UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI"

Transkripsi

1 UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI Unit lalu menguraikan komponen atau bagian-bagian dari siklus udara pada sistem pengkondisian udara. Pada satu titik/point dalam suatu sistem, udara mengalir melawati permukaan koil pendingin apabila diperlukan udara dingin, dan jika diperlukan udara hangat/panas, maka harus dilewatkan memalui sebuah permukaan koil pemanas. Unit ini menguraikan siklus refrijerasi secara singkat dan menunjukkan bahwa koil pendingin (evaporator) bukan saja sebagai bagian penting dari siklus udara, tetapi juga merupakan komponen penting dari siklus refrijerasi. Pada kenyataannya, koil pendingin (evaporator) merupakan kunci dari kedua siklus tersebut. Pada koil inilah panas dibuang/dikurangi dari udara dan dipindahkan melalui dinding koil ke refrijeran yang mengalir di dalamnya. Siklus refrijerasi memperlihatkan apa yang terjadi atas panas setelah dikeluarkan dari udara oleh refrijeran di dalam koil. Siklus ini didasari oleh dua prinsip, yaitu: 1. Saat refrijeran cair berubah menjadi uap, maka refrijeran cair itu mengambil atau menyerap sejumlah panas. 2. Titik didih suatu cairan dapat diubah dengan jalan mengubah tekanan yang bekerja padanya. Hal ini sama artinya bahwa temperatur suatu cairan dapat ditingkatkan dengan jalan menaikan tekanannya, begitu juga sebaliknya. Komponen utama sebuah siklus refrijerasi yaitu koil pendingin (evaporator), kompresor, kondenser dan katup ekspansi. Siklus Umum Refrijerasi Ingat selalu bahwa refrijeran yang digunakan dewasa ini dapat mendidih pada temperatur sangat rendah, mencapai 21 F. Refrijeran cari akan mendidih pada temperatur lebih tinggi jika refrijeran tersebut mengalami tekanan. Pada saat refrijeran cair dingin mengalir melalui koil pendingin, ia akan mengambil panas dari udara yang melewati permukaan koil. Ketika refrijeran cair mengambil panas, maka akan berubah wujud menjadi uap. Refrijeran uap panas itu kemudian ditarik/dihisap masuk ke kompresor, dimana ia akan mengalami tekanan. Hal tersebut mengakibatkan uap refrijeran menjadi naik temperaturnya. Selanjutnya, refrijeran uap yang bertekanan tinggi, juga tekanannya mengalir ke dalam kondenser dimana panasnya akan dibuang. Ketika kondenser membuang panas, refrijeran uap

2 berubah wujud menjadi cairan kembali tetapi tekannya tetap tinggi. Kemudian refrijeran cair dialirkan ke katup ekspansi. Ketika cairan refrijeran mengalir melalui katup ekspansi, tekanannya berubah menjadi turun. Tekanan refrijeran cair turun, diikuti oleh turunnya temperatur, sehingga refrijeran itu siap kembali menerima panas. Refrijeran cair dingin bertekanan rendah mengalir ke koil pendingin (evaporator). Tekanan di dalam evaporator cukup rendah sehingga memungkinkan refrijeran mendidih dan menjadi uap setelah mengambil panas kembali dari udara yang melewati permukaan evaporator. Siklus mulai diulang ketika refrijeran uap dihisap masuk ke kompesor. Pada bagian berikut akan dijelaskan fungsi masing-masing alat utama sistem refrijerasi. Gambar 17 Siklus Refrigerasi Evaporator Evaporator adalah komponen yang umum digunakan baik untuk refrijerasi atau tata udara (AC). Tujuan utama dari evaporator yang menyediakan permukaan agar dapat dilewati udara yang akan didinginkan. Pada saat yang sama, di dalam pipa evaporator mengalir refrijeran cair. Kombinasi antara udara hangat mengalir diatas refrijeran dingin mengakibatkan terjadi pertukaran panas. Refrijeran cair dingin akan menyerap panas dari

3 udara hangat, dan udara hangat akan melepas panas kepada refrijeran cair. Dengan demikian, refrijeran cair dingin berubah wujud menjadi uap dan udara hangat menjadi dingin. Saat udara melewati permukaan evaporator, maka evaporator berfungsi sebagai alat pemindah panas. Panas dipindahkan dari udara panas ke permukaan evaporator dan dari evaporator ke refrijeran di dalamnya. Jadi, panas itu dipindahkan dari udara ke refrijeran melalui permukaan evaporator. Kompresor Kompresor mempunyai dua fungsi, pertama kompresor menghisap refrijeran uap dari evaporator dan menekannya masuk ke dalam kompresor; kedua, kompresor meningkatkan tekanan refrijeran uap. Aliran Masuk (Suction). Dengan menghisap refrijeran uap, kompresor merubah tekanan di dalam evaporator dan mempertahankannya pada keadaan yang cukup rendah sehingga memungkinkan refrijeran menguap dan secara tetap mengambil panas selama proses. Refrijeran menguap pada temperatur relatif rendah jika tekanannya diturunkan. Aliran Masuk Gambar 18 Aliran ke Luar Aliran Keluar (Discharge). Dengan menekan refrijeran uap ke dalam kondenser, kompresor menaikan tekanan refrijeran. Dengan demikian, kompresor sebenarnya meningkatkan temperatur refrijeran uap. Kondisi tersebut akan mempermudah kondenser melaksanakan tugasnya.

4 Kondenser Kondenser mempunyai dua fungsi penting, yaitu: Kondenser membuang panas yang diambil oleh refrijeran dari dalam evaporator dan Kondenser mengkondensasikan refrijeran uap menjadi refrijeran cair. Pemindahan panas dan proses kondensasi di dalam kondenser dapat terjadi dalam dua cara, yaitu: 1. Proses dengan bantuan air. Air digunakan untuk membantu mengambil panas dari refrijeran uap. Refrijeran uap yang mengalir dalam kondenser disimpan dalam suatu tempat atau aiar dilewatkan pada kondenser yang berisi refrijeran uap. Air masuk mempunyai temperatur lebih rendah dibandingkan dengan temperatur refrijeran uap. Panas dari refrijeran uap dipindahkan ke air melalui dinding kondenser. Air tersebut membawa panas dari wadah melalui saluran ke luar. 2. Proses dengan bantuan udara. Udara digunakan untuk membuang panas dari refrijeran uap melalui permukaan kondenser. Udara dihembuskan dengan menggunakan kipas ke permukaan kondenser. Karena udara lebih dingin dari refrijeran uap, maka terjadi perpindahan panas dari refrijeran uap ke udara bebas melalui permukaan kondenser. Gambar 19 Kondensor Dalam proses kondensasi, udara atau air mengambil panas dari refrijeran uap, sedangkan dalam proses pendinginan, refrijeran mengambil panas dari udara ruangan. Kedua contoh tersebut menunjukan bahwa sebuah koil merupakan permukaan perpindahan panas. Refrijeran masuk ke kondenser dalam keadaan panas dan bertekanan tinggi, kemudian keluar menjadi reffijeran cair yang panas. Kondenser telah membuang panas dari refrijeran hanya cukup untuk merubah wujud dari refrijeran uap panas menjadi refrijeran cair panas.

