BAB I PENDAHULUAN. Istilah instalasi muncul sebagai pergeseran dari istilah. tersebut dipakai secara bergantian untuk menjelaskan karya yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Istilah instalasi muncul sebagai pergeseran dari istilah. tersebut dipakai secara bergantian untuk menjelaskan karya yang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah instalasi muncul sebagai pergeseran dari istilah pameran pada pertengahan tahun 1970-an. 1 Kedua istilah tersebut dipakai secara bergantian untuk menjelaskan karya yang dipasang di ruang pameran. 2 Sejak itu, istilah instalasi berkembang untuk menyebut jenis seni tertentu. Seni instalasi mengacu pada karya yang menciptakan suatu kondisi kehadiran bagi penonton untuk memasuki, mengitari, dan secara langsung merasakan objek. 3 Partisipasi penonton menjadi kunci utama dalam karya instalasi. Situasi yang dihadirkan oleh karya instalasi diciptakan untuk memberi pengalaman aktif kepada penonton. Seni instalasi kemungkinan merupakan salah satu karya seni rupa yang paling kuat dalam mengaktifkan partisipasi penonton. Batasan antara penonton dan karya, penonton dan ruang, serta ruang dan karya dapat dipatahkan oleh seni instalasi. Sebelum istilah seni instalasi muncul, istilah environment (lingkungan) digunakan Allan Kaprow untuk menggambarkan 1 Julie H. Reiss, From Margin to Center: The Spaces of Installation Art, (New York: Massachusetts Institute of Technology, 1999), xi. 2 Reiss, 1999, xi. 3 Claire Bishop, Installation Art, (London: Tate Publishing, 2005), 6. 1

2 karyanya sejak Salah satu karya Kaprow yang berjudul Words (1962), membicarakan bahwa kepasifan adalah hal yang negatif. 5 Karya tersebut membebaskan penonton untuk memasuki instalasi ruang dan berpartisipasi aktif dalam melengkapi karyanya. Gambar 1. Words (1962) karya Allan Kaprow (Sumber: Seniman lain yang juga produktif membuat karya seni instalasi adalah Heri Dono. Dono merupakan salah satu seniman kontemporer Indonesia angkatan awal 80-an yang memiliki reputasi internasional. Dono lahir pada 12 juni 1960 di Jakarta. Dono masuk Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia pada 1980 sampai Eksplorasi medium telah dimulai Dono sejak Saat itu Dono membuat karya Aquarium Art (1984) dan Mubeng Art 4 Reiss, 1999, ix. 5 Reiss, 1999, 15. 2

3 (1986) yang menggabungkan elemen visual, audio, dan kinetik. Karya seni instalasi Dono berkembang dan semakin interaktif dengan penonton. Fermentation of Mind (1992) menjadi salah satu karyanya yang mengandalkan partisipasi penonton untuk menghidupkan karya. Gambar 2. Fermentation of Mind karya Heri Dono (Foto: dokumentasi Agni Saraswati, 2015) 3

4 Gambar 3. Sketsa rancangan karya Fermentation of Mind (Foto: dokumentasi Agni Saraswati, 2015) Proses kreatif Dono didahului dengan pembuatan rancangan karya. Hal ini juga dilakukan Dono saat pembuatan karya Fermentation of Mind. Sketsa tersebut diwujudkan Dono menjadi sebuah instalasi yang mampu merespon ruang. Pada karya tersebut, Dono melibatkan penonton untuk menghidupkan karya dengan cara menekan tombol tertentu. Penonton akan mendengar suara orang bergumam seperti sedang menghapal sesuatu. Kepala-kepala manusia akan begerak mengangguk-angguk secara acak. Berdasarkan pengamatan tersebut, terlihat adanya 4

5 pertimbangan tertentu dalam pemilihan medium, proses manipulasi medium, dan cara presentasi karya. Menurut David Davies dalam Art as Performance, karya seni merupakan sebuah pertunjukan yang mencakup proses penyampaian isi karya melalui manipulasi medium. 6 Proses tersebut juga dilakukan Dono dalam berproses kreatif. Dono memilih medium yang familiar dengan penonton, yaitu bangku kayu bekas yang kemudian direspon dan ditambahi figur baru sebagai pelengkap. Dono tidak hanya membuat tiruan ruang kelas, tetapi juga menciptakan adegan proses belajar. Efek suara yang beriringan dengan anggukan kepala diciptakan untuk membangun efek ilusi dan imajinasi bagi penonton. Hasil pengamatan tersebut mengindikasikan adanya kesadaran Heri Dono dalam mempresentasikan karya instalasi sebagai sebuah pertunjukan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui latar belakang Heri Dono dalam membuat karya seni instalasi sebagai sebuah pertunjukan. Berdasarkan penjelasan tersebut, latar belakang pemilihan subjek penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Heri Dono sebagai salah satu seniman yang produktif berkarya seni instalasi, dan (2) adanya kesadaran Heri Dono dalam mempresentasikan karya seni instalasi menjadi sebuah pertunjukan yang interaktif. 6 David Davies, Art as Performances, (London: Blackwell Publishing, 2004),

6 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Heri Dono membangun konsep karya seni instalasinya? 2. Mengapa Heri Dono mempresentasikan karya seni instalasi sebagai sebuah pertunjukan? 3. Mengapa Heri Dono memamerkan ulang karya seni instalasi Fermentation of Nose? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui proses kreatif Heri Dono dalam berkarya 2. Untuk mengetahui strategi Heri Dono dalam mempresentasikan karya seni instalasi sebagai sebuah pertunjukan 3. Untuk mengetahui perbedaan konteks saat karya berpindah ruang pamer D. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui strategi berkesenian Heri Dono dalam mempresentasikan karya seni instalasi 2. Mengetahui aspek pertunjukan dalam karya seni instalasi 3. Menjadi referensi dan bahan informasi untuk penelitian berikutnya yang sejenis 6

7 E. Tinjauan Pustaka Artikel berjudul Surealisme, Eksperimentalisme, dan Spiritualisme Heri Dono (1993) yang ditulis Dwi Marianto menjelaskan tentang gagasan animasi dan animisme dalam karya Heri Dono. Menurut Dono, Animisme merupakan konsep bahwa semua benda memiliki jiwa dan perasaan. Konsep tersebut tergambar dari objek visual berupa deformasi kartun yang terinspirasi dari film animasi. Dono mempertemukan konsep animasi kartun dengan mistisisme wayang. Wayang dan kartun memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama mengeksplorasi animasi dengan bentuk fantasi yang dihidupkan. Konsep tersebut melatarbelakangi penciptaan karya-karya Dono. Konsep tersebut tergambar pada objek visual karyanya yang berupa deformasi kartun yang flat (datar) dan fiktif, yang terinspirasi dari film animasi. Pada karya seni instalasi, konsep animisme tertuang pada unsur gerak dan suara yang membuat karya menjadi seolaholah hidup. Konsep tersebut ditulis kembali oleh Jim Supangkat dalam Upside-down Mind: The Art of Heri Dono (2003). Tulisan tersebut membicarakan tentang konsep animasi, animisme, dan eksplorasi medium dalam karya Heri Dono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi Dono, seni seharusnya seperti dunia kartun. Dunia kartun menarik karena sifatnya yang tidak masuk akal. Semua 7

8 objek hidup dan memiliki jiwa serta perasaan. Konsep tersebut dijadikan landasan berpikir Dono. Tujuan utama seni adalah untuk menjelajahi dunia yang tidak masuk akal dalam pikiran manusia. Bagi Dono, seseorang harus melihat realita dari pikiran terjungkir balik untuk menemukan sebuah kebenaran. 7 Konsep animasi kartun digambarkan dalam visual karya Dono. Konsep animisme terlihat dari penggunaan teknologi untuk membuat karya menjadi begerak dan bersuara seperti makhluk hidup. Eksplorasi medium ditandai saat Dono belajar Wayang kepada Dalang Sukasman pada Dono mulai merasakan adanya kebutuhan untuk mengeksplorasi kepekaan dalam musik dan teater, seperti pada seni visual. Sejak saat itulah Dono mulai membuat seni instalasi dan melakukan performance art. Heri Dono: Installation, Technology, Presence, and Absence (2004) yang ditulis Ian Campbell mengamati adanya karakteristik instalasi Dono yaitu penggunaan teknologi, ready-made (benda temuan), dan konsep animisme. Teknologi merupakan cara Dono mengatasi kebutuhan komunikasi antara seniman dan penonton. Teknologi memungkinkan instalasinya dapat bergerak, mengepak, dan seolah-olah hidup. Hal tersebut sesuai dengan konsep animisme dalam karyanya. Namun teknologi yang dipakai tetap 7 Jim Supangkat, Upside-down Mind: The Art of Heri Dono, dalam katalog Upside-down Mind, ditulis oleh Jim Supangkat, (Washington DC: CP Artspace), 2003, 30. 8

9 membutuhkan kehadiran penonton untuk menghidupkan instalasinya melalui cara menekan tombol tertentu. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penentangan terhadap teknologi canggih yang anti-humanist (anti humanis) yang dapat hadir tanpa campur tangan manusia sama sekali. 8 Reading The Personal Aesthetic Codes of Heri Dono (2014) yang dimuat dalam buku The World and I: Heri Dono s Art Odyssey, merupakan penelitian Irma Damajanti tentang topik kreativitas dalam konteks budaya dengan studi kasus karya Heri Dono. Damajanti meneliti karya Heri Dono dari perspektif semiotika. Damajanti merumuskan analisisnya ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) Sumur gagasan yang tak pernah kering, (2) Pengembara estetik di dunia tanda, dan (3) Membaca kode-kode estetik personal Heri Dono, yang bertujuan untuk menjelaskan sejumlah tanda-tanda dan kode estetik dalam karya Heri Dono, serta pesan kultural yang digambarkan secara implisit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa idiolect (kode personal) estetik karya Heri Dono antara lain tidak adanya perspektif, bidang gambar yang terkesan datar, dan tidak adanya dimensi ruang serta perbedaan jelas antara latar belakang dengan latar depan. Karyanya menggambarkan adanya horror vacui (ketakutan 8 diakses pada tanggal 12 Desember 2014 pukul

10 pada bidang kosong). 9 Karyanya figuratif dengan berfokus pada mata dan mulut. 10 Nuansa maskulin terlihat dari banyaknya figur laki-laki sebagai sebagai tokoh utama. 11 Maskulinitas juga terlihat dari penggunaan tanda yang khas seperti alat genital, sepatu boots, dan perlengkapan militer. 12 Elly Kent dalam The World and I: The Aesthetics of Collision and Failure; Heri Dono s Participation Art Projects (2014) membingkai diskusi mengenai praktik partisipatif Heri Dono. Terdapat tiga pokok gagasan yang diteliti, yaitu perihal kegagalan, tabrakan, dan sebuah ruang ketiga yang tidak ditentukan 13. Kent memfokuskan pada praktik berkesenian Heri Dono berdasarkan konsep ruang ketiga Homi K.Babha. 14 Kegagalan dalam praktik kreatif Heri Dono merupakan suatu usaha untuk mencapai perubahan dan perkembangan dalam berkarya. Konsep tersebut berkaitan dengan berbagai program residensi yang memungkinkan Dono bekerja sama dengan orang lain dari latar belakang, profesi, dan usia yang berbeda. Dono membuat karya instalasi dan performance art dengan menitikberatkan pada partisipasi 9 Irma Damajanti, Reading The Personal Aesthetic Codes of Heri Dono dalam The World and I: Heri Dono s Art Odyssey, diedit oleh Jim Supangkat, (Jakarta: Mondekorindo Seni International, 2014), Damajanti, 2014, Damajanti, 2014, Damajanti, 2014, Elly Kent, The World and I: The Aesthetics of Collision and Failure; Heri Dono s Participation Art Projects dalam The World and I: Heri Dono s Art Odyssey, diedit oleh Jim Supangkat, (Jakarta: Mondekorindo Seni International, 2014), Kent, 2014,

11 interaktif, kreativitas, dan ekspresi daripada estetis semata. Kegagalan, kesalahan, dan improvisasi menjadi poin penting estetika seni Heri Dono. Hasil penelitian tersebut dijadikan sumber referensi terkait persoalan konsep karya, pemikiran, dan penafsiran karya Heri Dono dari perspektif yang berbeda. Penelitian Ian Campbell berjudul Heri Dono: Installation, Technology, Presence, and Absence merupakan referensi yang paling mendekati objek penelitian penulis. Campbell berbicara tentang teknologi, kehadiran, dan ketiadaan dalam seni instalasi Heri Dono. Penelitian tersebut membahas beberapa seni instalasi Dono sejak tahun 1994 sampai Hasil penelitian tersebut dipakai sebagai petunjuk bahwa penelitian mengenai konsep presentasi seni instalasi Heri Dono sebagai pertunjukan belum diteliti secara mendalam. Hal tersebut didukung karena: (1) Objek penelitian merupakan karya yang dibuat untuk pameran Artjog 8 dan Base Red, (2) Penelitian dilakukan sejak proses berkarya sampai pada penyajian karya di ruang pamer, dan (3) Penelitian dilakukan untuk meneliti jenis pengalaman yang dialami penonton terhadap karya instalasi Heri Dono. 11

12 F. Landasan Teori 1. Seni sebagai Pertunjukan Berdasarkan teori seni pertunjukan, David Davies mendefinisikan karya seni sebagai sebuah pertunjukan. Seni sebagai pertunjukan dimaksudkan sebagai cara yang dipakai seniman untuk menyampaikan isi karya kepada penonton, melalui serangkaian manipulasi medium tertentu. 15 Denis Dutton dalam Artistic Crimes (1979) menjelaskan bahwa karya seni sebagai pertunjukan menunjukkan kembali cara seniman menyelesaikan masalah, menangani hambatan, dan mengolah bahan yang tersedia. 16 Karya seni bukan hanya dilihat sebagai produk akhir, melainkan suatu pertunjukan. Sebuah pertunjukan membutuhkan kehadiran penonton untuk menjadi bagian di dalamnya. Tanpa adanya penonton, pertunjukan tidak bisa berjalan. Hal tersebut juga diuraikan R.G Collingwood, yaitu the audience is a partner. Performers know that their audience isn t passively receptive of what they give it, but is determining by its reception of them how their performance is to be carried on. It is performed not only by the artist, but partly by all the other artist of whom we speak as influencing him, by executants who collaborate with him to produce the finished work and audience to whom he speaks. 17 ( penonton adalah rekan. Pemain mengetahui bahwa penontonnya tidak menerima apa yang diberikan kepadanya 15 Davies, 2004, Denis Dutton, Artistic Crimes dalam Art as Performance, ditulis oleh Davies, (Blackwell Publishing, 2004), R.G Collingwood, The Principles of Art, (Amerika: Oxford University Press, 1938),

13 secara pasif, tetapi mereka menentukan jalannya pertunjukan. Itu dipertunjukkan bukan hanya oleh seniman, tetapi sebagian oleh seniman lain yang mempengaruhinya, pelaku yang berkolaborasi dengannya untuk menyelesaikan karya, dan penonton yang diajaknya bicara.) Davies menyetujui pandangan Collingwood bahwa sebuah pertunjukan membutuhkan kehadiran penonton. Collingwood bahkan menjelaskan bahwa karya tidak hanya dipertunjukkan oleh seniman, melainkan juga pihak lain yang mempengaruhi proses kreatifnya. Pihak lain tersebut antara lain kolaborator yang ikut membuat karya dan penonton sebagai mitra. Semuanya merupakan pemain dalam menjalankan sebuah pertunjukan. Davies menjelaskan pentingnya kehadiran penonton sebagai pihak yang memberikan apresiasi terhadap sebuah pertunjukan. Davies lebih jauh menjelaskan bahwa semua karya merupakan sebuah pertunjukan, yang sama-sama membutuhkan apresiasi penonton. According to the performance theory, an artwork, in any of the arts, is performance that specifies a focus of appreciation in the focus of appreciation, not merely an articulated artistic statement (content) but also the manner in which that statement is articulated in a medium. 18 (Berdasarkan teori pertunjukan, sebuah karya seni, dalam seni apapun, adalah sebuah pertunjukan yang menentukan fokus perhatian di dalam fokus perhatian, bukan hanya pernyataan artistik yang disampaikan tetapi juga cara penyampaian pernyataan tersebut dalam sebuah medium.) 18 Davies, 2004,

14 Bagi Davies, semua bentuk karya seni merupakan sebuah pertunjukan. Hal tersebut tentu terjadi ketika karya seni ditampilkan dalam sebuah pameran, pementasan, dan pergelaran. Davies menjelaskan bahwa fokus apresiasi penonton bukan hanya terletak pada isi karya seni, melainkan cara penyampaian isi karya kepada penonton. Tingkat apresiasi tersebut didasarkan pada dua hal, yaitu kualitas pertunjukan yang dilihat dari ketrampilan dan sensitivitas seniman serta kualitas karya yang dilihat dari kreativitas dan imajinasi seniman. 19 Kualitas tersebut dapat dilihat melalui pemilihan medium yang dipakai seniman, isi karya, dan cara penyampaian isi karya kepada penonton. Davies menjelaskan bahwa Physical medium consists of pigments applied to surface while the artistic medium is a purposeful system of brustrokes. 20 Artistic statement as a content articulated through such a medium. 21 (Medium fisik terdiri atas zat warna yang diterapkan di atas permukaan sementara medium artistik adalah sistem goresan yang memiliki tujuan khusus. Pernyataan artistik sebagai isi yang disampaikan melalui medium.) Pengertian tersebut menjelaskan aspek penting dalam sebuah karya seni. Pemilihan medium yang tepat dapat membantu penonton untuk memahami karya. Seniman perlu mengantisipasi dan memperhatikan beberapa hal dalam memilih medium yang 19 Davies, 2004, Davies, 2004, Davies, 2004,

15 tepat untuk karyanya. Pemakaian medium sehari-hari yang familiar dengan masyarakat, merupakan salah satu pilihan bagi seniman. Medium fisik merupakan aspek material yang digunakan dalam berkarya, seperti cat, arang, kayu, dan kertas. Medium artistik mencakup cara penyampaian isi karya melalui manipulasi medium. Davies memberi contoh adanya manipulasi melalui penggabungan material arang, besi, kopi, kacang, karung dengan tanaman serta hewan hidup pada karya Jannis Kounellis. Tema karya menggambarkan hubungan antara budaya dan alam. Kounellis mengarah pada persoalan penggunaan material yang melewati satu dunia ke dunia yang lain. 22 Isi atau makna karya mencakup pernyataan artistik yang disampaikan oleh seniman. Keseluruhan aspek tersebut menjadi ukuran bagi penonton dalam mengapresiasi karya seni. 2. Seni Instalasi Claire Bishop menjelaskan seni instalasi dengan berpijak pada gagasan Julie Reiss dalam buku From Margin to Center: The Spaces of Installation Art (1999). Reiss menggarisbawahi karakteristik seni instalasi yang tidak lepas dari partisipasi penonton, yaitu Spectator participation is so integral to installation art that without having the experience of being the piece, analysis of installation art is difficult Davies, 2004, Reiss, 1999, xiv. 15

16 (Partisipasi penonton merupakan suatu keutuhan terhadap seni instalasi sehingga tanpa adanya pengalaman menjadi bagian di dalamnya, analisis seni instalasi akan menjadi sulit.) Reiss menekankan bahwa tanpa adanya pastisipasi penonton, karya seni tidak dapat disebut sebagai karya seni instalasi. Aspek partisipasi merupakan poin yang membedakannya dengan jenis seni konvensional. Gagasan Reiss tersebut mengarahkan Bishop untuk mendefinisikan seni instalasi, yaitu Installation art is a term that loosely refers to the type of art into which the viewer physically enters, and which is often described as theatrical, immersive, or experiential. Installation art addresses the viewer directly as a literal presence in the space. It presupposes an embodied viewer whose senses of touch, smell, and sound are heightened as their sense of vision. This insistence on the literal presence of the viewer is arguably the key characteristic of installation art. 24 (Seni instalasi merupakan istilah yang mengacu pada jenis seni di mana penonton secara fisik dapat memasuki, dan seringkali digambarkan sebagai teatrikal, mendalam, dan bersifat pengalaman. Seni instalasi mengarahkan penonton secara langsung sebagai bentuk kehadiran di sebuah ruang. Seni instalasi mengandaikan perwujudan penonton yang indera peraba, pembau, dan pendengarannya dibangkitkan agar sekuat indera penglihatan. Desakan mengenai kehadiran penonton mungkin merupakan karakteristik utama dari seni instalasi.) Bishop memberi pemahaman bahwa karakteristik seni instalasi berada pada kehadiran penonton. Seni instalasi memungkinkan penonton untuk memasukinya secara fisik dan 24 Bishop, 2005, 6. 16

17 mengalaminya. Seni instalasi sering digambarkan seperti drama yang dibuat untuk memberikan kesan mendalam dan pengalaman langsung pada penonton. Pengalaman tersebut dirasakan seolaholah seperti nyata. Hal tersebut disebabkan seni instalasi bermain untuk membangkitkan sensitivitas indera penciuman, peraba, dan pendengaran agar sekuat indera penglihatan. Seni instalasi memfokuskan pada aspek pengalaman penonton, bukan pada tema atau material yang digunakan seniman. 25 Bishop menjelaskan kategori seni instalasi berdasarkan jenis pengalaman yang dibangun bagi penonton, yaitu heightened perception (persepsi yang dibangkitkan) dan the dream scene (adegan mimpi), sebagai berikut: a. Jenis pengalaman heightened perception merupakan bangkitnya persepsi penonton karena adanya pengalaman tubuh terhadap karya. Penonton menjadi bagian yang ikut menghasilkan sesuatu di dalamnya. Makna karya bukan pada objek melainkan partisipasi penonton dalam melengkapi karya. Persepsi bukan hanya tentang penglihatan, tetapi mencakup keseluruhan tubuh. Persepsi dipahami sebagai sesuatu yang bisa berubah, bukan hanya penglihatan secara sadar terhadap dunia tetapi mencakup keseluruhan tubuh, 25 Bishop, 2005, 8. 17

18 inderawi, dan sistem saraf. 26 Persepsi terkadang terlihat tidak ada, karena terjadi di luar kesadaran. Hal tersebut disebabkan karena persepsi dibentuk oleh pengalaman dan ingatan seseorang. b. Jenis pengalaman the dream scene merupakan jenis pengalaman yang membangun kesan mendalam bagi penonton. Gagasan instalasi total menawarkan pengalaman melihat yang khusus. Penonton tidak hanya dikelilingi ruang tiga dimensi secara fisik, tetapi juga tenggelam secara psikologis di dalamnya. Efek instalasi total dirasakan seperti ketika melihat film, membaca buku, dan bermimpi. 27 Hal tersebut membedakannya dengan jenis pengalaman heightened perception. Pada the dream scene, kesan mendalam didapat dari adanya narasi yang disuguhkan oleh seniman melalui setting tempat dan suasana. Pada heightened perception, narasi bukan merupakan aspek utama. Setting tempat, waktu, dan adegan juga bukanlah aspek yang mendasar pada heightened perception. Secara umum, terdapat hal lain dalam seni instalasi yang membedakannya dengan bentuk seni lain, yaitu posisi audiens dalam menikmati karya. Karya seni instalasi membuka peluang 26 Bishop, 2005, Bishop, 2005,

19 bagi penonton untuk memasuki, mengitari, atau melihat dalam posisi tertentu seperti mendongak dan menunduk. Cahaya dan ruang menjadi elemen yang turut membangun persepsi penonton mengenai karya. Gelap terangnya cahaya dan besar kecilnya ruangan berpengaruh dalam menciptakan efek dramatis karya. G. Metode Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Subjek penelitian adalah Heri Dono. Objek formal dalam penelitian adalah konsep presentasi seni instalasi. Objek material adalah karya S.O.S Rescue Me (2015) pada pameran Base Red dan Fermentation of Nose ( ) pada pameran Artjog 8. Batasan tempat berada di Studio Kalahan, Red Base Foundation dan Taman Budaya Yogyakarta. Alasan pemilihan objek tersebut yaitu: a. Karya seni instalasi mampu mewakili konsep seni sebagai pertunjukan. b. Karya seni instalasi pada pameran Artjog 2015 dan Base Red dipilih karena adanya kemungkinan riset yang dapat dilakukan sejak proses kreatif sampai pada presentasi karya di ruang pamer. 19

20 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Observasi Peneliti melakukan pengamatan dan pendokumentasian langsung terhadap proses kreatif Heri Dono serta saat pameran berlangsung. Observasi dilakukan untuk memperoleh data akurat terkait objek penelitian. b. Studi Pustaka Peneliti mempelajari dan mencatat data dari berbagai sumber seperti catatan pribadi seniman, tulisan kuratorial pameran yang telah diikuti seniman, artikel surat kabar, dan foto karya. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh bahan yang diperlukan dalam proses pengklasifikasian dan analisis data. c. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data deskriptif kualitatif yang berupa informasi lisan dari narasumber. Wawancara berlangsung sejak proses kreatif sampai tahap penyajian karya. Narasumber yang diwawancarai adalah Heri Dono selaku subjek penelitian, Subroto Sm selaku pengampu mata kuliah Seni Rupa Eksperimental, Bambang Witjaksono selaku kurator pameran Artjog 8, Clara Heriarti, Zuli Dea Aulia, Fahmi 20

21 Setiyoso, Joanna Breshmasque dan Nindya Galuh selaku pengunjung pameran. 3. Metode Analisis Data Penelitian menggunakan metode analisis data kualitatif oleh Matthew B.Miles dan A.Michael Huberman, yaitu: a. Reduksi data Tahap ini dilakukan sejak terjun ke lapangan sampai laporan selesai dilengkapi. Tahap analisis meliputi proses seleksi, penajaman, dan penyederhanaan data. 28 b. Penyajian data Tahap ini mencakup penataan dan penyusunan informasi untuk mempermudah memahami data. 29 c. Verifikasi data Tahap terakhir berupa kesimpulan yang memungkinkan adanya pemikiran dan argumentasi berdasarkan temuan data Matthew B.Miles dan A.Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, (America: Sage Publications, 1994), Miles dan Huberman, 1994, Miles dan Huberman, 1994,

22 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian dan disusun secara berurutan, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II RIWAYAT HIDUP HERI DONO Berisi latar belakang keluarga dan riwayat berkesenian Heri Dono. BAB III EKSPLORASI MEDIUM PADA SENI INSTALASI KARYA HERI DONO Berisi sejarah seni instalasi di dunia, sejarah Seni Rupa Eksperimental di ASRI Yogyakarta, dan eksplorasi medium pada seni instalasi Heri Dono. BAB IV PROSES KREATIF HERI DONO Berisi isi karya, media, proses pembuatan dan manipulasi media pada seni instalasi Heri Dono yang dianalisis menggunakan teori seni sebagai pertunjukan oleh David Davies dan teori seni instalasi oleh Claire Bishop. 22

23 BAB IV CARA PRESENTASI KARYA SENI INSTALASI HERI DONO Berisi pendisplayan, ruang, cahaya, efek dan konsep fermentasi dalam karya Heri Dono yang dianalisis menggunakan teori seni sebagai pertunjukan oleh David Davies dan teori seni instalasi oleh Claire Bishop. BAB V KESIMPULAN Berisi hasil penelitian dan rekomendasi yang bertujuan untuk memberikan saran bagi masyarakat, seniman, maupun kalangan akademisi dalam rangka penelitian selanjutnya. 23

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini membuktikan bahwa seniman telah memiliki. kesadaran dalam mempresentasikan karya sebagai pertunjukan.

BAB V KESIMPULAN. Penelitian ini membuktikan bahwa seniman telah memiliki. kesadaran dalam mempresentasikan karya sebagai pertunjukan. BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Penelitian ini membuktikan bahwa seniman telah memiliki kesadaran dalam mempresentasikan karya sebagai pertunjukan. Hal ini terlihat dari adanya manipulasi medium yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 53 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide atau Gagasan Beberapa faktor dapat mempengaruhi sebagian karya dari ide yang dihasilkan seorang seniman, faktor tersebut bisa datang dari dalam maupun luar yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap penelitian tentu memiliki tujuan. Guna mencapai tujuan tersebut maka diperlukan metode penelitian yang tepat. Karena pada dasarnya metode merupakan

Lebih terperinci

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Anusapati SENI PATUNG DALAM WACANA SENI RUPA KONTEMPORER INDONESIA 1* Anusapati Patung dan aspek-aspek utamanya Di dalam ranah seni klasik/tradisi, pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan dan diapresiasi oleh masyarakat. Pameran juga merupakan sebuah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan dan diapresiasi oleh masyarakat. Pameran juga merupakan sebuah kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pameran merupakan suatu kegiatan penyajian karya seni rupa sehingga dapat dikomunikasikan dan diapresiasi oleh masyarakat. Pameran juga merupakan sebuah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan rasa estetik sehingga tumbuh sikap apresiatif dalam jiwa siswa. Hal ini sesuai dengan aturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di bidang ini fotografer dapat bereksperimen dengan leluasa, menciptakan fotografi seni yang

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

agar mahasiswa mampu memanfaatkan program computer (core/draw, photoshop, page

agar mahasiswa mampu memanfaatkan program computer (core/draw, photoshop, page LAMPIRAN Program Studi dan Kurikulum Modern School of Design Kurikulumnya terbagi menjadi 30% teori (mata kuliah umum dan teori - teori penunjang perancangan) dan 70% praktek, yaitu terdiri dari; 1. Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cintya Iftinan, 2014 Manfaat Hasil Belajar Costume Performing Art Sebagai Kesiapan Menjadi Costume D esigner

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cintya Iftinan, 2014 Manfaat Hasil Belajar Costume Performing Art Sebagai Kesiapan Menjadi Costume D esigner BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia panggung industri hiburan kini berkembang menjadi sesuatu yang lebih menarik disimak dan diikuti oleh semua kalangan pelaku seni. Terlihat dari berbagai karya

Lebih terperinci

INDONESIA ART AWARDS 2013

INDONESIA ART AWARDS 2013 1 INDONESIA ART AWARDS 2013 Yayasan Seni Rupa Indonesia Indonesia Art Award adalah program Yayasan Seni Rupa Indonesia yang diselenggarakan sejak 1994, mula- mula dengan nama Phillip Morris Indonesia Art

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA

PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA PRODUKSI FILM ANIMASI SEDERHANA Oleh : Sutandi, ST, M.Pd Animasi merupakan gambar hidup yang digerakkan dari sekumpulan gambar, yang memuat tentang objek dalam posisi gerak yang beraturan. Objek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi menjadi semakin canggih. Salah satu perkembangan media informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi menjadi semakin canggih. Salah satu perkembangan media informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi yang berkembang pesat pada era modern ini mendorong media informasi menjadi semakin canggih. Salah satu perkembangan media informasi yang paling pesat perkembangannya

Lebih terperinci

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA 2.1. Pengertian Seni Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui pada

Lebih terperinci

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa Kegiatan Pembelajaran 3 Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting dalam pendidikan seni rupa adalah

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beragam bentuk dan sajian tari, tidak hanya konvensional tetapi ada pula pertunjukan secara komersil maupun kompetisi. Sajiannya pun beragam, ada tari tradisional, tari

Lebih terperinci

Estetika Visual Pada Ruang Penelitian Cilik Di Museum IPTEK

Estetika Visual Pada Ruang Penelitian Cilik Di Museum IPTEK JURNAL ILMIAH PENELITIAN MarKa, ISSN: 2580-8745 Estetika Visual Pada Ruang Penelitian Cilik Di Museum IPTEK Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Matana Abstrak Museum merupakan wujud berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia fotografi pun terus mengalami perkembangan yang luar biasa dari waktu ke waktu. Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi kepekaan rasa, peningkatan apresiasi, dan pengembangan kreativitas. Struktur kurikulum pada

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI

TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI TATA ARTISTIK RISTIA KADIASTI 085643055940 Tata artistik: seni dekorasi panggung Dengan mengedepankan konsep Estetika. Tata Artistik merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari tata kelola panggung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

Fery Setyaningrum Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UAD Abstrak

Fery Setyaningrum Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UAD Abstrak IMPLEMENTASI PAMERAN TUGAS AKHIR SEMESTER PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KETERAMPILAN DI PRODI PGSD UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN SEBAGAI UPAYA PENYELANGGARAAN PENDIDIKAN KREATIF. Fery Setyaningrum

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER A. TREATMENT TEMA Seni modern Performance art sebagai seni alternative yang tengah berkembang di Indonesia. IDE CERITA Penulis memilih genre dokumenter Ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Kenyataan seni selalu menyertai manusia sejak dari permulaan, tidak sedikit membangkitkan kesadaran untuk membawa seni ke dalam proporsi sewajarnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seni merupakan salah satu konsep yang sulit untuk didefinisikan. Karena sulitnya, maka pengertian seni sering merujuk ke arah konsep metafisik, padahal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kreativitas pekriya dalam membuat boneka kayu lame di Kampung Leuwi Anyar, penulis menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi perwujudan diri individu, terutama bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pada dasarnya digunakan untuk mewakili perasaan manusia. Melalui seni lukis seseorang dapat menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bentuk visual yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA

Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA DISPLAY ARTEFAK Pada suatu tempat, berupa meja display, akan ditampilkan produk-produk alat musik anak-anak yang tengah menjadi bahan workshop untuk menghasilkan bunyi-bunyi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti keahlian, namun pada perkembangannya seni juga dapat diartikan sebagai sebuah

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia hidup di dunia harus memenuhi lima kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seni Budaya dan Keterampilan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pendidikan SD. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan peserta didik akan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harry Atmami, 2015 Seni Kinetik Mitos Situ Bagendit Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Harry Atmami, 2015 Seni Kinetik Mitos Situ Bagendit Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Pasca impresionisme yang muncul pada tahun 1839 merupakan awal dari seni rupa modern. Saat itu seni rupa banyak memberikan alternatif dan masalah yang sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilustrasi merupakan bentuk visual dari teks atau kalimat. Ilustrasi dapat memperjelas teks atau kalimat terutama bagi anak-anak yang belum bisa membaca. Dengan menggambarkan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran KESENIAN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam konteks. Cultural Studies, istilah ini diciptakan oleh Richard

I. PENDAHULUAN. beragam konteks. Cultural Studies, istilah ini diciptakan oleh Richard I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cultural Studies atau kajian budaya adalah studi kebudayaan atas praktek signifikasi representasi, dengan mengeksplorasi pembentukan makna pada beragam konteks. Cultural

Lebih terperinci

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) 479 58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi

BAB I PENDAHULUAN. animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam Tugas Akhir ini adalah membuat film animasi 2,5 dimensi bergenre drama tentang tentang berkurangnya populasi hewan akibat penebangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Ketepatan dalam menggunakan metode penelitian merupakan cara atau alat untuk mencapai keberhasilan sebuah penelitian. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus globalisasi yang berkembang dengan pesat, mendorong perlunya perubahan paradigma pendidikan. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

BAB 3 METODE/PROSES PERANCANGAN (METODOLOGI)

BAB 3 METODE/PROSES PERANCANGAN (METODOLOGI) BAB 3 METODE/PROSES PERANCANGAN (METODOLOGI) 3.1 METODE PERANCANGAN 3.1.1 Metode Pengumpulan Data a. Studi Literatur Merupakan jenis metode studi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang

Lebih terperinci

LANSEKAP VIRTUAL BANDUNG

LANSEKAP VIRTUAL BANDUNG LANSEKAP VIRTUAL BANDUNG Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa Nama Mahasiswa Ahmad Nursalim Nama Pembimbing Agung Hujatnika, M. Sn. Program Studi Sarjana Seni Rupa Studio Intermedia, Fakultas Seni Rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

Term of Reference SOLID-ID

Term of Reference SOLID-ID Term of Reference SOLID-ID DAFTAR ISI Latar Belakang Tentang Residensi Tujuan Tanggal Penting Hibah (Seed Grant) Ketentuan Peserta Pendaftaran dan Seleksi Informasi Lebih Lanjut LATAR BELAKANG Meski Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 627 79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION. Naskah Publikasi

PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION. Naskah Publikasi PEMBUATAN VIDEO MUSIK SATU CERITA SATU HARAPAN DENGAN TEKNIK STOP MOTION ANIMATION Naskah Publikasi diajukan oleh Kholis Fathoni Avrianto 05.12.1114 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis karangan merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar. Terdapat beberapa kompetensi dasar yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa menjadi seniman atau pekerja seni. Tuntutan secara mendalam bahwa pembelajaran seni dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra. Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini 220 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian tentang biografi seniman kaligrafi Arab Hendra Buana dan karya seninya yang tertuang dalam tesis ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Bakat kesenian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian dimana dengan metode ini diharapkan membantu memudahkan jalannya penelitian untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia memiliki begitu banyak budaya, dari tiap-tiap provinsi memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dengan ciri khas yang dimiliki. Masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN GERAK TARI BERDASAR POLA LANTAI DENGAN METODE DISCOVERY. Erlin Sofiyanti

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN GERAK TARI BERDASAR POLA LANTAI DENGAN METODE DISCOVERY. Erlin Sofiyanti Dinamika Vol. 5, No. 4, April 2015 ISSN 0854-2172 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN GERAK TARI BERDASAR POLA LANTAI SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Gambar 3.1 Peta Kecamatan Cilimus (Sumber: http://www.kuningankab.go.id/sites/default/files/petakecamatan/cilimus.gif) Lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI. Struktur organisasi yang terdapat di Pusat Pengembangan Multi Media ;

BAB II METODOLOGI. Struktur organisasi yang terdapat di Pusat Pengembangan Multi Media ; BAB II METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Struktur organisasi yang terdapat di Pusat Pengembangan Multi Media ; Gambar 2.1 Struktur organisasi Pusat Pengembangan Multi Media B. Strategi Desain Proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian tentang implementasi pendidikan multikultural pada anak melalui permainan tradisional ini dilakukan di Kampoeng Dolanan Nusantara. Kampoeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan adalah seni yang merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sangat tua keberadaannya. Salah satu bentuk kesusastraan yang sudah lama ada di Indonesia

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 9 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Seni bentuk Isi Batasan seni, cara pandang serta penafsiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH 2016 2017 1 Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada orang laindan secara terorganisir dinamakan a katalog b

Lebih terperinci

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 495 60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di PT.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di PT. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian 3.1.1 Deskripsi Latar Peneliti melakukan pengamatan secara langsung di PT. LG Electronics Indonesia pada kegiatan Public Relations

Lebih terperinci

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1 C. Hakikat Seni Anak Usia Dini Seni mewakili perasaan dan persepsi tentang dunia anak. Seorang anak menggambar dan menulis untuk mengatur gagasan dan membangun makna dari pengalamannya (Baghban, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan seni di sekolah dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian. Hal ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Plato

Lebih terperinci

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A)

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A) Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A) Dikenal sebagai seniman perwakilan Indonesia di Venice Biennale 2013, Albert Yonathan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami

Lebih terperinci