ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI SUSU STERILISASI (Studi Kasus : Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI SUSU STERILISASI (Studi Kasus : Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat)"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI SUSU STERILISASI (Studi Kasus : Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat) SKRIPSI DESSY NATALIA H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 i

2 Business Feasibility Analysis of Sterilized Milk Production (Case : Sterilized Milk Product Fresh Time from KPSBU Jawa Barat) Dessy Natalia H Milk is one of agricultural commodity which have good prospect to be developed. It caused of national milk consumption doesn t have fulfilled by the national milk production, increasing of income, population of Indonesia, the habitual changes of animal consumption, the realized of nutrition need, and the change of citizen lifestyle. But, the member s income of cow farmer cooperation as supporter of national milk production has tend to stabile, while production cost (especially for concentrate food) has tend to increase by years. It cause milk quality doesn t improve and bargaining position of farmer is getting weaker. One of cooperation which has biggest milk production is KPSBU Jawa Barat. In 2009, there is quota regulatory which cause some of milk from cooperation is dumped. One thing that do to prevent the dump of milk is make a production subcontract with PT ISAM. Whereas, if cooperation had their own milk factory, the cooperation would have more benefit for itself and the members. To compare which more feasible from sterilized milk production between make a production subcontract with PT ISAM with have own milk factory, so the business feasible analysis from nonfinancial and financial aspect is need to do. Nonfinancial aspect is consist of market, technical production, management, legal, social, economy and environmental aspect. Financial aspect are analyzed by using criteria such as NPV, IRR, Net B/C and payback period. The analysis was also conducted to determine the change of some variables. The result of nonfinancial aspect of the analysis states that the market, technical production, management, legal, social, economy and environmental aspect of all scenario is feasible. On the financial aspect criteria, there is two scenario which feasible (scenario I and III), while the scenario II is not feasible because it hasn t fulfilled the criteria.

3 RINGKASAN DESSY NATALIA. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi (Studi Kasus pada Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA). Penelitian ini dilatarbelakangi adanya permasalahan yang dihadapi oleh Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat, salah satunya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat belum mampu meningkatkan kekuatan tawar koperasi sapi perah dibandingkan Industri Pengolahan Susu (IPS). Hal ini terlihat dari cenderung stabilnya harga susu segar dibandingkan dengan harga susu dunia, padahal biaya produksi (terutama pakan konsentrat) semakin meningkat. Hal ini menyebabkan peternak harus mengalokasikan pendapatannya yang cenderung stabil untuk biaya pakan konsentrat yang semakin meningkat, dengan tujuan menjaga kualitas susu segarnya. Permasalahan lainnya adalah pada April 2009, Frisian Flag Indonesia (FFI) memberlakukan pembatasan kuota pembelian susu peternak lokal yang langsung dirasakan dampaknya oleh KPSBU Jawa Barat. Sebanyak 16 ton susu segar hasil produksi koperasi terpaksa terbuang karena tidak dapat dipasok ke FFI. Dengan adanya kelebihan susu yang tidak terserap oleh IPS tersebut tentunya dapat menyebabkan kerugian pada peternak dan KPSBU bila terbuang sia-sia. Salah satu jalan keluar dari permasalahan-permasalahan tersebut adalah mengolah susu segar menjadi produk olahan susu oleh koperasi. Pada April 2010, koperasi mulai memproduksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan subkontrak produksi dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI Jawa Barat. Hal ini dilakukan karena ketidaksiapan koperasi untuk melakukan investasi pendirian pabrik dan pembelian mesin-mesin pengolahan susu. Padahal jika memiliki pabrik, diduga bahwa KPSBU Jawa Barat akan lebih mandiri dan dapat melakukan pengolahan susunya sendiri dengan kuantitas yang jauh lebih banyak, sehingga dapat meningkatkan nilai dari susu segar produksi para peternak. Hal ini pun sesuai dengan rencana manajemen untuk melakukan pengembangan usaha koperasi dengan mendirikan pabrik pengolahan susu. Karena terdapat beberapa alternatif dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time, maka dibutuhkan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui alternatif produksi manakah yang layak untuk dilaksanakan dan direkomendasikan kepada koperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan dari ketiga skenario usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time ditinjau dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan; (2) menganalisis kelayakan dari ketiga skenario usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time layak ditinjau dari aspek finansial; (3) menganalisis sensitivitas kelayakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time jika terjadi penurunan harga output susu sterilisasi dan kenaikan biaya produksi; dan (4) mengetahui skenario yang dapat menjadi rekomendasi terbaik bagi KPSBU. Penelitian bertempat di kantor administratif KPSBU Jawa Barat dan pabrik pengolahan susu PT ISAM Bandung pada bulan April hingga Mei Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara wawancara langsung kepada pihak ii

4 KPSBU Jawa Barat, PT ISAM dan lembaga pemerintahan yang terkait serta melakukan penelusuran dari berbagai literatur. Pengolahan data menggunakan analisis kualitatif untuk aspek-aspek nonfinansial dan analisis kuantitatif untuk aspek-aspek finansial. Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan ketiga skenario layak untuk dilaksanakan. Sedangkan berdasarkan aspek finansial, skenario yang layak untuk dilaksanakan berdasarkan persyaratan kriteria investasi adalah skenario I dengan NPV sebesar Rp ,00; IRR sebesar 49 persen, Net B/C sebesar 4,98 dan payback periode selama 3 tahun 1 bulan 22 hari. Berdasarkan analisis switching value, memperlihatkan bahwa pada skenario I, jika harga output menurun lebih dari 9 persen, harga susu segar naik lebih dari 38,86 persen dan biaya subkontrak produksi naik lebih dari 15,31 persen maka usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Kesimpulan utama dari hasil penelitian adalah skenario I, II, dan III layak untuk dilaksanakan berdasarkan aspek-aspek nonfinansial, namun berdasarkan aspek finansial, hanya skenario I yang layak untuk dilaksanakan oleh koperasi, sehingga peneliti merekomendasikan koperasi untuk melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. iii

5 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI SUSU STERILISASI (Studi Kasus : Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat) DESSY NATALIA H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv

6 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Produksi Susu Sterilisasi (Studi Kasus : Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat) Nama NIM : Dessy Natalia : H Menyetujui, Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Produksi Susu Sterilisasi (Studi Kasus : Produk Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Dessy Natalia H vi

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 23 Desember Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dede Karel Engel dan Ibu Yetti Setiawati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Santo Agustinus Bandung pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 14 Bandung. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bandung diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Agustus Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia periode tahun dan menjadi panitia pada beberapa kegiatan kemahasiswaan di tingkat departemen, fakultas dan kampus serta kegiatan lainnya di luar kampus. Penulis berkesempatan memperoleh beasiswa dari Tanoto Foundation periode tahun vii

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Produksi Susu Sterilisasi (Studi Kasus : Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat). Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha dari beberapa alternatif produksi susu sterilisasi Fresh Time yang dapat dilakukan oleh KPSBU Jawa Barat dan rencana pengembangan usaha koperasi dengan membangun pabrik pengolahan susu. Namun penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2010 Dessy Natalia viii

10 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Mama, Papa, Oma (alm), saudara-saudara penulis (Tita, Adel dan Lendy), Marvin, Marvel, Nane serta keluarga besar penulis untuk setiap cinta, doa, dan dukungan yang tak hentinya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan dan tanda bakti yang terbaik. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 3. Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4. Rahmat Yanuar, SP. MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan atas saran dan masukan yang diberikan demi perbaikan skripsi ini. 5. Ir. Anita Ristianingrum, MSi selaku pembimbing akademik atas waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penulis berada di Departemen Agribisnis. 6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis, terutama Pak Nunung, Bu Dwi, Bu Ida, Teh Dian, dan Pak Yusuf, atas bimbingan dan bantuannya kepada penulis. 7. Pihak KPSBU Jawa Barat (Bapak Jajang, Bapak Darojat, Mas Hilman, Bapak Budhi), pihak PT ISAM (Bapak Yusuf, Bapak Widyatmoko dan petugas keamanan), pihak Direktorat Jenderal Peternakan (bapak dan ibu di bagian data statistik), Dinas Perindustrian serta Dinas Peternakan Jawa Barat atas kebaikan hati, waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan selama penelitian. 8. Kak Rhesa Ardiansyah yang bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian, atas saran dan masukan yang diberikan. 9. Mochamad Setyadi dan Evy Kurniasari yang selama ini telah banyak memberikan bantuan, motivasi, nasihat-nasihat dan semangat kepada penulis. ix

11 10. Tanoto Foundation, khususnya Pak Chandra dan Mbak Fika, yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama menjalani studi di Departemen Agribisnis. 11. Seluruh sahabat di Agribisnis 43, 42 dan 44, Agis, Ella, Syura, Achmad, Ine, Fani, Ovy, Uji, Triana, Tita, Jiban, Dewi, Kristy, Gangga, Rozak, Aries, Faisal, Widy, Mawar, Adam, Bank Iif, Dhida, Fath, Firza, Via, Bunbun, Izil, Mila, Ivan, Rekso, Selly dan lain-lain, atas inspirasi, bantuan dan kebersamaan selama ini hingga nanti. Amin. 12. Teman-teman seperjuangan di B22 TPB IPB angkatan 43, asrama putri A1 Lorong 5 (Shinicha, Delina), Pamaung IPB (Imam, Ferdin, Bichu, a Gilang, Asep, dkk), teman-teman di aktivitas kemahasiswaan dan keluarga besar KPA 3 atas pengalaman-pengalaman dan kebersamaannya selama ini. 13. Saudari-saudari di Pondok Amazon (Teh Cici, Pietz, Uul, Dince, Ophie, Kuntil, Bakti, Fika, Achi) dan Pondok Ixora (Erchan, Mbak Hap, Bu Medan, Dewi, Mbak Astrid, Mbak Mamah, Mbak Wiwin, Dania, Mpus, dan Pak Bukit) yang selalu membantu setiap saat. Terima kasih. Bogor, Agustus 2010 Dessy Natalia x

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat II TINJAUAN PUSTAKA Susu Sterilisasi Penelitian Terdahulu Pengaruh dari Pengolahan Hasil Produksi Pertanian yang Dilakukan Koperasi Analisis Kelayakan Usaha dengan Menggunakan Dua Skenario III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek Nonfinansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Aspek Finansial Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Asumsi Dasar V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Lokasi Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Peternak xiv xv xvi xi

13 Sapi Bandung Utara(KPSBU) Jawa Barat Struktur Organisasi dan Manajemen Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Aktivitas Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat VI ASPEK NONFINANSIAL Aspek Pasar Potensi Pasar Strategi Pemasaran Segmentasi, Target dan Posisi Produk di Pasar Bauran Pemasaran Hasil Analisis Aspek Pasar Aspek Teknis Lokasi Usaha Bahan Baku Luas Produksi Mesin dan Peralatan yang Digunakan Proses Poduksi Layout Usaha Hasil Analisis Aspek Teknis Aspek Manajemen Wewenang dan Tanggung Jawab Spesifikasi Pekerjaan Rekruitmen Tenaga Kerja Sistem Pengupahan Hasil Analisis Aspek Manajemen Aspek Hukum Bentuk Badan Usaha Ijin Usaha Ijin Lokasi Pendirian Pabrik Hasil Analisis Aspek Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan VII ASPEK FINANSIAL Skenario I Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario I Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario I Analisis Finansial pada Skenario I Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario I Analisis Switching Value pada Skenario I Skenario II Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario II Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario II Analisis Finansial pada Skenario II Skenario II xii

14 7.3.1 Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario III Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario III Analisis Finansial pada Skenario III Analisis Perbandingan Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jumlah Sapi Perah, Produksi dan Konsumsi Susu di Indonesia ( ) Perbandingan Usaha KPSBU Jawa Barat tahun Perkembangan Harga Susu Dalam Negeri dengan Harga Susu Impor Setara dengan Susu Segar ( ) Jenis, Contoh dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Keanggotaan KPSBU Jawa Barat, Tahun Susunan Pengurus KPSBU Jawa Barat, Tahun Susunan Pengawas KPSBU Jawa Barat, Tahun Perbandingan Produksi SSDN dengan Konsumsi Susu Nasional Tahun Proyeksi Umur menurut Kategori Kelompok Umur di Jawa Barat tahun Pengeluaran untuk Telur dan Susu perkapita dalam Sebulan untuk Masing-masing Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan Tahun Peningkatan Jumlah Penduduk di Jawa Barat Tahun ) Uraian Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan Skenario I Biaya Reinvestasi pada Skenario I Tahun Ke Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time dengan Melakukan Subkontrak Produksi Hasil Analisis Switching value pada Skenario I Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time Skenario II Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time Skenario III Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario I dan II Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario I dan III. 99 xiv

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Produksi Susu Segar Perprovinsi (Ton) Produksi Susu Segar di Jawa Barat tahun Kuesioner Penelitian Struktur Organisasi dan Manajemen Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat, Tahun Diagram Alir Proses Produksi Susu Sterilisasi Usulan Struktur Organisasi pada Pabrik Pengolahan Susu (Skenario II dan III) Spesifikasi Pekerjaan dari Manajemen Pabrik Pengolahan Susu Gaji Tenaga Kerja Uraian Penerimaan Tahunan Skenario I Uraian Biaya Tetap Tahunan Skenario I Uraian Biaya Variabel Tahunan Skenario I Proyeksi Laba Rugi Skenario I Cash Flow Skenario I Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 9, Persen Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Kenaikan Harga Susu Segar Sebesar 38, Persen Analisis Switching Value Skenario I jika Terjadi Kenaikan Biaya Subkontrak Produksi Sebesar 15, Persen Uraian Penerimaan Tahunan Skenario II Biaya Investasi pada Skenario II pada Tahun Ke Biaya Reinvestasi pada Skenario II pada Tahun Ke Biaya Penyusutan Barang Investasi Skenario II Biaya Tetap Tahunan Skenario II (Rp ) xvi

18 22. Biaya Variabel Tahunan Skenario II (Rp ) Proyeksi Laba Rugi Skenario II Cash Flow Skenario II Uraian Volume Produksi Harian untuk Masing-masing Jenis Output Pabrik Pengolahan Susu Skenario III Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Susu Sterilisasi Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Susu Pasteurisasi Uraian Penerimaan Tahunan Skenario III dari Penjualan Yoghurt Uraian Total Penerimaan Tahunan Skenario III Biaya Investasi pada Skenario III pada Tahun Ke Biaya Reinvestasi pada Skenario III Tahun Ke Biaya Penyusutan Barang Investasi Skenario II Uraian Biaya Tetap Tahunan Skenario III Pembayaran Pinjaman Uraian Biaya Variabel Tahunan Skenario III Proyeksi Laba Rugi Skenario III Cash Flow Skenario III. 151 xvii

19 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi peternak sapi perah yang memproduksi susu segar. Jenis koperasi ini dapat tumbuh secara lebih kokoh dibandingkan koperasi komoditi pertanian lainnya. Salah satu alasannya adalah karena sebagian besar kelompok peternak sapi perah ini memiliki tingkat aglomorasi yang tinggi, yaitu cenderung berkelompok pada suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk suatu daerah khusus yaitu daerah kelompok peternak sapi perah 1. Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan para peternak, untuk membentuk organisasi yang dapat memenuhi kebutuhan bersama melalui unit usaha yang dimiliki dan dikelola bersama, dapat terpenuhi dalam sebuah koperasi peternak sapi perah. Koperasi peternak sapi perah ini dapat menjadi mediator antara peternak dengan Industri Pengolahan Susu (IPS) dalam menentukan posisi tawar peternak untuk menetapkan waktu penjualan, jumlah penjualan susu dan harga yang akan diterima peternak sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan dari para peternak dan memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional. Pada tahun 1949, koperasi-koperasi peternak di Indonesia mendirikan sebuah wadah bernaung bernama Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia Pangalengan (GAPPSIP). Namun pada tahun 1961 GAPPSIP membubarkan diri karena tidak mampu menghadapi labilnya perekonomian Indonesia. Akan tetapi, karena pemerintah merasa sangat penting untuk membentuk suatu organisasi sebagai wadah bersatunya seluruh koperasi peternak sapi di Indonesia, maka pada tahun 1978 dibentuklah Badan Koordinasi Koperasi Susu Indonesia (BKKSI). Selanjutnya pada tahun 1979 BKKSI dibubarkan dan digantikan oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi sekunder persusuan sampai saat ini. Adanya GKSI ini menjadi satu kekuatan yang dimiliki oleh para peternak sapi perah karena susu produksi peternak dapat dipastikan terserap pasar. Hal ini 1 Soetrisno, Noer. Koperasi Produsen Susu : Model Klaster Industri Peternakan. [12 Februari 2010] 1

20 terkait dengan salah satu peran GKSI yaitu sebagai satu-satunya lembaga yang menjadi fasilitator penjualan susu peternak sapi perah ke IPS dengan kualitas yang baik dan volume stabil serta harga yang disepakati oleh kedua belah pihak 2. GKSI memiliki beberapa pabrik pengolahan susu atau milk treatment. Salah satu pabrik yang dimiliki oleh GKSI adalah PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) di Bandung, Jawa Barat. Pabrik ini mengolah susu dari para peternak sapi perah yang disalurkan melalui koperasi-koperasi primer. PT ISAM ini juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan lain untuk mengolah susu dalam pemenuhan kebutuhan susu di masyarakat. Koperasi-koperasi primer anggota GKSI pun memiliki kesempatan untuk melakukan pengolahan susu di PT ISAM dengan cara melakukan subkontrak produksi. Dengan keberadaan PT ISAM ini, diharapkan mampu menyediakan dan mendistribusikan produk-produk olahan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta dapat mensejahterakan masyarakat baik di pihak peternak maupun masyarakat konsumen pada umumnya 3. Saat ini, koperasi peternak sapi perah di Indonesia memerlukan pengembangan usaha yang terlihat dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi susu nasional oleh produksi susu nasional, yang sebagian besar diproduksi oleh koperasi peternak sapi perah, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Pada tahun 2007 saja, dari konsumsi susu nasional sebesar ton, hanya ton yang dapat dipenuhi oleh produksi susu nasional dan sisanya dipenuhi oleh susu impor. Seiring dengan peningkatan konsumsi susu nasional tersebut, maka IPS menutupi kekurangan bahan baku susu lokal dengan melakukan impor susu yang berbentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat (AMF). Alasan lainnya adalah pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya serta perubahan pola konsumsi hewani yang didorong oleh arus urbanisasi, kesadaran gizi serta perubahan gaya hidup masyarakat yang berdampak kepada meningkatnya permintaan susu nasional (Delgado et al. dalam Priyanti dan Saptati 2009). Kedua alasan inilah yang menyebabkan diperlukannya suatu usaha untuk 2 Kompas. 26 Februari GKSI Jadi Pemasok Tunggal IPS. [16 Februari 2010] 3 Nurdiansyah, Nanda Perusahaan Pengolahan Susu Sapi. [12 Februari 2010] 2

21 mengembangkan persusuan nasional terutama dari tingkat koperasi peternak sapi perah dan anggota peternaknya. Tabel 1. Jumlah Sapi Perah, Produksi dan Konsumsi Susu di Indonesia ( ) Tahun Jumlah sapi perah Produksi susu (ton) Konsumsi susu (ton) (ekor) *) **) Keterangan : *) Tidak masuk data beberapa provinsi **) Angka sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2010) Salah satu sentra produksi susu di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat, yang merupakan penghasil susu segar peringkat kedua setelah Jawa Timur. Pada tahun 2009, produksi susu segar di Jawa Barat mencapai ton susu segar dari ton keseluruhan produksi susu segar di Indonesia, seperti yang terlihat pada Lampiran 1 (Direktorat Jenderal Peternakan 2010). Salah satu penyumbang susu dari Jawa Barat adalah kelompok peternak yang berasal dari daerah Kabupaten Bandung Utara dan Barat yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat. KPSBU, yang memproduksi susu segar sebanyak liter sepanjang tahun 2008 (Laporan Tahunan KPSBU 2009), merupakan penyumbang terbesar dari produksi susu di Jawa Barat (Lampiran 2). KPSBU Jawa Barat didirikan pada 8 Agustus 1971 dengan perintis sebanyak 35 orang peternak sapi perah yang berlokasi di daerah Lembang. Dalam perkembangannya selama kurang lebih 28 tahun, pada tahun 2009 anggota KPSBU telah mencapai orang, dengan populasi sapi sebanyak ekor 3

22 dan produksi susu per hari sebanyak liter. Berkat kerja keras anggota dan pengurus koperasi dalam mempertahankan kualitas dan kuantitas susu segarnya serta kualitas manajemen koperasi yang baik, KPSBU mendapatkan Indonesia Cooperative Award (ICA) dari Kementrian Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2006 sebagai peringkat kelima dari sepuluh koperasi terbaik di Indonesia. Seperti koperasi peternak sapi pada umumnya, KPSBU juga mengadakan kerja sama dengan IPS dalam memasarkan produk susu segarnya. Kerja sama KPSBU dengan IPS dimulai sejak tahun 70-an yaitu dengan melakukan pemasaran susu segar setiap harinya kepada Frisian Flag Indonesia (FFI). Tabel 2. Perbandingan Usaha KPSBU Jawa Barat tahun Uraian Keanggota an (orang) Kepegawai an (orang) Tahun Populasi sapi (ekor) Penjualan , , ,85 Susu (Rp) Penjualan Yoghurt (Rp) ,46 Total , , ,14 Pendapatan (Rp) SHU , , ,16 Sumber : Laporan Tahunan KPSBU (2009) KPSBU Jawa Barat memiliki beberapa keunggulan, di antaranya adalah jumlah anggota dan karyawan yang besar dan meningkat setiap tahunnya, tingginya populasi sapi, total pendapatan yang selalu melebihi target Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada setiap tahunnya, kualitas susu yang baik karena dapat memenuhi standar IPS (dalam hal ini adalah standar laboratorium susu FFI), kuantitas susu perhari yang kontinu sehingga dapat memenuhi permintaan IPS dan sisanya dipasarkan langsung ke konsumen dalam bentuk susu segar dan produk 4

23 olahan yoghurt serta keunggulan lainnya yang terdapat pada Tabel 2. Keunggulankeunggulan tersebut dapat menjadi kekuatan koperasi dalam menghadapi peluang besar tingginya permintaan susu nasional yang belum dapat dipenuhi oleh produksi susu dalam negeri Perumusan Masalah Salah satu pihak yang memiliki pengaruh besar terhadap agribisnis persusuan adalah pemerintah yang ditunjukkan dengan adanya beberapa kebijakan yang berdampak pada kondisi persusuan di Indonesia. Salah satu kebijakan pemerintah yang menyangkut kondisi persusuan Indonesia adalah dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri (Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan dan Koperasi) pada tahun Dalam SKB tersebut IPS diwajibkan menyerap susu segar dalam negeri sebagai pendamping dari susu impor untuk bahan baku industrinya. Proporsi penyerapan susu segar dalam negeri ditetapkan dalam bentuk rasio susu yaitu perbandingan antara pemakaian susu segar dalam negeri dan susu impor yang harus dibuktikan dalam bentuk bukti serap atau lebih dikenal dengan BUSEP. Tujuan dari BUSEP adalah untuk melindungi peternak dalam negeri dari persaingan terhadap susu impor. Namun kebijakan BUSEP ini menjadi tidak berlaku dengan adanya Inpres No. 4 Tahun 1998, sehingga susu impor menjadi komoditi yang bebas masuk ke dalam negeri. Dalam hal pemasaran susu dari peternak dalam negeri, keberadaan Inpres No. 4/1998 ini mengakibatkan posisi IPS menjadi jauh lebih kuat dibandingkan peternak karena IPS mempunyai pilihan untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan yaitu susu segar dari dalam negeri maupun dari impor. Kebijakan pemerintah lainnya untuk melindungi peternak lokal adalah dengan menetapkan bea masuk bahan baku susu dan produk susu sesuai SK Menteri Keuangan No. 573 tahun 2000 sebesar lima persen. Namun, kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut ternyata belum mampu memperkuat posisi tawar koperasi dan peternak dibandingkan IPS. Hal ini terlihat dari relatif stagnannya harga susu segar yang diterima oleh peternak dalam negeri 4 4 Daryanto, Arief Persusuan Indonesia : Kondisi, Permasalahan dan Arah Kebijakan. [14 Februari 2010] 5

24 dan kondisi peternak yang tidak mampu bersaing dengan susu impor karena harga dan kualitas yang lebih baik dibandingkan peternak dalam negeri. Tabel 3. Perkembangan Harga Susu Dalam Negeri dengan Harga Susu Impor Setara dengan Susu Segar ( ) Tahun Harga Susu Impor Setara Susu Segar (Rp/l) Harga Susu Dalam Negeri (Rp/l) Rasio Harga Susu Dalam Negeri terhadap Impor , , , , , , , , , ,62 Sumber : Priyanti dan Saptati (2009) Pada Tabel 3 terlihat bahwa harga susu segar dalam negeri selalu berada di bawah harga impor setara susu segar. Pada tahun 2006 hingga 2007 harga susu dunia meningkat hingga rata-rata tertinggi 74 persen dibandingkan harga biasanya. Pada saat harga susu dunia meningkat cukup tinggi, harga susu segar dalam negeri tidak mengalami peningkatan yang terlalu tinggi, bahkan rasionya terhadap harga susu impor setara susu segar hanya mencapai 0,42 saja. Seharusnya kenaikan harga susu di pasar internasional dapat meningkatkan bargaining power dan tingkat kompetitif dari susu segar dalam negeri. Namun yang terjadi adalah adanya kesenjangan harga susu segar yang relatif besar di tingkat IPS dan peternak dikarenakan posisi tawar peternak atau dalam hal ini koperasi peternak sapi terhadap IPS yang rendah. Harga susu yang rendah juga disebabkan karena rendahnya kualitas susu segar yang dinilai oleh IPS dari kandungan mikroba dan total solid dari susu segar hasil produksi koperasi. Rendahnya kualitas ini disebabkan karena tidak 6

25 terpenuhinya kebutuhan sapi perah akan pakan konsentrat yang mengalami kenaikan harga seiring dengan kenaikan harga susu segar. Peningkatan mutu pakan konsentrat ini sangat berpengaruh pada kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan, sehingga bila kualitas susu meningkat harga susu segar pun dapat turut meningkat (Priyanti dan Saptati 2009). Dengan adanya permasalahan ini, peternak tidak mampu merasakan peningkatan harga susu segar karena harus mengalokasikannya terhadap harga konsentrat yang juga mengalami kenaikan. Berbagai kebijakan pemerintah dan harga susu yang cenderung stagnan pun turut dirasakan oleh KPSBU Jawa Barat, terutama karena posisi tawar yang lemah terhadap IPS yang membeli hampir 91 persen produksi susu KPSBU perharinya. Harga susu segar KPSBU ditentukan oleh hasil uji lab milik FFI sehingga dalam hal ini KPSBU berperan sebagai price taker dan mengalami kestagnanan harga susu yang selalu diiringi dengan kenaikan biaya produksi sapi perah. Hal tersebut mengakibatkan cenderung stabilnya pendapatan peternak sedangkan biaya produksi terutama pakan konsentrat semakin meningkat. Permasalahan lainnya adalah pada bulan April 2009 sejumlah IPS, termasuk FFI, memberlakukan kuota pembelian susu peternak lokal. Hal ini berdampak negatif terhadap peternak, termasuk KPSBU. KPSBU terpaksa membuang susu yang tidak terserap IPS sebanyak 16 ton per hari. Kondisi ini dikarenakan IPS tidak memberi waktu kepada KPSBU untuk mencari pembeli lain yang dapat menerima pasokan susu dari koperasi 5. Dengan adanya kelebihan susu yang tidak terserap oleh IPS tersebut tentunya dapat menyebabkan kerugian pada peternak dan KPSBU bila terbuang sia-sia. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu jalan keluar untuk memanfaatkan jumlah susu yang tidak terserap oleh FFI dan untuk meningkatkan pendapatan KPSBU yang akan berdampak pada pendapatan peternak agar sesuai dengan tujuan koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan tersebut adalah dengan menciptakan nilai tambah dari susu segar produksi KPSBU. Pada tahun 2008, KPSBU mulai mengolah susu segar produksinya menjadi produk olahan yoghurt. Setiap harinya KPSBU memproduksi yoghurt bermerek Fresh Time Ton Susu Koperasi akan Dibuang. [28 Januari 2010] 7

26 sebanyak 0,30 persen dari jumlah total susu yang diproduksi. Namun, terdapat beberapa kendala dalam produksi yoghurt ini, seperti yang tercantum di dalam Laporan Tahunan KPSBU Jawa Barat tahun 2008, yaitu realisasi pendapatan produksi yoghurt hanya tercapai 58,79 persen dari rencana tahunan (Rp ,46 dari rencana pendapatan Rp ), pemantauan yang kurang terhadap distribusi yoghurt pada sejumlah pedagang di daerah Bandung, pengendalian yang kurang optimal terhadap yoghurt yang rusak dan hal ini akan merusak image dari yoghurt produksi KPSBU Jawa Barat. Karena terdapat beberapa kendala yang ada dalam produksi yoghurt inilah maka pihak manajemen KPSBU melakukan pengolahan susu segar menjadi produk olahan baru, yaitu susu sterilisasi dengan merek yang sama, Fresh Time. Susu sterilisasi dipilih karena perizinan yang tidak memakan waktu lama, proses pembuatan yang relatif mudah dan daya tahan susu yang dapat bertahan jauh lebih lama dibandingkan yoghurt dalam kondisi suhu ruangan normal sehingga tidak memerlukan biaya penyimpanan yang cukup besar serta pasar yang lebih luas untuk produk susu sterilisasi Dalam melakukan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time, pihak manajemen KPSBU melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM karena pihak KPSBU belum merasa siap untuk melakukan produksi susu sterilisasi Fresh Time sendiri. Ketidaksiapan ini berasal dari segi investasi (biaya investasi untuk mendirikan pabrik pengolahan susu, membeli dan melakukan instalasi mesinmesin dan peralatan produksi dan alat transportasi), biaya produksi, teknologi yang akan digunakan, kesiapan sumber daya manusia KPSBU baik dari anggota maupun karyawan dan masih banyak lagi. Padahal, dengan melakukan subkontrak produksi susu yang dapat diolah koperasi sangatlah terbatas yaitu sebanyak 2 ton sehari dengan frekuensi dua minggu sekali. Jumlah tersebut sangatlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah susu produksi koperasi yang tidak dapat dipasok lagi kepada FFI. Maka koperasi membutuhkan suatu pengembangan usaha dengan mendirikan pabrik pengolahan susu yang dapat mengolah seluruh susu yang tidak dapat dipasok lagi ke FFI sehingga akan membawa manfaat yang lebih besar dan dapat meningkatkan nilai dari susu segar dan pendapatan koperasi serta para peternak. Hal tersebut juga sesuai dengan rencana manajemen koperasi untuk 8

27 melakukan pengembangan usaha koperasi dengan cara mendirikan pabrik pengolahan susu. Karena terdapat beberapa alternatif dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time maka dibutuhkan suatu analisis kelayakan dari alternatif-alternatif tersebut untuk mengetahui alternatif manakah yang layak untuk direkomendasikan kepada KPSBU Jawa Barat dalam melakukan produksi susu sterilisasi Fresh Time sehingga dapat menghasilkan manfaat terbesar bagi koperasi dan anggotanya. Dalam melakukan analisis kelayakan usaha produksi susu sterilisasi ini, terdapat tiga skenario yang dianalisis yaitu : (1) KPSBU melakukan subkontrak produksi (subcontracting production) dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI untuk memproduksi susu sterilisasi, dan hanya mengeluarkan biaya sewa produksi, transportasi dan menambah sedikit sumber daya manusia dalam proses transportasi bahan baku susu segar dan bahan baku tambahan lainnya dari KPSBU ke lokasi pabrik PT ISAM; (2) KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan, dan menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu sterilisasi, namun masih berproduksi dengan volume produksi yang sama dengan skenario pertama; dan (3) KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan, dan menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu, dan mengolah seluruh susu yang tidak dapat dipasok kepada FFI untuk dijadikan produk-produk olahan susu. Dari uraian tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ketiga skenario usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat layak bila ditinjau dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan? 2. Apakah secara finansial ketiga skenario usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat layak untuk dilaksanakan? 3. Bagaimanakah sensitivitas kelayakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time jika terjadi penurunan harga output susu sterilisasi dan kenaikan biaya produksi? 9

28 4. Setelah dilakukan analisis kelayakan, skenario manakah yang lebih layak untuk dilaksanakan dan memberikan lebih banyak manfaat kepada KPSBU Jawa Barat? 1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan dari tiga skenario usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat ditinjau dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan. 2. Menganalisis kelayakan dari tiga skenario usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat ditinjau dari aspek finansial. 3. Menganalisis dampak yang terjadi apabila penurunan harga output susu sterilisasi dan harga bahan baku pada usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU. 4. Mengetahui skenario manakah yang lebih layak untuk dilaksanakan dan memberikan lebih banyak manfaat kepada KPSBU Jawa Barat Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan : 1. Pengambil keputusan pada KPSBU Jawa Barat sebagai bahan masukan dalam melakukan perencanaan usaha. 2. Pelaku usaha, pengambil keputusan maupun segenap pemerhati yang berkecimpung di bidang yang sama atau sejenis sebagai bahan masukan. 3. Peneliti sebagai bahan referensi untuk bahan referensi penelitian selanjutnya. 10

29 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Sterilisasi Salah satu jenis olahan susu yang dapat dijumpai di pasaran Indonesia adalah susu sterilisasi. Susu sterilisasi adalah salah satu contoh hasil pengolahan susu yang dapat menyebabkan susu segar dapat bertahan lebih lama. Suhu yang digunakan untuk memanaskan susu berada di atas suhu yang diperlukan untuk membuat susu pasteurisasi dan di bawah suhu susu UHT yaitu sekitar Celcius dalam waktu yang sangat pendek yaitu kurang lebih 1 4 detik saja (Saleh 2004). Apabila proses pasteurisasi hanya bertujuan untuk membunuh bakteri patogen (bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan), sterilisasi susu bertujuan untuk membunuh semua bakteri, baik bakteri patogen maupun bakteri nonpatogen. Alat yang digunakan untuk sterilisasi antara lain otoklav (untuk kapasitas kecil) dan retrot (untuk kapasitas besar). Metode yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi ada tiga yaitu : 1. One stage (autoclave) dengan suhu C selama menit. 2. Two stage (UHT) dengan suhu C selama 2 5 detik. 3. Continuous sterilisasi yaitu dengan melakukan kedua metode di atas. Umumnya susu ini dijual dalam bentuk cair dalam kemasan kardus, botol plastik atau kaleng. Kelebihan yang dimiliki oleh susu sterilisasi adalah meskipun menggunakan panas yang tinggi, kerusakan gizinya terbilang rendah karena proses pemanasan berlangsung singkat. Selain itu, susu sterilisasi pun dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan susu segar, susu pasteurisasi ataupun yoghurt. Namun, susu sterilisasi juga memiliki kekurangan dibandingkan susu pasteurisasi yaitu hilangnya citarasa segar seperti yang terdapat pada susu pasteurisasi Penelitian Terdahulu Pengaruh dari Pengolahan Hasil Produksi Pertanian yang Dilakukan Koperasi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erwin (2008), dalam salah satu alternatif strategi yang diajukan untuk pengembangan usaha Koperasi Produksi Susu (KPS) Bogor adalah dengan melakukan produksi susu olahan 11

30 sendiri dan memasarkannya. KPS Bogor sebaiknya mengolah susu murni dari peternak-peternaknya menjadi susu pasteurisasi. Hal ini dapat dilakukan untuk menambah pendapatan koperasi dan meningkatkan kesejahteraan peternak anggotanya. Hal ini juga didukung dengan alat-alat produksi yang telah dimiliki oleh koperasi namun tidak digunakan karena memerlukan perbaikan. Hafsah (2007) meneliti Koperasi Warga Sejahtera yang merupakan satusatunya koperasi yang bergerak pada industri sutera alam di Kabupaten Ciamis. Koperasi ini bergerak dari sektor hulu ke sektor hilir dalam industri persuteraan alam. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, diketahui bahwa industri sutera alam akan semakin menguntungkan pada sektor hilir, artinya nilai tambah yang dihasilkan akan semakin besar. Nilai tambah yang besar terlihat dari harga jual kain sutera yang cukup tinggi yaitu sekitar Rp Rp permeter untuk kain sutera putihan atau dobby, sedangkan untuk kain sutera yang diwarnai atau bermotif berkisar antara Rp Rp permeter. Hal ini dapat dibandingkan dengan harga jual bahan bakunya yaitu kokon dan benang sutera. Pada pengolahan kain sutera yang efisien, berlaku rasio perbandingan 1 : 10 artinya satu kilogram benang sutera dapat menghasilkan sepuluh meter kain. Benang sutera dihasilkan dari sepuluh kilogram kokon. Jika harga kokon saat ini Rp perkilogram, dan harga benang Rp 350,00 perkilogram, maka nilai tambah pengolahan kain sutera lebih dari 50 persen. Oleh karena itulah industri persuteraan alam memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Selain itu, nilai tambah yang besar akan dapat memberikan imbalan kesejahteraan yang besar bagi para pekerjanya dan anggota Koperasi Warga Sejahtera. Berdasarkan kedua hasil penelitian terdahulu tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dengan mengolah hasil produksi pertaniannya, koperasi akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan menjual hasil produksinya langsung tanpa dilakukan proses penciptaan nilai tambah melalui proses pengolahan. Pada penelitian ini, penulis menganalisis usaha pengolahan susu segar yang dilakukan oleh KPSBU Jawa Barat yang diduga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan koperasi dan anggotanya. 12

31 2.2.2 Analisis Kelayakan Usaha dengan Menggunakan Dua Skenario Oktafiyani (2009) melakukan penelitian mengenai pembuatan kerupuk rambak. Terdapat dua skenario yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit sapi dan analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk rambak dengan menggunakan bahan baku kulit kerbau. Hal yang melatarbelakangi adanya dua skenario ini adalah karena bahan baku kulit kerbau relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan kulit sapi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis bagaimana pengaruh penggunaan bahan baku kulit kerbau sebagai input produksi kerupuk rambak terhadap kelayakan usaha. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan bahan baku yang lebih mahal maka harga pokok penjualan yang didapat akan lebih tinggi. Produk kerupuk rambak dijual pada tingkat harga yang sama sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang diperoleh oleh pengusaha yang menggunakan bahan baku kulit kerbau. Berdasarkan penelitian dan analisis yang dilakukan, kedua skenario ternyata layak untuk dilaksanakan jika dilihat dari aspek nonfinansial, yaitu pasar, teknis, hukum, manajemen, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Hasil dari analisis kelayakan finansial pada usaha pembuatan kerupuk rambak baku kulit sapi layak untuk diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp ,00; IRR sebesar 67,81 persen; Net B/C sebesar 5,09 dan payback period selama 2,83 tahun. Sedangkan hasil analisis finansial pada usaha pembuatan kerupuk rambak kulit kerbau juga layak untuk diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp ,00; IRR sebesar 27,48 persen; Net B/C sebesar 2,16 dan payback period sebesar 5,30 tahun. Setelah dilakukan analisis perbandingan usaha, diketahui bahwa usaha pembuatan kerupuk rambak dengan bahan baku kulit sapi lebih layak diusahakan dibandingkan dengan usaha yang menggunakan bahan baku kulit kerbau. Keuntungan yang diperoleh pada usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit sapi pun lebih tinggi dibandingkan dengan usaha pembuatan kerupuk rambak yang menggunakan bahan baku kulit kerbau. Terdapat dua skenario yang digunakan pada penelitian yang dilakukan Rivai (2009) yaitu analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong dengan 13

32 menggunakan modal sendiri dan analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan modal pinjaman dari bank. Hasil analisis finansial usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan modal sendiri (discount factor 7 persen) menghasilkan NPV sebesar Rp ,00; IRR sebesar 37 persen; Net B/C sebesar 2,92, dan payback period selama 3,5 tahun. Sedangkan hasil analisis finansial usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan modal pinjaman dari bank (discount factor 13 persen) menghasilkan NPV sebesar Rp/ ,00; IRR sebesar 15 persen; Net B/C sebesar 1,07 dan payback period selama 8,2 tahun. Kedua hasil analisis kelayakan usaha tersebut layak untuk diusahakan, namun skenario I, yaitu usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan modal sendiri lebih layak untuk dijalankan karena hasil analisis kriteria investasi yang dimiliki oleh skenario I lebih besar dibandingkan hasil analisis kriteria investasi pada skenario II. Musarofah (2009) melakukan penelitian mengenai usaha pengolahan nugget ikan. Terdapat dua skenario yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengusahaan nugget dengan kapasitas saat ini yaitu sebanyak 747 kemasan perhari dan pengusahaan dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi kemasan perhari. Adanya dua skenario ini karena perusahaan memiliki rencana untuk melakukan pengembangan usaha dengan peningkatan kapasitas produksi dan memerlukan sejumlah investasi seperti lahan, bangunan dan peralatan produksi yang lebih besar, sehingga diperlukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui kelayakan usaha yang sedang berjalan saat ini dan kelayakan pengembangan usaha yang akan dilakukan. Hasil analisis nonfinansial dari kedua skenario adalah layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis finansial dari pengusahaan nugget dengan kapasitas saat ini adalah NPV sebesar Rp ,00; IRR sebesar 89 persen; Net B/C sebesar 5,08 dan payback period sebesar 2,15 tahun. Sedangkan hasil analisis finansial dari pengusahaan nugget dengan peningkatan kapasitas produksi menjadi kemasan perhari adalah NPV sebesar Rp ; IRR sebesar 98 persen; Net B/C sebesar 6,00 dan payback period sebesar 2,53 tahun. Setelah melakukan perbandingan antara kedua skenario, kesimpulannya adalah skenario kedua (pengusahaan dengan peningkatan kapasitas produksi 14

33 menjadi kemasan perhari) lebih menguntungkan karena pengembangan usaha tersebut dapat memberikan keuntungan berupa keleluasaan tempat produksi, peningkatan citra perusahaan dan peningkatan keuntungan secara finansial yang lebih besar bagi pemilik. Selain itu adanya pengembangan usaha juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak, penyerapan bahan baku yang lebih besar, dan terpenuhinya permintaan produk. Pada penelitian mengenai analisis kelayakan usaha produksi susu sterilisasi ini terdapat tiga skenario yang akan dianalisis. Ketiga skenario ini dibedakan berdasarkan investasi yang dikeluarkan dan volume produksi susu yang diolah. Pada skenario I, koperasi tidak mengeluarkan investasi untuk pendirian pabrik dan pembelian mesin-mesin, sedangkan pada skenario II dan III koperasi mengeluarkan biaya investasi untuk mendirikan pabrik dan pembelian mesinmesin. Volume produksi yang digunakan pada skenario I dan II adalah volume produksi yang telah ditetapkan pada subkontrak produksi yaitu sebanyak 2 ton perhari dengan frekuensi produksi dua kali seminggu. Pada skenario III, volume produksi koperasi adalah 16 ton perhari dengan frekuensi prduksi dilakukan setiap hari. 15

34 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan usaha/proyek. Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak menurut Ibrahim (2003) adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Menurut Umar (2007), studi kelayakan bisnis adalah suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Hal tersebut sangatlah penting untuk dilakukan sebelum melakukan pengembangan usaha. Sedangkan menurut Sofyan (2003), studi kelayakan bisnis merupakan suatu konsep yang dikembangkan dari konsep manajemen keuangan, terutama ditujukan dalam rangka mencari atau menemukan inovasi baru dalam perusahaan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sebelum suatu pelaku usaha memulai atau mengembangkan suatu usaha, sangatlah diperlukan suatu studi mengenai usaha tersebut untuk menilai dan mengetahui apakah usaha yang akan dimulai atau dikembangkan layak untuk dilaksanakan dan dapat membawa manfaat bagi pelaku usaha. Hasil dari studi kelayakan bisnis dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Bagi pihak investor, studi kelayakan bermanfaat untuk mengetahui prospek dari usaha yang akan dimulai atau dikembangkan. Bagi pihak kreditur/bank, studi ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana periode pengembalian pinjaman yang dapat dilakukan oleh investor jika meminjam dana pada kreditur/bank, berkaitan dengan segi keamanan dana yang dipinjamkan oleh kreditur/bank. Bagi pemerintah, studi ini bermanfaat untuk mengetahui manfaat usaha bagi perekonomian nasional (Husnan dan Muhammad 2005). 16

35 3.1.2 Aspek Nonfinansial Aspek Pasar Definisi pasar secara umum adalah permintaan yang dibuat oleh sekelompok pembeli potensial terhadap suatu barang dan jasa. Sedangkan pengertian pasar yang lebih spesifik dari sudut pandang pemasaran adalah pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan sanggup untuk melibatkan diri dalam proses petukaran guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut. Sehingga besarnya pasar tergantung pada jumlah orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai sumber daya yang diminati orang/pihak lain dan bersedia menawarkan sumber daya tersebut untuk ditukar supaya dapat memenuhi keinginan mereka. Dalam memberikan petunjuk tentang bagaimana mencapai dan melayani para pembeli secara lebih efektif maka seorang pengusaha harus mengetahui perilaku pasar konsumen yaitu dengan mempelajari empat faktor utama yang mempengaruhi preferensi konsumen yaitu budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Hal ini juga mempengaruhi bagaimana menciptakan daya saing produk yang dimiliki agar tetap terjaga eksistensinya di pasaran, dilihat begitu banyak pesaing dengan produk sejenis. Agar dapat bersaing dengan pesaing-pesaing di pasar, maka sebuah perusahaan harus menerapkan suatu strategi pemasaran. Menurut Dharmmesta (2008), strategi pemasaran adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen dan masyarakat lain dalam pertukarannya untuk mendapatkan laba atau perbandingan antara penghasilan dan biaya yang menguntungkan, yang berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Sedangkan menurut Husnan dan Muhammad (2005), yang dimaksudkan dengan strategi pemasaran adalah berbagai usaha yang perlu dilakukan oleh calon investor dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian hasil produksinya. Pada penelitian ini dilakukan dianalisis strategi pemasaran yang dilakukan oleh KPSBU Jawa Barat dalam memasarkan produk susu sterilisasi Fresh Time, yaitu dari segi pasar sasaran dan bauran pemasaran. Pasar sasaran adalah 17

36 sekelompok konsumen atau pelanggan yang secara khusus menjadi sasaran usaha pemasaran bagi sebuah perusahaan (Djatmiko 2009). Dalam menerapkan pasar sasaran terdapat tiga langkah pokok yang harus diperhatikan yaitu segmentasi pasar, penetapan pasar sasaran dan penempatan produk atau segmentation, targeting dan postioning (STP). Segmentasi pasar adalah mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin meminta produk dan/atau bauran pemasaran tersendiri. Segmentasi pasar menunjukkan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan sasaran dari suatu perusahaan. Terdapat empat variabel utama dalam melakukan segmentasi pasar konsumen yaitu aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku (Kotler 1994). Penetapan pasar sasaran adalah kegiatan yang berisi penilaian serta pemilihan satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki suatu perusahaan. Sedangkan penempatan produk adalah tindakan merancang produk dan bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu di ingatan konsumen (Djatmiko 2009). Bauran pemasaran adalah sejumlah variabel pemasaran yang terkontrol oleh perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan memberikan kepuasan pada konsumen. Unsur dari bauran pemasaran yang sering disebut sebagai 4P yaitu product (produk), place (saluran distribusi), people (promosi) dan price (harga) Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Dalam melakukan proses produksi suatu produk kita perlu memperhatikan aspek teknis yang menunjang pelaksanaan produksi tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam produksi adalah manajemen operasi saat melakukan produksi produk, teknologi yang digunakan untuk memproduksi, tempat produksi serta sarana prasarana yang menunjang kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Oleh karena itu aspek teknis sangat berhubungan dengan aspek-aspek lain dalam memproduksi produk. Seperti halnya aspek pemasaran, pasar dan pemasaran sangat berhubungan dengan aspek teknis karena perubahan penawaran dan permintaan pasar dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat teknis 18

37 yang menunjang proses produksi tersebut. Pada penelitian ini, aspek teknis yang dianalisis meliputi : 1. Lokasi proyek. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi di antaranya adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga kerja, fasilitas transportasi, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap masyarakat dan rencana untuk perluasan usaha. 2. Bahan Baku Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai bahan baku produksi adalah jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode (tahun) dan selama usia investasi; kelayakan harga bahan baku, baik sekarang maupun pada masa dating; kapasitas, kualitas dan kontinuitas sumber bahan baku; dan biayabiaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan baku siap diproses, misalnya biaya pengangkutan dan lain-lain (Nurmalina et al. 2009). 3. Luas Produksi Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal (Nurmalina et al 2009). Menurut Husnan (2005), luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market share yang dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi adalah batasan permintaan yang telah diketahui terlebih dahulu dalam perhitungan market share; tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dalam hal ini dibatasi oleh kapasitas teknis atau kapasitas ekonomis, jumlah dan kemampuan tenaga keja pengelola proses produksi; kemampuan finansial dan manajemen perusahaan; dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang yang dapat meningkatkan tingkat efisiensi produksi sehingga memungkinkan meningkatkan produksi. 4. Teknologi yang Digunakan Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, di samping kriteria lain yaitu ketepatan jenis teknologi yang 19

38 dipilih dengan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis tekologi tersebut tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan perkembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. 5. Proses Produksi Proses produksi adalah suatu cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumbersumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada. Adapun jenis proses produksi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu proses produksi terus menerus dan proses produksi yang terputus-putus. 6. Layout bangunan Layout merupakan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian layout mencakup layout site (layout lahan lokasi proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama, yaitu layout fungsional (layout process) dan layout produk (layout garis) Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan, yaitu para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada. Usaha yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar 2006). Studi aspek sumber daya manusia bertujuan untuk mengetahui apakah dalam pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan layak atau sebaliknya dilihat dari ketersediaan SDM. Keberadaan SDM hendaknya dianalisis untuk mendapatkan jawaban apakah SDM yang diperlukan untuk pembangunan maupun pengimplementasian bisnis dapat dimiliki secara layak atau sebaliknya. Kajian 20

39 dapat dimulai dari perencanaan SDM, analisis pekerjaan, rekrutmen, seleksi, orientasi sampai pada pemutusan hubungan kerja. Untuk meneliti perencanaan SDM dibutuhkan data, data yang dibutuhkan antara lain mengenai jumlah tipe pekerja diberbagai kategori pekerjaan, golongan dan tingkat upah. Hal-hal yang akan dianalisis adalah jenis pekerjaan, waktu pelaksanaan tiap jenis kegiatan, tenaga pelaksana, peralatan, anggaran, keterampilan SDM dan kesiapan organisasi. Hasil studi mengenai SDM hendaknya memberikan informasi dalam hal mampu membedakan antara merencanakan SDM dalam pembangunan proyek bisnis dan SDM dalam implementasi bisnis rutin. Menentukan kelayakan tiap unsur MSDM, seperti beberapa jumlah karyawan yang dibutuhkan, penentuan deskripsi pekerjaan yang jelas, penentuan kebijakan pelaksanaan rekrutment-seleksi-orientasi, penentuan produktivitas, rencana pelatihan dan pengembangan, penentuan prestasi kerja, kompensasi, perencanaan karier, keselamatan dan kesehatan kerja dan mekanisme PHK Aspek Hukum Aspek hukum mengkaji tentang legalitas usulan proyek yang akan dibangun dan dioperasikan. Ini berarti setiap proyek yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus memenuhi hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut (Suratman 2002). Aspek teknis yang diteliti adalah : 1. Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha merupakan wujud secara legal atas status dari usaha yang didirikan. Bentuk-bentuk badan usaha meliputi : PT, CV, Perseorangan, Koperasi dan lain-lain. 2. Ijin Usaha Ijin usaha merupakan wujud pengesahan secara legal/formal dari pemerintah setempat atas jenis/kegiatan usaha yang akan dijalankan. 3. Ijin Lokasi Pendirian Proyek Ijin lokasi pendirian proyek adalah wujud pengesahan secara legal/formal dari pemerintah setempat tentang lokasi proyek. 21

40 Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Analisis terhadap aspek sosial ekonomi dan lingkungan merupakan suatu analisis yang berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial tersebut harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan ketanggapan suatu proyek terhadap keadaan sosial yang terjadi (Gittinger 1986). Contoh pengaruh proyek terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan di antaranya adalah perluasan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan petani, serta dampak limbah proyek terhadap lingkungan sekitar Analisis Finansial Menurut Kasmir dan Jakfar (2006) analisis dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Dilanjutkan dengan meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha benar-benar dijalankan. Analisis ini meliputi lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek dan tingkat suku bunga yang berlaku sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan. Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain : 1. Biaya kebutuhan investasi Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Oleh karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya kebutuhan investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dijalankan. Secara umum komponen biaya kebutuhan investasi terdiri dari biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva tetap dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar 2006). 2. Sumber-sumber dana Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, seperti modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan dari 22

41 keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha (Kasmir dan Jakfar 2006). Pada dasarnya pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi usaha atau perusahaan yang mensponsori usaha tersebut. Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham biasa atau saham preferen di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing (sewa guna) dari lembaga keuangan nonbank dan project finance. 3. Aliran kas (cash flow) Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar (cash out) serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow) dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan initial cash flow. Aliran kas yang diperoleh pada waktu proyek berakhir disebut terminal cash flow. Pada umumnya, initial cash flow bernilai negatif, operational dan terminal cash flow umumnya bernilai positif. Aliran-aliran kas ini harus dinyatakan dengan dasar setelah pajak (Husnan dan Muhammad 2005) Menurut Kasmir dan Jakfar (2006) dalam menentukan layak atau tidaknya suatu investasi ditinjau dari aspek keuangan perlu dilakukan pengukuran dengan beberapa kriteria. Kriteria ini sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing proyek dan metode mana yang akan digunakan. Setiap metode yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Sehingga dalam 23

42 penilaian kelayakan suatu proyek hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Adapun kriteria yang biasa digunakan antara lain : 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat (benefit) dengan biaya (cost) pada tingkat suku bunga tertentu. Apabila hasil perhitungan NPV lebih besar dari nol (NPV > 0), dapat dikatakan usaha tersebut feasible atau layak untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka tidak layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika hasil perhitungan NPV sama dengan nol (NPV = 0) berarti usaha tersebut berada dalam keadaan Break Event Point (BEP) dimana TR = TC dalam bentuk present value. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jadi, jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount rate yang digunakan, maka dapat dikatakan usaha tersebut feasible, bila sama dengan discount rate yang digunakan berarti pulang pokok dan di bawah discount rate yang digunakan usaha tersebut tidak feasible. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-). Jika nilai Net B/C lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Untuk Net B/C sama dengan 1 (satu) berarti cash in flows sama dengan cash out flows, dalam present value disebut dengan Break Event Point (BEP), yaitu total cost sama dengan total revenue. Sedangkan jika nilai Net B/C kurang dari 1 (satu) maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Periode (PP) Payback Periode (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaan investasi dengan menggunakan aliran kas Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis nilai pengganti (analisis switching value) adalah suatu variasi dari analisis sensitivitas (Gittinger dalam Nurmalina et al 2009). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau 24

43 perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik bagaimana dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari. Bila melebihi switching value tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0. Analisis switching value dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow (Nurmalina et al 2009) Kerangka Pemikiran Operasional Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat adalah salah satu sentra produksi susu segar di Indonesia. Pada tahun 2009, produksi susu segar yang dapat dihasilkan perharinya adalah sebanyak liter yang dikumpulkan dari peternak anggota koperasi dengan total populasi sapi mencapai ekor (Kepala Bagian Personalia KPSBU Jabar 2010). Dari total produksi tersebut, sekitar 91 persen atau sebanyak liter dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan harga yang sesuai dengan kualitas susu segar, yaitu berkisar antara Rp perliter. Namun, sejak bermitra dengan IPS yaitu pada 1970-an hingga kini, KPSBU cenderung menerima harga beli susu yang stagnan dari IPS. Belum lagi pada pertengahan 2009, pemerintah menetapkan pembebasan tarif impor untuk susu yang masuk ke dalam negeri sehingga daya saing susu lokal semakin menurun dan IPS pun menerapkan pemberlakuan kuota penerimaan susu dari peternak lokal. Kedua hal tersebut mengakibatkan tidak pernah meningkatnya kesejahteraan peternak sebagai anggota dari KPSBU Jawa Barat. Permasalahan lainnya adalah pada April 2009, Frisian Flag Indonesia (FFI) memberlakukan pembatasan kuota pembelian susu peternak lokal yang langsung dirasakan dampaknya oleh KPSBU Jawa Barat. Sebanyak 16 ton susu segar hasil produksi koperasi terpaksa terbuang karena tidak dapat dipasok ke FFI. 25

44 Seperti halnya koperasi pada umumnya, KPSBU memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui usaha-usaha yang dilakukannya. Dengan adanya kelebihan susu sebanyak 16 ton yang tidak terserap oleh IPS tersebut tentunya dapat menyebabkan kerugian bila terbuang sia-sia. Sehingga KPSBU mengeluarkan kebijakan untuk mengolah sebagian dari hasil produksi susunya dan dijual langsung pada konsumen. Dengan mengolah susu sapi segar menjadi berbagai macam produk, diharapkan akan mengurangi ketergantungan KPSBU kepada IPS serta menciptakan nilai tambah pada susu sapi segar yang dapat menambah keuntungan usaha koperasi. Produk olahan susu yang telah diproduksi oleh KPSBU adalah yoghurt dengan merek Fresh Time. Akan tetapi, menurut pihak manajemen, yoghurt tersebut memiliki kelemahan-kelemahan terutama masa berlaku produk yang tidak panjang, sehingga KPSBU berencana untuk membuat suatu produk olahan susu yang dapat bertahan lebih lama dan tetap memiliki gizi yang baik, yaitu susu sterilisasi. Namun, KPSBU masih memiliki keterbatasan dana untuk membuat pabrik pengolahan sendiri sehingga KPSBU melakukan subkontrak produk dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. Padahal, dengan memiliki pabrik sendiri diduga akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar karena dapat mengolah lebih banyak susu segar menjadi produk olahan susu. Pendirian pabrik tersebut juga sesuai dengan rencana manajemen untuk melakukan pengembangan usaha koperasi dengan pendirian pabrik pengolahan susu. Karena terdapat beberapa alternatif dalam memproduksi susu sterilisasi, maka dibutuhkan suatu analisis kelayakan usaha untuk mengetahui alternatif manakah yang layak untuk direkomendasikan dan dilaksanakan oleh KPSBU Jawa Barat. Terdapat tiga skenario yang dianalisis yaitu : (1) KPSBU melakukan subkontrak produksi (subcontracting production) dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI untuk memproduksi susu sterilisasi, dan hanya mengeluarkan biaya sewa produksi, transportasi dan menambah sedikit sumber daya manusia dalam proses transportasi bahan baku susu segar dan bahan baku tambahan lainnya dari KPSBU ke lokasi pabrik PT ISAM; (2) KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan mendirikan pabrik sendiri, melakukan 26

45 pembelian mesin-mesin dan peralatan, dan menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu sterilisasi, namun masih berproduksi dengan volume produksi yang sama dengan skenario pertama; dan (3) KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan, dan menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu, dan mengolah seluruh susu yang tidak dapat dipasok kepada FFI untuk dijadikan produk-produk olahan susu. Penelitian ini akan menganalisis skenario manakah yang lebih layak untuk dilaksanakan oleh koperasi saat ini. Apakah koperasi lebih baik memproduksi susu sterilisasi Fresh Time dengan cara melakukan subkontrak produksi atau mendirikan pabrik sendiri, jika diasumsikan koperasi memproduksi susu sebanyak 2 ton perhari dengan frekuensi dua kali seminggu sesuai dengan kesepakatan dengan PT ISAM. Ataukah lebih layak untuk mendirikan pabrik sendiri dan mengolah 16 ton susu yang tidak dapat dipasok lagi pada FFI. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang digunakan adalah aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periode (PP). Peneliti juga akan menggunakan metode analisis switching value untuk mengetahui sejauh mana usaha tersebut masih tetap layak jika terjadi perubahan pada komponen inflow dan outflow. 27

46 KPSBU Jabar memiliki produktivitas susu segar yang sangat besar perharinya yaitu liter. Sekitar 91% dari total produksi tersebut dipasarkan pada IPS, namun harga yang diterima cenderung stagnan kemudian disusul dengan pembebasan tarif impor susu oleh pemerintah dan pemberlakuan kuota penerimaan susu dari peternak yang mengakibatkan terdapatnya 16 ton susu yang terbuang, sehingga KPSBU harus melakukan langkah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Pengembangan KPSBU JABAR dengan memproduksi variasi produk susu segar untuk menciptakan nilai tambah Pengolahan susu segar menjadi susu sterilisasi Analisis Kelayakan Usaha Skenario I : Melakukan subcontracting production dengan PT ISAM Skenario II : Mendirikan pabrik dan memproduksi dengan volume produksi pada skenario I Skenario III : Mendirikan pabrik dan memproduksi dengan volume produksi 16 ton Aspek Nonfinansial Aspek Finansial : 1. NPV Aspek Pasar : Potensi Pasar, Strategi Pemasaran 2. IRR 3. Net B/C 4. PP Aspek Teknis : Lokasi, Bahan Baku, Luas Produksi, Teknologi, Proses Produksi, Layout Usaha Aspek Manajemen : Wewenang dan Tanggung Jawab, Spesifikasi Pekerjaan, Rekruitmen, Pengupahan Aspek Hukum : Bentuk Badan Usaha, Ijin Usaha, Ijin Lokasi Pendirian Pabrik Analisis Switching Value : 1. Penurunan harga output susu sterilisasi 2. Kenaikan harga bahan baku Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan : Pendapatan, Penyerapan Tenaga Kerja, Dampak Lingkungan Perbandingan Hasil Analisis Skenario I, II dan III Skenario yang Membawa Lebih Banyak Manfaat kepada Koperasi dan Lebih Layak untuk Dilaksanakan Ketiga Skenario Tidak Layak Pelaksanaan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat Evaluasi Rekomendasi kepada pihak manajemen KPSBU Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional 28

47 IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang Jalan Kayu Ambon nomor 23, Pasar Panorama, Lembang, Bandung, Jawa Barat dan pabrik susu PT Industri Susu Alam Murni yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit nomor 114, Ujung Berung Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei Tempat penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbanganpertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan lokasi adalah KPSBU Jawa Barat merupakan sentra produksi susu segar terbesar di Jawa Barat Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dengan observasi langsung di tempat penelitian, hasil wawancara dengan responden yang merupakan pihak pengurus dari KPSBU Jawa Barat yang merupakan pengambil keputusan dalam KPSBU Jawa Barat, pihak pengelola PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM), serta hasil wawancara dengan petugas dari dinas pemerintahan yang terkait. Data sekunder yang digunakan adalah data BPS, Dirjen Peternakan, Laporan Tahunan ke-37 tahun 2008 KPSBU Jawa Barat, serta berbagai literatur baik berupa buku maupun hasil penelitian sebelumnya. Instrumentasi atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, alat perekam, dan alat pencatat Metode Pengumpulan Data Waktu yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah selama dua bulan, yaitu dimulai dari bulan April 2010 hingga Mei Lokasi dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah KPSBU Jawa Barat, PT ISAM, dinas-dinas pemerintahan dan lembaga terkait serta perpustakaan LSI-IPB. 29

48 Responden yang berasal dari pengurus KPSBU, pengelola PT ISAM, serta petugas dinas pemerintahan dan lembaga terkait ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling karena pihak-pihak tersebut dianggap sebagai pihakpihak yang paling paham mengenai kondisi perusahaan dan industri yang terkait. adalah : Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini 1. Wawancara langsung dan mendalam dengan KPSBU, pengelola PT ISAM, serta petugas dinas pemerintahan dan lembaga terkait. 2. Observasi langsung di lapangan mengenai proses pengolahan susu. 3. Pencarian di internet untuk pencarian beberapa data dan literatur. 4. Studi pustaka untuk pencarian literatur dari berbagai pustaka. Adapun tabel jenis, macam dan sumber data disajikan di bawah ini : Tabel 4. Jenis, Contoh dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Jenis Data Contoh Data Sumber Data Primer Harga produk, Bahan baku dan penolong, Biaya produksi, Merek lain (pesaing), Lingkungan persaingan Sekunder Permintaan dan penawaran susu Internal KPSBU, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Manajemen Hypermart Bandung Indah Plaza BPS, Ditjennak 4.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan dibantu oleh alat bantu lainnya seperti kalkulator. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan produksi susu sterilisasi pada KPSBU Jawa Barat diihat dari aspek-aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia, aspek manajemen dan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan produksi susu sterilisasi dari segi aspek finansial. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan investasi dan analisis switching value. Analisis kelayakan investasi digunakan dengan melibatkan beberapa 30

49 kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periode (PP). 1. Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai kini arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu (Gittinger 1986). Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut: Keterangan : B t = Penerimaan total pada tahun ke-t (Rupiah) C t = Pengeluaran total pada tahun ke-t (Rupiah) t = Tahun proyek (t = 0, 1, 2, 3,..., n), di mana n = 10 i = Tingkat suku bunga / diskonto (persen per tahun) Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV = 0, artinya usaha tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. NPV > 0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya. NPV < 0, artinya usaha yang diperoleh dari usaha tersebut lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, usaha tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. 2. Internal Rate Return (IRR) IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger 1986). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga 31

50 yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah: Keterangan : i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV = NPV yang bernilai negatif 3. Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah: Keterangan : B t = Penerimaan total pada tahun ke-t (Rupiah) C t = Pengeluaran total pada tahun ke-t (Rupiah) t = Tahun proyek (t = 0, 1, 2, 3,..., n), di mana n = 10 i = Tingkat suku bunga / diskonto (persen per tahun) Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah: Net B/C = 1, berarti usaha tidak untung dan tidak rugi, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Net B/C > 1, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Net B/C < 0, berarti usaha merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Tingkat Pengembalian Investasi / Pay Back Period (PP) Penilaian PP dilakukan untuk mengetahui pada umur berapakah investasi dapat dikembalikan oleh perusahaan melalui usaha yang dilakukan. 32

51 Semakin cepat pengembalian investasi, maka semakin lancar perputaran modalnya dan semakin baik usaha tersebut dapat dijalankan. Pada dasarnya semakin cepat Payback Period menandakan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor. 5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis nilai pengganti (analisis switching value) adalah suatu variasi dari analisis sensitivitas (Gittinger dalam Nurmalina 2009). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik bagaimana dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari. Bila melebihi switching value tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0. Analisis switching value dilakukan dengan menghitung secara cobacoba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow (Nurmalina et al 2009). Setelah mengetahui persentase yang menyebabkan NPV positif dan negatif, kemudian dihitung interpolasi untuk mengetahui batas perubahan yang menyebabkan NPV = 0. Rumus untuk mencari interpolasi adalah sebagai berikut : NPV Interpolasi = p + (p p) NPV NPV Keterangan : p = Perubahan komponen inflow atau outflow yang menghasilkan NPV positif p = Perubahan komponen inflow atau outflow yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV = NPV yang bernilai negative 33

52 4.5. Asumsi Dasar Terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam melakukan analisis kelayakan usaha produksi susu sterilisasi pada penelitian ini, yaitu : 1. Skenario I merupakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time yang dilakukan oleh KPSBU dengan mengadakan kontrak kerjasama berbentuk subkontrak produksi dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI. Dalam hal ini, KPSBU melakukan penitipan produksi pada pabrik pengolahan susu PT ISAM, sedangkan bahan baku, kemasan dan label disediakan oleh KPSBU. 2. Skenario II merupakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time yang dilakukan oleh KPSBU dengan melakukan pembangunan pabrik terlebih dahulu dan mengadakan investasi mesin-mesin pengolahan serta peralatan dan perlengkapan lainnya dan berproduksi dengan volume produksi yang sama dengan skenario I. 3. Skenario III merupakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time yang dilakukan oleh KPSBU dengan melakukan pembangunan pabrik terlebih dahulu dan mengadakan investasi mesin-mesin pengolahan serta peralatan dan perlengkapan lainnya dan mengolah seluruh susu yang tidak dapat dipasok pada FFI (16 ton) menjadi produk olahan susu. 4. Umur usaha untuk ketiga skenario adalah 15 tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis investasi yang paling lama yaitu bangunan pabrik. 5. Sumber modal yang digunakan pada skenario I seluruhnya berasal dari KPSBU, sedangkan skenario II dan III modal berasal dari KPSBU dan juga pinjaman dari bank (dalam hal ini BNI 46). BNI 46 digunakan karena koperasi memiliki simpanan di bank tersebut. 6. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan untuk skenario I adalah sebesar 6,75 persen yang merupakan tingkat suku bunga simpanan Bank BNI 46, sedangkan untuk skenario II dan III adalah sebesar 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman Bank BNI Tahun pertama usaha pada skenario I, II dan III adalah tahun Jumlah produksi pada kedua skenario semakin meningkat setiap tahunnya dengan asumsi peningkatan tersebut disebabkan oleh kegiatan promosi yang 34

53 dilakukan oleh KPSBU dan juga semakin dikenalnya produk oleh masyarakat. 9. Kapasitas produksi pada skenario I dan II mengacu pada kapasitas produksi yang dimiliki oleh pabrik PT ISAM yaitu kapasitas mesin autoclave sebesar botol perjam atau sekitar 0,93 ton perjam. Adapun frekuensi produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah dua kali seminggu yaitu sesuai dengan kesepakatan antara PT ISAM dengan KPSBU Jawa Barat. 10. Kapasitas produksi pada skenario III mengacu pada kapasitas mesin pasteurisasi yaitu 5 ton perjam dan mesin steril botol (autoclave) yaitu 0,93 ton perjam dengan melakukan produksi setiap harinya selama 16 jam perhari. 11. Pada skenario II dan III, koperasi mulai berproduksi pada saat semester kedua tahun kedua, karena memerlukan waktu selama satu setengah tahun atau 18 bulan untuk melakukan pengurusan perijinan lahan, perijinan pendirian pabrik, pembangunan pabrik, pembelian serta instalasi mesin-mesin dan peralatan. 12. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan, hal ini untuk mempermudah penghitungan cashflow. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis switching value. 13. Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis laba rugi berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan. 35

54 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Hal yang melatarbelakangi pembentukan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah adanya permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di wilayah Bandung bagian Utara. Permasalahan tersebut adalah susu yang dihasilkan oleh peternak ditampung oleh tengkulak yang memberikan harga pembelian yang terbilang sangat rendah jika dibandingkan menjual langsung kepada Industri Pengolahan Susu (IPS). Hal lainnya adalah kekhawatiran para peternak akan kekontinuan tengkulak dalam menampung susu yang dihasilkan oleh peternak karena susu diproduksi setiap harinya oleh sapi perah sehingga jika dalam satu hari saja susu tersebut tidak diolah, maka susu segar akan rusak dan terbuang sia-sia dikarenakan sifat susu segar yang mudah rusak (perishable). Karena peternak merasa dirugikan dan memiliki bargaining position yang rendah, maka 35 orang peternak pun berinisiatif untuk membentuk suatu wadah yang dapat membantu para peternak dalam memasarkan susu segar yang diproduksi setiap harinya kepada IPS atau pihak lain yang memerlukan pasokan susu segar. Akhirnya pada tahun 1971 terbentuklah suatu badan yang dapat mempersatukan para peternak sapi perah di kawasan Bandung bagian Utara yaitu Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU). Pembentukan koperasi ini disambut baik oleh para peternak yang ditunjukkan dengan bergabungnya mereka ke dalam KPSBU karena para peternak merasa tertarik akan fasilitas yang ditawarkan koperasi terhadap anggotanya dan kesejahteraan yang lebih terjamin jika bergabung ke dalam koperasi. Sejak tahun 1971 hingga 2008, wilayah kerja dari KPSBU ini hanya terdiri dari daerah Bandung bagian Utara saja atau daerah Kabupaten Bandung, terutama di Kecamatan Lembang. Namun pada perjalanannya, KPSBU berkembang sehingga memiliki peternakan di daerah Kabupaten Subang dan wilayah percobaan peternakan sapi perah di daerah Kabupaten Karawang. Ditambah lagi dengan terjadinya perubahan administratif pada Kabupaten Bandung pada tahun 2008 yang berdampak pada pemekaran wilayah Kabupaten Bandung Barat sehingga Kecamatan Lembang, yang merupakan basis kegiatan administrasi KPSBU, menjadi berada pada Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena itu, pihak 36

55 kementerian memberikan arahan kepada KPSBU untuk mengubah wilayah kerjanya menjadi Koperasi Tingkat Provinsi karena wilayah kerja KPSBU berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang sehingga namanya berganti menjadi KPSBU Jawa Barat. Selain wilayah kerja, KPSBU Jawa Barat juga memiliki lahan untuk pakan sapi perah di daerah Kabupaten Karawang. Dengan statusnya sebagai Koperasi Tingkat Provinsi memudahkan KPSBU Jawa Barat untuk menjalin kerja sama dengan pihak BUMN, Perhutani dalam pengadaan rumput pakan dan juga peternak-peternak sapi perah. Dari awal terbentuknya KPSBU hingga kini menjadi KPSBU Jawa Barat, koperasi ini telah mengalami perkembangan dalam berbagai aspek, yaitu produksi susu, anggota koperasi dan juga populasi sapi perah yang selalu meningkat setiap tahunnya. Selain itu, KPSBU Jawa Barat juga mengalami peningkatan dalam mutu manajemen koperasi sehingga pada tahun 2006 KPSBU mendapatkan penghargaan Indonesia Cooperatives Award (ICA) dari Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan Majalah SWA sebagai koperasi terbaik peringkat kelima dari sepuluh koperasi terbaik di Indonesia. Penghargaan tersebut didapat atas kerja keras anggota, pengurus, karyawan serta kerja sama yang dilakukan dengan berbagai pihak sehingga KPSBU memiliki manajemen koperasi yang baik serta kualitas susu yang baik pula. Pada tahun 2008 rata-rata kualitas susu yang diproduksi oleh KPSBU memiliki Total Solid sebesar 11,79 persen dan Total Plate Count sebesar 0,85 juta/ml Lokasi Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang Jalan Kayu Ambon nomor 23, Pasar Panorama, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. KPSBU Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang berfungsi sebagai kantor administratif, tempat diadakannya Rapat Anggota Tahunan, pelatihan dasar anggota koperasi, tempat pemasaran susu segar dan olahan kepada konsumen atau agen, warung serba ada (waserda) bagi anggota dan pengurus koperasi, pabrik pakan ternak serta sebagai cooling unit pusat yang dimiliki oleh KPSBU. 37

56 Selain kantor administratif tersebut, KPSBU juga memiliki lahan yang tersebar di beberapa wilayah kerjanya, seperti cooling unit daerah yang terdapat di beberapa daerah seperti Cibodas, Cibogo, Nagrak dan Cibedug, lahan untuk pembibitan sapi perah di daerah Nagrak, lahan di Kabupaten Subang, lahan-lahan yang dipergunakan untuk mendirikan Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yang tersebar di 24 daerah, serta lahan percobaan peternakan sapi perah dan lahan untuk produksi pakan sapi perah di Kabupaten Karawang Visi, Misi dan Tujuan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Visi dari KPSBU Jawa Barat adalah menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam menyejahterakan anggotanya. Untuk mencapai visi tersebut, KPSBU Jawa Barat menjabarkan visinya dalam pernyataan misi KPSBU Jawa Barat yang menjadi bagian penting untuk penetapan sasaran (tujuan) perusahaan dan perumusan strategi perusahaan. Suatu misi bisnis (hasil dari penjabaran visi bisnis) merupakan dasar untuk menetapkan prioritas bisnis, strategi bisnis, rencana bisnis, dan penugasan kerja. Misi bisnis dapat dijabarkan kembali, agar lebih konkrit. Penjabaran misi bisnis ini dapat dituangkan kembali ke dalam penjabaran tujuan bisnis. Hasi pelaksanaan dari tujuan ini pada akhirnya akan menuju visi bisnis yang telah ditetapkan sebelumnya (David 2002). Adapun misi dari KPSBU Jawa Barat adalah : 1. Menyejahterakan anggota melalui layanan prima dalam industri persusuan dengan manajemen yang berkomitmen. 2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan sumberdaya manusia dan kemitraan strategis. Sedangkan tujuan utama KPSBU Jawa Barat adalah menghasilkan core commodity yang unggul yakni susu segar yang dihasilkan peternak sebagai produk bermutu tinggi di pasaran. Dalam mencapai visi, misi dan tujuannya, KPSBU Jawa Barat dibekali dengan nilai-nilai KPSBU yaitu inovatif, dinamis, berorientasi pada kualitas, keterbukaan, keadilan, demokratis dan mandiri. Selain nilai-nilai tersebut, KPSBU Jawa Barat juga memiliki anggota yang setia dan aktif dalam menjalankan semua kewajiban sehingga dapat bersama-sama berjuang dalam mencapai visi, misi dan tujuan KPSBU Jawa Barat. Sebagai realisasi dari 38

57 misi KPSBU Jawa Barat, pengurus mendorong tercapainya transparansi dan bertanggung jawab membangun manajemen koperasi yang berbasis pada hasil dan berorientasi pada kebutuhan anggota. Manajemen diarahkan untuk berfungsi sebagai sebuah tim agar dapat mendukung keberadaan koperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif saat ini. Cost effective dan quality oriented merupakan kewajiban bagi Tim Manajemen Struktur Organisasi dan Manajemen Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Seperti halnya koperasi di Indonesia pada umumnya, organisasi koperasi pada KPSBU Jawa Barat terdiri dari keanggotaan, rapat anggota, badan pengurus, pengawas dan seorang manajer yang memimpin sejumlah karyawan yang bertugas dalam melaksanakan pengelolaan usaha pada KPSBU Jawa Barat. Keanggotaan koperasi termasuk salah satu unsur yang menentukan dalam organisasi koperasi. Kedudukan anggota dalam koperasi secara hukum adalah suatu keharusan dan sebagai konsekuensinya adalah anggota tersebut memiliki hak serta kewajiban umum. Dalam pasal 17 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyebutkan 1) Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi; 2) Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku daftar anggota. Jumlah anggota KPSBU Jawa Barat selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang disebabkan karena tingginya kesadaran peternak sapi akan pentingnya menjadi anggota koperasi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Peningkatan keanggotaan tersebut dapat dilihat dari Tabel 5. Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi dan menetapkan kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan usaha koperasi. Kebijaksanaan dan keputusan yang ditetapkan oleh rapat anggota harus ditaati dan mengikat semua anggota, pengurus, pengawas dan pengelola usaha koperasi. Pada KPSBU Jawa Barat Rapat Anggota dilaksanakan minimal satu kali setiap tahunnya dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT). RAT ini dihadiri oleh pengurus, pengawas, perwakilan anggota yaitu sekitar 10% dari anggota aktif tahun buku sebelumnya dan undangan-undangan lainnya. Dalam RAT, anggota aktif 6 KPSBU Jawa Barat Tentang KPSBU. [29 Januari 2010] 39

58 mempunyai hak menyampaikan saran dan pendapatnya yang mewakili kondisi anggota-anggota yang diwakilinya dalam RAT. RAT dipimpin oleh ketua KPSBU Jawa Barat dan apabila ketua berhalangan hadir, pimpinan rapat dilakukan oleh salah seorang pengurus. Bahan RAT adalah buku laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas KPSBU tahun buku sebelumnya dan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan biaya (RAPB) KPSBU tahun buku saat ini. Hal ini dibutuhkan dalam mengevaluasi pencapaian tahun ini dengan tahun sebelumnya serta pencapaian target-target yang telah disusun sebelumnya pada awal tahun. Keputusan rapat diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai kata sepakat dilakukan pemungutan suara dari anggota yang hadir. Tabel 5. Keanggotaan KPSBU Jawa Barat, Tahun Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Buku Laporan Tahunan KPSBU Jawa Barat ke-37 (2009) Unsur lain dari organisasi koperasi adalah pengurus. Sesuai dengan pasal 29 ayat 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyebutkan bahwa pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota, sedang dalam pasal 30 di antaranya juga disebutkan bahwa 1) Pengurus bertugas mengelola koperasi dan usahanya; 2) Pengurus berwenang mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan. Tabel 6. Susunan Pengurus KPSBU Jawa Barat, Tahun No. Jabatan Nama 1 Ketua Drs. Dedi Setiadi SP. 2 Sekretaris drh. Ramdan Sobahi 3 Bendahara Toto Abidin Sumber : Buku Laporan Tahunan KPSBU Jawa Barat ke-37 (2009) 40

59 Selain pengurus, ada pula pengawas yang mengemban amanat anggota untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi, sebagaimana telah ditetapkan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga koperasi, keputusan pengurus dan peraturan lainnya yang ditetapkan dan berlaku dalam koperasi. Fungsi dari pengawas adalah mengamankan keputusan rapat anggota, ketentuan anggaran dasar/anggaran rumah tangga koperasi, keputusan pengurus dan peraturan lainnya yang berlaku dalam koperasi, keputusan pengurus dan peraturan lainnya yang berlaku dalam koperasi bersangkutan. Di samping itu, pengawas juga berfungsi untuk melindungi kepentingan anggota dan koperasi dari kesewenangan dan penyimpangan yang dilakukan oleh pengurus dan atau pengelola. Susunan pengawas pada KPSBU Jawa Barat adalah sebagai berikut : Tabel 7. Susunan Pengawas KPSBU Jawa Barat, Tahun No. Jabatan Nama 1 Ketua Jajang Sumarno, BE 2 Anggota H. Asep Hamdani, ST Mansyur Hamzah Sumber : Profil KPSBU Jawa Barat (2010) Pada KPSBU Jawa Barat, pengurus mengangkat pengelola sebagai pihak yang melaksanakan pengelolaan usaha sesuai dengan kuasa dan wewenang yang diberikan oleh pengurus. Manajer KPSBU Jawa Barat yaitu Agus Rahmat Indrajaya, SE memimpin sekitar 289 karyawan yang tergabung dalam suatu manajemen yang melayani anggota KPSBU agar anggota dapat menghasilkan susu segar yang bermutu tinggi yang dapat diterima oleh Industri Pengolahan Susu. Manajemen terdiri dari 12 bagian, dimana masing-masing bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian dan beranggotakan sejumlah staf atau karyawan. Bagian-bagian tersebut adalah bagian personalia dan kesekretariatan, bagian warung serba ada, bagian makanan ternak, bagian pelayanan keuangan, bagian administrasi keuangan, bagian pembibitan, bagian inseminasi buatan dan kesehatan hewan, bagian pengelolaan susu, bagian kelembagaan dan penyuluhan, bagian produksi susu, bagian pengembangan Puspa Mekar serta bagian 41

60 pengembangan Ciater. Lebih jelasnya untuk struktur organisasi dari KPSBU Jawa Barat dapat dilihat dari Lampiran Aktivitas Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Aktivitas yang dilakukan oleh Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas utama dan aktivitas penunjang. Aktivitas utama dari KPSBU Jawa Barat adalah menampung susu murni setiap harinya dari peternak, melakukan proses pendinginan pada susu murni sebelum akhirnya dilakukan pengiriman kepada IPS yang membutuhkan susu murni dari KPSBU Jawa Barat. Susu murni dari peternak dikumpulkan dua kali dalam sehari yaitu pada pukul 4 pagi dan 4 sore. Para peternak menyetorkan susunya kepada Tempat Penampungan Susu (TPS) yang terdapat di beberapa lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal para peternak. Satu buah TPS terdiri dari orang peternak dengan syarat pembentukan TPS yaitu setiap TPS harus mampu menyetorkan minimal 100 liter susu setiap paginya. KPSBU Jawa Barat memiliki 648 TPS yang dibuat untuk memudahkan proses pengambilan susu kepada peternak. Pada setiap TPS terdapat tiga petugas yang melayani peternak dalam penyetoran susu, yaitu supir truk tangki susu yang merangkap sebagai petugas penakar susu, petugas pemeriksaan susu yang memeriksa kandungan alkohol, berat jenis dan organoleptik dari susu serta petugas administrasi daerah yang bertugas mencatat setoran peternak setiap harinya, karena susu akan dibayar setiap lima belas hari sekali sesuai dengan catatan petugas administrasi daerah. Dari TPS, susu lalu dikirim ke Tempat Pelayanan Koperasi (TPK). KPSBU Jawa Barat memiliki 21 TPK yang masing-masingnya terdiri dari dua sampai enam TPS. Untuk meminimalisir perkembangbiakkan bakteri pada susu, susu segar dari peternak harus langsung dikirim ke cooling unit (CU) yang dimiliki oleh KPSBU. KPSBU memiliki tujuh buah CU yaitu satu buah CU Pusat di kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Kompleks Pasar Baru Lembang dan enam buah CU daerah yang tersebar di tiga kawasan yaitu Kecamatan Lembang, Parompong dan Kabupaten Subang. Pada CU dilakukan proses pendinginan, yaitu susu didinginkan dari suhu pemerasan yang berkisar dari 15 hingga 18 C 42

61 menjadi 2-4 C. Proses pendinginan ini dilakukan agar bakteri tidak berkembang biak pada susu karena susu masih harus diantar ke IPS yang berjarak tempuh lebih dari dua jam. Setelah didinginkan, susu lalu dinaikkan ke truk tangki susu yang berkapasitas liter sesuai dengan pesanan perusahaan. Lalu susu dari setiap truk tangki yang akan diberangkatkan wajib melalui proses pemeriksaan yang dilakukan oleh laboratorium KPSBU untuk memastikan bahwa susu yang dikirim sesuai dengan standar IPS juga sebagai salah satu syarat untuk dikeluarkannya surat jalan untuk masing-masing truk tangki susu. Setelah menerima surat jalan, susu-susu pun diberangkatkan ke IPS yang berlokasi di Jakarta yaitu PT. Frisian Flag Indonesia. Aktivitas lainnya adalah aktivitas pemasaran susu. Pada tahun 2009, persentase pemasaran susu yang dilakukan oleh KPSBU adalah 74 persen atau sekitar 100 ton dari 135 ton total produksi susu keseluruhan dipasarkan pada PT. Frisian Flag Indonesia, 14,8 persen atau sekitar 20 ton susu dipasarkan pada beberapa IPS yang membutuhkan pasokan susu murni dari KPSBU, dan 11,11 persen atau sekitar 15 ton susu dijual langsung kepada konsumen. Dari 15 ton yang dipasarkan langsung, sebanyak 8 ton dijual per liter dengan harga Rp 3.650, 00 per liter dan sisanya diolah menjadi yoghurt Fresh Time yang dijual dengan harga Rp 3.000, 00 per cup dan susu sterilisasi Fresh Time dengan harga Rp 2.500, 00 per botol. Dari masing-masing proses pemasaran tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Untuk pemasaran susu ke IPS keuntungan yang didapat adalah IPS secara kontinu dapat menampung pasokan dari KPSBU sehingga produksi susu KPSBU terjamin pemasarannya, sedangkan kelemahannya adalah harga yang relatif rendah yang cenderung tidak pernah meningkat sehingga tidak menghasilkan keuntungan bagi koperasi dan anggotanya. Pemasaran susu murni eceran perliter langsung kepada konsumen memiliki kekuatan yaitu menguntungkan karena menghasilkan profit dari setiap penjualannya sedangkan kelemahannya adalah kuantitas penjualan susu secara eceran relatif sedikit yaitu hanya 8 ton per harinya. Untuk penjualan yoghurt dan susu sterilisasi keuntungan yang dimiliki adalah menghasilkan profit yang besar karena susu murni diberi 43

62 perlakuan dan nilai tambah sebelum dijual kepada konsumen, namun memiliki kelemahan yaitu kuantitas susu yang diolah masing sangat sedikit. Aktivitas lainnya adalah aktivitas pelayanan terhadap anggota yang terdiri dari : 1. Warung Serba Ada (Waserda) Waserda yang dikelola oleh KPSBU Jawa Barat menyediakan barang-barang kebutuhan rumah tangga dan kandang khusus bagi anggota dan karyawan koperasi. Barang-barang yang telah dipesan akan dikirim langsung ke rumah peternak. Sistem pembayarannya menggunakan sistem kartu yang dapat diisi ulang atau sistem pemotongan pada saat pembayaran susu. 2. Pelayanan peternakan Pelayanan peternakan ini terdiri dari empat pelayanan dan kegiatan yaitu : a. Kesehatan hewan dan inseminasi buatan KPSBU Jawa Barat menyediakan dokter hewan yang siaga 24 jam untuk melayani peternak akan masalah kesehatan sapi perahnya seperti sakit dan melahirkan. Para peternak tidak dikenakan biaya jasa dokter namun untuk obat tetap harus membayar sesuai dengan obat yang diperlukan untuk kesehatan sapi perahnya. Selain itu disediakan juga inseminasi buatan yang dapat menyebabkan sapi betina hamil tanpa kawin. b. Pakan konsentrat KPSBU Jawa Barat sudah memiliki Pabrik Makanan Ternak sendiri yang menghasilkan pakan konsentrat untuk sapi perah milik anggota koperasi. Hingga kini pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi pakan hingga kg/bulan. Pakan yang dipesan akan langsung diantar oleh petugas koperasi langsung ke kandang anggota. c. Pembibitan sapi Lahan untuk pembibitan sapi perah yang dimiliki oleh KPSBU Jawa Barat terdapat di kawasan Nagrak. Peternak dapat membeli sapi perah dengan tunai atau dengan kredit. Untuk pembayaran secara kredit tidak dikenakan bunga pinjaman kepada peternak. Pembelian dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. 44

63 d. Program sapi bergulir mandiri Program ini adalah hasil kerja sama antara KPSBU Jawa Barat dengan pemerintah daerah yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Pemerintah memberi subsidi kepada koperasi untuk membeli sapi perah. Sapi perah lalu dibagikan kepada anggota yang dipilih secara acak dan anggota dapat mengkredit sapi tersebut tanpa bunga. 3. Pelayanan anggota lainnya a. Pelayanan simpan pinjam anggota Pelayanan koperasi ini memberikan kesempatan kepada anggota untuk melakukan pinjaman tanpa beban bunga. b. Pelayanan kesehatan anggota Koperasi menunjuk bidan dan dokter di setiap wilayah kerja koperasi untuk melayani kebutuhan anggota akan kesehatan dirinya dan anggota keluarganya. Koperasi menyediakan lima kartu kesehatan kepada setiap anggota yang masing-masing berharga Rp ,00 untuk ditukarkan dengan biaya pengobatan yang dilakukan oleh bidan atau dokter. Selain pelayanan terhadap anggota, seperti halnya koperasi pada umumnya, setiap satu tahun sekali KPSBU Jawa Barat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk para calon anggota koperasi. KPSBU Jawa Barat juga secara rutin mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja koperasi. Kegiatan sosial itu terdiri dari pembangunan masjid, jalan, khitanan massal, dan beasiswa kepada anak anggota yang memenuhi persyaratan dari koperasi. 45

64 VI ASPEK NONFINANSIAL Pada penelitian ini, kelayakan usaha diteliti dari dua aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang dibahas pada bagian ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan Aspek Pasar Persaingan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk sejenis di pasar menjadikan aspek pasar lebih diprioritaskan dibandingkan aspek lainnya dalam pertimbangan investor dan pengambil keputusan dalam pendirian ataupun perluasan usaha. Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti meliputi analisis potensi pasar dan strategi pemasaran Potensi Pasar Dalam menganalisis potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time dapat terlebih dahulu melihat potensi pasar dari susu segar dalam negeri (SSDN) yang dapat diketahui dengan membandingkan antara produksi SSDN dengan konsumsi susu (dalam berbagai jenis susu) dalam beberapa tahun terakhir seperti yang terlihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa produksi SSDN mengalami peningkatan yang cenderung kecil setiap tahunnya sehingga produksi SSDN pada setiap tahunnya tidak mampu memenuhi konsumsi susu rakyat Indonesia. Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh produksi SSDN dalam negeri bahkan cenderung stabil dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Jalan keluar yang dilakukan oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) sebagai produsen terbesar berbagai jenis susu olahan yang dikonsumsi oleh rakyat Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku susu segar adalah dengan mengimpor susu dari luar negeri. Sebagian besar susu yang diimpor dari luar negeri oleh IPS berbentuk Skim Milk Powder (SMP) dan Anhydrous Milk Fat (AMF). Oleh karena itu, masih sangat jarang ditemui susu sterilisasi atau UHT di pasaran yang mengandung 100 persen susu murni sehingga dapat memberikan gizi terbaik bagi konsumennya. Dalam hal ini, KPSBU Jawa Barat memproduksi 46

65 susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni dan tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya seperti zat pengawet. Tabel 8. Perbandingan Produksi SSDN dengan Konsumsi Susu Nasional Tahun Tahun Produksi SSDN (ton) Konsumsi susu nasional (ton) Persentase pemenuhan konsumsi susu oleh SSDN (%) % % % % *) 63% % % 2008**) Keterangan : *) Tidak masuk data beberapa provinsi **) Angka sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, diolah (2010) Provinsi Jawa Barat adalah provinsi yang memiliki jumlah penduduk peringkat pertama terbesar di Indonesia sehingga Jawa Barat merupakan potensi pasar yang besar bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat. Potensi pasar utama dari susu sterilisasi Fresh Time adalah penduduk dengan kategori umur antara 5 hingga 24 tahun. Penduduk dengan kategori umur tersebut merupakan 35 persen dari total penduduk di Provinsi Jawa Barat. Selain hal tersebut, faktor lain yang merupakan potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time adalah peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di provinsi Jawa Barat setiap tahunnya. Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Barat diketahui bahwa pengeluaran rata-rata perkapita sebulan dari masyarakat Jawa Barat yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan telur dan susu pada tahun 2009 adalah Rp ,00 yang meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp ,00 atau 6,52 persen dari total keseluruhan 47

66 pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam sebulannya perkapita. Tabel 9. Proyeksi Umur menurut Kategori Kelompok Umur di Jawa Barat tahun Kelomp Tahun ok Umur , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,65 Jumlah , , , , , ,17 Sumber : BPS Jawa Barat (2010) Pada Tabel 10 diketahui bahwa semakin tingginya pendapatan seseorang maka pengeluarannya untuk susu pun akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa pengkonsumsi susu tersebar di seluruh golongan pendapatan dan menjadi pasar yang potensial bagi susu sterilisasi Fresh Time produksi KPSBU Jawa Barat karena harga yang ditawarkan relatif dapat terjangkau oleh seluruh golongan pendapatan di Jawa Barat. Tabel 10. Pengeluaran untuk Telur dan Susu perkapita dalam Sebulan untuk Masing-masing Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan Tahun 2009 No. Golongan Pengeluaran perkapita Sebulan (Rp) Pengeluaran perkapita Sebulan (Rp) 1 Kurang dari dan lebih Rata-rata perkapita Sumber : BPS (2010) 48

67 Pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang secara kontinu meningkat karena perkembangan kondisi ekonomi juga menambah jumlah potensi pasar bagi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat. Prospek lainnya juga terdapat pada lokasi Kota Bandung yang merupakan salah satu pusat wisata di Jawa Barat bahkan di Pulau Jawa sehingga menyebabkan banyaknya tempat wisata, rumah makan, dan tempat oleh-oleh khas Bandung yang dapat dijadikan pasar potensial oleh produk ini. Selain itu, koperasi juga dapat memasuki pasar anak sekolahan, kantor dan pasar yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Tabel 11. Peningkatan Jumlah Penduduk di Jawa Barat Tahun No. Tahun Jumlah Penduduk Persentase Peningkatan Jumlah Penduduk (%) , , ,71 Sumber : BPS Jawa Barat, diolah (2010) Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 ini sedang menghidupkan gerakan minum susu dalam rangka memperingati Hari Susu Nusantara yang diadakan pertama kalinya di Indonesia pada tahun ini. Dengan adanya gerakan ini semakin memperluas dan memperkuat potensi pasar dari susu sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat. Berdasarkan beberapa hal di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi untuk produk susu sterilisasi Fresh Time dari KPSBU Jawa Barat dan koperasi berpeluang untuk menarik konsumen yang peduli akan kesehatannya dengan mengkonsumsi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang menawarkan produk dengan kandungan susu murni 100 persen. Pada skenario III, selain memproduksi susu sterilisasi, koperasi juga memproduksi susu pasteurisasi rasa stroberi dan cokelat dan yoghurt Fresh Time dengan lima varian rasa (melon, stroberi, duren, anggur dan moka). Susu pasteurisasi dan yoghurt memiliki potensi pasar yang sama dengan susu sterilisasi Fresh Time, karena sebelumnya pun koperasi telah memproduksi jenis olahan 49

68 susu tersebut namun dengan kuantitas produksi yang tidak terlalu besar dan menggunakan teknologi yang masih sederhana Strategi Pemasaran Strategi pemasaran dari produk susu sterilisasi Freh Time dapat dianalisis dari penetapan segmentasi, target dan posisi produk di pasar serta bauran pemasaran susu sterilisasi Fresh Time oleh KPSBU Jawa Barat Segmentasi, Target dan Posisi Produk di Pasar Pada aspek geografis, segmentasi pasar bagi produk susu sterilisasi Fresh Time adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan letak KPSBU Jawa Barat berada di Provinsi Jawa Barat sehingga koperasi merasa bertanggung jawab untuk menyuplai kebutuhan susu bagi pemenuhan gizi masyarakat Jawa Barat. Dalam pengimplementasiannya, distribusi susu sterilisasi Fresh Time baru mencapai kota dan kabupaten Bandung, Subang dan Majalengka. Dalam aspek demografis, segmentasi pasar susu sterilisasi Fresh Time adalah konsumen dengan umur di atas tiga tahun hingga orang dewasa, semua jenis kelamin, dalam keluarga memiliki anak-anak dan remaja yang masih sangat membutuhkan asupan gizi untuk pertumbuhannya, berbagai tingkat pendapatan, pendidikan dan pekerjaan. Target pasar dari susu sterilisasi Fresh Time adalah masyarakat yang terdapat pada tiga unsur yaitu SEPAKAT (sekolah, pasar dan kantor). Dengan target ini diharapkan susu sterilisasi dapat menjangkau berbagai elemen masyarakat. Positioning dari susu sterilisasi Fresh Time adalah sebagai minuman kesehatan yang menyegarkan dan terbuat dari susu segar Bauran Pemasaran Bauran pemasaran dari susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat adalah sebagai berikut : a. Produk Susu sterilisasi Fresh Time merupakan barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi. Berbeda dengan kebanyakan susu sterilisasi yang beredar di pasaran, yaitu menggunakan campuran antara susu murni dan padatan susu tanpa lemak, KPSBU Jawa 50

69 Barat menawarkan produk susu sterilisasi dengan kandung susu murni sebesar 100 persen. Hal ini menyebabkan kandungan gizi yang terdapat pada susu sterilisasi ini lebih besar dibandingkan dengan produk susu sterilisasi lainnya. Selain karena alasan pemenuhan gizi masyarakat, KPSBU Jawa Barat juga menawarkan jenis produk ini dengan alasan kepedulian kepada masyarakat sekitar yang belum menyadari akan pentingnya pemenuhan gizi dengan mengkonsumsi susu serta dalam rangka pencerdasan generasi muda di sekitar koperasi secara khusus dan di wilayah Jawa Barat secara umum. Susu sterilisasi Fresh Time dikemas dalam botol HDPE dengan isi bersih sebesar 180 ml perbotolnya. Kemasan dan label yang menarik ditujukan untuk menarik minat anak-anak usia sekolah untuk mengkonsumsi produk ini. Setiap pembelian susu konsumen juga akan mendapatkan sedotan untuk mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi susu. Rasa yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat adalah rasa cokelat dan stroberi. Untuk daya tahan, susu sterilisasi Fresh Time dapat dikonsumsi dengan jangka waktu kadaluarsa selama sembilan bulan dan dapat bertahan dalam suhu ruangan biasa sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan khusus seperti freezer atau lemari kulkas. Pada saat ini KPSBU Jawa Barat melakukan sistem subkontrak produksi (subcontracting production) dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. Hal ini dilakukan karena ketidaksiapan koperasi akan kebutuhan biaya investasi dan sumberdaya manusia jika memproduksi olahan susunya sendiri. Dalam sistem subkontrak produksi ini, KPSBU Jawa Barat hanya mengirimkan sejumlah susu murni yang akan diolah menjadi susu sterilisasi, sementara bahan baku pendukung (seperti gula, perisa, penyeimbang makanan, air, botol, sedotan, kardus, dan lain-lain) dan teknologi pengolahan susu disediakan oleh PT ISAM. Dalam perjanjian ini terdapat fleksibilitas yang ditawarkan oleh PT ISAM yaitu dalam hal bahan baku pendukung. KPSBU Jawa Barat dibebaskan untuk memilih menggunakan bahan baku pendukung yang berasal dari PT ISAM atau bahan baku lain yang dianggap memiliki biaya termurah bagi KPSBU Jawa Barat. 51

70 b. Harga Harga dari susu sterilisasi Fresh Time yang ditawarkan oleh KPSBU Jawa Barat adalah Rp 2.500,00 perbotol. Penetapan harga ini dilakukan berdasarkan dua alasan yaitu perhitungan Harga Pokok Pembelian perunit ditambah dengan besarnya jumlah keuntungan yang diinginkan oleh koperasi serta memperhatikan daya beli dari target pasar produk ini yaitu sekolah, pasar dan kantor (SEPAKAT). Untuk rasa cokelat dan stroberi ditetapkan harga yang sama dan dilakukan pemberian harga khusus bagi agen atau konsumen yang melakukan pembelian susu sterilisasi Fresh Time dalam paket dus yaitu Rp 2.000,00 dimana setiap dus berisi 24 botol susu. Berdasarkan pengamatan harga susu sterilisasi Fresh Time berada di bawah rata-rata harga pasar susu sterilisasi jika mengingat kandungan 100 persen susu murninya. c. Kegiatan promosi Sejauh ini kegiatan promosi yang telah dilakukan KPSBU untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat adalah : - Memasang iklan di media cetak, yaitu majalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). - Melakukan promosi saat berlangsungnya acara-acara pemerintah daerah, seperti saat berlangsungnya kegiatan APPA, festival kebudayaan, dan ekspo atau pameran produk UKM dan Koperasi. - Melakukan promosi di sekolah-sekolah, toko-toko, pasar, dan perkantoran dengan memberikan sample susu gratis dan membagikan brosur mengenai pentingnya minum susu. - Memasang spanduk dan menyebarkan brosur-brosur mengenai produk Fresh Time dan juga pentinganya mengkonsumsi susu kepada masyarakatmasyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. KPSBU Jawa Barat juga ikut serta dalam memeriahkan kegiatan minum susu bersama Presiden Republik Indonesia setelah sebelumnya ikut serta memeriahkan kegiatan minum susu bersama Gubernur Jawa Barat. Keikutsertaan KPSBU Jawa Barat dalam acara ini adalah untuk mempromosikan produk terbarunya susu sterilisasi Fresh Time dan juga turut menyukseskan gerakan minum susu nasional. 52

71 d. Distribusi Saat ini saluran distribusi yang digunakan oleh KPSBU Jawa Barat dalam memasarkan produknya dapat dikatakan masih sederhana yaitu menjual langsung ke konsumen atau melalui penjual yang memiliki toko pribadi atau kios di pasar. Terdapat dua saluran distribusi dalam memasarkan produk yaitu: - Saluran 1 Saluran 1 terdiri dari koperasi yang langsung memasarkan produknya kepada konsumen. Tempat penjualan susu sterilisasi Fresh Time adalah kios penjualan berbagai jenis susu produksi KPSBU Jawa Barat yang berada di depan kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Pasar Baru Lembang. Koperasi Konsumen Gambar 2. Saluran 1 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat - Saluran 2 Saluran 2 terdiri dari koperasi yang menjual produknya kepada penjual yang memiliki toko pribadi atau kios di pasar yang selanjutnya menawarkan kepada konsumen yang berbelanja di tempatnya. Koperasi Penjual (Pemilik Toko Pribadi atau Kios di Pasar) Konsumen Gambar 3. Saluran 2 Distribusi Susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat Ke depannya KPSBU Jawa Barat berencana untuk merekrut agen-agen dari wilayah pemasaran untuk memasarkan produknya sehingga konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk ini di mana saja. Selain itu, KPSBU Jawa Barat juga berencana untuk memasuki pasar supermarket dan minimarket dalam beberapa waktu ke depan. Untuk merealisasikan rencana tersebut, koperasi harus meningkatkan kualitas produk sehingga dapat diterima oleh standar pasar supermarket atau minimarket. 53

72 Dalam pemasarannya KPSBU Jawa Barat menggunakan mobil boks untuk mengangkut produk ke wilhayah pemasaran yang berada di luar Lembang dan menggunakan sepeda motor untuk wilayah Lembang dan sekitarnya. Persediaan susu sterilisasi disimpan dalam gudang tersendiri yang terdapat di wilayah kantor administrasi KPSBU Jawa Barat Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan analisis aspek pasar yang meliputi potensi pasar dan strategi pemasaran, dapat disimpulkan bahwa ketiga skenario produksi susu sterilisasi Fresh Time layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar untuk produk ini yang dikarenakan masih adanya gap antara permintaan atau konsumsi dengan penawaran, terdapatnya potensi pasar bagi produk susu sterilisasi dan keunikan yang dimiliki produk. Selain itu strategi pemasaran yang direncanakan oleh koperasi juga layak untuk dijalankan untuk mendukung penjualan produk kepada konsumen serta untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time sebagai susu sterilisasi yang mengandung 100 persen susu murni Aspek Teknis Setelah mengetahui kelayakan usaha dari aspek pasar, tahapan selanjutnya dalam analisis kelayakan usaha susu sterilisasi Fresh Time adalah menganalisis dari aspek teknis Lokasi Usaha Pada skenario I, yaitu KPSBU melakukan sistem subkontrak produksi (subcontracting production) dengan PT. Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI untuk memproduksi susu sterilisasi, lokasi usaha berada di Pabrik PT ISAM yang beralamat di Jalan Rumah Sakit 114 Ujung Berung Bandung. Saham dari PT ISAM dimiliki oleh Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jawa Barat. PT ISAM menjalin kerja sama dengan beberapa instansi untuk mengolah susu segar menjadi produk pesanan instansi terkait. Seperti saat ini, PT ISAM setiap harinya memproduksi susu dengan merek dagang Milkuat dengan rasa stroberi, jeruk dan mangga bekerja sama dengan PT. Danone Dairy Indonesia. Alasan KPSBU Jawa Barat melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM adalah karena KPSBU Jawa Barat memiliki bagian dalam saham GKSI pada PT 54

73 ISAM, sehingga KPSBU Jawa Barat dapat memanfaatkan fasilitas PT ISAM dengan melakukan subkontrak produksi. Pada skenario II dan III, KPSBU memproduksi susu sterilisasi dengan mendirikan pabrik sendiri, melakukan pembelian mesin-mesin dan peralatan serta menambah jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam produksi susu sterilisasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pendirian pabrik adalah ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Untuk kasus pendirian pabrik pengolahan susu, sebaiknya pengambil keputusan lebih mempertimbangkan aspek ketersediaan bahan baku karena bahan baku dari pabrik pengolahan susu adalah susu segar yang bersifat mudah rusak disebabkan oleh bakteri-bakteri yang dapat dengan mudah berkembang biak pada media susu segar. Selain itu, hal lain yang juga harus dipertimbangkan adalah ketersediaan tenaga listrik dan air yang sangat berperan penting dalam proses produksi pabrik pengolahan susu. Letak pasar yang dituju menjadi kurang penting karena produk susu sterilisasi mampu bertahan cukup lama yaitu sekitar sembilan bulan dan dapat disimpan pada suhu ruangan. Dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan bahan baku, listrik dan air, maka sebaiknya lokasi pendirian pabrik yang dipilih adalah lokasi yang berdekatan dengan bahan baku susu segar yaitu di sekitar Kecamatan Lembang atau Kabupaten Subang. Di kedua wilayah ini terdapat lahan-lahan kosong masyarakat sekitar yang dapat dibeli dan dibangun pabrik pengolahan susu oleh KPSBU Jawa Barat. Namun, pendirian pabrik juga tetap harus memperhatikan hukum dan peraturan yang berlaku di daerah setempat, keadaan tanah yang akan didirikan pabrik, sikap dari masyarakat setempat serta dampaknya pada lingkungan sekitar Bahan Baku Pada ketiga skenario bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah relatif sama. Bahan baku yang digunakan adalah susu segar dari sapi perah yang dihasilkan oleh peternakpeternak anggota KPSBU Jawa Barat. Sedangkan bahan pendukung yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah gula, bubuk cokelat dan perisa stroberi serta penyeimbang makanan (stabilizer). Gula 55

74 berfungsi untuk menambah rasa manis pada susu. Bubuk cokelat dan perisa stroberi berfungsi untuk menambah rasa pada susu agar lebih menarik bagi konsumen untuk mengkonsumsi dan menambah cita rasa susu. Pemberian penyeimbang makanan (stabilizer) bertujuan sebagai penstabil makanan dan mencegah pemisahan cairan susu. Adapun komposisi bahan baku dan bahan pendukung dalam 180 ml susu sterilisasi Fresh Time adalah 93 persen susu segar, 6,3 persen gula pasir, 0,65 persen perisa makanan, 0,05 persen karagenan dan sedikit air. Pada skenario I dan II, bahan baku susu segar yang diolah menjadi susu sterilisasi Fresh Time adalah sebanyak 2 ton sehari dengan frekuensi produksi dua kali dalam seminggu. Persentase dari jumlah susu segar yang diolah menjadi susu sterilisasi Fresh Time jika dibandingkan dengan jumlah susu segar yang tidak dapat dipasok ke FFI adalah sebesar 12,5 persen. Pada skenario III, bahan baku susu segar yang diolah pada pabrik pengolahan susu adalah sebanyak 16 ton perhari yang berarti seluruh susu segar yang tidak dapat dipasok ke FFI dapat diolah koperasi menjadi produk olahan susu Luas Produksi Pada skenario I dan II, luas produksi mengacu pada kapasitas produksi dari mesin pengolahan susu PT ISAM. Mesin yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi Fresh Time adalah mesin steril botol (autoclave), sehingga kapasitas produksi dari PT ISAM dalam menghasilkan susu sterilisasi Fresh Time adalah botol perjam atau sekitar 930 liter perjam. Adapun frekuensi produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah dua kali seminggu yaitu sesuai dengan kesepakatan antara PT ISAM dengan KPSBU Jawa Barat. Pada skenario III, luas produksi mengacu pada kapasitas mesin pasteurisasi yaitu liter perjam dan mesin steril botol (autoclave) yaitu botol perjam dengan melakukan produksi setiap harinya selama 16 jam perhari Mesin dan Peralatan yang Digunakan Pada skenario I mesin dan peralatan yang dugunakan adalah mesin dan peralatan yang dimiliki oleh PT ISAM yang disewa oleh koperasi dalam bentuk 56

75 subkontrak ptoduksi. Sedangkan pada skenario II dan III, mesin dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan susu sterilisasi adalah sebagai berikut : 1. Timbangan Alat ini berfungsi untuk menimbang dan sebagai penampungan susu sementara yang dibawa oleh truk tangki susu sebelum proses pengolahan susu selanjutnya. Timbangan susu dilengkapi dengan saringan yang berguna untuk menyaring kotoran yang terbawa oleh susu. 2. Plate cooler Plate cooler atau mesin pendingin adalah mesin yang berfungsi untuk mendinginkan susu hingga mencapai suhu 4 C. Prinsip yang digunakan alat ini adalah melakukan pertukaran panas antara air pendingin dengan susu yang masuk. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan yang tersusun rapat membentuk sebuah kerangka, dilengkapi dengan pembatas antara aliran air dingin dengan susu sehingga keduanya tidak bercampur.. 3. Buffer tank Buffer tank atau tangki penyimpanan sementara digunakan untuk menyimpan susu sementara yang sudah didinginkan. Tangki ini memiliki kapasitas liter, dilengkapi dengan pipa hisap berkapasitas liter perjam dan termometer untuk mengetahui suhu dalam tangki. Prinsip kerja alat ini adalah pengisolasian kondisi ruangan terhadap udara luar sehingga suhu susu tetap 4 C. 4. Balance tank Alat ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan aliran susu yang masuk ke Plate Heat Exchanger dengan cara mengatur jumlah dan tekanan susu. Alat ini memiliki kapasitas liter perjam dan dilengkapi dengan pelampung utnuk mengatur aliran susu. Prinsip kerjanya adalah berdasarkan perbedaan tinggi rendahnya pelampung yang mengatur laju aliran susu. 5. Plate heat exchanger Alat ini berfungsi untuk memanaskan dan mendinginkan susu. Prinsip kerja alat ini adalah pertukaran panas secara tidak langsung. Plate Heat Exchanger merupakan alat yang biasa digunakan dalam perlakuan panas pada industri persusuan. Alat ini terdiri dari lempengan-lempengan stainless steel yang 57

76 terapit satu sama lain menjadi satu kerangka. Alat ini memiliki kapasitas liter perjam dan pengoperasiannya dilakukan secara kontinu. 6. Homogenizer Alat ini berfungsi untuk memperkecil butiran lemak susu, sehingga diperoleh suatu emulsi susu yang stabil. Alat ini memiliki kapasitas liter perjam, dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pemampatan susu dalam ruangan oleh piston. 7. Batch pasteurizer Alat ini berfungsi untuk pencampuran sekaligus pemanasan pada pembuatan susu cokelat, stroberi dan yoghurt. Dilengkapi dengan corong venture, agigator, pompa sirkulasi dan oli pemanas. Proses pemanasan dilakukan dengan uap panas. 8. Deodorizer Alat ini berfungsi untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan pada susu. Alat ini memiliki kapasitas liter perjam, dilengkapi dengan pompa penghisap dan dioperasikan secara kontinu. Prinsip kerjanya adalah menguapkan bau yang terdapat pada susu. 9. Separator Alat ini berfungsi untuk memisahkan antara skim, krim dan kotoran susu. Alat ini memiliki kapasitas liter perjam, terdiri dari 86 buah piring pemisah dengan kecepatan perputaran rpm dan dilengkapi dengan motor 3,5 kw dengan putaran 50 rpm. Prinsip kerja alat ini berdasarkan perbedaan berat jenis dengan gaya sentrifugal. 10. Boiler Berfungsi untuk menghasilkan uap panas, yang diperlukan untuk pemanasan susu pada proses pasteurisasi dan untuk pencucian alat. Jenis boiler yang ada adalah boiler pipa api, dimana pemanasan dihasilkan dari semburan api yang berada di dalam pipa, sedangkan bagian luar pipa diselimuti air yang jumlahnya cukup banyak. Boiler ini bekerja pada suhu C. Air yang digunakan untuk menghasilkan uap panas dimasukkan ke dalam boiler dengan menggunakan pompa. Air yang digunakan harus memenuhi syarat kesadahan dengan ph 11,5-12. Sebelumnya air dicuci terlebih dahulu dengan 58

77 pasir laut dan karton, kemudian dilewatkan pada mesin Ca (softener) yang berguna untuk melunakkan air sehingga kesadahan air sama dengan nol dan ditambahkan scale inhibitor serta corosif inhibitor berupa injeksi bahan kimia yang berguna untuk mencegah korosif dan kerak pada boiler, yang dapat menghambat penetrasi panas dan mempercepat kerusakan boiler. Uap panas yang dihasilkan perjam adalah liter. 11. Mesin steril botol (autoclave) yang dapat menghasilkan produk steril kemasan botol dengan kapasitas masak botol perjam dengan volume botol yang bervariasi dari 100 ml hingga ml Proses Produksi Pada skenario I, koperasi tidak melakukan proses produksi susu sterilisasi Fresh Time karena pengolahan susu dilakukan oleh PT ISAM. Aktivitas yang dilakukan oleh koperasi pada skenario ini adalah sebatas pengiriman susu segar kepada PT ISAM, pengambilan susu yang telah diolah menjadi susu sterilisasi Fresh Time, penyimpanan dalam gudang persediaan dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time. Sedangkan pada skenario II dan III, koperasi mengolah sendiri susu segar menjadi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun proses produksi susu sterilisasi Fresh Time dimulai dengan mengolah susu segar menjadi susu pasteurisasi terlebih dahulu sebelum mengolahnya kembali dalam proses sterilisasi menggunakan mesin steril botol (autoclave). Proses pembuatan susu pasteurisasi adalah sebagai berikut : 1. Pemanasan pendahuluan Dari tangki penampungan susu dingin, susu dipompakan ke lempengan Plate Heat Exchanger (PHE). Pengaliran susu ke lempengan PHE diatur oleh tangki keseimbangan (balance tank). Sistem penukar panas yang bekerja pada lempengan PHE adalah sistem regenerasi. Susu dingin yang dialirkan dari tangki keseimbangan dengan bantuan pompa akan dialirkan ke ruang regenerasi untuk mengalami proses pemanasan pendahuluan. Setelah mengalami proses pemanasan pendahuluan, suhu susu meningkat dari 4 menjadi 60 C. 59

78 2. Separasi Selanjutnya susu yang telah bersuhu 60 C tersebut dialirkan pada cream separator yang bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang masih terbawa pada susu dan juga untuk memisahkan krim dengan susu. Pemisahan ini berdasarkan atas perbedaan berat jenis dengan kecepatan sentrifugasi sebesar rpm. Cream separator mampu memisahkan krim dari susu dengan kadar lemak persen dan dihasilkan skim dengan kadar lemak 0,1 0,2 persen. 3. Homogenisasi Ukuran partikel-partikel lemak yang terdapat pada susu murni yang dihasilkan sapi perah memiliki ukuran yang berbeda. Alat homogenizer berguna untuk mengatasi ketidakseragaman partikel lemak susu dengan proses homogenisasi. Proses homogenisasi yang dilakukan adalah dengan memberikan tekanan sebesar psi, kemudian melalui lubang pengeluaran yang berukuran sangat kecil, butiran-butiran lemak susu yang berdiameter 5 20 π (micron) tereduksi menjadi butiran-butiran lemak susu berdiameter 2 3 π. 4. Pasteurisasi Susu yang telah mengalami proses homogenisasi lalu dialirkan ke dalam mesin proses pasteurisasi pada rangkaian lempengan PHE. Susu mengalami proses pemanasan oleh air panas bersuhu 84 C. Susu akan mengalami proses pasteurisasi selama 15 detik pada suhu 76 C. Proses ini dikenal dengan nama sistem High Temperature Short Time atau HTST. Kemudian susu dialirkan melalui holding section yang memiliki fungsi menurunkan suhu susu menjadi 75 C. Setelah susu diolah menjadi susu pasteurisasi bersuhu 75 C, susu lalu dialirkan ke dalam tangki pencampur untuk mencampur susu dengan bahan baku pendukung lainnya seperti gula pasir, perisa makanan dan penyeimbang makanan. Sebelum dimasukkan ke dalam tangki pencampur, bahan baku pendukung tersebut terlebih dahulu dilarutkan di dalam corong pencampur yang dilengkapi dengan agigator (pengaduk) dan filter. Alat ini berfungsi untuk mencampur serta melarutkan bahan baku pendukung yang berbentuk padatan, disaring kemudian dialirkan ke tangki pencampur melalui pipa penghubung. 60

79 Setelah dilakukan penyampuran susu dengan bahan baku pendukung, susu yang bersuhu 65 C kemudian didinginkan hingga mencapai susu 2 C. Setelah dingin, susu lalu dimasukkan ke dalam botol-botol bervolume 180 ml dengan mesin pengemas lalu bagian atasnya ditutup oleh lapisan aluminium foil berwarna biru. Botol-botol yang telah diisi dengan susu lalu diletakkan pada wadah botol yang masing-masing memiliki kapasitas botol. Kemudian, dilakukan proses sterilisasi dengan cara wadah-wadah botol yang sudah terisi penuh dengan botolbotol susu dimasukkan ke dalam mesin steril botol (autoclave) dengan suhu 125 C selama 10 menit. Proses ini merupakan proses terakhir dari pembuatan susu sterilisasi yang bertujuan untuk mensterilkan susu beserta botol kemasannya. Setelah dilakukan proses sterilisasi kemudian susu sterilisasi didiamkan beberapa saat hingga cukup dingin untuk dilanjutkan pada proses pelabelan. Susu yang telah selesai dilabeli kemudian disimpan di gudang penyimpanan selama tujuh hari untuk pelaksanaan proses karantina. Setelah dikarantina selama tujuh hari, diambil beberapa sampel dari susu sterilisasi untuk dilakukan percobaan dalam melihat kandungan bakteri dalam susu. Hasilnya akan terlihat dalam waktu tiga hari. Jika kandungan bakteri dalam susu telah mencapai angka nol, maka susu tersebut lolos kualifikasi dan dapat dijual dengan jangka waktu kadaluarsa selama sembilan bulan Layout Usaha Layout usaha yang diusulkan kepada pabrik pengolahan susu KPSBU Jawa Barat disusun berdasarkan aliran produksi atau sesuai dengan proses produksi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun bagian pabrik yang merupakan tempat pengolahan susu dibagi menjadi lima ruangan utama, yaitu : 1. Ruang A, yaitu ruangan berisi timbangan susu, untuk menampung susu dari tangki susu sebelum diolah lebih lanjut. 2. Ruang B, yaitu ruang produksi di mana susu diolah menjadi susu pasteurisasi dan sterilisasi. 3. Ruang C, yaitu ruang pengemasan susu ke dalam botol sebelum susu mendapatkan proses sterilisasi. 61

80 4. Ruang D, yaitu ruang pengemasan, dimana susu sterilisasi yang telah diolah dikemas ke dalam kardus-kardus. 5. Ruang E, yaitu gudang persediaan yang berguna untuk menyimpan persediaan susu sterilisasi untuk diuji ke laboratorium susu sebelum akhirnya dipasarkan. D 12 B C 9 10 C E A Gambar 4. Layout Usaha Pabrik Pengolahan Susu Adapun keterangan untuk gambar adalah sebagai berikut : 1. Timbangan 2. Buffer Tank 3. Balance Tank 4. Plate Heat Exchanger 5. Cream Separator 6. Homogenizer 7. Corong Pencampur 8. Tangki Pencampur 9. Tangki Penampung 10. Mesin Pengemas 11. Wadah Botol 12. Autoclave Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan hasil analisis aspek teknis yang meliputi lokasi usaha, bahan baku, kapasitas produksi, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan 62

81 serta layout dari usaha susu sterilisasi Fresh Time, dapat disimpulkan bahwa produksi susu sterilisasi layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan lokasi usaha yang terjangkau dan memenuhi kebutuhan akan bahan baku, listrik dan air pada ketiga skenario. Dari bahan baku, tidak ada kendala dalam penyediaan bahan baku untuk proses pengolahan susu. Luas produksi yang ada pada ketiga skenario diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar yang ada, khususnya di wilayah pemasaran Jawa Barat. Dari segi teknologi, teknologi serta mesin dan peralatan yang digunakan telah dapat mendukung proses produksi dari susu sterilisasi, begitupun dengan layout usaha yang dapat memperlancar proses produksi pada pabrik pengolahan susu Aspek Manajemen Produksi susu sterilisasi Fresh Time yang merupakan salah satu usaha dari KPSBU Jawa Barat masih dikelola secara sederhana. Dalam mengelola usaha barunya ini, KPSBU Jawa Barat belum melakukan penambahan sumber daya manusia untuk mempermudah pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time. Sampai saat ini sumber daya manusia yang digunakan adalah karyawan yang bekerja pada bagian pengolahan susu yang terdapat pada struktur organisasi KPSBU Jawa Barat (dapat dilihat pada Lampiran 4). Selain harus bertanggung jawab pada pengelolaan usaha susu sterilisasi Fresh Time, karyawan pada bagian pengolahan susu juga memiliki tanggung jawab lain seperti melakukan produksi yoghurt Fresh Time, melakukan pemasaran produksi susu olahan KPSBU Jawa Barat dan lain-lain. Walaupun terdapat banyaknya tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh karyawan pada bagian susu, namun usaha susu sterilisasi Fresh Time ini masih dapat dilaksanakan dengan baik oleh koperasi. Pada skenario II dan III, terdapat dua aktivitas yang menuntut adanya manajemen kerja yang lebih kompleks yaitu aktivitas pembangunan proyek pabrik pengolahan susu dan aktivitas operasional pengolahan susu. Untuk pembangunan proyek pabrik pengolahan susu dibutuhkan para tenaga ahli untuk melakukan pembuatan layout pabrik, penentuan mesin-mesin yang akan digunakan, pembangunan pabrik serta instalasi dan uji coba mesin-mesin pengolahan susu. Pada aktivitas kedua yaitu aktivitas operasional pengolahan susu yang akan berjalan secara kontinu, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan 63

82 yaitu wewenang dan tanggung jawab, spesifikasi pekerjaan, rekruitmen tenaga kerja dan sistem pengupahan Wewenang dan tanggung jawab Wewenang dan tanggung jawab manajemen dalam proses produksi susu sterilisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat yang disarankan adalah sebagai berikut : 1. Kepala pabrik, bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan seluruh kegiatan pabrik secara keseluruhan. Kepala pabrik membawahi beberapa manajer yang menangani bidang-bidang yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan pabrik. 2. Manajer produksi, bertanggung jawab atas seluruh kegiatan produksi pengolahan susu dimulai dari susu diterima oleh pabrik, pelaksanaan quality control dan perawatan mesin-mesin produksi. Manajer produksi membawahi beberapa kepala bagian yang mendukung bidang-bidang di dalam produksi pengolahan susu, yaitu : a. Kepala bagian produksi, bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku produksi, penerimaan bahan baku produksi, pengolahan susu hingga susu siap dikonsumsi, pengemasan, hingga pengepakan susu untuk mempermudah proses pemasaran. Kepala bagian produksi membawahi beberapa karyawan yang membantunya dalam menjalankan tanggung jawab. b. Kepala bagian quality control, bertanggung jawab atas kualitas susu yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu. Kepala bagian quality control membawahi beberapa karyawan yang bertugas dalam menjaga kualitas susu yang dihasilkan. c. Kepala bagian mekanik, bertanggung jawab atas penggunaan mesin selama produksi, perawatan dan pemeliharaan mesin-mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kepala bagian mekanik juga membawahi beberapa karyawan yang bertugas sebagai operator serta merawat dan memelihara mesin-mesin produksi. 3. Manajer administrasi dan keuangan, bertanggung jawab dalam kegiatankegiatan yang mendukung kegiatan produksi pabrik dalam hal pelayanan 64

83 administrasi, keuangan dan sumber daya manusia. Manajer administrasi dan keuangan membawahi beberapa kepala bagian yang mendukung, dimana masing-masing kepala bagian juga membawahi beberapa karyawan untuk membantu pekerjaannya : a. Kepala bagian administrasi, bertanggung jawab atas segala kegiatan administrasi yang berlangsung di pabrik maupun di luar pabrik yang berhubungan dengan kelancaran proses produksi. b. Kepala bagian keuangan, bertanggung jawab atas laporan dari aliran uang yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berlangsung pada pabrik hingga proses pemasaran produk akhir. c. Kepala bagian personalia, bertanggung jawab atas perekrutan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pabrik, pelatihan tenaga kerja, dan masalah pengupahan serta tunjangan bagi karyawan. 4. Manajer pemasaran, bertanggung jawab atas perencanaan program pemasaran dari produk akhir yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan susu, melaksanakan pemasaran produk akhir dan memberikan pelayanan konsumen. Manajer pemasaran membawahi beberapa kepala bagian yang dibantu oleh sejumlah karyawan : a. Kepala bagian pemasaran produk, bertanggung jawab pada seluruh kegiatan pemasaran produk akhir dari pabrik pengolahan susu. b. Kepala bagian pelayanan konsumen, bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan kepada konsumen dalam pemberian informasi maupun penerimaan keluhan atau masalah pada produk yang dialami konsumen Spesifikasi Pekerjaan Spesifikasi pekerjaan menunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan tersebut dan faktor-faktor tenaga manusia yang disyaratkan dalam melakukan pekerjaan tersebut. Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan persyaratan fisik dan mental. Secara umum setiap pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga kerja yang memiliki keahlian untuk mendukung pelaksanaan tanggung jawabnya masing-masing. Spesifikasi untuk masing-masing pekerjaan dapat dijabarkan lebih lanjut pada Lampiran 7. 65

84 6.3.3 Rekruitmen Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dapat berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar daerah pembangunan pabrik maupun melakukan rekruitmen di media cetak maupun elektronik Sistem Pengupahan Gaji dibagikan setiap satu bulan sekali maksimal tanggal 5 setiap bulannya. Metode pembayaran yang disarankan adalah melalui rekening masingmasing pekerja untuk menjamin keamanan dan ketepatan jumlah pembayaran. Namun jika hal ini masih sulit dilakukan, pembagian gaji dapat dilakukan oleh bagian personalia dari manajemen pabrik. Adapun usulan rencana rincian gaji dari tenaga kerja yang digunakan pada pabrik ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Sedangkan bagi karyawan yang bekerja langsung pada proses produksi susu sterilisasi Fresh Time akan mendapatkan upah yang dihitung berdasarkan jumlah jam kerja selama satu bulan. Jam kerja tersebut sangat bergantung pada kuantitas susu yang diolah oleh pabrik Hasil Analisis Aspek Manajemen Pada skenario I, walaupun layak untuk dilaksanakan, aspek manajemen yang dijalankan memerlukan perbaikan karena sumber daya yang digunakan masih sama atau berjabatan ganda sebagai bagian dari divisi pengolahan susu KPSBU Jawa Barat sehingga belum dapat melakukan tugasnya dengan optimal dan butuh perbaikan pada aspek ini. Sedangkan pada skenario II dan III, pekerjaan yang dibutuhkan telah dideskripsikan dengan baik dari aspek wewenang dan tanggung jawab serta sistem pengupahan sehingga layak untuk dilaksakan Aspek Hukum Analisis aspek hukum ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha jika dipandang dari segi legalitasnya di mata hukum yang berlaku. Suatu usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila usaha yang akan didirikan atau dibangun harus memenuhi hukum dan tata aturan yang terdapat di wilayah tersebut. Analisis aspek hukum meliputi bentuk badan usaha, ijin usaha dan ijin lokasi pendirian proyek. 66

85 6.4.1 Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha dari lokasi penelitian ini adalah koperasi yang merupakan badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang bersifat murni, pribadi dan tidak dapat dialihkan (Umar 2007). Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1992, koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandakan kegiatannya berdasarkan prinsipprinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan Ijin Usaha Sebelum memulai usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time, pihak KPSBU Jawa Barat harus terlebih dahulu mengurus ijin usaha kepada pemerintahan setempat, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Untuk mendapatkan ijin usaha dari pihak-pihak tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi data ijin usaha terlebih dahulu yaitu : 1. Akte pendirian koperasi dari notaris. 2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) koperasi. 3. Surat tanda daftar perusahaan. 4. Surat ijin tempat usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat. 5. Surat rekomendasi dari kadin setempat. 6. Surat tanda rekanan dari pemerintah daerah setempat. 7. SIUP setempat. 8. Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan. Sejauh ini produk susu sterilisasi Fresh Time sudah memiliki ijin usaha, sertifikasi dari BPOM dan sertifikat halal dari MUI. Sehingga hal ini dapat meyakinkan konsumen bahwa produk susu sterilisasi Fresh Time halal dan baik untuk dikonsumsi. 67

86 6.4.3 Ijin Lokasi Pendirian Pabrik Dalam melakukan usaha pada skenario II dan III dibutuhkan ijin lebih lanjut yaitu ijin lokasi pendirian pabrik pengolahan susu. Untuk mendapatkan ijin tersebut, KPSBU Jawa Barat harus melengkapi persyaratan pembuatan ijin yaitu : 1. Sertifikat (akte) tanah di mana pabrik akan didirikan. 2. Bukti pembayaran PBB terbaru. 3. Rekomendasi dari Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat. 4. Rekomendasi dari kecamatan. 5. KTP dari pemrakasa proyek pendirian pabrik Hasil Analisis Aspek Hukum Melihat dari sudah dimiliki ijin usaha, sertifikat dati BPOM dan MUI untuk produksi susu sterilisasi Fresh Time, maka dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena KPSBU Jawa Barat sudah dapat memenuhi kelengkapan data yang disyaratkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk ijin lokasi pendirian, kelengkapan data yang disyaratkan dapat terpenuhi jika KPSBU Jawa Barat sudah mulai merealisasikan pendirian pabrik pengolahan susu Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Pada skenario I, adanya usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak terlalu mempengaruhi kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan di sekitar KPSBU Jawa Barat. Dari aspek sosial, adanya usaha ini belum menyebabkan perubahan seperti wilayah yang bertambah ramai, adanya jalur komunikasi, transportasi maupun penerangan listrik dan lain sebagainya. Dari aspek ekonomi, adanya usaha ini belum mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat karena pengelolaan usaha ini masih dipegang oleh sumber daya koperasi yang sudah ada. Sedangkan dari segi pendapatan anggota koperasi, usaha ini belum dapat memberikan tambahan pendapatan karena usaha ini masih dalam tahap permulaan yang membutuhkan banyak biaya dibandingkan keuntungan yang dihasilkan. Dari aspek lingkungan, adanya usaha ini tidak membawa dampak yang terlalu negatif terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan antara lain adalah botol-botol susu kosong, sedotan, plastik dan kardus susu yang kesemuanya dikumpulkan pada 68

87 tempat pembuangan sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar koperasi. Pada skenario II dan III, dari aspek sosial adanya pabrik pengolahan susu dapat memberi pengaruh kepada sosial kemasyarakatan seperti bertambah ramainya lokasi pendirian pabrik, adanya jalur transportasi baru yang dibuka oleh koperasi guna mempermudah jalannya kegiatan operasional pengolahan dan pemasaran susu yang juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, serta adanya jalur komunikasi dan penerangan yang juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dari aspek ekonomi, pendirian pabrik pengolahan susu dapat menyerap cukup banyak tenaga kerja sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat. Sedangkan dari aspek lingkungan, pabrik pengolahan susu berusaha untuk tidak terlalu memberikan dampak negatif kepada lingkungan. Limbah yang dihasilkan antara lain susu yang terbuang, air, zat kimia untuk membersihkan mesin dan peralatan serta peralatan pengemasan yang tidak terpakai. Pabrik pengolahan susu harus melakukan standar pengolahan limbah sehingga tidak terlalu berdampak negatif bagi lingkungan. 69

88 VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time. Terdapat tiga skenario yang akan dianalisis dari aspek finansialnya. Skenario tersebut adalah : 1. Skenario I adalah usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM, volume produksi yang ditetapkan antara kedua belah pihak adalah 2 ton per hari dengan frekuensi produksi dua kali dalam satu minggu. 2. Skenario II adalah usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan pendirian pabrik dengan volume produksi dan frekuensi pengolahan yang sama dengan volume produksi pada skenario I. 3. Skenario III adalah usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan pendirian pabrik dengan mengolah seluruh susu segar yang tidak dapat dipasok lagi kepada FFI yaitu sebanyak 16 ton perhari Skenario I Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario I Analisis aliran kas (cash flow) merupakan analisis terhadap arus manfaat bersih sebagai pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat, atau dengan kata lain dengan mengurangi total perkiraan penerimaan usaha dengan total perkiraan biaya usaha. Unsur-unsur dari aliran kas (cash flow) yang dianalisis pada penelitian ini adalah arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow) dan manfaat benefit (net benefit). Pada skenario I arus penerimaan (inflow) yang diterima oleh koperasi terdiri dari tiga yaitu penerimaan penjualan susu sterilisasi Fresh Time, penerimaan penjualan susu segar dari PT ISAM dan nilai sisa dari barang-barang investasi yang dinilai pada tahun kelima belas yaitu tahun terakhir umur usaha. Adapun uraian penerimaan tahunan pada skenario I dapat dilihat pada Lampiran 9. 70

89 Perhitungan volume produksi susu sterilisasi Fresh Time dilakukan dengan cara proyeksi. Asumsi yang digunakan adalah selama umur usaha (15 tahun) tidak terjadi perubahan volume produksi susu sterilisasi Fresh Time pada kesepakatan antara koperasi dan PT ISAM. Maka, volume produksi dari tahun ke-1 hingga 15 adalah sebanyak 2 ton perhari dengan frekuensi produksi dua kali seminggu. Sehingga berdasarkan perhitungan, volume produksi susu segar yang diolah menjadi susu sterilisasi adalah sebanyak liter, kecuali pada tahun ke-1 yaitu liter karena koperasi baru melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM pada bulan ke-4. Satu liter susu segar akan menghasilkan 5,5 botol susu sterilisasi Fresh Time, sehingga dalam satu tahun produksi susu sterilisasi Fresh Time mencapai botol, kecuali pada tahun ke-1 yaitu botol. Harga jual susu sterilisasi Fresh Time adalah Rp 2.000,00 perbotol untuk grosir, Rp 2.500,00 perbotol untuk eceran dan Rp 3.000,00 perbotol untuk dijual di supermarket. Persentase untuk masing-masing jenis penjualan adalah 50 persen dijual grosir, 30 persen dijual eceran dan 20 persen dijual ke supermarket. Untuk penjualan supermarket baru dimulai pada tahun keempat karena koperasi memerlukan persiapan akan kualitas, kuantitas dan perizinan sebelum memasukkan produk ke supermarket. Harga penjualan susu segar ke pabrik adalah Rp 3.750,00. Terdapat margin sebesar Rp 500,00 yang diperoleh koperasi karena adanya pemberian nilai tambah dari susu sapi segar menjadi susu dingin yang siap dijual ke pabrik. Nilai sisa pada tahun ke-15 diperoleh dari nilai sisa kendaraan operasional koperasi dalam melakukan usaha produksi susu sterilisasi yaitu tangki susu dan mobil boks. Nilai sisa pada tahun terakhir adalah Rp ,00. Untuk lebih lengkapnya, nilai sisa pada skenario I dapat dilihat pada Tabel Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario I Unsur-unsur yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) pada skenario I adalah biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 1. Biaya Investasi Pada skenario I, investasi yang dibutuhkan adalah truk tangki susu yang memiliki daya tampung liter susu yang berfungsi untuk mengirim susu 71

90 segar dalam keadaan dingin kepada pabrik pengolahan susu PT ISAM, mobil boks yang berfungsi untuk mengangkut susu sterilisasi Fresh Time yang telah diolah oleh PT ISAM ke kantor administrasi KPSBU Jawa Barat di Lembang serta untuk mendukung proses distribusi produk susu sterilisasi Fresh Time ke berbagai daerah pemasaran serta gudang penyimpan susu sterilisasi yang belum dipasarkan. Selain itu, terdapat biaya investasi berupa aktiva tidak berwujud yaitu biaya perijinan dalam hal pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Biaya investasi untuk keempat hal tersebut dapat uraikan pada Tabel 12. Tabel 12. Uraian Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan Skenario I No. Jenis Investasi Harga Beli (Rp 1.000) Umur Ekonomis (tahun) Penyusutan pertahun (Rp 1.000/tahun) Nilai Sisa pada Tahun ke-15 (Rp 1.000) 1 Perizinan Mobil Tangki Susu Mobil Boks Gudang Total Biaya investasi di atas dikeluarkan pada tahun pertama usaha dan selanjutnya dilakukan pembelian ulang (reinvestasi) untuk truk tangki susu dan mobil boks pada tahun ke-11 karena umur ekonomisnya selama sepuluh tahun sudah habis dan harus diganti dengan barang yang baru. Tabel 13. Biaya Reinvestasi pada Skenario I Tahun Ke-11 No. Uraian Umur Ekonomis Jumlah Harga/Unit (Rp 1.000) Total (Rp 1.000) 1 Mobil Tangki Susu 2 Mobil Boks Total Biaya Reinvestasi

91 Sehingga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 untuk membeli truk tangki susu dan mobil boks yang diuraikan pada Tabel Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu satuan waktu. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap satu satuan waktu (Nurmalina et al 2009). Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario I adalah biaya perawatan kendaraan operasional, biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor, biaya asuransi kendaraan operasional, biaya gaji, biaya komunikasi, biaya promosi, biaya perawatan gudang dan biaya penyusutan. Berikut adalah uraian biaya tetap pada skenario I : 1. Biaya perawatan kendaraan operasional, yaitu truk tangki susu dan mobil boks. Biaya perawatan kendaraan operasional ini terdiri dari biaya service penggantian ban bila dibutuhkan, penggantian oli secara berkala dan penggantian suku cadang bila dibutuhkan. Biaya perawatan kendaraan operasional ini berjumlah Rp , 00 untuk dua jenis kendaraan operasional dalam jangka waktu satu tahun. 2. Biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor yang dikeluarkan setiap satu tahun sekali. Untuk 2 kendaraan, pajak kendaraan bermotor tahunan diestimasikan sejumlah Rp , 00 pertahun. Sedangkan setiap lima tahun sekali, koperasi mengeluarkan biaya pajak balik nama kendaraan bermotor untuk 2 kendaraan operasional sebesar Rp ,00 perlima tahun. 3. Biaya asuransi kendaraan operasional. Asumsi penetapan biaya asuransi ini didasarkan pada suku premi pertahun untuk kendaraan bermotor pada perusahaan asuransi ACA yang dihitung menggunakan rumus : Besarnya Biaya Asuransi = Jumlah Uang Pertanggungan (Harga Pasar untuk Barang yang Diasuransikan) x Suku Premi pertahun 73

92 Dengan menggunakan rumus di atas (dengan suku premi pertahun adalah 5,5 persen), maka biaya asuransi untuk truk tangki susu adalah Rp ,00 pertahun dan biaya asuransi untuk mobil boks adalah Rp ,00 pertahun. Sehingga total biaya asuransi yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp ,00 pertahun. 4. Biaya gaji untuk supir truk tangki, supir mobil boks, karyawan gudang dan karyawan bagian pemasaran. Biaya gaji yang dikeluarkan selama setahun untuk tenaga kerja tersebut adalah Rp ,00 (kecuali pada tahun ke- 1 yaitu Rp ,00) dengan rincian sebagai berikut : a. Gaji 4 (dua) orang supir dalam setahun adalah Rp ,00. b. Gaji 2 (dua) orang karyawan gudang dalam setahun adalah Rp ,00. c. Gaji 4 (empat) orang karyawan bagian pemasaran dalam setahun adalah Rp , Biaya komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak pabrik PT ISAM, penjual, antarpegawai, dan pihak lainnya dalam rangka memperlancar proses produksi dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time dalam setahun mencapai Rp , Biaya promosi yang sangat dibutuhkan dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time karena produk ini adalah produk yang baru beredar di masyarakat dan memerlukan promosi kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pemasaran yaitu Jawa Barat. Pada tahun ke-1 hingga tahun ke-3 koperasi melakukan promosi pembukaan yaitu promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan produk baru kepada masyarakat, biaya promosi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk sepuluh buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat sebesar mencapai Rp ,00 dalam satu tahun. b. Pembagian brosur dan poster mengenai produk Fresh Time dan juga pentingnya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-masyarakat di sekitar 74

93 koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. Brosur dan poster yang disebar adalah sebanyak lembar untuk jangka waktu satu tahun dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp ,00 c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp ,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak empat kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp ,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp ,00 dalam satu tahun. Total dari biaya promosi pada tahun ke-1 hingga ke-3 adalah Rp ,00 pertahun. Dengan asumsi bahwa setelah tahun ke-3 masyarakat di wilayah pemasaran sudah mengetahui keberadaan susu sterilisasi Fresh Time, maka pada tahun ke-4 hingga tahun ke-15 koperasi tidak lagi melakukan promosi pembukaan melainkan promosi terus menerus yang bertujuan agar produk tetap berada di benak pasar sasaran. Biaya untuk promosi pada tahun ke-4 hingga ke-15 adalah sebagai berikut : a. Lima (5) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk lima buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat mencapai Rp ,00 dalam satu tahun. 75

94 b. Penempelan poster-poster mengenai produk Fresh Time di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, terminal dan tempat umum lainnya. Poster yang disebar adalah sebanyak lembar dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp ,00 pertahun. c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp ,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak dua kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp ,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp ,00 dalam satu tahun. Total biaya promosi untuk tahun ke-4 hingga tahun ke-15 adalah sebesar Rp ,00 pertahun. 7. Biaya perawatan gudang untuk produk sterilisasi Fresh Time. Biaya pemeliharaan diasumsikan sebesar 2,5 persen dari biaya pembangunan gudang yaitu 2,5 persen dari Rp ,00 yaitu Rp , Biaya penyusutan barang investasi. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai 76

95 Biaya penyusutan barang investasi pada skenario I, yaitu truk tangki susu, mobil boks dan gudang diuraikan pada Tabel 12. Total biaya penyusutan dalam satu tahun adalah Rp ,00. Secara keseluruhan biaya tetap yang dikeluarkan koperasi pada skenario I diuraikan pada Lampiran 10. Biaya operasional yang kedua adalah biaya variabel. Besar kecilnya biaya variabel sangat bergantung dari berapa banyak susu sterilisasi yang akan diproduksi. Sehingga total biaya variabel pada setiap tahunnya akan berbeda-beda sesuai dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh koperasi. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario I adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan baku susu segar. Bahan baku utama dari susu sterilisasi Fresh Milk adalah susu segar yang berasal dari para peternak anggota KPSBU Jawa Barat. Untuk itu koperasi berkewajiban untuk membayarkan susu yang dikumpulkan para peternak tersebut. Dalam hal penentuan harga susu, KPSBU Jawa Barat menggunakan hasil uji laboratorium sebagai dasar penentuan harga. Harga rata-rata tertinggi di tingkat peternak adalah Rp 3.250,00 perliter sehingga hal tersebut menjadi asumsi biaya susu segar yang dipergunakan sebagai bahan baku susu sterilisasi Fresh Time. 2. Biaya bahan bakar truk tangki susu dan mobil boks. Untuk mengantar susu segar dingin menggunakan truk tangki susu dari Lembang ke daerah Ujung Berung Bandung (lokasi PT ISAM) ditempuh jarak sekitar 25 km. Dalam satu kali perjalanan, truk tangki susu dapat mengantar liter atau 10 ton susu, sehingga untuk setiap 10 ton susu atau kurang. Mobil boks digunakan untuk mengambil susu sterilisasi yang telah diolah dan memperlancar proses distribusi ke berbagai wilayah pemasaran susu sterilisasi Fresh Time. 3. Biaya subkontrak produksi yang dibayarkan kepada PT ISAM untuk proses pengolahan susu, biaya bahan baku pendukung, pengemasan, biaya-biaya lain yang dikeluarkan pabrik seperti listrik, air, tenaga kerja, dan lain-lain. Biaya yang harus dikeluarkan KPSBU Jawa Barat untuk satu buah susu sterilisasi dalam kemasan botol 180 ml adalah Rp 1.350,00. Biaya variabel yang dikeluarkan koperasi pada setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran

96 7.1.3 Analisis Finansial pada Skenario I Berdasarkan aliran kas (cash flow) yang telah disusun berdasarkan inflow dan outflow pada bagian sebelumnya, dapat dinilai kelayakan usaha pada usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time skenario I dengan menggunakan beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Berdasarkan hasil analisis switching value, Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih yang dihasilkan usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I adalah sebesar Rp ,00 yang berarti lebih besar dari 0 (NPV > 0). Hal ini memiliki makna bahwa usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I menguntungkan atau memberikan manfaat. Berdasarkan kriteria investasi NPV, usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I yaitu dengan melakukan subkontrak produksi, layak untuk dilaksanakan. Tabel 14. Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time dengan Melakukan Subkontrak Produksi Kriteria Investasi Hasil NPV Rp ,00 IRR 49% Net B/C 5,6192 Payback Periode 3 tahun 1 bulan 22 hari Kriteria investasi selanjutnya adalah Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Dari IRR dapat terlihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR dari usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I adalah sebesar 49 persen atau lebih besar dari discount rate yaitu 6,75 persen. Arti dari IRR sebesar 49 persen adalah jika investor menginvestasikan modal sebesar satu satuan pada usaha tersebut maka akan mendapatkan tingkat pengembalian sebesar 49 persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C atau rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari skenario I adalah 5,61. Karena nilai Net 78

97 B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1 maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Payback periode untuk skenario ini adalah 3 tahun 1 bulan 22 hari. Payback period dari skenario ini lebih kecil daripada umur skenario I yaitu 15 tahun sehingga layak untuk dilaksanakan Proyeksi Laporan Laba Rugi pada Skenario I Dari proyeksi laporan laba rugi dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh koperasi dalam memproduksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan subkontrak produksi. Pada proyeksi laporan laba rugi yang dapat dilihat pada Lampiran 12 dapat diketahui bahwa usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I mendapatkan keuntungan mulai dari tahun ke-1 yaitu Rp ,00. Pada tahun ke-2 dan 3 besarnya keuntungan yang didapat adalah Rp ,00. Tahun keempat hingga ke-15 keuntungan yang didapat adalah Rp , 00. Sedangkan pada tahun ke-6 dan 11 keuntungan yang didapat adalah , Analisis Switching value pada Skenario I Pada analisis switching value skenario I, dilakukan beberapa perubahan untuk melihat sejauh mana usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan subkontrak produksi masih layak untuk dilaksanakan. Perubahan-perubahan tersebut adalah penurunan harga output, kenaikan harga susu segar sebagai bahan baku utama susu sterilisasi Fresh Time dan kenaikan biaya subkontrak produksi. Ketiga variabel ini dipilih karena berdasarkan pengamatan, variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh terbesar dalam laporan keuangan dan berpengaruh terhadap kelayakan usaha jika terjadi perubahan. Saat dilakukan analisis switching value untuk masing-masing perubahan, variabel-variabel lain di dalam laporan keuangan dianggap konstan. Seperti terlihat pada tabel, bahwa batas maksimal penurunan harga output yang masih dapat ditolerir sehingga usaha tersebut masih layak untuk dilaksanakan adalah 9 persen. Jika penurunan harga output lebih dari angka tersebut maka usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Perubahan lain yang dilakukan adalah kenaikan bahan baku utama susu sterilisasi Fresh Time yaitu susu segar. Berdasarkan hasil 79

98 analisis switching value, batas maksimal kenaikan harga susu segar di tingkat petani adalah sebesar 38,86 persen. Lebih dari batasan tersebut, koperasi akan mengalami kerugian sehingga usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time tidak layak lagi untuk dilaksanakan. Perubahan terakhir adalah kenaikan biaya subkontrak produksi. Usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I ini tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadinya kenaikan biaya subkontrak produksi sebesar 15,31 persen. Tabel 15. Hasil Analisis Switching Value pada Skenario I Perubahan Penurunan output Kenaikan susu segar Kenaikan subkontrak produksi harga harga biaya Persentase (%) NPV (Rp) Net B/C IRR (%) 9 0 1, ,86 0 1, ,31 0 1, Berdasarkan hasil analisis switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan variabel yang sangat sensitif terhadap kelayakan usaha adalah penurunan harga output. Hal ini terlihat dari persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I Skenario II Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario II Pada skenario II, arus penerimaan (inflow) dari usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan mendirikan pabrik pengolahan susu terdiri dari tiga yaitu penerimaan penjualan susu sterilisasi Fresh Time, pinjaman dari pihak bank pada tahun pertama dan nilai sisa barang-barang investasi pada tahun terakhir umur usaha. Pada skenario II, penjualan susu sterilisasi Fresh Time baru dimulai pada tahun kedua semester kedua atau pada bulan ketujuh tahun kedua. Hal ini disebabkan karena koperasi harus melakukan pembangunan pabrik pengolahan 80

99 susu pada tahun pertama yang menghabiskan waktu sekitar 18 bulan. Pada skenario II ini, volume dan frekuensi produksi disamakan dengan volume dan frekuensi produksi pada skenario I untuk mempermudah dalam membandingkan kelayakan usaha antara kedua skenario. Adapun penjabaran dari arus penerimaan (inflow) pada skenario II terdapat pada Lampiran 17. Pinjaman pada tahun I diperlukan koperasi untuk mempersiapkan kebutuhan dalam membangun sebuah pabrik pengolahan susu, di antaranya adalah membeli lahan, pembangunan pabrik, perijinan, pembelian serta instalasi mesinmesin dan peralatan. Sedangkan nilai sisa pada tahun terakhir diperoleh dari nilai sisa barang-barang investasi yang pada akhir umur usaha belum habis umur ekonomisnya. Harga jual susu sterilisasi Fresh Time adalah Rp perbotol untuk grosir, Rp 2.500,00 perbotol untuk eceran dan Rp 3.000,00 perbotol untuk dijual di supermarket. Persentase untuk masing-masing jenis penjualan adalah 50 persen dijual grosir, 30 persen dijual eceran dan 20 persen dijual ke supermarket. Untuk penjualan supermarket baru dimulai pada tahun keempat karena koperasi memerlukan persiapan akan kualitas, kuantitas dan perizinan sebelum memasukkan produk ke supermarket. Nilai sisa pada tahun ke-15 diperoleh dari nilai sisa kendaraan operasional koperasi dalam melakukan usaha produksi susu sterilisasi yaitu tangki susu dan mobil boks serta peralatan laboratorium, mesin dan peralatan produksi susu. Nilai sisa pada tahun terakhir adalah Rp ,00. Untuk lebih lengkapnya, nilai sisa pada skenario II dapat dilihat pada Lampiran Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario II Unsur-unsur yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) pada skenario II adalah biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 1. Biaya Investasi Investasi yang dibutuhkan pada skenario II adalah biaya perizinan untuk pendirian pabrik pengolahan susu dan pembuatan produk susu sterilisasi Fresh Time, mobil tangki susu untuk mengantarkan susu dingin dari cooling unit ke pabrik pengolahan susu, mobil boks untuk mempelancar proses pendistribusian 81

100 produk, biaya pembelian lahan yang akan digunakan sebagai tempat pendirian pabrik, biaya pembangunan pabrik pengolahan susu, biaya pembuatan jalan dari jalan utama menuju ke pabrik serta biaya pembelian dan instalasi mesin-mesin dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi susu sterilisasi Fresh Time. Total biaya investasi pada tahun ke-1 skenario II adalah Rp ,00. Adapun biaya investasi pada skenario II diuraikan pada Lampiran 18. Biaya investasi di atas dikeluarkan pada tahun ke-1 usaha dan selanjutnya dilakukan pembelian ulang (reinvestasi) untuk truk tangki susu, mobil boks, perbaikan jalan, pembelian peralatan laboratorium dan mesin-mesin serta peralatan produksi susu sterilisasi Fresh Time pada tahun ke-11 karena umur ekonomisnya sudah habis dan harus diganti dengan barang yang baru. Sehingga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 yang berjumlah Rp ,00 yang diuraikan pada Lampiran Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario II adalah : 1. Biaya perawatan kendaraan operasional, yaitu truk tangki susu dan mobil boks. Biaya perawatan kendaraan operasional ini terdiri dari biaya service penggantian ban bila dibutuhkan, penggantian oli secara berkala dan penggantian suku cadang bila dibutuhkan. Biaya perawatan kendaraan operasional ini berjumlah Rp , 00 untuk dua jenis kendaraan operasional dalam jangka waktu satu tahun. 2. Biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor yang dikeluarkan setiap satu tahun sekali. Untuk kedua kendaraan, pajak kendaraan bermotor tahunan diestimasikan sejumlah Rp , 00 pertahun. Sedangkan setiap lima tahun sekali, koperasi mengeluarkan biaya pajak balik nama kendaraan bermotor untuk kedua kendaraan operasional sebesar Rp ,00 perlima tahun. 3. Biaya asuransi kendaraan operasional. Asumsi penetapan biaya asuransi ini didasarkan pada suku premi pertahun untuk kendaraan bermotor pada perusahaan asuransi ACA yang dihitung menggunakan rumus : Besarnya Biaya Asuransi = Jumlah Uang Pertanggungan (Harga Pasar untuk Barang yang Diasuransikan) x Suku Premi pertahun 82

101 Dengan menggunakan rumus di atas (dengan suku premi pertahun adalah 5,5 persen), maka biaya asuransi untuk truk tangki susu adalah Rp ,00 pertahun dan biaya asuransi untuk mobil boks adalah Rp ,00 pertahun. Sehingga total biaya asuransi yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp ,00 pertahun. 4. Biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan untuk mengurangi risiko dari ketidakpastian. Asumsi penetapan biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan dilakukan berdasarkan rumus yang sama dengan asuransi kendaraan operasional pada bagian sebelumnya. Sehingga dalam satu tahun, biaya asuransi yang harus dikeluarkan adalah Rp , Biaya pemeliharaan bangunan pabrik dalam satu tahunnya mencapai Rp ,00 dan biaya pemeliharaan mesin serta peralatan sebesar Rp ,00. Kedua biaya tersebut diasumsikan sebesar 2,5 persen dari harga pembelian barang yang diasuransikan tersebut. 6. Biaya komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak koperasi, penjual, antarpegawai, dan pihak lainnya dalam rangka memperlancar proses produksi dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time dalam setahun mencapai Rp , Biaya promosi yang sangat dibutuhkan dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time karena produk ini adalah produk yang baru beredar di masyarakat dan memerlukan promosi kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pemasaran yaitu Jawa Barat. Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-4 koperasi melakukan promosi pembukaan yaitu promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan produk baru kepada masyarakat, biaya promosi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk sepuluh buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat sebesar mencapai Rp ,00 dalam satu tahun. 83

102 b. Pembagian brosur dan poster mengenai produk Fresh Time dan juga pentingnya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-masyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. Brosur dan poster yang disebar adalah sebanyak lembar untuk jangka waktu satu tahun dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp ,00 c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp ,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak empat kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp ,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp ,00 dalam satu tahun. Total dari biaya promosi pada tahun ke-2 hingga ke-4 adalah Rp ,00 pertahun. Dengan asumsi bahwa setelah tahun ke-4 masyarakat di wilayah pemasaran sudah mengetahui keberadaan susu sterilisasi Fresh Time, maka pada tahun ke-5 hingga tahun ke-15 koperasi tidak lagi melakukan promosi pembukaan melainkan promosi terus menerus yang bertujuan agar produk tetap berada di benak pasar sasaran. Biaya untuk promosi pada tahun ke-5 hingga ke-15 adalah sebagai berikut : a. Lima (5) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk lima buah spanduk dan 84

103 biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat mencapai Rp ,00 dalam satu tahun. b. Penempelan poster-poster mengenai produk Fresh Time di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, terminal dan tempat umum lainnya. Poster yang disebar adalah sebanyak lembar dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp ,00 pertahun. c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp ,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak dua kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp ,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp ,00 dalam satu tahun. Total biaya promosi untuk tahun ke-5 hingga tahun ke-15 adalah sebesar Rp ,00 pertahun. 8. Biaya penyusutan barang investasi. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan = Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai Biaya penyusutan barang investasi pada skenario II, yaitu truk tangki susu, mobil boks, peralatan laboratorium, mesin dan peralatan produksi susu 85

104 diuraikan pada Lampiran 20. Besar biaya penyusutan dalam satu tahun adalah Rp , Biaya gaji. Penjabaran untuk biaya gaji dapat dilihat pada Lampiran 8. Selain biaya gaji, setiap tahunnya koperasi juga memberikan Tunjangan Hari Raya sebagai bentuk kepedulian terhadap karyawan dan biaya pelatihan untuk menambah kualitas sumber daya manusia yang dimiliki pabrik. Total biaya gaji dalam satu tahun adalah Rp , Biaya administrasi pabrik. Biaya administrasi pabrik terdiri dari pembayaran pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya dan keperluan administrasi pabrik. Besarnya biaya administrasi pabrik adalah Rp ,00 pertahun. 11. Pembayaran pinjaman. Pinjaman dibayar secara diangsur setiap tahunnya sebesar Rp ,00 Biaya operasional yang kedua adalah biaya variabel. Besar kecilnya biaya variabel sangat bergantung dari berapa banyak susu sterilisasi yang akan diproduksi. Sehingga total biaya variabel pada setiap tahunnya akan berbeda-beda sesuai dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh koperasi. Biaya variabel pada skenario II jauh berbeda dibandingkan dengan biaya variabel pada skenario I, karena pada skenario II, koperasi memproduksi sendiri susu sterilisasi melalui pabrik pengolahan susu yang didirikannya. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario II adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan baku susu segar. Bahan baku utama dari susu sterilisasi Fresh Time adalah susu segar yang berasal dari para peternak anggota KPSBU Jawa Barat. Untuk itu koperasi berkewajiban untuk membayarkan susu yang dikumpulkan para peternak tersebut. Dalam hal penentuan harga susu, KPSBU Jawa Barat menggunakan hasil uji laboratorium sebagai dasar penentuan harga. Harga rata-rata di tingkat peternak adalah Rp 3.250,00 perliter sehingga hal tersebut menjadi asumsi biaya susu segar yang dipergunakan sebagai bahan baku susu sterilisasi Fresh Time. 2. Biaya bahan baku pendukung yang terdiri dari gula, bubuk cokelat, perisa stroberi, dan karagen. Adapun formulasi dari bahan baku pendukung yang diperlukan untuk membuat satu buah susu sterilisasi dalam kemasan botol 180 ml adalah 93 persen susu segar, 6,3 persen gula, 0,65 persen bubuk cokelat 86

105 untuk susu sterilisasi rasa cokelat dan perisa stroberi untuk susu sterilisasi rasa stroberi, serta 0,05 persen karagen. Harga untuk masing-masing bahan adalah sebagai berikut : (1) Rp 8.000,00 perkilogram untuk gula; (2) Rp ,00 perkilogram untuk bubuk cokelat; (3) Rp ,00 perkilogram untuk perisa stroberi; dan (4) Rp ,00 perkilogram untuk penyeimbang nabati. 3. Biaya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mengemas susu sterilisasi, yaitu botol HDPE 180 ml, sedotan, aluminium foil, label, kardus, dan lakban. Harga satuan untuk masing-masing bahan tersebut adalah Rp 600,00 perbotol, Rp 10,00 perbuah, Rp 10,00 persentimeter, Rp 200,00 perbuah, Rp 1.750,00 perbuah, dan Rp 5,00 persentimeter. 4. Biaya bahan bakar truk tangki susu dan mobil boks. Pada skenario II, diasumsikan bahwa lokasi pembangunan pabrik masih berada di sekitar Kecamatan Lembang atau Kabupaten Subang sehingga diperkirakan jarak antara cooling unit dengan pabrik pengolahan susu adalah sekitar 5 kilometer. Sehingga dalam satu tahun biaya untuk bahan bakar truk tangki susu adalah sekitar Rp ,90. Mobil boks digunakan untuk mengambil susu sterilisasi yang telah diolah dan memperlancar proses distribusi ke berbagai wilayah pemasaran susu sterilisasi Fresh Time. 5. Biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik. Untuk setiap satu buah botol susu sterilisasi Fresh Time 180 ml, biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 183,00. Angka ini didapat dari hasil penelitian di pabrik pengolahan susu yang telah ada sebelumnya. 6. Listing fee, yaitu biaya yang harus dibayarkan kepada supermarket dimana produk susu sterilisasi Fresh Time dipasarkan. Listing fee ini besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah produk yang terjual, berdasarkan literatur listing fee yang harus dibayarkan adalah sekitar 40 persen dari total pendapatan penjualan produk yang terjual di supermarket tersebut. 7. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah untuk pekerja pabrik yang bekerja dalam bidang produksi, dari penerimaan susu hingga pengemasan serta operator mesin. Upah dibayarkan perjam dan setiap beberapa tahun diasumsikan pabrik menambah lama produksinya untuk menghasilkan lebih 87

106 banyak produk susu. Upah dari tenaga kerja langsung ini adalah Rp 4.500,00 perjam. Biaya tetap dan variabel yang dikeluarkan koperasi pada skenario II dapat dilihat pada Lampiran 21 dan Analisis Finansial pada Skenario II Berdasarkan aliran kas (cash flow) yang telah disusun berdasarkan inflow dan outflow pada bagian sebelumnya, dapat dinilai kelayakan usaha pada usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time skenario II dengan menggunakan beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih yang dihasilkan usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II adalah sebesar minus Rp ,00 yang berarti jauh lebih kecil dari 0 (NPV < 0). Hal ini memiliki makna bahwa usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II tidak menguntungkan atau tidak memberikan manfaat bahkan merugikan karena menimbulkan kerugian yang sangat besar. Berdasarkan kriteria investasi NPV usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Tabel 16. Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time Skenario II Kriteria Investasi Hasil NPV - Rp ,00 IRR - Net B/C 0 Pay Back Periode - Kriteria investasi selanjutnya adalah Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Dari IRR dapat terlihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Berdasarkan perhitungan, IRR dari usaha produksi susu sterilisasi pada skenario II tidak dapat diketahui yang berarti usaha pada skenario II ini tidak 88

107 memiliki tingkat pengembalian sedikitpun. Berdasarkan kriteria IRR, usaha pada skenario II ini tidak layak untuk dilaksakan. Nilai Net B/C atau rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari skenario II adalah 0. Karena nilai Net B/C yang dihasilkan lebih kecil dari 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan kriteria-kriteria investasi di atas, usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario II tidak layak untuk dilaksanakan. Penjelasan teknis untuk ketidaklayakan ini adalah karena pabrik tidak berproduksi setiap hari sehingga biaya operasional tetap dari pabrik pengolahan susu tidak dapat ditutupi oleh pendapatan dari penjualan susu steriliasi. Pada skenario II ini, pabrik hanya berproduksi setiap dua kali dalam seminggu dan belum menggunakan semua sumber daya yang terdapat pada pabrik, berupa kapasitas produksi yang dimiliki oleh mesin pengolahan susu. Karena ketidaklayakan usaha pada skenario II ini, analisis tidak dilanjutkan pada analisis switching value dan laporan laba rugi Skenario III Analisis Arus Penerimaan (Inflow) Skenario III Pada skenario III, arus penerimaan (inflow) dari usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan mendirikan pabrik pengolahan susu terdiri dari lima yaitu penerimaan penjualan susu sterilisasi Fresh Time, penerimaan penjualan susu pasteurisasi, penerimaan penjualan yoghurt Fresh Time, pinjaman dari pihak bank pada tahun ke-1 dan nilai sisa barang-barang investasi pada tahun terakhir umur usaha. Pada skenario III, produksi susu baru dimulai pada tahun ke-2 semester ke-2 atau pada bulan ketujuh tahun ke-2. Hal ini disebabkan karena koperasi harus melakukan pembangunan pabrik pengolahan susu pada tahun ke-1 yang menghabiskan waktu sekitar 18 bulan. Selain susu sterilisasi Fresh Time, pada skenario III ini juga diproduksi jenis olahan susu segar yang lain. Hal ini dapat dilakukan karena pada skenario III, diasumsikan bahwa pabrik melakukan produksi dengan kapasitas mesin yang dimilikinya. Dalam satu hari, pabrik mengolah liter susu segar yang tidak dapat dipasok kepada FFI. Jumlah 89

108 tersebut 63 persen diolah menjadi susu sterilisasi, 34 persen menjadi susu pasteurisasi dan 3 persen diolah menjadi yoghurt. Uraian lebih jelas mengenai volume produksi dari masing-masing jenis susu olahan dapat dilihat pada Lampiran 25. Harga jual susu sterilisasi Fresh Time adalah Rp 2.000,00 perbotol untuk grosir, Rp 2.500,00 perbotol untuk eceran dan Rp 3.000,00 perbotol untuk dijual di supermarket. Untuk harga jual susu pasteurisasi, harga untuk grosir adalah Rp 1.800,00 percup, Rp 2.000,00 untuk eceran dan Rp 2.500,00 untuk dijual ke supermarket. Sedangkan untuk yoghurt Fresh Time, harga jual grosir adalah Rp 2.500,00 percup, Rp 3.000,00 percup untuk eceran dan Rp 3.500,00 untuk dijual ke supermarket. Persentase untuk masing-masing jenis penjualan adalah 50 persen dijual grosir, 20 persen dijual eceran dan 30 persen dijual ke supermarket. Untuk penjualan supermarket baru dimulai pada tahun ke-5 karena koperasi memerlukan persiapan akan kualitas, kuantitas dan perizinan sebelum memasukkan produk ke supermarket. Adapun penjabaran dari arus penerimaan (inflow) pada skenario III dapat dilihat pada Lampiran 29. Pinjaman pada tahun I diperlukan koperasi untuk mempersiapkan kebutuhan dalam membangun sebuah pabrik pengolahan susu, di antaranya adalah membeli lahan, pembangunan pabrik, perijinan, pembelian serta instalasi mesinmesin dan peralatan. Besar pinjaman pada tahun ke-1 adalah Rp ,00 atau sebesar 80 persen dari total biaya investasi yang dibutuhkan. Hal ini berdasarkan masih kecilnya kemampuan koperasi dalam penyediaan modal pribadi sehingga lebih baik jika meminjam dari pihak lain, dalam kasus ini adalah pihak Bank BNI 46. Sedangkan nilai sisa pada tahun terakhir diperoleh dari nilai sisa barang-barang investasi yang pada akhir umur usaha belum habis umur ekonomisnya. Nilai sisa pada tahun ke-15 adalah sebesar Rp , Analisis Arus Pengeluaran (Outflow) Skenario III Unsur-unsur yang terdapat pada arus pengeluaran (outflow) pada skenario III adalah biaya investasi dan biaya operasional yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. 90

109 1. Biaya Investasi Investasi yang dibutuhkan pada skenario III adalah biaya perizinan untuk pendirian pabrik pengolahan susu dan pembuatan produk susu sterilisasi Fresh Time, mobil tangki susu untuk mengantarkan susu dingin dari cooling unit ke pabrik pengolahan susu, mobil boks untuk mempelancar proses pendistribusian produk, biaya pembelian lahan yang akan digunakan sebagai tempat pendirian pabrik, biaya pembangunan pabrik pengolahan susu, biaya pembuatan jalan dari jalan utama menuju ke pabrik serta biaya pembelian dan instalasi mesin-mesin dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi susu sterilisasi Fresh Time. Adapun biaya investasi pada skenario III diuraikan pada Lampiran 30. Total biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-1 adalah Rp ,00 Biaya investasi di atas dikeluarkan pada tahun ke-1 usaha dan selanjutnya dilakukan pembelian ulang (reinvestasi) untuk truk tangki susu, mobil boks, perbaikan jalan, pembelian peralatan laboratorium dan mesin-mesin serta peralatan produksi susu sterilisasi Fresh Time pada tahun ke-11 karena umur ekonomisnya sudah habis dan harus diganti dengan barang yang baru. Sehingga terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 yang diuraikan pada Lampiran 31. Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun ke-11 adalah Rp , Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan pada skenario III adalah : 1. Biaya perawatan kendaraan operasional, yaitu truk tangki susu dan mobil boks. Biaya perawatan kendaraan operasional ini terdiri dari biaya service penggantian ban bila dibutuhkan, penggantian oli secara berkala dan penggantian suku cadang bila dibutuhkan. Biaya perawatan kendaraan operasional ini berjumlah Rp , 00 untuk tiga buah kendaraan operasional dalam jangka waktu satu tahun. 2. Biaya perpanjangan pajak kendaraan bermotor yang dikeluarkan setiap satu tahun sekali. Untuk tiga kendaraan, pajak kendaraan bermotor tahunan diestimasikan sejumlah Rp , 00 pertahun. Sedangkan setiap lima tahun sekali, koperasi mengeluarkan biaya pajak balik nama kendaraan 91

110 bermotor untuk tiga kendaraan operasional sebesar Rp ,00 perlima tahun. 3. Biaya asuransi kendaraan operasional. Asumsi penetapan biaya asuransi ini didasarkan pada suku premi pertahun untuk kendaraan bermotor pada perusahaan asuransi ACA yang dihitung menggunakan rumus : Besarnya Biaya Asuransi = Jumlah Uang Pertanggungan (Harga Pasar untuk Barang yang Diasuransikan) x Suku Premi pertahun Dengan menggunakan rumus di atas (dengan suku premi pertahun adalah 5,5 persen), maka biaya asuransi untuk truk tangki susu adalah Rp ,00 pertahun dan biaya asuransi untuk mobil boks adalah Rp ,00 pertahun. Sehingga total biaya asuransi yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp ,00 pertahun. 4. Biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan untuk mengurangi risiko dari ketidakpastian. Asumsi penetapan biaya asuransi bangunan pabrik, mesin dan peralatan dilakukan berdasarkan rumus yang sama dengan asuransi kendaraan operasional pada bagian sebelumnya. Sehingga dalam satu tahun, biaya asuransi yang harus dikeluarkan adalah Rp , Biaya pemeliharaan bangunan pabrik dalam satu tahunnya mencapai Rp ,00 dan biaya pemeliharaan mesin serta peralatan sebesar Rp ,00. Kedua biaya tersebut diasumsikan sebesar 2,5 persen dari harga pembelian barang yang diasuransikan tersebut. 6. Biaya komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan komunikasi dengan pihak koperasi, penjual, antarpegawai, dan pihak lainnya dalam rangka memperlancar proses produksi dan pemasaran susu sterilisasi Fresh Time dalam setahun mencapai Rp , Biaya promosi yang sangat dibutuhkan dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time karena produk ini adalah produk yang baru beredar di masyarakat dan memerlukan promosi kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pemasaran yaitu Jawa Barat. Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-4 koperasi melakukan promosi pembukaan yaitu promosi yang dilakukan untuk 92

111 memperkenalkan produk baru kepada masyarakat, biaya promosi yang dikeluarkan adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk sepuluh buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat sebesar mencapai Rp ,00 dalam satu tahun. b. Pembagian brosur dan poster mengenai produk Fresh Time dan juga pentingnya mengkonsumsi susu kepada masyarakat-masyarakat di sekitar koperasi dan wilayah pemasaran lainnya. Brosur dan poster yang disebar adalah sebanyak lembar untuk jangka waktu satu tahun dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp ,00 c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp ,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak empat kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp ,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp ,00 dalam satu tahun. Total dari biaya promosi pada tahun ke-2 hingga ke-4 adalah Rp ,00 pertahun. Dengan asumsi bahwa setelah tahun ke-3 masyarakat di wilayah pemasaran sudah mengetahui keberadaan susu sterilisasi Fresh Time, maka pada tahun ke-5 hingga tahun ke-15 koperasi 93

112 tidak lagi melakukan promosi pembukaan melainkan promosi terus menerus yang bertujuan agar produk tetap berada di benak pasar sasaran. Biaya untuk promosi pada tahun ke-5 hingga ke-15 adalah sebagai berikut : a. Sepuluh (10) buah spanduk yang dipasang di wilayah pusat perbelanjaan masyarakat (pasar tradisional atau pertokoan) di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Biaya pembuatan untuk lima buah spanduk dan biaya perizinan kepada pemerintah daerah setempat mencapai Rp ,00 dalam satu tahun. b. Penempelan poster-poster mengenai produk Fresh Time di lokasi-lokasi pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, terminal dan tempat umum lainnya. Poster yang disebar adalah sebanyak lembar dan menghabiskan biaya pembuatan sebesar Rp ,00 pertahun. c. Penerbitan iklan di beberapa majalah, surat kabar dan internet untuk memperluas jangkauan pasar. Biaya penerbitan untuk majalah, surat kabar dan internet diperkirakan sebesar Rp ,00 pertahun. d. Menjadi peserta dalam pameran dagang yang diselenggarakan oleh instansi lain, terutama pemerintah. Dalam setahun KPSBU Jawa Barat menargetkan untuk mengikuti pameran dagang minimal sebanyak dua kali. Dalam pameran tersebut, koperasi memerlukan biaya untuk stand, dekorasi stand, petugas penjaga stand, produk gratis, brosur, dan sebagainya hingga diperkirakan menghabiskan biaya sebanyak Rp ,00 dalam setahun. e. Mengadakan promosi di sekolah-sekolah, kantor-kantor dan pasar yang terdapat di beberapa kota atau kabupaten di Jawa Barat. Selain untuk memperkenalkan susu sterilisasi Fresh Time, promosi ini juga bertujuan untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi susu dan menjadikan minum susu sebagai gaya hidup. Untuk mengadakan promosi ke masyarakat ini biaya yang disediakan sekitar Rp ,00 dalam satu tahun. Total biaya promosi untuk tahun ke-5 hingga tahun ke-15 adalah sebesar Rp ,00 pertahun. 8. Biaya penyusutan barang investasi. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : 94

113 Penyusutan = Nilai Beli Nilai Sisa Umur Pakai Biaya penyusutan barang investasi pada skenario III, yaitu truk tangki susu, mobil boks dan gudang diuraikan pada Lampiran 32. Dalam satu tahun, besarnya biaya penyusutan adalah Rp , Biaya gaji. Penjabaran untuk biaya gaji dapat dilihat pada Lampiran 8. Dalam satu tahun, biaya gaji yang harus dikeluarkan oleh pabrik adalah Rp , Biaya administrasi pabrik. Biaya administrasi pabrik terdiri dari pembayaran pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya dan keperluan administrasi pabrik. Besarnya biaya administrasi pabrik adalah Rp ,00 pertahun. 11. Pembayaran pinjaman. Pinjaman dibayar secara diangsur setiap tahunnya sebesar Rp ,00 Biaya operasional yang kedua adalah biaya variabel. Besar kecilnya biaya variabel sangat bergantung dari berapa banyak susu segar yang akan diolah. Sehingga total biaya variabel pada setiap tahunnya akan berbeda-beda sesuai dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh koperasi. Adapun biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario III adalah sebagai berikut : 1. Biaya bahan baku susu segar. Bahan baku utama dari susu sterilisasi Fresh Milk adalah susu segar yang berasal dari para peternak anggota KPSBU Jawa Barat. Untuk itu koperasi berkewajiban untuk membayarkan susu yang dikumpulkan para peternak tersebut. Dalam hal penentuan harga susu, KPSBU Jawa Barat menggunakan hasil uji laboratorium sebagai dasar penentuan harga. Harga rata-rata di tingkat peternak adalah Rp 3.250,00 perliter sehingga hal tersebut menjadi asumsi biaya susu segar yang dipergunakan sebagai bahan baku susu sterilisasi Fresh Time. 2. Biaya bahan baku pendukung susu sterilisasi dan pasteurisasi yang terdiri dari gula, bubuk cokelat, perisa stroberi, dan karagen. Adapun formulasi dari bahan baku pendukung yang diperlukan untuk membuat satu buah susu sterilisasi dalam kemasan botol 180 ml adalah 93 persen susu segar, 6,3 persen gula, 0,65 persen bubuk cokelat untuk susu sterilisasi rasa cokelat dan perisa 95

114 stroberi untuk susu sterilisasi rasa stroberi, serta 0,05 persen karagen. Harga untuk masing-masing bahan adalah sebagai berikut : (1) Rp 8.000,00 perkilogram untuk gula; (2) Rp ,00 perkilogram untuk bubuk cokelat; (3) Rp ,00 perkilogram untuk perisa stroberi; dan (4) Rp ,00 perkilogram untuk karagen. 3. Biaya bahan baku pendukung yoghurt terdiri dari gula, bibit yoghurt, perisa melon, stroberi, moka, anggur, dan durian. Harga untuk masing-masing bahan tersebut adalah sebagai berikut : (1) Rp 8.000,00 untuk gula; (2) Rp 6,25 perliter untuk bibit yoghurt; dan (3) Rp ,00 untuk semua jenis perisa. 4. Biaya bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mengemas susu olahan, yaitu botol HDPE 180 ml, cup 180 ml, sedotan, aluminium foil, label, kardus, dan lakban. Harga satuan untuk masing-masing bahan tersebut adalah Rp 600,00 perbotol, Rp 200,00 percup, Rp 10,00 perbuah, Rp 10,00 permeter, Rp 200,00 perbuah, Rp 1.750,00 perbuah, dan Rp 30,00 persentimeter. 5. Biaya bahan bakar truk tangki susu dan mobil boks. Pada skenario III, diasumsikan bahwa lokasi pembangunan pabrik masih berada di sekitar Kecamatan Lembang atau Kabupaten Subang sehingga diperkirakan jarak antara cooling unit dengan pabrik pengolahan susu adalah sekitar 5 kilometer. 6. Biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik. Untuk setiap satu buah botol susu sterilisasi Fresh Time 180 ml, biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 183,00, untuk setiap cup yoghurt dan susu pasteurisasi dalam cup, biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik adalah Rp 150,00. Sedangkan untuk susu pasteurisasi biaya listrik, air dan bahan bakar pabrik untuk setiap liternya adalah Rp 550,00. Angka ini didapat dari hasil penelitian di pabrik pengolahan susu yang telah ada sebelumnya. 7. Listing fee, yaitu biaya yang harus dibayarkan kepada supermarket dimana produk susu sterilisasi Fresh Time dipasarkan. Listing fee ini besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah produk yang terjual, berdasarkan literatur listing fee yang harus dibayarkan adalah sekitar 40 persen dari total pendapatan penjualan produk yang terjual di supermarket tersebut. 8. Biaya tenaga kerja langsung, yaitu upah untuk pekerja pabrik yang bekerja dalam bidang produksi. Upah dibayarkan perjam dan setiap beberapa tahun 96

115 diasumsikan pabrik menambah lama produksinya untuk menghasilkan lebih banyak produk susu. Upah dari tenaga kerja langsung ini adalah Rp 4.500,00 perjam. Secara keseluruhan biaya tetap dan variabel yang dikeluarkan koperasi pada skenario III dapat dilihat pada Lampiran 33 dan Analisis Finansial pada Skenario III Berdasarkan aliran kas (cash flow) yang telah disusun berdasarkan inflow dan outflow pada bagian sebelumnya, dapat dinilai kelayakan usaha pada usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time skenario III dengan menggunakan beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PP). Hasil dari penilaian berdasarkan kriteria penilaian investasi adalah sebagai berikut : Tabel 17. Hasil Analisis Finansial Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time Skenario III Kriteria Investasi Hasil NPV - Rp IRR - 5 % Net B/C 0,6618 Payback Periode 129 tahun 5 bulan 22 hari Net Present Value (NPV) atau nilai kini manfaat bersih yang dihasilkan usaha produksi susu sterilisasi pada skenario III adalah sebesar minus Rp ,00 yang berarti lebih kecil dari 0 (NPV < 0). Hal ini memiliki makna bahwa usaha produksi susu sterilisasi pada skenario III tidak menghasilkan keuntungan atau manfaat bagi koperasi. Berdasarkan kriteria investasi NPV usaha produksi susu sterilisasi pada skenario III dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan. Kriteria investasi selanjutnya adalah Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Dari IRR dapat terlihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Berdasarkan perhitungan, IRR dari usaha produksi susu sterilisasi 97

116 pada skenario III adalah minus 5 persen, lebih kecil dibandingkan discount rate yang digunakan yaitu 11 persen. Berdasarkan kriteria investasi IRR usaha produksi susu sterilisasi pada skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C atau rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari skenario III adalah 0,6618. Karena Net B/C dari skenario III lebih kecil dari satu (Net B/C < 1) maka usaha produksi susu sterilisasi pada skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Payback periode untuk skenario ini adalah 129 tahun 5 bulan 22 hari jauh lebih lama dari umur usaha pada skenario III yaitu 15 tahun, sehingga berdasarkan kriteria investasi payback periode, skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Karena kriteria investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan finansial pada skenario III menunjukkan bahwa skenario tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, maka secara finansial disimpulkan bahwa skenario III tidak layak untuk dilaksanakan. Karena ketidaklayakan tersebut, analisis skenario III tidak dilanjutkan pada analisis switching value Analisis Perbandingan Usaha Produksi Susu Sterilisasi Fresh Time Setelah ketiga skenario dalam usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dianalisis dari aspek finansial, selanjutnya adalah melakukan perbandingan antara skenario I dan II untuk mengetahui skenario manakah yang lebih layak untuk dilakukan oleh koperasi saat ini. Skenario I dan II dapat dibandingkan karena kedua skenario menggunakan volume dan frekuensi yang sama yaitu 2 ton perhari dengan frekuensi dua kali dalam seminggu. Apakah lebih baik melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM ataukah mendirikan pabrik pengolahan susu sendiri. Tabel 18. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario I dan II Kriteria Skenario I Skenario II NPV Rp ,00 - Rp ,00 IRR 49% - Net B/C 5,61 0 Payback Periode 3 tahun 1 bulan 22 hari - 98

117 Berdasarkan tabel, diketahui bahwa skenario I layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi persyaratan kriteria investasi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Periode. Sedangkan berdasarkan kriteria investasi pula, skenario II tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak memenuhi kriteria investasi dan tidak memberikan manfaat serta keuntungan bagi koperasi bila dilaksanakan. Sehingga dari hasil analisis kedua skenario, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya saat ini koperasi lebih baik melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM dibandingkan mendirikan pabrik pengolahan susu sendiri. Setelah melakukan perbandingan antara skenario I dan II, kemudian skenario yang lebih layak untuk dilaksanakan dibandingkan dengan skenario III yaitu koperasi mendirikan pabrik pengolahan susu dan memproduksi susu sejumlah susu yang tidak dapat dipasok lagi kepada FFI sebesar 16 ton perhari. Pada Tabel 19 terlihat bahwa NPV dari skenario I lebih besar dari skenario III, artinya bahwa skenario I juga dapat memberikan manfaat bersih lebih besar dibandingkan dengan skenario III. IRR dari skenario III lebih kecil dibandingkan skenario I. Hal ini berarti bahwa skenario III dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih kecil dibandingkan dengan skenario I. Sedangkan Net B/C pada skenario I lebih besar dibandingkan skenario III, yang berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan pada skenario I akan membawa manfaat yang lebih besar dibandingkan pada skenario III. Tabel 19. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Skenario I dan III Kriteria Skenario I Skenario III NPV Rp ,00 - Rp IRR 49% - 5 % Net B/C 5,61 0,6618 Payback Periode 3 tahun 1 bulan 22 hari 129 tahun 5 bulan 22 hari Kriteria terakhir yang dibandingkan adalah payback periode. Payback periode pada skenario I lebih kecil daripada umur usaha (15 tahun) yang berarti 99

118 skenario layak untuk dilaksanakan. Sedangkan payback periode pada skenario III menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu 129 tahun 5 bulan 22 hari, jauh lebih lama dibandingkan umur usaha, untuk menutupi biaya investasi sehingga berdasarkan seluruh kriteria investasi ini, skenario III dinyatakan tidak layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan perbandingan dari kriteria investasi dari kedua skenario, dapat disimpulkan bahwa skenario yang lebih layak untuk dilaksanakan adalah skenario I yaitu melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM untuk memproduksi susu sterilisasi Fresh Time. 100

119 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis kelayakan usaha usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada tiga kondisi skenario, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari aspek-aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan, ketiga kondisi skenario layak untuk dilaksanakan. Namun untuk skenario I ada beberapa aspek yang harus diperbaiki seperti aspek manajemen dan ekonomi, karena usaha produksi susu Fresh Time pada skenario I belum memiliki manajemen sendiri dan masih bergabung dengan karyawan koperasi sehingga tidak optimal dalam mengelola susu sterilisasi Fresh Time dan juga belum menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar seperti pada skenario II atau III. 2. Berdasarkan aspek finansial, terdapat satu skenario yang layak untuk dilaksanakan yaitu skenario I (usaha produksi susu sterilisasi dengan melakukan subkontrak produksi). Sedangkan berdasarkan kriteria investasi pada aspek finansial, skenario II dan III tidak layak dilaksanakan karena tidak dapat memenuhi persyaratan pada kriteria investasi. 3. Hasil analisis switching value memperlihatkan bahwa pada skenario I, jika harga output menurun lebih dari 9 persen, harga susu segar naik lebih dari 38,86 persen dan biaya subkontrak produksi naik lebih dari 15,31 persen maka usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time pada skenario I tidak layak lagi untuk dilaksanakan. 4. Berdasarkan hasil analisis dari aspek nonfinansial dan finansial, peneliti merekomendasikan agar saat ini koperasi melakukan subkontrak produksi dengan PT ISAM karena membawa lebih banyak manfaat dibandingkan dengan mendirikan pabrik, dengan volume dan frekuensi yang digunakan adalah volume dan frekuensi produksi berdasarkan kesepakatan dengan PT ISAM. 101

120 8.2. Saran Saran yang dapat diberikan untuk usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah : 1. Dalam melakukan usaha produksi susu sterilisasi pada skenario I sebaiknya koperasi dapat mencari bahan baku pendukung, seperti gula, cokelat bubuk, perisa, karagen dan lainnya yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga bahan baku pendukung yang disediakan pabrik agar koperasi dapat meminimumkan biaya subkontrak produksi. Koperasi dapat melakukan hal ini karena merupakan kewenangan yang diberikan oleh pihak pabrik PT ISAM. 2. Dalam melaksanakan subkontrak produksi, sebaiknya koperasi berusaha agar dapat menambah volume produksi susu agar dapat meningkatkan penjualan dan keuntungan serta memanfaatkan sisa susu yang tidak dapat dipasok ke FFI. 3. Koperasi sebaiknya memperkuat hubungan kerja sama dengan PT ISAM agar didapatkan hubungan yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan. 4. Jika ingin melakukan usaha produksi susu sterilisasi Fresh Time dengan melakukan pendirian pabrik pengolahan susu sendiri, koperasi sebaiknya meningkatkan hubungan dengan pemerintah seperti Dinas Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Pada beberapa instansi pemerintah tersebut, pengolahan susu sedang menjadi sasaran pengembangan. Terutama karena sedang digalakkannya gerakan minum susu nasional di Indonesia mulai tahun 2010 ini. Dengan mengadakan kerjasama dengan beberapa instansi tersebut diharapkan koperasi dapat mendapatkan bantuan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya investasi yang terlalu besar. 102

121 DAFTAR PUSTAKA Damron, W. StepHen. Introduction to Animal Science : Global, Biological, Sosial and Industry Perspectives New Jersey : Pearson Education, Inc. Dharmmesta B, Handoko H. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan Produksi Susu Segar Perprovinsi. Jakarta: Ditjenak RI. Djatmiko, Budi. Studi Kelayakan Bisnis Bandung: Tabi Press Early, Ralph. The Technology of Dairy Products Cornwall : T. J. International Ltd. Erwin Analisis strategi pengembangan usaha Koperasi Produksi Susu (Studi Kasus Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger, J. Price Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta: UI Press Hafsah, Nurul Ismalia Optimalisasi produksi kain sutera alam pada Koperasi Warga Sejahtera Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Ibrahim, Yacob Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta Hendar, Kusnadi Ekonomi Koperasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI Husnan S, Muhammad S Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Kadariah, Lien, K., C. Gray Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI Kasmir, Jakfar Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Kotler, PHilip Manajemen Pemasaran. New Jersey: A Simon and Schuster Company. KPSBU. Laporan Tahunan Ke-37 Tahun Bandung Musarofah, Siti M Analisis kelayakan usaha pengolahan nugget ikan (kasus pada pengolahan nugget ikan Putra Barokah, Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor Oktafiyani, Roch Ika Analisis kelayakan usaha pembuatan kerupuk tambak kulit sapid an kulit kerbau (studi kasus : usaha pembuatan kerupuk rambak 103

122 di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Priyanti A. dan Saptati R.A Dampak Harga Susu Dunia terhadap Harga Susu Dalam Negeri di Tingkat Peternak : Kasus Koperasi Peternak Bandung Utara di Jawa Barat. [laporan penelitian]. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Rivai, Arief Analisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong (fattening) pada PT Zagrotech Dafa International (ZDI) Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saleh, Eniza Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Sofyan, Iban Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu Sutojo, Siswanto Studi Kelayakan Proyek. Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka Umar, Husein Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Yusda Y, Ilham N Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat. Analisis Kebijakan Pertanian volume 4 nomor 1 (Maret):

123 LAMPIRAN Lampiran 1. Produksi Susu Segar Perprovinsi (Ton) Sumber : Dirjen Ternak (2010) 105

124 Lampiran 2. Produksi Susu Segar di Jawa Barat tahun 2009 Kabupaten/ kota Produksi Susu Sapi Perah Kabupaten Liter Kg 1 B o g o r Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Kota 18 Bogor Sukabumi Bandung Cirebon Bekasi Depok Cimahi Tasikmalaya Banjar Jawa Barat Sumber : Dinas Peternakan Jawa Barat (2010) 106

125 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian KUESIONER GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN ASPEK KELAYAKAN USAHA PRODUKSI SUSU PASTEURISASI FRESH TIME KPSBU JAWA BARAT A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan 2. Lokasi Perusahaan 3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 4. Aktivitas perusahaan B. Aspek Kelayakan Usaha Produksi Susu Pasteurisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat No. Kriteria Aspek Kelayakan Uraian 1 Aspek Pasar : Bentuk Pasar Pasar Potensial Pangsa Pasar 107

126 Segmentasi, Target, Posisi di Pasar Permintaan dan Penawaran Harga : - Susu sterilisasi rasa cokelat - Susu sterilisasi rasa stroberi - Susu sterilisasi rasa vanilla - Susu sterilisasi rasa. Biaya Produksi : - Komposisi bahan baku - Harga bahan baku - Ongkos produksi - Harga jual Strategi Perusahaan/Promosi Distribusi Produk Pesaing/Situasi Persaingan di Lingkungan Industri Rencana/Proyeksi Penjualan 2 Aspek Teknis : Lokasi Proyek Fasilitas Transportasi Bahan Baku dan Bahan Penolong yang Digunakan Ketersediaan Bahan Baku Tenaga Listrik Tenaga Air Supply Tenaga Kerja Jadwal Kerja Proses Produksi Pemilihan Teknologi Perencanaan Letak Pabrik (terkait dengan ketersediaan bahan baku/bahan mentah. 108

127 Fasilitas transportasi, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, pasokan tenaga kerja) Perencanaan Tataletak (layout) Perencanaan Kapasitas dan Jumlah Produksi Pengawasan Kualitas Produk - Pengawasan kualitas bahan baku - Pengawasan proses produksi : a. Pengawasan mesin b. Pengawasan karyawan c. Pengawasan hasil produksi 3 Aspek Manajemen : Pembangunan Proyek - Kapan proyek dimulai - Perkiraan waktu proyek selesai - Siapa yang melakukannya - Pengawasan Implementasi Bisnis - Struktur Organisasi a. Kegiatan operasional b. Kegiatan produksi - Deskripsi pekerjaan - Syarat-syarat yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut - Sistem pembagian kerja - Sistem kompensasi 4 Aspek Hukum : Bentuk Badan Usaha Perizinan Kegiatan Praoperasional 5 Aspek Sosial dan Lingkungan : 109

128 Penciptaan Lapangan Pekerjaan Perubahan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Kehidupan Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Dampak Usaha terhadap Lingkungan 6 Aspek Finansial : Kebutuhan Dana dan Sumber Modal Harga Tanah / Sewa Tanah untuk Pabrik Biaya Peralatan Biaya Perlengkapan Biaya Tenaga Kerja C. Biaya Investasi Usaha Produksi Susu Pasteurisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat No. Uraian Umur Ekonomis Jumlah Harga/Unit (Rp) Total (Rp) 1 Biaya Pendirian Pabrik 2 Biaya Pembelian Mesin Produksi 3 Biaya Pembelian Alat Transportasi 4 Biaya Pembelian Perlengkapan 5 Biaya Pembelian Peralatan 6 Total Biaya 110

129 D. Biaya Tetap Usaha Produksi Susu Pasteurisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat No. Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan (Rp) Total (Rp) 1 Gaji Karyawan 2 Komunikasi 3 Listrik 4 Air 5.. Total Biaya E. Biaya Variabel Usaha Produksi Susu Pasteurisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat No Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan Total. (Rp) (Rp) 1 Biaya Bahan Baku Susu Pateurisasi Rasa Cokelat 2 Biaya Bahan Baku Susu Pateurisasi Rasa Stroberi 3 Biaya Bahan Baku Susu Pateurisasi Rasa Vanila 4 Biaya Bahan Baku Susu Pateurisasi Rasa.. 5 Biaya Sewa Produksi perperiode Waktu (Skenario 2) 6.. Total Biaya 111

130 F. Nilai Penyusutan Barang pada Usaha Produksi Susu Pasteurisasi Fresh Time KPSBU Jawa Barat No. Uraian Nilai Beli (Rp) Nilai Sisa (Rp) Umur Ekonomis Total Penyusutan (Rp) 1 Pabrik 2 Mesin Produksi 3 Alat Transportasi 4 Peralatan 5 Perlengkapan 6 Instalasi Air 7 Instalasi Listrik 8 Instalasi Telepon 9.. Total Biaya 112

131 Lampiran 4. Struktur Organisasi dan Manajemen Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Periode Rapat Anggota Tahunan (RAT) Pengurus Pengawas Manajer (Agus Rahmat Indrajaya, SE) Lab. QC Makter Audit Internal Kabag Personalia & Kesekretariatan (Darojat) Kabag Waserda (Agus Mulyana) Kabag Makanan Ternak (Kurnia Hidayat) Kabag Pelayanan Keuangan (Ai Hayati) Kabag Adminkeu (Komar Arif) Kabag Pembibitan (Yana Sudaryana) Kabag IB / Keswan Drh. Tulus Mugiyono Kabag Pengolahan Susu (Jajang Samsah) Kabag Kelembagaan & Penyuluhan (Sukmana) Kabag Produksi Susu (Budhi Wicaksono) Kabag Pengembanga Puspa Mekar (Sumira Fardiansyah) Kabag Pengembangan Ciater (Maman Somantri) 113

132 Lampiran 5. Diagram Alir Proses Produksi Susu Sterilisasi Buffer Tank Balance Tank Plate Heat Exchanger Cream Separator Homogenizer Plate Heat Exchanger Holding Section Balance Tank Chilled Water Plant Susu Pasteurisasi Pencampuran bahan baku pendukung (gula pasir, perisa makanan dan penyeimbang makanan) Pendinginan susu, 2 C Dikemas ke dalam botol HDPE bervolume 180 ml Proses sterilisasi di dalam mesin steril botol (autoclave) 125 C, 10 menit Pelabelan Pengemasan ke dalam kardus 114

133 Lampiran 6. Usulan Struktur Organisasi pada Pabrik Pengolahan Susu (Skenario II dan III) 115

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya menghasilkan satu atau lebih komoditi. Salah satu contoh koperasi primer yang memproduksi komoditi pertanian adalah koperasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Sterilisasi Salah satu jenis olahan susu yang dapat dijumpai di pasaran Indonesia adalah susu sterilisasi. Susu sterilisasi adalah salah satu contoh hasil pengolahan susu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR SKRIPSI OOM ROHMAWATI H34076115 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H

SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN KERUPUK RAMBAK KULIT SAPI DAN KULIT KERBAU (Studi Kasus: Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah) SKRIPSI ROCH IKA OKTAFIYANI

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A

ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI. Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A ANALISIS BIAYA DAN PROFITABILITAS PRODUKSI ROTI PADA BELLA BAKERY DI PONDOK GEDE, BEKASI Oleh : TANTRI DEWI PUTRIYANA A14104105 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Koperasi Dalam Perkembangan Agribisnis Persusuan Koperasi memiliki peran penting bagi perkembangan agribisnis persusuan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA

POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA POTENSI PASAR BANK YANG BERBASIS AGRIBISNIS BAGI PENGEMBANGAN PT. BANK BUKOPIN, TBK CABANG KARAWANG DI WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA SKRIPSI EMMY WARDHANI A14102528 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PISANG AMBON MELALUI PROGRAM PRIMATANI (Kasus: Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) SKRIPSI TEGUH PURWADI H34050065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kababupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) Oleh : IRWAN PURMONO A14303081 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A 1 ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A14104104 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN Oleh: RONA PUTRIA A 14104687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis yang sangat mendukung, usaha peternakan di Indonesia dapat berkembang pesat. Usaha

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya yang ada di Indonesia, Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN BANDENG ISI Pada BANISI di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Oleh: MOCHAMAD EVAN SETYA MAULANA A14104128 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus : Reaktor Skala 7 m 3, KUD Giri Tani, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI ADE

Lebih terperinci

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN

PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN INDONESIA: KONDISI, PERMASALAHAN DAN ARAH KEBIJAKAN Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN HARGA SUSU DI KOPERASI DENGAN STRUKTUR BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH Studi Kasus Peternak Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Cipanas Kabupaten Cianjur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Hal yang melatarbelakangi pembentukan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah adanya permasalahan

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Oleh : Nandana Duta Widagdho A14104132 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat

DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI TINGKAT PETERNAK : Kasus Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara di Jawa Barat Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 DAMPAK HARGA SUSU DUNIA TERHADAP HARGA SUSU DALAM NEGERI

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H

ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H ANALISIS TATANIAGA TELUR AYAM KAMPUNG (Studi Kasus: Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI BETTY SAFITRI H34076035 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI SELLY RIESTI H

SKRIPSI SELLY RIESTI H ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS PADA KONDISI RISIKO (Studi Kasus: Instalasi Biogas Skala 5 M 3, Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP SKRIPSI MOHAMMAD REZA H34051684 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 ANALISIS STRATEGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI PEMASARAN SUSU KAMBING CV LAKTA TRIDIA CIWIDEY, JAWA BARAT

ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI PEMASARAN SUSU KAMBING CV LAKTA TRIDIA CIWIDEY, JAWA BARAT ANALISIS DAYA SAING DAN STRATEGI PEMASARAN SUSU KAMBING CV LAKTA TRIDIA CIWIDEY, JAWA BARAT Oleh : RAYI ANGGORORATRI A14104097 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SUSU SEGAR (Studi Kasus Usaha Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI ARIEF AMIN SINAGA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H24077027 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA EMPAT PERUSAHAAN NATA DE COCO DI KECAMATAN CIANJUR, KABUPATEN CIANJUR SKRIPSI ITA FUSFITAWATI H34053987 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR

ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR ANALISIS KEPUASAN, LOYALITAS, DAN PREFERENSI KONSUMEN MARTABAK AIR MANCUR BOGOR SKRIPSI GRACE MAHARANI H34053276 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT AGUSTIN

ANALISIS KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT AGUSTIN ANALISIS KEBIJAKAN DEPARTEMEN PERTANIAN DALAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU SAPI DI INDONESIA SKRIPSI PIPIT AGUSTIN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Daya Saing Analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif digunakan untuk mempelajari kelayakan dan prospek serta kemampuan komoditi susu sapi lokal dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN SAPI PERAH DAN PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS DAN PUPUK KOMPOS (Studi Kasus: UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan, IPB) SKRIPSI YOSI KUMALA SANTI SIREGAR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KUD (KOPERASI UNIT DESA) GIRI TANI (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI DE AULIA RAMADHAN H34066030 PROGRAM PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan

I. PENDAHULUAN. Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman. yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar bebas bukan saja merupakan peluang namun juga ancaman yang harus dihadapi oleh industri yang berkeinginan untuk terus maju dan berkembang. Pasar senantiasa merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H

ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT. Okwan Himpuni H ANALISIS KINERJA KOPERASI UNIT DESA (KUD) SUMBER ALAM KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT Okwan Himpuni H 34066099 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ASPEK NONFINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Potensi Pasar

ASPEK NONFINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Potensi Pasar VI ASPEK NONFINANSIAL Pada penelitian ini, kelayakan usaha diteliti dari dua aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial yang dibahas pada bagian ini adalah aspek pasar, aspek

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 1 ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A 14105576 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN VACUUM FRYING UNTUK USAHA KECIL PENGOLAHAN KACANG ( STUDI KASUS DI PD. BAROKAH CIKIJING MAJALENGKA JAWA BARAT) Oleh: FARIDA WIDIYANTHI A14104549 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci