FILSAFAT PENDIDIKAN 2017 PRODI PGSD DEPARTEMEN PEDAGOGIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FILSAFAT PENDIDIKAN 2017 PRODI PGSD DEPARTEMEN PEDAGOGIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. : Pendidikan Guru Sekolah Dasar"

Transkripsi

1 FILSAFAT PENDIDIKAN 2017 PRODI PGSD DEPARTEMEN PEDAGOGIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Nama Kelas Jurusan Mata Kuliah Dosen Pengampu : Diza Noor Febriana : 2A : Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Filsafat Pendidikan : Dr. Y. Suyitno, M.Pd 1. Mengapa mempelajari filsafat pendidikan tidak bisa lepas dari kajian metafisika? Apa saja yang dipelajari dari metafisika sebagai cabang filsafat, sehingga menjadi penting dalam studi pendidikan? Kerena kajian metafisika merupakan salah satu konsep filsafat umum yang menjelaskan tentang hakikat realitas dan hakikat manusia meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Hakikat realitas menjelaskan bahwa di alam semesta bukan hanya realitis fisik dan non-fisik yang ada. Sedangkan hakikat manusia menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan YME, manusia adalah kesatuan badani dan rohani yang hidup dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran dan penyadaran diri, mempunyai berbagai kebutuhan, di bekali naluri dan nafsu, serta memiliki tujuan hidup. Atau dengan kata lain Metafisika adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada. Yang di pelajari dari metafisika sebagi cabang filsafat antara lain metafisika umum (Ontology) dan metafisika khusus (Cosmology, Theology, Antropology). 1

2 Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Kosmologi adalah cabang filsafat yang membicarakan hakikat atau asal usul alam semesta. Kosmologi berhubungan dengan konsep seperti itu. Kosmologi merupakan tempat persemaian bagi apa saja yang ada, karena ruang dan waktu merupakan keadaan yang nyata dan yang paling dalam (Louis O. Kattsoff, 1982: 260). Teologi adalah Aliran ini mengkaji eksistensi Tuhan yang bebas dari ikatan agama. Eksistensi atau perwujudan Tuhan dibahas secara rasional dalam perspektif kefilsafatan dan sekuat mungkin melepaskan diri dari pendekatan teologi seperti selama lazim digunakan kaurn agamawan. Antropologi adalah cabang dari metafisika khusus yang membicarakan tentang manusia. Apakah hakikat manusia? Bagaimanakah hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam? Termasuk pula dipertanyaankan, hubungan manusia dengan Tuhan. Filsafat antropologi berupaya menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut apa adanya. Pertanyaan dimaksud, menyangkut esensi, eksistensi maupun status relasinya. 2. Jelaskan pandangan aliran idealisme, realisme dan pragmatisme tentang pendidikan dan bagaimana implementasinya dalam perumusan tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, peranan pendidik dan anak didik, dan bagaimana masing-masing aliran melakukan metodologi pendidikan di sekolah? a. Idealisme Realitas hakikatnya bersifat spiritual. Dalam ideliasme manusia merupakan makhluk spiritual, berpikir, memiliki tujuan hidup, hidup dalam aturan moral yang jelas, di berkahi kemampuan rasional dan mampu menentukan pilihan. Pengetahuan di peroleh dengan cara mengingat kembali atau berpikir (memiliki intuisi). Implikasi terhadap pendidikan. 2

3 Tujuan pendidikan : pembentukan karakter, pengembangan bakat insani dan kebijakan sosial Kurikulum/isi pendidikan : pengembangan kemampuan berpikir melaui pendidikan liberal, penyiapan keterampilan bekerja suatu mata pencaharian melalui pendidikan praktis. Peranan pendidik dan anak didik : pendidik bertanggung jawab untuk mencptakan lingkungan pendidikan bagi peserta didik. Pendidik harus unggul untuk menjadi teladan baik moral maupun intelektual. Peserta didik bebas mengembangkan kepribadian dan bakatnya, bekerjasama, mengikuti proses alami dari pengembangan insani. Dengan orientasi pendidikan idealisme adalah esensialisme. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunya tata yang jelas. Metodologi pendidikan : metode dialektik adalah metode atau cara memahami suatu dengan melakukan dialog. Dialog berarti komunikasi dua arah, ada seseorang berbicara dan ada seseorang lain yang mendengarkan. Dalam pembicaraan yang terus menerus dan mendalam diharapkan orang dapat menyelesaikan problem yang ada. Ada proses pemikiran seseorang yang mengalami perkembangan karena mempertemukan ide yang satu dengan ide yang lain antara orang yang berdialog. Tujuannya mengembangkan cara berargumentasi agar posisi yang bersifat dua arah dapat diketahui dan diharapkan satu sama lain. b. Realisme Realism memandang dunia dalam pengertian materi yang hadir dengan sendirinya, tertata dalam hubungan-hubungan yang teratur di luar campur tangan manusia. Hakikat manusia terletak pada apa yang dikerjakannya. Manusia bisa bebas atau tidak bebas. Pengetahuan diperoleh manusia melalui pengalaman diri dan penggunaan akal. Uji pengetahuan didasarkan atas teori korespondensi. 3

4 Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang lebih rendah di atur oleh kebijaksanaan yang telah teruji. Implikasi terhadap pendidikan. Tujuan pendidikan : penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial Kurikulum/isi pendidikan : kurikulum harus bersifat komprehensif yang berisi sains, matematika, ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial, serta nilai-nilai. Kurikulum mengandung unsur-unsur liberal dan pendidikan pratis. Kurikulum di organisasi menurut mata pelajaran (subject matter) dan berpusat pada materi pembelajran (subject centered) Peranan pendidik dan anak didik : pendidik adalah pengelola kegiatan belajar mengajar, harus menguasai pengetahuan yang mungkin berubah, menguasai keterampilan teknik-teknik mengajar dengan kewenangan menuntut prestasi siswa. Sedangkan peseta didik berperan untuk menguasai pengetahuan, taat pada aturan dan disiplin. Orientasi pendidikan realisme adalah esensialisme Metodologi pendidikan : bersifat logis dan psikologis. Pembiasaan merupakan metode utama bagi penganut realisme. c. Pragmatisme Pragmatism adalah anti metafisika. Suatu teori umum tentang kenyataan tidaklah mungkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, plural dan berubah. Manusia adalah hasil evolusi biologis, psikologis dan sosial. Setiap orang lahir tidak dewasa, tak berdaya, tanpa dibekali dengan bahasa, keyakinan-keyakinan, gagasan atau norma-norma sosial. Pengetahuan yang benar diperoleh melalui pengalaman dan berpikir. pengetahuan yang benar adalah yang berguna bagi kehidupan, ukuran tingkah laku individual dan sosial ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup. Oleh karena itu nilai bersifat relatif dan kondisional. 4

5 Implikasi terhadap pendidikan. Tujuan pendidikan : tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar dan tidak ada tujuan akhir pendidikan. Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk mampu memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan individual maupun sosial. Kurikulum/isi pendidikan : kurikulum bersifat demokratis. kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, tidak memisahkan pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Pendidikan terfokus pada kehidupan yang baik pada saat ini dan masa datang bagi individu, dan secara bersamaan masyarakat turut dikembangkan. Peranan pendidik dan anak didik : peran pendidik adalah memipin dan membimbing peserta didik belajar tanpa ikut campur terlalu atas minat dan kebutuhan siswa. Peserta didik berperan sebagai organisme yang rumit yang mampu tumbuh. Metodologi pendidikan : metode pemecahan masalah. 3. Dalam buku Modern Philosophies of Education dari John S. Brubacher, bahwa pendidikan itu mempertimbangkan berbagai faktor dalam kehidupan masyarakat, antara lain faktor sosial dan kultural, faktor ekonomi, faktor politik, faktor bentuk negara. Coba jelaskan secara singkat mengapa demikian! Karena John S. Brubacher mengartikan bahwa pendidikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan alam semesta. Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya. Oleh karena itu faktor-faktor dalam kehidupan masyarakat seperti faktor sosial dan 5

6 kultural, ekonomi, politik, dan bentuk negara harus dipertimbangkan sesuai dengan lingkungan dan kondisi dari faktor-faktor tersebut, agar pendidikan selaras, berkesinambungan dan tidak menyimpang dari kondisi masyarakat. 4. Anda jelaskan tentang peranan tujuan pendidikan, isi pendidikan/kurikulum pendidikan, peranan pendidik dan peserta didik, dan peranan masyarakat dalam pendidikan. Peranan tujuan pendidikan adalah pendidikan harus dipandang sebagai upaya bantuan dan memfasilitasi peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi dirinya. Isi pendidikan/kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. Peningkatan iman dan taqwa b. Peningkatan akhlak mulia c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik d. Keragaman potensi daerah dan lingkungan e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional f. Tuntutan dunia kerja g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni h. Agama i. Dinamika perkembangan global j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum dimaksud dan di atur dalam Peraturan Pemerintah pasal 36, UU RI No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Peranan pendidik dan peserta didik, tersirat dan tersurat dalam semboyan ing ngarso sung tulodo artinya pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya, ing madya mangun karso artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya, dan tut wuri 6

7 handayani artinya pendidik harus mampu memberikan dorongan moral atau dorongan semangat Peranan masyarakat, dalam pendidikan terdapat dua fungsi utama yaitu fungsi konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi dilandasi asumsi bahwa terdapat nilai-nilai, pengetahuan, norma, kebiasaan-kebiasaan dan sebagainya yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap dipertahankan. Fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas tidaklah bersifat ter-beri (given) dan telah selesai sebagaimana diajarkan oleh sains modern. Tetapi realitas mewujud sebagaimana manusia dan semua anggota alam semesta berpartisipasi mewujudkan. Karena itu peran manusia (individu/kelompok) adalah merajut realitas yang diingikan yang dapat diterima oleh lingkungan. 5. Bagaimana menurut anda tentang peranan sejarah filsafat terhadap filsafat pendidikan dalam rangka menopang kekuatan arah pendidikan? Menurut George R. Knight: Pendidikan tidak dapat menghindari dunia metafisis, metafisis kajian tentang realitas, adalah pusat bagi konsep apa pun dari pendidikan. Kepercayaan metafisis yang berbeda membawa ke arah pendidikan yang berbeda pula, bahkan memilahkan sisitem-sistem pendidikan. Sistem-sistem pendidikan bersinggungan dengan pengetahuan, dan karena itu epistemologi merupakan determinan utama paham-paham dan praktek-praktek pendidikan. Jadi kesimpulannya menurut saya, peranan sejarah filsafat menjadi titik kemunculan lahirnya filsafat pendidikan, karena filsafat mengkaji tentang metafisis dan pendidikan memiliki hubungan yang berkait, filsafat pendidikan menjadi kerangka dasar yang melandasi praktik pendidikan, dan pendidikan menjadi tempat aktulisasi konsep-konsep filsafat. Pendidikan akan selalu berbahaskan dengan filsafat karena pendidikan yang terus berkembang membutuhkan kerangka dasar atau konsep demi kemajuan pendidikan. Begitu pula sebaliknya filsafat akan bergandengan dengan pendidikan karena pendidikan menjadi wadah untuk 7

8 merealisasikan konsep-konsepnya. filsafat pendidikan sebagai landasan filosofis, kaidah nilai dan pola pelaksanaan pendidikan, dan pendidikan menjadi bahan pemecahan filsafat pendidikan. 6. Ada empat gerakan/aliran dalam pendidikan yang dipengaruhi oleh pemikiran idealisme, realisme, dan pragmatisme, yaitu esensialisme, perenialisme, progresivisme, dan rekonstruksionisme. Jelaskan oleh anda secara detail masing-masing gerakan tersebut, dan apa implikasinya terhadap praktek pendidikan di sekolah di Indonesia! Berikan contoh sekolah-sekolah yang menganut prinsip dari empat gerakan di atas, khususnya dari aspek kurikulumnya. a. Esensialisme Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresifisme. Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan denga doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunya tata yang jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah sebagai berikut : 1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang memikkat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. 8

9 2. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies mansia. 3. Oleh karena kamampuan untunk kedisiplinan diri harus menjad tujuan pendidikan. 4. Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya memberikan sebuah teri lemah. Prinsip prinsip pendidikan aliran Esensialisme antara lain : 1. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip disiplin. 2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik. 3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan. 4. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. 5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan keejahteraan umum, karena dianggap tuntunan demokrasi yang nyata. Implikasi terhadap praktek pendidikan (kurikulum) : kurikulum disusun dan diorganisasi oleh orang dewasa atau guru sebagai wakil masyarakat, masyarakat terpusat. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup sempurna. Studi yang ketat 9

10 tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan kesadaran pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan disiplin-disiplin yang inti adalah wajib. b. Perenialisme Perenialisme berasal dari kata perennial, yang dalam Oxford Advance learner s Dictionary of Current English diartikan sebagai continuiting throughout the whole year atau lasting for a very long time abadi atau kekal dan dapat pula berarti terus tiada akhir. Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perenialisme ialah berpegang teguh pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap gerakan pendidikan progesivisme yang mengingkari supernatural. Perenialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada,dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Perenialisme mengikuti paham realisme, yang sejalan dengan Aristoteles bahwa manusia itu rasional. Sekolah adalah lembaga yang didesain untuk menumbuhkan kecerdasan. Akar filsafat ini datang dari gagasan besar Plato dan Aristoteles kemudidn dari St. Thomas Aquinas yang sangat nerpengaruh terhadap sekolahsekolah Katolik. Dalam perenialisme ada dua aliran besar yaitu aliran Thomas Aquinas dan kemudian pada abad 20 aliran Mortimer dan Robert Hutchins. Robert Hutchins merangkum tugas pendidikan sebagai berikut: Pendidikan mengandung pengajaran. Mengajar mengandung pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimanapun adalah sama, karena itu pendidikan di manapun seharusnya sama. 10

11 Orientasi pendidikan perenialisme adalah Scholastisisme atau Neo-Thonuisme yang pada dasarnya memandang kenyataan sebagai sebuah dunia akal pikiran dan Tuhan, pengetahuan yang benar diperoleh melalui berpikir dan keimanan dan kebaikan berdasarkan perbuatan rasioal. Pendidikan menurut filsafat ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum bukan spesialis, liberal bukan vokasional, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia. Ada empat prinsip dari aliran ini: 1) Kebenaran bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu dan orang 2) Pendidikan yang baik melibatkan pencarian, pemahaman atas kebenaran 3) Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung 4) Pendidikan adalah kegiatan liberal untuk mengembangkan nalar. Implikasi terhadap praktek pendidikan (kurikulum) : materi pelajaran harus seragam, universal dan abadi. Kurikulum perenialisme berpusat pada mata pelajaran, dan cenderung menitik beratkan kepada: sastra, matematika, bahasa, humaniora termasuk sejarah. Kurikulum adalah pendidikan liberal. Pendidikan liberal (bebas) menjadikan orang-orang bebas dan manusia sejati sebagai lawan dari pelatihan dan penerimaan untuk melakukan tugas-tugas dalam dunia kerja. Semua orang dapat bebas dan menjadi penguasa, dan semua orang memerlukan pendidikan liberal supaya dapat berpikir dan berkomunikasi. c. Progresivisme Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive 11

12 menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan. Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam. Prinsip Progresivisme : anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar pengalaman langsung merupakan cara terbaik merangsang minat belajar guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar sekolah progresif merupakan laboratorium dalam upaya reformasi pedagogik dan eksperimentasi (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 90). Ciri Progresivisme : Melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver). tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup. Pendidikan dipandang sebagai suatu proses. 12

13 Menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai. Bercorak student-centered. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan. Implikasi terhadap praktek pendidikan : Dalam bidang kurikulum, aliran progresivisme lebih mengutamakan bidang studi seperti fisika, sejarah, keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau langsung dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat. Progrisivisme di dasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Dalam pendidikan progresivisme ini menekankan pada proses kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa dengan menjadikan siswa sebagai subjek", sehingga tolak ukur dalam proses pembelajaran di sesuaikan dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian maka aliran progresivisme menolak semua pandangan yang berasan dari aliran yang menjadikan siswa sebagai objek dari proses pembelajaran. Guru dalam melakukan tugasnya mempunyai peranan sebagai : Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikna jalan kelancaran proses belajar sendiri siswa. Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri. Konselor, orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik siswa, dan teknikteknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik. d. Rekonstruksionisme Kata rekonstruksionisme dalam bahasa ingris reconstruct yang berarti menyusun kembali.dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Yaitu melakukan perombakan dan menyusun kembali pola-pola lama menjadi pola-pola baru yang lebih meodern. 13

14 Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Alasan mengapa rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresiv hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Dalam aliran rekonstruksionisme berusaha menciptakan kurikulum baru dengan memperbarui kurikulum lama. Progresivisme pendidikan didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak bukannya fokus pada guru atau bidang studi. Harianto menjelaskan pokok-pokok konsep rekonstruksionisme sebagai berikut : Pendidikan harus menciptakan tatanan sosial yang baru sesuai dengan nilainilai dan kondisi sosial yang baru. Masyarakat baru Anak, sekolah, dan pendidikan dipengaruhi oleh kekuatan sosial budaya Guru meyakinkan murid tentang kebenaran dan memecahkan masalah melalui rekonstruksi sosial secara demokratis. Memperbarui tujuan dan cara-cara yang dipakai pendidikan Mengenai kurikulum, rekonstruksianisme mengorganisir kurikulum yang oleh Brameld disebut the wheel (roda) kurikulum, di mana inti (core) tujuan pendidikan versi rekonstruksianisme menjadi inti dari kurikulum roda tersebut dan menjadi tema sentral pendidikan. Kurikulum ini bersifat sentripetal sekaligus sentrifugal, sentripetal karena akan membawa masyarakat atau komunitas bersama kepada studi yang bersifat umum. Sentrifugal karena akan meningkatkan proyeksi pendidikan di sekolah-sekolah formal ke dalam komunitas yang lebih luas. Hal tersebut secara tidak langsung akan menciptakan transformasi kultural di dalam hubungan yang dinamis antara sekolah dan masyarakat. 14

15 Implikasi pemikiran filosofis rekonstruksianisme dalam kurikulum diarahkan kepada penumbuhan kesadaran kritis peserta didik dengan model keaksaraan kritis pada materi yang diajarkan. Selain itu kurikulum ditekankan pada upaya membangun kesadaran polyculture dengan mengapresiasi keragaman budaya, adat istiadat suatu suku tertentu untuk menanamkan nilai-nilai pluralisme kultural. Demikian pula proyeksi hubungan kemanusiaan dan aspek politik harus ditekankan baik secara eksplisit maupun implisit dalam upaya menumbuhkan kesadaran politik para peserta didik sehingga nalar kritis terhadap berbagai macam ketimpangan sosial dan politik yang diakibatkan oleh kesewenang-wenangan status quo, dapat menjadi modal dasar untuk melahirkan agenagen perubahan sosial dimasa selanjutnya. Persoalan perubahan ekonomi dan kehidupan nyata juga menjadi titik tekan utama aliran rekonstruksianisme, dalam rangka melacak peranan perubahan ekonomi, kebijakan ekonomi status quo yang menimbulkan akibat-akibat baik positif maupun negatif pada kehidupan bermasyarakat suatu negara. Pada puncaknya, kurikulum diatur sedemikian rupa untuk merespon perlunya sebuah tatanan sosial yang mendunia, di mana para peserta didik tidak memiliki pemahaman yang fragmentaris, agar persoalan-persoalan primordial seperti keyakinan, ras, warna kulit, suku dan bangsa tidak menjadi alasan terjadinya krisis kemanusiaan, seperti permusuhan, kebencian dan perang. Rekonstruksianisme mengajukan kurikulum semesta yang menekankan pada kebenaran, persaudaraan dan keadilan. Mereka menolak kurikulum parokial yang sempit dan hanya membawa kepentingan ideal komunitas lokal tertentu. Contohnya, pengajaran sejarah dunia semestinya juga diarahkan pada kerja-kerja kontemporer lembaga-lembaga internasional seperti PBB, ASEAN, OKI dan lain-lain. Kurikulum juga diorientasikan pada aksi peserta didik, seperti gerakan mengumpulkan dana amal, terlibat dalam petisi, protes atau demo bersama masyarakat untuk merespons kebijakan negara yang menimbulkan problematika sosial. Peserta didik tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga belajar pada fenomena sosial yang ada seperti kemiskinan, perusakan alam, polusi udara, pemanasan global, pornografi dan 15

16 lain-lain. Oleh karena itu rekonstruksianisme menjadikan aspek-aspek sosial, budaya dan isu-isu kontemporer menjadi muatan inti kurikulum, agar peserta didik memiliki kepekaan dan empati sosial. Kurikulum tersebut harus mulai diimplementasikan sejak Taman Kanak-Kanak, yaitu pada usia yang paling peka. Dengan demikian, peserta didik dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem sosial dan menjadi agitator utama perubahan sosial 7. Apa dan bagaimana sekolah yang baik menurut Henderson? Jelaskan dengan tegas dan jelas serta berikan contohnya di Indonesia. Henderson dalam Sadullah (2004) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang diaplikasikan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena sekolah yang baik merupakan sekolah yang mempunyai filosofis yang baik guna menelaah dan memecahkan setiap masalah. Filosifis ini pula harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seotimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, properubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif. Menumbuhkan dan mengembangkan minat dan bakat serta kemampuan perseta didik. Peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mendukung semua potensi. 16

17 DAFTAR PUSTAKA Agustina D. N. (2011). Teori Pendidikan Rekonstruksionisme.[Online]. Diakses dari pendidikanrekonstruksionisme.html Burhanuddin A. (2013). Filsafat Esensialisme dalam Pendidikan. [Online]. Diakses dari -esensialisme dalam-pendidikan/ Burhanuddin A. (2013). Epistimologi, Ontologi, Aksiologi, Pengetahun Filsafat. [Online]. Diakses dari wordpress.com/2013/05/21/epistimologiontologi-aksiologipengetahuan-filsafat-2/ Burhanuddin A. (2013). Penerapan Filsafat Rekonstruksionisme dalam Pembelajaran. [Online]. Diakses dari wordpress.com/2013/11/08/penerapan-filsafat-rekonstruk sionisme-dalam-pembelajaran/#comment20205 Casutri. (2012). Kurikulum Perenialisme. [Online]. Diakses dari perenialisme/ Destia N. (2016). Pandangan dan Implikasi Aliran Filsafat. [Online]. diakses dari Hidayatulloh N. diakses dari Mansyur R. (2013). Filsafat Pendidikan. [Online]. Diakses dari html 17

18 Sadulloh Uyoh. (1994). Pengantar Ilmu Filsafat Pendidikan. Bandung: PT. Media ipteks Sri Sriyanti. (2015). Pandangan Esensialisme dalam Pendidikan. [Online]. Diakses dari Sumarna C. (2016). Filsafat Metafisika Khusus. [Online ]. Diakses dari Suyitno. Y. dkk (2014). Landasan Pendidikan. Bandung : Sub Kordinator MKDP Departemen Pedagogik FIP UPI Syaripudin. T. (2017). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : percetakan ilmu Tridaya T. (2010). Hakikat Pendidikan. [Online]. Diakses dari Yoga Gallih. (2015). Dialektika (Filsafat Ilmu). [Online]. Diakses dari dialektika-filsafat-ilmu.html Yulianto Irfan. (2015). Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Filsafat Ilmu. [Online]. Diakses dari /pengertian-ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-dalam-filsafat -ilmu/. 18

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN Disampaikan pada Diklat Pengembangan Kompetensi Gadik Secapa POLRI SUKABUMI 210110 Oleh BABANG ROBANDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JANUARI 2010 LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S

DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA ( ) MOHAMAD RISTYO NUGROHO ( ) NOVI TRISNA ANGGRAYNI ( ) YOSSY MAHALA CHRISNA S DISUSUN OLEH: DEFI DESIANA (14144600192) MOHAMAD RISTYO NUGROHO (14144600204) NOVI TRISNA ANGGRAYNI (14144600199) YOSSY MAHALA CHRISNA S (14144600262) ZAFITRIA SYAHADATIN (14144600195) Rekonstruksionalisme

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS Tugas Makalah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen: Drs. Yusuf A. Hasan, M. Ag. Oleh: Wahyu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA

BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA BAB III LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu.

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012 Landasan Pengembangan Kurikulum Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012 KURIKULUM: PENGERTIAN DASAR Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

MAKALAH KELOMPOK PENGANTAR PENDIDIKAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN: REKONSTRUKSIONALISME, ESENSIALISME, DAN PERENIALISME

MAKALAH KELOMPOK PENGANTAR PENDIDIKAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN: REKONSTRUKSIONALISME, ESENSIALISME, DAN PERENIALISME MAKALAH KELOMPOK PENGANTAR PENDIDIKAN ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN: REKONSTRUKSIONALISME, ESENSIALISME, DAN PERENIALISME Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan Dosen

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 RASIONAL 1. Jabatan guru sebagai jabatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM 2. Era informasi

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

Filsafat Pendidikan. Oleh Fiqi Kurnia Rachman TP-B

Filsafat Pendidikan. Oleh Fiqi Kurnia Rachman TP-B Filsafat Pendidikan Oleh Fiqi Kurnia Rachman 15105244011 TP-B 2015 http://fiqirachman.blogs.uny.ac.id/ Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang pendidikan sampai

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Filsafat Pendidikan

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Filsafat Pendidikan Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Resume ke 4 Tgl 13 Oktober 2015 Oleh: Lilik Lestari / http://pengetahuanku.blogs.uny.ac.id NIM:15105241037 Filsafat Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd Sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter dan mentalitas

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi

Lebih terperinci

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B Filsafat dan Teori Pendidikan Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan : A. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah

Deskripsi Mata Kuliah Minggu ke Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini menyajikan bahasan tentang: manusia dan hakekatnya, arti filsafat dan Kristen, manusia dan filsafat, manusia dan, aliran-aliran filsafat, filsafat Kristen,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

FILSAFAT KURIKULUM. Oleh : Prof Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. P3MP judul Bagan-1 Bagan-2 Filsafat Filsafat-2 Filsafat-3 Aliran-1 Aliran-2 Tujuan

FILSAFAT KURIKULUM. Oleh : Prof Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc. P3MP judul Bagan-1 Bagan-2 Filsafat Filsafat-2 Filsafat-3 Aliran-1 Aliran-2 Tujuan FILSAFAT KURIKULUM Oleh : Prof Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc Filsafat Tujuan Pembelajaran Peran Guru Fokus Kurikulum Pengetahuan Perenialisme Mendidik pribadi yang rasional; memupuk kecerdasan Membantu

Lebih terperinci

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS MENGAPA PERLU IPS? 1. Kehidupan manusia/masyarakat: sebuah sistem 2. Kondisi atau realitas pendidikan kita 3. Arah dan tujuan pendidikan nasional tsunami tawuran nero Makna Insan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM. Oleh : Muhammad Syamsul Arifin/

LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM. Oleh : Muhammad Syamsul Arifin/ LANDASAN DAN PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM Oleh : Muhammad Syamsul Arifin/15105241047 Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan

Lebih terperinci

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Pentingnya Filsafat Perubahan cepat yang terjadi dalam masyarakat memerlukan filsafat pendidikan jasmani yang kokoh bagi profesi agar tetap dapat bertahan

Lebih terperinci

M. Hamid Anwar, M. Phil.

M. Hamid Anwar, M. Phil. M. Hamid Anwar, M. Phil. Email: m_hamid@uny.ac.id Objek material Objek Formal : Pendidikan : Filsafat Philein/ Philos : Cinta Shopos/ Shopia : Kebijaksanaan Sebuah Upaya untuk mencapai kebijaksanaan dengan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab subjek utama pendidikan adalah manusia untuk itu dalam membangun bangsa dan negara Indonesia yang

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5 PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) Standar Kompetensi Lulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA

NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA Pusdiklat BPS RI Rubrik : Tulisan WI NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA 12 Juni 2013, 1:07:38 oleh erya NILAI-NILAI KEJUANGAN DAN KEPEMIMPINAN DALAM LINTAS BUDAYA Oleh : Erya Afrianus

Lebih terperinci

TEORI PENDIDIKAN Abdur Rohim/

TEORI PENDIDIKAN Abdur Rohim/ TEORI PENDIDIKAN Abdur Rohim/15105241053 http://durrohiem.blogs.uny.ac.id/ Teori pendidikan menurut Kadir dkk. merupakan landasan dalam pengembangan praktikpraktik pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PTIK Landasan Utama Empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis (2) psikologis (3) sosial-budaya (4) ilmu pengetahuan dan teknologi 1 LANDASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan dengan yang lainnya. Jika pembelajaran melibatkan dari

Lebih terperinci

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan Kompetensi utuh guru meliputi kemampuan: 1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang akan dilayani, meliputi ragam perkembangan dan perbedaan individual peserta didik, 2. Mengusai bidang studi yang

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM.

LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM. LANDASAN DAN PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM Nama : Suhada Tawang NIM : 15105241018 Prodi Dosen Pembimbing : Teknologi Pendidikan B : Prof. Dr. Anik Ghufron http://suhadatawang@blogs.uny.ac.id/ Dalam pengembangan

Lebih terperinci

Starlet Gerdi Julian / /

Starlet Gerdi Julian / / Starlet Gerdi Julian / 15105241034 / http://juliancreative.blogs.uny.ac.id/?page_id=239 TEORI PENDIDIKAN A. Pendidikan Klasik Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dipandang sebagai konsep pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

Pendidikan Karakter menurut Aliran Essensialisme, Parennialisme, Progresivisme, dan Eksistensialisme. Indri Isna, Iftah Rohmatul, Ikhwalus Tazayyun

Pendidikan Karakter menurut Aliran Essensialisme, Parennialisme, Progresivisme, dan Eksistensialisme. Indri Isna, Iftah Rohmatul, Ikhwalus Tazayyun Pendidikan Karakter menurut Aliran Essensialisme, Parennialisme, Progresivisme, dan Eksistensialisme Indri Isna, Iftah Rohmatul, Ikhwalus Tazayyun A. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat. Filsafat beraneka ragam alirannya, sehingga dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Keseluruhan deskripsi dan pembahasan dalam penelitian ini merupakan upaya untuk memberikan jawaban terhadap rumusan masalah yang telah diajukan pada bab pertama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. KODE ETIK GURU INDONESIA Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam) Oleh: Muhamad Fatih Rusydi Syadzili I Pendidikan esensinya bukan sebagai sarana transfer

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter individu yang bertanggung jawab, demokratis, serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD Berbagai pengertian dan pengembangan pendidikan Islam yang disampaikan oleh beberapa ahli pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merumuskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA

TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL KETUA TUGAS FILSAFAT ILMU ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA MENEMUKAN LANDASAN UNTUK KE DEPAN DI SUSUN OLEH: 1. FRIDZ EZZA ABIGAIL 071211133053 KETUA 2. MAS ULA 071211132008 SEKRETARIS 3. VINANDA KARINA D. P

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2014 KATA PENGANTAR Penerbitan Katalog Pascasarjana dimaksudkan untuk memberikan panduan pelaksanaan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Para ahli pendidikan

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN MODEL KURIKULUM MASA DEPAN Oleh: Sri Hayati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA RASIONAL 1. Skala Global: - dunia berada dalam masa transisi - terjadi interaksi rumit antara jalinan interaksi lokal dan global

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 187 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan 5.1.1 Simpulan Umum Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, dapat diajukan empat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

A. Dari segi metodologi:

A. Dari segi metodologi: Lampiran 1 UNSUR-UNSUR PEMBEDA ANTARA DENGAN SEBAGAI BAGIAN DARI RUMPUN ILMU HUMANIORA UNSUR Cakupan Ilmu dan Kurikulum Rumpun Ilmu Agama merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang

Lebih terperinci