BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perancangan produk telah banyak dilakukan, metode penelitian yang dilakukan juga sangat beragam. Perancangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memecahkan masalah dengan menerapkan teknologi yang bertujuan untuk mendapatkan solusi terbaik. Perancangan suatu produk sangat dibutuhkan untuk membantu tugas-tugas manusia dalam melakukan proses pengerjaan agar didapat hasil yang optimal. Perancangan perlu memperhatikan efisiensi, kemudahan, biaya yang semurah mungkin, faktor keamanan, dan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi kehidupan manusia. M Imran Rosyidi (2013) melakukan perancangan mesin pengepak sampah plastik dengan sistem pneumatik dengan menggunakan daya motor 6.42 kw untuk menggerakkan batang silinder 30mm dan silinder 140 mm. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode rasional. Perancangan ini di awali dengan perancangan dan pengembangan produk, analisis biaya material, analisis biaya proses dan kemudian mempersiapkan alat yang di gunakan untuk pengambilan data. Djeni Hendra (2012) melakukan penilitian tentang rekayasa pembuatan mesin cetak pellet kayu dengan kapasitas 2.67 kg/jam dengan lubang cetakan dibuat dengan ukuran diameter 15 mm dan panjang 110 mm serta menggunakan sistem hidrolik dengan tekanan 1500 psi/40 lubang untuk mencetak pellet kayu. Menggunakan metode eksperimen terhadap prototype dengan pengujian pada berbagai jenis kayu. Wawan Trisnadi (2013) melakukan penelitian tentang sistem perencanaan mesin pengepresan plastik. Karakteristik sampah plastik yang susah terurai mengakibatkan penumpukan sampah sehingga memerlukan metode untuk mengurangi volume sampah plastik, salah satu caranya dengan mesin pengepresan. Tipe plastik dibedakan PET, PP dan Campuran dengan penyusutan 0,5 kg. Perancangan mesin pengepresan manual menggunakan powerscrew sebagai penggeraknya dan terdapat heater berupa kompor LPG untuk melelehkan plastik. Ariawan Wahyu (2014) melakukan penelitian tentang perancangan mesin pencetak 4

2 garam bricket dengan sistem crankshaft penggerak motor listrik dua pk menggunakan metode rasional dalam melakukan analisa permasalahan serta dari beberapa alternative design yang sudah ada dipilih desain dimensi mesin pres 100x100x150 cm menggunakan sistem crankshaft sebagai penggerak silinder dengan kapasitas 450 kubus/jam Penelitian Sekarang Penelitian sekarang menggunakan metode rasional dengan brainstorming dan pengolahan atribut dengan QFD untuk mendapatkan rancangan mesin press sampah. Tujuan rancangan tersebut untuk meningkatkan kapasitas volume sampah yang mampu di angkut kontainer menuju TPA Sanggrahan. Harapan output penelitian berupa gambar rancangan 2D dan 3D dengan software SOLIDWORK, perhitungan harga pembuatan produk rancangan. 5

3 Tabel 2.1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang Deskripsi Masalah yang dihadapi Obyek penelitian M Imran Rosyidi (2013) Belum efektif dan effisien proses pengepakan sampah plastic Rancang bangun mesin pengepakan plastic Djeni Hendra (2012) Wawan Trisnadi (2013) Belum memiliki rancangan mesin pellet kayu Rekayasa pembuatan mesin pellet kayu Penumpukan sampah plastik menyebabkan banjir di Kabupaten Ponorogo Perencanaan alat pengepres plastik Ariyawan Wahyu (2014) Belum efektifnya mesin press garam yang sudah ada untuk meningkatkan kapasitas produksi Perancangan mesin press garam sistem crankshaft penggerak 2 pk Penelitian Sekarang (2016) belum memiliki mesin press sampah untuk meningkatkan kapasitas daya angkut Perancangan mesin pres sampah residu Metode penelitian Rasional Eksperimen Kreatif Rasional Rasional Tool Penelitian Brainstorming Inventor Brainstorming Data Eksperimen Prototype Brainstorming Data eksperimen Brainstorming Data eksperimen Autocad Brainstorming Data Eksperimen Solidwork Output penelitian Mesin Gambar Hasil uji penelitian Mesin Gambar Hasil Uji penelitian Mesin Gambar Hasil uji penelitian Gambar Hasil uji penelitian Gambar 2D Gambar 3D Outcome penelitian Hasil penelitian digunakan untuk mesin pengepakan sampah plastic Hasil penelitian digunakan untuk perancangan mesin pencetak pellet kayu Hasil penelitian digunakan untuk mesin pengepres plastik Hasil penelitian digunakan untuk pengembangan mesin press garam Hasil penelitian digunakan untuk pengembangan mesin pres sampah residu 6

4 2.2. Dasar Teori Pengertian Sampah Menurut Perda Temanggung no 29 Tahun 2011, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri dari sampah rumah tangga dan sampah yang berasal dari kawasan pemukiman, kawasan komersial, fasilitas umum, fasilitas social atau fasilitas lainnya Penggolongan Sampah Ada beberapa macam penggolongan sampah. Penggolongan ini dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu: asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya. Damanhuri,E. (2010). a. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya 1) Sampah hasil kegiatan rumah tangga, termasuk di dalamnya sampah rumah sakit, hotel, sekolah, dan kantor. 2) Sampah hasil kegiatan industri atau pabrik. 3) Sampah hasil kegiatan pertanian meliputi perkebunan, perhutanan, perikanan, dan peternakan. 4) Sampah hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar dan toko. 5) Sampah hasil kegiatan pembangunan 6) Sampah jalan raya b.penggolongan sampah berdasarkan komposisinya 1) Sampah seragam. Sampah hasil kegiatan industri umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon, dan semacamnya yang masih tergolong seragam atau sejenis. 2) Sampah campuran. Misalnya, sampah yang berasal dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka ragam dan bercampur menjadi satu. c. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya 1) Sampah padat (solid), misalnya, daun, kertas, karton, kaleng, plastik, dan logam. 7

5 2) Sampah cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bekas cairan yang tumpah, tetes tebu, dan limbah cair industri. 3) Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, amonia,dan H 2S d. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya 1) Sampah kota (urban) yang terkumpul di kota-kota besar. 2) Sampah daerah yang terkumpul di daerah-daerah luar perkotaan. e. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya 1) Sampah alami, adalah sampah yang terjadinya karena proses alami. Misalnya, rontokan dedaunan. 2) Sampah non alami, adalah sampah yang terjadinya karena kegiatan manusia. Misalnya, plastik dan kertas. f. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya 1) Sampah organik, terdiri atas dedaunan, kayu, tulang, sisa makanan ternak, sayur, dan buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sampah ini mudah didegradasi oleh mikroba. 2) Sampah anorganik, terdiri atas kaleng, plastik, besi, logam, kaca, dan bahan-bahan lainnya yang tidak tersusun oleh senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikroba sehingga sulit untuk diuraikan. 3) Sampah residu, terdiri atas pembalut, puntung rokok, pampers, bungkus sisa makanan dan bahan yang tidak biss didaur ulang dan tidak memiliki nilai ekonomis. 4) Sampah B3, terdiri atas kaset, CD, Lampu neon, baterai, racun serangga dan bahan beracun dan berbahaya. g. Penggolongan sampah berdasarkan jenisnya 1) Sampah makanan. 2) Sampah kebun atau pekarangan. 3) Sampah kertas. 8

6 4) Sampah plastik, karet, dan kulit. 5) Sampah kain. 6) Sampah kayu. 7) Sampah logam. 8) Sampah gelas dan keramik. 9) Sampah abu dan debu Komposisi Sampah Komposisi fisik sampah adalah persentase dari komponen pembentuk sampah yang secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik, logam, dan lain-lain (Darmasetiawan, 2004). Sumber sampah terbanyak adalah pemukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar khusus, seperti pasar sayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik Pemilihan Proses dan Mesin Pemilihan proses dan mesin didasarkan pada hasil technical requirement. Bagian bagian mesin dan cara perhitungan desain konstruksi mesin akan dijabarkan pada subbab berikut : Ulir Ulir dapat digunakan untuk memegang/mengencangkan dua komponen atau lebih, dan memindahkan beban/benda. Fungsi yang pertama sering disebut pengencang (fastener) dan yang kedua dikenal dengan nama ulir daya (power screw ) merupakan pengubah gerakan dengan memanfaatkan gaya tekan akibat perputaran ulir menjadi gerakan linier. Prinsip kerjanya sebenarnya seperti pasangan mur dan baut, ketika mur di putar maka akan didapatkan pergerakan linier dari bautnya. Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005) 9

7 Ulir daya ini berfungsi untuk mendapatkan keuntungan mekanik yang besar sehingga akan meringankan beban manusia, biasanya diterapkan pada dongkrak ulir, klem, mesin pres, ragum. a. Parameter Ulir Dalam pembahasan ulir, biasanya dikenal beberapa istilah yang merupakan parameter-parameter utama dari ulir yang diantaranya adalah : 1) Pitch (p) yang merupakan jarak antar ulir yang diukur paralel terhadap sumbu ulir. 2) Lead (l) yang merupakan jarak yang ditempuh baut dalam arah paralel sumbu, jika baut diputar satu putaran. Berdasarkan kisarannya ulir dibedakan atas : Single thread : lead sama dengan pitch (l = p). Gambar 2.1. Single Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)) Double thread : lead sama dengan dua kali pitch (l = 2p). Gambar 2.2. Double Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)) 10

8 Triple thread : memiliki lead sama dengan 3 kali pitch. (l = 3p). Gambar 2.3. Triple Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)) 3) Thread per inch (n) yang mana menyatakan jumlah ulir per inchi. b. Tipe Power Screw Berdasarkan bentuk profilnya terdapat tiga jenis atau tipe form dari power screw : 1) Acme form Tipe Acme ini memiliki sudut ulir 29, dapat digunakan dengan mudah pada suatu mesin dibandingkan dengan tipe Square. Tipe ini tidak seefisien bentuk square yang dikarenakan gesekan dapat meningkat akibat sudut ulir. 2) Square form Gambar 2.4. Acme Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)) Ulir jenis ini dinamakan demikian karena bentuk geometrinya. Tipe ini merupakan tipe yang paling efisien dimana memiliki gesekan yang sedikit sehingga dapat digunakan untuk jenis sekrup yang bekerja membawa daya yang tinggi. Meski efisien, tipe jenis ini sulit diterapkan pada suatu mesin. Dari semua tipe, tipe jenis inilah yang paling mahal. 11

9 3) Buttres form Gambar 2.5. Square Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)) Tipe ini memiliki bentuk segitiga, tipe jenis ini memiliki tingkat efisiensi yang sama dengan tipe square. c. Karakteristik Gambar 2.6. Butters Thread (Sumber : Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005)) Power screw ini tidak dapat bekerja pada kecepatan tinggi, karena hal ini akan menimbulkan gesekan yang tinggi dan menyebabkan screw akan mengalami panas dan dapat menimbulkan aus. d. Keuntungan dan Kerugian Pada power screw terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaanya : 1. Efisiensi rendah 2. Umur screw dapat diprediksi. 3. Akurat dan dapat bergerak berulang-berulang. 4. Tidak akan terjadi slip. 5. Pengaruh suhu kecil. 6. Gerakan halus sepanjang penggunaan. 7. Pada kapasitas angkat yang sama dapat digunakan ukuran yang lebih kecil. 12

10 8. Sederhana dalam perancangannya. Kerugian: 1. Membutuhkan banyak pelumas. 2. Sangat mudah kotor. e. Torsi Ulir Perhitungan torsi untuk ulir dapat dilakukan dengan rumus : Tan φ = µ Dimana : µ = Koefisien gesek L Helix Angel (α) = tan α = Πx d Dimana : α = sudut helix L = Lead d = diameter efektif T = W x tan (α + φ) x d 2 (2.1) (2.2) (2.3) Dimana : T = torsi yang dibutuhkan untuk memutar ulir W = gaya tekan pemadatan d = diameter rata-rata φ = sudut friksi α = sudut helix f. Tegagan geser akibat puntir Perhitungan tegangan geser akibat puntir Fs = 16T (.d)3 (2.4) Dimana: fs = tegangan geser puntir T = torsi (momen puntir) 13

11 g. Tegangan akibat Gaya Luar Perhitungan tegangan tekan Ft = F A (2.5) Dimana: Ft = tegangan tekan F = gaya yang bekerja A = Luas penampang h. Kombinasi 1 dan 2. Tegangan geser utama maksimum, f s(max) f 2 s ft 2 2 (2.6) i. Resultan gaya gesek dalam arah aksial (T) c = µ W 1 4 (D 0) (2.7) Dimana : (T) c = Torsi pada saat penekanan µ = Koefisien gesek W = Torsi yang dibutuhkan untuk memutar ulir D 0 = Diameter collar (T) t = M t + (M t ) c (2.8) Dimana : (T) t = Total momen yang terjadi 14

12 j. Gaya yang diperlukan untuk memutar F = T d (2.9) Dimana : F = Gaya untuk memutar T = Torsi total yang terjadi d = Diameter lengan untuk memutar Perhitungan Mekanika a. Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban terhadap gayagaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek tinjauan utama. Sedangkan dalam perhitungan kekuatan rangka, gaya-gaya yang diperhitungkan adalah gaya luar dan gaya dalam. Popov.E.P (1996). Reaksi Beban Reaksi Reaksi Gambar 2.7. Free Body Diagram Jenis beban dapat dibagi menjadi : 1) Beban dinamis adalah beban yang besar dan/atau arahnya berubah terhadap waktu. 2) Beban statis adalah beban yang besar dan/atau arahnya tidak berubah terhadap waktu. 3) Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada suatu titik. 4) Beban terbagi adalah beban yang terbagi merata sama pada setiap satuan luas. 15

13 5) Beban momen adalah hasil gaya dengan jarak antara gaya dengan titik yang ditinjau. b. Gaya Luar Adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Gaya luar dapat berupa gaya vertikal, horisontal dan momen puntir. c. Gaya Dalam Gaya dalam dapat dibedakan menjadi : 1) Gaya normal (normal force) adalah gaya yang bekerja sejajar sumbu batang. 2) Gaya lintang/geser (shearing force) adalah gaya yeng bekerja tegak lurus sumbu batang. 3) Momen lentur (bending momen). d. Reaksi. Reaksi adalah gaya lawan yang timbul akibat adanya beban. Reaksi sendiri terdiri dari 1) Momen. M = F x s (2.10) Dimana : M = momen (N.mm). F = gaya (N). s = jarak (mm). 2) Tegangan M x 0,5 x h I Dimana : M = Momen h = Lebar hollow besi I = Momen inersia (2.11) 16

14 Jenis Mesin a. Mesin Frais (Milling) Proses milling menghasilkan permukaan yang datar atau bentuk profil pada ukuran yang ditentukan dan kehalusan atau kualitas permukaan yang ditentukan. Penggolongan mesin milling menurut jenis penamaannya disesuaikan dengan posisi spindle utamanya dan fungsi pembuatan produknya. Jenis-jenis mesin milling antara lain : mesin milling horisontal, mesin milling vertical, mesin milling universal, plano milling, copy milling. Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005) b. Mesin Bubut (Turning) Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang mengerjakan benda-benda berbentuk silindris. Meskipun mesin ini terutama disesuaikan dengan pengerjaan silindris, tetapi dapat juga untuk mengerjakan bentuk-bentuk lain misalnya untuk membuat segi enam, bujur sangkar, dengan pengerjaan yang khusus. Contoh benda kerja hasil dari proses pembubutan antara lain : Baut, poros, spindle, ring, gardan, bush, dll. Khurmi, R.S & Gupta, J.K. (2005) Bermacam-macam benda yang dibubut dapat dibedakan menurut proses pengerjaanya. Pengerjaan pada bagian luar benda kerja disebut outsite turning, sedangkan pengerjaan pada bagian dalam disebut inside turning. c. Las Busur Listrik Las busur listrik adalah cara menyambung logam dengan cara menggunakan panas nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Kenyon,W (1985). Prinsip pengelasan busur listrik dapat dijelaskan sebagai berikut: dengan menyentuhkan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang akan dilas, berlangsung hubungan singkat, maka arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, setelah pengangkatan elektroda dari benda kerja, terbentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja. Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan melelehkan ujung elektroda dan bidang pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proes pengelasan itu sendiri 17

15 terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat pelelehan elektroda yang terus-menerus menetes. Gerakan-gerakan elektroda pada pengelasan antara lain : 1) Gerakan turun sepanjang sumbu elektroda Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak panjang busur agar tetap terjaga, hal tersebut disebabkan karena busur pada ujungnya mencair secara terus-menerus sehingga terjadi pemendekan. 2) Gerakan ayunan elektroda Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki Metode Perancangan Metode perancangan adalah prosedur, teknik, bantuan atau peralatan untuk merancang. Metode perancangan menggambarkan rangkaian akstivitas secara urut yang memungkinkan perancang mengkombinasikan proses perancangan secara keseluruhan. Tujuan utama metode ini adalah usaha untuk membawa prosedur rasional ke dalam proses perancangan. Cross (1994) menyebutkan metode perancangan bukan merupakan pertentangan dari kreativitas, imajinasi, dan intuisi. Pertentangan sesungguhnya lebih memungkinkan pada penyelesaian masalah dalam perancangan. Pada kenyataannya. Pokok umum dari metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar yaitu metode kreatif dan metode rasional. Dalam tugas akhir ini metode perancangan yang dipilih adalah metode rasional Metode Rasional Metode rasional yang dikemukakan oleh Cross (1994) lebih sering dikenal dengan metode perancangan, karena metode rasional ini dapat mendorong terjadinya pendekatan sistematis dalam proses perancangan serta pengembangan. Pada dasarnya metode rasional dengan metode yang lain memiliki tujuan yang sama, misalkan memperluas ruang pencarian solusi atau memungkinkan pengadaan tim kerja dan grup pengambil keputusan. Metode rasional merupakan metode perancangan yang sistematis, tujuannya memperbaiki kualitas keputusan perancangan dan hasil akhir dari suatu produk. Metode rasional menggabungkan aspek procedural dari perancangan dan aspek structural dari masalah perancangan. Proses perancangan dan metode-metode rasional yang relevan dan paling luas 18

16 penggunaanya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Clarifying Objectives ( Klarifikasi Tujuan ) Tahap pertama dari metode rasional merupakan tahapan yang penting dalam menjelaskan tujuan dari perancangan. Secara keseluruhan tahap ini sangat membantu untuk mendapatkan gagasan yang jelas dalam mencapai tujuan, meskipun tujuantujuan yang telah ditetapkan dapat berubah selama proses perancangan. Metode yang digunakan dalam tahap perancangan ini adalah pohon tujuan (Objectives Tree). Pohon tujuan menunjukan tujuan utama dan cara pencapaian tujuan tersebut. Metode ini ditunjukan dalam suatu bentuk diagram dimana tujuan-tujuan yang berbeda dihubungkan satu sama lain, bersama dengan pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Langkah-langkah dalam pembuatan pohon tujuan adalah sebagai berikut : 1) Menyiapkan daftar tujuan perancangan 2) Tujuan perancangan dapat juga disebut kebutuhan konsumen dan fungsi produk itu sendiri. Daftar ini diambil dari ringkasan perancangan, dari pernyataan kepada konsumen dan dari diskusi tim perancang. 3) Menyusun daftar disusun berdasarkan tingkatan hirarki 4) Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan akan membuat terlihat jelas adanya tingkat kepentingan yang lebih antara satu dengan yang lain. Semua ini akan dikumpilkan kedalam suatu tingkatan hirarki. 5) Menggambarkan diagram Objectives Tree 6) Cabang-cabang pada pohon tujuan menunjukan hubungan yang mengusulkan bagaimana mencapai tujuan. b. Establishing Functions ( Penetapan Fungsi ) Analisis fungsi merupakan suatu analisis yang membantu untuk menemukan dan membatasi tingkatan permasalahan dimana penyelesaian dapat dipecahkan serta dihasilkan rancangan yang sesuai. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan serta batasan sistem dari rancangan yang baru. Poin utama dari metode ini adalah konsentrasi pada hal yang akan dicapai dari disain yang hendak dirancang, dan bukan bagaimana cara untuk mencapainya. Cara sederhana yang dilakukan untuk mengekspresikan hal ini adalah dengan menggunakan black box mengubah input menjadi output yang diinginkan. Adapun langkah-langkah dalam menetapkan fungi adalah sebagai berikut : 19

17 1) Menentukan fungsi rancangan secara keseluruhandalam rangka konversi input menjadi output. 2) Membagi fungsi utama menjadi sub-sub fungsi. 3) Menggambarkan blok diagram yang menunjukan interaksi antar fungsi. 4) Menggambarkan batasan sistem (boundry system) 5) Menentukan komponen yang sesuai untuk setiap sub fungsi dan hubungan antar mereka. c. Setting Requirements (Penetapan Spesifikasi) Metode performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi akurat dari kebutuhan pelaksanaan suatu penyelesaian perancangan. Langkah-langkah metode performance specification adalah sebagai berikut : 1) Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima. Contoh ada beberapa pilihan antara alternatif produk, tipe produk, dan ciri produk. 2) Menentukan tingkatan umum yang nanti akan dioperasikan. Keputusan ini bisa dibuat oleh klien. Tingkatan umum yang lebih tinggi memberikan kebebasan yang lebih untuk perancangan. 3) Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan. Atribut seharusnya diterangkan sebagai bentuk yang independen dari beberapa penyelesaian kasus. 4) Menyebutkan dengan tepat dan ringkas kebutuhan setiap atribut. d. Determining Characteristics (Penentuan Karakteristik) Penentuan spesifikasi produk seringkali mengalami konflik dan kesalahpahaman dalam suatu perancangan. Hal ini disebabkan karena terlalu berfokus dalam perbedaan penafsiran pada apa yang harus dispesifikasikan. Metode yang komperhensif untuk mencocokan permintaan konsumen dengan engineering characteristics adalah metode Quality Function Deployment (QFD) yang merupakan inti dalam proses disain. QFD (pengembangan fungsi kualitas) adalah suatu metode untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur yang memungkinkan team pengembangan untuk menentukan keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan jelas, dan kemudian mengevaluasi produk atau melayani dengan kemampuan yang secara sistematik dalam pemenuhan keinginan pelanggan tersebut. Cross (1994) mengemukakan prosedur dalam pembentukan Quality Function 20

18 Deployment (QFD) adalah sebagai berikut : 1) Mengidentifikasi keinginan konsumen terhadap atribut produk Hal ini penting untuk dilakukan, dimana pada tahap ini suara konsumen dihargai dan kebutuhan konsumen yang tidak bersubyek ditafsirkan ulang pada tim desain. Proses pengidentifikasian ini dapat menggunkan diagram afinitas. Diagram ini digunakan untuk menunjukkan maslah utama. Diagram afinitas menempatkan dan menstrukstur masalah ketika situasi tidak jelas, tidak menentu dan tidak dapat diperkirakan (contoh; ketika maslah berhubungan dengan kejadian masa depan, keadaan yang tidak dikenal, atau pengalaman baru). Diagram afinitas dilakukan dengan mengumpulkan banyak kenyataan, pendapat, dan ide dalam lembar data verbal dan menyatukannnya menjadi satu diagram berdasarkan afinitasnya. 2) Menentukan beberapa atribut yang relatif penting Teknik pemberian ranking/penempatan nilai dapat digunakan untuk membantu menentukan bobot relative yang harus disejajarkan dengan atribut lainnya. Biasanya digunakan persentase bobot. 3) Mengevaluasi produk pesaing Nilai yang ditujukan oleh produk pesaing dan produk rancangan harus diarahkan untuk kebutuhan konsumen. 4) Menggambar matrik atribut produk beserta karakteristik teknisnya Termasuk di dalamnya semua karakteristik teknis yang berpengaruh pada atribut produk dan memastikan bahwa hal tersebut adalah unit yang siap diukur. Mengidentifikasi hubungan antara atribut produk dan karakteristiknya Kekuatan hubungan dapat diidentifikasikan dengan simbol/angka. Penggunaan memiliki beberapa keuntungan, namun dapat menimbulkan sebuah keakuratan palsu. 5) Mengidentifikasi beberapa hubungan yang relevan diantara karkteristik teknis Bagian atap rumah dari House of Quality menyediakan daftar pengecekan, yang tergantung dari perubahan konsep desain. Menentukan target yang digambarkan agar dapat mencapai karakteristik teknis yang diinginkan, hal ini dilakukan dengan menggunakan informasi dari produk pesaing atau percobaan konsumen. Mengidentifikasi kombinasi sub solusi yang memungkinkan total nomer kombinasi 21

19 yang mungkin dapat sangat besar maka pencarian strategis harus diarahkan dengan batasan atau kriteria. Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam prosesnya menggunakan tool yang disebut House of Quality (HOQ) untuk menghasilkan output yang sesuai dengan keinginan konsumen. HOQ memiliki cara atau proses untuk memenuhi keinginan konsumen dengan seluruh kekuatan dan kelemahan yang ada. Perancangan dimulai dengan melakukan riset untuk menentukan atribut produk spesifik yang diinginkan konsumen, derajat kepentingan relatif masing-masing atribut dan menentukan persepsi pelanggan terhadap produk-produk pesaing dan produk perusahaan masing-masing untuk setiap atribut yang terkandung didalamnya. HOQ dapat diasumsikan menjadi sebuah bangunan rumah dengan sisi kiri merupakan keinginan konsumen. Dalam matrik rumah merupakan pertemuan antara bagaimana produk yang tersedia dengan keinginan konsumen, bagian atap merupakan pengembangan dari atribut atau hasil yang diperlukan. Variasi yang ada pada HOQ dapat digunakan untuk mengevaluasi bagaimana pesaing dalam memenuhi keinginan konsumen. Gambar dari HOQ dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.8. House of Quality untuk pintu mobil (Sumber : Cross, 1995) 22

20 e. Generating Alternatives (Pembangkitan Alternatif) Tujuan utama metode ini adalah perluasan pencarian kemungkinan penyelesaian baru. Morfologi berarti studi tentang bentuk atau ukuran, jadi analisis morfologi adalah suatu usaha sistematis untuk menganalisa bentuk yang dapat diambil oleh suatu produk atau mesin, dan bagan morfologi adalah suatu rangkuman dari analisis ini. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan metode bagan morfologi adalah sebagai berikut : 1) Menentukan daftar tampilan atau fungsi produk yang mendasar. Walaupun tidak terlalu panjang, daftar tersebut dapat secara luas mencakup fungsi-fungsi umum pada tingkat yang tepat. 2) Setiap daftar tampilan atau fungsi cara-cara yang mungkin dapat dicapai. Daftar ini belum dapat memasukan ide baru yang sama baiknya dengan pengealan komponen atau sub solusi yang ada. 3) Menggambarkan suatu bagan yang mengandung semua sub solusi yang memungkinkan. Bagan morfologi mewakili ruang penyelesaian total produk, membuat kombinasi sub solusi. f. Evaluating Alternative (Evaluasi Alternatif) Alternatif-alternatif perancangan sudah dibuat dan permasalahan yang kemudian muncul adalah pemilihan alternatif yang baik. Metode yang digunakan adalah weigted objectives (pembobotan objektif). Metode weigted objectives menyediakan peralatan untuk memperkirakan dan membandingkan alternatif perancangan yang menggunakan perbedaan pembobotan yang objektif. Tujuan metode ini untuk mengambil suatu keputusan alternatif dalam pengembangan alternatif-alternatif yang sudah ada. Pemilihan dilakukan berdasarkan jumlah dari skor dikalikan bobot yang menghasilkan angka terbesar. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan metode weigted objectives 1) Membuat daftar tujuan perancangan, dan objective tree dapat digunakan untuk membantunya. 2) Mengurutkan tingkat tujuan. Perbandingan menurut pasangan dapat membantu menyusun urutan tingkatan. 3) Menentukan pembobotan relatif tujuan. Nilai numeriknya harus dalam skala interval. 23

21 4) Menetapkan performasi parameter atau menyusun nilai kegunaan untuk setiap tujuan. 5) Menghitung dan membandingkan nilai kegunaan relatif perancangan alternatif. Alternatif terbaik akan memiliki skor terbesar. g. Improving Detail (Penyempurnaan Perancangan) Tahap ini mengevaluasi kembali hasil dari perancangan baik itu perancangan baru ataupun perancangan lama yang disempurnakan kembali. Metode yang digunakan adalah value engineering. Metode ini berfokus pada nilai fungsional suatu produk dan bertujuan untuk meningkatkan perbedaan antara harga dan nilai suatu produk dengan cara mengurangi harga, menambah nilai ataupun keduanya. Langkah-langkah dalam metode value engineering adalah sebagai berikut : 1) Membuat daftar komponen dari produk secara terpisah dan mengenali fungsi masing-masing komponen tersebut. 2) Menentukan nilai dari fungsi yang sudah diidentifikasi. 3) Menentukan harga dari komponen-komponen tersebut. 4) Mencari alternatif untuk mengurangi harga tanpa mengurangi nilai fungsi dari produk yang dihasilkan. 5) Mengevaluasi alternatif-alternatif dan memilih yang sesuai dengan. 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang baik memerlukan metodologi yang baik pula. Hal tersebut dikarenakan penelitian itu sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang baik memerlukan metodologi yang baik pula. Hal tersebut dikarenakan penelitian itu sendiri merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Statika rangka Dalam konstruksi rangka terdapat gaya-gaya yang bekerja pada rangka tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan salah satu penemuan manusia yang telah mempermudah kegiatan sehari-hari. Hampir setiap produk yang beredar di masyarakat saat ini memakai plastik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Perancangan Alat Latihan Keakuratan Tendangan Taekwondo

Perancangan Alat Latihan Keakuratan Tendangan Taekwondo Perancangan Timotius Dimas Satriyo Indriyono *1), Teguh Siswantoro 2) 1,2) Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44, Yogyakarta, 55281, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi  2.2 Rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi Mesin perontok padi adalah suatu mesin yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia untuk memisahkan antara jerami dengan bulir padi atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Plastik merupakan salah satu penemuan manusia yang telah mempermudah kegiatan sehari-hari. Hampir setiap produk yang beredar di masyarakat saat ini memakai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning 45 BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin CNC Mesin CNC adalah mesin perkakas otomatis yang dapat diprogram secara numerik melalui komputer yang kemudian disimpan pada media penyimpanan. Mesin CNC terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Sedangkan pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

Gambar 4.1 Terminologi Baut. BAB 4 SAMBUNGAN BAUT 4. Sambungan Baut (Bolt ) dan Ulir Pengangkat (Screw) Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau di ikat untuk menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak

Lebih terperinci

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG Cahya Sutowo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan dari dongkrak ulir ini adalah ketahanan atau

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Rangka Rangka adalah struktur datar yang terdiri dari sejumlah batang-batang yang disambung-sambung satu dengan yang lain pada ujungnya, sehingga membentuk suatu rangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi-teknologi baru yang muncul belakangan ini, menunjukkan semakin bertambahnya kecerdasan dari manusia sejalan dengan berkembangnya waktu

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER 3.1 Diagram Alir Dalam proses perancangan tribometer, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Diagram alir (flow chart diagram) perancangan ditunjukkan seperti

Lebih terperinci

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS

BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS 28 BAB III METODELOGI PELAKSANAAN 3.1 DIAGRAM ALIR PERANCANGAN ALAT PENGEPRES GERAM SAMPAH MESIN PERKAKAS Langkah-langkah penyelesaian alat mulai dari perancangan hingga pembuatan dapat dilihat pada Diagram

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode penelitian menunjukan bagaimana penelitian dilakukan dari identifikasi masalah sampai dengan analisis dan kesimpulan. Tahapan metode dari penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput BAB II DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput Mesin ini merupakan mesin serbaguna untuk perajang hijauan, khususnya digunakan untuk merajang rumput pakan ternak. Pencacahan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

MACAM MACAM SAMBUNGAN

MACAM MACAM SAMBUNGAN BAB 2 MACAM MACAM SAMBUNGAN Kompetensi Dasar Indikator : Memahami Dasar dasar Mesin : Menerangkan komponen/elemen mesin sesuai konsep keilmuan yang terkait Materi : 1. Sambungan tetap 2. Sambungan tidak

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Spin coating telah digunakan selama beberapa dekade untuk aplikasi film tipin. Sebuah proses khas melibatkan mendopositokan genangan kecil dari cairan resin ke pusat

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Flow Chart Metodologi Penelitian Penelitian merupakan kegiatan sistematis dengan serangkaian proses yang dilakukan secara terstruktur. Setiap tahapan proses tersebut akan

Lebih terperinci

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las Sulistiawan I 1303010 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN Yemima Agnes Leoni 1 D 121 09 272 Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 Mahasiwa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Dalam proses pembuatan mesin pengupas kulit kentang perlu memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Adapun maksud

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Excavator Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dan juga dapat digunakan sebagai alat pemotong kayu tergantung dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986) BAB II DASAR TEORI 2.1 Statika Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika suatu beban terhadap gaya-gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam statika keberadaan gaya-gaya

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Peniris Untuk Aneka Makanan Ringan Hasil Gorengan

Perancangan Mesin Peniris Untuk Aneka Makanan Ringan Hasil Gorengan Perancangan Mesin Peniris Untuk Aneka Makanan Ringan Hasil Gorengan TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri SUGENG WASISTO 14 16 08100 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Mesin Perancangan secara umum dapat didefinisikan sebagai formulasi suatu rencana untuk memenuhi kebutuhan manusia, sehingga secara sederhana perancangan dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III. Metode Rancang Bangun BAB III Metode Rancang Bangun 3.1 Diagram Alir Metode Rancang Bangun MULAI PENGUMPULAN DATA : DESAIN PEMILIHAN BAHAN PERHITUNGAN RANCANG BANGUN PROSES PERMESINAN (FABRIKASI) PERAKITAN PENGUJIAN ALAT HASIL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pandangan Umum 2.1.1 Definisi Paving-Block Paving-block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Definisi Proses Produksi Proses produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus menerus (continous improvement) yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide ide untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perencanaan Rancang Bangun Dalam merencanakan suatu alat bantu, terlebih dahulu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mendasari terlaksananya perencanaan alat bantu

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL

IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN B. DESAIN FUNGSIONAL IV. PENDEKATAN DESAIN A. KRITERIA DESAIN Perancangan atau desain mesin pencacah serasah tebu ini dimaksudkan untuk mencacah serasah yang ada di lahan tebu yang dapat ditarik oleh traktor dengan daya 110-200

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN Dosen : Subiyono, MP MESIN PENGUPAS SERABUT KELAPA SEMI OTOMATIS DISUSUN OLEH : NAMA : FICKY FRISTIAR NIM : 10503241009 KELAS : P1 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fase Fase Dalam Proses Perancangan Perancangan merupakan rangkaian yang berurutan, karena mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam proses perancangan. Kegiatankegiatan dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PERANCANGAN ULANG ALAT PENUANG AIR GALON GUNA MEMINIMALISASI BEBAN PENGANGKATAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Erni Suparti 1), Rosleini Ria PZ 2) 1),2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka a. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang perancangan produk telah banyak dilakukan dengan metode penelitian yang juga sangat beragam. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan adalah suatu tahap untuk membuat komponen-komponen pada mesin press serbuk kayu. Pengerjaan dominan dalam pembuatan komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN Penulisan ini didasarkan atas survey literatur, serta didukung dengan data perencanaan dengan berdasarkan pertimbangan effisiensi waktu pengerjaan dengan tahapan kegiatan

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR Sumardi 1* Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km. 280 Buketrata Lhokseumawe 24301 Email: Sumardi63@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari angin menjadi energi putar pada kincir. Lalu putaran kincir digunakan untuk memutar

Lebih terperinci

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II

TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II TUGAS DESAIN MEKATRONIKA II Sistem Penggerak Satu Sumbu Menggunakan Motor Stepper DISUSUN OLEH : KELOMPOK IV A Nama Mahasiswa Nim Fahmi Ahmad Husaeni 201302025 Iqbal Auliadin 201302009 Yova Mavriliana

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG Anthony Angwin Lumanto 1), Suwandi Sugondo 2) Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra 1,2) Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236.

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di buang tanpa memikirkan dampak dari menumpuknya sampah salah satunya sampah organik,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PENGERJAAN ULIR. Fungsi ulir : a. Baut pemegang dan sekrup untuk penyambung b. Sekrup penggerak, spindel untuk menghasilkan gerakan maju

PENGERJAAN ULIR. Fungsi ulir : a. Baut pemegang dan sekrup untuk penyambung b. Sekrup penggerak, spindel untuk menghasilkan gerakan maju PENGERJAAN ULIR Fungsi ulir : a. Baut pemegang dan sekrup untuk penyambung b. Sekrup penggerak, spindel untuk menghasilkan gerakan maju Ulir luar (jantan) dan ulir dalam (betina) disusun dalam satu unit.

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Mengacu pada rumusan masalah dan pembahasan pada bab 4 terkait proses pembuatan komponen rangka pada mesin perajang sampah organik, didapat beberapa kesimpulan,

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PENGERING ALAT MUSIK CAJON

PERANCANGAN MESIN PENGERING ALAT MUSIK CAJON PERANCANGAN MESIN PENGERING ALAT MUSIK CAJON Kurnia Adri Parendra 1, Teguh Siswantoro 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jl Babarsari No 44 Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM PENGERTIAN Pengecoran (casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku di dalam

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT BANTU PENYIMPANAN MATERIAL AUTOMATIC BEAM CABINET

PERANCANGAN ALAT BANTU PENYIMPANAN MATERIAL AUTOMATIC BEAM CABINET PERANCANGAN ALAT BANTU PENYIMPANAN MATERIAL AUTOMATIC BEAM CABINET SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh: NATANIEL GUNTUR SUSENO 11 16 06722

Lebih terperinci

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc

SETYO SUWIDYANTO NRP Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PERHITUNGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN ROLL PIPA GALVANIS 1 ¼ INCH SETYO SUWIDYANTO NRP 2110 030 006 Dosen Pembimbing Ir. Suhariyanto, MSc PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mesin CNC Model Mesin CNC 2 Axis dengan Hot Wire Cutting Tool adalah mesin pemotong styrofoam dan plastik yang bekerja secara otomatis. Mesin ini terdiri dari tiga bagian utama

Lebih terperinci

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik,

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pembuatan dan pengujian alat yang selanjutnya akan di analisa, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan untuk

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci