BAB II LANDASAN TEORI. pengetahuan baru atau mengajarkan tentang hal-hal yang baru.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. pengetahuan baru atau mengajarkan tentang hal-hal yang baru."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesiapan menjadi Guru Profesional Pengertian Guru Mengajar dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertentu yang memang dirancang untuk mempersiapkan guru. Guru sebagai membuat suatu keputusan dan sebagai ahli berpikir menganalisis. Peran guru sangat penting bagi semua orang untuk memberikan pengetahuan baru atau mengajarkan tentang hal-hal yang baru. Menurut Usman (1990 : 1). guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai pengajar. Definisi guru menurut usman dapat dijelaskan bahwa guru merupakan suatu profesi disebut profesi karena pekerjaan mengajar merupakan tindakan yang benar dilakukan oleh dalam jiwa, keahlian guru dalam bertanya dan berpikir adalah pusat dari yang lain-lain. Menurut Danim (2010:17) guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Definisi guru menurut Danim dapat diartikan bahwa seorang guru harus memiliki keahlian dalam mengelola jati diri siswa. Dalam hal ini konteks guru lebih ditekankan pada pendidikan formal seperti disekolah. Di dalam UU No 20 Tahun kata guru dimasukkan ke dalam genus pendidik. Sesunggguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata pendidik spesialisasi di bidang pendidikan atau ahli kependidikan. Kata guru merupakan seseorang yang mengajar, khususnya di sekolah. 8

2 Menurut UU No 20 Tahun 2003 dapat dijelaskan bahwa lebih melihat guru sebagai seseorang yang lebih mengutamakan kegiatan hanya di dunia pendidikan formal seperti di sekolah. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa guru adalah profesi yang memiliki keahlian khusus yang terlibat dalam tugas pendidikan untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik Tugas Utama Guru Disamping memiliki tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih, maka tugas utama guru menurut Depdikbud (dalam Darmadi: 1984:7). 1. Tugas profesional yaitu mendidik dalam rangka menyumbangkan kepribadian, mengajar dalam rangka menyimbangkan kemampuan berpikir, kecerdasan dan melatih dalam rangka membina ketrampilan. 2. Tugas manusiawi yaitu membina anak didik dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemapuan manusiawi optimal serta pribadi yang mandiri. 3. Tugas kemasyarakatan yaitu dalam rangka mengembangkan terbentuknya masyarakat indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dari raian diatas dapat disimpulkan, tugas guru adalah tugas profesional melatih siswa tentang kecerdasan dan keahlian, tugas manusiawi membina anak tentang kemampuan pribadi yang mandiri, tugas kemasyarakatan mengembangkan manusia berlandaskan pancasila dan UUD Kompetensi Guru Dalam Konteks Keprofesional Kompetensi guru dalam konteks keprofesian menurut Udin S (dalam fajar: 2006 : 47) dalam Bahasa Inggris mengandung makna : 9

3 1. competence (n) is being competent, ability (to do the work) 2. competenst (adj.) refers to (person) having ability, power, authority, skill, knowledge, etc. (to do what is needed) 3. competency is rational performance which satisfactorily meets the objectives for a desired condition Definisi pertama menunjukan bahwa kompetensi itu pada dasarnya menunjukan kepada kecakapan definisi atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Sedangkan definisi kedua menunjukan lebih lanjut bahwa kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dsb. Kemudian definisi ketiga lebih lanjut lagi ialah bahwa kompetensi itu menunjukan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi itu masuk dalam konteks kecapakan, memiiliki keahlian khusus, dalam melaksanakan pekerjaan harus mencapai pada tujuan yang telah diharapkan Kompetensi Guru Empat jenis kompetensi guru yang harus dimiliki oleh setiap guru maupun calon guru. Kompetensi tersebut menjadi penentu siap tidaknya mahasiswa menjadi guru yang profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut selaras dengan kompetensi yang disebutkan dalam UU No. 14 tahun 2005 dalam Hadi (2015). Subkompetensi dan indikator esensialnya dijabarkan sebagai berikut : 1. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 2. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 10

