Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
|
|
- Doddy Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Bakteri Konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalcaligenes dan Bacillus sp) dan Rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn Bambang Yudono 1, Sri Pertiwi Estuningsih 2 1. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya yudonob@hotmail.com Abstrak. Telah dilakukan penelitian kinetika degradasi minyak bumi dengan bakteri konsorsium (Micrococcus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalicaligenes dan Bacillus sp) dan rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn Limau Sumatera Selatan. Konsentrasi awal Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) tanah terkontaminasi minyak bumi diperoleh sebesar 88,88%. Untuk keperluan penelitian, tanah terkontaminasi tersebut dikondisikan pada konsentrasi 2,5%; 5,0%; 7,5%; 10,0%; 12,5%; dan 15,0% dengan menambahkan tanah segar, serbuk gergaji, dan nutrisi. Bioremidiasi dilakukan selama 84 hari dan setiap 14 hari dilakukan penyamplingan dengan parameter yang diamati adalah Total Petroleun Hidrokarbon (TPH). Pada penelitian menunjukkan orde reaksi degradasi minyak bumi adalah 0,8906. Identifikasi dengan GC-MS menunjukkan bahwa limbah minyak bumi tersusun dari senyawa-senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon C 15 -C 17, C 18 - C 21 dan >C 22 dengan masing-masing kelimpahannya 7,86%; 38,53% dan 53,6%. Pada akhir degradasi menghasilkan residu 100% pada C 22. PENDAHULUAN Sumatera Selatan merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki banyak sumber daya minyak bumi. Sebagian besar limbah minyak bumi tersebut masih ditampung dalam suatu kolam penampungan limbah yang sangat sederhana tanpa perlindungan yang cukup memadai. Senyawa-senyawa hidrokarbon dalam Lumpur dapat menembus ke lapisan tanah, beresiko menyebabkan kontaminasi tanah dan air sekitarnya. Di sisi lain, hidrokarbon ringan dalam lumpur minyak mudah menguap dan dapat menyebabkan polusi udara. Salah satu metode alternatif pengolahan limbah minyak bumi adalah dengan menggunanakan metode bioremidiasi. Bioremidiasi merupakan salah satu metode alternatif pengolahan limbah minyak bumi yang digunakan untuk pemulihan tanah tercemar hidrokarbon (Reardon et al., 2002). Bioremidiasi mengandalkan reaksi mikrobiologis di dalam tanah. Teknik ini mengkondisikan mikroba sedemikian rupa sehingga mampu mengurai senyawa hidrokarbon yang berada di dalam tanah. Limbah minyak bumi yang diuraikan oleh mikroba akan menghasilkan senyawa akhir yang lebih ramah lingkungan. Sedangkan proses bioremidiasi merupakan salah satu metode pengolahan tanah terkontaminasi yang relatif murah dan efektif dibandingkan dengan metode fisika maupun kimia lainnya dikarenakan proses ini memanfaatkan aktvitas bakteri dalam mengolah tanah terkontaminasi. Bakteri pengolah minyak bumi tersebar, tidak hanya di lingkungan alam yang bersinggungan dengan minyak bumi, tetapi bakteri ini dapat di isolasi juga dari Semirata 2013 FMIPA Unila 55
2 Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi tanah, hutan, ladang dan pada rumput. Dalam beberapa hal, lingkungan yang akan dilakukan bioremidiasi sudah terdapat bakteri indigenous, tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu ditambahkan bakteri eksogenous yang lebih sesuai. Selain bakteri konsorsium, rumput juga berpotensi sebagai agen remidiasi. Sistem perakaran yang luas pada rumput dapat memperluas bidang kontak antara bakteri dan akar rumput. Disamping itu, eksudat yang dihasilkan rumput dapat dimanfaatkan bakteri untuk pertumbuhan. Lin et al. (2004) menyatakan dalam fitoremidiasi sering digunakan rumput-rumputan karena memiliki perakaran serabut, asosiasi dengan mikroba tanah tinggi, serta tanah dalam lingkungan yang tidak mendukung, oleh sebab itu dalam penelitian dilakukan bioremidiasi terhadap limbah minyak bumi oleh bakteri konsorsium dan tanaman rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn. METODOLOGI PENELITIAN Persiapan Media Perlakuan Bioreaktor berisi tanah segar, 1% nutrient, 10% bulking agent yang berupa serbuk kayu dan residu minyak, sehingga TPH dalam bioreaktor sesuai dengan perlakuan (2,5%; 5,0%; 7,5%; 10%; 12,5%; 15%). Selanjutnya campuran tersebut diinokukasi dengan2,5% starter bakteri diaduk sampai homogen dan dimasukkan dalam ember dengan kapasitas masingmasing 10 kg. Selanjutnya dilakukan pengaturan faktor lingkungan (aerasi, inkubasi pada suhu kamar, ph medium dijaga konstan pada 5,6-7 dengan kelembaban 40%). Penanaman dan Pemeliharaan Rumput Eleusin Indica (L.) Gaertn Penanaman rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn sebanyak 37,5 gram dilakukan setelah inokulasi starter. Pemeliharaan rumput selama 2 bulan dengan cara dsiram pada pagi hari. Selain itu dilakukan juga pengadukan bioreaktor di sekitar rumput setiap hari untuk menjaga agar limbah tidak mengendap dan menambnah aerasi untuk bakteri Analisa Sampel Analisis Residu Limbah Minyak Bumi Dengan Gas Chromatography Analisa sampel diambil residu sebanyak 10 ml hasil sokhletasi dari hasil pengukuran % TPH awal (To) dan pengukuran % TPH pada T 6 untuk konsentrasi tanah olahan sludge 7,5 %. Masing-masing residu di encerkan dengan pelarut n-heksane pada labu takar 100 ml. Analisis residu minyak bumi dari proses bioremediasi dilakukan dengan gas chromatography (GC), menggunakan temperatur program sesuai Gambar 1 Analisis komponen penyusun limbah minyak bumi ditentukan berdasarkan fraksi temperaturnya sesuai metode Yudono (1994). Gambar 1. Temperatur Program DalamAnalisis Gas Chromatography 56 Semirata 2013 FMIPA Unila
3 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Analisa Data Penentuan order reaksi dan laju reaksi ditentukan dengan metode deferinsialdan integral Menentukan orde reaksi dilakukan dengan metode diferensial yaitu dari hasil pengukuran % TPH awal (T 0 ) dan dari hasil pengukuran % TPH pada hari ke 84 (T 6 ) untuk variasi konsentrasi tanah olahan sludge 0%, 2,5% ; 5% ; 7,5% ; 10% ; 12,5% ; 15%. Menentukan konsentrasi laju dengan menggunakan metode integral dari hasil pengukuran % TPH T 1 (waktu inkubasi hari ke-14) hingga % TPH T 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Total petroleum hidrokarbon (TPH) diukur untuk mengertahui persentase senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi. Pengukuran Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) pada tanah terkontaminasi minyak bumi, yaitu sebesar 88,88%. Selanjutnya untuk keperluan penelitian ini konsentrasi TPH tanah terkontaminasi minyak bumi tersebut diencerkan menjadi 2,5%; 5,0%; 7,5%; 10,0%; 12,5% dan 15,0% selanjutnya diinkubasi dengan bakteri konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalcaligenes dan Bacillus sp) 14 hari, dan selanjutnya ditanami dengan rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn. Masa inkubasi pada tahap pertama tersebut dimaksudkan untuk proses pengomposan dari bulking agent dan substrat yang cukup tersedia akan menginduksi bakteri menghasilkan enzim (enzim induktif) yang berperan dalam merombak substrat menjadi senyawa yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup bakteri dan secara tidak langsung juga bermanfaat bagi pertumbuhan rumput Eleusin Indica (L.) Gaertn. Rumput dapat memanfaatkan hasil dehidrogenasi senyawa hidrokarbon yang berupa CO 2 dan H 2 O serta energi untuk pertumbuhannya, sedangkan eksudat akar yang dihasilkan rumput dapat meningkatkan jumlah populasi bakteri rizosfer. Penentuan Orde Reaksi Degraasi Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi dengan Metode Diferensial Orde reaksi degradasi sampel dapat ditentukan dengan menggunakan metode diferensial berdasarkan persetase konsentrasi TPH sampel terhadap laju degradasi. Orde reaksi ditentukan dengan membuat grafik hubungan antara ln [C] dan ln r sehingga dapat ditentukan tangen persamaan diferensialnya. Berdasarkan persamaan: ln r = ln k + ln [C], jika dibuat grafik hubungan antara ln [C] dan ln r, maka akan diperoleh grafik garis lurus dengan n adalah slope dan ln k adalah intersept. Konstanta reaksi akan lebih akurat ketika di ukur dengan menggunakan metode integrasi. Tabel 1. Data Laju Penurunan Konsentrasi TPH Dengan Bakteri Konsorsium + Rumput Konsentrasi TPH (%) Laju reaksi Awal Akhir r ln r ln [TPH] 1 2 Rata-rata % / minggu Semirata 2013 FMIPA Unila 57
4 Ct-n+1 ln r Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Gambar 2. Grafik hubungan ln [C] dan ln r Konsorsium + Eleusin indica Penentuan Order Reaksi Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Dengan Bakteri Berdasarkan persamaan ln r = ln k + n ln [C], data pada Tabel 1 dapat ditentukan ln [C] dan ln r, kemudian dapat dibuat grafiknya seperti pada Gambar 2 dibawah ini. Hasil perhitungan yang diperoleh berdasarkan persamaan ln r = ln k + n ln[c] didapatkan nilai korelasi sebesar 0,9915 dan slope sebesar 0,904. nilai korelasi yang diperoleh mendekati harga 1 sehingga dapat dikatakan grafik berupa garis lurus. Menurut metode diferensial nilai slope menunjukkan orde reaksi sehingga berdasarkan nilai ini maka orde reaksi degradasi tanah terkontaminasi minyak bumi oleh bakteri konsorsium dan rumput Eleusin Indica (L.) Gaertn merupakan orde 0,904. Pada umumnya reaksi ddegradasi limbah minyak bumi mengacu pada orde reaksi satu (Basim et al., 2008) Sedangkan pada penelitian ini didapatkan orde reaksi adalah orde reaksi 0,904 Penentuan Konstanta Reaksi Degradasi Limbah Minyak Bumi Konstanta reaksi degradasi sampel dapat ditentukan dengan menggunakan metode integrasi. Rumus persamaan metode integrasi untuk kinetika reaksi ditunjukkan oleh persamaan berikut : C = C 0 e -kt...(1) Dimana: C 0 = Konsentrasi TPH awal c o y = 0.904x R 2 = ln [TPH] ln kt...(2) c ln C = -kt + ln C 0...(3) Metode integrasi ditentukan dari data perhitungan (TPH) 14 hari dengan konsentrasi awal TPH sebesar 7,555% selama 0, 14, 28, 42, 56, 70 dan 84 hari. Penurunan % konsentrasi TPH dapat ditunjukkan oleh Tabel 2. Metode integrasi menunjukkan bahwa nlai slope merupakan nilai konstanta reaksi degradasi. Berdasarkan persamaan orde reaksi ln C = - kt + ln C 0, dibuat grafik hubungan ln TPH dan hari dari data hasil analisa penurunan TPH selama 84 hari, Grafik ditunjukkan pada Gambar 3. Nilai slope dari grafik pada gambar 2 adalah -0,0073 dimana menurut metode integrasi slope = - k, maka nilai konstanta reaksi degradasi adalah 0,0073 hari -1. Nilai intersept adalah 1,2069. Sehingga persamaan garis lurusnya adalah y = - 0,0073x + 1,2069. Tabel 2. Data Kinetika Degradasi Minyak Bumi Dengan Bakteri Konsorsium+ Rumput Waktu Ct (%) C t Gambar 3. y = x R 2 = Waktu (minggu) Kinetika Degradasi Minyak Dengan Bakteri Konsorsium + Eleusin indica
5 Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Analisis GC-MS Hidrokarbon Minyak Bumi Kromatografi gas spektroskopi massa (GC-MS) adalah salah satu teknik yang dikombinasikan untuk menentukan satu metode analisis campuran bahan kimia. Kromatografi gas dapat memisahkan komponen campuran dan spektroskopi massa mencirikan masing masing komponen yang dihasilkan. Jika kondisi GC (suhu oven, kolom tipe,dll) sama, suatu senyawa yang diberikan akan keluar dari kolom dengan waktu retensi yang hampir sama. Dengan mengetahui waktu retensi suatu senyawa tersebut, kita dapat membuat beberapa asumsi tentang identitas kompleks dari senyawa yang diindentifikasi ( Yudono, 1994). Dengan melihat aktivitas mikroba dalam mendegradasi sludge minyak bumi dilakukan dengan memotong-motong komponen hidrokarbon alifatik yang berantai panjang serta mentransformasikan senyawa hidrokarbon aromatik, sehingga sludge minyak bumi tersebut akan memperlihatkan perubahan komposisi fraksi hidrokarbon penyusunnya (Sharpley, 1996). Berdasarkan metodologi analisis kromatografi dengan menggunakan temperatur program dan Menurut Yudono (1994) maka diperoleh Gambar 4 kromatogram sebagai berikut : (a) (b) Gambar 4. Kromatogram Degradasi Limbah Minyak Bumi (a). T 0, (b). T 6 bakteri konsorsium dengan menggunakan rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn Berdasarkan Yudono (1994), didapat metodologi analisis kromatografi berdasarkan temperatur program, hasil analisis residu senyawa hidrokarbon seperti pada Tabel 3 berikut; Tabel 3 menunjukkan bahwa residu senyawa hidrokarbon setelah proses bioremediasi selama 84 hari yang tersisa adalah senyawa hidrokarbon dengan rantai atom C >22. KESIMPULAN Bioremidiasi menggunakan isolate bakteri konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalcaligenes dan Bacillus sp) dapat menurunkan Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) pada tanah terkontaminasi minyak bumi. Tabel 3.Temperature Senyawa Hidrokarbon Range T Range Temp Range Senyawa Hidrokarbon T 0 T akhir 9< 100< C10< C11-C C15-C17 7, C18-C21 38,53 0 >40 >250 >C22 53,6 100
6 Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Orde reaksi degradasi limbah minyak bumi oleh bakteri konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalcaligenes dan Bacillus sp) dan rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn adalah orde 0,904 dengan nilai konstanta reaksinya sebesar 0,0073 hari -1. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap degradasi tanah terkontaminasi minyak bumi oleh bakteri dengan menambahkan variabel parameter, selain variabel parameter Total Petroleum Hidrokarbon (TPH). 2. Memastikan uji lanjut identifikasi senyawa-senyawa yang terdapat dalam kromatogram GC-MS. DAFTAR PUSTAKA Basim E., Abbasi, and D. S. Walid Kinetics of Indigenous Isolated Bacteria used for Ex situ Bioremediation of Petroleum Contaminated Soil. Water Air Soloil Pollut (2008) 192 : Lin, C. H., Lerch, R. N., Garrett, H. E., & George, M. F. (2004). Incorporating forage grasses in riparian buffers for bioremediation of atrazine, isoxaflutole and nitrate in Missouri. Agroforestry Systems, 63(1), Reardon, K. F., Mosteller, D. C., Rogers, J. B., DuTeau, N. M., & Kee-Hong, K. (2002). Biodegradation kinetic of aromatic hydrocarbon mixtures by pure and mixed bacterial cultures. Environmental Health Perspectives, 110(12), Sharpley, JM Elementary Petroleum Microbiology. Gulf Publishing Company. Texas : Yudono, B An Investigation into The Premature Cracking Asphaltic Pavements in Hot Arid Climate. Thesis School of Chemistry, University of Bristol 60 Semirata 2013 FMIPA Unila
Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi dengan Menggunakan Kombinasi Konsorsium Bakteri Indigen dan Tanaman Turi (Sesbania grandiflora)
Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi dengan Menggunakan Kombinasi Konsorsium Bakteri Indigen dan Tanaman Turi (Sesbania grandiflora) Bioremediation of Soil Contaminated Waste Oil By Using
Lebih terperinciDegradasi Tanah Lahan Suboptimal oleh Bacillus mycoides Indigenous dan Kinetika Reaksinya
Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 3, No.1: 90-96, April 2014 Degradasi Tanah Lahan Suboptimal oleh Bacillus mycoides Indigenous
Lebih terperinciPotensi Tanaman Rumput Sebagai Agen Fitoremediasi Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Potensi Tanaman Rumput Sebagai Agen Fitoremediasi Tanah Terkontaminasi Limbah Minyak Bumi Sri Pertiwi Estuningsih 1, Juswardi 1, Bambang Yudono 2, Resa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. buangan sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Fahruddin, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 85 tahun 1999
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak bumi merupakan energi utama yang sulit tergantikan sampai saat ini. Dalam produksi minyak bumi dan penggunaannya, dapat menghasilkan buangan sebagai limbah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa minyak bumi yang tersebar di sekitar daratan dan lautan. Luasnya pengolahan serta pemakaian bahan bakar minyak menyebabkan
Lebih terperinciX. BIOREMEDIASI TANAH. Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah
X. BIOREMEDIASI TANAH Kompetensi: Menjelaskan rekayasa bioproses yang digunakan untuk bioremediasi tanah A. Composting Bahan-bahan yang tercemar dicampur dengan bahan organik padat yang relatif mudah terombak,
Lebih terperinciBioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor
Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor Disusun oleh: Eko Yudie Setyawan 2308 100 512 Rizki Dwi Nanto 2308 100 543 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciGambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tahapan Penelitian Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian III.1.1. Studi Literatur Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan sebelum memulai penelitian. Pada tahap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia atau aktifitasnya akan selalu menghasilkan suatu bahan yang tidak diperlukan yang disebut sebagai buangan atau limbah. Diantara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dihasilkan selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Jumlah total bakteri pada berbagai perlakuan variasi konsorsium bakteri dan waktu inkubasi. 2. Nilai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat. kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh tumpahan minyak bumi akibat kecerobohan manusia telah mengalami peningkatan dan mengganggu kehidupan organisme di
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakterisasi Tanah Tercemar HOW Minyak bumi jenis heavy oil mengandung perbandingan karbon dan hidrogen yang rendah, tinggi residu karbon dan tinggi kandungan heavy metal,
Lebih terperinciKINETIKA BIODEGRADASI LIMBAH MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BIOKOMPOS
KINETIKA BIODEGRADASI LIMBAH MINYAK BUMI MENGGUNAKAN BIOKOMPOS Wa Nirmala, H. Asri Saleh, Iin Novianty Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar E-mail: kimia_nirmala@yahoo.co.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2014). Badan Pusat Statistik (2013) menyebutkan, di provinsi Daerah Istimewa. satunya adalah limbah minyak pelumas bekas.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat migrasi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyebabkan terjadinya peningkatan mobilitas yang akan berdampak pada kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (2014) minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama dan salah satu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik, tetapi komponen pokoknya adalah hidrokarbon (Kristianto, 2002). Menurut Kurniawan (2014) minyak bumi merupakan
Lebih terperinciSIMULASI PROSES BIOREMEDIASI PADA LAHAN TERKONTAMINASI TOTAL PETROLEUM HIDROKARBON (TPH) MENGGUNAKAN SERABUT BUAH BINTARO DAN SEKAM PADI
SEMINAR NASIONAL 0 - WASTE MANAGEMENT I SIMULASI PROSES BIOREMEDIASI PADA LAHAN TERKONTAMINASI TOTAL PETROLEUM HIDROKARBON (TPH) MENGGUNAKAN SERABUT BUAH BINTARO DAN SEKAM PADI THE SIMULATION OF BIOREMEDIATION
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciBIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY BIOREAKTOR
BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGAN MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY BIOREAKTOR Nuniek Hendrianie, Eko Yudie Setyawan, Rizki Dwi Nanto, dan S. R. Juliastuti Jurusan Teknik Kimia,
Lebih terperinciKonsentrasi Sludge Minyak Bumi dalam Proses Bioremediasi Memanfaatkan Bakteri Indigen dan Lamtoro Gung
Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 4, No.1: 31-37, April 2015 Konsentrasi Sludge Minyak Bumi dalam Proses Bioremediasi Memanfaatkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003).
ppm. Tanah yang sudah terkontaminasi tersebut didiamkan selama 24 jam untuk penstabilan (Dahuru 2003). Inokulasi Bakteri dan Inkubasi Media Sebanyak dua ose bakteri diinokulasikan ke dalam 50 ml NB dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada
Lebih terperinciTeknik Bioremediasi Hidrokarbon
MATERI KULIAH BIOREMEDIASI TANAH Prodi Agroteknologi UPNVY Minat Sumber Daya Lahan Pertemuan ke 11 Teknik Bioremediasi Hidrokarbon Ir. Sri Sumarsih, MP Sumarsih_03@yahoo.com Sumarsih07.wordpress.com Peraturan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian bertujuan untuk menjamin segala kebutuhan selama penelitian telah siap untuk digunakan. Persiapan penelitan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciDesain & Pemantauan Kinerja Bioremediasi Hidrokarbon
MATERI KULIAH BIOREMEDIASI TANAH Prodi Agroteknologi UPNVY Pertemuan ke 12 Desain & Pemantauan Kinerja Bioremediasi Hidrokarbon Ir. Sri Sumarsih, MP. Sumarsih_03@yahoo.com Sumarsih07.wordpress.com Kriteria
Lebih terperinciPemanfaatan Rumput Fimbrisylis sp. dalam Proses Bioremediasi Tanah pada Berbagai Konsentrasi Limbah Minyak Bumi
Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 1(D) 14113 Pemanfaatan Rumput Fimbrisylis sp. dalam Proses Bioremediasi Tanah pada Berbagai Konsentrasi Limbah Minyak Bumi Sri Pertiwi E, Hary Widjajanti, Bambang
Lebih terperinciPengukuran TPH padat (EPA 1998) Analisis Kekeruhan (29 Palm Laboratory 2003) Pengukuran TPH cair (EPA 1999) HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Keasaman
Pengukuran TPH padat (EPA 1998) Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri. Sebanyak 5 gram limbah minyak hasil pengadukan dibungkus dengan kertas saring. Timbel yang telah dibuat tersebut dimasukan
Lebih terperinciKarakteristik Biologis Tanah
POLUSI TANAH DAN AIR TANAH Karakteristik Biologis Tanah Prof. Dr. Budi Indra Setiawan Dr. Satyanto Krido Saptomo, Allen Kurniawan ST., MT. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciPROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
Dosen Pembimbing: Aunurohim, S.Si., DEA Dr. Ir. Budhi Priyanto, M.Sc Oleh : Efi Indra Yani (1507100064) PROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kemajuan teknologi di berbagai bidang kehidupan khususnya dalam bidang industri menyumbangkan angka peningkatan pencemaran lingkungan tiap tahunnya. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengancam pemukiman dan lingkungan, sehingga pemerintah membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa meluapnya lumpur panas yang terjadi di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, menyebabkan tergenangnya
Lebih terperinciBAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)
BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM) 90 5.1 Klasifikasi Proses Film Mikrobiologis (Biofilm) Proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilm atau biofilter secara garis
Lebih terperinciModul 5 Bioremediasi Polutan Organik
Modul 5 Bioremediasi Polutan Organik MODUL 5 Bioremediasi Polutan Organik POKOK BAHASAN : Bioremediasi limbah cair organik dengan tanaman air dan bakteri TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Memahami dan mampu merancang
Lebih terperinciLembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)
Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten (Asisten) ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul Kinetika Adsorbsi yang bertujuan untuk mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai gabungan antara senyawa hidrokarbon (unsur karbon dan hidrogen) dan nonhidrokarbon (unsur oksigen,
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa
36 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 10 No.2, 2016, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa
Lebih terperinciPENENTUAN RASIO OPTIMUM C:N:P SEBAGAI NUTRISI PADA PROSES BIODEGRADASI BENZENA-TOLUENA DAN SCALE UP KOLOM BIOREGENERATOR
PENENTUAN RASIO OPTIMUM C:N:P SEBAGAI NUTRISI PADA PROSES BIODEGRADASI BENZENA-TOLUENA DAN SCALE UP KOLOM BIOREGENERATOR Praswasti PDK Wulan, Misri Gozan, Berly Arby dan Bustomy Achmad Departemen Teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pupuk kimia merupakan bahan kimia yang sengaja diberikan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada umumnya mengandung
Lebih terperinciPertumbuhan Total Bakteri Anaerob
Pertumbuhan total bakteri (%) IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob dalam Rekayasa GMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki penyimpanan bahan bakar minyak yang terbentuk akibat adanya kontak antara minyak, udara, dan
Lebih terperinciII. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA
II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,
Lebih terperinciJason Mandela's Lab Report
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN BAKTERI INDIGEN PETROFILIK DALAM PROSES BIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI DI WILAYAH SUMATERA BAGIAN SELATAN
STUDI PENGGUNAAN BAKTERI INDIGEN PETROFILIK DALAM PROSES BIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI DI WILAYAH SUMATERA BAGIAN SELATAN Oleh: Munawar 1), S. P. Estuningsih 1), B. Yudono 2), M. Said 3), and Salni
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lingkungan dapat menyebabkan pencemaran tanah.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi (Soeparman & Soeparmin,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi tanah merupakan permasalahan yang kini dihadapi negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Tanpa disadari sebenarnya agrokultur sendiri merupakan sumber terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik
Lebih terperincidiajukan oleh Intan Tri Pratiwi /TL
PERBANDINGAN TEKNIK LANDFARMING DENGAN TEKNIK BIOSTIMULASI PADA PENGOLAHAN LIMBAH OIL SLUDGE PT. PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD JAMBI, DESA TEMPINO, KABUPATEN MUARO JAMBI, PROPINSI JAMBI UNTUK MEMPERCEPAT
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada penelitian ini diperoleh data pertumbuhan dan produktivitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi (migas) sampai saat ini masih merupakan sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri, transportasi, dan rumah tangga.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian
19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas
Lebih terperinciPraktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat
I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi
Lebih terperinciPengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari
BAB IH METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA-UNRI. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November 2007 sampai
Lebih terperinciPERUBAHAN SENYAWA HIDROKARBON SELAMA PROSES BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROFOTOMETRI MASSA
PERUBAHAN SENYAWA HIDROKARBON SELAMA PROSES BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS SPEKTROFOTOMETRI MASSA AWAN KARLIAWAN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPembuatan biosurfaktan secara biotransformasi menggunakan molasses sebagai media oleh Pseudomonas fluorescens Disusun Oleh : Astri Wulandari M.
Pembuatan biosurfaktan secara biotransformasi menggunakan molasses sebagai media oleh Pseudomonas fluorescens Disusun Oleh : Astri Wulandari M.0304003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surfaktan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi yang ramah lingkungan. Selain dapat mengurangi polusi, penggunaan bioetanol juga dapat menghemat
Lebih terperinciPengaruh Suhu Q10. Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed
Pengaruh Suhu Q10 Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika Unsoed http://dhadhang.wordpress.com Twitter: Dhadhang_WK Facebook: Dhadhang Wahyu Kurniawan 10/20/2015 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Mei 2008. Bahan dan Alat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya
I. PENDAHULUAN Budidaya jamur pangan (edible mushroom) di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan budidaya jamur ini, akan menghasilkan
Lebih terperinciPRAKATA. melimpahkan berkat dan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan anugrahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Tugas Akhir yang berjudul Degradasi Minyak
Lebih terperinciKinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium
Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 1(C) 12107 Kinetika Reaksi Oksidasi Asam Miristat, Stearat, dan Oleat dalam Medium Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit, serta Tanpa Medium Desnelli dan Zainal Fanani
Lebih terperinciIsolasi Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon di Tanah Tercemar Lokasi Perbengkelan Otomotif
4(3) September 2015: 153-157 (ISSN : 2303-2162) Isolasi Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon di Tanah Tercemar Lokasi Isolation of the Hydrocarbon Degrading Bacteria in the Contaminated Soil of the Automotive
Lebih terperinciBIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI MENGGUNAKAN ISOLAT INDIGENOUS
BIOREMEDIASI HIDROKARBON MINYAK BUMI MENGGUNAKAN ISOLAT INDIGENOUS Rofiq Sunaryanto Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gd.611 Laptiab BPPT, PUSPIPTEK Setu, Tangerang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pengawet pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Dan Analisis Data Pada penelitian ini parameter yang digunakan adalah kadar C-organik dan nilai Total Suspended Solid (TSS). Pengaruh perbandingan konsentrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Surfaktan atau surface active agent adalah senyawa amfifatik yang terdiri atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)
23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi
Lebih terperinciKinetika Adsorpsi Ion Logam Cu (Ii) Menggunakan Serbuk Gergaji Teraktivasi dengan Asam Asetat
Kinetika dsorpsi Ion Logam u (Ii) Menggunakan Serbuk Gergaji Teraktivasi dengan sam setat Drastinawati 1, Fajril kbar 2, Efri Yulia Fitri 3 Laboratorium Pemisahan dan Pemurnian Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Jamur Tiram Pertumbuhan jamur tiram ditentukan oleh jenis dan komposisi media yang digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan miselium,
Lebih terperinciBab 10 Kinetika Kimia
D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut.
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Absorbansi Larutan Naphthol Blue Black pada Berbagai Konsentrasi No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi 1. 3 0.224 2. 4 0,304 3. 5 0,391 4. 6 0,463 5. 7 0,547 6. 8 0,616 7. 9 0,701
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL
BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL 34 3.1. Uraian Proses Pengolahan Air limbah dari masing-masing unit produksi mula-mula dialirkan ke dalam bak kontrol yang dilengkapi saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN PENELITIAN
BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan terhadap laju pertumbuhan Botryococcus braunii dan pembentukan hidrokarbon. Untuk mencapai
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika
23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April
Lebih terperinciBioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium.
Bioremediasi Limbah Cair Tercemar Kromium (Cr) Menggunakan Mixed Culture Bakteri Bacillus subtilis dan Bacillus megaterium. Anindita Meitamasari *) dan Ipung Fitri Purwanti Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi awal blotong dan sludge pada penelitian pendahuluan menghasilkan komponen yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik blotong dan sludge yang digunakan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014
25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014 yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Unila, dan
Lebih terperinciSNTMUT ISBN:
PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi tanah pada lahan pertanian saat sekarang ini untuk mencukupi kebutuhan akan haranya sudah banyak tergantung dengan bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk hingga
Lebih terperinciIsolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri
Isolasi dan Perbaikan Kultur 3/3/2016 Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Rancang Media 1. Buat kisaran medium dengan nutrien pembatas berbeda (misal C, N, P atau O). 2. Untuk tiap tipe nutrien
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di
29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung
Lebih terperinciIV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae
25 IV PEMBAHASAN 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae Rata-rata kandungan protein produk limbah udang hasil fermentasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Pada penelitian ini, indikator pertumbuhan jamur tiram putih yang diamati adalah jumlah dan lebar tudung serta waktu panen. Yang dimaksud dengan jumlah tudung ialah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Pada penelitian digunakan tembakau limbah puntung rokok yang terdapat pada kampus Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. Metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, FMIPA. Jika dalam
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juni s/d November 2007, di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, FMIPA. Jika dalam pelaksanaannya terdapat kendala
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi
Lebih terperinci