BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Analisa Kinerja Cooling Tower Induced Tipe Induced Draft Cross Flow Sebelum menganalisa kinerja cooling tower akan dibahas mengenai data sfesifikasi desain cooling tower tipe Induced Draft Cross Flow perusahaan PT Indonesia Power. Sfesifiksi ini meliputi laju air sirkulasi, temperatur air masuk ( ), temperatur air keluar (Tcold water), temperatur wet bulb masuk (Twb inlet), temperatur wet bulb keluar (Twb exit), temperatur dry bulb masuk (Tdb inlet), relative humidity, daya motor kipas per sel, ketinggian cooling tower, beban kalor (Heat Load), karakteristik menara pendingin (KaV/L), perbandingan L/G dan jumlah fan. Analisa cooling tower yang di dapat adalah menggunakan kurva karakteristik cooling tower. Laju aliran udara yang masuk ke dalam coolingtower (G) dan mengurangi laju aliran air yang masuk kedalam cooling tower (L) serta meningkatkan luas permukaan perpindahan panas pada fill cooling tower serta kebersihan pada bagian bagian cooling tower dapat meningkatkan kinerja cooling tower. Selain itu beban suatu pembangkitpun mempengaruhi kinerja pada cooling tower. 28

2 Langkah langkah Metode Penelitian dengan Flowchart Mulai Observasi Lapangan dan Studi Literatur Mengumpulkan data Penurunan model matematis cooling tower Pengolahan, Pengujian dan Analisa Data Menghitung kinerja cooling tower Membuat simulasi menggunakan hitungan manual Penyusunan Laporan Selesai Metode Observasi lapangan dan studi Literatur Cooling Tower Berdasarkan hasil lapangan cooling tower yang dianalisa adalah jenis Induced draft cross flow cooling tower Data yang diambil di lapangan melalui jam operator adalah selama 1 hari selama 1x24 jam setiap harinya.metode yang dipergunakan untuk menganalisa kinerja cooling tower menggunakan pendekatan control (L/G)test dan NTU, serta analisa kemampuan cooling tower dimana yang dianalisa adalah perubahan temperature

3 30 air keluaran cooling tower, pengaruh perubahan temperatur wet bulb, laju aliran massa air input,temperature air sirkulasi (Hot Water) dan air keluaran cooling tower ( Cold Water),entalphi air,kerapatan campuran udara uap-air dan volume spesifikasinya. Kinerja cooling tower disimulasikan melalui model matematik. Dari hasil simulasi pada kurva karakteristik akan dapat dianalisa kinerja dan dapat diketahui nilai efisiensi cooling tower terhadap pengaruh temperatur ambient, laju aliran air yang masuk ke cooling tower, laju aliran udara yang masuk ke dalam cooling tower dan menganalisa kinerja fan cooling tower untuk meningkatkan kinerjanya Metode Pengambilan Data Data yang diambil merupakan data dari controling room ketika sedang beroperasi. Menggunakan alat alat digital. Sehingga angka yang diperoleh lebih akurat dan tepat Penurunan Model Matematis Cooling Tower Perhitungan pada menara pendingin melibatkan keseimbangan energi dan massa. Ada tiga jenis aliran fluida yang masuk dan yang meninggalkan sistem yang harus diperhitungkan untuk keseimbangan energi dan massa energi. Pada bagian berikut ini terlebih dahulu akan dibahas mengenai udar dan air (Air-Water System) yang berkaitan erat dengan perhitungan pada menara pendingin. Kelembapan (Humidity) Kelembapan dari suatu campuran udara-air dapat diartikan sebagai perbandingan antara sejumlah massa dari uap air dengan sejumlah massa dari udara kering, yang disimbolkan sebagai berikut :

4 31 Humidity ( ) =...(Persamaan 3.1) Dimana : Mw = Laju aliran massa air ( kg/s) Ma =Laju aliran massa udara ( kg/s) Relative Humidity ( ) =...( Persamaan 3.2 ) Dikenal pula istilah-istilah lain utuk kelembapan yang umum, contohnya istilah temperatur dew point, yang diartikannya sebaga temperatur di mana gas atau udara dalam keadaan saturasi. Campuran udara-air pada keadaan yang temperatur dan kelembapannya terletak pada titik A didinginkan sampai mencapai temperatur dew point nya (Tdp), yang terletak pada kurva saturasi di mana proses kondensasi akan mulai terjadi. Jika gas atau udara tersebut didinginkan lagi, maka proses kondensasi akan terjadi untuk menjaga gas atau udara tersebut tetap dalam keadaan saturasi. Proses pendinginan dari Ta ke Tb dilukiskan pada garis yang dibentuk A-DP-B. Istilah lanjut dalam kelembapan adalah humidity heat (s), yang diartikan sebagai panas yang dibutuhkan untuk mendapatkan satuan massa dari udara kering ditambah dengan massa dari uap air pada kondisi temperatur yang berbeda dan tekanan tetap, sehingga : S= Cpa + Cpv...(Persamaan3.3) Di mana : Cpa = kapasitas panas spesifik udara kering (1 kj / kg)

5 32 Cpv = kapasitas panas spesifik uap air (1.88 kj / kg) Parameter-parameter lain yang juga dipertimbangkan adalah panas laten dari evaporasi, hlg hlg = hlgo + (Cpv Cpl) * (T )...(Persamaan 3.4) Di mana : hlg = panas laten evaporasi pada temperatur 0 o C ( K) Cpl = kapasitas panas spesifik (4.18 kj / kg) Temperatur Bola Kering (Dry Bulb Temperature) Temperatur bola kering temperatur yang umum diukur dan digunakan. Temperatur ini diukur oleh sebuah termometer yang menggunakan air raksa yang mempunyai bola kering pada sisi ujungnya, dilambangkan dengan lambang Tdb. Temperatur Boa Basah (Wet Bulb Temperature) Temperatur bola basah adalah temperatur dari udara yang diukur dengan alat psychrometer, udara dihembuskan pada alat ukur ini yang memiliki termometer yang memiliki bola diselubungi oleh kain basah. Jika udara yang dihembuskan relatif kering, maka air akan menguap pada bola tersebut lebih cepat dan akibatnya pembacaan pada bola basah lebih rendah jika dibandingkan dengan pembacaan temperatur pada bola kering. Jika udara yang dihembuskan lembap, maka proses penguapannya akan lebih lambat sehingga mengakibatkan pembacaan temperatur bola

6 33 basahnya mendekati pembacaan temperatur bola kering. Pembacaan temperatur bola basah ini dilambangkan dengan lambang, Twb. Diagram psychrometric Diagram ini berhubungan dengan kelembapan relatif ( ), temperatur bola basah (Twb), temperatur bola kering (Tdb) dan juga berisi informasi tambahan seperti nilai entalpi dan volume spesifik. Dasar diagram psychrometric diilustrasikan dalam gambar berikut ini : Gambar 3.1 Pembacaan Diagram Psikometri Temperatur bola kering (Tdb) ditunjukkan oleh garis horizontal dan kelembapan ( ) ditunjukkan oleh garis vertikal. Pada sisi kiri diagramnya terdapat kurva yang disebut dengan garis saturasi. Seluruh keadaan saturasi dari gas atau udara terletak pada kurva ini. Kurva ini disebut juga

7 34 kurva dengan nilai kelembapan relatifnya sebesar 100% dan kurva dengan nilai selain 100% secara umum juga mempunyai pola atau bentuk yang sama. Garis dari temperatur bola basah ditunjukkan oleh garis yang arahnya turun ke sisi sebelah kanan, sementara untuk garis volume spefisik bentuknya hampir mirip, tetapi turunnya agak lebih cuam. Untuk garis entalpi bentuk garisnya agak sedikit paralel dengan garis temperatur bola basah. Untuk udara dalam keadaan saturasi, nilai dari temperatur bola kering, nilai dari temperatur bola basah, dan temperatur dew point-nya akan mempunyai niai yangsama.diagram psychrometric ini dihitung dan dilukiskan pada tekanan atmosfir standar dan untuk penggunaan diagram psychrometic pada tekanan yang lebih dari 1 atm, nilai datanya harus dikoerksi untuk mengkompensasi akibat pengaruh tekanan atau di dalam perhitungan kita bisa langsung menggunakan tabel-tabel yang sudah dikeluarkan oleh Cooling Tower Institute. Perpindahan Panas dan Massa Teori dari proses perpindahan panas dan massa yang umum digunakan dan dipakai dikembangkan oleh Merkel. Teori Merkel ini menggunakan analisis berdasarkan perbedaan potensial entalpi yang dikenal sebagai Driving Force. Masing-masing partikel air diasumsikan dikelilingi oleh lapisan tipis dari udara dan perbedaan entalpi antara lapisan tipis dan udara yang mengelilinginya menghasilkan driving force untuk tejadinya proses pendinginan. Penurunan bentuk persamaan dari melalui gambar berikut ini