4 3. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi kelimuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. 4. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi yang meliputi kemampuan peserta didik, sesama pendidik, orang tua atau wali siswa dan masyarakat disekitar. Dari hal diatas dapat disimpulkan untuk menjadi guru profesional harus mempunyai 4 kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan yang terakhir kompetensi sosial. Empat kompetensi tersebut menjadi penentu siap tidaknya mahasiswa menjadi guru yang profesional. 2.2 Gaya Belajar Pengertian Gaya Belajar Kemampuan setiap orang dalam menerima pelajaran berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan dalam menerima informasi dan melaksanakan tugas atau dalam menyelesaikan suatu masalah dalam konteks pembelajaran. Dapat disadari hal itu terjadi karena tidak mengetahui gaya belajar bagaimanakah yang harus dilakukan. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Hernacki, 2011:110). Dapat dijelaskan gaya belajar merupakan ketergantungan kita dalam menerima suatu informasi dan dapat mengelola sesuai dengan apa yang diharapkan. Dunn & Dunm dalam Sugihartono (2007: 53) menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. 11

5 Dapat diartikan bahwa gaya belajar merupakan suatu karakter pada diri seseorang pribadi jadi yang mengetahui adalah pribadi masing-masing yang membuat pembelajaran lebih efektif bagi yang menerapkan gaya belajar namun ada yang tidak afektif karena pribadi seseorang berbeda- beda jadi cara menerima informasi juga berbeda tergantung pada bagaimana cara mengelola dengan baik. Keef dalam sugihartono (2007: 53) menyatakan bahwa gaya belajar berhubungan dengan cara anak belajar, serta cara belajar yang disukai. Keef lebih menekankan pada cara belajar yang nyaman, gaya belajar ini diberikan kepada masing-masing pribadi terserah bagaimana nyamannya dia menerima informasi, misal dengan cara membaca, menulis, praktek dll. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal (S. Nasution, 2003: 94). Dalam hal ini gaya belajar menekankan pada kebiasaan yang konsisten tidak merubah cara menerima informasi, cara mengingat, serta memecahkan masalah Beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang secara sadar disenangi oleh siswa dan siswa dapat mengkombinasi dari bagaimana ia menangkap menyerap dan mengelola informasi serta memecahkan masalah secara efektif Macam-macam gaya belajar Ada beberapa gaya belajar yang harus diketahui oleh mahasiswa supaya dapat mengenali gaya belajar apakah yang ia pakai. Menurut DePorter & Hernacki (2011: 112) terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu gaya belajar 12

6 visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa belajar dengan menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada salah satu diantara gaya belajar tersebut. 1) Gaya Belajar Visual Siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata/penglihatan (visual), mereka cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.(deporter & Hernacki, 2011: 116). 2) Gaya Belajar Auditorial Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Mereka dapat mencerna dengan baik informasi yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya belajar auditori. Anakanak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. (DePorter & Hernacki, 2011: 118). 3) Gaya Belajar Kinestetik Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini tidak tahan untuk duduk berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh. (DePorter & Hernacki, 2011: 120) Dari macam-macam gaya belajar diatas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar berkerja sesuai dengan indra kita, dari visual mengutamakan menggunakan menglihatan, dalam menerima informasi dan menyelesaikan masalah menggunakan indra penglihatan. Serta terdapat mahasiswa yang lebih memanfaatkan indra pendengaran untuk menerima rangsangan apa saja sesuatu 13

7 yang didengar akan menjadi lebih diterima dengan baik. Ada juga mahasiswa yang lebih senang langsung turun kelapangan atau praktek supaya lebih memahami informasi dan dapat langsung menerapkan dalam kehidupannya Indikator Gaya Belajar Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter & Hernacki (2011: ) seperti yang diuraikan di atas maka diketahui indikator-indikator dari masing-masing gaya belajar sebagai berikut: 1) Indikator gaya belajar visual a) Belajar Indikator gaya belajar visual, b) Mengerti baik mengenai posisi, bentuk, angka, dan warna. c) Rapi dan teratur siswa visual mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun kondisi lingkungan di sekitarnya. d) Tidak terganggu dengan keributan e) Sulit menerima intruksi verbal mudah lupa dengan sesuatu yang disampaikan secara lisan 2) Indikator gaya belajar auditorial a) Belajar dengan cara mendengar b) Baik dalam aktivitas lisan. c) Memiliki kepekaan terhadap musik Mereka mampu mengingat dengan baik apa yang didengar d) Mudah terganggu dengan keributan e) Lemah dalam aktivitas visual Informasi tertulis terkadang sulit diterima oleh siswa bergaya belajar auditori. 3) Indikator gaya belajar kinestetik a) Belajar dengan aktivitas fisik b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak d) Suka coba-coba dan kurang rapi e) Lemah dalam aktivitas verbal Cenderung berbicara dengan perlahan, sehingga perlu berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dalam gaya belajar ada beberapa bagian yang pertama gaya belajar visual cederung menggunakan menglihatan, mengutamakan tentang beberapa hal yang dapat dilihat. Gaya belajar auditorial belajar menggunakan pendengaran, sangat peka terhadap rangsangan telinga dapat menerima informasi lebih cepat melalui suara. 14

8 Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan kegiatan fisik, dalam kegiatan lebih senang langsung praktek. 2.3 Kemandirian Pengertian Kemandirian Belajar Kegiatan belajar mandiri dilakukan atas kesadaran terhadap diri sendiri. Belajar apabila dipaksa oleh orang lain tidak akan secara sadar dan sungguhsungguh ingin belajar atau mencari informasi. Menurut Haris Mudjiman ( dalam Eviana 2011:9). belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Belajar mandiri menurut haris dapat diartikan bahwa kegiatan belajar yang dilakukan dengan niat dalam diri memiliki motivasi dalam diri guna mengatasi masalah yang dibangun oleh bakat yang dimiliki. Tahar dan Enceng dalam Astuti,dkk (2006: 93). berpendapat bahwa, Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan kebebasannya dalam menentukan dan mengelola sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan sumber belajar yang diperlukan. Dapat diartikan kegiatan belajar seseorang dengan bebas mengelola bahan, waktu, tempat dan dapat memanfaatkan sumber yang ada. Sedangkan Pengertian kemandirian belajar menurut Khosun dalam Astuti,dkk (2011), diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Dapat diartikan bahwa mahasiswa yang melakukan kegiatan belajar secara mandiri berdasar kemanuan dalam diri sendiri untuk menguasai kompetensi dalam 15

9 hal ini dapat dikaitkan dengan 4 kompetensi guru, supaya mahasiswa siap menjadi guru yang profesional dikehidupan nyata. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah aktifitas belajar yang dilakukan secara sadar oleh diri sendiri dalam hal ini tidak ada paksaan dari pihak lain misal orang tua atau yang lain. Melainkan kesadaran untuk ingin mengelesaikan masalah atau ingin menambah informasi. Belajar mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin lama semakin keras, serta masalah yang dihadapi juga semakin banyak Ciri-ciri kemandirian Menurut Chabib Thoha ( dalam Eviana :1996: ) mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain : a) Mampu berpikir secara kritis b) Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain c) Tidak lari dan menghindari masalah d) Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam e) Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri Berdasar pada rangkaian ciri-ciri kemandirian diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang telah belajar mandiri pola pemikiran yang kritis, dapat menghadapi masalah dengan tenang dalam melakukan tindakan tidak sembarangan akan benar-benar dipikirkan. Orang yang mandiri lebih tegas, tertanggung jawab dan cenderung mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. 16

10 2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian Menurut Masrun (dalam Eviana: 1986:4) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain : a. Faktor Dari Dalam Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain : 1. Usia Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebihtergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia seseorang. Anak-anak usia muda merasa belum mampu untuk melakukan sesuatu secara sendiri karena kemampuan yang dimiliki masih terbatas. 2. Jenis Kelamin Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifatsifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. Seorang anak perempuan memiliki dorongan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada anak lakilaki. 3. Konsep diri Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Individu yang memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung tidak mampu, maka akan menggantungkan dirinya pada orang lain. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir dengan seksama tentang tindakannya. b. Faktor Dari Luar Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain: 1. Pendidikan Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang 17

11 dapat mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. Menurut Thoha (1996) sistem pendidikan yang diterapkan disekolah yang dalam prosesnya tidak dapat mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa. 2. Keluarga Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan peranan orang tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran nyata bahwa dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri sehingga menjadikan anak tersebut untuk selalu ditolong, selalau tergantung kepada ibu karena selalu dimanjakan mengakibatkan tidak dapat menyesuaikan diri dan perkembangan watak mengarah pada keragu-raguan. 3. Interaksi sosial Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, maka akan mendukung untuk dapat berperilaku mandiri. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan kemandirian berpengaruh terhadap beberapa factor, yang pertama faktor dari dalam yaitu usia setiap orang akan bertambah usia yang menimbulkan kesadaran bahwa kemandirian itu penting, tentang jenis kelamin dalam hal ini wanita dan laki-laki kemandirian lebih menonjol laki-laki karena berpikiran memiliki tanggung jawab yang lebih tinggi, selanjutnya faktor dari dalam adalah diri sendiri yang membuat kemandirian itu ada karna adanya dorongan dari diri sendiri. Terdapat faktor dorongan dari luar yang pertama dari orang tua apabila tidak ada kesadaran untuk pribadi yang mandiri kita akan selalu bergantung pada orang tua, faktor pendidikan didapat dari guru, guru dapat memupuk diri siswa untuk menjadi pribadi yang mandiri misal dalam mengerjakan tugas dll. Faktor interaksi sosial kebiasaan berbuat baik dengan orang lain dalam meyelesaikan masalah sosial 18

12 dihadapi dengan kemandirian akan menciptakan rasa mandiri dalam menyelesaikan segala sesuatu dengan rasa yang bertanggung jawab. 2.4 Penelitian Relevan 1. Penelitian yang dikakukan oleh Sintha Sih Dewanti, S.Pd.Si., M.Pd.Si. Yang berjudul Analisis Kesiapan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Sebagai Calon Pendidik Profesional Penelitian ini mendeskripsikan kesiapan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika sebagai calon pendidik profesional di bidang matematika melalui matakuliah Praktik Pembelajaran Mikro (PPM). Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sudah siap menjadi calon pendidik profesional di bidang matematika menurut kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Faktor yang paling mempengaruhi kesiapan mahasiswa sebagai calon pendidik profesional di bidang matematika adalah kemampuan penguasaan materi prasyarat matakuliah PPM terutama pada matakuliah kependidikan matematika. 2. Penelitian yang dikakukan oleh Selmi R.A Nggaji, Yang berjudul Hubungan Anatar Prestasi Belajar dan Kondisi Sosial Ekonomi Orang tua Dengan Kesiapan Menjadi guru Profesional Di Kalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonimi FKIP- UKSW Salatiga Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar (X1) dengan kesiapan menjadi guru profesional (Y) mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga koefisisen korelasinya sebesar 0,483 (positif) pada kategori sedang dan a (0,05) (0,000 < 0,05) signifikan. (2) Ada hubungan positif dan tidak signifikan antara kondisi sosial ekonomi orang tua (X2) dengan kesiapan menjadi guru profesional (Y) 19

13 mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP-UKSW Salatiga dengan koefisien korelasi 0,054 (positif) pada kategori sangat rendah dan a (0,05) (0,691 > 0,05) sehingga tidak signifikan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Eviana Wicaksari yang berjudul Hubungan Antara Penggunaan Media Pembelajaran Dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa Fkip-Pe Uksw Salatiga Angkatan Tahun Semester II Tahun Ajaran Hasil uji Korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS release 16.0 for windows diperoleh hasil r = 0,537 dan α = 0,002. Diketahui nilai z0 = 2,95 > za/2 = 1,96, sehingga H0 ditolak pada α terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun Semester II tahun ajaran Arah hubungan positif, semakin tinggi penggunaan media pembelajaran, semakin tinggi kemandirian, dan semakin rendah penggunaan media pembelajaran, semakin rendah kemandirian belajar. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. 2.5 Kerangka Berpikir Menurut Sugiyono, (2010:91). Kerangka pikir penelitian merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarka pada hasil landasan teori dan penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan diatas, untuk lebih memudahkan pemahaman tentang kerangka pemikiran penelitian ini,maka dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut ini: 20

14 Gaya Belajar (X1) R Kesiapan Menjadi Guru Profesional (Y) Kemandirian (X2) Gambar 2.1 Peta Konsep Hubungan Gaya Belajar dan Kemandirian dengan Kesiapan Menjadi Guru Profesional Keterangan: Gaya Belajar (X1) = Variabel bebas Kemandirian (X2) = Variabel bebas Kesiapan Menjadi Guru Profesional (Y) = Variabel terikat R = Analisis korelasi Ganda = Hubungan 2.6 Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2010 : 96) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar dan kemandirian dengan kesiapan menjadi guru profesional di kalangan Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga. 21

15 2.6.1 Hipotesis Kerja1 H0 = μ Kesiapan menjadi guru profesional dikalangan mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga adalah tinggi yaitu lebih dari 29,25 H a = μ < 29,25 Kesiapan menjadi guru profesional dikalangan mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga adalah rendah yaitu kurang dari 29, Hipotesis Kerja 2 Ho = Tidak ada hubungan positif antara Gaya Belajar dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga. H a = Terdapat hubungan positif antara Gaya Belajar dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga Hipotesis Kerja 3 H0 = Tidak ada hubungan positif antara Kemandirian dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga. H a = Terdapat hubungan positif antara Kemandirian dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga Hipotesis Kerja 4 H0 = Tidak ada hubungan positif antara Gaya Belajar dan Kemandirian dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga. H a = Terdapat hubungan positif antara Gaya Belajar dan Kemandirian dengan Kesiapan menjadi Guru Profesional Dikalangan Mahasiswa FKIP Progdi Pendidikan Ekonomi UKSW Salatiga. 22

Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian. Satya Wacana Salatiga pada mahasiswa angkatan yang terdaftar pada

Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian. Satya Wacana Salatiga pada mahasiswa angkatan yang terdaftar pada 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian Penelitian ini mengambil subjek populasi dan sampel di Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Gaya Belajar 2.1.1 Pengertian Gaya Belajar Gaya belajar menurut Winkel (2005) adalah cara belajar yang khas bagi siswa. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari analisis data penelitian, maka dilakukan pembahasan tentang hasil penelitian sebagai berikut : A. Pengaruh Gaya Belajar Visual terhadap Prestasi Belajar Pendidikan

Lebih terperinci

KESIAPAN MAHASISWA S1 PGSD PRA JABATAN DAN DALAM JABATAN UPI KAMPUS TASIKMALAYA UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM LATIHAN PROFESI KEPENDIDIKAN (PLPK) RUSTONO

KESIAPAN MAHASISWA S1 PGSD PRA JABATAN DAN DALAM JABATAN UPI KAMPUS TASIKMALAYA UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM LATIHAN PROFESI KEPENDIDIKAN (PLPK) RUSTONO KESIAPAN MAHASISWA S1 PGSD PRA JABATAN DAN DALAM JABATAN UPI KAMPUS TASIKMALAYA UNTUK MELAKSANAKAN PROGRAM LATIHAN PROFESI KEPENDIDIKAN (PLPK) RUSTONO. W. S. ABSTRAK Pengagendaan pendidikan yang berkait

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Secara psikologis belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berlangsung diruang-ruang kelas.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berlangsung diruang-ruang kelas. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting untuk semua orang, dari berbagai jenis pekerjaan pendidikan menjadi modal utama. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74).

individu dengan lingkungannya (Sugihartono, 2007: 74). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teori 1. Prestasi belajar listrik otomotif a. Pengertian prestasi belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Pengertian Sertifikasi Sertifikasi berasal dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi kompetensi seseorang untuk memangku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan keluarga (in formal), pendidikan di sekolah (formal) maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan konstruktif yang pelaksanaannya diarahkan untuk membimbing, membina manusia dalam kehidupan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam mengembangkan kehidupan manusia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan : 1 MODALITAS BELAJAR Nama : Faridatul Fitria NIM : 152071200008 Prodi/SMT : PGMI A1/ V Email Ringkasan : : faridatulfitria05@gmail.com Artikel ini membahas tentang modalitas belajar. Definisi model belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Lebih terperinci

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 disebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era informasi instan dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik informasi yang berupa ilmu pengetahuan umum, teknologi, maupun yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

Oleh : ARLINDA IKAWATI A

Oleh : ARLINDA IKAWATI A PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN LUAS DAN KELILING BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 NGADILUWIH KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembang kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalm rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menuju ke arah hidup yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, hasil belajar dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO

PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 4 KOTA PROBOLINGGO Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 No 1 (2016) 90-100 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jppi PENGARUH GAYA BELAJAR VISUAL DAN AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemodelan Matematika Model sebagai kata benda dalam kamus besar bahasa indonesia merupakan pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna serta mandiri. Selain itu, pendidikan sangat

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2015/2016 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 3, September - Desember 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sesuai denngan masalah dan persoalan penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Bagian pertama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam

Lebih terperinci

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

Available online at  Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 82 Available online at www.journal.unrika.ac.id Jurnal KOPASTA Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17 Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Junierissa Marpaung* Division of Counseling and

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita 8 BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Analisis kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika perlu dilakukan, agar kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH. Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KELAS V SD NEGERI 29 BANDA ACEH Zahratul Adami, M. Husin Affan, Hajidin Zahra2639@gmail.com ABSTRAK Gaya belajar adalah salah satu cara bagaimana

Lebih terperinci

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit

Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit PENDAHULUAN 1 Cara setiap siswa untuk berkonsentrasi, memproses dan menyimpan informasi yang baru dan sulit 2 Setiap siswa memproses informasi secara berbeda Jika guru hanya menggunakan satu gaya belajar

Lebih terperinci

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016

STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016 STUDI GAYA BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UM MATARAM PADA MATA KULIAH ELEKTRONIKA DASAR I TAHUN AKADEMIK 2015/2016 1 Linda Sekar Utami 1 Dosen Progran Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Kajian tentang Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan hal terpenting yang harus dilakukan manusia untuk menghadapi perubahan lingkungan yang senantiasa

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : TRI WULANDARI F 100 030 247 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Disusun oleh: HARYANI ISTIQOMAH A UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS PERMULAAN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 SUMBEREJO KECAMATAN KLATEN SELATAN KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 291 PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Ibnu R. Khoeron 1, Nana Sumarna 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diberbagai tingkat pendidikan, masih banyak ditemukan hasil belajar yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU OLEH : WAWAN PURNAMA, DRS, MSI (ASESSOR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN) Kompetensi dan Profesionalisme Guru Menurut kamus besar bahasa Indonesia (WJS.Purwadarminta) kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami aspek-aspek yang akan diperbaharui agar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. memahami aspek-aspek yang akan diperbaharui agar dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu : MOTIVASI BELAJAR Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua kesuksesan. Guru merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang berkualitas, perlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FIP UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FIP UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FIP UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan berbagai Prinsip Pembelajaran Memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL RATRI CANDRA HASTARI 1 1 STKIP PGRI TULUNGAGUNG 1 ratricandrahastari@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan seyogyanya menyiapkan generasi yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian yang dilaksanakan, yaitu berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai fungsi dan tujuan yang harus diperhatikan. Fungsi dan tujuan tersebut dapat dilihat pada UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA JPPM Vol. 10 No. 2 (2017) IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA Yusri Wahyuni Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 87 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Data hasil penelitian terdiri dari tiga variabel bebas yaitu variabel gaya belajar visual (X1), gaya belajar auditorial (X2)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi Belajar Menurut Slameto dalam syaiful (2011: 13) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG 2 1. Bagaimana pandangan konstruktivisme tentang belajar dan apa implikasinya bagi pembelajaran di kelas? Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mendorong tegaknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ruang lingkup pendidikan, tujuan proses pembelajaran diharapkan mampu memperoleh hasil yang optimal. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Dengan demikian dalam program pembangunan masalah pendidikan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menghadapi era globalisasi, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, menurut Sudijono (2010) penelitian komparatif adalah salah satu teknik analisis statistik yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kedisiplinan 2.1.1 Pengertian Disiplin Belajar Secara etimologi disiplin berasal dari bahasa Latin disibel yang berarti Pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika pada pendidikan formal dari jenjang TK, SD, SMP, SMA hingga

BAB I PENDAHULUAN. matematika pada pendidikan formal dari jenjang TK, SD, SMP, SMA hingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu buktinya dengan termuatnya kurikulum dan materi matematika pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan berlatih untuk bekerja sama

Lebih terperinci