BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
|
|
- Ade Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Jembatan Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan juga termasuk jembatan sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai kesimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah (Prestalita Gita,2011). Konstruksi jembatan merupakan bangunan pelengkap sarana transportasi jalan yang menghubungkan suatu area dengan area lainnya, yang merupakan daerah lalu lintas yang dapat dilewati oleh suatu benda bergerak baik yang terputus akibat suatu rintangan maupun untuk melewati suatu persimpangan tidak sebidang, sehingga para pengguna jalan dapat melintas untuk menjalani aktifitasnya. Secara umum, jembatan gelagar adalah sebuah jembatan yang dibangun dari balok-balok yang ditempatkan pada pangkal jembatan (abutment) dan tiang jembatan (pier). Dek jembatan dibangun di atas balok penopang sebagai lantai dasar dalam proses lalu lintas diatasnya. Ada beberapa jenis tipe yang berbeda dari jembatan gelagar, lebih lanjut mengenai berbagai jenis tipe tersebut akan dibahas dalam dalam sub-bab selanjutnya. Penentuan pemilihan jenis jembatan yang akan digunakan tergantung pada pertimbangan ekonomi dan faktor spesifik dari kondisi area konstruksi, baik dari segi akses transportasi menuju lapangan maupun dari jenis tiang penyokong yang berada di tengah bentang. 6
2 Rolled Steel Girder Baja mempunyai kekuatan, daktilitas, dan kekerasan yang lebih tinggi dibanding material lain seperti beton atau kayu, sehingga menjadikannya sebagai bahan utama yang penting untuk struktur jembatan. Jembatan gelagar baja merupakan struktur jembatan yang sederhana dan umum digunakan. Terdiri dari slab lantai, gelagar, dan penahan (bearing). Gelagar baja dibedakan menjadi dua jenis yaitu gelagar baja komposit dan non komposit. Pada gelagar baja komposit dapat dilihat dari gelagar baja bekerja sama dengan slab beton (menggunakan sambungan geser) dan untuk gelagar baja non komposit dilihat dari gelagar baja dan slab beton merupakan suatu komponen yang terpisah atau bukan satu kesatuan. Pada umumnya penampang baja yang digunakan adalah penampang balok-i Plate Girder Plate girder atau gelagar datar merupakan bentuk jembatan yang ekonomis dalam menahan lentur dan gaya geser serta memiliki momen inersia terbesar untuk berat yang relatif rendah di setiap segmen bentangnya Box Girder Jembatan dengan tipe gelagar kotak adalah bentuk gelagar pelat yang menggabungkan dua gelagar menjadi satu kesatuan sehingga penampang jembatan membentuk suatu rongga atau gelagar kotak.. Jembatan dengan bentang gelagar kotak biasanya digunakan pada jembatan dengan bentang ± m, dan biasanya di desain sebagai struktur menerus di atas pilar. Box girder mempunyai keutamaan yaitu tahanan terhadap beban torsi.
3 Prestressed Concrete Bridges Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan yang maju dari bahan beton. Pada jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang berfungsi untuk mengimbangi tegangan akibat beban. Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua sistem, antara lain : a. Post-tensioning Pada sistem ini tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras, dan transfer gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar. b. Pre-tensioning Pada sistem ini beton dicor mengelilingi tendon prategang yang ditegangkan terlebih dahulu, dan kemudian transfer gaya prategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan tendon 2.2 Struktur Jembatan Secara umum struktur jembatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu struktur atas dan struktur bawah. Kedua bagian tersebut akan dijelaskan melalui sub bab berikut Struktur Atas (Superstructures) Struktur atas jembatan terdiri dari semua komponen jembatan yang menerima beban langsung di atasnya. Beban langsung tersebut meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dan lain-lainnya. Struktur atas jembatan meliputi :
4 9 a. Trotoar : Sandaran dan tiang sandaran. Peninggian trotoar (Kerb) Slab lantai trotoar b. Slab lantai kendaraan c. Gelagar (Girder) d. Balok diafragma e. Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang) Struktur Bawah (Substructures) Struktur bawah merupakan semua elemen yang diperlukan untuk mendukung struktur atas beserta beban lalu-lintas jalan untuk kemudian disalurkan ke fondasi dan selanjutnya disalurkan ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan meliputi : a. Pangkal jembatan (Abutment) Dinding belakang (Back wall) Dinding penahan (Breast wall) Dinding sayap (Wing wall) Oprit,plat injak (Approach slab) Tumpuan (Bearing) b. Pilar jembatan (Pier) Kepala pilar (Pier head) Pilar (Pier), yang berbentuk dinding, kolom, atau portal
5 Pembebanan Jembatan Panduan sistem yang digunakan dalam perencanaan maupun perawatan jembatan yaitu Bridge Management System(BMS), yang merupakan suatu sistem manajemen jembatan di Indonesia yang diadaptasi dari sistem di Australia untuk membuat panduan perencanaan jembatan. Panduan ini berisi tentang semua unsur yang ada di jembatan dan perencanaannya. Pada pembahasan ini akan dijelaskan beberapa hal yang mendukung dan menjadi dasar dari penelitian ini. Berdasarkan BMS Bridge Design Code dan BMS Bridge Design Manual, akan dijelaskan tentang standar pembebanan struktur jembatan yang juga menjadi acuan dalam perencanaan pembebanan jembatan RSNI T , antara lain : a. Aksi Tetap Aksi tetap pada jembatan dipengaruhi oleh berat sendiri elemen elemen struktural jembatan, beban mati tambahan berupa utilitas, dan pengaruh dari penyusutan dan rangkak. Adapun faktor beban untuk berat sendiri adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Faktor Beban untuk Berat Sendiri Faktor Beban Jangka Waktu K S ; MS Biasa K U ; MS Terkurangi Baja, aluminium Tetap Beton pracetak Beton dicor ditempat Kayu (Sumber: SNI-T tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan)
6 11 Berdasarkan SNI-T tentang Standar Pembebanan untuk Jembatan bagian 3 tentang Istilah dan Definisi dan bagian 5 tentang Aksi dan Beban Tetap, maka tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Jangka waktu tetap adalah kondisi dimana beban bekerja sepanjang waktu dan beban tersebut bersumber dari beban tetap yang berada di sekitar jembatan. Faktor beban biasa adalah faktor beban yang digunakan apabila pengaruh dari aksi rencana untuk mengurangi keamanan. Faktor beban terkurangi adalah faktor beban yang digunakan apabila pengaruh dari aksi rencana untuk menambah keamanan. Faktor beban terkurangi biasanya digunakan untuk mengatasi apabila kerapatan masa struktur sangat besar. Secara batas kerapatan masa yang besar akan sangat aman untuk struktur tetapi tidak untuk kondisi lainnya sehingga harus digunakan faktor beban terkurangi. Sebaliknya, apabila kerapatan masa kecil maka dapat digunakan faktor beban biasa dimana keadaan ini merupakan keadaan paling kritis dari kondisi struktur. Nilai dari faktor beban diatas tidak bisa diubah. Tabel 2.2 Berat Isi untuk Beban Mati No Bahan Berat / Satuan Isi Kerapatan Masa (kn/m 3 ) (kg/m 3 ) 1 Campuran aluminium Lapisan permukaan beraspal Besi tuang Timbunan tanah dipadatkan Kerikil dipadatkan Aspal beton
7 12 7 Beton ringan Beton Beton prategang Beton bertulang Timbal Lempung lepas Batu pasangan Neoprin Pasir kering Pasir basah Lumpur lunak Baja Kayu (ringan) Kayu (keras) Air murni Air garam Besi tempa (Sumber: SNI-T tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan) b. Beban Lalu Lintas Beban lalu lintas pada sistim pembebanan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan beban truk "T". Beban lajur bekerja pada seluruh lebar jembatan sedangkan beban truk ditempatkan pada lajur lalu lintas rencana yang ada dilapangan. Beban Lajur "D" Beban lajur merupakan gabungan dari beban merata dan beban garis yang bekerja pada jembatan. Adapun gambaran beban yang bekerja seperti pada gambar berikut.
8 13 Gambar 2.1 Beban Lajur "D" (Sumber : SNI-T tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan) Beban truk Untuk beban truk, hanya ada satu truk yang ditempatkan pada setiap lajur lalu lintas rencana sepanjang jembatan. Adapun distribusi beban dari truk ke jembatan dan jumlah lajur rencana adalah sebagai berikut : Gambar 2.2 Beban Truk (Sumber : SNI-T tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan)
9 14 Tabel 2.3 Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana Jenis Jembatan Lebar Jalan Kendaraan Jembatan (m) Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana Lajur tunggal Dua arah, tanpa median Jalan kendaraan majemuk (Sumber: SNI-T tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan) Beban truk pada jembatan merupakan beban dinamis yang harus dipikul suatu struktur jembatan. Adapun faktor distribusi untuk pembebanan truk T seperti tabel berikut : Tabel 2.4 Faktor Distribusi untuk Beban Truk Jenis Bangunan Atas Pelat lantai beton diatas : - Balok baja I atau balok beton pratekan - Balok beton bertulang T - Balok kayu Jembatan Jalur Tunggal S/4.2 Bila S > 3.0 m lihat keterangan 1 S/4.0 Bila S > 1.8 m lihat keterangan 1 S/4.8 Bila S > 3.7 m lihat keterangan 1 Jembatan Jalur Majemuk S/3.4 Bila S > 4.3 m lihat keterangan 1 S/3.6 Bila S > 3.0 m lihat keterangan 1 S/4.2 Bila S > 4.9 m lihat keterangan 1 Lantai papan kayu S/2.4 S/2.2 Lantai baja gelombang tebal 50 mm atau lebih S/3.3 S/2.7 Kisi kisi baja : - Kurang dari tebal 100 mm
10 15 - Tebal 100 mm atau lebih S/2.6 S/2.4 S/3.6 Bila S > 3.6 m lihat keterangan 1 S/3.0 Bila S > 3.2 m lihat keterangan 1 (Sumber: SNI-T tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan) Keterangan : (1) Beban pada tiap balok tersendiri adalah reaksi beban roda dengan anggapan bahwa lantai antara gelagar sebagai balok sederhana (2) S adalah jarak rata-rata antara balok tersendiri. c. Aksi Lingkungan Faktor lingkungan yang mempengaruhi sistim pembebanan jembatan adalah suhu dari struktur jembatan, drainase atau aliran air, beban angina, beban gempa dan tekanan tanah. Faktor faktor diatas mempengaruhi pembebanan suatu jembatan tetapi untuk penelitian ini tidak memperhitungkan akibat beban dari lingkungan. d. Aksi Lainnya Beban beban yang termasuk dalam aksi lainnya adalah akibat gesekan pada tumpuan dan akibat getaran yang terjadi pada jembatan.faktor faktor ini juga diperhitungkan di lapangan. Pada penelitian ini faktor pembebanan jembatan yang digunakan adalah beban akibat beban lalu lintas truk T. Hal ini dikarenakan pengujian pembebanan yang dilakukan dilapangan hanya memperhitungkan akibat beban truk 'T' berjalan. Beban truk yang digunakan pada pengujian ini masih memenuhi syarat pembeban truk yang
11 16 berlaku, dimana berat beban truk sebesar 270 kn dengan berat maksimum yang diijinkan sebesar 500 kn Pembatasan Lendutan untuk Balok Lendutan balok akibat beban layan harus dikontrol sebagai berikut : a. Geometrik dari bagian komponen harus direncanakan untuk melawan lendutan akibat pengaruh tetap sehingga sisa lengkungan positif atau negatif masih dalam batas yang bisa diterima. b. Lendutan akibat beban hidup daya layan, termasuk kejut harus ada dalam batas yang cocok untuk bangunan dan kegunaannya. Lendutan ini tidak boleh melampaui L/800 untuk bentang dan L/400 untuk kantilever. 2.4 Rumus Lendutan dan Putaran Sudut Pada Balok Dalam melakukan perhitungan lendutan di tengah bentang dan putaran sudut secara manual menggunakan dua rumus yang berbeda, antara lain: a. Beban terpusat berada di tengah bentang
12 17 P 35 kn A C B L Gambar 2.3 Beban terpusat berada di tengah bentang b. Beban terpusat berada di jarak tertentu pada bentang Jika a > b : Jika a < b :
13 kn P A C B a b L Gambar 2.4 Beban terpusat berada di jarak tertentu pada bentang Dimana : δ c = lendutan di titik C pada tengah bentang. θ A = putaran sudut di titik A pada tumpuan. θ B = putaran sudut di titik B pada tumpuan. P = beban terpusat E = modulus elastisitas I = momen inersia 2.5 Pengujian Jembatan Setelah masa konstruksi jembatan selesai, perlu dipastikan apakah jembatan tersebut akan menahan semua kondisi beban yang telah direncanakan, sehingga dibutuhkan pengujian jembatan secara langsung di lapangan dengan kondisi yang telah direncanakan. Terdapat tiga metode yang digunakan dalam pengujian jembatan yaitu metode uji beban statik, dinamik, dan semi statik dengan pendekatan terintegrasi.
14 19 Metode uji beban statik dilakukan untuk menentukan kapasitas beban suatu jembatan dengan cara beban truk ditempatkan pada posisi yang menghasilkan gaya dalam yang kritis kemudian diukur regangan dan lendutan maksimum dari struktur atas jembatan tersebut. Maksud metode ini adalah untuk menentukan nilai kekuatan aktual awal jembatan secara nyata sebelum jembatan mulai digunakan dan nantinya dapat dilakukan verifikasi dengan nilai rencana secara teoritis. Metode uji beban dinamik digunakan untuk mengetahui sekaligus kapasitas beban suatu jembatan dengan cara mengukur karakteristik dinamik atau getaran pada saat jembatan telah dilalui oleh beban kendaraan bergerak karena dapat menunjukkan perubahan fisik pada jembatan,misalnya parameter frekuensi alamiah. Frekuensi alamiah struktur adalah getaran yang terjadi pada suatu struktur ketika struktur tersebut tidak menerima gaya-gaya luar. Frekuensi alami struktur dipengaruhi oleh besaran properti internal struktur, yaitu kekakuan dan massa struktur. Nilai dari frekuensi alami suatu struktur akan tetap kecuali apabila struktur tersebut mengalami perubahan pada kekakuan dan masa struktur. Kerusakan yang terjadi pada struktur akan menyebabkan degradasi pada kekakuannya. Hal ini akan mempengaruhi secara langsung pada nilai frekuensi alaminya. Dengan demikian frekuensi alami merupakan indikator yang baik terhadap kerusakan yang dialami oleh suatu sistem struktur (Mahargya Lintang,2012), sehingga metode ini dapat dijadikan sebagai proses validasi dalam masa perawatan jembatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode uji beban semi statik dengan pendekatan terintegrasi. Metode integrasi bertujuan untuk menentukan kapasitas beban suatu jembatan dengan cara mengukur baesarnya regangan dan lendutan akibat beban hidup yang melewati elemen jembatan. Teknik pengujian
15 20 jembatan menggunakan berbagai macam alat dan sensor yang dibutuhkan untuk pembacaan yang paling akurat tentang karakteristik jembatan yang kemudian diintegrasikan dengan pemodelan finite element untuk mendapatkan perilaku jembatan sebenarnya. Sensor pengujian jembatan yang dilakukan pada umumnya, antara lain : a. Sensor pengujian regangan dengan menggunakan alat uji strain gauge. b. Sensor pengujian perpindahan/lendutan dengan menggunakan alat uji Linear Variable Differential Transformer (LVDT). c. Sensor pengujian rotasi/putaran sudut dengan menggunakan tiltmeter. Ruang lingkup pengujian jembatan berada di bawah daerah pemantuan struktural, dan hasil analisa kekakuan aktual bangunan atas dapat digunakan untuk kendaraan lain dengan variasi beban untuk penentuan batas beban maksimum. Dalam penelitian ini akan membahas alat sensor pengujian jembatan untuk lendutan dan putaran sudut, yang akan di jelaskan pada sub bab selanjutnya Linear Variable Differential Transformer Linear Variable Differential Transformer (LVDT) pada umumnya merupakan suatu tipe transfomator elektrikal yang menghasilkan sinyal listrik sebanding dengan perpindahan linear dari suatu material inti yang bergerak. Desain LVDT terdiri dari susunan silinder dari gulungan primer (Primary Coil) dan sekunder (Secondary Coil) dengan inti silinder (Core) terpisah yang melewati pusat. Gulungan primer diberi energi dengan konstan sehingga menghasilkan medan magnet searah di pusat transduser yang menginduksi sinyal ke dalam gulungan sekunder, dan gerakan inti dalam area tersebut menyebabkan sinyal gulungan
16 21 sekunder untuk mengubah. Dua gulungan sekunder yang dihubungkan secara seri terhadap gulungan primer menghasilkan sinyal yang berbeda, dan ketika inti silinder diposisikan di pusat gulungan primer menghasilkan sinyal nol. Gambar 2.5 Komponen LVDT (Sumber : Measurement Specialities TM ) Ketika inti silinder bergerak dari posisi pusatnya, induksi tegangan dari gulungan sekunder meningkat sejalan dengan arah pergerakan inti silinder, sedangkan induksi tegangan gulungan sekunder yang berlawanan menurun. Pergerakan ini menghasilkan tegangan berbeda yang bervariasi secara linier terhadap perubahan posisi inti silinder. Pada penelitian ini, pengukuran linear pada jembatan dilakukan untuk mengukur nilai lendutan yang terjadi di lapangan. Uji lendutan tersebut dilakukan dengan menjalankan satu unit dump truck melintasi jembatan tersebut. Impak akibat beban truk yang berjalan menghasilkan getaran dan frekuensi jembatan hasil pengukuran tersebut dicatat dengan alat uji LVDT yang dihubungkan dengan sistem komputer dimana hasil pengamatan lendutan direkam menggunakan software WinSTS.
17 22 LVDT mengukur besar lendutan dengan indikator terjadinya perubahan voltase di dalam inti kumparan. Voltase yang dihasilkan oleh LVDT kemudian ditransfer menjadi sinyal elektrik yang dihubungkan ke komputer. Sistem komputer menerima sinyal voltase dari LVDT dan dengan bantuan software WinGRF, besar voltase yang terjadi dapat ditampilkan langsung dalam bentuk grafik dan tersimpan dalam data notepad. Hasil data tersebut kemudian dikalibrasi ke dalam satuan lendutan dalam inchi. Metode pemasangan alat ini dilakukan dengan cara meletakkan sensor seperti jarum di tengah bentang jembatan sebagai penerima frekuensi akibat impak beban truk yang berjalan. Gambar 2.6 LVDT-Test (Sumber : PT. Struktur Pintar Indonesia) Tiltmeter Tiltmeter merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk melihat perubahan sudut kemiringan atau slope pada suatu struktur (tilt). Sensor pada tiltmeter bekerja dengan menerima frekuensi yang sensisitif terhadap perubahan kemiringan baik
18 23 secara horizontal maupun vertikal. Desain tiltmeter terdiri dari inti detektor sudut (C) yang berasal dari lentur torsi. Komponen sensor yang menggantung (A) akan bergerak mengikuti kemiringan pada tiltmeter akibat beban yang mengakibatkan gaya torsi. Hasil dari pergerakan komponen tersebut terdeteksi oleh komponen sensor (B) yang kemudian menghasilkan sinyal searah. Sinyal searah tersebut diterima oleh dinamo torsi yang kemudian menggerakan komponen sensor yang menggantung berlawanan arah gravitasi sehingga kembali ke posisi semula, dan sinyal voltase tersebut menghasilkan nilai putaran sudut yang berlawanan arah jaruh jam (negatif). Gambar 2.7 Komponen tiltmeter (Sumber : Ketika terjadi getaran akibat beban truk yang melintas di atas jembatan, tegangan yang ditimbulkan dari sensor dikonversi ke data digital berupa notepad ke dalam komputer dan dikalibrasi dalam bentuk derajat. Metode pemasangan tiltmeter dilakukan dengan cara menempelkan sensor dengan menggunakan epoxy di jarak
19 24 tertentu dari tumpuan jembatan sebagai penerima frekuensi akibat impak beban truk yang berjalan. Gambar 2.8 Tiltmeter (Sumber : Bridge Diagnostics, Inc) 2.6 MIDAS/Civil Midas/civil merupakan suatu program aplikasi komputer di bidang teknik sipil. Program ini memiliki kemampuan untuk menganalisa berbagai jenis konstruksi jembatan termasuk jembatan beton prategang dengan perhitungan yang cepat serta dapat menampilkan gambar dan perhitungan struktur yang berdimensi besar dan kompleks secara 3 dimensi (3D), sehingga dapat melakukan analisa perhitungan secara optimal. Tahapan analisa konstruksi struktur jembatan beton prategang-i Girder yang dilakukan akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya Material and Section Properties Midas-civil menyediakan jenis material dan penampang menurut ASTM, AISC, CISC, CSA, BS, DIN, EN, UNI, IS, JIS, GB, dan lain-lain. Material dan penampang juga dapat didefinisikan sesuai keinginan pengguna program ini. Sebanyak 37 bentuk penampang yang berbeda meliputi baja-beton bertulang yang
20 25 berbentuk penampang komposit, dapat di aplikasikan pada elemen garis. Selain itu, Midas/Civil juga menyediakan perhitungan untuk analisa dengan bagian bentuk penampang yang tidak konvensional. Gambar 2.9 Material and Section Properties (Sumber : en.midasuser.com) Static Load Analisis pembebanan statik dilakukan pada setiap jenis beban statik yang ada. Hasil analisis ini dapat dikombinasikan dalam suatu kombinasi beban statik. Fitur ini untuk menetapkan kasus beban yang diperlukan untuk perencanaan jembatan yang diinginkan. Beban-beban statik yang ada meliputi :
21 26 a. Berat sendiri elemen Merupakan berat sendiri material jembatan baik beton maupun baja. b. Beban noda Beban yang mewakili jenis beban terpusat c. Beban merata Untuk jenis beban mati maupun beban hidup d. Beban permukaan bidang Beban ini diterapkan pada lokasi tertentu pada permukaan bidang atau elemen plat lantai, dan dapat ditentukan di lokasi manapun pada permukaan bidang tanpa dibatasi oleh adanya noda atau elemen. e. Beban bergerak Difungsikan untuk menentukan jenis kendaraan, jumlah jalur, dan metode yang digunakan dalam analisa beban bergerak. f. Beban prategang Beban yang digunakan untuk menerapkan gaya prategang tendon pada girder jembatan baik dalam sistem pra-tarik maupun pasca tarik. Pada penelitian ini, beban yang diigunakan yaitu beban statik terpusat yang mewakili setiap beban roda pada truk yang diterapkan pada elemen plat lantai jembatan Tinjauan Hasil Hasil analisa program midas-civil terdiri dari dua analisa, antara lain : a. Hasil analisa grafik
22 27 Analisa ini memudahkan pengguna untuk menghasilkan berbagai bentuk output secara grafis. Pengguna dapat memperoleh hasil reaksi, perpindahan/lendutan, rotasi, gaya, serta tegangan sesuai dengan kombinasi beban yang telah ditentukan. Hampir seluruh hasil analisa dapat ditampilkan menjadi animasi baik dalam bentuk penampang pemodelan, lendutan dan gaya akibat waktu, hasil analisis dinamik, maupun hasil analisis statik. Gambar 2.10 Deformasi pemodelan pada analisa grafis (Sumber : en.midasuser.com) b. Hasil analisa tabel Midas/civil juga dapat menampilkan hasil yang kompatibel dengan MS Excel, yang memungkinkan pengguna untuk meninjau semua analisis dan hasil pemodelan secara sistematis. Berbagai fitur editing yang mirip dengan MS Excel disediakan untuk semua analisis maupun hasil desain pemodelan (lendutan, rotasi, gaya, tegangan).
23 28 Gambar 2.11 Hasil analisa dalam bentuk tabel (Sumber : en.midasuser.com) 2.7 Resensi Penelitian dan Pengujian Sebelumnya a. Dynamic and Static Tests of Prestressed Concrete Girder Bridges in Florida, pengujian yang dilakukan oleh Moussa A.Issa dan Mohsen A.Shahawy. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan regangan dan lendutan terhadap peningkatan kecepatan kendaraan dan beban yang diberikan, serta hasil pengujian di lapangan menunjukan nilai kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil prediksi metode analisa. b. Load Testing of Some New Bridges in Latvia, pengujian yang dilakukan oleh Edmunds dan Ainars Paeglitis. Pengujian ini dilakukan pada jembatan yang baru selesai masa konstruksi dan bertujuan untuk memberikan data awal sebelum jembatan beroperasi, sehingga data awal tersebut dapat dijadikan acuan untuk masa perawatan jembatan saat mulai beroperasi.
24 29 c. In-Situ Load Testing Of Bridge A6102 Lexington, pengujian yang dilakukan oleh Nestore Galati dan Polo Casadei. Penelitian ini menunjukan evaluasi jembatan baja dari analisa perbandingan hasil pengujian statik, dinamik, dan perhitungan secara teroritis. Hasil evaluasi menunjukan bahwa jembatan dapat dianggap masih aman untuk dioperasikan, dikarenakan pengujian di lapangan masih menghasilkan nilai yang lebih kecil dari hasil analisa secara teoritis. d. Trial Loading of The Bridge in Szczercowska Wies Before Structural Strengthening, pengujian yang dilakukan oleh Michal Staskiewicz, Renata Kotynia, dan Krzysztof Lasek. Pengujian ini dilakukan sebagai fase awal untuk proyek penguatan pada struktural jembatan tersebut, dan dibandingkan dengan analisa pemodelan finite element. Hasil evaluasi pengujian menunjukan bahwa jembatan mempunyai keandalan kekuatan yang cukup, dikarenakan pengujian di lapangan masih menghasilkan nilai yang lebih kecil dari hasil analisa pemodelan finite element. e. Analisis Teoritis dan Eksperimental Defleksi Balok Segiempat Dengan Variasi Posisi Pembebanan, penelitian yang dilakukan oleh Onny S Sutresman dan Thomas Tjandinegara. Hasil penelitian ini menunjukan nilai lendutan secara eksperimental lebih besar dibandingkan dengan hasil secara teoritis, disebabkan adanya perbedaan kekakuan material pada saat pengujian sehingga tidak adanya jaminan homogenitas material yang digunakan seperti yang diasumsikan pada perhitungan secara teoritis.
ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN
ANALISA PERBANDINGAN NILAI LENDUTAN DAN PUTARAN SUDUT PADA JEMBATAN PCI-GIRDER DENGAN PROGRAM MIDAS CIVIL TERHADAP HASIL PENGUKURAN DI LAPANGAN Moh. Reshki Maulana 1 dan Made Suangga 2 1 Universitas Bina
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan
Lebih terperinciD3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus
III. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus yang dilakukan yaitu metode numerik dengan bantuan program Microsoft Excel dan SAP 2000. Metode numerik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam,
Lebih terperinciKONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA
KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S1 Teknik Sipil diajukan oleh : ARIF CANDRA SEPTIAWAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan air / lalu lintas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Jembatan merupakan komponen infrastruktur yang sangat penting karena
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Jembatan Beton Pratekan / Prategang Jembatan merupakan komponen infrastruktur yang sangat penting karena berfungsi sebagai penghubung dua tempat yang terpisah akibat beberapa
Lebih terperinciNama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir
Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fly Over atau Overpass Jembatan yaitu suatu konstruksi yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau melintang tidak
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JENIS JEMBATAN Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi atau struktur bangunan yang menghubungkan rute atau lintasan transportasi yang terpisah baik oleh sungai, rawa,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv INTISARI...xvi ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Jembatan merupakan sebuah struktur yang sengaja dibangun untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, lembah, rel kereta api maupun jalan raya. Struktur jembatan
Lebih terperinciPERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT
PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA
Lebih terperinciANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur
A ANAAN TR Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur lengkung dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pada bentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
47 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan Data Data-data yang diasumsikan dalam penelitian ini adalah geometri struktur, jenis material, dan properti penampang I girder dan T girder. Berikut
Lebih terperinciBAB II PERATURAN PERENCANAAN
BAB II PERATURAN PERENCANAAN 2.1 Klasifikasi Jembatan Rangka Baja Jembatan rangka (Truss Bridge) adalah jembatan yang terbentuk dari rangkarangka batang yang membentuk unit segitiga dan memiliki kemampuan
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada
Lebih terperinciKajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2016 Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang YUNO YULIANTONO, ASWANDY
Lebih terperinciPEMBEBANAN JALAN RAYA
TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN JALAN RAYA Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Peraturan Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu area pada konstruksi seperti rumah, gedung bertingkat, dan jenis konstruksi lainnya. Umumnya,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Tinjauan Umum Rencana awal dalam perancangan jembatan beton yang melintasi jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200 meter. Fokus pada perancangan
Lebih terperinciPERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN
PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN Tebal slab lantai jembatan t s = 0.35 m Tebal trotoar t t = 0.25 m Tebal lapisan aspal + overlay
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Geometrik Lalu Lintas Perencanan geometrik lalu lintas merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan geometrik
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Kali Jangkok Dengan Menggunakan Precast Segmental Box Girder Upper structure design of kali Jangkok Bridge using segmental box girder Sus Mardiana 1, I Nyoman Merdana
Lebih terperinciPERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA
TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Tingkat Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH: NAMA
Lebih terperinciTKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN. Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University
TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Peraturan Spesifikasi pembebanan yang membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan dalam perencanaan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)
TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI
Lebih terperinciJEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan
JEMBATAN RANGKA BAJA 7.2. Langkah-Langkah Perancangan Struktur Jembatan Rangka Baja Langkah perancangan bagian-bagian jembatan rangka baja adalah sbb: a. Penetapan data teknis jembatan b. Perancangan pelat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sarana penting penunjang transportasi adalah jembatan, yang berfungsi untuk menghubungkan antara suatu area dengan area lain yang terbentang oleh sungai,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan
Lebih terperinciJembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)
Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Beton adalah suatu bahan yang mempunyai kekuatan tekan tinggi tetapi kekuatan tariknya relatif rendah. Sedangkan baja adalah suatu material yang memiliki
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan yang merupakan jembatan beton prategang tipe post tension. 3.2. Lokasi
Lebih terperinciANALISIS BEBAN JEMBATAN
DATA JEMBATAN ANALISIS BEBAN JEMBATAN JEMBATAN SARJITO II YOGYAKARTA A. SISTEM STRUKTUR PARAMETER KETERANGAN Klasifikasi Jembatan Klas I Bina Marga Tipe Jembatan Rangka beton portal lengkung Jumlah bentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya pengembangan infrastruktur pendukungnya. Kegiatan yang serba cepat, serta masyarakat yang dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya merupakan lautan dan lebih dari 17.504 pulau yang terpisahan oleh laut. Berdasarkan data statistik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN. ii LEMBAR PERSEMBAHAN.. iii KATA PENGANTAR. iv ABSTRAKSI vi DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR TABEL xv DAFTAR NOTASI.. xx DAFTAR LAMPIRAN xxiv BAB I
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang dapat dilintasi
Lebih terperinciAda dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan
JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan
MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR Oleh : Faizal Oky Setyawan 3105100135 PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI HASIL PERENCANAAN Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan dan penunjang kebutuhan transportasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN
JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan prasarana umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jembatan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting
Lebih terperinciMACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK
MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK 1. JEMBATAN GELAGAR BAJA JALAN RAYA - UNTUK BENTANG SAMPAI DENGAN 25 m - KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA BERUPA BALOK MEMANJANG YANG DIPASANG SEJARAK 45 cm 100 cm. - LANTAI
Lebih terperinciBEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI
BEBAN JEMBATAN AKSI TETAP AKSI LALU LINTAS AKSI LINGKUNGAN AKSI LAINNYA AKSI KOMBINASI FAKTOR BEBAN SEMUA BEBAN HARUS DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN YANG TERDIRI DARI : -FAKTOR BEBAN KERJA -FAKTOR BEBAN
Lebih terperinciPERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT
A. DATA BOX CULVERT h1 ta c ts d H h2 h3 L DIMENSI BOX CULVERT 1. Lebar Box L = 5,00 M 2. Tinggi Box H = 3,00 M 3. Tebal Plat Lantai h1 = 0,40 M 4. Tebal Plat Dinding h2 = 0,35 M 5. Tebal Plat Pondasi
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH I Nyoman Sutarja
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS
PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: ULIL RAKHMAN
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi
Lebih terperinciMeliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang
BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)
Lebih terperinci4.1 URAIAN MATERI I : MENENTUKAN MODEL DAN BEBAN JEMBATAN
4.1 URAIAN MATERI I : MENENTUKAN MODEL DAN BEBAN JEMBATAN 4.1.1 Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu bangunan yang menghubungkan ruas jalan karena melintasi ngarai, bukit, sungai dan saluran air,atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. system jaringan jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi sungai,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai infrastruktur transportasi, jembatan mempunyai peran sebagai integral system jaringan jalan. Jembatan digunakan sebagai akses untuk melintasi sungai, lembah
Lebih terperinciTUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER
TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER Oleh : Fajar Titiono 3105.100.047 PENDAHULUAN PERATURAN STRUKTUR KRITERIA DESAIN
Lebih terperinciKONTROL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI BELUMAI PADA JALAN AKSES NON TOL BANDARA KUALANAMU TUGAS AKHIR
KONTROL PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI BELUMAI PADA JALAN AKSES NON TOL BANDARA KUALANAMU TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan
Lebih terperinciANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR
ANALISA PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN PRATEGANG SEI PULAU RAJA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh DANIEL KURNIAWAN PUTRA HARAHAP NIM: 1105131004
Lebih terperinciJl. Banyumas Wonosobo
Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong
Lebih terperinciPERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:
PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan oleh GRACE HELGA MONALISA BAKARA
Lebih terperinciPengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :
Pengertian struktur Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dalam bangunan ke dalam tanah. Fungsi struktur dalam bangunan adalah untuk melindungi suatu ruang tertentu terhadap iklim, bahayabahaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Struktur kayu merupakan suatu struktur yang susunan elemennya adalah kayu. Dalam merancang struktur kolom kayu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan besarnya
Lebih terperinciSTANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia
Lebih terperinciOLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS
SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang terpisahkan oleh laut dan selat. Kondisi geografis tersebut mengakibatkan terus meningkatnya
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xix DAFTAR NOTASI...
Lebih terperinciPERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC
A. DATA VOIDED SLAB PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC Lebar jalan (jalur lalu-lintas) B 1 = 7.00 m Lebar trotoar B 2 = 0.75 m Lebar total
Lebih terperinciPERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP
TUGAS AKHIR PERENCANAAN ALTERNATIF JEMBATAN BALOK BETON PRATEGANG DENGAN METODE PELAKSANAAN BERTAHAP (Kasus Jembatan Tanah Ayu, Kec. Abiansemal, Kab. Badung) Oleh : I Putu Agung Swastika 0819151024 JURUSAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Lalu lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefenisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER Disusun oleh : Andy Muril Arubilla L2A 306 004 Novi Krisniawati L2A 306 023 Disetujui,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Jembatan Pelengkung (arch bridges) Jembatan secara umum adalah suatu sarana penghubung yang digunakan untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lainnya oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua bagian utama dari bangunan, yaitu bagian struktur dan nonstruktur. Bagian struktur ialah bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan
Lebih terperinciPERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR
PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Lebih terperinciDESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN
DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Disusun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain
Lebih terperinciBAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR
BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan
Lebih terperinciANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER
ANALISA DINAMIS PADA JEMBATAN PCI GIRDER Santi JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, Fax. 5300244santilim2601@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumpuan Menurut Timoshenko ( 1986 ) ada 5 jenis batang yang dapat digunakan pada jenis tumpuan yaitu : 1. Batang kantilever Merupakan batang yang ditumpu secara kaku pada salah
Lebih terperinciJURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN
JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN DINDING GESER DENGAN METODE STRUT AND TIE MODEL RIDWAN H PAKPAHAN
ANALISIS PERENCANAAN DINDING GESER DENGAN METODE STRUT AND TIE MODEL TUGAS AKHIR RIDWAN H PAKPAHAN 05 0404 130 BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2009 1 ANALISIS PERENCANAAN
Lebih terperinciBIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014
REDESAIN PRESTRESS (POST-TENSION) BETON PRACETAK I GIRDER ANTARA PIER 4 DAN PIER 5, RAMP 3 JUNCTION KUALANAMU Studi Kasus pada Jembatan Fly-Over Jalan Toll Medan-Kualanamu TUGAS AKHIR Adriansyah Pami Rahman
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...
DAFTAR ISI HALAMAN LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR...... ii UCAPAN TERIMA KASIH......... iii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL...... v DAFTAR GAMBAR...... vi ABSTRAK...... vii BAB 1PENDAHULUAN... 9 1.1.Umum...
Lebih terperinciRico Daniel Sumendap Steenie E. Wallah, M. J. Paransa Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
Kajian Kapasitas Gelagar Beton Bertulang Berdasarkan Sistem Pembebanan BMS 199 dan SNI 005 Rico Daniel Sumendap Steenie E. Wallah, M. J. Paransa Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Suatu struktur bangunan yang direncanakan harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI
BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding
Lebih terperinciBAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Studi Eksperimental 4.1.1 Pendahuluan Model dari eksperimen ini diasumsikan sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu berupa balok beton bertulang untuk balkon yang
Lebih terperinciPerancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori
BAB II Dasar Teori 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya beberapa rintangan seperti lembah yang dalam, alur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu
Lebih terperinci