5 Katup Ekspansi Katup ekspandi berfungsi untuk menurunkan tekanan refrijeran cair sehingga temparaturnya akan turun dan menjadi dingin. Refrijeran masuk ke katup dalam keadaan bertekanan, ketika masuk ke dalam lubang yang kecil, ia harus memaksa sehingga ketika masuk ke evaporator tekanannya telah rendah. Lubang katup berfungsi sebagai alat pembatas antara daerah tekanan tinggi (kondenser) dan daerah tekanan rendah (evaporator). Seperti telah dikatakan, bahwa titik didih cairan dapat diubah dengan cara mengubah tekanannya. Jika tekanannya berkurang, titik didih atau titik dimana cairan berubah jadi uap, menjadi berkurang juga. Oleh karena itu, setelah refrijeran cair mengalir melalui lubang pembatas katup ekspansi, ia mulai menguap karena berada dalam daerah bertekanan rendah. Gambar 20 Katup Ekspansi

6 Kesimpulan Evaporator adalah bagian penting baik dalam refrijerasi atau tata udara karena tempat dimana terjadinhya pengambilan panas dari ruang sekitarnya oleh refrijeran. Ketika refrijeran cair berubah wujud menjadi uap/gas maka telah diambil sejumlah panas. Titik didih suatu cairan dapat diubah dengan cara mengubah tekanan yang bekerja atasnya. Refrijeran berubah wujud dari cairan ke uap dalam evaporator, dalam prosesnya adalah mengambil atau menyerap panas. Kompresor mempertahankan kondisi tekanan rendah di dalam evaporator dan mengakibatkan kondisi bertekanan tinggi di dalam kondenser. Kondenser membuang panas dari refrijeran dan dalam prosesnya merubah wujud refrijeran menjadi cair. Katup ekspansi membatasi refrijeran cair dan sebagai akibatnya tekanan menjadi berkurang dan refrijeran menjadi dingin. Gambar 21 Siklus Sistem Refrigerasi

7 Tugas 1. Jelaskan apa yang disebut refrijerasi? 2. Apa yang dimaksud Evaporasi (penguapan)? 3. Jelaskan fungsi kondenser? 4. Dimana terdapat pembatas antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah? 5. Apa pengaruhnya bila terjadi penambahan tekanan pada refrijeran? 6. Sebutkan komponen-komponen refrfijerasi dan jelaskan masing-masing fungsinya? Gambar 22 Siklus Sistem Refrigerasi

8 UNIT 5 PSYCHROMETRICS Psychrometrics adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat (properties) udara. Dalam bidang teknik tata udara, psychrometrics meliputi pengukuran dan menghitung sifat-sifat udara luar dan udara yang ada di dalam ruangan bangunan yang dikondisikan. Psychrometrics juga digunakan untuk mencari kondisi udara yang pasti akan lebih nyaman dalam ruangan yang dikondisikan. Grafik Psychrometrics Grafik psychrometrics merupakan alat penyederhana dalam pengukuran sifat-sifat udara dan mengurangi beberapa perhitungan rumit ketika mencari sifat-sifat udara. Industri pembuat alat tata udara (AC) akan mempunyai bentuk grafik yang sedikit berlainan, yang mungkin disebabkan berlainan lokasi tempat informasi didapat. Namun demikian, tetap mempunyai dasar yang sama bahwa grafik psychrometrics merupakan sebuah grafik sederhana yang mewakili kondisi atau sifat-sifat udara. Sifat-sifat udara tersebut seperti: temperatur, kandungan uap air diudara (humidity) dan titik kondensasi yang biasa disebut titik pengembunan (dewpoint). Bagian (Terms) Psychrometrics Bagian-bagian yang biasa digunakan dalam hubungannya dengan grafik psychrometrics adalah temperatur kering (dry-bulb temperature), temperatur basah (wet-bulb temperature), kandungan uap air di udara relatif (relative humidity), titik pengembunan (dewpoint) dan tetes uap air (grains of moisture). Temperatur kering (dry-bulb temperature) adalah temperatur udara yang diukur dengan menggunakan thermometer biasa, yaitu thermometer rumah tangga. Temperatur basah (wet-bulb temperature) adalah temperatur udara luar yang diukur dengan menggunakan thermometer biasa berselubung kain basah pada ujung lancipnya. Temperatur dicatat setelah thermometer digoyang secara cepat (diputar) di udara. Sebuah thermometer disebut thermometer basah karena ujung lancipnya dibasahi dengan cara membungkus dengan kain yang dicelupkan ke dalam air. Thermometernya sama dengan thermometer kering. Untuk mengukur temperatur kering atau basah biasa digunakan psychrometer ayun (sling psychrometer). Gambar di bawah ini memperlihatkan 2 buah thermometer yang diletakkan pada sebuah lempeng logam. Thermometer basah yang menggunakan selubung dan lainnya

9 thermometer kering. Hasil pengukuran thermometer basah biasanya lebih kecil dibandingkan dengan hasil pengukuran thermometer kering. Oleh karena itu, kedua thermometer diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak saling mempengaruhi. Setelah selubung dibasahi air, maka kedua thermometer itu diputar dengan cepat di udara sehingga sebagian air (di kain basah) akan menguap. Setelah itu hasil pengukuran dapat dibaca, temperatur basah dari thermometer basah dan temperatur kering dari thermometer kering. Walaupun temperatur udara kering yang melewati kedua thermometer itu sama besarnya, tetapi hasil pengukuran akan berbeda. Thermometer kering akan menunjukkan temperatur udara actual, sedangkan thermometer basah akan memberikan hasil yang lebih rendah. Dalam contoh ini uap air menguap dari kain basah yang terletak di ujung sempit thermometer basah sehingga permukaan thermometer menjadi sejuk. Itulah sebab utama mengapa hasil dari thermometer basah lebih basah nilainya. Perbedaan temperatur kering dan basah tergantung pada jumlah uap air yang ada di dalam udara. Jika kandungan uap air tinggi, penguapan yang terjadi di kain basah menjadi rendah. Akibatnya panas yang dipindahkan menjadi sedikit dan temperatur basah menjadi tinggi. Jika kandungan uap air di udara rendah, berarti udara itu kering dan dapat dengan segera mengambil uap air. Oleh karena itu penguapan pada kain basah terjadi dengan cepat dan panas yang dipindahkan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini akan menyebabkan permukaan thermometer basah jadi cepat sejuk. Sebagai hasilnya, hasil pembacaan yang didapat akan lebih rendah disbanding udara yang mempunyai kandungan uap air tinggi. Udara kering atau udara yang mengndung uap air rendah mempunyai temperatur basah yang rendah. Udara lembab atau udara berkandungan uap air tinggi mempunyai temperatur basah yang tinggi. Bila kandungan uap air mencapai 100 % atau relatif humidity mencapai 100 % maka temperatur basah akan sama besarnya dengan temperatur kering. Hal tersebut dapat dilihat dengan mudah di grafik psychrometrics. Pada kondisi seperti ini penguapan terhenti sebab udara tak mampu lagi mengambil uap air. Oleh karena itu, tidak mungkin mengeluarkan panas penguapan dari kain basah pada thermometer basah sehingga kedua thermometer akan memberikan hasil yang sama. Kandungan uap air relatif adalah jumlah uap air yang ada dalam udara disbanding dengan jumlah uap air maksimum yang dapat dimiliki oleh udara pada kondisi yang sama (temperatur dan tekanannya sama). Tetes uap air atau grains of moisture adalah ukuran yang digunakan untuk menghitung jumlah uap air yang ada di udara.

10 Temperatur titik pengembunan atau dewpoint temperature adalah temperatur saat uap air mulai mengembun pada suatu permukaan. Dalam hubungannya dengan grafik psychrometrics, term-term ini dapat bercerita banyak tentang kondisi udara, misalnya : - Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui maka kandungan uap air relatif dapat dibaca di grafik. - Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif sudah diketahui, maka temperatur basah dapat dicari. - Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui maka temperatur kering dapat dicari. - Jika temperatur kering dan temperatur basah sudah diketahui, maka temperatur pengembunan dapat dicari. - Jika temperatur basah dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur pengembunan dapat dicari. - Jika temperatur kering dan kandungan uap air relatif diketahui, maka temperatur pengembunan dapat dicari. - Tetes uap air di udara dapat dicari dari tiap kombinasi sebagai berikut : Temperatur kering dan kandungan uap air relatif (RH) Temperatur kering dan temperatur pengembunan Temperatur basah dan kandungan uap air relatif (RH) Temperatur basah dan temperatur pengembunan Temperatur kering dan temperatur basah Titik pengembunan Letak Garis dan Skala Pada Grafik Jari kaki (toe) Pergelangan kaki (instep) Alas (sole) Gambar 23 Tumit (heel)

11 Ilustrasi pada gambar diatas membantu para pembaca untuk mengetahui letak garis dan skala pada grafik psychrometrics. Gambar grafik seperti sebuah sepatu dengan jari kaki (toe) disebelah kiri, dan tumit (heel) di sebelah kanan. Skala temperatur kering (dry-bulb temperature scale) membentang sepanjang alas (sole) dari jari kaki (toe) sampai tumit (heel). Garis temperatur kering berdiri tegak dari alas (sole) ke satu garis mewakili tiap derajat temperatur. Gambar 24 Skala temperatur basah (wet-bulb scale) membentang sepanjang pergelangan kaki (instep) ke puncak sepatu. Garisnya membentang secara diagonal ke bawah ke alas (sole) dan belakang sepatu satu garis satu derajat temperatur. Gambar 25 Skala titik kondensasi atau titik pengembunan adalah sama dengan skala temperatur basah (wet-bulb scale). Garis titik pengembunan membentang secara horizontal ke bagian belakang sepatu, satu garis satu derajat temperatur. Garis kandungan uap air relatif berlokasi sepanjang sisi sepatu dan sejajar dengan garis pergelangan kaki (instep). Garis pergelangan kaki (instep) merupakan garis kandungan uap air relatif 100%.

12 Gambar 26 Skala tetes uap air berada di sepanjang bagian belakang sepatu, mulai dari bawah sampai ke atas. Letak garisnya sama dengan garis pengembunan. Hubungan antara Term-Term Contoh berikut menggambarkan hubungan antar term. Setiap contoh langsung berhubungan dengan grafik psychrometrics. Oleh karena itu, grafik seharusnya selalu digunakan untuk memperjelas persoalan. Contoh 1: Temperatu kering, temperatur basah kandungan uap air relatif (RH) Diketahui : Temperatur kering 78 F Temperatur basah 65 F Carilah : Kandungan uap air relatif (RH) Jawab: 1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik 2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong kurva pergelangan kaki (instep). 3. Dari titik itu, ikuti kurva ke arah menurun sampai pada titik 65 F (skala temperatur basah) 4. Tarik garis sejajar dengan garis temperatur basah sampai memotong garis 78 F 5. Dari titik itu didapat garis kurva, garis kandungan uap air relatif yang sesuai yaitu 50%. Jadi kandungan uap air relatif (RH) untuk 78F db dan 65 F wb adalah 50%.

13 Gambar 27

14 Contoh 2: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temperatur basah Diketahui : Temperatur kering 78 F Kandungan uap air (RH) 50% Carilah : Temperatur basah Jawab: 1. Plot 78 F pada skala temperatur kering, yaitu bagian bawah grafik 2. Dari titik 78 F tarik garis tegak lurus ke atas sehingga memotong garis RH 50% 3. Letak titik temperatur basah adalah pada titik pertemuannya 4. Ikuti garis diagonal ke arah kiri atas dan memotong kurva pergelangan kaki 5. Disitulah letak titik temperatur basah, yaitu sebesar 65 F Gambar 28

15 Contoh 3: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) temperatur kering Diketahui : Temperatur basah 65 F Kandungan uap air (RH) 50% Carilah : Temperatur kering Jawab: 1. Tetapkan titik 65 F pada skala temperatur basah 2. Tarik garis diagonal ke bawah sampai memotong garis RH 50% 3. Tarik garis tegak lurus dari atas ke bawah melalui titik potong pada no. 2 sampai memotong garis skala temperatur kering. 4. Didapat titik potongnya pada 78 F Gambar 29

16 Contoh 4: Temperatur kering, temperatur basah titik pengembunan Diketahui : Temperatur kering 78 F Temperatur basah 65 F Carilah : Titik pengembunan (dewpoint) Jawab: 1. Carilah titik potong 78 F db dengan 65 F wb 2. Tarik garis horizontal ke kiri sampai memotong kurva pergelangan kaki (instep) 3. Didapat titik temperatur pengembunan (dewpoint) 58 F Gambar 30 Contoh 5: Temperatur basah, kandungan uap air relatif (RH) titik pengembunan Diketahui : Temperatur basah 65 F Kandungan uap air (RH) 50% Carilah : Titik pengembunan (dewpoint) Jawab: 1. Cari titik 65 F pada skala temperatur basah 2. Ikuti garis diagonal ke bawah, mulai dari titik 65 F sampai memotong garis RH 50% 3. Dari titik perpotongan no. 2, tarik garis horizontal, yaitu garis pengembunan (dewpoint) 4. Garis di atas memotong kurva di sebelah kiri pada titik 58 F 5. Garis perpotongan itu adalah titik pengembunan yaitu 58 F

