demikian kondisi fisik 12 Muhibbin Syah., Op.Cit., hlm Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 227.

8 34 kita perlu sehat untuk bisa berkonsentrasi dalam belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan. 14 5) Konsentrasi Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan, kurang konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum di kalangan mahasiswa di dalam belajar. Apakah itu di dalam kelas ataupun di rumah. Diperlukan konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran, pikiran kita melayang kemanamana maka besar kemungkinan kita tidak dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 6) Ambisi dan Tekad Ambisi merupakan tenaga dalam yang sangat besar potensinya. Ambisi dan tekad ini sangat erat hubungannya dengan motivasi. Ambisi perlu dimiliki kalau kita ingin sukses. Tekad sedikit mirip dengan ambisi. Tekad melicinkan ambisi mencapai sukses. Menurut Walter Paule, ada 3 resep mujarab untuk sukses diantaranya: intelegensi, kemauan kerja, konstruktif, dan tekad. 15 Ambisi dan tekad untuk sukses merupakan faktor yang sangat menentukan prestasi belajar. Ambisi yang kuat namun tidak berlebihan dapat meningkatkan keyakinan diri. Keyakinan diri ini akan melicinkan jalan mencapai sukses. 1993), hlm Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

9 35 b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan a) Lingkungan Alam Keadaan alam di sekitar tempat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untuk belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara yang pengap dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi. b) Lingkungan Sosial Lingkungan sosial dapat berpengaruh besar terhadap siswa, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif ataupun negatif, itu tergantung mana yang kuat. 16 Dari lingkungan keluarga, jika keadaan keluarga kurang harmonis, orang tua atau kakak-kakak kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan ekonomi yang parah sekali bisa menyebabkan prestasi siswa kurang baik. Lingkungan masyarakat dan teman juga tidak kalah besar pengaruhnya, kalau siswa bergaul dengan orang pandai, dia bisa ikut pandai, tetapi kalau ia bergaul dengan teman-teman yang bermain tanpa mengenal waktu sekolah maka prestasi belajarnya akan terganggu. 16 Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 55.

10 36 2) Faktor Instrumental a) Bahan Pelajaran Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi siswa. Jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit bagi siswa, maka siswa akan enggan untuk mempengaruhinya, siswa tersebut akan lambat dalam belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu bahan pelajaran, maka makin lambatlah orang mempelajarinya. Sebaliknya semakin mudah bahan pelajaran, maka makin cepatlah orang dalam mempelajarinya. Bahan pelajaran yang terlalu panjang juga akan membutuhkan waktu yang lama untuk belajar. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan beberapa interferensi atas bagian-bagian materi yang dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antara kesan lama dengan kesan baru. Kedua kesan itu muncul bertukaran sehingga terjadi kesalahan maksud yang tidak disadari. 17 b) Guru/Pengajar Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus bertanggung jawab atas hasil hlm Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),

11 37 kegiatan belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. c) Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan di dalam belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Jika sudah terpenuhi sarana belajarnya, terpenuhi bisa mencapai prestasi yang baik, kadang justru ada siswa yang keadaan ekonominya terbatas, sehingga ia menggunakan sarana seadanya, akan tetapi tetap giat belajar, jadi tidaklah sulit untuk mencapai prestasi yang baik. 4. Usaha-Usaha Meningkatkan Prestasi Belajar Dalam belajar tidak bisa melepaskan diri dari berbagai hal yang dapat mengantarkan kita berhasil dalam belajar. 18 Syaiful Bahri Djamarah memberikan beberapa usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi belajar antara lain: a. Belajar Dengan Teratur Belajar yang teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu. 19 hlm Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Puspa Swara, 2000), hlm Saiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002),

12 38 b. Disiplin dan Semangat Batasan disiplin sebagai latihan untuk mengendalikan diri, karakter dan keadaan setertib dan efisien. 20 c. Konsentrasi Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek. 21 d. Pengaturan Waktu Waktu diatur menurut kehendak sendiri. Oleh karena itu pengaturan pembagian waktu belajar, bermain, bekerja dan beristirahat hanya dapat diatur oleh dirinya sendiri. 22 e. Istirahat dan Tidur Istirahat dan tidur sangat berguna untuk menghilangkan kelelahan, ketegangan pikiran, ketidak tenangan jiwa dan sebagainya. 23 Prestasi belajar seseorang ternyata tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus direncanakan dan diusahakan melalui berbagai cara dan usaha, yang kesemuanya itu tetap bermuara pada satu tujuan yaitu dalam rangka peningkatan prestasi belajar. 5. Cara Evaluasi Prestasi Belajar Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang diadakan oleh guru. Yang dimaksud tes hasil belajar adalah tes dipergunakan untuk menilai 20 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: PT. Dunia Pustika Jaya, 2005), hlm Saiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm Thursan Hakim, Op.Cit.i, hlm Saiful Bahri Djamarah, Op.Cit., hlm. 22.

13 39 hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada siswanya, dosen kepada mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. 24 Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar dan mengajar, dapat digunakan dua macam tes, yakni tes lisan dan tes tertulis. Namun pada umumnya seorang guru lebih cenderung menggunakan tes tertulis untuk menguji siswanya. Tes tertulis ini terbagi atas dua, yaitu tes essay dan tes objektif. Tes essay (tes subjektif) merupakan sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan pembahasan atau uraian kata-kata. Soal bentuk essay ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasikan, dan menghubungkan pengertian yang dimiliki. Dengan kata lain, tes essay menuntut siswa untuk mengingat kembali juga harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi. 25 Bentuk tes objektif bermacam-macam, antara lain: a. Tes benar salah (true false) yang soalnya berupa pernyataanpernyataan (statemen) jawaban yang diberikan, tinggal menandai pada huruf B atau S. b. Tes pilihan ganda (multiple choice) Suatu tes yang terdiri dari keterangan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih dari beberapa kemungkinan jawa ban yang disediakan. 24 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 164.

14 40 c. Menjodohkan (matching test) Yaitu tes yang terdiri atas satu pertanyaan dan satu seri jawaban masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. d. Tes Isian (completion test) Tes ini terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang hilang, bagian yang hilang tersebut harus diisi oleh siswa. 26 Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis penilaian sebagai berikut: a. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. b. Tes Subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport. 26 Ibid., hlm

15 41 c. Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan-bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah. 27 Menurut Saifudin Azwar dalam bukunya yang berjudul Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut: a. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. b. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program instruksi atau pengajaran. c. Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan. d. Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya. 27 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zein, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm

16 42 e. Tes prestasi harus dibuat berkesinambungan mungkin dan harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati. f. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa. 28 Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, aspek kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi tujuan pengajaran di SD, SMP dan SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pengukuran ranah efektif, meliputi jenjang kemampuan, yaitu: menerima, menjawab, menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks lain. Pengukuran ranah psikomotor dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yaitu: a. Keterampilan motorik, yaitu memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan, dan sebagainya. b. Manipulasi benda, seperti menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya. c. Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong, dan sebagainya. 29 Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat simpulkan bahwa prosedur penilaian secara keseluruhan dalam satu semester yang dimasukkan dalam raport merupakan gabungan dari berbagai penilaian 28 Saifudin Azwar, Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pngukuran Prestasi Belajar (Yogyakarta: Liberty, 2007), hlm H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 100.

17 43 yang sudah dilakukan guru, yaitu dari hasil nilai tes semester, tes sumatif maupun subsumatif yang diadakan. Hasil tes-tes tersebut akan menentukan hasil prestasi siswa dalam satu catur wulan atau semester. Namun satu hal yang harus diakui, terkadang nilai raport anak subjektif dimana seorang guru kadang mempertimbangkan keberadaan seorang siswa yang dinilai dari beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, efektif dan psikomotorik. B. Teams Games Tournament (TGT) 1. Pengertian Teams Games Tournament (TGT) Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tiga tahap yakni teams, games dan tournament. Salah satu alasan menggunakan Teams Games Tournament (TGT) sebagai pembelajaran pada siswa karena melalui pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk bisa berpikir sendiri dengan teman sebayanya sehingga memperoleh informasi atau materi pembelajaran. Selain itu, siswa lebih bisa memahami konsep, menambah pengetahuan serta dapat menemukan kemungkinan solusi dari permasalahan. 30 Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif dengan menggunakan game-game akademik dan 30 Robert E. Slavin, Cooperative Learning; Toeri, Riset dan Praktik, Penerjemah Narulita Yusron (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 166.

18 44 menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. 31 Dalam pembelajaran menggunakan Teams Games Tournament (TGT) siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, Mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan ketrampilan komunikasi dan social, serta perolehan kepercayaan diri. Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. Dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih mengutamakan kekompakkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama. 2. Unsur-Unsur Teams Games Tournament (TGT) Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari tiga macam, yakni: 32 a. Teams (tim) Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk 31 Isjoni, Cooperative Learning (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm Ibid., hlm. 166.

19 45 mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan game dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengkoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting dalam Teams Games Tournament (TGT). Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, serta penerimaan terhadap siswa. b. Games (permainan) Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masingmasing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa

20 46 nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. c. Tournament (Turnamen) Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen tiga siswa berperstasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiam meja naik tingkat ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5); skor tertinggi kedua tetap tinggal

21 47 pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah diturunkan. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Teams Games Tournament (TGT) a. Karakteristik Teams Games Tournament (TGT) Teams Games Tournament (TGT) berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri khas dari Teams Games Tournament (TGT). 34 Karakteristik strategi Teams Games Tournament (TGT) antara lain: 1) Pembelajaran secara tim Teams Games Tournament (TGT) adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk 33 Ibid., hlm Robert E. Slavin, Op.Cit., hlm. 167.

22 48 mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh keberhasilan tim. 2) Didasarkan pada manajemen Teams Games Tournament (TGT) Manajemen mempunyai empat fungsi pokok: a) Fungsi perencanaan, menunjukkan bahwa Teams Games Tournament (TGT) memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. b) Fungsi pelaksanaan, menunjukkan bahwa Teams Games Tournament (TGT) harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. c) Fungsi organisasi, menunjukkan bahwa Teams Games Tournament (TGT) adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu ditatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. d) Fungsi control, menunjukkan bahwa dalam Teams Games Tournament (TGT) perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes Ibid., hlm. 168.

23 49 3) Kemauan untuk bekerjasama Keberhasilan Teams Games Tournament (TGT) ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsipnya bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Teams Games Tournament (TGT). Setiap anggota bukan saja saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masingmasing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. 4) Keterampilan bekerjasama Kemauan untuk bekerjasama itu kmeudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerjasama. 36 b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Think Pair Share Terdapat 4 (empat) prinsip dasar Teams Games Tournament (TGT), antara lain: 1) Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membangi tugas dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan 36 Ibid., hlm. 169.

24 50 tugasnya, dan semua ini memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. 37 2) Tanggungjawab perseorangan (individual accountability) Keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggugn jawab sesuai dengan tugasnya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. 3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masingmasing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication). Untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi, siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan< (Jakarta: Rencana Prenada Media Group, 2007), hlm Ibid., hlm. 245.

25 51 4. Langkah-Langkah Teams Games Tournament (TGT) Ada beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengadakan Teams Games Tournament (TGT) antara lain: 39 No. Fase Waktu 1. Pengajaran. Menyampaikan pelajaran 2. Belajar Tim. Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi 3. Turnamen. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta. 1-2 periode kelas 1-2 periode kelas 1 periode kelas Gagasan Utama Menyampaikan pelajaran Para siswa mempelajari lembar kegiatan dalam tim mereka Kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan homogen` Materi yang dibutuhkan Rencana pelajaran Anda Dua lembar kegiatan untuk tiap tim 1. Lembar pembagian meja turnamen yang sudah diisi. 2. Satu kopian lembar permainan dan lembar jawaban (sama seperti lembar kuis dan lembar jawaban kuis) untuk tiap meja turnamen. 3. Satu lembar skor permainan untuk tiap meja turnamen. 4. Satu boks kartu bernomor yang berhubungan dengan nomor pertanyaanpertanyaan pada lembar permainan, untuk 39 Robert E. Slavin, Op.Cit., hlm. 172.

26 52 4. Rekognisi Tim. Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. 1 periode kelas Menentukan skor tim dan mempersiapkan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya. tiap meja turnamen. Siapkan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan Teams Games Tournament (TGT) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen dan mintalah siswa untuk memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Berikut adalah gambar penempatan meja turnamen: Gambar 1 Penempatan Pada meja turnamen A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3. Meja Turnamen 3 B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

27 53 2. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu meja atas dan yang bawah. Mintalah salah satu siswa yang Anda pilih untuk membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu nomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut. Gambar 2 Aturan dan prosedur permainan TGT Pembaca 1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan 2. Bacalah pertanyaannya dengan keras 3. Cobalah untuk menjawab. Penantang 1 Menantang jika memang dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya Penantang II Boleh menantang jika penantang 1 melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua penantang sudah menantang atau melewati, penantang II memeriksa lembar jawaban. Siapa pun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua penantangnya yang salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada. 3. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca yang pertama yaitu siswa yang menarik nomor tertinggi. Permainan berlangsung sesuai waktu di mulai dari pembaca pertama. 4. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya

28 54 adalah pilihan berganda. Misalnya, seorang siswa yang mengambil kartu nomor 21 membaca dan menjawab soal nomor Pembaca yang tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menebak jika dikenai sanksi. Jika konten dari permainan tersebut melibatkan permasalahan, semua siswa (bukan hanya si pembaca) harus mengerjakan permasalahan tersebut supaya mereka siap untuk ditantang. 6. Setelah si pembaca memberikan jawaban, siswa yang ada di sebelah kiri atau kanannya (penantang pertama) punya opsi untuk menantang dan memberikan jawaban yang berbeda. Jika dia ingin melewatinya, atau bila penantang kedua punya jawaban yang berbeda dengan dua peserta pertama, maka penantang kedua boleh menantang. Akan tetapi, penantang harus hati-hati karena mereka harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan sebelumnya ke dalam kotak (jika ada) apabila jawaban yang mereka berikan salah. 7. Apabila semua peserta punya jawaban, ditantang atau melewati pertanyaan, penantang kedua (atau peserta yang ada di sebelah kanan pembaca) memeriksa jawaban dan membacakan jawaban yang benar dengan keras. Si pemain yang memberikan jawaban yang benar akan menyimpan kartunya. Jika kedua penantang memberikan jawaban salah, dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkan (jika ada) ke dalam boks.

29 55 8. Untuk putaran berikutnya, semuanya bergerak satu posisi ke kiri: penantang pertama mnejadi pembaca, penantang kedua menjadi penantang kedua. Permainan berlanjut, seperti yang telah ditentukan oleh guru, sampai periode kelas berakhir atau jika kotaknya telah kosong. 9. Apabila permainan sudah berakhir, maka pemain mencatat nomor yang telah mereka menangkan pada lembar skor permainan pada kolom untuk Game 1. jika masih ada waktu, para siswa mengocok kartu lagi dan memainkan game kedua sampai akhir periode kelas, dan mencatat nomor kartu-kartu yang dimenangkan pada game 2 pada lembar skor. 10. Semua siswa harus memainkan game ini pada saat yang sama. Sementara mereka bermain, bergeraklah dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menjawab pertanyaan dan pastikan bahwa semua siswa memahami prosedur permainan tersebut. Sepuluh menit sebelum akhir periode kelas, ucapkan kata Waktu dan mintalah para siswa berhenti dan menghitung kartu mereka. Selanjutnya mereka harus mengisi nama, dan skor mereka pada lembar skor permainan. 11. Mintalah para siswa menambahkan skor yang mereka peroleh dalam tiap game (jika mereka memainkan lebih dari satu game) dan mengisi total perolehan hari itu Ibid., hlm. 174.

30 56 Gambar 3 Contoh menghitung poin-poin turnamen TGT PEMAIN TIM Game 1 Gam 2 Game 3 Total skor hari Poin turnamen itu Eric A Lisa A. B Darryl C Anda boleh memberikan sertifikat kepada tim-tim yang memenuhi kriteria. Tim baik hanya akan menerima ucapan selamat di dalam kelas. Selain sebagai tambahan sertifikat tim, Anda boleh juga menampilkan tik seukses pada papan buletin mingguan, tempatkan foto dan nama tim mereka pada tempat kehormatan. Apapun yang Anda lakukan untuk merekognisi tim berprestasi, tim itu (bukan hanya kesuksesan individu) merupakan sesuatu yang penting, karena inilah yang akan memotivasi para siswa untuk membantu teman satu timnya belajar. 5. Keunggulan dan Kelemahan Teams Games Tournament (TGT) a. Keunggulan Teams Games Tournament (TGT) 1) Melalui Teams Games Tournament (TGT), siswa tidak terlalu menggantungkan kepada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain Ibid., hlm. 175.

31 57 2) Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan kemampuan mengungkap ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Teams Games Tournament (TGT) dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keberbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Teams Games Tournament (TGT) dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Teams Games Tournament (TGT) merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) Melalui Teams Games Tournament (TGT) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. 7) Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar asbtrak menjadi nyata (riil).

32 58 8) Interaksi secara Teams Games Tournament (TGT) berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. b. Kelemahan Teams Games Tournament (TGT) 1) Untuk memahami dan mengerti filosofis Teams Games Tournament (TGT) memang butuh waktu. 2) Ciri utama dari Teams Games Tournament (TGT) adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa guru yang aktif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 3) Penilaian yang diberikan dalam Teams Games Tournament (TGT) didasarkan kepada hasil kerja kelompok. 4) Keberhasilan pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi pembelajaran ini. 5) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui Teams Games

33 59 Tournament (TGT) selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan ciri Ibid., hlm. 176.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II KEBIASAAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR. melakukannya setiap hari tanpa begitu memerlukan pikiran dan konsentrasi

BAB II KEBIASAAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR. melakukannya setiap hari tanpa begitu memerlukan pikiran dan konsentrasi BAB II KEBIASAAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR A. KEBIASAAN BELAJAR 1. Pengertian Kebiasaan Belajar Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulangulang, sehingga dalam melakukan itu tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

Lebih terperinci

BAB II PRESTASI BELAJAR DAN METODE DRILL. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa

BAB II PRESTASI BELAJAR DAN METODE DRILL. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam Kamus Besar Bahasa BAB II PRESTASI BELAJAR DAN METODE DRILL A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1

BAB II KAJIAN TEORI. memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 1 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Kooperatif Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA bahkan di perguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi sekarang ini. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB II MEDIA CHART DAN PRESTASI BELAJAR. pesan dituangkan melalui lambang atau simbol-simbol komunikasi visual.

BAB II MEDIA CHART DAN PRESTASI BELAJAR. pesan dituangkan melalui lambang atau simbol-simbol komunikasi visual. BAB II MEDIA CHART DAN PRESTASI BELAJAR A. Media Chart 1. Pengertian Media Chart Media Chart adalah salah satu dari jenis media grafis yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penrima pesan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Metode Ceramah, Metode Team Game Tournament (TGT), dan Prestasi Belajar.

ABSTRAK. Kata Kunci : Metode Ceramah, Metode Team Game Tournament (TGT), dan Prestasi Belajar. KOMPARASI PENGARUH PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP RESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI ABSTRAK Hendras Suci Pramukti, KOMPARASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Surakarta, Indonesia ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 2 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan yang terbentuk ter internalisasi dalam diri peserta pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan yang terbentuk ter internalisasi dalam diri peserta pembelajaran 13 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru (pendidik) dan peserta didik untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis Pembahasan dalam kajian teori ini mencakup teori yang mendukung variabel penelitian. Kajian teori ini membuat tentang motivasi belajar, model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan di Salatiga yang mempunyai banyak prestasi. Prestasi siswa tentu tidak mungkin diperoleh begitu saja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa diberi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Teori Tentang Belajar Skinner dalam Fathurrohman P. & Sutikno S (2014 hlm. 5) mengatakan, Belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS Ermayanti ermayanti@unsri.ac.id Abstrak. Telah dilakukan Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Dalam kedudukannya pada kerangka pembangunan nasional, pendidikan bersifat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1 Hasil Belajar Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Teknik Pembelajaran Pertemuan Ganda a. Pengertian Teknik Pembelajaran Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran TGT Ismail (2002:12) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran mengutamakan adanya kerja sama, yakni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS VIIID SMP N 1 NGLUWAR MAGELANG Wenni Hastuti Universitas PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar dan Media Pembelajaran Menurut Slameto dalam Djamarah (2011:13) belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau. model pembelajaran adalh suatu rencana atau pola yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau. model pembelajaran adalh suatu rencana atau pola yang dapat 26 BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsung hidup dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3

BAB II KAJIAN TEORI. aspek organism atau pribadi. 1. interaksi dengan lingkungan. 2. interaksi dengan lingkungan. 3 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Belajar adalah poses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropilogi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide. bersama adalah cooperative learning, dalam hal ini belajar bersama 9 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Prediction Guide Cooperative berarti bekerja sama dan learning yang berarti belajar, jadi belajar melalui kegiatan bersama.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil belajar matematika Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi ABSTRAK Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi Zunita Riana Wati (09130020) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (class action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia Hydrogen Vol. 2 No.1, ISSN

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia Hydrogen Vol. 2 No.1, ISSN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN MONOSIMPUR (MONOPOLI SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR) MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (SUATU UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SMA di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah adalah suatu penyelesaian yang belum diketahui sebelumnya dengan cara penugasan sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Menari Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan atau

Lebih terperinci

Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest A O 1 X O 2 B O 1 X O 2

Desain Penelitian Kelas Pretest Perlakuan Posttest A O 1 X O 2 B O 1 X O 2 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen diartikan sebagai penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran koperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet 4,

BAB I PENDAHULUAN Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Cet 4, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar siswa berperan sebagai subjek dan sekaligus objek dari kegiatan pembelajaran. 1 Oleh karena itu inti dari proses pembelajaran tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2 18 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2 Rahidatul Laila Agustina Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PGRI 3 BANDAR LAMPUNG Wayan Satria Jaya STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK This study aims to obtain data on how far the relationship between motivation to learn with the learning outcomes of students in school. Method used

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II PROFESIONALITAS GURU DAN PRESTASI BELAJAR

BAB II PROFESIONALITAS GURU DAN PRESTASI BELAJAR BAB II PROFESIONALITAS GURU DAN PRESTASI BELAJAR A. Profesionalitas Guru 1. Pengertian Profesionalitas Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalitas ditemukan sebagai berikut: Profesi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

OLEH ELLA CHINTYA PIARUCCI A1C110009

OLEH ELLA CHINTYA PIARUCCI A1C110009 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI REDOKS TERHADAP PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS X MAN MODEL KOTA JAMBI KARYA ILMIAH OLEH ELLA CHINTYA

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Journal of Mechanical Engineering Education, Vol.1, No.2, Desember 2014 323 MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Wisnu D. Yudianto 1, Kamin Sumardi 2, Ega

Lebih terperinci

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan 7 BAB 11 KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman berasal dari kata dasar paham yang berarti mengerti benar. Pemahaman mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Cek Kosong a. Pengertian Teknik Pembelajaran Hamdani menjelaskan bahwa teknik pembelajaran diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan,

Lebih terperinci

SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:

SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal: P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:111-120 PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STAD DAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA Oleh Imam Arifin,Puji Nugraheni, Heru Kurniawan Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pemberian Angka Dalam meningkatkan motivasi belajar guru pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Belajar Menurut Pendekatan Konstruktivisme. gambaran serta inisiatif peserta didik. 6 Pendekatan

BAB II KAJIAN TEORI Belajar Menurut Pendekatan Konstruktivisme. gambaran serta inisiatif peserta didik. 6 Pendekatan 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.2. Belajar Menurut Pendekatan Konstruktivisme Brooks and Brooks menyatakan, konstruktivis adalah suatu pendekatan dalam belajar mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep

Lebih terperinci