BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronik"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronik progresif, karena merupakan suatu defek otak yang dapat diturunkan secara genetik (Osborn,2009). Angka kejadian skizofrenia di Amerika Serikat sebesar 7,2 per 1000 orang, atau sekitar 1,1% dari penduduk Amerika Serikat (Mercer MJ,2013). Di Indonesia angka kejadian skizofrenia mencapai 1,7 per 1000 penduduk Indonesia atau sekitar orang (Depkes, 2014). Berbagai hipotesis terjadinya skizofrenia telah banyak dikemukakan. Bagaimana mekanisme patofisiologi neurokimiawi secara terinci mendasari munculnya gejala skizofrenia belum jelas terungkap (Zhang M, et al, 2009). Namun berbagai bukti menunjukkan bahwa skizofrenia berkaitan erat dengan stress oksidatif sebagai pemicu proses neuropatologi pada skizofrenia. Beberapa gen pembawa skizofrenia seperti glutamate cysteine ligase modifier (GCLM), manganese superoxide dismutase (Mn-SOD) dan glutathion S-transferase T1 (GSTT1) diketahui terlibat dalam sistem redoks. Stres oksidatif menyebabkan ketidakseimbangan antara sistem pro-oksidan dan sistem anti-oksidan (Zhang M, et al, 2009). Selain stress oksidatif, aktifitas respon inflamasi central dan perifer juga sebagai pemicu proses neuropatologi pada skizofrenia. Pada skizofrenia dikenal suatu hipotesis yang menyatakan bahwa skizofrenia terjadi akibat paparan pra-perinatal yang menghasilkan kerentanan imun. Hal ini menjelaskan pasien skizofrenia lebih rentan terhadap infeksi dan rentan mengalami disregulasi sistem 1

2 2 imun (Kinney, et al, 2009). Kondisi stres oksidatif dan inflamasi menyebabkan gangguan struktur membran neuronal dan metabolismenya sehingga mempengaruhi neuropatologi yang tentunya berpengaruh pada perjalanan penyakit dan progresifitas skizofrenia (Nobert M, et al, 2015; Zhang M, et al, 2009). Pada skizofrenia, hipotesis gangguan jalur dopaminergik merupakan hipotesis yang saat ini dikenal luas. Menurut hipotesis ini, dinyatakan bahwa skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori ini menyebutkan bahwa jalur dopamin di otak seperti jalur mesokortikal dan mesolimbik paling sering terlibat. Neuron dopaminergik di dalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya di otak tengah ke neuron dopaminoseptif di sistem limbik dan korteks serebral. Reseptor dopamin tipe 1 (D1) memainkan peranan atas timbulnya gejala negatif, Reseptor dopamin tipe 2 (D2) memainkan peranan atas timbulnya gejala positif (Saddock, 2010). Selain hipotesis jalur dopaminergik, dikenal juga jalur glutamatergik dan GABA-ergik. Glutamat adalah suatu neurotransmiter eksitatori dan dianggap sebagai switch masker otak, karena dapat membangkitkan dan mengaktifkan hampir semua neuron CNS. Peran GABA-ergik, GABA adalah suatu neurotransmiter inhibitorik. Data yang ada menunjukkan hipotesis bahwa penderita skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik didalam hipokampus (Stahl, et al, 2008; Saddock, 2010). Skizofrenia yang merupakan neurodevelopmental psychiatric disorder masuk dalam 10 besar gangguan di dunia yang menyebabkan hendaya berat dalam fungsi peran. Ciri utama skizofrenia adalah gejala positif, gejala negatif,

3 3 gangguan kognitif dan gangguan afektif. Gejala positif lebih mudah dikenali dan lebih banyak menyebabkan penderita harus menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, belum ada terapi yang paling efektif bagi gejala negatif dan gangguan kognitif yang ditimbulkan skizofrenia (Abhisek Ghosh, et al, 2011). Obat antipsikotik sebagai first-line therapy pada skizofrenia. Obat antipsikotik digunakan terutama untuk mengatasi gejala positif. Gejala positif skizofrenia berupa halusinasi, waham ataupun gangguan pikir yang berhubungan dengan penyakit. Namun pemberian antipsikotik dapat menimbulkan kerugian, diantaranya berupa EPS (extra pyramidal syndrome), tardive dyskinesia, sindrom neuroleptik maligna, sindroma metabolik dan peningkatan prolaktin yang dapat menyebabkan disfungsi seksual (Stahl, 2008). Dibutuhkan kepatuhan penderita untuk mengkonsumsi obat antipsikotik. Jika obat antipsikotik dikonsumsi tidak teratur akan memudahkan penderita mengalami keadaan relaps atau kekambuhan. Penderita skizofrenia 95% akan mengalami penyakitnya seumur hidup. Penderita skizofrenia 45% dapat mengalami perbaikan gejala pada tahun pertama, 20% penderita skizofrenia tidak mengalami remisi gejala, dan 35% mengalami gejala yang bervariasi dengan eksaserbasi. Studi di Inggris menunjukkan 22% penderita skizofrenia dapat mengalami perbaikan remisi penuh dari episode pertamanya, 35% mengalami hendaya sedang, dan 35% mengalami hendaya yang progresif (WHO, 1998). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Depkes RI tahun 2013 menunjukkan sekitar 80% pasien yang di rawat di RSJ dengan skizofrenia 25%

4 4 dapat sembuh, 25% dapat mandiri, 25% membutuhkan bantuan, dan 25% jatuh kedalam kondisi berat (Riskedas, 2013). Skizofrenia sifatnya adalah gangguan yang kronis dan melemahkan dibandingkan dengan gangguan mental yang lain. Pasien skizofrenia yang pernah dirawat di Rumah Sakit akan kambuh 50-80%. Gangguan jiwa berat menimbulkan beban bagi pemerintah, keluarga serta masyarakat oleh karena besarnya produktivitas yang hilang pada pasien serta keluarga dan berdampak pada beban biaya yang besar. Gangguan ini menghabiskan biaya pengeluaran kesehatan jiwa dan juga biaya pengeluaran kesehatan yang besar (Riskesdas, 2013). Patobiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia masih belum seutuhnya terungkap. Teori bahwa patobiologi skizofrenia dimulai sejak masa prenatal dan perinatal banyak dikemukakan. Hal tersebut didasari defisiensi nutrisi dimasa prenatal dan perinatal, faktor lingkungan seperti infeksi masa kehamilan, paparan glukokortikoid saat masa kehamilan yang diduga menginduksi dan mempengaruhi struktur, fisiologis dan metabolisme (fetal programming) yang menjelaskan predisposisi gangguan psikiatrik terutama skizofrenia (Aravindakshan, et al, 2006). Paparan dari lingkungan sehingga menyababkan stres oksidatif yang ditunjukkan dengan disfungsi mitokondria juga menjadi bahasan patobiologi skizofrenia. Radikal bebas biasanya dihasilkan selama metabolisme sel dalam sel aerobik. Kondisi peningkatan produksi radikal bebas, ketidakseimbangan menuju keadaan pro-oksidan terbentuk, yang dianggap sebagai patogenesis penyakit otak

5 5 akut atau kronis seperti parkinson, tardive dyskinesia, skizofrenia (Stohs SJ, 2005). Otak manusia adalah suatu organ yang kaya lemak, terdiri dari bermacam polar phospholipids, sphingolipids, gangliosides dan kolesterol. Semua jenis lemak tersebut terlibat baik dalam struktur maupun fungsi fisiologis dalam membran sel otak seorang manusia. Glycerophospholipids dalam otak berisi polyunsaturated fatty acids (PUFA) suatu derivat asam lemak omega-3. Omega-3 utama di otak adalah suatu docosahexaenoic acid (DHA) yang berasal dari derivat omega-3 (Ehrlich, 2013). Setelah omega--3 dilepaskan dari membran, mereka dapat berpartisipasi dalam transduksi sinyal, baik secara langsung maupun setelah konversi enzimatik untuk berbagai derivatif bioaktif ('mediator'). Omega-3 dan mediator mereka mengatur beberapa proses dalam otak, seperti neurotransmisi, kelangsungan hidup sel, peradangan saraf, dan pelindung neuron (Bazinet R dan Laye S, 2014). Produk akhir metabolisme sel otak, salah satunya adalah reaksi peroksidasi lipid, meliputi aldehida sitotoksik.; dan malondialdehid (MDA), yang dianggap sebagai ukuran spesifik dan sensitif dari lipid auto-oksidasi. Peningkatan produksi radikal bebas, ketidakseimbangan menuju keadaan pro-oksidan terbentuk, ketidakseimbangan yang berlangsung lama dapat menimbulkan penyakit neuropsikiatri (Stohs SJ,2005). Beberapa tahun terakhir, telah banyak studi dilakukan berkaitan dengan pengobatan skizofrenia. Diet dan obat-obatan yang menargetkan omega-3 dapat menjadi pendekatan terapi tambahan baru untuk pencegahan dan pengobatan gangguan mental. Sejumlah studi farmakoterapi adjuvant yang ditambahkan dari

6 6 terapi utama antipsikotik untuk memperbaiki gejala skozofrenia telah berkembang. Preparat antioksidan untuk mengurangi kontribusi stress oksidatif pada penderita skizofrenia terus dipelajari (Kee-Hong Choi, et al, 2013; Bazinet R dan Laye S, 2014). Hubungan antara omega-3, stress oksidatif dan inflamasi pada skizofrenia sudah diteliti pada penderita skizofrenia (Balasubramanian, 2013; Gonzalez, et al., 2014). Stres oksidatif akan menginduksi sejumlah ROS (reactive oxygen species) yang menyebabkan kerusakan sel. Hal ini menjelaskan penyebab terjadinya bebagai macam penyakit dan gangguan mental, tidak hanya skizofrenia, banyak diakibatkan salah satunya stres oksidatif (Gonzalez, et al, 2014). Proses infeksi yang menjadi salah satu faktor pencetus skizofrenia banyak dikemukakan. Gambaran cairan cerbrospinal dan darah penderita skizofrenia menunjukkan kenaikan kadar sitokin pro-inflamasi, termasuk prostaglandin E2 (PGE2/siklooksigenase), protein C-reaktif (Muller, et al, 2015). Salah satu mekanisme neuroimunologi yang menghubungkan peningkatan aktivitas proinflamasi dengan induksi gangguan afektif, emosional, dan sosial adalah pada metabolisme triptofan, yaitu suatu asam amino untuk sintesa serotonin. Di saat terjadi peningkatan aktifitas pro-inflamasi CNS dapat menyebabkan terjadinya defisiensi serotonin central. Insufisiensi serotonin ini berperan dalam patogenesis gejala negatif skizofrenia (Keller, et el, 2013; Young G dan Conquer J,2004). Omega-3 secara biologi sefamili dengan asam lemak, yang terlibat diberbagai mekanisme yang berkaitan dengan koneksi antar membran sel, sitosol dan nucleus. Omega-3 terlibat juga pada perubahan signaling process membran

7 7 sel asam lemak. Sel manusia cenderung memiliki kandungan asam lemak tinggi yang terlibat dalam banyak fungsi fisiologis dan patofisiologis (Calder, 2012). Dalam sepuluh tahun terakhir, sudah banyak studi yang mempelajari penambahan omega-3 ini sebagai terapi adjuvant untuk memperbaiki gangguan mental (depresi dan skizofrenia). Penambahan omega-3 memiliki berbagai macam mekanisme yang diduga mempengaruhi perubahan pada fisiologis otak, terutama mempengaruhi fungsi membran sel otak, mempengaruhi ekspresi gen di otak, dan memperbaiki inflamasi di otak (Andrew, et al, 2007). Penambahan terapi adjuvant omega-3 bermanfaat pada terapi skizofrenia melalui mekanisme inhibisi siklooksigenase dan mekanisme antioksidan. Sebuah studi menunjukkan omega-3 secara signifikan menurunkan pengeluaran myeloperoxidase, lactat dehidrogenase. Omega-3 terlibat dalam menginhibisi cyclooksigenase dan microglial activation yang bertanggung jawab atas keluarnya sitokin pro-inflamasi seperti tnf-α (Nobre, et al, 2013; Balasubramanian, 2013). Suatu studi RCT omega-3 sebagai terapi tambahan penderita skizofrenia oleh Jamilian, et al, 2014, melaporkan dari hasil studinya bahwa terdapat perbedaan yang perbaikan gejala skizofrenia yang signifikan pada kelompok yang mendapat terapi taahan omega-3. Selain itu, omega-3 meningkatkan kemanjuran antipsikotik yang diberikan kepada penderita skizofrenia, memperbaiki gejala skizofrenia, efek samping yang minimal dan mudah didapatkan (Jamilian, et al, 2014). Studi oleh Jamilian, et al, 2014 berlokasi di Arak, Iran, yang tentunya hasil studi tersebut sangat dipengaruhi sosial, ekonomi dan budaya setempat. Iran

8 8 merupakan negara yang individual. Kecenderungan Iran terhadap individualisme sebagai hasil dari kondisi geografis, modalitas kehidupan keluarga, atau struktur rezim politik. Iran secara ekonomi mandiri dengan mengandalkan dari hasil minyak dan gas bumi (Shmuel Bar, 2004). Gross national income Iran lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Namun dibidang kesehatan, gangguan neuro-psikiatrik menempati urutan ke-2 penyakit terbanyak di Iran, berbeda dengan Indonesia, gangguan neuro-psikiatrik di indonesia menempati urutan ke-4 penyakit terbanyak (WHO,2012). Pengaruh gaya hidup dan sosial budaya Iran yang individualis sangat berpengaruh terhadap keadaan tersebut (Shmuel Bar, 2004). Pengaruh gaya hidup masyarakat suatu daerah tentu menjadi pengaruh besar bagi individu. Di Indonesia, khususnya daerah di Jawa Tengah merupakan wilayah yang memiliki potensi alam yang besar, akan tetapi potensi yang besar itu hanya sebagian kecil yang telah dikembangkan menjadi aktivitas perekonomian. Faktor lain seperti demografis dan budaya mempengaruhi kehidupan masyarakat Jawa tengah. Budaya Jawa yang kekeluargaan banyak mempengaruhi pola perilaku berkehidupan masyarakatnya (Jaya, 2012) Asupan makanan sangat mempengaruhi kecukupan gizi dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Omega-3 mudah didapatkan dari makanan terutama ikan. Konsumsi ikan rata-rata masyarakat Indonesia masih rendah dibanding dengan negara ASEAN lainnya, hal ini dinyatakan oleh Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut P. Hutagalung menyatakan bahwa konsumsi ikan untuk masyarakat Indonesia sementara ini baru

9 9 mencapai 89 persen, sementara untuk negara-negara anggota ASEAN lainnya rata-rata sudah mencapai 91,3 persen (Widodo J, 2013). Penderita skizofrenia rata-rata memiliki gaya hidup yang buruk, sedentary life style, kurangnya aktivitas fisik, asupan makanan yang buruk. Sebagian dari faktor-faktor gaya hidup dipengaruhi oleh aspek-aspek dari gangguan seperti gejala negatif dan kerentanan terhadap stres (De Hert et al, 2009). Penderita skizofrenia yang mendapat perawatan yang tepat dan dukungan, keluarga, diharapkan akan mampu mengurangi gejala mereka, dapat hidup dan bekerja secara mandiri, membangun hubungan yang memuaskan, dan menikmati hidup. Meskipun kesalahpahaman luas bahwa orang dengan skizofrenia tidak memiliki kesempatan untuk pemulihan atau perbaikan, kenyataannya jauh lebih penuh harapan. Pikirkan skizofrenia sebagai mirip dengan kondisi medis kronis seperti diabetes: meskipun saat ini tidak ada obat, dapat diobati dan dikelola dengan obat dan terapi suportif (Smith M dan Segal, 2015). Berdasarkan bukti-bukti tersebut, maka omega-3 mempunyai peluang untuk digunakan sebagai terapi tambahan pada skizofrenia untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih baik dalam memperbaiki gejala skizofrenia di Indonesia, khususnya Surakarta. B. Rumusan Masalah Apakah pemberian terapi tambahan omega-3 1 gr/hari dapat memperbaiki skor PANSS pasien skizofrenia kronis di RSJD Arif Zainudin Surakarta?

10 10 C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuktikan keefektifan penambahan terapi omega-3 pasien skizofrenia kronis untuk memperbaiki skor PANSS di RSJD Arif Zainudin Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Menambah pengetahuan tentang manfaat pemberian terapi tambahan omega-3 1 gr/hari pada penatalaksanaan pasien skizofrenia dalam memperbaiki skor PANSS. b. Menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya tentang pemberian terapi tambahan omega-3 pada penatalaksanaan pasien skizofrenia. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai terapi tambahan dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia b. Sebagai wacana khususnya bagi dokter atau tenaga medis dibidang ilmu kedokteran jiwa dalam penatalaksanaan pasien skizofrenia.

11 11 E. Orisinalitas Penelitian Berikut ini disampaikan beberapa penelitian sebelumnya: No. Peneliti, Tahun/ Populasi 1. (Jamilian & Solhi, 2014) /Iran 2. (Boskovick & Vovk, 2008) / Slovenia 3. (Joy CB, Mumby CR, Joy LA, 2006) /berbagai negara Judul Desain Hasil Perbedaan dengan Penelitian yang dilakukan Penulis Randomized, Placebo- Controlled Clinical Trial of Omega-3 as Supplemental Treatment in Schizophrenia Can Supplementation with vitamin E or C and Omega 3 or 6 Fatty Acid Improve The Outcome of Schizophrenia? Polyunsaturated Fatty Acid Supplementation for Schizophrenia A Randomized Clinical Trial Prospective Open Study 60 Penambahan terapi adjuvant omega-3 menambah efikasi antipsikotik, memperbaiki gejala skizofrenia 20 Memperbaiki gejala skizofrenia dengan efek samping minimal Metaanalisis 313 Memperbaiki gejala skizofrenia Populasi di Iran, Instrumen PANSS Populasi di Slovenia, Instrumen PANSS & AIMS, Suplemen omega-3 dan Vitamin C atau E Populasi dari berbagai negara, Instrumen PANSS Dari beberapa penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan perbedaan penelitian diatas dengan studi kami: 1. Perbedaan dengan penelitian oleh Jamilian dan solhi, 2014, lokasi penelitian tersebut di Iran, instrumen yang digunakan PANSS, jumlah

12 12 subyek studi 60 subyek. Perbedaan lokasi memungkinkan ada perbedaan budaya, gaya hidup, dan perekonomian. 2. Perbedaan dengan penelitian oleh Boskovick & Vovk, 2008, lokasi penelitian tersebut di Slovenia, instrumen yang digunakan PANSS dan AIMS. Jumlah subyek studi 20 subyek. Perbedaan metode penelitan, Boskovick & Vovk, 2008 menggunakan metode penelitian prospective open study.terapi tambahan yang diberikan tidak tunggal omega-3, namun juga diberikan vitamin-c dan vitamin-e. Perbedaan lokasi memungkinkan ada perbedaan budaya, gaya hidup, dan perekonomian. Perbedaan terapi tambahan omega-3, vitamin-c dan vitamin-e, memunkinkan perbedaan hasil studi. 3. Perbedaan dengan penelitian oleh Joy CB, Mumby CR, Joy LA, 2006, bahwa penelitian yang dilakukan adalah sebuah studi metaanalisis, meninjau banyak studi serupa dari berbagai negara, berbeda-beda jumlah populasi studi. Perbedaan dari bermacam-macam asal negara, budaya dan perekonomian. Maka, dapat penulis sampaikan simpulan perbedaan dengan studi oleh penulis yang menjadi landasan orisinalitas studi penulis, bahwa studi hanya dilakukan di kota Solo, subyek studi dari RSJD Arif Zainudin. Perbedaan dengan studi sebelumnya, bahwa ada perbedaan lokasi studi, dengan perbedaan iklim, cuaca, perbedaan perekonomian, perbedaan genetik, perbedaan kepribadian premorbid, perbedaan caregiver pasien skizofrenia,

13 13 perbedaan kultur budaya, karena kultur budaya banyak berpengaruh terhadap timbulnya gangguan jiwa.

KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN TERAPI OMEGA-3 PASIEN SKIZOFRENIA. KRONIS UNTUK MEMPERBAIKI SKOR PANSS DI RSJD dr.arif ZAINUDIN SURAKARTA TESIS

KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN TERAPI OMEGA-3 PASIEN SKIZOFRENIA. KRONIS UNTUK MEMPERBAIKI SKOR PANSS DI RSJD dr.arif ZAINUDIN SURAKARTA TESIS KEEFEKTIFAN PENAMBAHAN TERAPI OMEGA-3 PASIEN SKIZOFRENIA KRONIS UNTUK MEMPERBAIKI SKOR PANSS DI RSJD dr.arif ZAINUDIN SURAKARTA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Dokter Spesialis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejala negatif skizofrenia merupakan dimensi psikopatologi penting yang mencerminkan tidak adanya atau berkurangnya perilaku dan fungsi normal, termasuk kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit infeksi kronis yang hingga saat ini masih menimbulkan permasalahan yang bersifat kompleks baik bagi penderita maupun masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akses terhadap obat merupakan salah satu hak azasi manusia. Obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan. depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan mental yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gangguan kesehatan dapat menimbulkan perasaan cemas dan sedih bagi individu maupun anggota keluarga yang dapat menimbulkan depresi. Depresi merupakan penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak penyakit yang diakibatkan oleh gaya hidup yang buruk dan tidak teratur. Salah satunya adalah diabetes melitus. Menurut data WHO tahun 2014, 347 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan seseorang hidup secara produktif dan harmonis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan bukan saja keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan, tetapi merupakan kesejahteraan yang bersifat fisik, mental, dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu gambaran jiwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu gambaran jiwa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Skizofrenia Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau ketidakharmonisan antara proses berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa ketinggian menimbulkan stress pada berbagai sistem organ manusia. Tekanan atmosfer menurun pada ketinggian, sehingga terjadi penurunan tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health Organizaton (WHO) pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 4 juta orang, jumlah tersebut diperkirakan

Lebih terperinci

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta Oleh : Nugroho Adi Setiawan S 5703005 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat janin kurang dari 500 gram (Cunningham et al., 2005). Abortus adalah komplikasi umum

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik secara teratur mempunyai efek yang baik terutama mencegah obesitas, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, dan osteoporosis (Thirumalai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and

I. PENDAHULUAN. sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kecemasan/ansietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and Depression Association of

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. DM merupakan penyakit kelainan sistem endokrin utama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak digunakan di dunia. Glifosat (N-phosphonomethyl-glycine) digunakan untuk mengontrol gulma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus uremia (PU) masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada 15%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat berkurangnya sekresi insulin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah digunakan per tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Populasi lanjut usia (lansia) di dunia akan bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke merupakan penyebab kematian ke tiga setelah penyakit jantung dan kanker serta merupakan penyebab kecacatan tertinggi pada manusia, terutama usia dewasa. Insidensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World health organization ( WHO ) telah mengumumkan bahwa prevalensi diabetes mellitus ( DM) akan meningkat di seluruh dunia pada millenium ketiga ini, termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, diabetes melitus merupakan permasalahan yang harus diperhatikan karena jumlahnya yang terus bertambah. Di Indonesia, jumlah penduduk dengan diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanpa disadari, fungsi kognitif memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia dan menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh manusia. Fungsi kognitif sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat defisiensi sekresi hormon insulin, kurangnya respon tubuh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda (Purdy dan DeBerker, 2007). Prevalensi yang mencapai 90 %

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sering dijumpai dan termasuk gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia juga merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok berbahaya bagi kesehatan, menyebabkan banyak penyakit dan mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia memiliki pasar yang besar dan cepat berkembang dalam teknologi handphone. Pada tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Diabetes adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan (menyerap) gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma bronkial merupakan penyakit kronik tidak menular yang paling sering dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri berkorelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan, ketahanan dan koordinasi (de

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indikator kesehatan jiwa yang dinilai pada Riskesdas 2013 diantaranya adalah gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional serta cakupan pengobatannya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol disebut juga etil alkohol atau alkohol yang merupakan sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tak berwarna. Etanol merupakan jenis alkohol yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh komplikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami. penyebab utama dari cedera tulang belakang adalah trauma, baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami. penyebab utama dari cedera tulang belakang adalah trauma, baik trauma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan angka kecelakaan dapat menyebabkan trauma mendekati endemik dan disebutkan bahwa pasien yang mengalami kecelakaan berat (Aston, 2003).Michael, (2002) menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Packed red cell (PRC) adalah produk darah paling penting yang dapat disimpan sekitar 35-42 hari di bank darah dan merupakan terapi terbanyak yang diberikan di dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakarin adalah zat pemanis buatan yang dibuat dari garam natrium, natrium sakarin dengan rumus kimia (C 7 H 5 NO 3 S) dari asam sakarin berbentuk bubuk kristal putih,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak

I. PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir, pola komunikasi di Indonesia mengalami banyak perubahan. Hal ini terlihat dengan meningkatnya penggunaan handphone (Hp). Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Katarak adalah keadaan dimana lensa menjadi keruh atau kehilangan transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan penglihatan, yang bisa menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun lalu. Sekitar satu milyar penduduk dunia merupakan perokok aktif dan hampir 80% dari total tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai karakteristik keterbatasan aliran nafas yang persisten, bersifat progresif dan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan RI, rerata prevalensi diabetes di Indonesia meningkat dari 1,1 pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. skizofrenia atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan psikotik kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk yang terdapat di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif. BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif. 13 Efek cacing terhadap kognitif dapat terjadi secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan yang sangat signifikan, banyak sekali aktivitas lingkungan yang menghasilkan radikal bebas sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan dan martabat manusia.

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat,

I. PENDAHULUAN. yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom kronik yang beranekaragam dari pemikiran yang aneh dan tidak beraturan, angan-angan, halusinasi, emosi yang tidak tepat, paham yang

Lebih terperinci