17 Gambar 31 Seperti ditunjukkan pada contoh 3, temperatur basah 65 F dan RH 50% akan menghasilkan temperatur kering 78 F. Dengan kondisi yang sama, dapat digunakan untuk mencari lebih banyak lagi kondisi lain. Lebih jauh, temperatur basah dan kandungan uap air relatif telah digunakan untuk mencari temperatur kering dan temperatur pengembunan. Contoh 6: Temperatur kering, kandungan uap air relatif (RH) temp. pengembunan Diketahui : Temperatur kering 78 F Kandungan uap air (RH) 50% Carilah : Temperatur pengembunan (dewpoint) Jawab: 1. Cari titik perpotongan 78 F db dengan 50% RH 2. Tarik garis horizontal ke kiri, sampai memotong kurva 3. Titik perpotongannya yaitu 58 F adalah temperatur pengembunan

18 Gambar 32 Seperti ditunjukkan pada contoh 2, temperatur kering 78 F db dan RH 50% akan menghasilkan temperatur basah 65 F wb. Dengan kondisi yang sama, dapat digunakan untuk mencari lebih dari satu kondisi tambahan lainnya. Lebih jauh, temperatur kering dan kandungan uap air relatif telah digunakan untuk mencari temperatur basah dan temperatur pengembunan. Contoh 7: Temperatur kering, temperatur basah tetes air Diketahui : Temperatur kering 78 F Temperatur basah 65 F Carilah : Jumlah tetes air Jawab: 1. Cari perpotongan antara 78 F db dengan 65 F wb 2. Tarik garis horizontal ke kanan, sampai memotong garis jumlah tetes air 3. Akan didapat jumlah tetes air sebesar 72

19 Gambar 33 Pada contoh di atas ditunjukan bagaimana cara mencari jumlah tetes air dengan mengunakan temperatur kering dan temperatur basah. Jumlah tetes air juga dapat dicari pada grafik psycrometrics dengan menggunakan prosedur seperti di atas, tetapi dengan kombinasi lain. Secara sederhana, carilah perpotongan dua kondisi tertulis dibawah ini dan ikuti garis pada grafik yang memotong skala jumlah tetes air. db dengan kandungan uap air relatif (RH) db dengan temperatur pengembunan wb dengan kandungan uap air relatif (RH wb dengan temperatur pengembunan Jumlah Tetes Air per Pound (lb) Udara Kering atau per ft 3 Udara Perhatikan pada ujung atas skala tertulis kata jumlah tetes air per lb udara kering. Berarti bahwa pada 78 F db dan 65 F wb, udara (per lb) dapat menahan sejumlah 72 tetes air. Uap air dapat diukur per lb udara atau per ft 3 udara. Untuk mencari uap air per ft 3 udara, gunakanlah kondisi yang sama (78 F db dab 65 F wb) dengan langkah sebagai berikut: 1. Carilah titik potong 78 F db dab 65 F wb 2. Tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong garis skala jumlah uap air. 3. Didapatkan hasilnya 72 tetes air 4. Carilah skala ft 3 sepanjang alas gambar sepatu (psychrometrics). Skala mulai dari 12,5 ft 3 dan berakhir pada 14 ft 3. Garis ini membentang diagonal dari alas ke kiri atas.

20 5. Cari lagi titik potong antara 78 F db dab 65 F wb 6. Tarik garis sejajar dengan ft 3 melalui perpotongan pada item no.5 terus miring ke bawah sampai memotong alas. Titik potongnya berada antara 13,5 dan 14 katakanlah 13,8 ft 3 7. Bagilah 72 dengan 13,8 8. Hasilya yaitu 5 tetes air per ft 3 Pada temperatur 78 F db dab 65 F wb, uap air di dalam udara adalah sejumlah 72 tetes tiap lb udara, atau 5 tetes tiap ft 3. Gambar 34

21 Kesimpulan Psychrometrics adalah ilmu yang mempelajari menganai sifat-sifat udara. Grafik psychrometrics adalah untuk menyederhanakan pengukuran sifat-sifat udara Grafik psychrometrics adalah sebuah gambar atau grafik yang menyajikan sifat-sifat dan kondisi udara. Temperatur kering (db), temperatur basah (wb), kandungan uap air relatif, titik pengembungan dan jumlah tetes air merupakan term-term pada psychrometrics. Apabila harga 2 term psychromerics sudah diketahui, maka harga term lainnya akan dapat dicari dengan menggunakan grafik psychrometrics. Grafik psychrometrics berbentuk menyerupai sebuah sepatu. Alasnya merupakan temperatur kering, kurva miring mewakili temperatur basah dan temperatur pengembunan, garis kandungan uap air kira-kira sejajar dengan kurva, dan sepanjang sisi gambar sepatu, skala jumlah tetes uap air digabarkan sepanjang belakang gambar sepatu. Garis temperatur kering berposisi vertical pada grafik, garis temperatur basah berada pada diagonal, garis temperatur pengembunan dan tetes uap air berposisi horizontal. Thermometer temperatur basah disebut demikian karena pada ujung runcingnya dibungkus dengan kain basah pada saat pengukuran dilakukan. Thermometer temperatur basah mencatathasil pengukuran lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengukuran temperatur kering, kecuali pada RH 100%. Permukaan ujung runcing thermometer temperatur basah didinginkan oleh hasil menguapnya uap air pada kain basah. Temperatur basah lebih tinggi hasilnya pada udara basah disbanding dengan hasil pengukuran pada udara kering pada temperatur yang sama. Efek pendinginan karena panguapan tergantung dari jumlah uap air di udara. Pada keadaan RH 100%, efek pendinginan atau penguapan terhenti karena udara sekitar dalam keadaan jenuh dan tidak sanggup lagi mengambil uap air lebih banyak dari kain basah.