8 35 Gambar 3.2 Skema Operasi Menara Pendingin Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Besarnya laju aliran udara (G), laju aliran air (L), kelembapan udara ( ) dan besarnya kalor akibat pembebanan (q) yang nilainya adalah laju aliran kalor (Q) dibagi dengan besarnya luasan aliran pada menara pendinginan (A). pada sistem pendinginan ini terjadi perpindahan kalor dan massa antara udara sekitar yang memiliki temperatur lbih rendah dari air yang masuk ke menara pendingin dan menyebabkan udara yang keluar menara pendingin dan memiliki tingkat kelembapan yang lebih tinggi. Kondisi-kondisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Kesetimbangan energi yang terjadi pada udara : q + L1CpT1 = G(h2-h1)... (Persamaan 3.5) Dimana : h1 = Entalphi udara masuk cooling tower ( kg / kj)

9 36 h2 = Entalphi udara keluar cooling tower (kg /kj) G = Laju aliran massa udara (kg/s) L1= Laju aliran massa uap air masuk (kg/s) Kesetimbangan energi yang tejadi pada air : q = LCp(T3-T2) + L1 Cp (T2-T1)...(Persamaan 3.6) Penggabungan dua pesamaan di atas akan menghasilkan persamaan berikut : G (h2-h1) = LCp (T3-T2) + L1CpT2...(Persamaan 3.7) Jumlah air yang ditambahkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan adalah : L1 = G ( 2-1)...(Persamaan 3.8) Dengan mensubtitusikan persamaan 3.3 dan persamaan 3.8, maka di dapat L1 = LCp (T3-T2) + l1cpt2...(persamaan 3.9) Penggabungan persamaan3.6 dan persamaan 3.9 akan menghasilkan : L1 q = L1CpT2 L1 =...(Persamaan 3.10)

10 37 Total perpindahan kalor yang terjadi pada cooling tower terdiri dari perpindahan kalor secara difusi dan perpindahan kalor secara konveksi, yaitu : qt = q = qd + qc...(persamaan 3.11) qd = L1, di mana = kalor laten penguapan air pada cooling tower Penggabungan persamaan 3.6 dengan persamaan 3.11 akan mendapatkan : q = LCp(T3-T2) + L1Cp (T2-T1) = qd + qa qc = LCp (T3 T2) + L1Cp (T2 T1) qd qc = Cp (T3 T2) + L1Cp ( T2- T1 ) L1 = = -1 = - 1 = (Persamaan3.12) Pada persamaan 3.12 ini menunjukkan perbandingan antara perpindahan kalor secara konveksi dengan perpindahan kalor secara konveksi dengan perpindahan kalor secara difusi.

11 38 Perpindahan panas sensible dari air pada temperature T ke udara pada temperature t dapat dirumuskan sebagai berikut : dqc = h(t-t)a x dv...(persamaan3.13) Dimana : a = luas efektif dari permukaan air persatuan volume cooling tower dv = turunan pertama dari volume cooling tower Luasan bidang perpindahan panasnya adalah : da = a x dv.....(persamaan 3.14) dqc = GCp dt... (Persamaan 3.15) dqd = λ x dl... (Persamaan3.16) di mana dl adalah laju difusi uap air. Dengan menggunakan hubungan kelembapan massa, maka dapat dituliskan sebagai berikut : dl = K(Ø Ø)a x dv... (Persamaan3.17) Dimana : K = Koefisien perpindahan massa secara menyeluruh Ø = Kelembapan pada temperature saturasi Ø = Kelembapan udara

12 39 Dengan mensubtitusikan persamaan 3.16 ke dalam persamaan 3.12, maka didapat : dqd = λ x K (Ø -Ø)a x dv...(persamaan3.18) Total perpindahan panas dq yang diberikan oleh persamaan 3.11 dan di dalam bentuk turunan pertama adalah : dq = dqc + dqd dq = h(t-t)a x dv + Kλ (Ø -Ø)a x dv...(persamaan3.19) Persamaan 3.19 dapat diubah menjadi : dq= [ h(t-t) + λ (Ø -Ø)] dq = [ (h x T + ) ( h x t + λø)]...(persamaan 3.20) Dengan menambahkan persamaan 3.20 dengan C. (T-t) lalu dikurangi dengan C. (T-t), maka akan didapat sebagai berikut : dq = Ka x dv Karena h = C x T +, dimana C adalah kalor kelembapan (humidity heat), maka : dq = K x a x dv...(persamaan3.21)

13 40 Pada persamaan ini, nilai dikenal dengan bilangan Lewis (Lewis Number) di mana besarnya untuksystem air-udara sama dengan satu, sehingga persamaan ini dapat disederhanakan menjadi : dq = K x a dv (h -h)...(persamaan3.22) dq dapat diartikan sebagai bentuk penurunan entalpi dari air atau bentuk kenaikan entalpi dari udara dan besar nilai keduanya adalah sama, sehingga : dq = d (LCpTair) = G x dh...(persamaan 3.24) untuk operasi cooling tower pada keadaan normal, besarnya jumlah air yang hilang akibat penguapan lebih kecil dari 2%, sehingga di dalam perhitungan dapat diasumsikan laju aliran airnya adalah tetap sebesar L. d (LCpT) = L x Cp x dt dan L = Cp x dt = G x dh dq = G x dh = L x Cp x dt = K x a x dv (h -h) G x dh = K x a x dv (h -h)...(persamaan3.25) Untuk keseimbangan energy secara keseluruhan (persamaan 3.7) adalah ; G(h2-h1) = LCp (T3-T2) + L1CpT2 Di mana L = L1+L2,maka : G(h2-h1) = LCp(T3-T2) + (L-L2)CpT2 G(h2-h1) = LcpT3-LCpT2 + LCpT2-L2CpT2

14 41 G (h2-h1)= Lcpt3-LsCpT2d Dimana : L2=Laju aliran massa uap air (kg/s) Dengan asumsi bahwa penguapan yang terjadi pada cooling tower diabaikan, L ~L2 maka : G(h2-H1) = LCp (T3-T2)...(Persamaan3.26) Dengan menyelesaikan persamaan 3.25, maka didapat bentuk persamaan menjadi : = K x a x Karena = LCpdT, maka didapatkan persamaan sebagai berikut : = K x a x...(persamaan 3.27) Kemudian persamaan 3.27 ini dikalikan dengan G/L dan besarnya nilai Cp untuk air adalah satu sehingga persamaannya menjadi : Ka =...(Persamaan 3.28) Dan untuk persamaan 3.26menjadi : G (h2-h1) = L (T3-T2)...(Persamaan3.29)

15 42 Besarnya nilai Ka dikenal juga sebagai unit bilangan perpindahan (Number of Transfer Unit) atau disebut juga sebagai karakteristik dari Cooling Tower. Persamaan 3.28 dan 3.29 secara grafik diilustrasikan pada gambar 3.3 yang melukiskan hubungan antara air-udara dan driving force yang dihasilkan pada cooling tower pada counterflow, di mana udara mengalir sejajar dengan aliran air dan mempunyai arah aliran yang berlawanan arah dengan aliran air. pemahaman pada gambar in sangat penting dalam memahami proses pendinginan yang terjadi pada cooling tower. Garis kerja udara dimulai pada titik C yang terletak tegak lurus di bawah titik B dan mempunyai nilai entalpi pada temperature bola basah di sisi masuk cooling tower. Gambar BC mewakili besarnya nilai pertama-tama dari driving force. (h -h). Pada setiap kebaikan 1 o F air dingin, maka besarnya kenaikan entalpi udara per pound nya (lb) dengan jumlah massa udara (lb0, yaitu : (L/G) x1 o F. Perbandingan nilai L/G ini sama dengan besarnya sudut garis kerja udara. Udara yang meninggalkan menara pendingin ditunjukkan pada titik D, dan nilai dari cooling range adalah besarnya panjang garis CD yang diproyeksikan pada skala temperature (sumbu horizontal). Sementara besarnya nilai approach yang ditunjukkan pada gambar adalah perbedaan temperature antara air dingin yang meninggalkan menara dengan temperature bola basah sekitar menara. Titik kordinat yang secara langsung menunjukkan besar nilai temperature dan entalpi pada sembarang

16 43 titik terletak pada gareis kerja air, sedangkan pada gareis kerja udara hanya menunjukkan besarnya nilai entalpi.untuk menentukkan besarnya nilai temperature bola basah pada sembarang titik di garis CD, ditentukan dengan cara memproyeksikan titik tersebut secara horizontal ke kurva saturasi, kemudian secara vertical diproyeksikan lagi ke koordinat temperature. nilai integral dari persamaan 3.28 diwakili oleh luasan ABCD, sudut A adalah pada ujung titik Thw dan H1 pada diagram. Besarnya nilai ini dikenal sebagai karakteristik cooling tower, yang besarnya bervariasi tergantung pada besarnya nilai perbandingan L/G. sebagai contoh, pada penambahan temperature bola basah di sisi masuk, maka akan merubah titik asal C ke arah atas dan akan menyebabkan garis CD berubah bergerak ke kanan untuk menjaga agar nilai KaV/L tetap. Jika nilai cooling range bertambah besar, garis, CD juga akan memanjang. Perubahan nilai perbandingan L/G akan mengubah besarnya sudut CD, dan setelah tercapai kesetimbangan cooling tower tersebut akan mempunyai nilai KaV/L baru.

17 44 Gambar 3.3 Diagram Operasi Menara Pendingin Untuk memperkirakan kinerja cooling tower sangatlah penting mengetahui karakteristik cooling tower yang dibutuhkan pada kondisi temperature ruang dan air yang tetap. Karakter (KaV/L) ini dapat dihitung dengan cara diintegralkan. Metode integral yang umum digunakan adalah metode Chebyshev, dengan melakukan perhitungan integral secara numerik yaitu : Ka = = x...(persamaan 3.30) Dimana : Nilai dari (h h) pada T1 + 0,1 (T1 T2) Nilai dari (h h) pada T1 + 0,4 (T1 T2)

18 45 Nilai dari (h h) pada T1 + 0,6 (T1 T2) Nilai dari (h h) pada T1 + 0,9 (T1 T2) Metode lain yang lebih cepat tetapi mempunyai keakuratan yang lebih rendah, yaitu menggunakan metode nomograph yang disebut oleh Wood dan Betts. Cooling Towerjenis mechanical draft biasanya didesain untuk besarnya nilai perbandingan L/G berkisar antara 0,75 sampai 1,50 dan besarnya KaV/L bervariasi antara 0,5 sampai 2,5. Gambar 3.4 Nomograph Karakteristik Menara Pendingin Perhitungan Dengan Menggunakan Kurva Karakteristik Dalam pengujian kinerja cooling tower, data data yang berhubungan dengan karakteristik cooling tower seperti KaV/L dan perbandingan dengan massa air dan udara (L/G) harus turut serta dilampirkan oleh

19 46 pabrik pembuat yang nantinya akan digunakan di dalam perhitungan pengujian sebagai parameter parameter lain mempunyai pengaruh berarti dari hasil pengujian yang didapat, seperti kecepatan udara dan temperatur air panas harus dapat diatasi dengan variasi dari nilai L/G, dengan batasan berkisar 20% masing masing untuk nilai batas atas dan bawah dari nilai desain yang diberikan. Langkah langkah yang harus diketahui di dalam melakukan pengujian kinerja dari suatu cooling tower yang menggunakan perhitungan kurva karakteristik adalah sebahai berikut: a) Perbandingan Nilai Pengujian L/G (L/G) test =( ) ( )(L/G)..(Persamaan 3.31) Dimana : Qtest = Laju aliran air sirkulasi yang masuk ke cooling tower saat pengujian (gpm) Ptest = Daya kipas cooling tower yang terpakai saat pengujian (HP) test = Densitas udara basah saat pengujian (lb/ ) vtest = Spesifik volume udara pada sisi keluaran kipas ( /lb) Besarnya nilai desain dan pengujian fan inlet spesific volume (v) dan densitas ( ) dihitung dengan menggunakan persamaan kesetimbangan panas (heat balance). Untuk cooling tower jenis forced draft besarnya

20 47 harga parameter tersebut diambil pada sisi masukan cooling tower jenis induced draft diambil pada sisi cooling tower. b) Perhitungan Nilai KaV/L (NTU) Ini merupakan nilai karakteristik cooling tower. Dengan meggunakan besarnya nilai rata rata air panas yang masuk ke cooling tower, air dingin yang keluar dari cooling tower, temperatur bola basah dan besarnya nilai dari L/G hasil pengujian, maka besarnya nilai KaV/L hasil pengujian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang telah dijelaskan pada persamaan 3.28 pada panas dan massa Ka...(Persamaan 3.32) c) Perhitungan Kemampuan Cooling Tower Besarnya nilai L/G dan KaV/L yang didapat dari pengolahan data hasil pengujian dapat digambarkan pada gambar karkteristik cooling tower yang diberikan oleh pabrik pembuat. Melalui besarnya nilai tersebut maka sebuah garis harus digambarkan paralel terhadap kurva karakteristik yang dikeluarkan pabrik pembuat. Untuk mengetahui kinerja atau kemampuan cooling tower dapat ditentukan dengan cara berikut ini: Besarnya niai L/G perpotongan yang didapat dari perpotongan garis L/G hasil nilai pengujian dengan garis desain approach dibagi dengan nilai desain dari L/G. Pada nilai LG perpotongan besarnya nilai (NTU)test sama dengan (NTU)desain.

21 48 Kinerja Cooling Tower = x 100%...(Persamaan 3.33) Perhitungan Dengan Menggunakan Kurva Kinerja Dalam menghitung dengan menggunakan kurva kinerja, terebih dahulu harus mempunai kurva kinerja cooling tower minimum, terdiri atas tiga set kurva yang masing masing terdiri dari 90%, 100%, dan 110 % dari desain air sirkulasi cooling tower. Masing masing kurva mewakili temperatur bola basah pada sumbu horizontal dan temperatur air dingin pada sumbu vertikalnya dan mempunyai skala kenaikannya minimum 0.5ºF dan maksimum 5ºF per inci. Ketiga kurva ini harus dibuat menjadi satu kurva pada data data cooling range, temperatur air dingin yang keluar cooling tower dan sirkulasi air masuk pada cooling tower. Perhitungan dari kinerja cooling tower ini adalah perbandingan perkiraan jumlah aliran air yang diperkirakan (Qpredicteed) dengan jumlah aliran air yang diatur (Qadjusted) hasil pengujian (gpm) dan dirumuskan dengan persamaan : Qadjusted test(gpm) = Qtest...(Persamaan3.34) Kinerja Cooling Tower = X100%...(Persamaan 3.35)

22

23

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER 4.1 Data Spesifikasi Desain Cooling Tower Data spesifik desain cooling tower digunakan sebagai acuan dan basic data untuk menghitung kinerja cooling tower.

Lebih terperinci

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume. Cooling Tower Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk mendinginkan air pendingin yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Secara umum cooling tower dapat dikategorikan sebagai pendingin evaporatif yang digunakan untuk mendinginkan air atau media kerja lainnya sampai bertemperatur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK 25 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 3, Juni 207 ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT0 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK Hutriadi Pratama Siallagan Program Studi Teknik

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode penelitian ada dua macam yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya BAB 9 Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya a. Terminologi Kelembaban Ҥ (specific humidity) merupakan massa uap air (dalam lb atau kg) per unit massa udara kering (dalam lb atau kg) (beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menara pendingin basah adalah peralatan pembuang kalor berdasarkan mekanisme pendinginan air dengan menggunakan udara yang berkontak secara langsung dan menguapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian meliputi pengambilan data dan pengumpulan data pengujian yang didaptkan dari lapangan, kemudian dengan mengumpulkan data PNID yang terakhir adalah sistem

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja LAPORAN TUGAS AKHIR Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART Psychrometric Chart atau Chart psikrometrik merupakan hasil karya jenius peninggalan kakek moyang kita yang berhubungan dengan karakteristik udara. Dengan adanya chart ini maka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PENGESAHAN... ii MOTTO.. iv PERSEMBAHAN.. v KATA PENGANTAR.... vi ABSTRAK/ABSTRACT viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR NOTASI..... vii DAFTAR TABEL.. xii DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Cooling Tower Cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang berfungsi mendinginkan air melalui kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMA MENARA PENDINGIN PADA PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG

ANALISA PERFORMA MENARA PENDINGIN PADA PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG Danial Ahmad Fauzi, Bayu Rudiyanto, Analisa Performa Menara Pendingin Pada PT. GEO DIPA Energi Unit Dieng ANALISA PERFORMA MENARA PENDINGIN PADA PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG Danial Ahmad Fauzi 1), Bayu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah udara dan air yangberfungsi mendinginkan air dengan mengontakannya keudara

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 27 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Tujuan Pengujian Proses pengujian merupakan suatu proses evaluasi dari mesin atau alat yang bekerja untuk mengetahui berhasil atau tidaknya mesin tersebut berdasarkan

Lebih terperinci

TUGAS PERPINDAHAN PANAS

TUGAS PERPINDAHAN PANAS TUGAS PERPINDAHAN PANAS Cooling Tower Performance Basic Theory and Practice Pengampu: Inayati S.T. M.T. Ph.D Disusun Oleh: 1 Danan Jaya Risantono (I0512014) 2 Fransisca Anita S. (I0512022) 3 Saifuddin

Lebih terperinci

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1 Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1 ANALISIS BEBAN KALOR COOLING TOWER INDUCED DRAFT COUNTERFLOW DENGAN BAHAN PENGISI BAMBU WULUNG (Heat Load Analysis Of Induced Draft Counterflow Cooling Tower

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN Lalu Mustiadi, Mochtar Asroni Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang Kampus II, Jl. Karanglo

Lebih terperinci

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. KAJIAN EKSPERIMEN ENERGI KALOR, LAJU KONVEKSI, dan PENGURANGAN KADAR AIR PADA ALAT PENGERING KERIPIK SINGKONG Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A413749 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Menara pendingin atau Cooling tower merupakan suatu bagian dari sistem HVAC yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil [11], menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

Pengaruh sudut alur sekat terhadap unjuk kerja menara pendingin (cooling tower)

Pengaruh sudut alur sekat terhadap unjuk kerja menara pendingin (cooling tower) Dinamika Teknik Mesin 8 (2018) 21-29 Pengaruh sudut alur sekat terhadap unjuk kerja menara pendingin (cooling tower) A. Ardani, I. Qiram, G. Rubiono Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Banyuwangi,

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Menurut EL.Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang material fluida kerjanya adalah air, dan udara yang berfungsi mendinginkan air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada P.T. XYZ, Tambun Bekasi

Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada P.T. XYZ, Tambun Bekasi Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada P.T. XYZ, Tambun Bekasi Yopi Handoyo 1) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam 45 Bekasi ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui performa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PENGARUH PENGGUNAANMEDIABAHANPENGISI( FILLER) PVC DENGANTINGGI45CM DAN DIAMETER 70CM TERHADAPKINERJAMENARAPENDINGINJENIS INDUCED- DRAFT COUNTERFLOW SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan energi listrik meningkat seiring berkembangnya perekonomian, oleh karena itu upaya pembaharuaan energi untuk memanfaatkan seluruh sumber daya alam sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN PENGARUH KECEPATAN UDARA. PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN A. Walujodjati * Abstrak Penelitian menggunakan Unit Aliran Udara (duct yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract ANALISIS EVAPORATIVE AIR COOLER DENGAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA Hendra Listiono 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pendingin Sistem pendingin merupakan sebuah sistem yang bekerja dan digunakan untuk pengkondisian udara di dalam ruangan, salah satunya berada di mobil yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2014; 78-83 ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup

Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup Muhammad Hafil Nugraha Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Abstrak - Dalam suatu siklus kondenser perpendingin

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

Menurut Brennan (1978), pengeringan atau dehidrasi didefinisikan sebagai pengurangan kandungan air oleh panas buatan dengan kondisi temperatur, RH, da

Menurut Brennan (1978), pengeringan atau dehidrasi didefinisikan sebagai pengurangan kandungan air oleh panas buatan dengan kondisi temperatur, RH, da BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dehumidifier Dehumidifier adalah perangkat yang menurunkan kelembaban dari udara. Alat ini menggunakan kipas untuk menyedot udara lembab, yang berhembus menyeberangi serangkaian

Lebih terperinci

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng PERANCANGAN DAN STUDI NUMERIK VARIASI ARAH ALIRAN COUNTERFLOW DAN CROSSFLOW TERHADAP PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA INDUCED DRAFT COOLING TOWER UNTUK SISTEM ORGANIC RANKINE CYCLE Nama Mahasiswa : HAYKEL

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700 BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700 Tabel 5.1. Hasil perhitungan beban pendingin metode TETD-TA1 No. Parameter 1. Cooling Coil Selection

Lebih terperinci

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN Klasifikasi Cooling Tower Ada banyak klasifikasi cooling tower, namun pada umumnya pengklasifikasian dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.

Lebih terperinci

COOLING TOWER. Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama ( ) Wiliardy Pramana ( ) Muhamad Wandy Amrullah ( )

COOLING TOWER. Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama ( ) Wiliardy Pramana ( ) Muhamad Wandy Amrullah ( ) COOLING TOWER Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama (03121403013) Wiliardy Pramana (03121403050) Muhamad Wandy Amrullah (03121403053) Termonologi Cooling tower merupakan alat penghilang panas yang digunakan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 85-90 PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F. Gatot Sumarno, Slamet Priyoatmojo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, energi tidak hanya dievaluasi dalam perspektif ekonomi, tetapi menjadi lebih kompleks karena munculnya tantangan global, seperti

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Analisis perpindahan panas dapat dilakukan dengan metode Log Mean

BAB II DASAR TEORI. Analisis perpindahan panas dapat dilakukan dengan metode Log Mean BAB II DASAR TEORI Analisis perpindahan panas dapat dilakukan dengan metode Log Mean Temperature Difference (LMTD) atau ΔT lm. Namun metode ini digunakan bila temperatur fluida masuk dan temperatur fluida

Lebih terperinci

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 3, No. 3, Tahun 2015 UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR *Cahyo Hardanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh udara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El-Wakil dalam [11] menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI AIR COOLER DENGAN SERABUT KELAPA

PENINGKATAN EFISIENSI AIR COOLER DENGAN SERABUT KELAPA PENINGKATAN EFISIENSI AIR COOLER DENGAN SERABUT KELAPA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Mesin Diajukan oleh: YOHANES RAGIL PURNOMO NIM: 115214051 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMASI PADA MENARA PENDINGIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EKSERGI

ANALISA PERFORMASI PADA MENARA PENDINGIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EKSERGI Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 ANALISA PERFORMASI PADA MENARA PENDINGIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EKSERGI Ozkar F. Homzah 1) Abstrak : Studi ini menyajikan metode analisis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI

HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI HUMIDITY (SPECIFIC HUMIDITY) Humidity (specific humidity) : perbandingan antara massa uap air (lb atau kg) dengan massa (lb atau kg) = m H 2 O 18p H2 O 18n H2 O = = m dry air

Lebih terperinci

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

JTM Vol. 04, No. 1, Februari JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 20 ANALISA OPTIMALISASI KEBUTUHAN DAYA KOIL PENDINGIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA RANGKAIAN RUANG KELAS LANTAI 4 GEDUNG D UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Fikry Zulfikar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI Unit lalu menguraikan komponen atau bagian-bagian dari siklus udara pada sistem pengkondisian udara. Pada satu titik/point dalam suatu sistem, udara mengalir melawati permukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR 4.1 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN Pengujian yang dilakukan menghasilkan data-data berupa waktu, arus ouput, tegangan output, daya output, temperature

Lebih terperinci

Cara Kerja Pompa Sentrifugal Komponen Komponen Pompa Sentrifugal Klasifikasi Pompa Sentrifugal Boiler...

Cara Kerja Pompa Sentrifugal Komponen Komponen Pompa Sentrifugal Klasifikasi Pompa Sentrifugal Boiler... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SKRIPSI... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK Oleh Dosen Pembimbing : I Made Yudha Permata : Ir. Hendra Wijaksana, MSc

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii SURAT PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xii

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM COOLING TOWER TIPE FORCED DRAFT ALIRAN CROSS FLOW

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM COOLING TOWER TIPE FORCED DRAFT ALIRAN CROSS FLOW LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM COOLING TOWER TIPE FORCED DRAFT ALIRAN CROSS FLOW Disusun Oleh : Arvenda Denada Randy (I8313006) Hans Pratama Wijaya (I8313024) PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Alat Pendingin Central Alat pendingin central merupakan alat yang digunakan untuk mengkondisikan udara ruangan, dimana udara dingin dari alat tersebut dialirkan

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h =

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h = /3/3 Pendahuluan SIFAT SIFAT TERMIS Aplikasi panas sering digunakan dalam proses pengolahan bahan hasil pertanian. Untuk dapat menganalisis proses-proses tersebut secara akurat maka diperlukan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Prinsip Kerja Cooling Tower Cooling tower adalah suatu sistem refrigerasi yang melepaskan kalor ke udara.cooling tower bekerja dengan cara mengontakkan air dengan udara dan menguapkan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA

PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA *Rizky Pratama Rachman 1, Bambang Yunianto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id Oleh Rd. INDHAYATI HERLINA, ST., MM. MOH. ARIS AS ARI, S.Pd PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PENDINGINAN DAN TATA UDARA SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id CHAPTER I VENTILATION, INFILTRATION

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-86 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik

Lebih terperinci

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN

Lebih terperinci

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan, adsorpsi, dan penguapan (4 1) : Selama periode ini, sorber yang terus melepaskan panas ketika sedang terhubung ke evaporator,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATUBARA PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER TERHADAP KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. Eng. PRABOWO,

Lebih terperinci

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami Teguh Prasetyo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok

Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. No. 31, Januari 17 (1 6) Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok I Made Yudha Permata 1), Hendra Wijaksana ) dan

Lebih terperinci