BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Guru Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005:377) guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan menurut Suparlan (2008:12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Menurut Iman (2010:23), guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah (Heranita, Prima, 2012:3). Berdasarkan uraian tersebut, maka yang dimaksud dengan guru dalam penelitian ini merupakan suatu profesi yang memiliki keahlian khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan agar dapat mendidik dan mengajar sehingga membantu pembentukan SDM yang potensial. Jadi kesiapan guru memerlukan

2 kondisi seseorang, kemauan, keterampilan, dan keinginan menggeluti profesi guru yang membutuhkan keahlian khusus. 2.2 Profesionalisme Guru Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Secara etimologi, profesi berasal dari istilah bangsa Inggris profession atau bahasa latin profecu, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan disini adalah adanya persyaratan pegetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis (Sudarwan Danim, 2002:20). Profesi adalah sebuah pekerjaan yang digeluti dengan penuh pengabdian dan dedikasi serta dilandasi oleh keahlian atau keterampilan tertentu. Menurut Sahertian yang dikutip Marselus (2011:6), profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Menurut Djam an (2009:13), profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya, artinya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. 9

3 Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan non profesional karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksankan profesinya dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu. Profesi guru mempunyai tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan layanan profesional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Guru yang dikatakan profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga iya mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Abdullah, 2002:1). Stinnett dan Huggett yang dikutip Marselus (2011 : 8). Memberikan sejumlah karakteristik tentang profesi sebagai berikut: 1) profesi melibatkan kegiatan-kegiatan intelektual, 2) profesi menguasai suatu bidang pengetahuan khusus, 3) profesi memerlukan persiapan profesional yang lama, 4) profesi membutuhkan pengembangan latihan dalam jabatan secara terus menerus, 5) profesi memberikan karier hidup dan keanggotaanya yang permanen, 6) profesi menetapkan standarnya sendiri, 7) profesi mengutamakan pelayanan di atas keuntungan pribadi, 8) profesi memiliki suatu organisasi profesi yang kuat dan terjalin erat. Menurut Abdullah (2002:4), untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik agar dapat meningkatkan mutu pendidikan maka guru harus memiliki 10

4 kompetensi yang harus dikuasai sebagai suatu jabatan profesional. Kompetensi guru tersebut meliputi: Menguasai bahan ajar Menguasai landasan-landasan kependidikan Mampu mengelola program belajar mengajar Mampu mengelola kelas Mampu menggunakan media/sumber belajar Mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keprluan pengajaran. Berdasarkan berbagai pengertian dan karakteristik tersebut, maka profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu yang didasarkan pada basis keilmuan tertentu, dengan lingkup tugasnya diarahkan kepada pelayanan kepada masyarakat. Profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang memiliki kelembagaan tertentu dalam bentuk organisasi profesi yang berwenang untuk mengawasi anggotanya dari praktik-praktik tercela yang merugikan matrabat profesi serta melindungi anggota profesi dari berbagai macam pelecehan dan tindakan-tindakan yang merendahkan martabat profesi dari pihak-pihak eksternal. Menurut Moh. Ali (2005) dalam Kunandar (2009:47), suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni: (1) Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) 11

5 Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3) Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Sedangkan Surya (2005:56) mengemukakan, guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual, tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak tepisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan profesi guru dalam penelitian ini adalah keahlian dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna. Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persayaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidik profesi memadai, memiliki 12

6 kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, dan selalu melakukan pengembangan diri terus-menerus melalui organisasi profesi, internat, buku, seminar, dan semacamnya. 2.3 Kompetensi Guru Kompetensi berasal dari bahasa inggris yaitu competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang seseorang dinyatakan kompeten dibidang tertentu jika mempunyai kecakapan bekerja pada suatu bidang tertentu (Djam an, 2009:2.2). Menurut Kunandar (2009:53), kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sementara itu, kompetensi menurut Kepmendiknas 045/U/2002 adalah: seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki sesorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu. Seseorang dianggap kompeten apabila telah memenuhi persyaratan: (1) Landasan kemampuan pengembangan kepribadian; (2) Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan; (3) Kemampuan berkarya; (4) Kemampuan menyikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab; (5) Dapat hidup bermasyarakat dengan bekerja sama, saling menghormati dan menhargai nilai-nilai pluralisme serta kedamaian (Kunandar, 2009:53). 13

7 Kompetensi guru merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yan diharapkan (Mulyasa, 2007:25). Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dari beberapa pengertia kompetensi mengacu pada seperangkat ilmu serta keterampilan mengajar guru didalam menjalankan tugas profesionanya sebagai seorang guru sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai dengan baik. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan profesional, keilmuan, tekhnologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,pengembangan pribadi, dan profesionalisme (Mulyasa, 2007:26). Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Berdasarkan pernyataan tersebut maka yang dimaksud dengan kompetensi guru dalam penelitian ini adalah suatu yang mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh dari pendidikan, kompetensi tersebut antara lain adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini berpengaruh dalam perjalanan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. 14

8 2.3.1 Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Mulyasa (2007:75), kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi, pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berabagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi paedagogik merupakan gambaran kemampuan yang dapat dilihat dari cara penyampaian materi pelajaran oleh guru yaitu cara mengajarnya dan kesesuaian cara mengajar dengan karakteristik siswa. Selanjutnya Mulyasa (2007:75) menyebutkan kompetensi pedagogik sebagai berikut: 1) Kemampuan mengelola pembelajaran, secara operasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. 2) Pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami oleh guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan pengembangan kognitif siswa. 15

9 3) Perencanaan pembelajaran, mencakup tiga kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar dan penyusunan program pembelajaran. 4) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran yang kritis dan komunikasi. 5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses peserta didik. 6) Evaluasi hasil belajar, hal ini harus dimiliki seorang guru agar dapat mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik. 7) Pengembangan peserta didik, bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Secara terperinci mengenai kompetensi paedagogik guru telah tercantum dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007, tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang dikutip oleh Marselus (2011:28). Kompetensi paedagogik menyangkut: 1. Pemahaman Terhadap Karakteristik Siswa Siswa atau peserta didik yang dilayani oleh guru adalah individu-individu yang unik. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru dapat berhasil dalam pembelajarannya (Marselus, 2011: 30). 16

10 2. Menguasai Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik Tugas utama guru adalah memengaruhi siswa bisa belajar. Karena itu tidak terelakkan bahwa guru juga harus menguasai dengan baik teori-teori belajar, dan bagaimana teori-teori itu diaplikasikan dalam pembelajaran melalui model-model pembelajaran tertentu (Marselus, 2011:32). Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran, guru juga harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Pembelajaran yang mendidik berarti pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman bermakana yang tidak hanya berguana untuk kepentingan sesaat, tetapi juga pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi siswa untuk bisa belajar seoanjang hayat (learning how to learn). 3. Mengembangkan Kurikulum Menurut Marselus (2011:34) menjelaskan, guru bukan hanya pelaksana kurikulum tetapi juga pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Salah satu otonomi profesional guru terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dilayaninya. 4. Melaksanakan Pembelajaran yang Mendidik Menurut Marselus, (2011:34), guru dituntut untuk menerapkan prinsipprinsip pembelajarana mendidik tersebut dalam situasi pembelajaran rill. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mendukung karakter pembelajaran yang mendidik adalah pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). 17

11 5. Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran Menurut Marselus (2011:36), semakin luasnya penetrasi teknologi informasi dan komputer dalam berbagai segi kehidupan manusia, termasuk dalam latar pembelajaran, maka guru juga dituntut untuk melek terhadap teknologi informasi dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. 6. Membantu Peserta Didik Mengaktualisasikan Potensinya Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada situasisituasi non pembelajaran (Marselus, 2011:38). 7. Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik, dan Santun dengan Siswa Menurut Marselus (2011:39), kegiatan pembelajaran adalah suatu bentuk komunikasi. Karena esensi dari pembelajaran adalah interaksi antara individu-individu tertentu, sehingga terjadi pertukaran pesan (informasi, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan lain-lain). Guru harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan siswa agar pesan-pesan pembelajaran dapat dipahami dengan sempurna. 8. Menilai Proses Hasil Pembelajaran Salah satu tugas utama guru dalam pembelajaran adalah menilai proses dan hasil pembelajaran. Guru harus bisa mengembangkan alat penilaian yang 18

12 tepat dan sahih untuk dapat mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar siswa secara komprehensif (Marselus, 2011:40). 9. Melakukan Tindakan Reflektif Menurut Marselus (2011:42), salah satu ciri dari tugas guru sebagai seorang profesional adalah kemampuan untuk merefleksikan praktiknya dan melakukan perbaikan-perbaiakan secara berkelanjutan. Tindakan reflektif adalah sejenis proses belajar yang merupakan bagian dari proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan. Basarkan berberapa uraian tersebut maka yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik dalam penelitian ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami murid melalui perkembangan kognitf murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan murid. Guru yang memiliki kompetensi paedagogis yang memadai harus mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar agar guru dapat mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik memperbaiki proses belajar mengajar dan pembentukan kompetensi peserta didik (Sutomo, 2011:21) Kompetensi Kepribadian Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. Guru tidak hanya dituntut untuk mampu 19

13 memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana guru tersebut menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kulitas pribadi peserta didik. Salah satu tuntutan guru adalah pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas peserta didik. Agar dapat melaksanakan tuntutannya dengan baik, profesional dan dapat dipertanggung jawabkan, guru harus memiliki kepribadiaan yang mantap, stabil dan dewas. Banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Banyak peserta didik yang melanggar peraturan sekolah yang membuatu guru diuji kepribadiaannya dan ketabilan emosinya dalam menyelesaikan masalah. Guru menyelesaikan masalah peserta didik juga harus bersifat arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah (Dewi, Lucia H. N, 2012:28). Menurut D jam an (2009:25), kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan prilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam prilaku sehari-hari. Standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, yang dikutip oleh Mulyasa dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan : kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Jadi seorang guru wajib memiliki kompetensi kepribadian yang memadai karena pribadi guru sangat berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik (Mulyasa, 2007:117). Penjabaran indikator-indikator standar kompetensi kepribadian guru yang diatur menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007, tentang kualifikasi akademik 20

14 dan kompetensi guru kemudian dikutip oleh Marselus (2011:51). Kompetensi kepribadian menyangkut: 1. Bertindaka Sesuai dengan Norma Agama, Hukum, Sosial dan Kebudayaan Nasional Indonesia Bertindak sesuai dengan norma agama, norma hukum, dan norma sosial serta kebudayaan Nasional Indonesia mengharuskan guru untuk satu dalam kata dan perbuatan (Marselus, 2011: 51). 2. Pribadi yang Jujur, Berakhlak Mulia, dan Teladan Bagi Peserta Didik dan Masyarakat Guru merupakan seorang individu yang bermakana bagi siswa. Ia menjadi model yang memperlihatkan sikap dan perilaku yang pantas dicontoh. Karena itu nilai-nilai yang diajarkan guru tidak hanya sekedar berwujud kata-kata kosong tetapi lebih dari itu harus menggema dan terpancar dalam sikap dan cara hidup guru itu sendiri (Marselus, 2011:54). 3. Pribadi yang Mantap, Stabil, Dewasa Arif dan Berwibawa Menurut Marselus (2011:54), guru harus memiliki pribadi yang stabil secara emosonal sehingga mampu membimbing siswa secara efektif. Kecakapan dan kemampuan yang dimiliki guru baik pedagogis maupun keilmuan belumlah cukup apabila tidak dibarengi dengan kestabilan emosional guru. 4. Menunjukkan Etos Kerja, Tanggung Jawab, Rasa Bangga Menjadi Guru dan Rasa Percaya Diri Menurut Marselus (2011:57) menjelaskan, guru profesional adalah guru yang memiliki etos kerja yang tinggi dan bertanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaannya. 21

15 5. Menjunjung Tinggi Kode Etik Profesi Guru Guru profesional hendaknya menjunjung tinggi kode etik profesinya sebagai pedoman sikap dan perilaku, dengan tidak melakukan pelanggaran kode etik (Marselus, 2011:60). Kompetensi kepribadian ini menjadi sangat penting karena mengingat bahwa guru akan menjadi panutan bagi peserta didiknya, apabila seorang guru telah memiliki beberapa subkompetensi kepribadian tersebut maka dalam pelaksanaan tugasnya akan berjalan lancar dan dapat menimbulkan minat yang tinggi bagi peserta didik untuk mengikuti pelajaran. Berdasarkan pernyataan tersebut maka, yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian dalam penelitian ini adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia Kompetensi Profesional Menurut Daryanto dan Tutik Rachmawati (2013:105) menyebutkan, kompetensi profesional yaitu kemempuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memahami standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. 22

16 Menurut Mulyasa (2007:135), Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya Mulyasa menyebutkan ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi: 1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, pisikologis, sosiologis dan sebagainya. 2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. 3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. 4) Mengerti dan mampu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. 6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. Hamalik (2002:38) mengungkapkan bahwa, guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila: 1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya. 2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 23

17 3) Guru tersebut dapat bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan nasional) sekolah. 4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar dan mengajar di kelas. Secara spesifik menurut Permendiknas No. 16/2007 yang dikutip Marselus (2011:43) tentang, standar kompetensi ini dijabakan kedalam lima kompetensi inti yakni: 1. Menguasai Materi, Struktur, dan Konsep Keilmuan Mata Pelajaran Menurut Marselus (2011:44) penguasaan terhadap materi ini menjadi salah satu persyaratan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif, karena guru sering menjadi tempat bertanya bagi siswa dan dapat juga menjadi sumber pemuas dahaga keingintahuan siswa. 2. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diasuh Melalui penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran maka diharapkan guru dapat mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran secara cermat. Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi prasyarat bagi guru untuk mengembangkan kurikulum ditingkat satuan pendidikannya (Marselus, 2011:45). 3. Mengembangkan Materi Pembelajaran Secara Kreatif Menurut Marselus (2011:45) penguasaan terhadapa standar kompetensi dan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang diasuh guru harus dibarengi 24

18 dengan kemampuan guru untuk mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan struktur keilmuan dan kebutuhan khas peserta didik. 4. Mengembangkan Profesional Berkelanjutan Melalui Tindakan Reflektif Kegiatan pengembangan profesional berkelanjutan merupakan sebuah btututan mutlak bagi para guru karena perkembangan ilmu dan teknologi berjalan begitu cepat. Karena itu penyesuaian terhadap penyesuaian terhadap penguasaan ilmu dan teknologi bagi guru haruslah senantiasa up to date dan menjadi salah satu syarat penting bagi guru, untuk mengembangkan diri dan kemampuan praktik profesionalanya (Marselus, 2011:47). 5. Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Berkomunikasi Berkomunikasi dan Mengembangkan Diri Jika dalam standar kompetensi pedagogis, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi diperuntukkan bagi peningkatan kualitas pembelajaran, maka dalam kompetensi profesional, pemanfaatan teknologi komunikasi bagi guru diperuntukkan bagi pengembangan diri atau berkomunikasi dengan kolega atau sejawat (Marselus, 2011:49). Berdasarkan pernyataan tersebut maka, yang dimaksud dengan kompetensi profesional dalam penelitian ini merupakan penguasaan materi secara mendalam, menjadi guru yang profesional bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut akan tercermin dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, dan kegiatan-kegiatan guru baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru yang profesional harus mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki secara mendalam. 25

19 2.3.4 Kompetensi Sosial Djam an (2009:215), Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara, lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnnya sebagai guru. Kompetensi sosial mutlak harus dimiliki oleh seorang guru dan siapapun selain guru karena manusia tidak bisa terlepas dari kodrat yakni sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari pasti selalu berinteraksi dengan orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam dunia pendidikan kompetensi sosial yang dimiliki guru dimaksudkan untuk mampu bersosialisasi dengan siswa agar dapat menciptakan suasana yang harmonis dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran guru tidak hanya dituntut untuk mampu bersosialisasi dengan siswanya tetapi juga dengan lingkungannya di sekolah yaitu rekan-rekan sesama pengajar, orang tua/wali siswa dan masyarakat luas, hal tersebut akan sangat membantu seorang guru dalam melaksanakan tugasnnya. Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d yang dikutip oleh Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara aktif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan 26

20 guru sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat. 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. 3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/wali peserta didik. 4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. (Mulyasa, 2007:173). Kompetensi sosial guru berkaitan erat dengan kemampuan dalam berkomunikasi dengan masyarakat, baik masyarakat di sekitar sekolah maupun masyarakat di tempat guru tinggal. Peran guru dan cara guru berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat diharapkan mempunyai karakteristik tersendiri yang sedikit berbeda dengan mereka yang bukan guru. Guru mengemban misi kemanusiaan. Menurut Permendiknas No. 16/2007 yang dikutip Marselus (2011:51), kemampuan dalam standar kompetensi sosial mencakup lima kompetensi utama yakni: 1. Bersikap inklusif, bertindak objektif dan tidak diskriminatif Siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda dari segi jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya. Guru profesional adalah guru yang bisa membawa diri dalam situasi semacam ini. Guru harus bisa berinteraksi dan bergaul dengan siswa atau rekan sejawat, atau bahkan anggota masyarakat yang berbeda latar belakang semacam ini (Marselus, 2011:61). 27

21 2. Berkomunikasi Secara Efektif, Emaptik, dan Santun Menurut Marselus (2011:64) pengetahuan tentang multikulturalisme bagi guru sangatlah penting karena menjadi dasar bagi guru untuk memupuk kemampuan komunikasinya dengan orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. 3. Beradaptasi di Tempat Bertugas di Seleluruh Wilayah RI Undang-undang No. 14/2005 yang dikutip Marselus (2011:65) tentang Guru dan Dosen yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Pemerintah No. 74/2008 tentang Guru membuka kemungkinan bagi guru untuk bekerja di seluruh wilayah Indonesia. 4. Berkomunikasi dengan Komunitas Profesi Sendiri dan Profesi Lain Menurut Marselus (2011:65) kemampuan komunikasi guru tidak hanya sebatas berkomunikasi dalam konteks pembelajaran yang melibatkan interaksi guru siswa, tetapi juga keampuan untuk bisa berkomunikasi secara ilmiah dengan komunitas seprofesi maupun komunitas profesi lain dengan menggunakan berbagai macam maedia dan forum. Berdasarkan pernyataan tersebut maka, yang dimaksud dengan kompetensi sosial dalam penelitian ini merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertfikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifkasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi 28

22 program sarjana atau program diploma empat. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Kunandar, 2009:75). Berikut ini tabel keempat kompetensi guru sebagai berikut: 29

23 Tabel 2.1 Kompetensi dan Sub Kompetensi Guru dalam Sertifikasi No Kompetensi Sub Kompetensi Indikator 1 Kompetensi pedagogik: meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didikuntuk mengaktualisasi kan berbagai potensi yang dimilikinya 1.1 Memahami peserta didik secara mendalam 1.2 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran 1.3 Melaksanakan pembelajaran 1.4 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran a. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip pengembangan kognitif b. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian c. Mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik a. Memahami landasan pendidikan b. Menerapkan teori belajar dan pembelajaran c. Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang akan dicapai dan materi ajar d. Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih a. Menata latar (setting) pembelajaran b. Melaksanakan pembelajaran yang kondusif a. Merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode. 30

24 No Kompetensi Sub Kompetensi Indikator b. Menganalisis hasil evaluasiproses dan hasil untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning) c. Memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 1.5 Mengaktualisasika n peserta didik untuk mengaktualisasika n berbagai potensinya a. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik b. Memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik c. Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi non akademik 2 Kompetensi kepribadian: kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 2.1 Kepribadian yang mantap dan stabil 2.2 Kepribadian yang dewasa b. Bertindak sesuai dengan norma hukum c. Bertindak sesuai dengan norma sosial d. Bangga sebagai guru e. Memiliki konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma a. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik b. Memiliki etos kerja sebagai pendidik 31

25 No Kompetensi Sub Kompetensi Indikator 2.3 Kepribadian yang arif a. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat b. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak 2.4 Kepribadian yang berwibawa 2.5 Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didi b. Memiliki perilaku yang disegani a. Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, takwa, jujur, ikhlas, suka menolong) b. Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik 3 Kompetensi profesional: merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap 3.1 Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi a. Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah b. Memahami, struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar c. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait d. Menerapkan konsepkonsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari 32

26 NO Kompetensi Sub Kompetensi Indikator struktur dan metodologi keilmuannya. 4 Kompetensi sosial: merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar 3.2 Menguasai struktur dan metode keilmuan 4.1 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik 4.2 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan 4.3 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar * Sumber : Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti dan Direktorat Profesi Pendidik Ditjen PMPTK Depdiknas dengan modifikasi 2.4 Sertifikasi Pengertian Sertifikasi Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada sesuatu objek tertentu (orang, barang, atau organisasi tertentu) yang menandakan bahwa objek tersebut layak menurut kriteria, atau standar tertentu. Sertifikasi merupakan sebuah bentuk 33

27 jaminan mutu (quality assurance) kepada pengguna objek tersebut, sehingga para pengguna tidak merasa dirugikan (Marselus, 2011 : 68). Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-undang republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan nasional dan peraturan Mentri Pendidikan Nasional No 18 tahun Sertifikasi dapat berbentuk ijazah atau sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan symposium ( UU RI No. 20/2003 pasal 61). Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikasi kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secra berkelanjutan. Bentu peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikasi pendidik. Dalam UU 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, disebut bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga pendidik profesional. Dengan demikian, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai proses pemberian pengakuan bahwa seorang guru telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang 34

28 untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (Mulyasa, 2007 :34). Menurut Trianto (2007:9) sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimim dan mengasai kompetensi minimal sebagai agen pembelajaran. Syarat sertifikasi pendidik bagi guru adalah: (1) Memenuhi standar kualifikasi akademik (S1 atau D4 dan Relevan); (2) Menguasai standar kompetensi yang dibuktikan dengan lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah (Kunandar, 2009: 83). Dengan demikian berdasarkan pernyataan tersebut maka, dapat disimpulkan sertifikasi guru dalam penelitian ini adalah suatu bukti pengukuran sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki seseorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu., setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Sertifikasi memiliki beberapa tujuan dan manfaat tertentu. Melalui sertifikasi sertdak-tidaknya terdapat jaminan dan kepastian tentang status profesionalisme guru dan juga menunjukkan bahwa pemegang lisensi atau 35

29 sertifikat memiliki kemamupuan tertentu dlam memberikan layanan profesional kepada masyarakat (Marselus, 2011: 76) Tujuan Sertifikasi Guru Ada beberapa tujuan dari sertifikasi, diantaranya: 1. Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Melalui sertifikasi maka akan dilakukan seleksi terhadap guru manakah yang berkelayakan untuk mengajar dan mendidik dan manakah yang tidak. Sertifikasi dalam konteks ini sebagai suatu mekanisme seleksi terhadap guru-guru yang unggul yang diharapkan dapat menunaikan tugas sebagai guru profesional untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dan menjadi salah satu komponen penting dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Guru juga menjadi salah satu aset penting yang menjadi penentu kualitas pendidikan secara nasional. Karena itu melalui sertifikasi guru, diharapkan dapat meningkatkan mutu dproses dan hasil pendidikan. 3. Sertifikasi untuk meningkatkan martabat guru. Melalui sertifikasi guru maka wibawa dan martabatnya sebagai seorang profesional dapat dijaga bahkan ditingkatkan. Selama ini guru dipandang sebagai pekerjaan massal yang dapat dimasuki oleh siapa saja dari berbagai latar belakang. Karena itu ada kecenderungan publik melihat guru secara berat sebelah dan profesi yang 36

30 disandangnya dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang lumrah.sertifikasi justru untuk menjamin dan memastikan bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan yang berwibawa dan guru melalui pengalaman pendidikan dan pelatihan yang relatif lama dapat memberikan layanan yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja-pekerja pengajaran yang amatir. 4. Sertifikasi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Sejatinya, guru yang telah menyelesaikan proses pendidikan pada jenjang pendidikan keguruan sudah memiliki sertifikat sebagai guru/pengajar. Ijazah dan akta mengajar yang dimilikinya sudah memperlihatkan bahwa yang bersangkutan sudah layak sebagai guru. Tetapi apakah pemegang ijazah dan akta guru sudah benar-benar kompeten dan profesional? Untuk memastikannya perlu dilakukan uji kompetensi sebagai seorang profesional sehingga dilakukan melalui sertifikasi. Bahkan sertifikat tidak berlaku seumur hidup, sehingga sertifikasi dan resertifikasi dapat menjadi salah satu mekanisme untuk memastikan bahwa guru penyandang sertifikasi masih tetap profesional dan memiliki kompetensi yang dapat diandalkan. Sertifikasi dapat menjadi sebuah bentuk post quality control yakni pengendalian mutu terhadap output yang dilakukan sebelum output itu digunakan di dalam masyarakat (Marselus, 2011: 76) Manfaat Sertifikasi guru Sertifikasi guru memiliki manfaat sebagai berikut: a. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra guru. Sertifikasi guru merupakan sebuah bentuk 37

31 pengakuan terhadp profesionalisme guru. Dengan disertifikasi maka profesi guru terlindungi sebagai sebuah profesi yang bermartabat karena dengan itu dapat diketahui manakah praktik-praktik guru yang profesional dan manakah yang tidak profesional. Hal ini dilakukan mengingat pekerjaan guru dimasa lalu dapat dimasuki oleh siapa saja dari berbagai latar belakang kualifikasi pendidikan. b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional. Sertifikasi menjadi sebuah mekanisme bagi masyarakat untuk membedakan manakah praktik pendidikan yang bermutu dan profesional. Akibat dari semakin banyaknya sekolah yang bermunculan dan semakin banyaknya pengajar-pengajar menawarkan jasanya kepada masyarakat, maka melalui sertifikasi guru masyarakat mendapatkan jaminan dan kepastian tentang mutu dan keabsahan proses pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Semakin banyak guru yang disetifikasi dapat menjadi indikasi bahwa layanan pendidikan di sekolah menjadi semakin profesional karena ditangani oleh para profesional. Dengan demikian masyarakat kita tidak hanya terbujuk rayu dengan tawaran-tawaran pendidikan yang dipromosikan. c. Meningkatkan kesejahteraan guru. Sertifikasi juga membawa dampak finansial tertentu khususnya bagi guru pemegang sertifikasi. Dalam konteks guru di Indonesia, pemerintah sudah menetapkan aturan bahwa guru yang telah disertifikasi berhak untuk mendapatkan tunjangan profesional setara dengan gaji pokok satu bulan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa 38

32 tingkat kesejahteraan guru pasca sertifikasi akan semakin baik, dan guru dapat berkonsentrasi untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai pengajar dan pendidik di sekolah (Marselus, 2011 : 77). Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidikan dan tenaga kependidikan menurut Mulyasa (2008 : 35) mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Pengawasan mutu (a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik. (b) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan. (c) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada awal masuk organisasi profesi maupu pengembangan karier selanjutnya. (d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupu usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme. 2. Penjaminan mutu a. Adanaya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna. 39

33 b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru UUGD Pasal 11 ayat (2) menyatakan: Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetpkan oleh pemerintah. Sertifikasi guru diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Mentri Pendidikan Nasional. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut (Samani, 2007: 5). a. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. c. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. d. Pereturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidikan. e. Fatwa/Pendapat Hukum Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. I.UM f. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. 40

34 2.4.4 Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru Standar kompetensi dan sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah terkait amanat Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD). Melalui standar dan sertifikasi, diharapkan dapat dipilih dan dipilih guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi, dan guru-guru yang tidak profesional yang tidak berhak mendapatkannya. Untuk kepentingan tersebut, perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi, atau melakukan uji kompetensi. Uji kompetensi merupakan bagian penting dari standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagaimana diamanatkan dalam UUGD (Mulyasa, 2007 : 191). Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru, uji kompetensi baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Mulyasa (2007), mengungkapkan pentingnya uji kompetensi dan standar kompetensi dan sertifikasi guru antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan, dan siapa guru yang perlu mendapatkan pembinaan secara kontinue, serta siapa guru yang telah mencapai standar kemampuan minimal. 2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru Melalui uji kompetensi, diharapkan dapat terjaring guru-guru yang kompeten, kreatif, profesional, inovatif, dan menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran disekolahnya. 41

35 3. Untuk pengelompokan guru Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan menentukan mana guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesional, tujangan jabatan, dan penghargaan profesi serta guru yang tidak profesional tidak berhak menerimanya. 4. Sebagai bahan acuan dalam penegembangan kurikulum Tujuan, program pendidikan, sistem pembelajaran, dan evaluasi perlu direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kompetensi guru. 5. Merupakan alat pembinaan guru Dengan adanya syarat yang menjadi kriterian calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para adminstrator dalam memilih, menseleksi dan menempatkan guru sesuai dengan karakteristik dan kondis, serta jenjang sekolah. 6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar. Uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran. 2.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Stefany Soraya Sonya (2010) yang berjudul Penguasaaan Kompetensi Guru yang Sudah Bersertifikasi dan Guru yang Belum Bersertidikasi Di SMP Se-Kecamatan Ngablak, yang 42

36 menunjukkan bahwa: penguasaan kompetensi antara guru yang telah bersetifikasi dan yang belum bersertifikat menunjukkan bahwa, guru yang sudah bersertifikat memiliki penguasaan mompetensi yang lebih tinggi dari pada guru yang belum bersertifikat. Rata-rata penguasaan kompetensi guru yang belum bersertifikat sebesar 489,55. Angka ini lebih kecil dari standar minimal kelulusan sebesar 850. Sedangkan rata-rata penguasaan guru yang sudah bersetifikat sebesar 898,86. Angka ini diatas standar minimal kelulusan Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini, unit of analysis yang akan diteliti adalah penguasaan kompetensi guru yang sudah bersertifikasi. Sedangkan unit of observation adalah guru SMP Kristen 2 Salatiga. Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi guru yang sudah bersertifikasi di SMP Kristen 2 Salatiga. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data awal dengan cara mengobservasi jumlah guru yang sudah bersertifikasi kemudian melakukan wawancara awal untuk mendapatkan data awal. Kemudian peneliti menyiapkan perangkat non tes seperti pertanyaan-pertannyaan untuk wawancara dan angket. Kemudian mengumpulkan beberapa dokumen yang mendukung proses pengambilan data oleh peneliti. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan yang disaratkan untuk menjadi seorang guru. Kemampuan tersebut biasa disebut dengan istilah kompetensi guru. Kompetensi guru itu diantarannya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian. 43

37 Keempat kompetensi tersebut mutlak dikuasai oleh guru agar dapat melaksanakan tugas dan kinerja sebagai guru dengan baik karena dalam melaksanakan tugasnnya guru tidak mengalami kesulitan dan dapat mengatasi masalah yang berkaitan dengan tugasnya dengan penguasaan kompetensi yang dimilikinya. Sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Guru yang lolos sertifikasi adalah yang menguasai keempat kompetensi yang disyaratkan, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Guru yang profesional memiliki penguasaan kompetensi yang tinggi terhadap keempat kompetensi guru tersebut. Semakin baik penguasaan guru terhadap kompetensi, semakin profesional guru tersebut. Apabila seorang guru telah sertifikasi tentu dia sudah dinyatakan layak untuk menjalankan tugas pokoknya, dengan kata lain guru yang sudah sertifikasi memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum sertifikasi. 44

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI Oleh: Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGERTIAN PROFESI Suatu pekerjaan tertentu (a particular business) yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian pada Bab I yaitu bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 yang ditandai dengan globalisasi teknologi dan informasi, telah membawa dampak yang luar biasa bagi peran guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik STANDAR KOMPETENSI GURU PAUD/TK/RA No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik Menguasai karakteristik peserta 1. Memahami karakteristik peserta didik usia didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 ProfesiKeguruan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 RASIONAL 1. Jabatan guru sebagai jabatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM 2. Era informasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Teoritis Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Teoritis Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teoritis 2.1.1 Tinjauan tentang Guru, Kompetensi, Kompetensi Pedagogik, dan PAUD 2.1.1.1 Pengertian Guru Guru memainkan peranan penting bagi jalannya proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Ronny Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang berkualitas, perlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Berprestasi 1. Pengertian Guru Berprestasi Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan Dasar Tingkat Nasional Tahun 2013 yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki abad-21, tugas guru tidak akan semakin ringan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Sertifikasi

BAB II KAJIAN TEORI. kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Sertifikasi BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Sertifikasi Profesi 2.1.1.1 Sertifikasi Profesi Guru Dalam UU RI No 14/2005 pasal 16 disebutkan bahwa pemerintah akan memberikan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN 1. Kualifikasi Penguji

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI Sugeng Muslimin 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Profesi guru adalah profesi yang terhormat, tidak semua orang dapat menjadi guru. Untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, akibat dari pendidikan,

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, akibat dari pendidikan, II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Kompetensi Profesional 1.1.Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang, akibat dari pendidikan, pelatihan, atau pengalaman

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Aah Ahmad Syahid, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Email: syahid@upi.edu ABSTRAK Analisis kebutuhan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua kesuksesan. Guru merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya ditentukan oleh keberhasilan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le No.1685, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Kualifikasi Akademik. Pamong Belajar. Kompetensi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Guru 2.1.1. Pengertian Guru (Rastodio, 2009, h. 40) adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan meningkatkan pelayanan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu. Apalagi dengan adanya deregulasi

Lebih terperinci

USAHA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

USAHA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU USAHA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Oleh: Winarno, M.Sc 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 1 C. Ruang Lingkup... 2 BAB II USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 1 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN 2005 Abstraks Oleh Sukanti, Sumarsih, Siswanto, Ani

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal. 70-81 PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal maupun informal di sekolah dan luar sekolah yang berlangsung

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP) SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP) UU No. 14/2005 (UUGD) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka Teori teori mengenai variabel yang terkait dengan penelitian perlu dikemukakan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan menunjang

Lebih terperinci

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar )

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar ) PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar ) 1. Permasalahan Guru Permasalahan yang dihadapi guru pada umumnya : a. Tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (per individu) dan kinerja organisasi. Pasolong (2010: 175) menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. (per individu) dan kinerja organisasi. Pasolong (2010: 175) menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Kinerja Guru 1. Kinerja Pegawai/Guru Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (per individu) dan kinerja organisasi. Pasolong (2010:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN riaumandiri.co I. PENDAHULUAN Tujuan pemerintah negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG 2 1. Bagaimana pandangan konstruktivisme tentang belajar dan apa implikasinya bagi pembelajaran di kelas? Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam kegiatan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar sehingga siswa memiliki ketakwaan, kecerdasan,

Lebih terperinci

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK Nama BIODATA : Bero Usada, S.Kom TTL : Boyolali, 22 Januari 1987 Alamat : Perum Swarna Bsd Blok A 9. Jl. Beringin Pekanbaru Pendidikan : SDN 2 Jeruk lulus tahun 1999 Profesi & Organisasi Email : SMPN 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik profesional yaitu guru. Guru memiliki tugas utama mendidik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mutu pendidikan sangat bergantung pada kompetensi dan kualifikasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mutu pendidikan sangat bergantung pada kompetensi dan kualifikasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Mutu pendidikan sangat bergantung pada kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Musfah (2011: 27) mengatakan bahwa kompetensi diperoleh

Lebih terperinci

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : BIOLOGI : SMK Standar Guru Standar Isi Indikator Esensial Inti Guru Mapel Standar Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi guru. Namun, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang melatar belakangi masalah, pokok permasalahan, yaitu : 1.1 Latar Belakang Masalah, 1.2 Rumusan Masalah, 1.3 Batasan Masalah, 1.4 Tujuan Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang I.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sumberdaya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat diartikan sebagai perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Pengertian Sertifikasi Sertifikasi berasal dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi kompetensi seseorang untuk memangku

Lebih terperinci