22 Gambar 35

23 Tugas Gunakan grafik psychrometrics untuk memecahkan persoalan berikut a. Mencari kandungan uap air relatif (RH) b. Carilah temperatur basah (wb) No DB WB RH No DB RH WB 1 60 F 50 F 1 72 F 34% 2 70 F 60 F 2 78 F 96% 3 79 F 69 F 3 79 F 62% 4 79 F 70,5 F 4 70 F 9% 5 80 F 56,5 F 5 66 F 40% c. Carilah temperatur kering (db) d. Carilah temperatur pengembunan (df) No WB RH DB No DB WB DP 1 70 F 80% 1 70 F 61 F 2 40 F 10% 2 90 F 81 F 3 75 F 50% 3 55 F 50 F 4 30 F 20% F 62 F 5 62 F 65% 5 80 F 71 F e. Hitunglah jumlah tetes uap air No DB WB Tetes/lb (Gr/lb) 1 80 F 65 F 2 70 F 61 F F 62 F 4 60 F 60 F 5 45 F 40 F

24 f. Carilah harga-harga yang belum diketahui No DB WB RH DP Gr/lb 1 72 F 59 Gr 2 61 F 45% 3 85 F 60% 4 68 F 24 F 5 71 F 63 Gr 6 12% 10 Gr 7 90% 68 F 8 98 F 180 Gr 9 83 F 53 F 10 30% 10 Gr g. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan mengunakan grafik psychrometrics. 1. a. Berapa jumlah tetes uap air yang sama dengan 1 lb? b. Berapa jumlah tetes uap air yang sama dengan 0,01 lb? c. Berapa jumlah tetes uap air yang sama dengan 0,001 lb? 2. Berapa lb-kah jumlah uap air? a. 14 tetes c tetes b. 70 tetes d tetes 3. Dibawah kondisi jenuh (saturated), berapa lebih banyakkah uap air yang dapat ditahan pada temperatur 60 F dibandingkan pada temperatur 30 F? 4. Sebuah AC ruangan mulai bekerja pada temperatur 75 F dan RH 70% a. Berapakah banyaknya uap air yang dikandung udara pada saat itu? b. Setelah 3 jam bekerja, temperatur menjadi 70 F dan RH 50%, berapakah banyaknya uap air yang dibuang? 5. Seorang pemilik rumah menggerutu karena system pemanas udaranya menghasilkan udara kering. Saat diperiksa ternyata didapat data 72 F db dab 48 F wb. a. Berapakah kandungan uap air relatif (RH)? b. Berapa banyak uap air yang mesti ditambahkan pada sistem pemanas tersebut bila RH-nya 50%

25 UNIT 6 APLIKASI TERM-TERM PSYCHROMETRICS Pada bagian ini akan diuraikan cara penggunaan term-term dan grafik psychrometrics dalam praktek. Oleh karena grafik digunakan secara mendetail, maka diperlukan pemahaman yang mendalam pada beberapa term psychrometrics. Term tersebut antara lain: kandungan uap air (humidity), temperatur pengembunan (dewpoint) dan temperatur basah (wet bulb). Penggunaan Praktis Kandungan Uap Air (Humidity) Kandungan uap air relatif digunakan untuk kenyamanan pada sistim pengkondisian udara (air conditioning) yang menunjukkan adanya sejumlah uap air di dalam udara. Kenyamanan pada sistim pengkondisian udara merupakan cara lain untuk menggambarkan bahwa pengkondisian udara menyuguhkan adanya rasa nyaman untuk tubuh manusia dibandingkan dengan pengkondisian udara yang digunakan untuk industri. Melalui berbagai tes dan observasi, para pakar teknik telah menemukan bahwa pada suatu kombinasi tertentu antara kandungan uap air dan temperatur udara memberikan hasil yang nyaman disbanding dengan kombinasi lainnya. Pada musim dingin, suasana nyaman untuk kebanyakan orang akan tercapai bila kombinasi 30% sampai 35% kandungan uap air relatif pada temperatur 72 F sampai 75 F (dalam suatu ruangan). Pada musim panas, kombinasi yang cocok untuk kenyamanan adalah antara 45% sampai 50% relative humidity dan temperatur 75 F sampai 78 F. Dengan menggunakan pengetahuan ini pada grafik psychrometrics, memungkinkan untuk mencari apa yang harus dilakukan terhadap udara luar sebelum disalurkan ke dalam ruangan. Selain itu, juga untuk mempertahankan kombinasi ternyaman antara kandungan uap air relatif dan temperatur di dalam ruangan Pengkondisian Udara Di Musim Dingin Diketahui temperatur kering udara luar yaitu 30 F dan kandungan uap air relatif udara luar yaitu 20%. Carilah kombinasi kandungan uap air relatif dan temperatur kering yang berada dalam kondisi nyaman untuk musim dingin (temperatur F dan RH 30-35%). Perlakuan yang dibutuhkan untuk merubah kondisi udara luar ke kondisi dalam ruangan yang nyaman. Pemecahan dari permasalahan di atas, yaitu: 1. Plot titik pada grafik psychrometrics pada perpotongan antara 30 F db dengan 20% RH

26 2. Letakan sebuah titik pada perpotongan temperatur kering dan kandungan uap iar relatif yang berada pada daerah nyaman di dalam ruangan pada saat musim dingin, misalnya: 30% dan 72 F db. Gambar Gambarlah garis antara kedua titi tersebut. 4. Dengan mengikuti garis dari titik ke 1 dan ke 2 pada titik potong, memungkinkan untuk mendapatkan beberapa perubahan yang harus dibuat/ dilakukan agar kondisi udara dapat distel ke kondisi yang diinginkan (temperatur dan kandungan uap air relatif). a. Karena kandungan uap air relatif naik, dari 20% menjadi 30% berarti uap air harus ditambah ke udara. b. Karena temperatur kering harus dinaikan dari 30 F menjadi 72 F db artinya harus ada panas yang ditambahkan. Pada contoh di atas, grafik psychrometrics menunjukkan sebuah contoh sederhana dimana dibutuhkan sebuah ketel atau koil pemanas agar panas bertambah. Selain itu, diperlukan sebuah pengabut (dehumidifier) untuk menambah jumlah uap air ke udara.

27 Pengkondisian Udara Di Musin Panas Diketahui bahwa temperatur udara luar 85 F dan kandungan uap air relatif adalah 70%. Carilah kombinasi yang tepat antara kandungan uap air relatif dengan temperatur udara kering agar tercipta suasana nyaman untuk musim panas (45-50% RH dan temperatur F). Dibutuhkan suatu pengaturan untuk mengubah kondisi udara luar agar memenuhi kondisi yang nyaman. Pemecahan dari permasalahan di atas, yaitu: 1. Letakan sebuah titik pada titik potong antara 70% RH dan 85 F pada grafik psychrometrics. 2. Letakan juga sebuah titik pada perpotongan antara dry buld dan RH yang memenuhi syarat kenyamanan untuk musim panas, misalnya: 50% RH dan temperatur 75 F. 3. Tarik garis antara ke 2 titik tersebut. 4. Dengan mengikuti garis dari titik 1 ke titik 2 didapatkan beberapa hal yang harus mengalami perubahan. a. Karena kandungan uap air relatif turun dari 70% menjadi 50% berarti ada sejumlah uap air yang harus dikeluarkan dari udara. b. Karena temperatur turun dari 85 F menjadi 75 F artinya ada sejumlah panas yang harus dibuang. Gambar 37 Pada contoh di atas, grafik psychrometrics menunjukkan sebuah contoh sederhana mengenai operasi pengkondisian udara pada musim panas. Evaporator menurunkan temperatur sekaligus membuang uap air di udara.

28 Contoh berikut menunjukkan sebuah hubungan kerja antara kandungan uap air relatif dengan temperatur kering. Jika kandungan uap air relatif dipertahankan tetap berada di dalam daerah nyaman (30-35% untuk musim dingin dan 40-50% untuk musim panas). Maka penghuni yang berada di dalam ruangan yang dikondisikan akan merasa nyaman. Kandungan uap air relatif dan grafik psychrometrics mempunyai aplikasi praktis lainnya, misalnya: keduanya biasa digunakan ntuk mencari kondisi di mana kondensasi akan terbentuk pada suatu permukaan dingin. Kondensasi atau Pengembunan Di Musim Dingin Diketahui kondisi temperatur permukaan jendela 30 F dan temperatur ruangan sebelah dalam 72 F. Carilah besarnya kandungan uap air relatif agar pada kondisi itu tidak terjadi pengembunan di permukaan jendela. Pemecahan dari permasalahan di atas, yaitu: 1. Gunakan temperatur jendela sebagai temperatur pengembunan dan plot 30 F pada skala pengembunan. 2. Carilah titik potong antara 30 F dp dengan 72 F db. 3. Tentukan besarnya kandungan uap air relatif pada titik itu, kira-kira 20%. Hal tersebut artinya bahwa pada temperatur 72 F dan kandungan uap air relatif dibawah 20%, maka permukaan jendela akan tetap kering. Jika kandungan uap air relatif berada diatas 20% uap air akan mengembun. Pada kenyataannya, dibawah kondisi ini, uap air akan terbentuk di permukaan yang bertemperatur 30 F. Gambar 38

29 Contoh pengkondisian udara pada musim dinginmenunjukkan bahwa sebuah kombinasi antara 30% kandungan uap air relatif dengan 72 F akan menghasilkan kondisi yang nyaman. Pada contoh kondensasi di musim dingin memperlihatkan, bahwa pada 72 F, kandungan uap air relatif maksimum yang diijinkan untuk mencegah pengembunan hanya 20%. Artinya 10% kurangnya dibandingkan untuk kenyamanan. Dua alternatif yang diijinkan untuk memperbaiki kekurangan akan uap air yang mencukupi, di dalam udara, yaitu: 1. Seperti diutarakan sebelumnya, bahwa uap air dapat dibuang atau dicegah dengan menggunakan udara hangat di atas permukaan jendela. Udara hangat dihembuskan di atas permukaan jendela, sehingga kandungan uap air lebih tinggi dapat dipertahankan di dalam ruangan tanpa terjadi pengembunan atau kondensasi. 2. Dengan adanya penambahan permukaan jendela ke 2 (storm window) atau dengan menggunakan 2 lapis kaca jendela (thermopane), temperatur permukaan bagian dalam lapis kaca jadi naik (di atas 30 F) dan oleh karena itu, kandungan uap air relatif akan naik juga ke tingkat yang lebih nyaman. Aplikasi Term Pengembunan/Kondensasi Secara Praktis Pada contoh kondensasi di musim dingin, pengembunan (dewpoint) digunakan karena kandungan uap air relatif dengan temperatur kering di dalam ruangan berkondisi nyaman. Sebagai tambahan untuk menggambarkan penggunaan uap air relatif secara praktis, contoh ini menunjukkan bahwa pengembunan (dewpoint) memegang peranan penting untuk mendapatkan dan mempertahankan kondisi di dalam ruangan yang sekaligus mencegah terbentuknya pengembunan di permukaan dingin seperti jendela. Untuk menambah penggunaanya di dalam ruangan yang dikondisikan, diperlukan pengetahuan mengenai pengembunan/kondensasi, juga aplikasinya di daerah yang tidak dikondisikan. Saluran udara (duct) pada sistem pengkondisian udara yang membentang melalui daerah yang tidak dikondisikan akan menyebabkan terjadinya pengembunan pada permukaan saluran udara (duct). Pengembunan Dalam Ruang yang Tidak Dikondisikan Diketahui: Temperatur ruang yang tidak dikondisikan 90 F db Temperatur ruangan yang tidak dikondisikan 75 F wb Temperatur saluran udara dingin masuk 60 F Carilah: Temperatur pengembunan dan periksalah apakah akan terjadi pengembunan pada permukaan saluran udara (duct)

30 Pemecahan masalah tersebut sebagai berikut: 1. Carilah temperatur pengembunan (dewpoint) dari kondisi yang telah diketahui. Carilah lokasi titik potong 90 F db dan 75 F wb, kemudian tarik garis horizontal ke kiri sampai memotong garis lengkung, maka akan didapat temperatur pengembunan (dewpoint) kirakira 69 F. 2. Temperatur permukaan saluran udara dianggap sebagai temperatur pengembunan. Temperatur pengembunan di permukaan saluran udara adalah 60 F. Gambar Temperatur dimana kondensasi mulai terjadi di permukaan adalah 69 F. Setiap temperatur permukaan saluran yang ada di bawah 69 F akan menyebabkan terjadinya pengembunan. Karena temperatur saluran udara 60 F, maka kondensasi pasti terjadi di permukaan saluran udara. Air yang menetes dari sebuah saluran udara dapat merugikan, karena akan membasahi daerah dibawahnya. Tetesan air juga akan merusak makanan, minuman dan alat elektronik yang ada dibawahnya bila tertetesi dari air hasil kondesasi pada saluran udara tersebut. Cara yang paling umum dilakukan yaitu membungkus saluran udara (duct) dengan insulasi dan juga menambah suatu lapisan anti uap air. Insulasi itu harus cukup tebal mencegah terjadinya pengembunan di permukaan saluran udara. Pengembunan merupakan permasalahan utama pada saluran udara sehingga perlu dicarikan suatu kombinasi antara temperatur udara dan temperatur permukaan saluran udara, dinding, jendela dan lainya yang menyebabkan terjadinya pengembunan.

31 Aplikasi Praktis Wet Bulb Temperatur basah (wet bulb) berhubungan dengan grafik psychrometrics digunakan untuk mencari kandungan uap air di udara. Paparan berikut menggambarkan hubungan langsung antara tempratur basah (wet bulb) dengan kandungan uap air. Oleh karena ada hubungan tersebut, maka untuk mencari temperatur basah (wet bulb) dengan menggunakan thermometer basah. Harga di skala temperatur basah pada grafik psychrometrics menjadi demikian penting untuk mencari harga-harga term lainnya. Contoh kondensasi sebagai bagian dari pengembunan (dewpoint) dan temperatur basah sebagai patokan kondisi yang telah diketahui. Sebagai contoh, wet bulb dan dry bulb digunakan untuk mencari dewpoint dari udara dalam ruangan yang tidak dikondisikan. Jika temperatur ini tidak dketahui, maka dapat dengan mudah diketahui dengan menggunakan thermometer basah dan thermometer kering dan hasilnya dapat digunakan untuk mencari dewpoint melalui grafik psychrometrics. Jika dewpoint sudah diketahui, maka dapat memungkinkan kita untuk mencari temperatur permukaan yang akan terjadinya pengembunan. Pada contoh ini, temperatur basah (wet bulb) merupakan factor penting yang mempermudah proses pencarian temperatur, di mana pengembunan mungkin terjadi.

32 Ringkasan Kombinasi tertentu antara uap air dan temperatur merupakan kombinasi yang menghasilkan kondisi yang lebih nyaman dibanding kombinasi lainnya. Kombinasi yang paling nyaman adalah kombinasi antara kandungan uap air relatif (RH) 30-35% dengan F untuk musim dingin. Kombinasi yang paling nyaman untuk musim panas yaitu kandungan uap air relatif (RH) 45-50% dengan F. Grafik psychrometrics dapat digunakan untuk suatu perlakuan (treatment) terhadap udara luar sebelum udara itu dimasukan ke dalam ruangan. Grafik itu dapat menunjukkan suatu operasi pemanasan di musim dingin yang memerlukan penambahan panas dan uap air. Operasi pendinginan di mujsim panas yang memerlukan adanya pengeluaran panas dan uap air. Kandungan uap air relatif (relative humidity) dapat digunakan untuk mencari kondisi nyaman. RH juga dapat digunakan untuk mendapatkan suatu kondisi di mana pengembunan akan terjadi di permukaan saluran udara. Jumlah uap air yang memberikan rasa nyaman di musim dingin dapat dipertahankan, tanpa terjadinya pengembunan di kaca jendela. Dengan menggunakan hembusan udara hangat terhadap permukaan jendela atau dengan mengunakan kaca berlapis 2, atau dengan menggunakan ke 2 cara itu. Titik pengembunan (dewpoint) digunakan di daerah yang dikondisikan dan juga daerah yang tidak dikondisikan untuk mencari kombinasi temperatur dimana pengembunan akan terjadi pada permukaan yang dingin. Cara yang paling umum digunakan untuk mencegah pengembunan di permukaan saluran udara yang berada di tempat yang tidak dikondisikan adalah dengan menggunakan insulasi dan lapisan anti uap air di atas permukaan saluran udara. Temperatur basah (wet bulb temperature) merupakan faktor yang penting untuk mempermudah proses pencarian besarnya term-term yang ada digrafik psychrometrics, bila temperatur kering atau tempratur normal diketahui. Temperatur basah juga penting untuk mempermudah proses pencarian temperatur di mana pengembunan mungkin terjadi.

33 Tugas 1. Temperatur udara luar 40 F db dan kandungan uap air 20% diinginkan agar udara jadi 75 G db dan 35% RH. Carilah: a. Jumlah uap air yang ditambahkan atau dikeluarkan? b. Jumlah panas yang dikeluarkan atau ditambahkan? 2. Temperatur udara luar 50F db dan 40F wb, diinginkan menjadi berkondisi 72F db dan 40% RH. Carilah jumlah uap air yang ditambahkan atau dikeluarkan? 3. Temperatur udara luar 30F db dan 25F wb, ingin diubah menjadi berkondisi udara dalam menjadi 74F db dan 40% RH. Carilah : a. Jumlah panas yang harus ditambahkan oleh koil pemanas? b. Jumlah uap air yang harus ditambahkan oleh pengabut/dehumidifier? 4. Temperatur udara luar 90F db dan 70% RH, udara yang diinginkan sebesar 75F db dan 50% RH. Carilah : a. Jumlah uap air yang dimasukann atau dikeluarkan? b. Jumlah panas yang ditambahkan atau dikeluarkan? 5. Temperatur udara luar 92F db dan 70F wb, kondisi udara yang diinginkan adalah 78F db dan 50% RH. Carilah : a. Jumlah uap air yang ditambahkan atau dikeluarkan? b. Jumlah panas yang ditambahkan atau dikeluarkan? 6. Temperatur pada permukaan kaca dinding di dalamruangan sebesar 30F db. Udara dalam ruangan adalah 75F db dan 30% RH. a. Apakah pengembunan akan terjadi pada kaca jendela? b. Pada RH berapakah hal di atas dapat dicegah? c. Jika temperatur udara dalam naik menjadi 80F dan permukaan kaca temperaturnya tetap 30F. Apakah efek kandungan uap air relatif itu mempengaruhi pengembunan? Dapatkah dicegah? 7. Di ruangan bawah permukaan tanah suatu rumah didapatkan kondisi dengan temperatur 70F db dan 60F wb. Permukaan dinding ruangan itu adalah 50F db. a. Apakah pengembunan akan terjadi dipermukaan dinding? b. Pada RH berapakah pengembunan itu dapat dicegah? c. Berapa banyak uap air yang harus dikeluarkan humidifier agar dinding itu tetap kering? d. Akankah temperatur kering di atas berpengaruh? 8. Suatu pipa air dingin besar membentang melalui sebuah ruangan dapur/tungku api di mana temperatur keringnya 90F dan kandungan uap air relatifnya 50%. a. Jika temperatur permukaan pipa itu 50F db, akankah pipa itu berkeringat? b. Pada temperatur minimum berapakah hal itu dapat dicegah? c. Cara apakah yang biasa digunakan untuk mencegah hal itu di atas?

UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS

UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS Pada bagian ini akan dijelaskan proses-proses psychrometrics yang sederhana secara grafik. Hubungan term-term dengan segala perubahan yang terjadi pada suatu kondisi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 AIR CONDITIONING SYSTEM Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 Fungsi dan Klasifikasi Air Conditioning System Fungsi : sistim yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART Psychrometric Chart atau Chart psikrometrik merupakan hasil karya jenius peninggalan kakek moyang kita yang berhubungan dengan karakteristik udara. Dengan adanya chart ini maka

Lebih terperinci

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

SISTEM AC (AIR CONDITIONING)

SISTEM AC (AIR CONDITIONING) SISTEM AC (AIR CONDITIONING) Pengetesan Sistem AC Bermacam cara dapat dilaksanakan untuk pengetesan sistem AC, antara lain : 1. Tes tekanan 2. Tes temperatur Tes kebocoran A. Bagian tekanan rendah B. Bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pendingin Sistem pendingin merupakan sebuah sistem yang bekerja dan digunakan untuk pengkondisian udara di dalam ruangan, salah satunya berada di mobil yaitu

Lebih terperinci

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya BAB 9 Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya a. Terminologi Kelembaban Ҥ (specific humidity) merupakan massa uap air (dalam lb atau kg) per unit massa udara kering (dalam lb atau kg) (beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT 4-1. Temperatur Jenuh Ketika temperatur benda cair naik sampai pada titik dimana adanya penambahan panas pada benda cair yang menyebabkan sebagian benda cair itu menguap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada Siklus Kompresi Uap Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak digunakan dalam daur refrigerasi, pada daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), pengembunan( 2 ke 3), ekspansi (3

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Waktu pendinginan yang diperlukan untuk sistem Blast

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id Oleh Rd. INDHAYATI HERLINA, ST., MM. MOH. ARIS AS ARI, S.Pd PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PENDINGINAN DAN TATA UDARA SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id CHAPTER I VENTILATION, INFILTRATION

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi

Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi Penerapan Hukum Termodinamika II dalam Bidang Farmasi 1. Penggunaan Energi Panas dalam Pengobatan, misalnya diagnostik termografi (mendeteksi temperatur permukaan kulit) Termografi dengan prinsip fotokonduktivitas:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Mesin Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB V BEDAH TEKNOLOGI

BAB V BEDAH TEKNOLOGI Bedah Teknologi: Air Conditioner BAB V BEDAH TEKNOLOGI Sebuah air-conditioner pada dasarnya adalah sebuah pendingin tanpa kotak pengisolasi sebagaimana halnya kulkas. Alat ini menggunakan proses penguapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Air conditioner atau yang biasa di sebut AC merupakan sebuah alat yang mampu mengondisikan udara. Dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi adalah suatu proses penarikan kalor dari suatu ruang/benda ke ruang/benda yang lain untuk menurunkan temperaturnya. Kalor adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer

SISTEM REFRIGERASI. Gambar 1. Freezer SISTEM REFRIGERASI Sistem refrigerasi sangat menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Kemajuan dalam bidang refrigerasi akhir-akhir ini adalah akibat dari perkembangan sistem kontrol yang menunjang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39 BAB IV PEMBAHASAN Pada pengujian ini dilakukan untuk membandingkan kerja sistem refrigerasi tanpa metode cooled energy storage dengan sistem refrigerasi yang menggunakan metode cooled energy storage. Pengujian

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menara Pendingin Menurut El. Wakil [11], menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan

Lebih terperinci

Cooling Tower (Menara Pendingin)

Cooling Tower (Menara Pendingin) Cooling Tower (Menara Pendingin) A. Pengertian Menurut El. Wakil, menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Kemas Ridhuan, Andi Rifai Program Studi Teknik Mesin Universitas muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No.

Lebih terperinci

Basic Comfort Air Conditioning System

Basic Comfort Air Conditioning System Basic Comfort Air Conditioning System Manual Book (CAC BAC 09K) 5 PERCOBAAN 32 5.1. KOMPONEN KOMPONEN UTAMA DALAM SISTEM PENDINGIN TUJUAN: Setelah melakukan percobaan ini siswa akan dapat : 1. Memahami

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Vaksin Vaksin merupakan bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi

Lebih terperinci

Maka persamaan energi,

Maka persamaan energi, II. DASAR TEORI 2. 1. Hukum termodinamika dan sistem terbuka Termodinamika teknik dikaitkan dengan hal-hal tentang perpindahan energi dalam zat kerja pada suatu sistem. Sistem merupakan susunan seperangkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Desalinasi Desalinasi merupakan suatu proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN Eko Budiyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyan Metro Jl. KH. Dewantara No.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI 2012 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Brine Sistem Brine adalah salah satu sistem refrigerasi kompresi uap sederhana dengan proses pendinginan tidak langsung. Dalam proses ini koil tidak langsung mengambil

Lebih terperinci

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

= Perubahan temperatur yang terjadi [K] BAB II DASAR TEORI 2.1 KALOR Kalor adalah salah satu bentuk energi. Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama adalah terjadinya perubahan temperatur

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi. Cooling

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAB III LEMBAR UDARA ( = HUMIDITY)

BAB III LEMBAR UDARA ( = HUMIDITY) BAB III LEMBAR UDARA ( = HUMIDITY) Udara mengandung uap air, banyak uap air yang terkandung didalam udara itu tidak merata melainkan berbeda-beda dan tempat dan berubah-ubah dalam waktu, kemampuan maximum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN Kemas. Ridhuan 1), I Gede Angga J. 2) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi

Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi Kegiatan Pembelajaran 6 : Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Klimatologi A. Deskripsi Ruang lingkup materi ini meliputi : pengenalan prinsip dan prosedur peralatan Klimatologi, untuk menunjang keterampilan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar. Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menggunakan jenis laporan eksperimen dan langkah-langkah sesuai standar operasi prosedur : 3.1 Data-Data Penelitian Spesifikasi : Mitshubisi Electrik Room Air Conditioner

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet BAB II DASAR TEORI 2.1 Blood Bank Cabinet Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang

Lebih terperinci

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL Hartoyo PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. PENDAHULUAN Dilihat dari fungsinya, AC Mobil memiliki

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA State of the art penelitian BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap Standar (SKU) pada adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin Azridjal Aziz Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tata Udara [sumber : 5. http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id] Sistem tata udara adalah proses untuk mengatur kondisi suatu ruangan sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor 2 2016 ISSN 1412-7350 INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN PK Purwadi*, Wibowo Kusbandono** Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambahnya ketinggian jelajah (altitude) pesawat maka tekanan dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambahnya ketinggian jelajah (altitude) pesawat maka tekanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya, keamana dan kenyamanan merupakan faktor penting dalam sistem pengkondisian udara khususnya pada pesawat terbang, dengan semakin bertambahnya ketinggian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

REDESAIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA ISUZU NEW PANTHER

REDESAIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA ISUZU NEW PANTHER TUGAS AKHIR REDESAIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA ISUZU NEW PANTHER Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel Cooling Tunnel atau terowongan pendingin merupakan penerapan sistem refrigerasi yang banyak digunakan di industri, baik industri pengolahan makanan, minuman dan farmasi.

Lebih terperinci

SISTEM AIR CONDITIONER (AC)

SISTEM AIR CONDITIONER (AC) SISTEM AIR CONDITIONER (AC) KOMPETENSI Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan prinsip terjadinya pendinginan pada sistem AC. 2. Menjelaskan Fungsi AC pada mobil. 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 Latar Belakang Pengkondisian udaraa pada kendaraan mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian ini bertujuan bukan saja sebagai penyejuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1)

BAB II DASAR TEORI. Energy balance 1 = Energy balance 2 EP 1 + EK 1 + U 1 + EF 1 + ΔQ = EP 2 + EK 2 + U 2 + EF 2 + ΔWnet ( 2.1) BAB II DASAR TEORI 2.1 HUKUM TERMODINAMIKA DAN SISTEM TERBUKA Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Energi

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air Arif Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang E-mail : arifqyu@gmail.com Abstrak. Pada bagian mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Hasil Pengujian Beban Kalor Setelah dilakukan perhitungan beban kalor didalam ruangan yang meliputi beban kalor sensible dan kalor laten untuk ruangan dapat

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract ANALISIS EVAPORATIVE AIR COOLER DENGAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA Hendra Listiono 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci