BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengertian SIG Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah sebuah sistem yang didesain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan menampilkan seluruh jenis data geografis (Irwansyah, 2013:1). SIG adalah sekumpulan alat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil kembali saat dibutuhkan, mentransformasikan dan menampilkan suatu data spasial dari dunia nyata untuk suatu kebutuhan tertentu (Burrough, 2002:12). Menurut Department of Environment (Heywood, 2002:12) sebuah SIG yang baik seharusnya dapat memberikan : 1. Akses yang mudah dan cepat untuk pengaksesan data dalam jumlah yang besar. 2. Mampu menghasilkan suatu output (peta, grafik, daftar alamat, dan rangkuman statistik) yang disesuaikan dengan kebutuhan. 3. Kemampuan untuk : a. Memilih detail berdasarkan area atau suatu tema tertentu. b. Menyambungkan atau menggabungkan sekumpulan data dengan yang lainnya. c. Menganalisa karakteristik spasial suatu data. d. Mencari karakteristik tertentu di suatu area. e. Memperbaharui data dengan cepat dan murah. f. Memodelkan suatu data. 5

2 6 2.2 Pengertian Segmentasi Segmentasi merujuk pada proses partisi citra digital menjadi beberapa bagian yang disebut superpixels dengan tujuan untuk memudahkan atau mengganti sebuah gambar menjadi lebih berarti dan mudah dianalisa (Charles, 2012:6) Kelebihan segmentasi adalah kemampuan membedakan antara segmen satu dengan segmen lainnya dan segmentasi sering dianggap sebagai langkah pertama dalam analisis citra (Jain, 1989:407). Tujuan segmentasi adalah untuk membagi sebuah gambar menjadi bermakna daerah yang tidak tumpang tindih sehingga dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Semua metode segmentasi citra berasumsi bahwa: a. Nilai intensitas yang berbeda di berbagai daerah b. Dalam masing-masing daerah, yang kembali menyajikan obyek yang berhubungan dalam scene, memiliki nilai intensitas yang sama. 2.3 Pengertian Citra Citra atau image adalah representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam koordinat cartesian x-y dan setiap koordinat merepresentasikan satu sinyal terkecil dari objek. Fungsi citra adalah model matematika yang sering digunakan untuk menganalisis dimana semua fungsi analisis digunakan untuk mempertimbangkan citra sebagai fungsi dengan 2 variabel (Kulkarni, 2001:9). Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Sedangkan penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 2004:1). Alat yang dimaksud di dalam batasan ini ialah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya sensor dipasang pada wahana (platform) berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau wahana lainnya. Obyek yang diindera atau yang

3 7 ingin diketahui berupa obyek di permukaan bumi, di dirgantara, atau di antariksa. Penginderaannya dilakukan dari jarak jauh sehingga ia disebut penginderaan jauh Elemen Citra Menurut Burger et al ( 2008:45), elemen citra adalah sebagai berikut : a. Kecerahan (Brightness) Kecerahan ialah intensitas cahaya yang terdapat pada citra tersebut. Semakin tinggi intensitas cahaya pada citra, maka citra akan tampak semakin putih. Gambar 2.1 Elemen Citra untuk Kecerahan (Brightness) b. Kontras (Contrast) Kontras ialah sebaran terang dan gelap dalam sebuah citra. Sebuah citra dikatakan memiliki kontras yang rendah jika citra tersebut memiliki komposisi sebagian besar terang atau sebagian besar gelap. Sebaliknya, jika komposisi sebagian kecil terang atau sebagian kecil gelap, citra dikatakan memiliki kontras yang tinggi. Gambar 2.2 Elemen Citra untuk Kontras (Contrast)

4 8 c. Warna (Color) Persepsi yang dirasakan mata terhadap panjang gelombang cahaya λ yang dipantulkan objek. Warna dengan panjang gelombang tertinggi adalah merah dan warna dengan panjang gelombang terendah ialah ungu (violet). d. Bentuk (Shape) Pada citra yang dilihat dengan mata adalah citra 2 dimensi, namun sebenarnya objeknya berupa 3 dimensi. Informasi bentuk objek diperoleh dari citra yang ditangkap sistem visual atau yang disebut dengan segmentasi citra. e. Tekstur (Texture) Tekstur adalah distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpulan pixel yang bertetangga. Sistem visual manusia tidak menerima informasi per pixel, namun yang diterima adalah sekumpulan pixel sebagai kesatuan. f. Resolusi (Resolution) Resolusi menunjukkan tingkat kerincian suatu citra. Resolusi menyatakan banyak pixel dalam satuan meter, contoh: 120x100 m, dan dalam satuan inci, contoh: 72dpi. Semakin kecil nilai satuan meter, semakin tinggi resolusi. Semakin besar nilai dpi, resolusi juga semakin tinggi Format Citra Menurut (Shapiro et al, 2001:54) beberapa format didapatkan dari usaha perusahaan yang membuat alat perlengkapan pengolahan citra untuk mengatasi masalah citra komputer. Ada beberapa format dasar yang harus diketahui, yaitu: a. GIF (Graphics Interchange Format) Format file GIF merupakan format grafis yang paling sering

5 9 digunakan untuk digunakan di dalam internet. Format file GIF digunakan untuk menyimpan dan mentransfer gambar dalam mode indeks warna yang tidak lebih dari 256 warna. Pada tahun 1989 format GIF telah diperbaharui. Saat ini format GIF ini adalah salah satu format grafis paling populer. Akan tetapi format ini tidak cocok untuk memegang gambar fotorealistik, karena tidak dapat berisi lebih dari 256 warna. Format GIF sebagian besar digunakan untuk menampilkan animasi dan gambar - gambar tanpa campuran. b. JPEG (Joint Photographic Experts Group) Format JPEG adalah format paling familiar yang digunakan sebagai gambar standart kompresi (Gonzales, 2008:46). Format JPEG dirancang untuk mentransfer data grafis dan gambar melalui jaringan telekomunikasi digital. Foto dan gambar multiwarna yang ditransfer di dalam format ini ideal untuk jaringan telekomunikasi digital. c. Bitmap Bitmap adalah citra digital yang tersusun dari titik-titik yang bernama pixel (Semuil Tjiharjadi, 2006:109). Pixel adalah kandungan titik-titik kecil yang mempunyai warna masing-masing yang disebut dengan nama bits. Semuil Tjiharjadi (2006:109) mengatakan bahwa, Citra bitmap adalah citra digital yang resolution-dependent, artinya citra yang bergantung pada resolusi. Bitmap biasa digunakan secara praktis untuk semua penyimpanan data raster. d. PNG (Portable Network Graphic) Format file PNG adalah format baru yang awalnya dirancang untuk menggantikan GIF. Format PNG telah mendapat satu set fitur baru yang tidak ada di GIF. Format ini mendukung kedalaman warna hingga 48 bit dan dapat melakukan kompresi lossless yang memungkinkan untuk mengadakan gambar fotorealistik.

6 Pengertian Segmentasi Citra Segmentasi citra adalah suatu proses membagi suatu citra menjadi wilayahwilayah yang homogen (Jain, 1989:407). Menurut Jain (1989:410), segmentasi citra dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu dividing image space dan clustering feature space. Jenis yang pertama adalah teknik segmentasi dengan membagi image manjadi beberapa bagian untuk mengetahui batasannya, sedangkan teknik yang kedua dilakukan dengan cara memberi index warna pada tiap pixel yang menunjukkan keanggotaan dalam suatu segmentasi. Teknik segmentasi citra, menurut Jain, dapat dilihat pada diagram berikut Gambar 2.3 Teknik Segmentasi Citra (Sumber Charles:2012) Adapun teknik segmentasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut : 1) Pendekatan Edge-Based Pendekatan ini melakukan proses deteksi tepi dengan operator gradien. Masukannya berupa citra gray level dan keluarannya berupa citra edge (biner). Selanjutnya dilakukan proses region growing dengan masukan citra

7 11 asli (gray-level) dan citra edge. Proses pembentukan suatu wilayah akan berhenti bila menjumpai edge pixel. Kekurangan dari pendekatan ini adalah belum tentu menghasilkan edge yang kontinu yang mengakibatkan terjadinya kebocoran wilayah (wilayah-wilayah yang tidak tertutup). 2) Pendekatan Region-Based Pendekatan ini memerlukan criteria of uniformity, memerlukan penyebaran seeds atau dapat juga dengan pendekatan scan line, kemudian dilakukan proses region growing. Kekurangan dari pendekatan ini adalah belum tentu menghasilkan wilayah-wilayah yang bersambungan. 3) Pendekatan Hybrid Pendekatan ini melakukan proses deteksi tepi untuk menghasilkan citra tepi (pixel edge dan pixel non-edge), melakukan pemisahan wilayah dengan metode connected region. (Connected regions adalah set pixel 4-tetangga yang bukan pixel edge), dan selanjutnya dilakukan proses merging regions. Pendekatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil segmentasi dengan wilayah-wilayah yang tertutup dan bersambungan. 2.5 Pengertian Resolusi Citra Resolusi Citra (image resolution) dapat diartikan sebagai kualitas lensa yang dinyatakan dengan jumlah maksimum garis pada tiap milimeter yang masih dapat dipisahkan pada citra. Misal tiap garis tebalnya 0,01 mm. Ruang pemisah antara tiap garis juga sebesar 0,01 mm. Berarti tiap garis menempati ruang selebar 0,02 mm atau pada tiap mm ada 50 garis. Dalam contoh ini berarti resolusi citranya sebesar 50 garis/mm. Maka secara teoritik resolusi citra yang terbaik garis/mm (Charles, 2012:17). Resolusi spasial yang baik dikatakan resolusi tinggi atau halus, sedang yang kurang baik berupa resolusi kasar atau rendah. Disamping itu dinyatakan dengan ukuran dalam meter di lap atau dalam meter per pixel pada citra (Rm/pixel), resolusi medan juga dapat dinyatakan dengan ukuran dalam meter di

8 12 lap yang dapat digambarkan oleh sepasang garis pada citra atau Rm/Lp (meter per line pairs) (Charles, 2012:17). Resolusi spasial dipengaruhi: a) Skala; semakin besar skala semakin baik resolusinya. b) Panjang gelombang tenaga elektromagnetik yang digunakan Resolusi Spasial Resolusi spasial adalah ukuran terkecil obyek yang dapat direkam oleh suatu sistem sensor. Dengan kata lain resolusi spasial mencerminkan kerincian informasi yang dapat disajikan oleh suatu sistem sensor. Resolusi spasial merupakan luas suatu objek di bumi yang diukur dalam satuan pixel pada citra satelit. Apabila suatu objek dilakukan pengambilan gambar yang mempunyai ukuran luas aslinya 30m x 30m ditampilkan pada citra satelit dengan ukuran 1 pixel maka citra satelit tersebut mempunyai resolusi spasial 30m. Dengan kata lain apabila citra satelit mempunyai resolusi spasial 30m, 1 pixel pada citra satelit mewakili luasan aslinya berukuran 30m x 30m. Semakin kecil ukuran asli suatu objek dalam 1 pixel pada citra satelit, maka semakin jelas dan detail tampilan objek tersebut pada citra satelit. Berikut jenis-jenis dari resolusi spasial menurut Satellite Imaging Corporation yang dikutip oleh Charles (2012), yaitu : 1. High Spatial Resolution Resolusi spasial ini biasa disebut juga dengan resolusi citra besar dengan jarak 0,6 m sampai dengan 4 m. Dengan jarak demikian, hasil citra yang didapat akan lebih jelas. Contoh dari resolusi cira besar ini antara lain adalah Aerial Photograph dan Quickbird. 2. Medium Spatial Resolution Resolusi spasial ini biasa dikenal sebagai citra resolusi sedang, yang jaraknya antara 4 m sampai dengan 30 m. ASTER, LANDSAT- 7, dan CBERS-2 merupakan contoh dari citra resolusi sedang ini.

9 13 3. Low Spatial Resolution Resolusi spasial ini dikenal sebagai citra resolusi kecil. Dikatakan citra resolusi kecil karena resolusinya berjarak 30 m sampai dengan kurang dari 1000 m, sehingga menghasilkan citra dengan resolusi yang kecil Foto Udara Citra foto udara adalah gambar yang dicetak dari hasil pemotretan dengan kamera dengan perekaman secara fotografi dari atas udara (Kiefer, et al, 1993:68). Biasanya citra foto ini didapat dengan sebuah alat transportasi udara seperti balon udara dan pesawat tanpa awak. Terdapat beberapa jenis pemotretan, yaitu: 1) Pemotretan Secara Tegak (Vertical) Pemotretan secara tegak ini dilakukan dengan posisi kamera persis dibawah alat transportasi udara yang terbang secara tegak lurus dengan permukaan bumi. 2) Pemotretan Secara Condong (Oblique) Pemotretan secara condong dilakukan dengan sudut kurang dari 45 derajat antara pesawat dan permukaan bumi. Perbedaannya dengan pemotretan secara sangat condong ialah tidak terlihatnya batas cakrawala atau horizon pada teknik oblique. Ketinggian pesawat udara terhadap permukaan bumi pun mempunyai pengaruh terhadap skala foto udara yang dihasilkan. Semakin tinggi posisi pesawat terbang, maka resolusi gambar akan semakin kecil dan gambar memiliki cakupan yang luas. Jika posisi pesawat terbat terlalu rendah, cakupan gambar semakin kecil walaupun

10 14 detil gambarnya lebih jelas. Jadi untuk mengambil hasil yang maksimal, diperlukan ketinggian tertentu yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah agar cakupannya luas dan detil obyeknya pun terlihat. 2.6 Algoritma Region Growing Algoritma berbasis region adalah algoritma segmentasi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya untuk melakukan proses segmentasi tutupan lahan. Dari namanya kita dapat menyimpulkan bahwa region growing adalah prosedur pengelompokan pixel atau sub region menjadi region yang lebih besar berdasar kriteria yang ada (Gonzales and Wintz, 1987:97). Pemilihan satu starting point atau lebih, sangat tergantung pada masalahnya. Jika informasinya kurang lengkap, prosedurnya adalah dengan mengkomputasi semua pixel dengan properti yang sama selama proses region growing untuk membuatnya menjadi region. Algoritma ini umum digunakan untuk segmentasi obyek pada berbagai karakteristik citra multi resolusi dan multi spektral yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti image layer weight, scale parameter, shape and color dan smoothness and compactness. Parameter image layer weight dapat diketahui dari masing-masing layer pada citra yang akan diteliti sedangkan scale parameter diperoleh dari nilai keragaman maksimum yang dimungkinkan dari suatu obyek pada citra. Shape and color merupakan parameter tambahan yang dapat mempengaruhi penggabungan pixel kedalam group. Bentuk (shape) suatu obyek pada citra dipengaruhi oleh smoothness (kehalusan) dan compactness (kekompakan) dari obyek tersebut. Smoothness adalah hubungan antara panjang batas suatu obyek (l) dengan perimeter dari bounding box suatu obyek. Sedangkan kekompakan adalah hubungan antar panjang batas suatu obyek (l) dengan akar dari jumlah pixel (n) yang menyusun obyek tersebut. Metode region growing membutuhkan sebuah seed yang menandai setiap obyek yang akan disegmentasi. Region atau wilayah dari setiap objek secara berulang-ulang dikembangkan dengan membandingkan semua pixel berikutnya yang tidak dialokasikan ke dalam region. Perbedaan antara nilai intensitas pixel

11 15 dan nilai rata-rata dari region digunakan untuk mengukur kesamaan. Pixel yang memiliki perbedaan paling kecil setelah diukur dialokasikan ke region yang sesuai lalu diulang sampai semua pixel telah teralokasikan ke region. Noise pada citra dapat menyebabkan seed diletakkan pada tempat yang salah. Semua dimulai dari single region yang tidak akan berpengaruh pada hasil segmentasi dan setiap pengulangan dianggap sebagai pixel berikutnya seperti dalam algoritma region growing. Jika perbedaannya lebih kecil dari threshold, pixel akan ditambah ke dalam region yang sesuai. Jika tidak, maka pixel itu akan dianggap sangat berbeda dan akan dibuat region baru dengan pixel ini (Charles, 2012:30). Satu varian dari teknik region growing adalah berdasarkan pada intensitas pixel. Rata-rata dan sebaran region serta intensitas kandidat pixel digunakan untuk mengkomputasi sebuah tes statistik. Jika hasilnya cukup kecil, pixel itu akan ditambahkan ke dalam region dan rata-rata serta sebaran dari region tersebut akan dikomputasi ulang. Jika tidak, maka akan dibuat region baru (Charles, 2012:30). 2.7 Algoritma Edge Detection Menurut Jain (1989:347), edge detection memperjelas batas tepi objek. Oleh karena itu, algoritma ini baik untuk segmentasi dan identifikasi objek pada gambar. Edge detection adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk mendeteksi diskontinuitas gray level (Jain, 1989:347). Ada beberapa jenis metode edge detection yang dapat digunakan untuk mendeteksi garis tepi sebuah gambar seperti operator Sobel, Prewitt, dan Kirsch. Masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Algoritma Sobel memiliki kelebihan yaitu peka terhadap garis diagonal dibanding garis horizontal dan vertikal, sebalikanya algoritma Prewitt lebih peka terhadap garis horizontal dan vertikal daripada garis diagonal (Bin and Yeganeh, 2012:18).

12 16 1) Deteksi Tepi Sobel Sebagian besar metode deteksi tepi bekerja pada asumsi bahwa tepi muncul dimana terjadi diskontinuitas pada fungsi intensitas atau pada intensitas gradient yang sangat curam pada citra. Berdasarkan asumsi ini, jika seseorang mengambil turunan dari nilai intensitas pada citra dan menemukan titik-titik di mana nilai turunan adalah maksimum, maka tepi dari citra dapat ditemukan. Gradien adalah vektor, yang komponenkomponennya mengukur seberapa cepat nilai pixel berubah dengan jarak dalam arah x dan y. Oleh karena itu komponen-komponen gradien dapat ditemukan dengan pendekatan berikut: Di mana dx dan dy mengukur jarak arah x dan y. Pda citra diskrit, seseorang dapat mempertimbangkan dx dan dy dalam jumlah pixel antara 2 titik. dx = dy = 1 (jarak pixel) adalah titik di mana koordinat pixel adlaah (I,j), oleh karena itu: Untuk mendeteksi keberadaan diskontinuitas gradient, seseorang dapat menghitung perubahan gradient pada (I,j). Hal ini dapat dilakukan dengan menemukan magnitude measure berikut: Dan arah gradien θ adalah sebagai berikut:

13 17 Ada banyak metode untuk mendeteksi tepi. Metode-mtode tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu metode gradien dan metode Laplacian. Metode gradien mendeteksi tepi dengan mencari nilai maksimum dan minimum pada turunan pertama suatu citra. Contoh metode ini adalah operator Roberts, Prewitt, dan Sobel yang mendeteksi objek dengan tepi tajam. Metode Laplacian mencari zero crossing pada derivasi kedua dari citra untuk menemukan tepi. Contoh metode ini adalah operator Marr- Hildreth, Laplacian of Gaussian, dan lain-lain. Deteksi tepi Sobel ditemukan oleh Irwin Sobel pada tahun Algoritma ini menggunakan operator Sobel, yaitu sepasang kernel berupa matriks berukuran 3 x 3 untuk mendeteksi tepi vertikal dan horizontal. Metode Sobel merupakan pengembangan metode Robert dengan menggunakan filter HPF (High Pass Filter) yang diberi satu angka nol penyangga. Kelebihan dari metode Sobel ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum melakukan perhitungan deteksi tepi. Operator Sobel menggunakan metode gradien untuk mendeteksi tepi. Metode gradient mendeteksi tepi dengan melihat turunan maksimum dan minimum dari gambar. Operator Sobel adalah operator diferensiasi diskrit yang mengkomputasi perkiraan gradien dari fungsi intensitas gambar (Sobel & Feldman, 1968). Tabel 2.1 Mask Operator Sobel Gx Gy

14 18 Operator ini menghitung gradien intensitas citra di setiap titik dan memberikan arah kemungkinan peningkatan tertinggi dari terang ke gelap dan memberikan tingkat perubahan dalam arah tersebut. Hasilnya akan menunjukkan seberapa kasar atau halus perubahan citra pada titik tertentu dan bagaimana tepi citra ditampilkan. Pada praktiknya, perhitungan besarnya kemungkinan adanya suatu tepi bersifat lebih handal dan lebih mudah diinterpretasi dibandingkan perhitungan langsung. Secara matematis, gradien dari dua fungsi variabel (fungsi intensitas citra) pada setiap titik adalah vektor 2 dimensi dengan komponen-komponen yang didapat dari turunan secara horizontal dan vertikal. Pada setiap titik pada citra, vektor gradien menunjuk ke arah kemungkinan peningkatan intensitas terbesar dan panjang vektor gradien menunjukkan tingkat perubahan pada arah tersebut. Hal ini berarti hasil dari operator Sobel pada setiap titik citra yang merupakan region dengan intensitas citra konstan adalah zero vector dan pada suatu titik dari tepi citra adalah vektor yang menunjuk pada nilai yang berubah dari lebih gelap ke lebih terang. 2) Deteksi Tepi Prewitt Prewitt merupakan algoritma deteksi tepi yang hampir serupa dengan Sobel, tetapi algoritma ini menggunakan operator Prewitt yang nilainya berbeda dengan operator Sobel. Operator Prewitt merupakan pengembangan operator Robert dengan menggunakan filter HPF (High Pass Filter) yang diberi satu angka nol penyangga. Operator ini mengambil prinsip dari fungsi Laplacian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF. Pengembangan dari gradient operator dengan menggunakan 2 mask (horizontal dan vertikal) ukuran 3x3. Pada operator Prewitt kekuatan gradien ditinjau dari sudut pandang horizontal dan vertikal (memperhatikan titik disekitar pada posisi hizontal dan vertikal).

15 19 Tabel 2.2 Mask Operator Prewitt Gx Gy 3) Deteksi Tepi Kirsch Deteksi tepi Kirsch menggunakan operator Kirsch, yaitu kernelkernel berbentuk matriks 3 x 3.Deteksi tepi Kirsch adalah deteksi tepi yang identik dengan bentuk matriks 3x3 dan diperkenalkan pada tahun 1971 (Lusiana, 2013:183). Tabel 2.3 Mask Operator Kirsch Gx Gy 2.8 Data Geografis Data Raster Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak dan terbentuk dalam suatu ruang yang teratur. Foto digital seperti areal fotografi atau foto satelit merupakan bagian dari data raster pada peta. Nilai raster menggunakan citra berwarna seperti fotografi yang ditampilkan dengan level merah, hijau, dan biru pada sel (Irwansyah, 2013:40). Resolusi

16 20 tergantung pada ukuran pixel, sebab semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh sel, semakin tinggi resolusinya. (Irwansyah, 2013:6). Gambar 2.4 Data Raster (Sumber. Irwansyah :2013) Irwansyah, Edy (2013:41) mendefinisikan kelebihan dan kekurangan data raster, sebagai berikut : 1) Kelebihan data raster : a) Memiliki struktur data yang sederhana b) Mudah dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi matematis sederhana c) Teknologi yang digunakan cukup murah dan tidak begitu kompleks sehingga penguna dapat membuat sendiri program aplikasi yang menggunakan citra raster d) Compatible dengan citra-citra satelit penginderaan jarak jauh dan semua gambar hasil scanning data spasial e) Data raster sangat cocok untuk merepresentasikan data permukaan bumi. Data dapat menyediakan metode yang efektif dalam menyimpan informasi nilai ketinggian yang diukur dari permukaan bumi (Irwansyah, 2013:44) f) Memiliki kemampuan merepresentasikan curah hujan, temperatur, konsentrasi, dan kepadatan populasi

17 21 2) Kekurangan data raster : a) Tampilan atau representasi dan akurasi posisi sangat bergantung pada ukuran pixel (resolusi spasial) b) Sering mengalami kesalahan dalam menggambarkan bentuk dan garis batas suatu obyek. Data raster sangat bergantung pada resolusi spasial dan toleransi yang diberikan c) Transformasi koordinat dan proyeksi lebih sulit dilakukan d) Sangat sulit untuk merepresentasikan hubungan topologi (juga network) e) Metode untuk mendapatkan format data vektor melalui proses yang lama, cukup melelahkan dan relatif mahal Data Vektor Irwansyah (2013:40) mendefinisikan data vektor sebagai berikut: Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik (point), garis (line) atau area (polygon). Model data vektor merupakan model data yang paling efisien digunakan, terutama jika digunakan berkaitan dalam hal topologi. Gambar 2.5 Data Vector

18 22 (Sumber: Irwansyah :2013) Data vektor adalah data yang dibangun menjadi tiga bagian, yaitu berupa titik (point), garis (line), dan area (polygon). 1) Titik (Point) Point (node yang diberi label) merupakan representasi grafis sederhana pada suatu objek. Titik dapat ditampilan dalam bentuk symbol, baik pada peta maupun pada layar monitor. Contoh: lokalisasi fasilitas kesehatan dan kotak pos. 2) Garis (Line) Line merupakan bentuk linear yang menghubungkan dua atau lebih titik dan merepresentasikan obyek dalam satu dimensi. Contoh: jalan raya dan sungai 3) Area (Polygon) Polygon merupakan representasi obyek dalam dua dimensi. Contoh: danau dan persil tanah. Irwansyah, Edy (2013:42) mendefinisikan kelebihan dan kekurangan data vektor, sebagai berikut : 1) Kelebihan data vektor a) Lebih ekonomis dalam ukuran file, presisi, dan lokasi. b) Memiliki resolusi spasial yang tinggi. c) Memiliki batas-batas yang teliti, tegas, dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan peta-peta administrasi dan persil tanah milik d) Representasi grafis data spasialnya sangat mirip dengan peta garis buatan tangan manusia. 2) Kekurangan data vektor a) Memiliki struktur data yang kompleks b) Datanya tidak mudah untuk dimanipulasi c) Overlay beberapa layers vector secara simultan memerlukan waktu yang relatif lama.

19 Tresholding Tresholding adalah poin operator penting untuk kebutuhan dalam image processing. Aguado (2002:76) mendeskripsikan bahwa, Operator Treshold akan memilih pixel-pixel yang mempunyai nilai tertentu atau pixel-pixel dalam jarak yang sudah spesifik. Tresholding dapat digunakan untuk mencari objek di dalam gambar jika level kecerahan diketahui. Dengan kata lain, kecerahan objek harus benar-benar diketahui. Salah satu form utama dari threshold adalah Uniform Treshold. Uniform Treshold bekerja dengan mengubah pixel yang berada di atas level yang sudah ditentukan menjadi warna putih dan mengubah pixel yang berada di bawah level yang sudah ditentukan menjadi warna hitam. Uniform tresholding membutuhkan pengetahuan akan gray level. Jika tidak memiliki gray level, target tidak akan bisa terseleksi di proses thresholding Prototyping Prototype adalah sebuah model skala kecil, representatif atas persyaratan atau desain yang diusulkan pengguna untuk membuat sebuah aplikasi informasi. Prinsip dasar di balik prototyping adalah para pengguna mengetahui apa yang mereka inginkan ketika mereka melihat prototype bekerja. Dalam Rapid Application Development (RAD), sebuah prototype pada akhirnya berkembang menjadi sistem informasi final (Whitten, 2004:10). Tahapan-tahapan prototype adalah : 1) Pengumpulan Kebutuhan Pengguna dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format dan kebutuhan keseluruhan perangkat lunak serta mengidentifikasi semua kebutuhan dan garis besar sistem yang akan dibuat. 2) Membangun Prototyping Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian kepada pengguna. Misalnya dengan membuat input dan contoh outputnya. 3) Evaluasi Prototyping

20 24 Evaluasi ini dilakukan oleh pengguna apakah prototype yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan pengguna. Jika sudah sesuai, langkah keempat akan diambil. Jika tidak, prototype diperbaiki dengan mengulang langkah 1, 2, dan 3. 4) Mengkodekan Aplikasi Dalam tahap ini prototype yang sudah disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemograman yang sesuai. 5) Menguji Aplikasi Setelah aplikasi sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, aplikasi harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan. 6) Evaluasi Aplikasi Pengguna mengevaluasi apakah aplikasi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Jika sudah, langkah ketujuh ini dilakukan. Jika belum, harus mengulangi langkah pengkodean dan pengujian aplikasi. 7) Menggunakan Aplikasi Perangkat lunak yang telah diuji dan diterima pengguna siap untuk digunakan Testing Testing adalah proses pengujian secara menyeluruh terhadap program aplikasi yang baru dikembangkan. Jika testing menunjukkan ketidaksesuaian, maka pengujian akan menemukan kesalahan teknis pada program aplikasi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK Pemrosesan gambar secara digital telah berkembang dengan cepat. Pengolahan gambar ini didukung dengan kemajuan teknologi perangkat keras yang signifikan. Produk produk pengolah

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN OBJEK GEOGRAFIS PADA CITRA FOTO UDARA DENGAN PENDEKATAN SEGMENTASI DAN EDGE DETECTION. Arian Markus Pardamean.

APLIKASI PENGENALAN OBJEK GEOGRAFIS PADA CITRA FOTO UDARA DENGAN PENDEKATAN SEGMENTASI DAN EDGE DETECTION. Arian Markus Pardamean. APLIKASI PENGENALAN OBJEK GEOGRAFIS PADA CITRA FOTO UDARA DENGAN PENDEKATAN SEGMENTASI DAN EDGE DETECTION Arian Markus Pardamean Bina Nusantara University, Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebun Jeruk Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segmentasi obyek pada citra dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased). Metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek pada permukaan bumi dengan analisis data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem 3.1.1 Analisa Perbandingan Aplikasi Sebelumnya Gambar 3.1 Gambar Tampilan GeoSeg Versi 1.0.0.0 (Sumber Charles:2012) Pada aplikasi GeoSeg versi

Lebih terperinci

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Veronica Lusiana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email: verolusiana@yahoo.com Abstrak Segmentasi citra sebagai

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

Batra Yudha Pratama

Batra Yudha Pratama Pendeteksian Tepi Pengolahan Citra Digital Batra Yudha Pratama m111511006@students.jtk.polban.ac.id Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo

Citra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra atau image adalah representasi spasial dari suatu objek yang

BAB II LANDASAN TEORI. Citra atau image adalah representasi spasial dari suatu objek yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra atau image adalah representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam koordinat cartesian x-y, dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Fungsi utama perancangan program aplikasi tugas akhir ini adalah melakukan konversi terhadap citra dengan format raster atau bitmap ke format vektor dengan tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pengolahan citra digital memiliki kegunaan yang sangat luas. geologi, kelautan, industri, dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata merupakan salah satu panca indra yang digunakan manusia untuk melihat. Namun mata manusia memiliki keterbatasan dalam menangkap sinyal elektromagnetik.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Segmentasi Dalam computer vision, segmentasi merukuk pada proses partisi gambar digital menjadi beberapa bagian atau kita kenal sebagai superpixels. Tujuan segmentasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik. By Ocvita Ardhiani.

Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik. By Ocvita Ardhiani. Tipe dan Jenis Layar Komputer Grafik By Ocvita Ardhiani. PENGERTIAN GRAFIKA KOMPUTER Grafika komputer adalah bidang dari komputasi visual dimana penggunaan komputer akan menghasilkan gambar visual secara

Lebih terperinci

artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia

artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia ! image image / graphic? artifak / gambar dua dimensi yang memiliki kemiripan tampilan dengan sebuah subjek. - wikipedia dari sisi engineering? pixel? pixel pixel = picture element satuan terkecil pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dan suatu obyek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto,

Lebih terperinci

BAB II CITRA DIGITAL

BAB II CITRA DIGITAL BAB II CITRA DIGITAL DEFINISI CITRA Citra adalah suatu representasi(gambaran),kemiripan,atau imitasi dari suatu objek. DEFINISI CITRA ANALOG Citra analog adalahcitra yang bersifat kontinu,seperti gambar

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu sarana transportasi darat yang penting untuk menghubungkan berbagai tempat seperti pusat industri, lahan pertanian, pemukiman, serta sebagai

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT Andhika Pratama, Izzati Muhimmah Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL Muhammad Affandes* 1, Afdi Ramadani 2 1,2 Teknik Informatika UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kontak Person : Muhammad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mesin atau robot untuk melihat (http://en.wikipedia.org/wiki/computer_vision).

BAB II LANDASAN TEORI. mesin atau robot untuk melihat (http://en.wikipedia.org/wiki/computer_vision). BAB II LANDASAN TEORI Computer vision adalah suatu ilmu di bidang komputer yang dapat membuat mesin atau robot untuk melihat (http://en.wikipedia.org/wiki/computer_vision). Terdapat beberapa klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA I. Citra Foto Udara Kegiatan pengindraan jauh memberikan produk atau hasil berupa keluaran atau citra. Citra adalah gambaran suatu objek yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. 6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut

Lebih terperinci

Pengolahan citra. Materi 3

Pengolahan citra. Materi 3 Pengolahan citra Materi 3 Citra biner, citra grayscale dan citra warna Citra warna berindeks Subject Elemen-elemen Citra Digital reflectance MODEL WARNA Citra Biner Citra Biner Banyaknya warna hanya 2

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web

1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web 4/7/2010 Pelatihan Kopertis VI 6 s.d 8 April 2010 1 1. Grafis Bitmap Dan Vektor 2. Konsep Warna Digital 3. Gambar Digital 4. Editing Gambar Photoshop 5. Membuat Kop Web 4/7/2010 Pelatihan Kopertis VI 6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harafiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

EDGE DETECTION MENGGUNAKAN METODE ROBERTS CROSS

EDGE DETECTION MENGGUNAKAN METODE ROBERTS CROSS EDGE DETECTION MENGGUNAKAN METODE ROBERTS CROSS Arifin 1, Budiman 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 arifins2c@yahoo.com 1, sync_vlo@yahoo.com 2 Abstrak Pengolahan citra digital

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) *) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Abstrak CT scan mampu menghasilkan citra organ internal (struktur

Lebih terperinci

JENIS CITRA

JENIS CITRA JENIS CITRA PJ SENSOR Tenaga yang dipantulkan dari obyek di permukaan bumi akan diterima dan direkam oleh SENSOR. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kepekaannya

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala 52 BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 ANALISA MASALAH Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala melakukan proses retrival citra dan bagaimana solusi untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan Konvolusi Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Filter / Penapis Digunakan untuk proses pengolahan citra: Perbaikan kualitas citra (image enhancement) Penghilangan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial Sistem Informasi Geografis Model Data Spasial Representasi Grafis Untuk Objek Secara umum dikenal tiga jenis data. Ketiganya merupakan abstraksi sederhana dari objek-objek nyata yang lebih rumit. Titik:

Lebih terperinci

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel

Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Implementasi Edge Detection Pada Citra Grayscale dengan Metode Operator Prewitt dan Operator Sobel Sri Enggal Indraani, Ira Dhani Jumaddina, Sabrina Ridha Sari Sinaga (enggal24@gmail.com, Ira.dhani5393@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1 BAB II LANDASAN TEORI Computer vision adalah bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat mesin seolah-olah dapat melihat. Komponen dari Computer Vision tentunya adalah gambar atau citra, dengan

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file PENGINDERAAN JAUH copyright@2007 --- anna s file Pengertian Penginderaan Jauh Beberapa ahli berpendapat bahwa inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi, jadi inderaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Digital Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 10 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor nonfotografik atau sensor elektronik. Sensornya

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab landasan teori ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang terkait dengan Content Based Image Retrieval, ekstraksi fitur, Operator Sobel, deteksi warna HSV, precision dan

Lebih terperinci

Gambar (image) merupakan suatu representasi spatial dari suatu obyek, dalam pandangan 2D atau 3D.

Gambar (image) merupakan suatu representasi spatial dari suatu obyek, dalam pandangan 2D atau 3D. MULTIMEDIA IMAGE ARIF BUDIANTO H1L012074 GANANG NUGROHO AJI H1L012035 HADI PURNOMO H1L013007 DITA ZENITHA ZAIN H1L013031 MUTHIA ATHAYA H1L013030 SARDO SAMUEL ERICK LIMBONG H1L013041 AISYAH FATHIA P H1L014002

Lebih terperinci

Edge adalah batas antara dua daerah dengan nilai gray-level yang relatif berbeda atau dengan kata lain edge

Edge adalah batas antara dua daerah dengan nilai gray-level yang relatif berbeda atau dengan kata lain edge Definisi Edge Edge adalah batas antara dua daerah dengan nilai gra-level ang relatif berbeda atau dengan kata lain edge merupakan tempat-tempat ang memiliki perubahan intensitas ang besar dalam jarak ang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Gambar analog dibagi

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Jenis Graphics Multimedia Bitmap Graphics Lebih cocok untuk citra foto yang membutuhkan variasi warna yang kompleks Vector Graphics Lebih cocok untuk ilustrasi yang membutuhkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI MENDETEKSI TEPI GAMBAR MENGGUNAKAN BERBAGAI METODE

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI MENDETEKSI TEPI GAMBAR MENGGUNAKAN BERBAGAI METODE PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI MENDETEKSI TEPI GAMBAR MENGGUNAKAN BERBAGAI METODE Ayu Leonitami, Noor Aziza Arifani 2, Retno Dewi Anissa 3, Sari Narulita Hantari 4, Widya Wulaningsuci 5 Informatika/Ilmu Komputer,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Meteran Air Meteran air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor, unit penghitung,

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain: BAB II TEORI DASAR 2.1 Tutupan Lahan Tutupan Lahan atau juga yang biasa disebut dengan Land Cover memiliki berbagai pengertian, bahkan banyak yang memiliki anggapan bahwa tutupan lahan ini sama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai acuan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

Metode Alih Media Arsip Statis Menggunakan Pemindai

Metode Alih Media Arsip Statis Menggunakan Pemindai Metode Alih Media Arsip Statis Menggunakan Pemindai Latar Belakang. Muhamad Rosyid Budiman Arsip statis merupakan memori kolektif bangsa sehingga membutuhkan layanan yang bersifat lengkap, cepat, tepat,

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA

IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA Hal : -29 IMPLEMENTASI METODE CANNY DAN SOBEL UNTUK MENDETEKSI TEPI CITRA Asmardi Zalukhu Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan ABSTRAK Deteksi

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci