Pneumonia Mikoplasma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pneumonia Mikoplasma"

Transkripsi

1 Pneumonia Mikoplasma Helmi M. Lubis Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. 1-4 Di negara berkembang termasuk Indonesia penyebab pneumonia yang paling sering ditemui yang disebabkan oleh bakteri, sedangkan di negara maju seringkali disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae. Sekitar 30% dan semua pneumonia pada penduduk secara: umum disebabkan oleh M. pneumoniae. 5 Di negara kita laporan mengenai infeksi M.pneumonia sebagai salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut masih sangat jarang. Ini mungkin karena kita masih terlalu disibukkan oleh tugas penanggulangan penyakit infeksi bakterial. 6 Pada akhir tahun 1930 ditemui adanya grup pneumonia yang digambarkan tidak menyerupai bakteri tipikal dari pneumonia, karena penyebab dari pneumonia ini tidak diketahui. Gambaran radiologis paru yang tidak spesifik dan angka mortalitas yang rendah, membedakan kasus ini dari pneumonia bakterial sehingga disebut Pneumonia Atypical Primer (PAP.) 7 Pada dekade lanjut setelah obat sulfa dan penisilin digunakan sebagai pengobatan. terhadap pneumonia bakterial, ternyata pneumonia atipikal ini kurang respon terhadap obat tersebut. 7 Baru pada tahun 1940 terungkaplah penyebab dari pneumonia atipikal ini, setelah diisolasi oleh Eaton dkk, ditemukannya kesamaan dengan yang menyebabkan Pneuropneumonia pada ternak. Maka sejak saat itu disebut namanya Eaton Agent atau Pleuro Pneumonia Like Organisme. Chanock dkk tahun 1969 berhasil mengisolasi penyebab pneumonia ini yang menunjukkan bahwa mikro organisme ini termasuk famili Mycoplasmatacea dari Class Mollicutes 5,8 dan sejak saat itu disebut Mycoplasma Pneumonia. 7,9,10 Ada dua jenis Mycoplasma yang menyebabkan penyakit pada manusia yaitu Mycoplasma pneumonia yang menyebabkan penyakit pada saluran nafas dan Mycoplasma urealyticum yang menyebabkan infeksi pada saluran genitalia. 5 Mikro organisme ini mempunyai struktur yang sangat primitif, yang dapat berobah bentuk dari bulat yang berdiameter nm sampai bentuk filamen kecil dengan panjang antara beberapa nm sampai 850 nm. Tidak mempunyai dinding sel dan merupakan organisme yang terkecil yang terkenal hidup di alam bebas. 5,7-9 Mycoplasma ini mempunyai afinitas selektif untuk sel epitel saluran nafas misalnya bronkus, bronkiolus, alveoli yang akan menghasilkan hidrogen peroksida (H 2 O 2 ). Akibat terbentuknya H 2 O 2 pada metabolismenya, menyebabkan kerusakan pada lapisan mukosa saluran nafas, misalnya, terjadi deskuarnasi dan ulserasi lapisan mukosa, edema pada dinding bronkus dan timbulnya sekret yang memenuhi saluran nafas dan alveoli. 4,7 Kerusakan ini timbul dalam waktu yang singkat, antara jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang luas. 4 H 2 O 2 juga dapat menyebabkan kerusakan pada membran eritrosit, secara invitro kerusakan ini e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 1

2 menyebabkan hemolisa yang dapat merubah antigen eritrosit sehingga menstimulasi Cold Aglutinin atau Aglutinin dingin. 7 Insidensnya sering ditemui pada anak-anak dan dewasa muda. Puncak insiden menurut para ahli tidak banyak berbeda, ada yang mengatakan antara usia 5-20 tahun, 7 usia 5-15 tahun 6,11 dan usia tahun. 9,1l Tulisan ini bertujuan untuk membicarakan Pneumonia mikoplasma mengenal epidemiologi, patologi, patogenese, manifestasi klinik, komplikasi, diagnosis, pengobatan dan prognosisnya. Epidemiologi Infeksi M.pneumonia dapat dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik. Prevalensi kasus yang paling banyak dijumpai biasanya pada musim panas sampai ke awal musim gugur yang dapat berlangsung satu sampai dua tahun. 4,7,9,12 Infeksi tersebar luas dan satu orang ke orang lain dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk. 4,7 itulah sebabnya infeksi kelihatan menyebar lebih mudah antara populasi yang padat manusianya misalnya di sekolah, asrama, pemukiman yang padat dan kemp militer. Laporan kasus Singer dkk menemukan dalam satu keluarga 3 anak berturut-turut masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan gejala respiratorik yang mana sebelum masuk RS telah mendapat pengobatan Ampisilin tapi tidak menunjukkan adanya perbaikan. Setelah pemeriksaan serologik ditemui kenaikan 4 kali atau lebih titer antibodi fiksasi komplemen untuk Mycoplasma Pneumoniae pada ketiga anak tersebut. 13 Masa inkubasi penyakit ini relatif lama kira-kira 2-3 minggu. 7,11,14 itulah sebabnya biasanya dalam beberapa anggota keluarga tidak terjadi sakit dalam waktu yang bersamaan. Biasanya penyakit ini akan memakan waktu beberapa lama Untuk menyebar dalam rumah tangga tersebut. 7 M.pneumonia yang sudah lama berada pada host yang telah terinfeksi ini mungkin merupakan suatu faktor penting juga dalam penyakit epidemik yang disebabkan oleh organisme ini. 9 Patologi Baru sedikit informasi yang diperoleh mengenai gambaran histopatologi infeksi M.pneumonia ini pada manusia, penyakit ini jarang menyebabkan kematian. 9 Pada beberapa kematian yang telah pernah dilaporkan ditemui gambaran interstitial pneumonia dan bronkiolitis yaitu penebalan dinding bronkus karena edema, penyempitan pembuluh darah dan infiltrat dari sel mononuklear. 9,15,16 Adanya hiperemis pada cabang trakeobronkial dan paru pada umumnya 7 dan pada trakea terlihat penurunan yang jelas dari aksi cilia dan diikuti dengan hilangnya cilia dan kemudian terkelupasnya sel epitelnya. 7 Patogenese Peranan imunitas (kekebalan) tubuh manusia pada patogenese Pneumonia mikoplasma masih banyak yang belum jelas. 4 Beberapa penelitian te1ah mernperlihatkan bahwa anak yang kecil mungkin telah pernah terinfeksi M.pneumoniae, tapi menunjukkan gejala klinis. 9 Ini oleh karena antigen antibodi yang menimbulkan infiltrat kurang intensitasnya, sehingga kalau reaksi yang sangat lemah ini tidak menimbulkan e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 2

3 gejala klinik. 4 Tetapi apabila terjadi infeksi yang berulang akan menyebabkan akumulasi imunitas yang sehingga gejala klinis akan nampak jelas. 4,9 Perawatan di Chapel Hill membuktikan bahwa Anak yang lebih kecil dari 5 tahun Apabila terinfeksi M.pneumoniae jarang menimbulkan gejala klinis walaupun mempunyai antibodi yang beredar, tapi limfosit yang beredar itu tidak dapat distimulir oleh antigen M.pneumoniae, sebaliknya anak umur 5 lebih selain mempunyai beredar, juga mempunyai limfosit yang respon terhadap antigen M.pneumoniae spesifik. 9 Respon imun yang khas ditimbulkan yakni respon imun yang spesifik dan non spesifik. 4,9 Respon imun yang non spesifik yaitu Antibodi Aglutinin dingin, antibodi fiksasi komplemen, dan respon imun yang spesifik yaitu pembentukan respon imun humoral dan respon imun selular. Teknik diagnostik secara serologik pada umumnya terjadinya respon imun non spesifik. 9 Manifestasi Klinik Manifestasi klinis infeksi M.pneumonia sangat bervariasi dari yang ringan sampai berat bahkan ada yang dapat menimbulkan kematian 4,9,14 tapi hal ini sangat jarang terjadi. Infeksi M.pneumonia yang sangat ringan atau sub klinis biasannya manifestasi klinik apapun. Sedangkan infeksi yang berat dapat menimbulkan bermacam manifestasi atau komplikasi baik respiratorik maupun non respiratorik. Diantara yang terkena infeksi M. pneumonia hanya kira-kira 5-10% yang perlu rawat mondok. 5 paru adalah merupakan tempat infeksi yang terutama. 9 Penyakit ini termasuk Self limited, tapi pada keadaan tertentu atau adanya immunodefisiensi dapat mengalami komplikasi yang berat 5,7,14 tanpa adanya pengobatan, ISNA berakhir (sembuh) 1-3 minggu dan Pneumonia dapat menetap sampai 4-6 minggu. Tapi dengan pengobatan yang cepat dan tepat dapat memperpendek manifestasi klinik, kira- kira setengah kali lebih cepat 7,12 gejala yang umum pada infeksi M. Pneumonia dan yang kepala, malaise. 2,7,12,16 Demam merupakan manifestasi 100%. 4 Penderita mengalami demam, tapi biasanya jarang lebih dari 39,5 2,7,16 batuk juga diyemu hampir 100% pada penderita M. pnemonia 4,5 yang bersifat paroxismal dan non produktif dan biasanya menjadi prominen 2 atau 3 hari setelah demam. Keadaan ini sering memerlukan obat batuk untuk menekan batuknya. Batuk ini dapat mengeluarkan sputum yang encer berwarna putih, tapi jarang terjadi sputum yang purulent 2,7,13,16 Malaise kira-kira 75% dari penderita dan sakit kepala sering terjadi mengawali dari gejala. Beberapa pasien juga ada yang mengeluh sakit dada, pilek, serak, gemetar. 4,7 Infeksi saluran nafas atas juga dapat menyertai infeksi M.Pneumonia yaitu Faringitis hampir 50% dari penderita. 4,5 infeksi telinga kira-kira 20% terdiri dari otitis media, otitis externa dan bullous myringitis, semua keadaan ini telah pernah dijumpai berhubungan dengan infeksi M.pneumonia. 9,13,14 Atau kira-kira 1 / 4 1 / 2 dari pasien yang menderita M.pneumonia akan selalu mcnderita demam ditambah infeksi saluran nafas atas disertai myringitis, faringitis, bronkitis atau kombinasi ketiganya. 5,6 Pada pemeriksaan fisik (auskultasi) ditemui ronki basah hampir pada 75% dari kasus yang biasanya di sebelah bawah paru kanan Har dkk menemui ronki 66% dari kasus. 12 e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 3

4 Laporan beberapa kasus dengan gejala yang tidak spesifik yang diduga mempunyai latar belakang infeksi M.pneutnonia yaitu penyakit paru destruktif yang kronik (COPD) dan bronkitis, 4,5 dimana gambaran radiologik paru tidak sesuai dengan gambaran klinik yang ada, dan ditemuinya peninggian titer Antibodi terhadap M. pneumonia. Insidens asma yang meningkat pada infeksi M.pneumonia diduga bahwa M.pneumonia berpengaruh terhadap tonus bronkus yang menyebabkan bronkokonstriksi. 4,5 jadi dengan seringnya infeksi yang berulang dari M.pneumonia ada kemungkinan bahwa organisme ini dapat berperan dalam menimbulkan problem baru yang kronis. 9 Komplikasi Penyebaran dari infeksi di dalam paru-paru adalah Pleural effusi ringan merupakan komplikasi pulmonai yang paling sering. 7 Komplikasi yang berat dapat terjadi pada keadaan tertentu tapi jarang, misalnya SwyerJames Syndrom atau Mc Leod Syndrom, 4,5 massive pleural effusi, Pulmonari fibrosis, Bronkiolitis obliterans dan Respiratori distress syndrom pada dewasa 5 yang dapat menyebabkan kematian. Komplikasi extra pulmonal biasanya terjadi sebagai komplikasi dan penyakit pulmonal, tapi pada beberapa kasus tidak ditemui gejala pneumonia. Di Sini diagnosa ditegakkan hanya dengan pemeriksaan kultur yang positif dari M.pneumonia 7 atau adanya kenaikan empat kali atau lebih dari titer antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia. 1,7,17 Gastrointestinal Komplikasi gastrointestinal jarang, gejala yang ringan dapat berupa diare, mual, muntah dan anoreksia. 4,7 Mansel dkk pernah menemui kasus dengan hepatomegali dan hepatosplenomegali pada penelitiannya. 5 Kulit Komplikasi pada kulit jarang, 10 dan biasanya bersifat sementara, 5 terlihat rash yang bervariasi dari makular, vesikular sampai eritema multiforme mayor (Stevens Johnson Syndrom). Beberapa pasien dengan M.pneumonia mendapat lesi yang melepuh pada mulut, mata, kulit, 7 laporan kasus adanya dijumpai lest bullous pada seluruh muka, telapak tangan dan kaki, bibir yang edema dan pecah-pecah yang berdiameter antara 3 mm.-4 cm. l,l7 Umumnya, lesi ini akan sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat apabila diobati dengan baik, 1,7 tapi apabila lesi sudah mengenai cornea dapat menyebabkan kebutaan. 7 Stevens-Johnson Syndrom sering disebabkan oleh reaksi allergi obat, akan tetapi apabila hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang manifestasi kliniknya mermnjukkan pneumonia, maka hal ini dapat menolong mengkonfirmasi diagnosa klinis M.pneumonia. 7 Raynold phenomenon dapat terjadi pada penderita M.pneumonia. hipotesa yang mengatakan bahwa titer, yang tinggi dari Aglutinin dingin dapat menyebabkan trombus pada mikro sirkulasi dari ujung jari ketika terkena dengan udara dingin, sehingga menimbulkan warna pucat dan terasa sakit pada ujung jari tersebut 7 e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 4

5 Darah Hemolitik anemi dapat terjadi pada pasien yang mempunyai titer Aglutinin dingin yang sangat tinggi, yang menyebabkan hemolisa yang cepat dan berat, 2,7,16 Penurunan angka hematokrit sampai 50%, keadaan ini dapat terjadi pada minggu ke 2-3 dari perjalanan penyakitnya. 7 Chusid dkk menemui S.C.Haemoglobinopathy pada pasien M. pneumonia yang berat bersamaan dengan erupsi vesicula. 1 Neurologi Aseptik meningitis, meningoencephalitis, Guillen Barre Syndrom 7,9 tapi komplikasi ini jarang ditemui. Warren melaporkan kasus Poliomyelitis dengan adanya peninggian titer Aglutinin dingin dan Antibodi komplemen fiksasi terhadap M.pneumonia. 14 Ataksia cerebellar yang berat pernah dijumpai pada M.pneumonia. 5,12 Kardiovaskular Komplikasi kardiovaskular jarang dijumpai, tapi perikarditis, miokarditis, rheumatic fever-like syndrom pernah dijumpai.9,11,16 tapi biasanya dapat sembuh tanpa menimbulkan sequele. 7 Muskuloskeletal Artralgia merupakan komplikasi yang sering pada Muskulosketal, sedangkan artritis adalah kompiikasi yang paling jarang terjadi. Apabila keadaan ini terjadi maka artritis. akan berlanjut lebih lama, sedangkan manifestasi klinik yang lain sudah menghilang. 7 Diagnosa Secara umum kita akan curiga adanya infeksi M.pneumonia apabila ditemui : Pneumonia pada anak usia sekolah dan dewasa muda terutama dengan batuk paroximal sebagai gejala awal. 7,9,11 - Penderita dengan gejala kiinik sesuai dengan Pneumonia tapi tidak memberi respon terhadap pemberian Antibiotika golongan Penicillin. 4,12 - Pneumonia interstisial yang terjadi pada dewasa muda. 4 - Gejala klinis sesuai dengan gejala Pneumonia, tapi pemeriksaan darah hitung leukosit normal 12 Gambaran radiologik paru tidak dapat dibuat sebagai patokan diagnosa, oleh karena tidak adanya kelainan yang patognomonik tapi apabila dijumpai infiltrat pada lobus bawah paru kita dapat curiga suatu infeksi M.Pneumonia. 6,7,9 Mansel dkk menjumpai adanya infiltrat pada lobus bawah paru sekitar 66%,5 Bertentangan dengan gejala klinik yang tidak begitu menonjol dibandingkan dengan gambaran radiologisnya, tapi gambaran radiologis ini akan cepat membaik dalam waktu yang relatif singkat kurang dari seminggu. 4 Pemeriksaan laboratorium, hitung leukosit biasanya dalam batas normal atau sedikit meninggi. 9,12 Kultur dari sputum atau hapusan tenggorokan, dengan menemukan M.pneumonia adalah merupakan diagnosa pasti, tapi hal ini tidak dapat dilakukan secara rutin oleh karena memakan waktu yang lama, 2-3 minggu baru ada pertumbuhan kuman, sehingga e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 5

6 tidak dapat dipakai sebagai diagnosa untuk membenkan terapi inisial. 7,9 Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemeriksaan serologik lebih unggul dibandingkan dengan pemeriksaan isolasi atau kultur. Jadi, untuk menegakkan diagnosa M, pneumonia dibuat berdasarkan kombinasi gejala klinis dikonfirmasi radiologi ditambah dengan pemeriksaan serologik. 4 Pemeriksaan serologik dengan cara mengukur titer antibodi spesifik terhadap M.pneumonia dalam serum penderita merupakan diagnostik yang cukup sensitif dan spesifik. 7,5,18 Pemeriksaan serologik yang umum dipakai saat ini adalah pemeriksaan terhadap antibodi IgM spesifik. Antibodi Ig G spesifik, Antibodi f1uoresense, Inhibisi pertumbuhan, fiksasi komplemen dan Aglutinin dingin, 7,9,18 Metode yang dipakai untuk pemeriksaan serologik ialah Efisa (Enzym linked immunosorbent assay) atau EIA (Enzym immuno assay). 4,18 Kriteria diagnosa serologik adalah : 1. Peningkatan empat kali lipat atau lebih dari titer antibodi fikasasi komplemen terhadap M.pneumnioa. 5,12,18 2. Titer tunggal sama atau lebih besar dari 1: Pemeriksaan titer serum biasa digunakan sepasang serum, dimana serum pertama diambil pada fase akut dan serum kedua pada fase konvalesent. 2,4 diagnosa ditegakkan jika titer serum kedua sedikitnya naik dua kali lipat titer serum pertama. Beberapa peneliti mendapatkan kenaikan titer serum kedua 4 kali lipat dan titer serum pertama. 1,5 Mansel dkk menjumpai Antibodi IgM spesifik terhadap M.Pneumonia positif pada 93% infeksi yang aktif. 5 Jika dijumpai peningkatan titer Aglutinin dingin sama atau lebih besar dari 1 : 64 dapat menyokong diagnosa, lebih kurang 50% dari pasien M.Pneumonia akan mengalami kenaikan titer Aglutinin dingin. 3,6,15 Har dkk menjumpai kenaikan titer Aglutinin sampai 78%. 12 Tapi Aglutinin dingin ini tidak spesifik untuk M.Pneumonia karena dapat positif juga. pada penyakit lain, misalnya pada penyakit hemolitik anemi, penyakit liver dan virus lainnya. 3,14 Diagnosa cepat untuk M.Pneumonia saat sekarang ini yaitu dengan DNA probe test Hata dkk menemui nilai khusus untuk mendeteki infeksi M.Pneumonia. DNA probe test mempunyai sensitivitas 76% dan sensitivitas 91,7% dibandingkan dengan kultur. 10 Pengobatan 1. Antibiotika Ampisilin tidak sensitif terhadap infeksi M.Pneumonia ini, karena mikroorganisme ini tidak mempunyai dinding Sel. 9,11,8 M.Pneumoni secara invitro memperlihatkan sensitivitas terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin, 7 obat ini merupakan drug of choice untuk M.Pneumonia.16 Pada anak yang lebih kecil dari 10 tahun obat pilihan adalah eritromisin, sedangkan Tetrasiklin dianjurkan oleh karena adanya efek samping terhadap anak. 7,9 obat ini diberi dengan dosis penuh yaitu mg 4 kali sehari selama 7-10 hari. 7,2 Knight memperinci dosis: e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 6

7 Dewasa dengan BB 26 kg : Tetrasiklin 1000 mg/hari dibagi 4 dosis Eritromisin 1500 mg/hari dibagi 4 dosis Anak-anak BB 25 kg : Tetrasiklin 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis Eritromisin mg/kg BB/hari Diberi selama 2-3 minggu. 15 Dengan pemberian obat ini dalam jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang baik dengan menghilangnya manifestasi klinik secara cepat, tapi mikrorganisme ini bisa tidak segera hilang dari sputum atau hapusan tenggorokan, 9 sehingga dapat mempengaruhi fungsi paru dikemudian hari. 6,9 Obat baru saat sekarang ini yang banyak dipakai adalah Roxytromycin yaitu Antibiotik dari golongan Makrolide ternyata cukup efektif terhadap M.pneumonia dengan efek samping yang sedikit dengan pemberian yang sederhana dengan dosis 5-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis diberi per ora1, diberikan selama 7-14 hari. 6 Steroid dapat diberi bila ditemui komplikasi Stevens-Johnson Syndrom. 17 II. Simptomatik, yaitu : - istirahat- - analgetik/antipiretik - Antitussive - Asupan cairan Prognosa Infeksi M.pneumonia pada umunya baik. Tetapi beberapa laporan kasus ada yang fatal dengan adanya immunodefisiensi. Kesimpulan : 1. Telah dibicarakan mengenai infeksi M.pneumonia meliputi Epidemiologi, patologi, patogenese, manifestasi klinik, diagnosa, pengobatan serta prognosa. 2. M.pneumonia merupakan salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut dan penyebab pneumoni yang paling sering dijumpai pada usia sekolah dan dewasa muda. 3. Diagnosa ditegakkan dengan kombinasi manifestasi klinik, radiologik dan pemeriksaan serologik. 4. Pengobatan memberi hasil yang cukup baik dengan Eritromisin, Tetrasiklin dan Roxitromycin. 5. Merupakan penyakit yang Self limited, tetapi pada keadaan tertentu dapat menyebabkan komplikasi yang berat. 6. Prognosa pada umumnya baik. e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 7

8 Kepustakaan : 1. Chusid, MJ, Lachman BS, Lazerson,J : Severe mycoplasma pneumonia and vesicular eruption, in SC hemoglobinopathy. J. Pediatrics 93 : pp , Murray JF. : Atypical pneumonia syndrome, in Murray J.F, Madel J.A. Text Book of Respiratory medicine. WB.Saunders Company, Philadelphia pp : , Witjodiarjo, M.; Ghazali M.V., Said M, ; Boediman,I, ; Rahajoe, N.N.: Pengalaman tentang pemakaian Roxitromycin untuk ISNA bagian bawah pada anak. Simposium Infeksi Saluran nafas Akut, Beberapa segi kiinis praktis penanggulangannya, Jakarta 18 February Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 4. Wirjodiarjo M.; Sigarlaki JM., Boediman L, Rahajoe,N.N.; Mycoplasma sebagai penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) pada anak. MKI 38, hal , Mansel JK., Rosenow E.C., Smith F.T. and Martin,.J.W. : Mycoplasma pneumoniac, Chest 95 :pp , Williams, H.E. : Mycoplasma pneumoniae pneumonia, in Phelan, P.D., Court D, Respiratory illness in children. Blackwell scientific Publications Oxford, pp :53-54, Baum,S.G.: Mycoplasmal infections in, Wyngarden JB.Smith L.H. Cecil Text Book of Medicine 17 th Ed. WB. Saunders Company, Philadelphia, pp: , Kenny,G.B. : Mycoplasma in Sonnenwirth a.c, Jarret L, Gradwohl's clinical laboratory methods and diagnosis, 8 th Ed. The CV. Mosby Company, pp: , Denny,F.W. : Infections of the respiratory tract due to mycoplasma pnemnonia, in Kendig JR EL, Chernick V, Disorder of respository tract in children 4 th Ed.WB.Saunders Company, PhiJadelphia pp , Hata D, Kuze.F., Mochizuki Y., Mikawa It : Evaluation of DNA probe test for rapid diagnosis of mycoplasma pneumoniae infection. J.Pediatrics 116, pp : , Denny,F.W.: Mycoplasmal infection in Behrman RE, Vaughan,V.C., Neison,W.E.: Nelson Text Book of Pediatrics, 13 rd Ed. W.B.Saunders Company, Philadelphia, pp : , Har,M.Y.,Ma,C.H., Har M.H, Fan S.Y.: Mycoplasma pneumonia. The Hongkong J.Pediatrics 2, pp 8-13, Singer,J.I., DeVoe W.M.: Severe mycoplasma pneumoniae infection in otherwise healthy siblings. J.Pediatrics 95, pp , Warren P., Fischbein C., Mascoli,N., Rudolph J, Hodder,D.H.: Poliomyelitis..like syndrome caused by mycoplasma pneumoniae. J.Pediatrics 93, pp , Knight V.: Mycoplasma pneumoniae infection, in Fishman AP.: Pulmonary diseases and disorders. Mc Graw-Hill Book Company, New York, pp ,1980. e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 8

9 16. Netter, F.H.: Mycoplasmal pneumonia, in Divertie M.B., Brass A. The Ciba collection of medical illustration, Respiratory system, 7 pp , Stutman,AR.: Stevens-Johnson Syndrome and Mycoplasma Pneumonine. Evidence for cutaneous infection. J.Pediatrics III, pp , Kenny G.E.: Serologic test for diagnosi of mycoplasmic infections, in Sonnenwirth A.C., Jarett L, Gradwohl's clinical laboratory methods; and diagnosis. 8 th Ed. The C.V.Mosby Company, pp ,1980. e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 9

MYCOPLASMA PNEUMONIAE. Abstrak

MYCOPLASMA PNEUMONIAE. Abstrak MYCOPLASMA PNEUMONIAE Maria Dwi Lestari 078114031 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Abstrak Mycoplasma pneumoniae merupakan salah satu penyebab infeksi saluran nafas akut (ISNA) yang

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid akut merupakan penyakit infeksi akut bersifat sistemik yang disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal dengan Salmonella

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada saluran pernapasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan pada lokasi infeksinya terbagi menjadi dua yaitu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak didapatkan dan sering menyebabkan kematian hampir di seluruh dunia. Penyakit ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisioterapi merupakan sebuah profesi yang dinamis dengan dasar teori dan aplikasi klinik yang luas untuk memelihara, mengembangkan, dan memulihkan fungsi fisik secara

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi. BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan peradangan brokioli yang lebih kecil.edema membran

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan peradangan brokioli yang lebih kecil.edema membran 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Brokiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang ditandai dengan peradangan brokioli yang lebih kecil.edema membran mukosa yang melapisi dinding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan

Lebih terperinci

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Rita Shintawati Pendahuluan Relapsing fever (RF) demam berulang infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Gejala klinis yg khas timbulnya demam berulang diselingi periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan B A B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman

JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms. Levi Aulia Rachman JOURNAL READING Imaging of pneumonia: trends and algorithms Levi Aulia Rachman 1410.2210.27.115 Abstrak Pneumonia merupakan salah satu penyakit menular utama yang menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

AKABANE A. PENDAHULUAN

AKABANE A. PENDAHULUAN AKABANE Sinonim : Arthrogryposis Hydranencephaly A. PENDAHULUAN Akabane adalah penyakit menular non contagious yang disebabkan oleh virus dan ditandai dengan adanya Arthrogryposis (AG) disertai atau tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lansia (Lanjut usia) adalah sekelompok orang dengan usia lanjut yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Patofisiologi Batuk PENDAHULUAN REFLEKS BATUK. Dr. Tjandra Yoga Aditama

Patofisiologi Batuk PENDAHULUAN REFLEKS BATUK. Dr. Tjandra Yoga Aditama Patofisiologi Batuk Dr. Tjandra Yoga Aditama Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan, Jakarta PENDAHULUAN Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara

Lebih terperinci

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Ahmad Rizal Ganiem Dept Neurologi RS Hasan Sadikin Bandung - Indonesia Meningitis Peradangan di selubung pembungkus otak dan sumsum tulang belakang (disebut

Lebih terperinci

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri

BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salmonella sp. 2.1.1 Klasifikasi Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C termasuk famili Enterobacteriaceae, ordo Eubacteriales, kelas Schizomycetes

Lebih terperinci

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R

Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R BATUK Butet Elita Thresia Dewi Susanti Fadly Azhar Fahma Sari Herbert Regianto Layani Fransisca Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R BATUK Batuk adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pneumonia 2.1.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri

Lebih terperinci

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae Klebsiella pneumoniae Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species: Bacteria Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Klebsiella K. pneumoniae Binomial name Klebsiella

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi virus dengue maupun demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan global. Dalam tiga dekade terakhir terjadi peningkatan angka kejadian penyakit di

Lebih terperinci

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment)

Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi: 4 minggu (facilitation and assessment) 105 Bronkitis Akut Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 3 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian kompetensi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam masalah penyakit pernafasan yang sering ditemui adalah ISPA, tuberculosis, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan pnemonia.

Lebih terperinci

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand FARINGITIS AKUT Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand 1 PENDAHULUAN 2 1.DEFINISI Peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO : Musim hujan, akan merupakan yangdiharaplkan nyamuk untuk berkembang biak dan siap mencari mangsa, terutama nyamuk Aedes Aegity penyebab DBD. Hati- hati... Dewasa ini penyakit DBD masih merupakan salah

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal LATAR BELAKANG Stevens - Johnson sindrom (SJS) dan Nekrolisis epidermal (TEN) adalah reaksi obat kulit parah yang langka. Tidak ada data epidemiologi skala besar tersedia untuk penyakit ini di India. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

ASKEP PNEUMONIA. A. DEFINISI Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

ASKEP PNEUMONIA. A. DEFINISI Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. ASKEP PNEUMONIA LAPORAN PENDAHULUAN A. DEFINISI Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. B. ETIOLOGI Pneumonia dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Hepatitis B 2.1.1 Definisi Virus hepatitis adalah gangguan hati yang paling umum dan merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia.(krasteya et al, 2008) Hepatitis B adalah

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S.

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. Tinjauan Pustaka Tuberculosis Paru Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. TB Paru Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sulit ditanggulangi di Indonesia. Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

Penyebab Pneumonia. Bakteri merupakan penyebab umum, diantaranya: Streptococcus pneumoniae : Pneumonia Pneumokokus

Penyebab Pneumonia. Bakteri merupakan penyebab umum, diantaranya: Streptococcus pneumoniae : Pneumonia Pneumokokus PNEUMONIA Pnemonia adalah infeksi akut pada paru-paru, ketika paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi ganguan pernapasan, akibat kemampuan paruparu menyerap oksigen berkurang. ETIOLOGI Penyebab Pneumonia

Lebih terperinci

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun 13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun 1) Pengertian a) Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita 2.1.1 Definisi Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah lima tahun (Muaris

Lebih terperinci

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan

Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RS. Dr. Pirngadi Medan Pola Lekemia Limfoblastika akut di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUSU/RS. Dr. Pirngadi Medan Zairul Arifin Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Abstrak Telah dilakukan suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci