Sesi 3: Reformasi Kurikulum dan Penilaian Pendidikan Indonesia untuk Abad 21

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sesi 3: Reformasi Kurikulum dan Penilaian Pendidikan Indonesia untuk Abad 21"

Transkripsi

1 Sesi 3: Reformasi Kurikulum dan Penilaian Pendidikan Indonesia untuk Abad 21 Reformasi dan Perubahan Kurikulum dalam Sistem Penilaian Pendidikan Para penyusun kurikulum dan penulis buku teks pelajaran menghadapi tekanan yang semakin besar untuk membuat refleksi apakah desain, standar dan dukungan terhadap kurikulum, terutama bagi guru, telah cukup, dalam rangka membantu para pendidik dan sekolah memberikan instruksi serta pengalaman belajar yang optimal bagi perkembangan aspek keterampilan kognitif, interpersonal dan intrapersonal murid. Tekanan tersebut datang baik dari dalam maupun luar lingkungan. Secara internal, terdapat tuntutan nasional akan kurikulum yang mampu menerjemahkan proses belajar menjadi pengalaman pendidikan yang dapat menyiapkan generasi muda dalam memecahkan tantangan dan masalah kompleks dari masyarakat dunia yang beragam dan terus berubah pesat. Secara eksternal, tekanan datang dalam bentuk perbandingan hasil-hasil penilaian antar negara, merujuk pada standar internasional. Dalam dua dekade terakhir, terjadi perubahan arah tren global sesuai yang kurang lebih diakibatkan oleh reformasi kurikulum. Hal tersebut termasuk terjadinya pergeseran paradigma dari memahami pendidikan, persekolahan dan pengajaran sebagai perwujudan dari tujuan mentransfer fakta-fakta, menjadi fokus pada menghasilkan keluaran pembelajaran murid yang baik dan fokus pada pelibatan murid dalam pemaknaan dan pembangunan pengetahuan. Terkait dengan hal tersebut adalah terjadinya pergeseran penekanan pedagogis, dimana sebelumnya murid belajar dengan cara menghafal informasi atau pengetahuan, menjadi pembekalan murid dengan kemampuan melakukan analisis, sintesa, evaluasi dan mengaplikasikan pengetahuan. Pendekatan tersebut juga mengubah pandangan terhadap fungsi-fungsi dasar penilaian sebagai cara untuk mengukur performa murid melalui pencapaian akademis mereka (penilaian sumatif) menjadi pengertian akan penilaian sebagai cara memotret atau mengukur pertumbuhan dalam rangka memahami perkembangan belajar murid (penilaian formatif). Reformasi-reformasi yang sudah dilakukan, telah memperkenalkan, mendorong dan memperkuat pemanfaatan sejumlah jenis penilaian dari yang bersifat otentik (misalnya mengukur kinerja dalam memecahkan persoalan kehidupan nyata) dan penilaian formatif, menjadi ini yang terpenting membantu guru untuk mengidentifikasi perkembangan pemahaman murid dan belajar mereka, serta memanfaatkan hasil-hasil penilaian tersebut untuk menuai wawasan yang mendalam guna mengadaptasi instruksi di kelas dan membuatnya lebih efektif. Reformasi Kurikulum di Indonesia: Menuju Perbaikan yang Berkesinambungan Pendidikan Indonesia dipengaruhi sebanyak sepuluh kali reformasi kurikulum secara signifikan yang terjadi antara tahun , yang seluruhnya dimaksudkan untuk menjawab kondisi sosial-ekonomi serta harapan masyarakat Indonesia. Kurikulum terakhir, Kurikulum 2013 atau K13, menguraikan kompetensi secara spesifik di tiap area mata pelajaran, dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap murid. K13 dirancang agar lebih fokus pada murid, dibandingkan Kurikulum KTSP 2006, dan menekankan pada keterampilan abad 21 seperti kolaborasi belajar, kurikulum yang terintegrasi dan pemanfaatan teknologi. Salah satu fitur khas K13 adalah pendekatan tematiknya dalam menyajikan konten, menuju peningkatan kapasitas murid. K13 mulai diimplementasikan di tahun 2014 dan telah diperkenalkan ke sebanyak kurang lebih 25% sekolah di Indonesia untuk mulai diberikan di tahun ajaran Kemdikbud menugaskan ACDP bekerjasama dengan PUSKURBUK untuk menyelenggarakan Kajian Cepat K13 pada bulan Mei 2016 lalu, sebagai cara untuk dapat mengidentifikasi berbagai persoalan yang dihadapi guru saat mengimplementasikan pendekatan baru kurikulum tersebut. 1

2 Kajian Cepat itu berhasil menemukan sejumlah masalah, seperti; kurang jelasnya tujuan pelajaran; tercampurnya maksud tujuan akhir dan cara pencapaiannya secara membingungkan; terlalu padatnya kurikulum dengan tugas guru yang terlalu banyak; topiktopik konvensional yang berulang; kompetensi belajar yang terfragmentasi tanpa diikuti definisi yang baik; buku teks pelajaran yang secara volume sangat banyak dan terlalu sarat informasi; serta materi kurikulum yang tidak selaras dengan evaluasinya. Sebagai respon terhadap hal tersebut, Kemdikbud dan unit-unit kerja yang bertanggungjawab dalam menciptakan, merevisi, memberi mandat dan memonitor implementasi kurikulum, terus mengembangkan kapasitas untuk dapat menerapkan praktikpraktik baik dalam proses revisi, penyusunan, implementasi serta monitoring dan evaluasi kurikulum. Tahap-tahap reformasi kurikulum ini terus saja menjadi area perdebatan, dimana dibutuhkan perbaikan besar. Di antara berbagai perubahan yang terjadi dalam Puskurbuk dan BSNP, dua entitas yang secara langsung bertanggungjawab dalam merevisi standar dan menginisiasi reformasi kurikulum, adalah langkah kegiatan kunjungan monitoring ke sekolah dan kelas untuk mendapat umpan balik dan mengurangi kesenjangan antara penulis kurikulum yang duduk di tingkat pemerintah pusat (Kemdikbud) dengan mereka yang menerapkan kurikulum tersebut secara nyata: yaitu para guru dan kepala sekolah di sekolah-sekolah yang mengimplementasikan K13. Pergeseran ini diinspirasi oleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya mekanisme monitoring dan evaluasi efektivitas implementasi K13 yang lebih otentik dan komprehensif. Sebagian dari hal ini berarti menjauh dari praktik kunjungan singkat yang hanya merupakan survei birokratik, menjadi bentuk kunjungan yang memungkinkan terjadinya pengumpulan buktibukti pekerjaan guru dan murid secara langsung, serta bukti-bukti kegiatan dimana mereka terlibat. Misalnya, kunjungan ke sekolah akan mengikutsertakan kegiatan wawancara dan diskusi kelompok dengan murid, guru, kepala sekolah dan bahkan orangtua terkait efektivitas kurikulum, buku teks pelajaran dan pedagogi yang dilaksanakan. Perubahan terbaru di Puskurbuk dan BSNP juga termasuk menyusun dan memadukan paket instrumen dan alat-alat monitoring dan evaluasi, yang memungkinkan terhimpunnya data yang lebih jelas dan bermakna, yang dapat menuntun pada informasi yang lebih mendalam, demi perbaikan standar pendidikan dan kurikulum di masa mendatang. Sebagai cara untuk memastikan pemahaman dan pelibatan guru yang lebih baik terhadap konten kurikulum dan dokumendokumennya, Puskurbuk dan BSNP telah merencanakan cara-cara pengaturan standar K13 secara lebih sistematik. Puskurbuk dan BSNP juga telah menyusun contoh perencanaan unit pengajaran. Perubahan-perubahan tersebut akan mempertimbangkan gagasan akan kemajuan belajar murid dalam konteks pengembangan kompetensi, konsep atau keterampilan-keterampilan tertentu; adanya gagasan besar atau konsep inti dalam mata pelajaran disiplin ilmu tertentu yang disasar di unit pembelajaran tertentu; penekanan pada cara belajar aktif; serta gugahan terhadap guru untuk menggunakan penilaian otentik dan formatif. Tujuan umum dari perubahan ini adalah untuk memiliki sebuah kurikulum yang membantu memastikan bahwa murid mengembangkan pemahaman konseptual secara mendalam, dimana kegiatan belajar memungkinkan mereka untuk mengaplikasikan hasil pembelajarannya dalam persoalan nyata kehidupan, dibandingkan dengan membentuk mereka sebagai penghafal fakta, pemenuh tugas-tugas, serta penggunaan tes akademik standar yang hanya mengukur pengetahuan faktual murid. Praktik-praktik baik dari dunia internasional terkait reformasi sistem penilaian dan kurikulum pendidikan terutama dalam konteks Asia sangatlah relevan dan bermanfaat bagi Indonesia. Contohnya, sementara Indonesia melalui K13 merevisi kurikulum dan materi-materi pengantar untuk seluruh kelas, serta memandatkan implementasinya di seluruh tingkat pendidikan mulai kelas 1 hingga 12 di tahun 2014, Korea Selatan menyelenggarakan reformasinya secara lebih bertahap dan sistematis. Perubahan yang direncanakan sepanjang tahun 2009 s.d menghasilkan revisi kurikulum nasional yang kemudian baru diimplementasikan di tahun 2013 dan hanya pada kelas 1, 2 dan 7. 2

3 Lebih jauh, proses musyawarah, penelitian, negosiasi dan pengembangan kurikulum tidak saja menghabiskan waktu tetapi juga melibatkan lebih dari 20 kelompok riset dalam menyusun kurikulum mata pelajaran. Dibutuhkan pula dewan penasehat dan tim supervisi kurikulum mata pelajaran untuk mendukung dan mengawasi prosesnya. Pelajaran yang dapat diambil dari Korea Selatan dan negara-negara lainnya adalah bahwa dibutuhkan perencanaan yang lebih hati-hati, dan pendekatan bertahap untuk menginstitusionalkan perubahan kurikulum, mungkin bermanfaat untuk memastikan transisi yang mulus ke dalam kurikulum yang baru. Dalam kasus reformasi kurikulum lainnya, satu dari pelajaran paling penting bagi Indonesia adalah reformasi kurikulum yang terjadi di Filipina yang memprioritaskan tercapainya perkembangan literasi di kelas-kelas awal sekolah dasar, termasuk keputusan untuk memasukkan pendidikan multi bahasa berbasis bahasa ibu (PMB-BBI). Banyak kabupaten dan kota di Indonesia, dengan sekolah-sekolah yang terletak di pedesaan dan daerah terpencil, melayani murid dimana bahasa ibu mereka bukanlah Bahasa Indonesia, dapat belajar dari contoh-contoh internasional tadi yang secara sama fokus pada sang pelajar dan kebutuhan mereka yang beragam. Sangatlah menarik untuk memberi catatan bahwa proyek pilot PMB-BBI telah dilaksanakan di Indonesia oleh ACDP di kabupaten Lanny Jaya, Papua. Menuju Sistem Penilaian Kelas Dunia: Apa Langkah Strategis bagi Pengembangan Lansekap Penilaian di Indonesia? Perubahan besar yang dilakukan di K13 telah mendorong perubahan-perubahan di komponen lain dalam sistem pendidikan Indonesia, salah satu yang terakibat langsung adalah sistem penilaian pendidikannya. Sejak 2014, sistem penilaian pendidikan di Indonesia telah melalui berbagai perubahan signifikan. Ujian Nasional (UN) Indonesia, juga telah melalui sejumlah penyesuaian, untuk menurunkan nuansa pertarungan/pertaruhan ujian yang tinggi dan untuk meminimalisir kecurangan. Contohnya, keputusan tahun 2015, dibuat untuk tidak lagi menghubungkan UN dengan kelulusan sekolah. Beberapa langkah juga telah diambil untuk dapat menyelenggarakan UN secara eksklusif sebagai tes berbasis komputer dengan tujuan untuk meningkatkan mutu, efisiensi, fleksibilitas ujian, menekan kecurangan, menyederhanakan proses administrasi dan menyediakan lebih banyak opsi bagi diversifikasi bentuk soal UN. Selain itu, sejak tahun 2014, secara perlahan model soal UN mengarah pada soal yang mengukur kemampuan kognitif orde tinggi (higher order thinking skills). Kemampuan kognitif yang diukur tidak hanya kemampuan untuk mengetahui dan memahami materi pembelajaran, tetapi juga menalar berdasar pengetahuan yang telah dikuasai. Melalui perubahan tersebut, pembelajaran yang terjadi di kelas diharapkan juga akan mengarah pada pembelajaran yang lebih mendalam. Hadirnya UN Berbasis Komputer (UNBK) membuka ruang yang luas untuk pengembangan bentuk-bentuk soal yang lebih beragam, tidak sekedar pilihan ganda dengan jawaban tunggal saja. Melalui UNBK, bentuk soal pilihan ganda jamak dan lebih kompleks dapat dikembangkan, demikian pula bentuk-bentuk soal constructed response isian singkat, bahkan bentuk isian terbuka (esai) pun dapat dikembangkan. Penilaian pendidikan yang terpenting adalah penilaian yang terjadi di dalam kelas. Kurikulum 2013 mendorong hadirnya penilaian autentik, melalui soal dan tugas yang kontekstual dengan persoalan dan permasalahan nyata yang dihadapi murid sehari-hari sesuai dengan lingkungannya. Memperkenalkan hal demikian dalam penilaian pendidikan, mensyaratkan banyak reformasi rumit; melatih para spesialis penilaian dalam menulis pertanyaan dan dalam memberi penilaian terhadap lembar jawaban murid; juga melatih guru-guru sekolah untuk dapat mengajar dengan metode yang berbeda. Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), telah menjadi penggerak dari banyak perubahan-perubahan tersebut dan berkomitmen untuk terus mengembangkan sistem penilaian pendidikan Indonesia secara lebih jauh. Misalnya, belakangan ini, untuk meningkatkan kehandalan, validitas dan efisiensi dari sistem penilaian pendidikan Indonesia, Puspendik memfokuskan diri dalam hal pengembangan kapasitas, utamanya dengan membangun dan memperluas skala tes berbasis komputer, sebagaimana halnya dengan peningkatan kapasitas staf di seputar keterampilan-keterampilan tertentu, misalnya; perumusan item-item tes dan penilaian pembelajaran di dalam kelas, untuk dilaksanakan baik secara formal maupun informal oleh guru. 3

4 Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) atau Indonesian National Assessment Program (INAP), merupakan penilaian yang menekankan pada kemampuan siswa menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah nyata dalam situasi yang tidak umum. Kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) tersebut merupakan bagian dari kecakapan abad 21 yang penting untuk dikuasai para siswa. Pengetahuan dasar yang diukur dalam survei AKSI adalah literasi membaca, matematika, dan sains dalam kerangka kecakapan abad 21. Pada tahun 2016 telah dilakukan survei AKSI di 34 Provinsi untuk siswa kelas 4 SD. Tahun 2017 akan dilakukan survei AKSI untuk kelas 8 dan persiapan untuk kelas 11 yang akan dilakukan tahun AKSI/INAP juga akan mengikutsertakan kuesioner yang secara kontekstual menghimpun data, yang ketika dikombinasikan dengan informasi yang dikumpulkan melalui penilaian kognitif, dirancang untuk dapat mempresentasikan sebuah sistem monitoring bertingkat yang dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi kebijakan dan praktik pendidikan. Hasil survei internasional TIMSS dan PISA yang dilakukan tahun 2015, diterbitkan pada tahun 2016 lalu. Hasil PISA Indonesia meski masih rendah dibanding dengan rerata OECD menunjukkan peningkatan capaian yang cukup memberikan harapan. Kenaikan capaian siswa Indonesia dalam matematika mencapai 11 poin, sementara dalam sains mencapai 21 poin, sementara dalam membaca tampak ada kenaikan 1 poin. Kenaikan tersebut merupakan yang tercepat ke-4 di antara 72 negara peserta survei PISA. Bila laju peningkatan tersebut dapat dipertahankan maka pada tahun 2030 capaian Indonesia akan menyamai rerata capaian OECD (Schleichter, 2016). Hal tersebut merupakan tantangan bagi kita untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama mutu literasi di sekolah. Perubahan dalam sistem penilaian, seperti ditunjukkan melalui rancangan dan implementasi AKSI, menuju pada upaya membantu pemerintah dan pendidik untuk mengembangkan kapasitas mereka dalam memanfaatkan hasil penilaian sebagai data untuk melakukan analisis lebih lanjut guna mengidentifikasi target intervensi secara spesifik dan membangun pemahaman akan faktor-faktor kontekstual yang mungkin membentuk tren keluaran pembelajaran murid, melalui sistem pendidikan Indonesia, namun dengan pengalaman sekolah yang berbeda-beda. Struktur dan konten K13 yang baru menunjukkan bahwa, kini terdapat persyaratan-persyaratan baru untuk kegiatan kelas dan sekolah. Seperti disebutkan di atas, saat ini terdapat penekanan yang lebih besar dalam penggunaan penilaian kinerja secara otentik dan formatif di dalam kelas, agar dapat terus memberi masukan demi perbaikan proses belajar-mengajar. Penyusunan strategi atau Peta Jalan Menuju Pembangunan Sistem Penilaian Indonesia Bertaraf Internasional telah dimulai oleh Puspendik dengan dukungan dari ACDP. Sementara pencapaian standar pendidikan mungkin memakan waktu lebih lama, berbagai penyesuaian dan perubahan dalam sistem penilaian ini telah menunjukkan hasil positif dan membuktikan adanya berbagai perbaikan dalam sistem itu sendiri. Dua Hal Penting dalam Pendidikan Indonesia: Reformasi Sembari Menciptakan Ruang Dialog Di negara yang demokrasinya terus meningkat, seperti Indonesia, reformasi dan perubahan yang terjadi pada kurikulum dan penilaian pendidikannya, sejatinya telah menciptakan lebih banyak ruang bagi terjadinya dialog, dengan melibatkan partisipasi aktif para pemangku kepentingan di bidang pendidikan; pembuat kebijakan, pendidik, ahli, pegiat, kelompok kepentingan serta komunitas media. Perubahan pada sistem kurikulum dan asesmen pendidikan ini menunjukkan dialektika politik, sosial dan budaya seputar arti dan konsekuensi yang perlu ditempuh oleh sistem pendidikan nasional demi mencapai tujuan aspirasionalnya. 4

5 Sepanjang sepuluh tahun terakhir, konsep besar pendidikan begitu berkisar pada pembicaraan global seputar efektivitas, tingkat kedalaman dan relevansi kurikulum nasional dan sistem penilaian pendidikan dengan tuntutan Keterampilan Abad 21, yang merujuk pada kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis, penguasaan cara serta teknologi informasi dan komunikasi, juga pada kemampuan bekerjasama sebagai tim. Di masa lalu, pendidikan secara umum dipahami oleh pemerintah Indonesia sebagai instrument untuk membangun bangsa serta untuk menyuntikkan nilai-nilai patriotik dan demokrasi. Namun kini, pendidikan juga dipandang sebagai kebutuhan untuk merespon perubahan masyarakat Indonesia yang menjadi makin global dan lingkungan pekerjaan yang makin modern. Konteks baru ini disinyalir terdorong oleh meningkatnya moda dan aliran barang dan jasa melalui perdagangan serta pertukaran gagasan dan nilai-nilai budaya melalui komunikasi di berbagai bentuk media, demikian juga melalui aliran perpindahan manusia melalui kegiatan migrasi, yang mana tidak hanya menjangkau masyarakat secara regional namun juga global. Hal ini telah membentuk konteks regional dan global dimana bekal pengetahuan dan keterampilan seorang individu harus dapat ditransfer dan harus dapat menyasar perkembangan kebutuhan sosial-budaya masyarakat secara tepat. K-13 yang berbasis kompetensi, adalah sebuah upaya kritis untuk membantu para pendidik merumuskan kegiatan kelas, untuk dapat melibatkan murid-murid Indonesia dalam pembelajaran bermakna, yang akan membantu mereka membangun kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan konteks sosial-budaya dan ekonomi saat ini. Reformasi dan perubahan yang dilakukan dalam sistem penilaian pendidikan diharapkan dapat memastikan tersasarnya kebutuhan akan proses belajarmengajar yang relevan cara-cara dimana para murid diajarkan dan selaras dengan kompetensi dimana kita ingin melihat anakanak dan dewasa terbentuk, dan bagaimana kita dapat mengukur kualitas, efektivitas dan ekuitas dari sistem pendidikan nasional, sebagaimana halnya dengan kinerja belajar murid-murid tersebut secara individual. Di Indonesia, dimensi lain tentang peran sistem pendidikan bangsa ditambahkan ke dalam diskusi tersebut, dan itu adalah mengenai pendidikan karakter, menumbuhkembangkan nilai-nilai etis yang berakar pada kehidupan moral dan agama, sebagaimana juga mental untuk memenuhi kecukupan-diri dan mengarahkan hidup dengan tujuan. Banyak pertanyaan, analisis dan pertimbangan dilibatkan dalam perubahan kurikulum nasional dan sistem penilaian, yang mana berkisar pada dua kekhawatiran umum pendidikan Indonesia; 1) Apakah kurikulum yang ada mampu menciptakan dan mengarahkan instruksi serta membentuk pengalaman belajar murid dengan cara-cara yang mempromosikan pengetahuan, keterampilan dan sikap abad 21 namun di saat bersamaan membantu murid membangun rasa nasionalisme dan identitas agama yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari mereka? 2) Apakah murid-murid Indonesia belajar secara efektif (menjadi pandai dan memiliki karakter yang baik)? Apakah sistem penilaian yang kita miliki dapat mempresentasikan bukti-bukti yang cukup bagi pendidik dan sekolah, bagi peningkatan kinerja proses belajar-mengajar, serta bagi pemerintah dalam rangka membangun sistem untuk meningkatkan mutu kebijakan dan strategi? Dua kekhawatiran besar ini tidak hanya telah mempengaruhi arah diskusi pendidikan nasional di antara lingkaran para pembuat kebijakan, tetapi juga membangun konstruksi dan mendefinisikan apa saja yang menjadi persoalan dunia pendidikan Indonesia. Sangatlah penting untuk mengetahui apa jenis perubahan yang dikehendaki dan pendekatan implementasi terbaik yang dapat mendukung reformasi agenda pendidikan secara umum. Lebih jauh, sangatlah esensial bagi para pembuat kebijakan dan lembaga-lembaga pendukungnya untuk mengenali apakah dan bagaimana perubahan kurikulum dan sistem penilaian yang dipandu oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, telah sejatinya menghasilkan dampak dan menciptakan perubahan positif di tataran praktis pada proses nyata belajar mengajar di kelas dan sekolah. Pertanyaan ini akan dan sebaiknya tetap fokus pada kajian terhadap kesuksesan reformasi pendidikan di masa lalu, masa kini dan masa depan reformasi pendidikan. 5

6 ***** Narasumber: 1. Dr. Awaluddin Tjalla (Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan) 2. Prof. Ir. Nizam, M.Sc, Ph.D (Kepala Pusat PeniIaian Pendidikan, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan) 3. Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta) 4. Arpin, S.Pd.,M.Pd (Kepala Sekolah Dasar Hang Tuah, Makassar) Sumber Referensi: - ACDP. (2017). Support to Curriculum Reform (ACDP 051) Final Report. Jakarta: ACDP. - ACDP. (2017). Support to Assessment Centre (Puspendik) Phase 2 (ACDP 029a) Final Report. Jakarta: ACDP. - Ohn. J. D. (2017). Major features of the 2015 revised national curriculum in Korea and issues of implementation [Powerpoint presentation]. International Workshop for Effective Practices in Curriculum Reform in Asia Presentation. Available at: public.php?service=files&dir=%2foky%2ffiles%2f _seminar- Reformasi-Kurikulum [Accessed 9 May 2017] - Ocampo, D. (2017). Reforms and transitions in basic education in the Phillipines [Powerpoint presentation]. International Workshop for Effective Practices in Curriculum Reform in Asia Presentation. Available at: F _Seminar-Reformasi- Kurikulum [Accessed 9 May 2017] - TIMSS & PIRLS International Study Center. (2016). The Korean curriculum in primary and lower secondary schools. [Online] TIMSS 2015 Encyclopedia. Available at: timss2015/encyclopedia/countries/korea/thekorean-curriculum-in-primary-and-lower-secondary-schools/ [Accessed 15 May 2017] 6

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership Risalah Kebijakan Mei 2017 PRAKTIK-PRAKTIK EFEKTIF REFORMASI KURIKULUM DI ASIA Pengantar Keadilan sosial dan Kesetaraan Pendahuluan Mekanisme Transisi untuk Reformasi Kurikulum Pendorong Perubahan Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si.

PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. PEMBELAJARAN KREATIF DAN KOLABORATIF PADA ABAD 21 TINJAUAN KURIKULUM 2013 Dr. H. Ahmad Zaki Mubarak, M.Si. Disajikan dalam Pelatihan Guru MI Persis Gandok Tasikmalaya, 11 Juli 2017 Outline 1. Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade terakhir ini, daya saing negara Indonesia ditengahtengah persaingan dengan negara lain cenderung tidak memuaskan. Hal ini tercermin dari

Lebih terperinci

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM :

CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : CIPP (Context, Input, Process, Product) Oleh : Hasim Asngari NIM : 2015082087 The CIPP Evaluasi Model ini dikembangkan oleh Daniel L. Stufflebeam pada tahun 1966, dan selanjutnya diperbarui sepanjang tahun,

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan paradigma dunia tentang makna pendidikan, pendidikan dihadapkan ada sejumlah tantangan yang semakin berat. Salah satu tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang

I. PENDAHULUAN. global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menginginkan kualitas lulusan pendidikannya dapat bersaing di pasar global dengan memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang terdidik yang dapat memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah siswa Indonesia belum dapat bersaing dengan siswa negara lain. Padahal tuntutan persaingan dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan sejarah di era global dewasa ini dituntut kontribusinya untuk dapat lebih menumbuhkan kesadaran sejarah dalam upaya membangun kepribadian dan sikap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER (UNBK) SMK

KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER (UNBK) SMK KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER (UNBK) SMK Dr. Junus Simangunsong Kasi Penilaian Dit. PSMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2016 1 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsannya. Secara pedagogis,

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas serta mampu berpikir kritis di era globalisasi. Salah satunya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas, dalam artian manusia terus menggali setiap celah didalam kehidupan yang dapat mereka kembangkan demi memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran Matematika SD Yasin Yusuf, S.Pd Kurikulum 2013 1 Perkembangan Penduduk sebagai Modal SDM Usia Produktif (2020-2035) Melimpah Kompeten Tidak Kompeten Modal Pembangunan Transformasi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 khususnya di bidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif,

Lebih terperinci

RASIONAL KURIKULUM 2013

RASIONAL KURIKULUM 2013 RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT - 1.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kurikulum menurut Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

Standar Kurikulum Penilaian landasan penumbuh kembangan kompetensi abad 21 dan karakter bangsa

Standar Kurikulum Penilaian landasan penumbuh kembangan kompetensi abad 21 dan karakter bangsa Standar Kurikulum Penilaian landasan penumbuh kembangan kompetensi abad 21 dan karakter bangsa Nizam Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

2015 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DENGAN TEKNIK MEANS-END ANALYSIS (MEA) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan yang pernah dibangun di masa lampau sudah tidak lagi relevan dengan peradaban dan perekonomian dunia saat ini. Kehidupan dunia pada saat ini secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat cepat mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat dengan mudah menerima

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Abad 21 ditandai dengan perubahan dan pergeseran dalam segala bidang yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu universal. Aplikasi konsep matematika dari yang

Lebih terperinci

Document Control Rilis Final 20 Maret 2016 Revisi 1 23 Maret 2016

Document Control Rilis Final 20 Maret 2016 Revisi 1 23 Maret 2016 Document Control Rilis Final 20 Maret 2016 Revisi 1 23 Maret 2016 Outline 1 Kerangka Pengembangan 2 PerbaikanDokumen Kurikulum2013 3 Implikasi Revisi Kurikulum2013 4 Kerangka Sistem Pembelajaran 5 Tahap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013)

STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013) STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013) Satgas GLS Ditjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2017 1 Penyusun Kisyani-Laksono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan Laporan Bab 1 Pendahuluan 3 I.1. Pengantar Laporan pengembangan model merupakan paparan hasil penelitian terhadap praktek pendidikan di masyarakat sungai dalam kaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi bangsa yang ingin maju karena pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah pendidikan merupakan suatu hal yang memerlukan perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat karena pada dasarnya kemajuan dan keberhasilan

Lebih terperinci

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN MATERI PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR Diterbitkan oleh: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya. Jadi bukan ditentukan oleh canggihnya peralatan atau megahnya gedung, juga tidak tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan pada hampir semua mata pelajaran yang

Lebih terperinci

Outline 3/20/16. 1 Kerangka Pengembangan 2 Perbaikan Dokumen Kurikulum Implikasi Revisi Kurikulum Kerangka Sistem Pembelajaran

Outline 3/20/16. 1 Kerangka Pengembangan 2 Perbaikan Dokumen Kurikulum Implikasi Revisi Kurikulum Kerangka Sistem Pembelajaran FINAL RELEASE DATE 20/3/2016 Outline 1 Kerangka Pengembangan 2 Perbaikan Dokumen Kurikulum 2013 3 Implikasi Revisi Kurikulum 2013 4 Kerangka Sistem Pembelajaran 5 Tahap Implementasi 1 1 Kerangka Pengembangan

Lebih terperinci

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu komponen penting dalam mentransformasi pengetahuan, keahlian, dan nilai-nilai akhlak dalam pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya suatu negara sangat ditentukan oleh majunya pendidikan di negara tersebut. Pada era globalisasi saat ini, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3)

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 Pergeseran Komponen Kurikulum 2013 Komponen Silabus: (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) kompetensi inti, (4)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Pendidikan adalah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun evaluasinya. Tuntutan terhadap kualitas semakin diperhatikan untuk. untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun evaluasinya. Tuntutan terhadap kualitas semakin diperhatikan untuk. untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan termasuk pendidikan. Era gobalisasi ditandai dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pokok pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia salah satunya adalah upaya peningkatan mutu pendidikan, baik mutu pendidikan dari jenjang sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan sains. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha sadar

Lebih terperinci

Manual Mutu Akademik

Manual Mutu Akademik Manual Mutu Akademik MM 01 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Manual Mutu Akademik ini berisi tentang kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang diorganisasikan secara formal berdasarkan struktur hierarkis dan kronologis, dari jenjang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan hasil analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, uji coba lebih luas dan uji validasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai sains dan teknologi adalah pokok utama bagi seseorang untuk siap menghadapi kehidupan dalam masyarakat modern. Mudzakir (dalam Amri, 2013) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 1 BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 A. Sekilas Tentang Kurikulum 2013 Sebelum membahas mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013, sebaiknya kita pahami dulu tentang latar belakang, arah, dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP PANDUAN PENGEMBANGAN RPP 1. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam kehidupan setiap manusia. Pendidikan mampu memperluas pengetahuan manusia dalam membentuk nilai, sikap dan prilaku yang berperan

Lebih terperinci

REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (RNPK)

REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (RNPK) REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (RNPK) Evaluasi Kinerja Kemdikbud Tahun 2010-2014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013 Sidang Komisi IV 1 KOMISI IV PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL (UN) 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan

Lebih terperinci

Penerapan asesmen kinerja dalam menilai Literasi kuantitatif siswa pada konsep ekosistem

Penerapan asesmen kinerja dalam menilai Literasi kuantitatif siswa pada konsep ekosistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dengan daya saing yang tinggi masih menunjukan hasil yang kurang memuaskan. Hal tersebut sesuai dengan hasil studi Trends in International Mathematics

Lebih terperinci

MENCERMATI RUUSPN DIKAITKAN DENGAN MASA DEPAN PENDIDIKAN BANGSA. Oleh Rochmat Wahab

MENCERMATI RUUSPN DIKAITKAN DENGAN MASA DEPAN PENDIDIKAN BANGSA. Oleh Rochmat Wahab MENCERMATI RUUSPN DIKAITKAN DENGAN MASA DEPAN PENDIDIKAN BANGSA Oleh Rochmat Wahab PENGANTAR Krisis multi dimensi yang menimpa bangsa Indonesia hingga kini belum nampak reda secara meyakinkan, bahkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan negara dalam isi pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut, jalan yang harus ditempuh adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan dalam suatu negara harus diawasi dan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan sistem pendidikan yang digunakan. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika

Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Implementasi Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Matematika Rayinda Aseti Prafianti 1, Rr. Kuntie Sulistyowaty 2 Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sampai batas tertentu matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih berkembang hingga saat ini. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI Jumarniati 1, Rio Fabrika Pasandaran 2, Achmad Riady 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

2014 KONTRIBUSI LITERASI SAINS DAN KORELASINYA TERHADAP PERILAKU SEHAT SISWA SEKOLAH LANJUTAN ATAS KELAS X

2014 KONTRIBUSI LITERASI SAINS DAN KORELASINYA TERHADAP PERILAKU SEHAT SISWA SEKOLAH LANJUTAN ATAS KELAS X BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dampak globalisasi dan kemajuan teknologi telah mengubah pandangan pendidikan dan menyebabkan semakin terbukanya peluang di skala internasional melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap manusia beragam dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki masa millenium ketiga saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin berkembang. Perkembangan ini memberikan pengaruh yang besar

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

KONSEP KURIKULUM 2013

KONSEP KURIKULUM 2013 Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014, pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci