BAB I PENDAHULUAN. Drama yang berarti tindakan berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Drama yang berarti tindakan berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama yang berarti tindakan berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai. Kemudian drama dibagi menjadi dua cabang menjadi drama naskah dan drama pentas. Drama naskah bisa disetarakan dengan jenis karya sastra lain seperti puisi. Drama pentas adalah suatu kesenian mandiri yang dibentuk dari berbagai macam unsur. Unsur yang dimaksud seperti musik, kostum, dan sebagainya (Waluyo, 2001: 2). Sesuai dengan perkembangan zaman, drama naskah dan drama pentas dikemas sedemikian rupa agar lebih memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini drama di televisi atau yang lebih populer di Indonesia dengan istilah serial televisi adalah bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat selain bentuk suatu karya seni itu sendiri. (Adi, 2011: 25). Berbeda dengan di Indonesia, di Korea istilah drama dipakai untuk menyebut serial yang ditayangkan di televisi. Drama di Korea sering mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan sosial masyarakatnya. Namun, drama God s Quiz mengusung tema yang tergolong baru di antara drama Korea lain yang sudah ditayangkan. Drama Korea God s Quiz yang ditulis oleh Park Jae-Bum mengangkat tema misteri kejahatan dalam dunia medis adalah drama yang berbeda di Korea. Hingga tahun 2012, God s Quiz memiliki 3 seri yang menyajikan hal-hal yang 1

2 2 tidak biasa dibicarakan di kehidupan sosial yaitu penyakit-penyakit langka yang ada di dunia pada umunnya, di Korea pada khususnya. Drama ini disiarkan di stasiun televisi yang popular ditahun 2000-an, yaitu OCN. Seri pertama dirilis pada tahun 2010 memiliki 10 episode yang disutradarai oleh Lee Joon-Hyeong. Lalu ditahun berikutnya seri kedua sebanyak 12 episode dirilis dengan sutradara yang berbeda yaitu Lee Jung-Pyo. Sedangkan ditahun 2012, seri yang disutradarai oleh Ahn Jin-Woo dirilis sebanyak 12 episode ( Meskipun begitu, setiap seri drama ini masih memiliki karakter yang kuat. Di tiap episodenya satu atau beberapa jenis penyakit langka dijadikan sebuah topik utama. Potongan-potongan cerita tentang kehidupan pribadi tokoh utama ada di setiap episode yang kemudian akan memuncak pada episode-episode terakhir. Selain itu, God s Quiz musim pertama hingga musim ketiga memiliki kesinambungan yang saling membangun cerita utama yang melatarbelakangi kehidupan si tokoh utama. Sebelum drama God s Quiz dirilis, cara penyusunan cerita yang seperti ini tidak banyak digunakan untuk sebuah drama di Korea. Tema tentang penyakit langka memang terkadang sedikit sulit untuk diterima oleh penonton yang tidak berminat dengan dunia kesehatan. Namun, penjelasan singkat tentang penyakit yang sedang dibahas di tiap episodenya selalu ditampilkan seperti catatan tambahan. Hal tersebut bertujuan agar penonton bisa tahu tentang pengertian sebuah jenis penyakit yang sedang dibicarakan oleh para tokoh. Penonton bisa mengikuti cerita tanpa mengerti detail penyakit tersebut,

3 3 tetapi bisa juga ikut berpikir mengikuti jalan cerita yang disusun secara tumpang tindih. Jadi drama ini menyajikan sesuatu yang baru untuk dunia drama di Korea. Tokoh utama drama God s Quiz bernama Han Jin Woo sebagai seorang dokter dan peneliti sangat dominan di dalam jalan cerita drama ini. Dalam drama ini diceritakan bahwa Han Jin Woo memiliki kepribadian lebih dari satu yang disebut kepribadian ganda. Fenomena kepribadian ganda jarang dibahas oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Selain itu, kepribadian ganda di dalam drama ini menjadi titik balik kedua Han Jin Woo setelah titik balik pertamanya terjadi saat Jung Ha Yoon datang kembali. Kepribadian ganda Han Jin Woo juga memiliki pengaruh besar dalam konflik pribadi dan konflik dengan tokoh lainnya di seri ketiga. Konflik-konflik internal dan eksternal yang dimiliki Han Jin Woo ini membuat jalan cerita drama God s Quiz berbeda dengan drama Korea pada umumnya. Oleh karena itu, tema mengenai kepribadian ganda yang dimiliki oleh tokoh utama drama Korea berjudul God s Quiz menarik untuk dijadikan penelitian. Definisi kepribadian ganda sendiri adalah adanya dua atau lebih identitas lain yang berbeda dari kepribadian inti seseorang. Kepribadian inti dan kedua Han Jin Woo berbeda. Kepribadian kedua yang muncul sepenuhnya di seri ketiga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan Han Jin Woo untuk menyelesaikan berbagai masalah. Namun, sosok kepribadian keduanya juga menimbulkan berbagai masalah kepada Han Jin Woo. Kerja sama antara dua sisi kepribadian ini semakin membuat akhir drama God s Quiz seri ketiga berbeda dari drama yang lain.

4 4 Karakter Han Jin Woo sebagai karakter utama di jalan cerita sesuai dengan teori Neurosis Horney menunjukkan kecenderungan sebagai karakter tipe pengalah. Selain itu, karakter dominan kepribadian kedua Han Jin Woo menunjukkan kecenderungan sebagai tipe pemberontak. Menurut teori ini keseluruhan klasifikasi kebutuhan dalam penentuan tipe kepribadian seharusnya memiliki kapasitas yang sama besar. Hal inilah yang disebut dengan keseimbangan faktor kebutuhan tiap individu yang membuat seseorang tidak dianggap abnormal. Film Korea yang juga mengangkat tokoh berkepribadian ganda adalah Two Faces of My Girlfriend yang dirilis tahun 2007 ( Film ini bergenre komedi romantis yang menceritakan seorang laki-laki berumur 30-an yang belum pernah memiliki pacar. Kemudian disebuah kesempatan dia bertemu dengan A Ni, perempuan yang manis dan kalem yang membuat dia jatuh cinta. Mereka lalu berpacaran dan setelah itu baru muncul sosok Ha Ni yang merupakan kepribadian kedua dari A Ni. Mereka berdua sangat berbeda. A Ni yang lembut dengan Ha Ni yang kuat dan kasar. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalahmasalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: a) Bagaimana karakter kepribadian dominan pertama dan kedua Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney?

5 5 b) Faktor apa saja yang menjadi penyebab munculnya kepribadian dominan kedua Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney? 3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah hal-hal yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah sebelumnya agar terdapat suatu hasil yang jelas. Tujuan penelitian tersebut adalah: a) Menemukan karakter kepribadian dominan pertama dan kedua Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney b) Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kepribadian dominan kedua didalam diri Han Jin Woo menurut teori Neurosis Horney. 4. Manfaat Penelitian praktis. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan secara a) Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk menguatkan teori Neurosis Horney yang bersangkutan dengan objek penelitian. Penelitian ini juga diharapkan bisa menambah jumlah penelitian yang menggunakan teori Neurosis untuk menganalisis objek mengenai kepribadian. Selain itu, teori neurosis juga diharapkan bisa menjadi teori utama untuk penelitian berikutnya.

6 6 b) Praktis Hasil penelitian ini juga diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak yang membacanya. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan kepada para peneliti yang ingin membahas tema yang sama. Juga bisa memberikan manfaat kepada masyarakat atas informasi dan hasil penelitian yang telah ditulis. 5. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah kumpulan penelitian terdahulu dengan tema atau objek yang sama tetapi dengan pembahasan yang berbeda. Suhartini (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kepribadian Ganda Tokoh Utama Novel Sukyandaru Karya Enddo Shuusaku: Berdasarkan Teori Karakter Manusia Bertipe Biofili-Nekrofili Erich Fromm juga membahas mengenai kepribadian ganda. Pembahasan yang ditulis di dalam penelitian tersebut membagi ciri-ciri kepribadian yang utama dengan kedua dari tokoh utama yang berlatar belakang seorang penulis. Kedua kepribadian yang dimiliki oleh Suguro dibagi menjadi Biofili, yaitu tipe yang memiliki kesenangan terhadap sebuah kehidupan dan Nekrofili, yaitu tipe yang memiliki ketertarikan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kematian yang tidak tidak alami. Hal tersebut berdasarkan teori yang dipakai menurut Erich Fromm. Pembahasan dalam penelitian tersebut dengan penelitian yang akan ditulis ini berbeda. Dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang faktor dan karakter kepribadian utama dan kedua yang dimiliki oleh tokoh utama dalam

7 7 drama God s Quiz menurut teori Neurosis. Teori ini berbeda dengan teori yang ditulis oleh Fromm. Hal ini didasari juga oleh kepribadian utama dan kedua Han Jin Woo tidaklah bertolakbelakang. Teori Fromm di penelitian tersebut menentukan bahwa karakter biofili dan nekrofili yang dimiliki Suguro bertolakbelakang. Sesuai dengan peran psikologi, Sumadi mengemukakan bahwa Psikologi berusaha mencari unsur dasar dari kesadaran dan menentukan unsur-unsur itu bergabung (Sumadi, 2003: 121). Hal tersebut sangat berbeda dengan pembahasan penelitian sebelumnya yang bukan mengemukakan unsur-unsur yang membentuk kepribadian hingga munculnya kepribadian lain. Selain itu, pola kepribadian antara kedua tokoh tersebut juga sangat berbeda. 6. Landasan Teori Teori Neurosis yang ditulis oleh Psikolog asal Jerman bernama Horney akan diterapkan untuk mengkaji fenomena kepribadian ganda Han Jin Woo. Karen Horney lahir di Jerman pada tanggal 16 September 1885 dan meninggal di New York pada tanggal 4 Desember Dia memulai karir sebagai psikoanalisis di Berlin. Setelahnya dia pindah ke New York untuk melakukan praktik dan mengajar (Calvin S. Hall.,1978: 263). Teori ini adalah salah satu teori dari bidang psikologi humanistik yang merupakan bidang baru yang bertujuan untuk melengkapi teori-teori sebelumnya terutama teori Freud. Melalui teori ini Horney menetapkan konsep utama kepribadian berasal dari segala hal yang mengganggu rasa aman akan

8 8 menghasilkan kecemasan dasar. Kecemasan dasar ini membuat seseorang merasa bahwa dirinya menjaga rasa aman dengan menempuh berbagai cara (Horney via Calvin S. Hall, 1978: 265). Menurut Horney via Calvin S. Hall (1978: 264) kompleks Oedipus yang diangkat Freud bukan merupakan konflik seksual dan agresi yang dialami antara anak dan orang tua. Namun, hal itu adalah kecemasan yang muncul akibat dari gangguan dasar sebagai contoh perlindungan berlebihan atau kurang, tanggung jawab yang terlalu banyak atau kurang, dan sebagainya. Istilah agresi menurut Horney (idim) adalah tindakan yang diambil seseorang untuk melindungi rasa amannya dan tidak bersifat bawaan. Selain itu, masalah dalam individu tidak berawal dari sudut pandang yang melihat sisi biologis dan fisik seorang individu. Masalah dalam Individu justru berawal dari dalam diri individu itu sendiri. Sisi psikologis atau mental seorang individu yang menjadi masalah individu. Tindakan-tindakan untuk mendapatkan rasa aman bersifat reaktif. Individu yang mendapat perlakuan yang berlebihan atau justru merasa kekurangan akan memberikan reaksi. Reaksi itu adalah bentuk usaha individu untuk tetap menghindari rasa amannya terganggu. Sebagai contoh anak yang kekurangan kasih sayang dari orang tuanya akan mencari kasih sayang dari luar lingkungan keluarga atau berusaha mendapatkan perhatian orang tua yang lebih dengan cara menuruti perintah dan kemauan orang tuanya. Hal ini adalah bentuk usaha seorang anak agar rasa amannya tidak terganggu. Namun, usaha untuk mendapatkan rasa aman itu bisa berbentuk usaha yang agresif. Sebagai contoh seorang anak bisa menjadi anak yang tidak takut

9 9 untuk berbuat sewenang-wenang. Dia tidak takut untuk memaksa orang lain untuk mencintainya dan tidak menolaknya. Hal ini dilakukannya agar dia bisa mendapatkan kembali rasa cinta dan kasih sayan yang tidak dia dapatkan atau kurang dia peroleh. Reaksi yang berbeda ini sangat menentukan karakteristik anak ke depannya. Dia akan menjadi orang yang menuruti kemauan orang lain atau orang yang melawan pendapat orang lain. Horney juga berpendapat bahwa kondisi neurotik adalah proses yang selalu berjalan karena kebutuhan-kebutuhan neurotik akan menjadi sebuah lingkaran setan (1945: 43). Proses ini adalah gambaran seorang individu yang selalu diliputi kecemasan dasar karena kehangatan dan kasih sayang yang tidak cukup diperoleh. Kemudian bermula dari kecemasan dasar ini, timbullah kemarahan dasar yang harus ditekan agar seorang individu bisa mendapatkan kasih sayang. Kemarahan dasar ini muncul secara naluriah. Jika proses tersebut tidak bisa dikelola dengan baik maka neurosis akan semakin menekan seseorang sehingga sulit untuk keluar. Neurosis adalah suatu trauma psikis yang terjadi tetapi trauma-trauma tersebut tidak diberi reaksi langsung tetapi ditekan ke bawah alam sadar (Brouwer, 1882: 226). Saat seorang individu merasa tertekan maka melalui alam bawah sadarnya, dia akan berusaha membentuk proteksi. Proteksi tersebut hanya mengubur tekanan yang diterima sehingga tanpa disadari tekanan-tekanan itu semakin lama semakin menumpuk. Oleh sebab itu, neurosis bisa juga disebut sebagai ketimpangan mental seperti depresi. Menurut Horney via Calvin S. Hall

10 10 (1978: 266) ada 10 klasifikasi kebutuhan yang muncul akibat dari neurosis yang kemudian disebut neurotic needs atau neurotic trends, yaitu: 1. Kebutuhan akan cinta dan penerimaan 2. Kebutuhan akan pasangan 3. Kebutuhan akan kekuasaan 4. Kebutuhan untuk mengeksploitasi orang lain 5. Kebutuhan akan martabat 6. Kebutuhan untuk dikagumi 7. Kebutuhan akan pencapaian pribadi 8. Kebutuhan akan kecukupan pribadi dan kemandirian 9. Kebutuhan akan kesempurnaan 10. Kebutuhan untuk membatasi kehidupan Dari kesepuluh klasifikasi tersebut, dibagi menjadi tiga tipe karakter individu, yaitu: 1. Tipe Pengalah Tipe ini terdiri dari klasifikasi kebutuhan akan cinta dan pengakuan serta kebutuhan akan pasangan. Individu yang berorientasi tipe ini menganggap orang lain sangat berarti sehingga memiliki ketergantungan terhadap keberadaan orang lain. Selain itu, dia ingin dicintai, diterima, suka menyalahkan diri sendiri dan cenderung mau mengorbankan diri sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Horney via Calvin S. Hall, bahwa ciri dari individu yang memiliki kebutuhan neurotik pada nomor satu ini sangat peka terhadap bentuk-bentuk penolakan atau ketidakramahan (1978:266). Hal ini

11 11 dikarenakan individu dengan tipe pengalah sangat benci diabaikan. Dia ingin selalu mendapat perhatian dari orang yang sedang bersamanya dan dari orangorang yang dicintainya. A third typical feature is a part of his general dependence upon others. This is his unconscious tendency to rate himself by what others think of him. His self-esteem rises and falls with their approval or disapproval, their affection or lack of it. Hence any rejection is actually catastrophic for him.(horney, 1945: 20) Tipe pengalah memiliki kecenderungan untuk menilai dirinya berdasarkan pendapat orang lain. Hal ini disebabkan oleh perasaan ketergantungannya kepada orang lain yang termasuk besar. Dia menjadi individu yang sangat peka terhadap bentuk penolakan atau pengabaian karena pemikirannya sangat tergantung kepada orang lain. Horney via Calvin S. Hall, menjelaskan bahwa perilaku individu berkebutuhan neurotik akan pasangan salah satunya adalah mereka takut untuk ditinggal sendirian (1978: 118). Dalam hal ini, individu yang sudah mendapatkan pasangan atau orang yang dipercayai dan disayanginya memiliki perasaan takut jika orang itu pergi. Jika orang itu pergi meninggalkan individu neurotik meskipun dalam waktu sebentar, maka dia akan merasa sangat cemas. Individu tipe pengalah merasa aman apabila orang yang dipercayainya ada. Dia merasa bisa menyalurkan kasih sayangnya sehingga orang yang dipercayainya menjadi senang. Tindakan ini adalah bentuk perilaku individu neurotik untuk mendapat perhatian yang lebih dari orang-orang itu. Selain itu, dia

12 12 sangat mengutamakan perasaan orang lain. Dia bisa melakukan tindakan yang diluar nalar hanya demi orang lain. Seperti yang ditulis oleh Horney dalam bukunya He becomes unselfsih, self-sacrificing, undemanding- except for his unbounded desire for affection (1945, 19). Individu neurotik ini jelas menginginkan kasih sayang tetapi dia menjadi individu yang tidak egois. Dia sangat memikirkan perasaan orang lain. Oleh karena itu, dia bisa mengorbankan diri dengan melakukan tindakan yang berbahaya sekalipun demi orang yang disayanginya. 2. Tipe Pemberontak Tipe ini terdiri dari klasifikasi kebutuhan akan kekuasaan, mengeksploitasi orang lain, martabat, dikagumi, dan kebutuhan akan pencapaian pribadi. Individu dengan orientasi tipe dua ini sangat bertentangan dengan orang lain, agresif, mudah menunjukkan kemarahan, dan ingin menguasai serta menindas orang lain. Selain itu, dia tidak pernah menunjukan rasa takut maupun belas kasih kepada orang lain. Individu tipe ini juga menjalin hubungan dengan orang lain dengan pertimbangan untung rugi (Horney, 1945: 23). Demi mencapai keinginannya, Tipe pemberontak bisa melakukan tindakan sadis kepada orang lain. Sesuai dengan yang ditulis Horney (1945,71) bahwa individu sadis mengerti kelemahan orang lain. Kecenderungan yang dimiliki oleh individu sadis adalah untuk membuat orang lain merasa semakin lemah. Tipe pemberontak yang memiliki sifat yang agresif bisa melakukan tindakan sadis. Tindakan ini adalah bentuk usahanya untuk mendapatkan kuasa atas orang lain. Dia sangat ingin menguasai orang lain dalam artian membuat orang lain menuruti

13 13 kemauannya. Oleh karena itu, individu ini sangat mengerti titik lemah orang lain yang bisa dia gunakan untuk membuat orang lain tidak berdaya. Horney juga menulis mengenai perilaku tipe pemberontak (1945: 24) He is alert and keen in an argument and will go out of his way to launch one for the sake of proving he is right. He may be at his best when his back is to the wall and there is no altenative but to fight. Berkaitan dengan tindakan sadis yang dilakukan oleh individu neurotik, tindakan tersebut akan dilakukannya jika dia sudah terpojok. Individu pemberontak sangat peka terhadap perbedaan pendirian. Dia bisa melakukan tindakan dalam bentuk yang bermacam-macam hanya untuk membuktikan bahwa dia benar. Horney (1945: 24) menulis bahwa tipe Pemberontak melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk menjadi kompetitor yang baik. Dia akan mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk mengalahkan orang lain yang dianggapnya sebagai saingan. Jika ada orang yang menantangnya dia akan menerima tantangan tersebut. Dia sebenarnya hanya ingin membuktikan bahwa dia yang lebih dalam hal-hal tertentu daripada orang yang menantang dirinya. Horney (1945: 25) juga menjelaskan bahwa tipe pemberontak beranggapan bentuk rasa simpati atau rasa patuh akan membuat kehidupan ideal yang sudah dia rancang akan menjadi rusak. Bentuk kehidupan ideal maksudnya adalah kehidupan yang dia inginkan. Sebagai contoh kehidupan tanpa kendali dari orang lain. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa tipe pemberontak sangat agresif, dia memiliki kecenderungan untuk berdiri diatas orang lain. Dia sudah pasti tidak suka diperintah dan diatur. Oleh karena itu bentuk rasa simpati

14 14 dari orang lain dan rasa patuh kepada orang lain adalah hal-hal yang sangat dia hindari. Menurutnya kedua bentuk perilaku tersebut akan membuat dia bergantung kepada orang lain. Berikutnya, individu tipe pemberontak memiliki kebutuhan neurotik akan martabat yang tinggi. Kebutuhan ini membuat individu bisa melakukan suatu tindakan yang membuat orang lain merasa dipermalukan atau dihina (Horney, 1937:178). Dengan mempermalukan orang lain, dia merasa mendapatkan harga diri yang lebih tinggi lagi. Tindakan yang diambil bisa bermacam-macam. Bisa dilakukan secara langsung atau bahkan secara tidak langsung. Dia bisa melakukannya di depan orang lain agar lebih terlihat atau bisa juga secara sembunyi-sembunyi karena dorongan untuk meraih kepuasan pribadi yang lebih tinggi. 3. Tipe Penyediri Tipe ketiga ini terdiri dari klasifikasi kebutuhan akan kecukupan pribadi dan kemandirian, kebutuhan akan kesempurnaan, serta kebutuhan untuk membatasi kehidupan. Tipe terakhir ini adalah tipe individu yang menjauh dari kenyataan. Tidak ingin terlibat secara emosi dengan orang lain mulai dari cinta hingga benci. Tipe ini sangat ingin menjalani hidup sendiri tanpa tergantung orang lain (Horney, 1945: 27). Sebenarnya ketiga tipe orientasi di atas ada di setiap individu dengan porsi yang seimbang dan fleksibel. Namun, terhadap orang neurotik diantara ketiga tipe tersebut tidak berjalan secara seimbang sehingga seseorang hanya bisa

15 15 menjalankan satu orientasi yang dominan saja. Karakter yang dominanlah yang memegang peranan dia sebagai karakter tertentu (Horney, 1945: 18). Penyampaian perwatakan tokoh Han Jin Woo memakai metode tidak langsung. Metode tidak langsung adalah metode yang digunakan si pengarang untuk menunjukan perwatakan tokoh hanya melalui percakapan dan tindakan masing-masing tokoh. (Minderop, 2010: 77). Jadi watak kepribadian Han Jin Woo hanya bisa dianalisis dari tindakan dan percakapan antar tokoh. 7. Metode Penelitian a. Metode Pengumpulan Data Data-data yang berkaitan dengan drama God s Quiz didapat secara online. Penulis mencari naskah drama tersebut sebagai penunjang agar proses analisa menjadi lebih mudah. Selain data yang berkaitan dengan kedua objek tersebut, penulis juga mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan psikologi kepribadian. Buku-buku tersebut berguna untuk menjadi referensi dalam penulisan kajian ini. b. Metode Analisis Data Kepribadian ganda Han Jin Woo akan diteliti menggunakan kajian Neurosis Horney. Tahap pertama penulis akan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kepribadian ganda Han Jin Woo yang memiliki kecenderungan yang sesuai dengan teori. Data-data yang berupa percakapan dan kalimat tak langsung seperti catatan akan digunakan untuk menemukan karakter-karakter kepribadian dominan pertama dan kedua Han Jin Woo. Selain itu, faktor-faktor

16 16 penyebab munculnya kepribadian kedua Han Jin Woo juga akan dianalisis melalui percakapan antar tokoh. Untuk menganalisa data yang sudah didapat, penulis pertama-tama memilih percakapan dalam drama yang menunjukkan kategori yang sama dengan teori. Setelah memilih percakapan yang benar, penulis lalu menerjemahkan percakapan tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Proses penerjemahan dilakukan dengan alat bantu berupa kamus buku dan kamus online dari situs korea bernama Naver. Tahap analisis dilakukan untuk menemukan karakter yang sesuai dengan menggunakan teori Neurosis Horney. Proses analisis dilakukan dengan cara menjelaskan kondisi adegan dalam kutipan percakapan yang diambil. Setelah itu, makna dan maksud tokoh dalam percakapan digunakan untuk mengkategorikan sifat-sifat Han Jin Woo menurut teori. Metode ini adalah bentuk penelitian dengan pendekatan psikologi kepribadian yang melihat kepribadian merupakan hasil dari perkembangan individu dan cara komunikasi individu tersebut dengan lingkungan ( Kemudian kesimpulan akan ditulis berdasarkan analisis pada Bab II dan Bab III. 8. Sistematika Penyajian Penelitian ini tersusun atas Bab I yang berisikan Pendahuluan dengan rincian sub-bab berupa Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Landasan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penyajian.

17 17 Bab II merupakan isi dengan analisis mengenai karakteristik kepribadian dominan pertama dan kedua tokoh utama dengan subbab berisikan tipe pengalah yang terdiri dari tipe kebutuhan neurotik akan cinta dan penerimaan serta kebutuhan akan pasangan. Kemudian pada subbab kedua berisikan tentang tipe pemberontak yang terdiri dari tipe kebutuhan neurotik akan kekuasaan, Kebutuhan akan mengeksploitasi orang lain, Kebutuhan untuk martabat atau gengsi, Kebutuhan untuk dikagumi, dan terakhir Kebutuhan akan pencapaian pribadi. Bab III adalah bab isi juga yang berisikan analisis faktor-faktor penyebab munculnya kepribadian dominan kedua. Faktor-faktor yang berkaitan dibagi menjadi dua, yaitu faktor psikis yang berisi tuntutan dari orang di sekitar Han Jin Woo, menyimpan rahasia, dan masalah di masa lalu yang muncul. Kemudian faktor fisik yang berisi sakit kepala dan kelelahan. Bab IV adalah bab terakhir yang akan berisikan kesimpulan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan. Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Psikologi Transgender Pada Tokoh Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Dalam bab ini, penulis akan menjabarkan ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim prinsip kesantunan tuturan tokoh-tokoh dalam drama serial Korea God s Quiz. Setelah melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sering disebut sebagai dunia dalam kata, bukan dunia manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa diterjemahkan kembali ke dalam

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Melalui analisis yang telah dilakukan oleh penulis, berdasarkan teori psikoanalisis

Bab 4. Simpulan dan Saran. Melalui analisis yang telah dilakukan oleh penulis, berdasarkan teori psikoanalisis Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Melalui analisis yang telah dilakukan oleh penulis, berdasarkan teori psikoanalisis sosial Karen Horney, dapat dipahami kecemasan yang dialami oleh tokoh Aku. Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam karya tulis yang mampu menggetarkan jiwa dan merupakan suatu yang indah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sastra merupakan hasil dari perwujudan pemikiran manusia tentang sesuatu yang dilihatnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Ibaraki. Dia lahir pada tanggal 26 Januari Namanya mulai dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Ibaraki. Dia lahir pada tanggal 26 Januari Namanya mulai dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suzuran No Saku Koro Ni merupakan salah satu cerita pendek yang ditulis oleh Yukino Sai. Yukino Sai adalah sastrawan modern Jepang yang berasal dari Provinsi Ibaraki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi semenarik mungkin agar penonton tidak merasa bosan. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Film merupakan gambar bergerak yang di dalamnya memiliki alur dan cerita yang menarik untuk menghibur para penonton. Alur dan cerita pada film diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penolakan Sosial 2.1.1 Konsep Penolakan Sosial Penolakan merupakan keadaan yang sangat umum dan berpotensi untuk menimbulkan stress. Keinginan untuk mendapatkan penerimaan (acceptance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba.

BAB I PENDAHULUAN. peneliti ingin meneliti salah satu karya dari Asa Nonami berjudul Kogoeru Kiba. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asa Nonami merupakan seorang novelis terkenal di Jepang, ia lahir pada 19 Agustus 1960 di Tokyo. Asa Nonami adalah penulis cerita fiksi kejahatan dan cerita horor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney)

KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney) KONFLIK ITRAPSIKIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney) Disusun Oleh: NURUL INTAN MAULUDIYAH - 13010113130106 FAKULTAS ILMU BUDAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberitaan mengenai kekerasan di media cetak maupun elektronik akhir-akhir ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah tangga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Media massa saat ini tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi sebagai bagian dari media massa elektronik telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah media dari kehidupan masyarakat yang tergambar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah media dari kehidupan masyarakat yang tergambar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah media dari kehidupan masyarakat yang tergambar dalam sebuah tulisan-tulisan fiksi. Sastra sangat dekat dengan masyarakat. Sastra bukan hanya sekadar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FTV BERTEMAKAN CINTA DAN INTENSITAS

BAB II GAMBARAN UMUM RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FTV BERTEMAKAN CINTA DAN INTENSITAS BAB II GAMBARAN UMUM RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FTV BERTEMAKAN CINTA DAN INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA & ANAK DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA Pada masa perkembangan teknologi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih Manusia dan Cinta Kasih Cinta kasih Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189),

Bab 1. Pendahuluan. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012 : Hal 189), Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Di zaman sekarang ini rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita dengan kata drama. Drama sendiri berarti perbuatan, tindakan, menurut Yapi Tambayong (2012

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Latar belakang..., Ardhanariswari, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Shitsurakuen karya Watanabe Jun ichi adalah sebuah karya yang relatif baru dalam dunia kesusastraan Jepang. Meskipun dianggap sebagai novel yang kontroversial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang sastra dan budaya. Selain itu, Jepang juga melahirkan banyak penulis berbakat. Salah satunya

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

Kecenderungan Neurotik Tokoh Utama dalam Novel Kerumunan Terakhir Karya Okky Madasari (Kajian Psikoanalisis Karen Horney)

Kecenderungan Neurotik Tokoh Utama dalam Novel Kerumunan Terakhir Karya Okky Madasari (Kajian Psikoanalisis Karen Horney) KECENDERUNGAN NEUROTIK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI (KAJIAN PSIKOANALISIS SOSIAL KAREN HORNEY) Ike Dwi Jayanti S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan

Bab 1. Pendahuluan. Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui merupakan suatu negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian

Psikologi Kepribadian MODUL PERKULIAHAN Psikologi Kepribadian I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61101 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai pembahasan teori

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia 2.1 Konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Konflik Batin Konflik adalah pertentangan antarkekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia yang tidak dapat dihindari. Konflik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film,

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki beraneka ragam seni kebudayaan seperti matsuri, odori, film, ongaku, haiku dan lain-lain. Film Jepang adalah film yang diproduksi untuk diputar di Jepang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keberhasilan ekonomi sebagai akibat dari kemajuan teknologi menjadikan Jepang sebagai negara Asia yang penting. Begitu juga dengan kebudayaannya. Jepang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata sastra diambil dari bahasa latin dan juga sansekerta yang secara harafiah keduanya diartikan sebagai tulisan. Sastra merupakan seni dan karya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya, kemudian hanya sekadar mendengarkannya saja atau meminta ke. stasiun radio untuk memutarkan lagu tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya, kemudian hanya sekadar mendengarkannya saja atau meminta ke. stasiun radio untuk memutarkan lagu tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Lagu merupakan aspek yang sudah tidak asing dalam kehidupan manusia, terutama karena lagu berperan sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan. Ketika manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam ilmu multimedia, animasi merupakan hasil dari kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa melalui sebuah aplikasi multimedia sehingga menghasilkan gambar

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bunyi yang arbitrer yang di gunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja

BAB I PENDAHULUAN. bunyi yang arbitrer yang di gunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Badudu (dalam Chaer, Abdul 1994 : 32) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang di gunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra mempunyai beberapa definisi, yaitu karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai ilmu pengetahuan. Badrun mengungkapkan definisi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) (Chang et al, 2008). Noh

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) (Chang et al, 2008). Noh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Verbal abuse adalah perilaku secara lisan yang dianggap kasar seperti mengancam anak, mengancam anak untuk keluar rumah, memaki anak, memanggil anak dengan sebutan

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Matematika Pernikahan

Matematika Pernikahan Matematika Pernikahan Pernikahan adalah karunia terpenting yang diberikan kepada umat manusia selama seminggu masa Penciptaan. Setelah menciptakan dunia yang sempurna, dilengkapi dengan segala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dan memegang peranan besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikis dan fisik yang saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku yang kompleks dan dinamis dalam setiap individu.

Lebih terperinci