BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Hendra Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar Definisi Belajar Menurut Slameto dalam syaiful (2011: 13) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut Biggs dalam Syah (2005: 67) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Akan tetapi menurut Suryabrata (2004: 232) dalam mendefinisikan belajar, terdapat beberapa hal pokok, yaitu belajar membawa perubahan (behavioral changes), dalam perubahan tersebut pada dasarnya mendapatkan kecakapan baru, dan perubahan tersebut terjadi karena usaha Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Untuk dapat merealisasikan tujuan proses belajar-mengajar, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan. Beberapa pakar pendidikan mengkategorikan faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua kategori yaitu dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. belajar adalah: Menurut Slameto (2003: 54 72) faktor-faktor yang mempengaruhi
2 1 Faktor intern a) Faktor jasmani (faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh) b) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan). c) Faktor kelelahan. 2 Faktor ekstern a) Faktor keluarga (tingkat pendidikan orang tua, relasi antar anggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah, dan keadaan ekonomi orang tua) b) Faktor sekolah. c) Faktor masyarakat. d) Penilaian prestasi belajar Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang terdapat di dalam diri manusia atau seseorang. Faktor intern dibedakan menjadi dua yaitu faktor fisiologis (semua yang berhubungan dengan keadaan fisik anak) dan faktor psikologis (semua keadaan dan fungsi psikologis anak yang dapat mempengaruhi belajar). Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan siswa meliputi : lingkungan alami dan Lingkungan sosial. Lingkungan alami adalah semua faktor yang berasal dari lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar. Sedangkan lingkungan sosial yaitu hubungan antara siswa dengan orang lain baik secara langsung maupun tidak, pada saat seseorang belajar yang dapat menganggu konsentrasi belajar orang tersebut. Faktor instrumental merupakan faktor yang sengaja diadakan dan digunakan serta dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental terdiri
3 dari : kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru atau tenaga pengajar yang kesemuannya itu berasal dari kebijakan sekolah tersebut. 2.2.Kemandirian Belajar Pengertian Kemandirian Belajar Menurut Haris Mudjiman (2011:9) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Beberapa penjelasan yang terkait dengan batasan belajar mandiri antara lain : a) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan. b) Motif atau niat untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif. c) Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. d) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dan sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya. e) Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional tujuan belajar, khususnya tujuan-tujuan antara hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Tujuan akhir dari setiap unit penugasan dapat ditetapkan oleh guru. Dari batasan tersebut, dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai oleh motif yang mendorongnya untuk belajar, bukan dari kenampakan fisik kegiatan belajarnya.
4 Kegiatan belajar mandiri diawali dengan adanya kesadaran adanya masalah, kemudian diikuti dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk menguasai suatu kompetensi guna memecahkan suatu permasalahan yang ada. Jadi, dengan kata lain kegiatan belajar mandiri ini tidak akan tercipta bila terdapat unsur pemaksaan dari pihak lain, melainkan timbulnya kesadaran dan niat yang timbul dengan sendirinya dalam pribadi individu itu sendiri. Belajar mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin lama semakin keras, serta masalah yang dihadapi juga semakin banyak. Kemandirian belajar (dalam scribd.com) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya. Jadi, aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis Menurut Paul B. Diedrich (dalam id.shvoong.com) ada 177 macam aktivitas siswa antara lain: 1) Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi percobaan pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
5 3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities seperti menulis: cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasimodel, bermain, berkebun, berternak. 7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui aktivitas siswa terdiri dari : 1) Bertanggung Jawab Terhadap Tugas 2) Menemukan Penyelesaian Masalah 3) Pemahaman Isi Materi 4) Kemampuan Menjawab Pertanyaan 5) Menghindarkan Perilaku Yang Tidak Sesuai Dengan Proses Belajar 6) Melakukan Kegatan Yang Berhubungan Dengan Proses Belajar 7) Sistem Pengerjaan Tugas 8) Keberanian Bertanya 9) Keberanian Mengajukan Pendapat 10) Kegiatan Berdiskusi
6 Ciri ciri Kemandirian Menurut Chabib Thoha (1996: ) dalam (subliyanto.blogspot.com) mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain : a) Mampu berpikir secara kritis b) Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain c) Tidak lari dan menghindari masalah d) Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam e) Apabila menjumpai maslaah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian Menurut Masrun (1986:4) (dalam tugasavan.blogspot.com) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain : a) Faktor Dari Dalam Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain: 1) Usia Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahanlahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia seseorang. Anak-anak usia muda merasa belum mampu untuk melakukan sesuatu secara sendiri karena kemampuan yang dimiliki masih terbatas. Sebaliknya, anak dengan usia yang semakin dewasa merasa sudah mempunyai kemampuan yang cukup, maka secara pelan-pelan akan dapat melakukan semuanya secara sendiri. Anak semakin tua usia cenderung semakin mandiri. 2) Jenis Kelamin
7 Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. Seorang anak perempuan memiliki dorongan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada anak laki-laki. 3) Konsep diri Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Cara individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan kepibadian individualnya. Individu yang memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung tidak mampu, maka akan menggantungkan dirinya pada orang lain. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir dengan seksama tentang tindakannya. b) Faktor Dari Luar Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain : 1) Pendidikan Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. Menurut Thoha (1996) sistem pendidikan yang diterapkan disekolah yang dalam prosesnya tidak dapat mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa. 2) Keluarga Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian seorang anak.
8 Demikian juga dalam pembentukan kemandirian anak berupa aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan dalam mendidika anak, cara memberikan penilaian terhadap anak bahkan sampai pada cara hidup orang tua. Keluarga berperan dalam penanaman nilai-nilai pada diri seorang anak, termasuk niali kemandirian. Penanaman nilai kemandirian tidak lepas dari peran orang tua dan cara asuh orang tua ke anak. Apabila sejak kecil seorang anak sudah dilatih mandiri, maka ketika harus keluar dari asuhan orang tua untuk dapat mandiri, tidak akan mengalami kesulitan dalam hidup. Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan peranan orang tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran nyata bahwa dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri sehingga menjadikan anak tersebut untuk selalu ditolong, selalau tergantung kepada ibu karena selalu dimanjakan mengakibatkan tidak dapat menyesuaikan diri dan perkembangan watak mengarah pada keragu-raguan. Sikap ayah yang keras menjadikan anak kehilangan rasa percaya diri sementara kemanjaan yang diberikan ayah menjadikan anak kurang berani menghadapai masyarakat luas. Pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian sikap orang tua terhadap anak mengakibatkan terhambatnya perkembanagan anak. 3) Interaksi sosial Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, maka akan mendukung untuk dapat berperilaku mandiri. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau siswa Aspek-Aspek Kemandirian Menurut Steinbergh (1999:289) dalam (adwintaactivity.blogspot.com) mengemukakan tiga aspek kemandirian antara lain : a) Kemandirian emosional (emotional autonomy) Kemandirian emosional adalah seberapa besar individu tidak tergantung kepada dukungan emosional orang lain, terutama
9 orang tua dalam mengelola dirinya sendiri. Memudarnya hubungan emosional anak dengan orang tua pada masa remaja terjadi sangat cepat. Kecepatan memudarnya hubungan itu terjadi seiring dengan semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara tidak langsung memberikan peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional. Proses psikososial yang menuntut remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional antara lain: 1 Perubahan pengungkapan kasih sayang 2 Meningkatkan pendistribusian kewenangan dan tanggung jawab 3 Menurunnya interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan orang tua 4 Semakin larutnya remaja dalam pola-pola hubungan antar teman sebaya untuk menyelami hubungan kehidupan yang baru di luar keluarga. Individu yang mampu memutuskan ikatan emosionalmya, maka ia akan melakukan pemisahan diri dari keluarga (sparasi). Keberhasilan dalam melakukan sparasi ini merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independency, sehingga ini menjadi awal untuk terbentuknya kemandirian. b) Kemandirian Perilaku (behavioural autonomy) Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam menentukan dan mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya. Ciri-ciri individu yang mempunyai kemandirian dalam perilaku antara lain: 1. Memiliki kemampuanmengambil keputusan, yang ditandai oleh: a. Menyadaru adanya resiko dari tingkah laku b. Memilih alternatif pemecahan masalah yang didasarkan atas pertimbangn diri sendiri dan orang lain c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambil. 2. Memiliki kekuatan terhadap penaruh pihak lain, yang ditandai oleh: a. Tidak mudah terpengauh dalam situasi yang menuntut konformitas b. Tidak mudah terpengaruh oleh tekanana teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan c. Memasuiki kelompok sosial tanpa tekanan. 3. Memiliki rasa percaya diri (self reliance), yang ditandai oleh: a. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari b. Dapat memenuhi tanggung jawab c. Dapat mengatasi sendiri masalahnya d. Berani mengemukakan ide atau gagasan c) Kemandirian nilai (values autonomy)
10 Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau tuntutan dari orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai. Seorang individu memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu yang dilihat dari sisi nilai. Terdapat tiga perubahan kemandirian nilai yang terjadi pada masa remaja antara lain : 1. Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstrak belief) Perilaku yang dapat terlihat dari semakin abstraknya keyakinan akan nilai-nilai adalah mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai. 2. Keyakinan akan nilai-nilai yang semakin bersifat prinsip (principle belief). Perilaku yang muncul antara lain: a. Berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai b. Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai 3. Keyakinan akan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri remaja bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang dimilikinya sendiri (independent belief). Perilaku yang muncul antara lain : a. Individu memulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain b. Berfikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri c. Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri Komponen Kemandirian Belajar Siswa yang mandiri dapat menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, dan jarang mencari perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Menurut Haris Mudjiman (2011:15) dalam Eviana (2009), terdapat empat komponen dalam belajar mandiri antara lain : a. Konstruktivisme yaitu paradigma yang meyakini bahwa pembelajaran adalah penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri, atas dasar rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar.
11 b. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persistensi, terarah dan kreatif c. Kegiatan aktif adalah kegiatan belajar yang ditandai dengan melakukan tindakan, dan memiliki ciri-ciri efektif, persisiten, terarah dan kreatif. d. Kompetensi / tujuan belajar mandiri yang mengarah ke penguasaan kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan secara profesional 2.3. Interaksi Sosial Definisi interaksi sosial antar individu manusia Menurut Gerungan (2000: 57), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Sedangkan menurut Dirdjosisworo dalam Syani (2002: 152) interaksi sosial diartikan sebagai hubungan sosial timbal balik yang dinamis secara perseorangan, antara kelompok, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Jadi, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara daua atau lebih individu manusia dimana akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial Sehubungan dengan definisi interaksi sosial di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya suatu interaksi sosial. Menurut Gerungan (2004: 62-74), faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial meliputi faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
12 1 Faktor imitasi Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Baik dari segi sikap, penampilan, maupun gaya hidup. Imitasi dapat mengarah kepada hal-hal yang positif atau negatif. Imitasi yang baik akan mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, sedangkan imitasi yang negatif mengakibatkan terjadinya penyimpanganpenyimpangan dan melemahkan pengembangan daya kreasi seseorang. Proses imitasi seperti ini haruslah ditolak baik dari segi moral maupun yuridis. 2 Faktor sugesti Sugesti adalah anjuran tertentu yang menimbulkan suatu reaksi langsung dan tanpa pikir panjang pada diri individu yang menerima sugesti itu. 3 Faktor identifikasi Identifikasi adalah dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Dikemukakan oleh Gerungan (2000: 68), identifikasi merupakan usaha seseorang untuk menerapkan normanorma, sikap-sikap, cita-cita atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam situasi dari orang lain ke dalam kehidupannya. Masa perkembangan Dimana individu paling banyak melakukan identifikasi kepada orang lain ialah masa remaja. Pada masa tersebut, seseorang mencari tempat identifikasi pada orang-orang dalam masyarakat yang dianggapnya ideal bagi dirinya. 4 Faktor simpati Simpati ialah perasaan tertarik terhadap orang lain, atas dasar perasaan atau emosi. Disamping kecenderungan merasa tertarik terhadap orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, yang sering disebut antipati. Jadi faktor simpati tersebut bersifat positif, sedangkan antipati bersifat negatif Syarat-syarat interaksi sosial Selain faktor-faktor yang mempengaruhi, ada pula syarat yang harus terpenuhi untuk menciptakan suatu interaksi sosial. Syarat-syarat interaksi sosial tersebut menurut Syani (2002: ), adalah sebagai berikut: 1 Kontak sosial Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masingmasing. Kontak sosial dibedakan menjadi dua, yaitu kontak secara langsung dan tidak langsung. Hubungan yang terjadi dapat berupa hubungan positif maupun negatif. Hubungan positifterjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian dan saling
13 menguntungkan, sehingga hubungan dapat berlangsung lebih lama. Sedangkan kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin juga merugikan. 2 Komunikasi sosial Komunikasi sosial adalah persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soekamto (2005) komunikasi diartikan sebagai tafsiran yangdiberikan seseorang terhadap perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik atau sikap), serta perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut Bentuk-bentuk interaksi sosial Apabila syarat-syarat telah terpenuhi, interaksi sosial akan berjalan dengan mudah. Interaksi sosial tersebut memiliki beberapa bentuk. Menurut Syani (2002: ) dalam Diki (2009),bentuk-bentuk interaksi sosial, yaitu: 1 Kerjasama Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Dikemukakan oleh Soekamto (2005: 72) bentuk kerjasama dapat berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai tujuan bersama, adanya kesadaran bersama dan iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja. 2 Persaingan Persaingan merupakan suatu usaha seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Menurut Dirsjosis dalam Syani (2002: 157) dinyatakan bahwa persaingan merupakan kegiatan yang berupa perjuangan sosial untuk mencapai tujuan, dengan saling bersaing terhadap yang lain, namun secara damai, atau setidak-tidaknya tidak saling menjatuhkan. 3 Pertikaian atau konflik Pertikaian merupakan bentuk persaingan yang berkembang secara negatif. Pertikaian adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain. 4 Akomodasi Menurut Soedjono dalam Syani (2002: 159) akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik, mendapat penyelesaian, sehingga terjalin kerjasama yang baik kembali. Sedangkan menurut Soekamto (2005: 75-79) akomodasi adalah suatu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Namun tidak selamanya suatu akomodasi dapat berhasil sepenuhnya. Disamping terciptanya stabilitas di beberapa bidang, mungkin di bidang lain masih ada benih pertentangan yang belum
14 diperhitungkan selama proses akomodasi atau selama orang perorangan atau kelompok kelompok manusia masih mempunyai kepentingankepentingan yang tidak bisa diselaraskan satu dengan yang lainnya, maka akomodasi belum terjadi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi, sehingga interaksi sosial dapat membentuk motivasi seseorang untuk tampil seragam dengan orang lain yang menjadikan seseorang berperilaku tertentu Motivasi Pengertian Motivasi Motivasi sangat penting dalam mendorong mahasiswa untuk belajar dalam kaitanya menjadi calon guru professional. Adanya motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa akan membantu siswa dalam kegiatan belajarnya sehingga mampu memperoleh hasil maksimal. Menurut Vroom dalam Martini Jamaris (2015: 176), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihanpilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Mc.Donald dalam Syaiful (2011: 148) mendefinisikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
15 Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat untuk terus bertindak dan melakukan kegiatan - kegiatan, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dengan maksimal Fungsi Motivasi Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut syaiful (2011: 157) yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Sedangkan Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakan dan mengarahkan kegiatan mahasiswa dalam belajar sehingga dapat mencapai sesuatu yang dikerjakanya dengan maksimal.
16 Indikator Motivasi Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (1996) yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan Penelitian Relevan Penelitian ini dilakasanakan berdasarkan penelitianya yang relevan. Adapun penelitian yang digunakan : a. Diki Retno Yuliani, R Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Prestasi belajar Mahasiswa Tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes Duta Gama. Karya Tulis Ilmiah: Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas reliabilitas dan dokumentasi. Pada uji validitas instrumen, dari 49 soal yang diajukan 40 soal valid sedangkan 9 soal yang lain tidak valid (nilai hitung tabel r á r 0,320) selanjutnya tidak digunakan. Kemudian untuk uji reliabilitas, instrumen penelitian yang berupa kuesioner
17 dinyatakan reliabel dengan nilai hitung tabel r > r yaitu 0,943 > 0,320. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson product moment. Dari uji statistik dengan rumus korelasi product moment diperoleh nilai hitung r = 0,204 > tabel r,= 0,199 yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua variabel penelitian. Namun hubungan antara variabel X dan Y hanya bersifat rendah. Kemudian diperoleh nilai KP = 4,2 % yang menunjukkan besarnya sumbangan variabel interaksi sosial terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes Duta Gama. b. Wicaksari, Eviana Hubungan Antara Penggunaan Media Pembelajaran Dengan Kemandirian Belajar Mahasisiwa FIKP-PE UKSW Salatiga Angkatan Tahun Semester II Tahun Ajaran Penelitian ini tentang penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun semester II tahun ajaran Jenis Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan Semester II tahun ajaran Penggunaan media pembelajaran sebagai variabel bebas dan kemandirian belajar sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan yang
18 berjumlah 124 orang. Tekhnik pengambilan sampel penelitian menggunakan tekhnik random proposional berlapis atau stratified propotionate random sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 31 orang. Pengumpulan data dilakukan satu kali dengan menggunakan angket untuk mengukur tingkat penggunaan media pembelajaran dan studi dokumentasi untuk memperoleh jumlah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan Hasil uji Korelasi Spearman dengan bantuan atau terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun Semester II tahun ajaran Arah hubungan positif, semakin tinggi penggunaan media pembelajaran, semakin tinggi kemandirian, dan semakin rendah penggunaan media pembelajaran, semakin rendah kemandirian belajar. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.
19 2.6. Kerangka Berpikir INTERAKSI SOSIAL Inklusi Kontrol Afeksi MOTIVASI KEMANDIRIAN BELAJAR Motivasi Bebas dan bertnggung jawab Keterangan: Instrinsik Ekstrinsik = Menyatakan pengaruh 1. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan konomi FKIP UKSW Salatiga. 2. Hubungan antara Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. 3. Hubungan antara Interaksi Sosial dan Motivasi secara simulatan dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kajian, teorotis, kerangka berpikir dan penelitian-penelitian yang relevan di atas, dapat dikemukakan hipotesis penelitian
20 sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan, sebagai berikut: 1 Hipotesis Kerja 1: Ada hubungan posistif signifikan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Interaksi Sosial akan semakin tinggi Kemandirian Belajar Mahasiswa. 2 Hipotesis Kerja 2: Ada hubungan posistif signifikan antara Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Motivasi akan semakin tinggi Kemandirian Belajar Mahasiswa. 3 Hipotesis Kerja 3 Ada hubungan posistif dan signifikan antara Interaksi Sosial dan Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Interaksi Sosial dan Motivasi akan semakin tinggi Kemamdirian Belajar Mahasiswa
BAB II LANDASAN TEORI
1 BAB II LANDASAN TEORI Dunia pendidikan membutuhkan suatu media yang tepat untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pada hakikatnya bukan media pembelajaran yang menentukan hasil belajar yang baik, melainkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun
Lebih terperincijadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pengetahuan baru atau mengajarkan tentang hal-hal yang baru.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru Profesional 2.1.1 Pengertian Guru Mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan pembelajaran. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan
7 B A B II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan keterangan guru, berpikir, berpendapat, berbuat, bertanya, dan berbagai aktifitas baik fisik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Orang Tua Pengertian orang tua menurut Syaroh (dalam http//munasyaroh. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilanketerampilan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang
II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA
Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN PUSTAKA a. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SLB sampai SMP/MTS
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Metode Diskusi Dalam pembelajaran ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan salah satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORIE. Langkah-langkah permainan kategori: dengan subjek pada judul baris. 1. Kategori Gigi Ompong Dentin Magnet Menarik
BAB II KAJIAN TEORIE A. Kerangka Teorietis 1. Pemainan Kategori a. Pengertian Pemainan Kategori Permainan kategori adalah sebuah permainan kata. Dalam permainan kata ini, setiap pemain memikirkan kata-kata
Lebih terperinciRatih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciOleh Saryana PENDAHULUAN
PENDAHULUAN INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Laporan Hasil Penelitian Tindakan kelas) Oleh Saryana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan
Lebih terperinciBAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,
BAB.II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehinga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut (Sanjaya, 2009:240-241), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
Lebih terperinciPERSETUJUAN ARTIKEL. Oleh: Indriyani Nalole Jurusan Pendidikan Ekonomi. Nip Nip
PERSETUJUAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Desi Susanti 1, Pebriyenni 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Belajar 1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Dimyati (1994:3) menyatakan bahwa Hasil belajar merupakan hasil dan suatu interaksi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Partisipasi a. Pengertian Partisipasi Partisipasi dalam Bahasa Inggris yaitu participation.menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2007, partisipasi artinya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat
Lebih terperinci(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu
Lebih terperinciSinggih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATI DENGAN TIPE THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X IPS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT Rosmiati 1, Yusrizal 2, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Aktivitas Belajar 1. Pengertian Aktivitas Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang digunakan berupa angka-angka dan dihitung menggunakan statistik.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam meiliti hubungan interaksi sosial dan motivasi belajar dengan kemandirian belajar mahasiswa pendidikan ekonomi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Aktivitas Belajar Menurut kamus besar bahasa Indonesia, aktivitas adalah kegiatan. 11 Pembelajaran di kelas merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan siswa.
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi
7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,
Lebih terperinciKata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIIB SMP PGRI KASIHAN Exa Jati Purwani Universitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan olah seorang guru atau instruktur. Pengertian lain adalah teknik penyajian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN
233 HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN Muhamad Abdul Aziz 1, Ewo Tarmedi 2, Sunarto H. Untung 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran 2.1.1 Hakikat Belajar Proses perkembangan manusia atau individu sebagian besar berlangsung melalui proses belajar dari mulai sederhana sampai kompleks baik secara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar pada hakekatnya adalah sebuah bentuk rumusan prilaku sebagaimana yang tercantum dalam pembelajaran yaitu tentang penguasaan terhadap
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan
BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik untuk mendapatkan pengetahuan ataupun dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
26 BAB II STRATEGU GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN A. Strategi Pembelajaran Dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, strategi merupakan cara-cara yang baik dan menguntungkan dalam suatu tindakan. 26 Istilah strategi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02
PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02 Darsino SDN GEBANGSARI 02 GENUK ABSTRAK Penelitian ini terfokus pada peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Lebih terperinci