IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAKALAN SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAKALAN SISWA"

Transkripsi

1 ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH : SURYA RAMADHANI ERA1D PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

2 IDENTIFIKASI PENYEBAB KENAKALAN SISWA DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH : SURYA RAMADHANI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh Sekolah juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas moral, pengetahuan, keterampilan dan sosial anak didik. Berbagai upaya dari program yang dilaksanakan dapat mewujudkan fungsi fungsi tersebut. Namun, fakta yang berada di lapangan sering kali berbicara lain. Kenakalaan siswa di sekolah kerap kali terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dan perhatian dari pihak guru guru sehingga anak anak dapat melakukah suatu tindakan yang salah, bahkan skalanya cenderung mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tingkatan dari masing-masing faktor penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi yang terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat tempat siswa tinggal. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Kota Jambi, jumlah populasi adalah 30 orang, yang ditentukan sebagai sampel penelitian adalah keseluruhan populasi yang terdiri dari siswa yang tercatat nakal di sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Samping yang mana sampel ditetapkan berdasarkan siswa yang dianggap paling dekat dan mengetahui masalah penelitian Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah angket yang berisi 43 item pernyataan, dan data yang diperoleh diolah dengan menggunakan tekhnik persentase formula C untuk item berbeda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor keluarga sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII berada pada tingkat yang rendah, faktor sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII berada pada tingkat yang rendah, dan faktor masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Temuan penelitian ini memberikan implikasi kepada konselor sekolah, bahwa konselor sekolah memiliki peranan yang penting untuk melakukan pembinaan yang berbentuk pencegahan. Upaya yang bersifat mencegah, yaitu mencegah untuk jangan sampai kenakalan yang dilakukan siswa semakin meluas. Upaya ini dilakukan dengan cara untuk menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah, di mana tujuannya untuk menciptakan lingkungan dan pergaulan siswa yang kondusif untuk mengacu perkembangan moral siswa ke arah yang positif. Kata Kunci : Kenakalan Siswa 1

3 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kenakalan siswa merupakan suatu gejala sosial yang terdapat diberbagai dunia. Apakah itu negara kecil ataupun negara besar, negara maju atau negara berkembang. Kenakalan anak anak melanda semua negara, dalam arti kata bahwa perbautan perbuatan mereka bertentangan dengan nilai - nilai yang telah ditetapkan oleh masyarakat. Kenakalan siswa dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang. Sekolah juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas moral, pengetahuan, keterampilan dan sosial anak didik. Berbagai upaya dari program yang dilaksanakan dapat mewujudkan fungsi fungsi tersebut. Namun, fakta yang berada di lapangan sering kali berbicara lain. Kenakalaan remaja di sekolah kerap kali terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dan perhatian dari pihak guru guru sehingga anak anak dapat melakukah suatu tindakan yang salah, bahkan skalanya cenderung mengalami peningkatan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan tentu saja memungkinkan siswa untuk melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan teman sebaya, guru, teman satu sekolah, lingkungan dekat sekolah, semuanya akan mempercepat proses sosialisasi yang akan merubah tingkah laku dan perilakunya. Terbentuknya perilaku menyimpang atau kenakalan siswa juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi, faktor agama, dan tidak jarang organisasi kemasyarakatan menjadi faktor yang mempengaruhi pembentukan penyimpangan dalam masyarakat, dimana ketika seseorang hendak menyalurkan potensi dan minatnya dalam organisasi tersebut, ia justru menyalahgunakan wewenangnya dan melakukan korupsi di organisasi atau lembaga tempatnya bertugas. Dari ketiga faktor yang dikemukakan di atas hanya faktor organisasi kemasyarakatan yang tidak langsung dapat mempengaruhi siswa dalam melakukan perilaku menyimpang. Faktor lain yang sangat penting adalah keluarga atau orang tua. Dalam hal ini terkadang orang tua terlalu disibukan dengan urusan pribadinya masing-masing, sehingga komunikasi dengan anak berkurang. Orang tua juga kurang mengawasi anaknya bergaul dan memilih teman sehingga anak akan mudah terpengaruh ajakan dari temannya untuk melakukan suatu tindakan yang salah dalam bergaul. menyebabkan anak sering melakukan hal hal yang tidak di inginkan oleh semua pihak seperti : berkelahi, sering bolos dan merokok khususnya anak yang sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan pada tanggal 22 febuari 2014 serta hasil wawancara dengan guru pembimbing dari lima kelas yang menjadi prioritas dalam penelitian di SMP Negeri 25 kota jambi, maka didapatkan siswa nakal yang berjumlah 30 orang dari keseluruhan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 kota jambi. Hal ini ditinjau dari kenakalan yang sering siswa lakukan di lingkungan sekolah, diantaranya seperti : berkelahi dengan teman karena saling menghina, sering keluar pada saat jam pelajaran berlangsung, mengkonsumsi minuman keras, suka meminta uang dari teman dengan cara mengompas serta suka merokok di dalam lingkungan sekolah. Sikap kenakalan siswa ini sering terjadi mungkin dapat disebabkan oleh kurang tegasnya peraturan sekolah dan kedisiplinan siswa yang rendah pula, posisi sekolah yang berdekat dengan rumah masyarakat dan berada di pinggir jalan besar serta pagar sekolah yang kurang tinggi, sehingga dapat memudahkan siswa untuk pergi dari 2

4 lingkungan sekolah sesuka hati mereka (membolos) tanpa sepengetahuan pihak sekolah atau penjaga sekoalah. Terkadang ada juga dari pihak guru yang melihat orang tua siswa yang mengantarkan anaknya ke sekolah, namun setelah jam pelajaran di mulai siswa tersebut tidak masuk ke kelas atau kabur dari sekolah. Dalam menghadapi semua masalah yang menyangkut kenakalan siswa, pihak sekolah melalui pembinaan wali kelas akan memanggil siswa yang bersangkutan sampai 3x panggilan, yang kemudian dilihat perubahan tingkah laku dari siswa tersebut. Dan jika pemanggilan selama 3x belum juga membuahkan hasil, maka wali kelas meng-alihtangankan kasus kepada guru pembimbing. Dan guru pembimbing akan melakukan kunjungan rumah (home visit) terhadap orang tua anak yang anaknya mengalami masalah di sekolah, dan bila siswa masih tetap mengulangi perbuatan yang sama, meka akan diberikan sanksi berupa skorsing atau di kembalikan ke orang tua, tergantung dari keputusan yang diambil oleh kepala sekolah. Berdasarkan fakta dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Identifikasi penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 25 Kota Jambi. B. Batasan Masalah Kenakalan siswa dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) dan yang berasal dari luar diri sendiri (eksternal). Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan kenakalan siswa, maka penelitian ini dibatasi kepada : 1. Siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2014/2015 di SMP Negeri 25 Kota Jambi yang tergolong nakal. Data siswa tersebut diperoleh dari masing-masing wali kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi. 2. Faktor eksternal yang menyebabkan siswa melakukan kenakalan dalam penelitian ini antara lain meliputi faktor lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah, maka peneliti menentapkan rumusan masalah penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan keluarga di SMP Negeri 25 Kota Jambi 2. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan sekolah di SMP Negeri 25 Kota Jambi 3. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan masyarakat di SMP Negeri 25 Kota Jambi D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan di atas, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeskripsikan faktor faktor eksternal sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP N 25 Kota Jambi dengan rincian sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan keluarga di SMP Negeri 25 Kota Jambi 2. Mendeskripsikan tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan sekolah di SMP Negeri 25 Kota Jambi 3. Mendeskripsikan tingkat kenakalan siswa kelas VIII yang disebabkan oleh lingkungan masyarakat di SMP Negeri 25 Kota Jambi 3

5 II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Kenakalan Siswa Menurut Gunarsa (2012 : 21) bahwa setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antara manusia. Perubahan sosial tidak dapat dielakan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu teknologi membawa banyak perubahan antara lain, perubahan norma, nilai, dan pola pola tingkah laku baik individu maupun kelompok Musbikin (2012:37) juga mengungkapkan pengertian kenakalan yang dilakukan siswa, ia mengartikan kenakalan siswa adalah : Menunjuk pada suatu bentuk perilaku siswa yang tidak sesuai dengan normanorma yang hidup di dalam sekolah. Kenakalan dalam raanah ilmu sosial dapat dikatagorikan sebagai perilaku yang menyimpang. Dalam perspektifini, kenakalan terjadi kaeena terdapat penyimpangan prilaku dari berbagai aturan sosial ataupun nilai dan norma norma sosial yang berlaku. Perilaku penyimpangan ini dapat dianggap sebagai sumber masalah, karena dapat membahayakan berdirinya sistem sosial. Untuk mengetahui latar belakang perilaku penyimpangan, terlebih dahulu kita perlu membedakan perilaku penyimpangan. Perilaku penyimpangan yang tidak disengaja, biasanya disebabkan si pelaku kurang memahami aturan aturan yang ada. Sedangkan, perilaku menyimpang yang disengaja adalah pelakunya, meskipun dia tahu bahwa hal itu keliru. Jensen dalam Kartono, (2006:17) Kenakalan kenakalan siswa dapat digolongkan dalam empat jenis seperti: Berkelahi yang tergolong pada kenakalan siswa yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, mengompas yang digolongkan pada kenakalan siswa yang menimbulkan korban materi, kenakalan yang melawan setatus salah satunya adalah membolos, sering terlambat dan morokok, sedangkan pelanggaran laainya dapat di masukan pada kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain. Apabila kenakalan ini ditinjau dari segi agama, maka perbuatan yang terlarang dalam agama, jika dilakukan oleh orang yang belum dewasa disebut sebagai perbuatan nakal yang menanggung dosanya adalah orang tua. Namun jika kenakalan anak anak ini ditinjau dari ilmu jiwa (dalam hal ini ilmu kesehatan mental), maka tindakan yang mengganggu ketenangan dari kepentingan orang lain yang dianggap sebagai perbuatan dosa oleh ajaran agama, dipandang oleh ilmu jiwa sebagai manifestasi dari gangguan jiwa akibat tekanan tekanan batin. Dari pendapat pendapat tersebut kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa kenakalan adalah adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri dan orang lain, dengankata lain, kenakalan siswa adalah bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa karena tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. B. Teori-Teori Penyebab Kenakalan Siswa Penyebab kenakalan siswa itu beragam. Terjadinya kenakalan haruslah dilihat dari situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Setiap individu memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda maka hal tersebut akan menyebabkan terbentuknya pola-pola perilaku yang berlainan. Tidak semua individu mampu mengidentifikasi diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses sosialisasi sehingga cenderung menerapkan pola-pola perilaku yang salah dan menyimpang. 4

6 Menurut Kartono (2006.:39) bahwa faktor faktor yang menyebabkan kenakalan siswa antara lain : Pertama, faktor keluarga, keluarga adalah sebuah wadah dari permulaan pembentukan pribadi serta tumpuhan dasar fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Lingkungan keluarga secara pontensial dapat membentuk kepribadian anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk seseorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan tindakan yang bersifat criminal. 1. Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga yang kurang menerapkan kedisiplinan kepada anak anaknya biasanya dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa/remaja. Penyebab yang paling utama dilingkungan keluarga adalah karena sikap egois darianak tersebut. Penyebab ini bisa diartikan sebagai kemauan dari anak itu sendiri atau dengan kata lain kenakalan itu terjadi karena berasal dari individu itu sendiri. Kemarahan orang tua yang berlebiihan kepada anak juga dapat menimbulkan bermacam reaksi dari anak yang pada akhirnya akan menyeret anak itu untuk melakukan kenakalan. Keluarga merupakan jenis kehidupan sosial terkecil yang memberikan stenpel dan fondamen utama dalam mendewasakan anak, serta membentuk pribadi anak. Oleh karena itu keluarga memiliki perana yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak bila anak berada dalam keluarga yang jelek. Selain itu faktor keharmonisan keluarga juga berpengaruh besar terhadap jenis dan tingkat kenakalan anak, begitu pula faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap kenakalan anak, karena terlalu sibuknya orang tua bekerja tamggung jawab mendidik anak anaknya menjadi kurang di perhatikan sehingga perkembangan prilaku anak itu tidak dapat terkontrol dengan baik dan anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. 2. Faktor Lingkungan Masyarakat. Sebagaimana telah kita ketehui bersama, bahwa masyarakat adalah bagian lingkingan pendidikan setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu bagaimanapun kondisi masyarakat disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai pengaruh terhadap prilaku anak dalam kehidupan sehari hari. Lingkungan masyarakat dapat menjadi sumber terjadinya perbuatan yang mengarah kepada kenakalan anak. Menurut Gunarsa (2012:29) bahwa : Perilaku penyimpangan (kenakalan) anak anak kadang timbul karena terlalu sering membaca buku buku bacaan, gambar gambar dan flim flim yang identik dengan pelanggaran norma norma. Biasanya untuk mengisi waktu senggang anak anak membaca buku buku yang menjerumus ke arah seks, melihat gambar gambar porno yang akan memberikan rangsangan ransangan seks terhadap anak. Faktor pergaulan terhadap masyarakat juga akan sangat berpengaruh terhadap pribadi anak. Jika anak anak bergaul dengan anak anak yang tidak sekoalah akan membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. 3. Faktor Lingkungan Sekolah. Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara garis besar masih bersifat formal. Anak remaja yang masih duduk dibangku SMP pada umumnya mereka menghabiskan waktu mereka selama tujuh jam disekolahan setiap hari, jadi jangan heran bila lingkungna sekolah juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. 5

7 Sekolah bisa menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja yang di picu dari adanya pengaruh dari teman temannya. Hal ini sangatlah wajar apaabila pengaruh dari teman itu merupakan penyebab yang utama. Karena pergaulan anak sekarang ini sangatlah bebas apalagi didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu cepat. Sehingga apabila anak tidak memiliki teman yang baik maka ia akan terjerumus kepada hal hal yang negatif, yang dapat merugikan diri sendiri dan dapat menularkan kepada teman teman yang lain. Menurut Walgito, (2008:15-16) mengatakan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya adalah : kurang terlaksananya pendidikan moral dengan baik. Karena kebanyakan guru sibuk dengan urusan pribadinya tanpa dapat memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak hanya bisa diberi teori belaka sementara dalam prakteknya gurupun melanggar teori yang telah disamapaikan kapada anak didiknya. Padahal guru merupakan suri teladan kedua setelah orang tua, makanya setiap sifat dan tingkah laku guru menjadi cerminan anak didiknya. Bila pendidikan kesusilaan dalam agama kurang dapat diterapkan disekolah maka akan berakibat buruk terhadap anak, sebab disekolahan anak mengahadapi berbagai macam bentuk teman dalam bergaul. Dimana dalam pergaulan tersebut tidak seutuhnya membawa kebaikan bagi perkembangan anak. C. Bentuk bentuk kenakalan siswa di sekolah Kenakalan remaja atau sisswa sebgai bagian dari kemerosotan moral tidaklah dapat dilepaskan dari kontraks sosial budaya zamaannya. Karena itu kejahatan remaja merupakan pertiwa minimnya pembenaran siswa remaja terhadap norma norma moral, hukum,dan sosial yang berlaku dalam masyrakat. Mereka sangat terpengaruh oleh setimulasi sosial yang jahat seingga mengakibatkan mereka rusak akhlaknya. Kenakalan siswa / remaja yang dilakukan oleh anak remaja / siswa pada umumnya merupakan produk dari adanya peraturan peraturan keras dari orang tua, anggota keluarga dan lingkungan terdekatnya yaitu masyarakat di tambah lagi dengan keinginan yang megarah pada sifat negatif dan melawan arus yang tak terkendali. Pada dasarnya kenakalan siswa berbeda beda. Karena sesuatu itu disebut kenakalan mungkin orang lain menyebut masih dalam batas kewajaran. Hal ini sangat bergantung dengan lingkungan dan situasi siswa/anak disekolhkan. Jika dilihat dan di amati dari bentuk bentuk kenakalan siswa yang sering dilakukan di sekolahan maka kenakalan siswa dapat terjadi di karenakan salah pergaualan antar teman sehingga dapat terjadi kenakalan siswa dalam pergaulan siswa dengan teman sebayanya, seperti : a. Merokok, b. Perkelahian, c. Sering terlambat, d. Mengompas, dan e. Bermain di warnet pada jam belajar. 6

8 A. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penelitian ini termaksuk jenis penelitian deskritif. Sutja, dkk (2005 : 52) menyatakan bahwa penelitian deskritif merupakan penelitian yang berusaha menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. Menurut Cholid (2004:44) bahwa penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan mengiterprestasi. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bukan hanya terbatas pada pengumpulan data saja, tetapi dapat melihat, meninjau dan menggambarkan obyek yang diteliti sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan setelah melakukan analisis terhadap data. B. Populasi dan Sempel 1. Populasi Menurut Sutja, dkk (2012 : 80). Populasi merupakan wilayah atau krakteristik tertentu dari yang diteliti. Berdasarkan pendapat di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang sering melanggar peraturan di sekolah. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah homogen, hal ini didasari oleh asumsi bahwa populasi memiliki tingkat kelas dan sekolah yang sama. Penetapan sampel menggunakan Purposive Samping yang mana sampel ditetapkan berdasarkan siswa yang dianggap paling dekat dan mengetahui masalah penelitian atau significan others, jumlah sampel yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan (Sutja, dkk : 2012 : 85). Data siswa nakal yang diperoleh adalah berasal dari masing-masing guru wali kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang nakal menurut masing-masing guru wali kelas dan konselor sekolah. Dimana siswa yang menjadi sampel adalah siswa dengan kriteria yang pernah ketahuan merokok, terlibat perkelahian, sering terlambat, keluar masuk saat jam pelajaran berlangsung, mengompas uang teman, mengkonsumsi minuman beralkohol dan membolos dari sekolah. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Menurut Sutja dkk (2010;87) dalam penelitian ada dua jenis data yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang langsung dipungut langsung dari responden yang menjadi subek penelitian dan data sekunder yaitu data yang tidak langsung diperoleh dari responden melainkan dari sumber lain. Dengan demikian, maka data penelitian ini adalah data primer, artinya data tentang identifikasi penyebab kenakalan siswa di SMP Negeri 25 Kota Jambi dihimpun dari siswa yang bersangkutan. 2. Sumber Data Sumber data merupakan objek yang diminta keterangan atau informasi mengenai apa-apa yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Adapun sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi yang tercatat secara resmi pada semester ganjil tahun ajaran 2014/

9 D. Alat Pengumpulan Data 1. Pengembangan Instrumen Alat pengumpulan data atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket yang diberikan item-item pernyataan. Instrumen penelitian disusun dengan cara menyebarkan variabel ke dalam indikator-indikator, indikator ditetapkan berdasarkan aplikasi individu, berkaitan dengan penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi. Penulisan item angket penelitian ditempuh dengan pengkajian teoritis, pembuatan definisi operasional, pengembangan kisi-kisi, dengan pertimbangan tim ahli uji coba (judgement angket). 2. Penetapan Option Dan Skala Jawaban Skala option jawaban menggunakan model Dichotomis, yaitu dengan menyediakan 2 option jawaban (Ya Tidak). E. Tekhnik Analisis Data Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang berguna untuk mendapatkan hasil penelitian dan menarik kesimpulan. Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu menghitung yaitu kalkulator casio. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik persentase dengan menggunakan formula C untuk item berbeda. Teknik analisis persentase ini digunakan untuk melihat dan mengolah rata-rata persentase yang item pernyataannya terdiri dari item positif (+) dan negatif (-), dimana pada pernyataan yang bersifat positif (+) akan diberi bobot 0 pada jawaban YA, dan 1 pada jawaban TIDAK, dan sebaliknya. Hal ini dilakukan agar mendapatkan data yang sebenarnya untuk mengidentifikasi penyebab kenakalan siswa yang terjadi. fb 100% n.( i)( bi) Keterangan : P = Persentase yang dihitung fb = Jumlah bobot dari frekuensi yang diperoleh n = Banyaknya subjek (sampel penelitian) i = Banyaknya item / soal bi = Bobot ideal B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Faktor keluarga sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, terlihat bahwa rata-rata presentase frekuensi jawaban responden tentang pada indikator keluarga adalah sebesar 139. Dengan menggunakan rumus persentase formula C, maka diperoleh persentase rata-rata sebesar 30,9%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keluarga sebagai faktor penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Hasil ini seuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Menurut Kartono (2006.:39) menyebutkan bahwa lingkungan keluarga secara pontensial dapat membentuk kepribadian anak menjadi hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu gagal, akan terbentuk seseorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan tindakan yang bersifat kriminal. Keluarga 8

10 merupakan jenis kehidupan sosial terkecil yang memberikan stenpel dan fondamen utama dalam mendewasakan anak, serta membentuk pribadi anak. Oleh karena itu keluarga memiliki perana yang sangat penting bagi perkembangan jiwa anak bila anak berada dalam keluarga yang jelek. Selain itu faktor keharmonisan keluarga juga berpengaruh besar terhadap jenis dan tingkat kenakalan anak, begitu pula faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap kenakalan anak, karena terlalu sibuknya orang tua bekerja tamggung jawab mendidik anak anaknya menjadi kurang di perhatikan sehingga perkembangan prilaku anak itu tidak dapat terkontrol dengan baik dan anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. 2. Faktor sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Berdasarkan data pada tabel rekapitulasi di atas, terlihat bahwa indikator sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa, dengan persentase rata-rata sebesar 39,7%. Maka dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Sekolah bisa menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja yang di picu dari adanya pengaruh dari teman temannya. Hal ini sangatlah wajar apaabila pengaruh dari teman itu merupakan penyebab yang utama. Karena pergaulan anak sekarang ini sangatlah bebas apalagi didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang begitu cepat. Sehingga apabila anak tidak memiliki teman yang baik maka ia akan terjerumus kepada hal hal yang negatif, yang dapat merugikan diri sendiri dan dapat menularkan kepada teman teman yang lain. Menurut Derjat (2008:16), mengatakan bahwa yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya adalah kurang terlaksananya pendidikan moral dengan baik. Karena kebanyakan guru sibuk dengan urusan pribadinya tanpa dapat memperhatikan perkembangan moral anak didiknya, anak hanya bisa diberi teori belaka sementara dalam prakteknya gurupun melanggar teori yang telah disamapaikan kapada anak didiknya. Padahal guru merupakan suri teladan kedua setelah orang tua, makanya setiap sifat dan tingkah laku guru menjadi cerminan anak didiknya. 3. Faktor masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi Berdasarkan pengolahan data dan deskripsi hasil penelitian tentang masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa, dengan persentase rata-rata sebesar 31,8%. Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi berada pada tingkat yang rendah. Sebagaimana telah kita ketehui bersama, bahwa masyarakat adalah bagian lingkungan pendidikan setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Oleh karena itu bagaimanapun kondisi masyarakat disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai pengaruh terhadap prilaku anak dalam kehidupan sehari hari. Lingkungan masyarakat dapat menjadi sumber terjadinya perbuatan yang mengarah kepada kenakalan anak. Menurut Garisson (2007: 29) perilaku penyimpangan (kenakalan) anak anak kadang timbul karena terlalu sering membaca buku buku bacaan, gambar gambar dan flim flim yang identik dengan pelanggaran norma-norma. Biasanya untuk mengisi waktu senggang anak membaca buku buku yang menjerumus ke 9

11 arah seks, melihat gambar gambar porno yang akan memberikan rangsangan ransangan seks terhadap anak. Faktor pergaulan terhadap masyarakat juga akan sangat berpengaruh terhadap pribadi anak. Jika anak anak bergaul dengan anak anak yang tidak sekolah akan membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. C. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dengan menggunakan kriteria penafsiran persentase rata-rata aspek tingkatan dari masing-masing indikator, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Faktor keluarga sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi dengan persentase rata-rata sebesar 30,9%. Hal ini memberikan arti bahwa kondisi lingkungan keluarga siswa yang mampu menyebabkan siswa berprilaku nakal berada pada tingkat yang rendah. 2. Faktor sekolah sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi dengan persentase rata-rata sebesar 39,7%. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan sekolah siswa yang memberikan peluang bagi siswa untuk berprilaku nakal berada pada tingkat yang rendah. 3. Faktor masyarakat sebagai penyebab kenakalan siswa kelas VIII di SMP Negeri 25 Kota Jambi dengan persentase rata-rata sebesar 31,8%. Hasil ini memberikan arti bahwa kenakalan yang dilakukan siswa juga dipengaruhi oleh masyarakat sekitar siswa pada tingkat yang rendah. B. SARAN Berdasarkan pemabahasan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran kepada : 1. Bagi siswa agar selalu berbuat dan bertindak yang positif baik dalam masyarakat, keluarga maupun sekolah demi perkembangan yang optimal. 2. Bagi orang tua untuk dapat memberikan perhatian yang cukup bagi anak-anaknya. Sehingga anak tidak kekurangan pengawasan dalam pergaulannya, dan kenakalan anak dapat diminimalisirkan lagi. 3. Bagi guru untuk dapat lebih memperhatikan siswanya baik di dalam, maupun di luar lingkungan sekolah. Karena guru merupakan orang tua siswa di sekolah, sedah seharusnya guru memberikan perhatian dan pengawasan kepada siswa untuk membantu siswa dalam masa perkembangannya agar berkembang secara positif dan optimal. 4. Bagi kepala sekolah untuk lebih mengoptimalkan kembali keadaan lingkungan sekolah, baik yang menyangkut kedisiplinan dan kepedulian guru kepada siswa, maupun peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah. 10

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH :

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH : ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB SISWA TIDAK MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH DI SMP NEGERI 25 KOTA JAMBI OLEH : YUNI ASMIKA ERA 1D009080 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berusaha menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. terjadi, atau kecenderungan yang tengah terjadi.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berusaha menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. terjadi, atau kecenderungan yang tengah terjadi. 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah tergolong sebagai penelitian deskriptif. Sutja dkk (2014:118), menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Sutja dkk (2014:78),

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Sutja dkk (2014:78), 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkapkan tingkat penyebab rendahnya interaksi sosial siswa berprestasi tinggi kelas XI IPA di

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN DISIPLIN DIRI SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI MODEL KOTA JAMBI OLEH :

ARTIKEL ILMIAH. HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN DISIPLIN DIRI SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI MODEL KOTA JAMBI OLEH : ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN DISIPLIN DIRI SISWA KELAS VIII DI MTs NEGERI MODEL KOTA JAMBI OLEH : DEVI JULIANA ERA 1D009113 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : DIAN PURNAMA SARI ERA 1D009093 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 MUARO JAMBI OLEH :

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 MUARO JAMBI OLEH : ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 MUARO JAMBI OLEH : FUJI WULANDARI NIM : ERA1D009156 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan peneliti tergolong korelasional. Sesuai

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan peneliti tergolong korelasional. Sesuai BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan peneliti tergolong korelasional. Sesuai dengan pendapat Sutja, dkk (2014: 135) penelitian korelasional maksudnya adalah penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA

TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA ARTIKEL ILMIAH TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI OLEH : IIN ERA 1D010090 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014 0 TINGKAT

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN DISIPLIN PADA SISWA SMP NEGERI 19 KOTA JAMBI

FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN DISIPLIN PADA SISWA SMP NEGERI 19 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH FAKTOR PENYEBAB PELANGGARAN DISIPLIN PADA SISWA SMP NEGERI 19 KOTA JAMBI OLEH : NUR HERMATASIYAH ERA1D010159 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa

Lebih terperinci

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : ELA WULANDARI ERA1D010125 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara lain kenakalan remaja. Kenakalan remaja lebih banyak cakupnya dan lebih dalam bobot isinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. A. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu, menggali serta memahami arti dan makna dari

Lebih terperinci

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu Kenakalan Remaja 1 Definisi Kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Bakolak Inpres No. 6/1977

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI Oleh : JUFRI AFRIANTO ERA1D08043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran yang tidak

Lebih terperinci

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol A. Temuan Penelitian Berdasarkan paparan dan analisis data diatas maka diperoleh temuan data sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Remaja Di SMPN 2 Sumbergempol a. Bentuk-bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa Jadi masa remaja disebut masa bertumbuh dan berkembang, baik bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam setiap kehidupan manusia. Keluarga juga mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENERIMAAN SISWA TERHADAP GURU DI KELAS DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENERIMAAN SISWA TERHADAP GURU DI KELAS DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENERIMAAN SISWA TERHADAP GURU DI KELAS DENGAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI MTS NEGERI OLAK KEMANG KOTA JAMBI OLEH : YAYUK PUSPITA WENI NIM : ERA1D009056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di masa depan. Untuk itu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merebaknya isu rendahnya kecerdasan moral pada siswa saat ini sangat marak diperbincangkan, seperti yang sangat sering kita temukan di mana siswa seringkali melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan sebagai batang muda yang akan menentuka nasib negara itu sendiri. Karena remajalah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahap kehidupan yang penuh tantangan dan terkadang sulit dihadapi, karena pada masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan orang tua terhadap anak-anak mereka yaitu menginginkan anaknya menjadi orang yang baik, sopan santun, berbudi pekerti luhur, penuh tanggung jawab, patuh

Lebih terperinci

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM MAKALAH PANCASILA OLEH NAMA : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : 11.12.5657 JURUSAN : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) KELAS : 11 (S1-SI)05 DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PRILAKU MENYIMPANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori usia remaja yang tidak pernah lepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ` Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena dengan pendidikan akan mencapai kemajuan baik dalam pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai harapan bangsa, negara dan agama senantiasa menarik perhatian banyak pihak, baik oleh orang tua, pendidik, pemerintah maupun anggota masyarakat.

Lebih terperinci

FAJAR DWI ATMOKO F

FAJAR DWI ATMOKO F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pentingnya moral dalam kehidupan manusia adalah manusia tidak biasa hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Membolos 1. Pengertian Membolos Menurut Gunarsa (1981) membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Membolos sering terjadi tidak hanya saat ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari masalahmasalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat dikategorikan sebagai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, dan tidak dapat ditinggalkan dalam setiap kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan bahwa dengan pendidikanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada zaman sekarang ini, kemajuan melaju pesat diberbagai bidang khususnya bidang IPTEK. Hal ini membuat berbagai informasi baik dari dalam maupun luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup manusia. Karena pendidikan menunjang manusia mencapai taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan insan pembangunan nasional. Keterlibatan remaja sebagai generasi penerus berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa, dimulai dari pubertas yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai

Lebih terperinci

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Mach (2004) mengungkapkan bahwa kasus gangguan perilaku eksternal lebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Meraih Gelar S1 Psikologi Oleh : Diah Peni Sumarni F 100990135

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber kebahagiaan dan kebersamaan. Mereka membuat kehidupan menjadi manis, tempat menggantungkan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tipe penelitian ini adalah kuantitatif eksplanatoris. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain, hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan dikalangan remaja adalah hal yang memperihatinkan kenakalan ini mencakup semua perilaku remaja yang melanggar norma. Perilaku ini tentunya akan sangat merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci