BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (anion) sama yang diukur dalam miliequivalen/liter (meq/l). Kation tidak. melebihi anion atau sebaliknya (Costanzo, 2007).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (anion) sama yang diukur dalam miliequivalen/liter (meq/l). Kation tidak. melebihi anion atau sebaliknya (Costanzo, 2007)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. ELEKTROLIT Elektrolit dalam kompartemen cairan tubuh harus mematuhi prinsip elektroneutralitas yaitu setiap kompartemen harus memiliki keseimbangan antar elektron bemuatan positif (kation) dan muatan negatif (anion) sama yang diukur dalam miliequivalen/liter (meq/l). Kation tidak melebihi anion atau sebaliknya (Costanzo, 2007). Terjadinya gangguan volume pada masing-masing kompartemen cairan tubuh sering berhubungan dengan gangguan pada keseimbangan elektrolit terutama Na. Mekanisme homeostatic tubuh secara neurohormonal akan mengatur keseimbangan ini sehingga gangguan tersebut akan kembali normal. Pada keadaan-keadaan tertentu gangguan tersebut harus diatasi dengan memberikan terapi yang sesuai dengan gangguan yang timbul (Mulyono, I dan Sunatrio,S, 2009). Kation utama dalam cairan ekstraselular (CES) adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama dalam cairan intraselular (CIS) adalah potassium (K+). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah ion klorida (Cl-) dan ion bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO 3-4 ) (Guyton, AC and Hall, JE, 2008). 9

2 10 Komposisi elektrolit di dalam tubuh dapat dilihat pada tabel 2.1. Elektrolit ini terdapat pada cairan intrasel dan ekstrasel (intravaskuler dan interstetial). Tabel 2.1. Komposisi Elektrolit Pada Kompartemen Cairan Tubuh (Butterworth, JF, et al., 2013) Dalam pembahasan tentang elektrolit, penulis hanya membahas elektrolit yang umum dikerjakan di laboratorium antara lain: Natrium, kalium dan clorida karena elektrolit tersebut mempunyai kadar yang tinggi didalam cairan tubuh.

3 11 a. Natrium (Na + ) Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 meq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar meq/l) berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium (Guyton, AC and Hall, JE, 2008). Beberapa proses dalam tubuh khususnya sistem syaraf, sistem cardiovascular, sistem otot membutuhkan signal elektrik untuk komunikasi. Pergerakan ion Natrium penting untuk menghasilkan potensial aksi. Bila Natrium terlalu banyak atau sedikit akan mengganggu fungsi dari sel dan bila kondisi ekstrim dapat berakibat fatal (Guyton, AC and Hall, JE, 2008). b. Kalium (K + ) Kalium memainkan peranan yang penting dalam fisiologi sel membran, khsususnya dalam mempertahankan potensial membran istirahat dan mnghasilkan potensial aksi pada susunan syaraf pusat dan jantung. Kalium diangkut secara aktif kedalam sel oleh Na/K adenosinetriphosphatase (ATPase) pump. (Prough, DS, et al., 2009). Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 meq/l dan

4 12 konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 meq/l (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar per kilogram berat badan ( meq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak ( Kaye,AD and Riopelle, J M, 2010). Kalium, kalsium (Ca 2+ ) dan natrium (Na + ) berperan dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan garam yang secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin dan keringat (Sue, DY and Bongard, FS, 2008). Keseimbangan kalium diatur dengan menyeimbangkan antara pemasukan, pengeluaran/ekskresi dan distribusi antar intrasel dan ekstrasel. Ketika kadar kalium ekstrasel meningkat maka terjadi regulasi cepat dengan perpindahan kalium ekstrasel ke dalam intrasel melalui pompa Na K ATPase. Kalium akan masuk ke dalam sel dan Natrium akan keluar dari sel. Pompa ini diatur oleh insulin dan epinefrine (Sue, DY and Bongard, FS, 2008). Kadar ph darah juga mempunyai efek distribusi pada kalium di intrasel dan ekstrasel, tetapi tidak berpengaruh terhadap pompa Na K ATPase. Gangguan asam basa secara umum berpengaruh kecil pada

5 13 kadar K dalam plasma tetapi pada asidosis hiperkloremia dapat meningkatkan kadar K plasma yang berpotensi terjadinya hiperkalemia yang dapat mengancam jiwa. Mekanisme ini melalui pertukaran ion hidrogen dengan kalium dari intrasel tanpa stimulasi gerakan ion klorida ke intrasel. Pada asidosis metabolik seperti kadar anion yang besar di intrasel misalkan asidosis laktat, ketoasidosis sering menyebabkan perubahan kalium yang kecil, tetapi mempunyai efek yang besar terhadap jumlah bikarbonat ditubulus distal yang menghasilkan lepasnya kalium di ginjal. Regulasi kalium dan distribusi kalium terangkum dalam tabel no 2.2. (Sue, DY and Bongard, FS, 2008).

6 14. Tabel 2.2 Pengaturan Kalium dalam Plasma dan Jumlah Total dalam Tubuh oleh Ekskresi Ginjal dan Distribusi Antar Ekstrasel dan Intrasel (Sue, DY, and Bongard, FS, 2008) Regulasi kronik untuk hemostasis K dilakukan oleh ginjal. Enam puluh persen Kalium yang difiltrasi akan reabsorbsi sebelum mencapai akhir dari tubulus proksimal dan 20% ditubulus distal dan 15% oleh lainnya di ansa henle. Jumlah ekskresi kalium ditentukan pada tubulus kontortikus dan duktus coligentes. Besarnya K yang direabsorbsi dan disekresikan tergantung pada kebutuhan. Sekresi meningkat pada kondisi hiperkalemia, aldosterone, alkalemia, peningkatan Na di distal tubulus kontortikus dan duktus coligentes,

7 15 aliran urin yang tinggi, adanya anion yang tidak bisa diabsorbi seperti carbenicilin, fosfat, dan sulfat (Prough, DS, et al., 2009). 1) Hipokalemia Jarang terjadi pada orang sehat, hipokalemia bila kadar K < 3,5 meq/l sering diakibatkan komplikasi obat diuretik dan dapat terjadi akibat penyakit, atau pengobatan yang lain. Kalium dalam plasma tidak menunjukkan kadar total kalium di dalam tubuh. Hipokalemia dapat terjadi pada total kalim tubuh yang rendah, normal maupun tinggi. Karena kalium dalam plasma terdapat sebagian kecil, sedang yang terbesar terdapat di intra sel. Secara umum, kalium yang menurunan secara kronik sekitar 1 meq/l di dalam plasma bertanggung jawab terhadap kekurangan total kalium tubuh sekitar meq/l. Penyebab terjadinya hipokalemia dapat dilhat pada tabel 2.3. (Butterworth, JF, et al., 2013) Gejala hipokalemia terutama berhubungan dengan fungsi neuromuskuler, dan kardiovaskuler. Hipokalemia menyebabkan kelemahan otot, bila hipokalemia berat dapat terjadi paralisis. Pada kondisi hipokalemia kronis, rasio antara kalium intrasel dan ekstrasel relatif stabil. Berbeda dengan kondisi akut, perubahan ini dapat menyebabkan perubahan potensial membran istirahat. Gangguan irama jantung merupakan komplikasi yang berbahaya akibat kondisi hipokalemia. Gejala hipokalemia dapat dilihat pada

8 16 tabel Pada pasien dengan diabetus melitus, hipokalemia mengganggu sekresi insulin dan sensitifitas terhadap organ akhir. Walaupun tidak ada ambang batas yang jelas kadar hipokalemia yang aman untuk anestesi. Kadar K < 3,5mEq/L pada operasi jantung berhubungan dengan insidensi aritmia pada perioperatif khususnya atrial fibrilasi/atrial flutter (Butterworth, JF, et al., 2013)

9 17 Tabel 2.3. Penyebab Hipokalemia (Butterworth, JF,et al., 2013) Excess renal loss Mineralocorticoid excess Primary hyperaldosteronism (Conn s syndrome) Glucocorticoid-remediable hyperaldosteronism Renin excess Renovascular hypertension Bartter s syndrome Liddle s syndrome Diuresis Chronic metabolic alkalosis Antibiotics Carbenicillin Gentamicin Amphotericin B Renal tubular acidosis Distal, gradient-limited Proximal Ureterosigmoidostomy Gastrointestinal losses Vomiting Diarrhea, particularly secretory diarrheas ECF ICF shifts Acute alkalosis Hypokalemic periodic paralysis Barium ingestion Insulin therapy Vitamin B 12 therapy Thyrotoxicosis (rarely) Inadequate intake

10 18 Tabel 2.4. Gejala Hipokalemia (Butterworth, JF, et al., 2013) Cardiovascular Electrocardiographic changes/arrhythmias Myocardial dysfunction Neuromuscular Skeletal muscle weakness Tetany Rhabdomyolysis Ileus Renal Polyuria (nephrogenic diabetes insipidus) Increased ammonia production Increased bicarbonate reabsorption Hormonal Decreased insulin secretion Decreased aldosterone secretion Metabolic Negative nitrogen balance Encephalopathy in patients with liver disease 2) Hiperkalemia Hiperkalemia terjadi bila kadar dalam plasma melebihi 5,5 meq/l. hiperkalemia jarang terjadi pada kondisi normal, dikarenakan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kalium dalam jumlah besar. Ginjal dapat mengekskresikan kalium sebanyak 500 meq perhari (Butterworth, JF, et al., 2013). Hiperkalemia dapat diakibatkan oleh: pergeseran ion kalium antar kompartemen, penurunan ekskresi kalium, dan peningkatan asupan kalium. Contoh pergerakan kalium ke ekstrasel berhubungan dengan asidosis, sel yang lisis (akibat kemoterapi, hemolisis, rhabdomiolisis, trauma jaringan yang luas), penggunaan digoksis karena digoksin akan menghambat Na K ATP ase (Butterworth, JF, et al., 2013).

11 19 Hiperkalemia yang disebabkan oleh penurunan ekskresi pada ginjal seperti pada gangguan fungsi filtrasi ginjal, penurunan aktifitas aldosteron, atau gangguan pada sekresi kalium pada distal nefron. (Butterworth, JF, et al., 2013) c. Klorida (Cl - ) Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap (Klutts, JS and Scott, MG, 2006) Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 meq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa (Rismawati, Y dan Ira, I, 2012). Konsentrasi ion klorida tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal, lambung dan pankreas. Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis yang penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium (Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat ( Gisolf, CV, 1993)

12 20 Peningkatan kadar klorida dalam serum disebut hiperkloremia. Keadaan ini dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik, penderita gagal ginjal, akromegali, dehidrasi, hipertensi, gangguan pada ginjal karena ekskresi klorida terjadi di ginjal. Sedangkan hipokloremia yaitu penurunan kadar klorida dalam darah yang dapat terjadi pada keadaan asidosis respiratorik, diuretik, luka bakar, dan lain-lain ( Gisolf, CV, 1993). d. Metode Pemeriksaan Elektrolit. Pemeriksaan kadar Natrium, Kalium, dan Klorida dengan menggunakan metode Elektroda Ion Selektif (Ion Selektive Electrode/ISE). Metode ini merupakan pemeriksaan yang paling sering digunakan. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu yang baik ( Rismawati, Y. dan Ira,F, 2012).

13 21 2. PERBEDAAN ION KUAT (PIK)/STRONG ION DIFFERENT (SID) Menurut hukum Handersson-Hasselbalch, keseimbangan asam basa tergantung pada PCO2, dan asam bikarbonat. Hukum Handersson- Hasselbalch digambarkan sebagai berikut: Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh gangguan pada asam bikarbonat (HCO3-), sedangkan asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik disebabkan oleh gangguan pco2. Hukum Handerson digambarkan sebagai persamaan berikut ini: Konsentrasi H + berhubungan dengan ph. Pendekatan asam basa ini berbeda dengan pendekatan pendekatan stewart. Tahun 1981, Stewart mempublikasikan bukunya dengan judul How to understand acid-base A quantitative acid-base primer for biology and medicine. Stewart menjelaskan apa dan bagaimana peran Strong ion Difference (SID)/Perbedaan Ion Kuat (PIK) dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Konsep PIK menjelaskan sebagai alternatif dalam menilai gangguan keseimbangan asam basa (Rana,et al., 2006). Metode ini lebih akurat serta mampu menjelaskan secara rinci mekanisme patofisiologi yang terjadi pada gangguan keseimbangan asam basa. Studi terbaru mengenai fisiologi asam basa saat ini tertuju pada

14 22 metode ini karena Stewart mampu menjelaskan fenomena yang sulit dijelaskan selama ini melalui cara lama yaitu asidosis karena dilusi dan gangguan asam basa akibat perubahan pada konsentrasi albumin (George; YWH dan Mustofa, I.,2003) Berdasarkan pendekatan steward bahwa konsentrasi ion H + dalam suatu larutan biologis dapat ditentukan dengan menetapkan terlebih dahulu 2 variabel yang saling berinteraksi. a. Variabel independen dari Stewart terdiri dari 3 variabel : 1) PaCO 2 (tekanan parsial karbondioksida) 2) Perbedaan konsentrasi elektrolit kuat (kation-anion) disebut Strong ions difference (SID). 3) Total konsentrasi asam lemah yang non volatile (A Tot ) b. Variabel dependen dari Strewart Stewart mengatakan ada 6 ion yang bersifat dependen yaitu [H + ], [OH - ], [HCO - 3 ], [CO -2 3 ], [HA], [A - ] (ion dan asam lemah). (Barash, et al, 2009; Rana,et al., 2006). Secara fisiologi yang menentukan perubahan PIK adalah ginjal, usus, dan jaringan. Total asam lemah/a TOT terutama ditentukan adalah hepar sedangkan yang menentukan PCO2 adalah paru. Asidosis terjadi bila adanya peningkatan P CO2, A TOT, dan penurunan PIK (Rastegar, A, 2009). Asidosis metabolik metabolik disebabkan karena overproduksi dari asam organik (seperti asam laktat, ketoasidosis), hilangnya kation (seperti

15 23 diare), atau pemberian anion luar yang berlebihan (seperti keracunan). Semua hal ini akan menurunkan PIK (Rastegar, A, 2009). Alkalosis diakibatkan oleh penurunan PCO2 dan total asam lemah (A tot ), peningkatan PIK. Misalnya asidosis metabolik (seperti kondisi sering muntah-muntah) dapat menybabkan hilangnya klorida, sehingga menaikkan nilai PIK (Rastegar, A, 2009). PIK adalah perbedaan antara kation kuat dan anion kuat dalam tubuh. Kation dan anion kuat ini akan berdisosiasi sempurna di dalam larutan. Jadi PIK =(Kation kuat)- (Anion kuat)., PIK = (Na + K + Ca+ Mg) (Cl). Dikarenakan kadar Ca, Mg kecil, maka PIK = Na + K Cl. Nilai normal SID adalah 38 46mmol/L PIK yang tinggi berhubungan dengan asidosis metabolik sedangkan PIK yang rendah berhubungan dengan alkalosis metabolik. (Lobo, DN., et al., 2013). Hubungan antara SID dengan kadar ion H + dan OH -, digambarkan seperti pada gambar 2.1. dibawah ini.

16 24 (H + ) (OH - ) (-) PIK (+) Gambar 2.1. Sketsa hubungan antara PIK, Kadar ion (H + ) dan (OH - ) (Mustafa I,George YWH, 2003). Bila PIK lebih dari normal, bersifat alkalosis, dan PIK kurang dari normal bersifat asidosis. 3. RINGERFUNDIN Ringerfundin adalah cairan infus dengan komposisi 1000 ml mengandung: Sodium chloride 6,80 g Potassium chloride 0.30 g Magnesium chloride hexahydrate 0.20 g Calcium chloride dihydrate 0.37 g Sodium acetate trihydrate 3.27 g L-Malic acid 0.67 g

17 25 Kandungan elektrolit dalam Ringerfundin dengan satuan mmol/l Elektrolit mmol/l Sodium Potassium 4.0 Magnesium 1.0 Calcium 2.5 Chloride Acetate 24.0 Malate 5.0 Osmolaritas: 309 mosm/l, ph Ringerfundin adalah larutan elektrolit, mengandung Na 145 mmol/l. Selain itu, konsentrasi kalium, magnesium dan kalsium dari Ringerfundin hampir sama dengan yang ditemukan dalam plasma, sedangkan konsentrasi klorida sedikit lebih tinggi dalam rangka untuk mencapai osmolaritas fisiologis. Oleh karena Ringerfundin dapat digunakan untuk terapi cairan akibat ketidakseimbangan elektrolit (Lobo, DN, et al., 2009). Ringerfundin berisi 24 mmol/l Asetat dan 5 mmol/l Malat. Hasil metabolismenya melepaskan 34 mmol/l bikarbonat. Asetat dan Malat lebih disukai daripada laktat sebagai karena metabolismnya tidak terbatas pada hati saja dan memerlukan konsumsi oksigen yang rendah (Lobo, DN, et al., 2009).

18 26 4. RINGER LAKTAT (RL) Larutan Ringer Laktat disingkat sebagai "LR", "RL" atau "LRS". Ringer Laktat ini dikenal dengan Hartmann solution. Satu liter larutan Laktat Ringer mengandung: 130 meq ion natrium = 130 mmol / L 109 meq ion klorida = 109 mmol / L 28 meq laktat = 28 mmol / L 4 meq ion kalium = 4 mmol / L 3 meq ion kalsium = 1,5 mmol / L ph larutan : 6.5 Ringer Laktat memiliki osmolaritas 273 mosm / L. Laktat ini dimetabolisme menjadi bikarbonat oleh hati, yang dapat menyebabkan asidosis metabolik. (Williams E.L., et al, 1999) RL memiliki konsentrasi kalium dan kalsium mirip dengan konsentrasi terionisasi yang ditemukan dalam plasma darah normal. Untuk menjaga netralitas listrik, larutan ini memiliki kadar natrium lebih rendah daripada yang ditemukan dalam larutan saline isotonik atau plasma. RL merupakan cairan kristaloid yang dapat diberikan dengan volume yang besar. RL banyak digunakan sebagai replacement therapy/terapi cairan pengganti antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar (Leksana, E., 2006).

19 27 Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium (Leksana,E., 2006). B. PENELITIAN YANG RELEVAN Menurut Rudi, MM (2006) Pemberian infus RL dan infus NaCl 0,9%, yang mulai diberikan sebelum, selama, dan setelah operasi SC, kemudian dilakukan penilaian terhadap SID (strong ion difference) menunjukkan hasil bahwa : Pemberian infus RL lebih baik dibandingkan NaCl 0,9%. NaCl 0,9% dapat menimbulkan asidosis ataupun alkalosis lebih besar pada pasien dibandingkan dengan RL. (Rudi, MM, 2006). Menurut Hartanto, RV (2012) bahwa ada perbedaan perubahan konsentrasi natrium dalam plasma yang tidak bermakna antara pemberian preload 20cc/kgBB ringer laktat dibandingkan dengan pemberian preload 20cc/kgBB ringer asetat malat pada pasien yang dilakukan Sectio secaria (Hartanto, RV, 2012) Menurut Leksana, E., dkk (2013) bahwa terdapat penurunan base axcess (BE) dan penurunan SID secara bermakna pada kelompok yang diberikan 15 cc/kgbb HES 6% (200) dalam NaCl 0,9% dibanding kelompok 15 cc/kgbb HES 6% (200) dalam larutan berimbang (Leksana, E, 2013).

20 28 C. KERANGKA PIKIR OPERASI RINGERFUNDIN RINGER LAKTAT PERDARAHAN & KEHILANGANCAIRAN EKSKLUSI GANGGUAN FUNGSI HATI GANGGUAN FUNGSI GINJAL PENYAKIT KARDIOVASKULER CRITICAL ILL (SEPSIS, SYOK) GANGGUAN PENCERNAAN PENYAKIT PERNAPASAN DIABETES MELLITUS PERDARAHAN < 10% ATAU > 20 % EBV OPERASI> 3 JAM ASA >2 ELEKTROLIT PIK ph HEMODINAMIK HEMATOKRIT ANEMIA OXYGEN DELIVERY Gambar 2.2. Kerangka Pikir

21 29 D. KERANGKA KONSEP RINGERFUNDIN ELEKTROLIT (Na, K, Cl) PIK RINGER LAKTAT Gambar 2.3. Kerangka Konsep Keterangan Gambar 2.1. Kerangka Pikir Operasi dapat menyebabkan perdarahan dan kehilangan cairan, bila perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akan menyebabkan perubahan elektrolit dan PIK serta penurunan hematokrit Perubahan elektrolit akan mempengaruhi PIK, perubahan ini akan menyebabkan perubahan asam basa atau ph tubuh. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan hemodinamik. Hemodinamik yang terganggu menyebabkan gangguan dalam delivery/pengiriman oksigen. Hematokrit yang turun akan menyebabkan anemia. Kondisi anemia ini akan berpengaruh terhadap delivery oksigen. Untuk mempertahankan hemodinamik, setiap perdarahan atau kehilangan cairan perlu diberikan terapi cairan. Terapi cairan yang diberikan adalah cairan kristaloid. Standar untuk kristaloid adalah Ringer Laktat.

22 30 Kristaloid yang lain adalah Ringerfundin yang terdapat muatan elektrolit dan asetat dan malat. Faktor-faktor lain yang menyebabkan gangguan elektrolit antara lain gangguan pada fungsi hati, ginjal, kardiovaskuler, diabetes melitus, kondisi penyakit berat/critical ill seperti syok, sepsis. Kondisi tersebut diatas dapat menyebabkan gangguan hemodinamik yang akhirnya menyebabkan gangguan delivery oksigen. E. HIPOTESIS Ada perbedaan pengaruh antara Ringerfundin dan Ringer Laktat terhadap perubahan elektrolit ( Natrium, Kalium, Klorida) dan Perbedaan Ion Kuat (PIK) pada operasi dengan perdarahan dimana Ringerfundin lebih baik dibanding dengan Ringer Laktat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terapi cairan Pemberian cairan bertujuan untuk memulihkan volume sirkulasi darah. 6,13 Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tujuan dari terapi cairan perioperatif adalah menyediakan jumlah cairan yang cukup untuk mempertahankan volume intravaskular yang adekuat agar sistem kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Elektrolit Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang di sebut kation bermuatan positif dan anion bermuatan negatif. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas.

Lebih terperinci

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D

G R A C I A C I N T I A M A S S I E P E M B I M B I N G : D R. A G U S K O O S H A RT O R O, S P. P D HIPOKALEMIA GRACIA CINTIA MASSIE PEMBIMBING : DR. AGUS KOOSHARTORO, SP.PD DEFINISI Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah dibawah 3.5 meq/l yang disebabkan oleh berkurangnya

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma

KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi ion Hidrogen (H + ) 2.Hitung logaritma Keseimbangan Asam Basa Dr. OK.M. Syahputra, M.kes Dr. Almaycano Ginting Departemen Biokimia FK USU KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Definisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung konsentrasi

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia : 60 % ( sebagian besar ) terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Darah Darah adalah adalalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan

Lebih terperinci

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit: Pengertian cairan tubuh total (total body water / TBW) Pembagian ruangan cairan tubuh dan volume dalam masing-masing ruangan Perbedaan komposisi elektrolit di intraseluler

Lebih terperinci

2

2 Keseimbangan Asam Basa Dr. OK.M. Syahputra, M.Kes Dr. Almaycano Ginting, M.Kes Departemen Biokimia FK USU KESEIMBANGAN ASAM BASA Pengertian ph Defanisi ph -log (H + ) Untuk menghitung ph larutan : 1.Hitung

Lebih terperinci

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope TERAPI CAIRAN MAINTENANCE RSUD ABDUL AZIS 21 April 2015 TERAPI CAIRAN TERAPI CAIRAN RESUSITASI RUMATAN Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Mengganti Kehilangan Akut Koreksi 1. Kebutuhan normal 2. Dukungan

Lebih terperinci

Connective tissue. Bone 3 % 2 L 4,5 % 3 L. Interstitial Fluid 11,5 % 8 L. Plasma 4,5 % 3 L. Cell water 36 % 25 L. Transceluler water 4,5 % 1 L

Connective tissue. Bone 3 % 2 L 4,5 % 3 L. Interstitial Fluid 11,5 % 8 L. Plasma 4,5 % 3 L. Cell water 36 % 25 L. Transceluler water 4,5 % 1 L Prof. Dr. Burhanuddin Nst, SpPK-KN,FISHKN,FISH Distribusi air dalam Badan Air dalam badan didistribusikan diantara 3 kompartemen utama yaitu : Intraselluler Interstitium Pembuluh Darah Lebih dari setengah

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN ASIDOSIS METABOLIK Disusun oleh: Desi (A101.19.006) Dewi Sekar (A101.19.007) Dina Fitri Astuti (A101.19.008) Ela Kusumawati (A101.19.009) Fatoni Aditya O (A101.19.010) Febriana Ramadhani (A101.19.011)

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT Disampaikan pada kuliah KDDK_1_2011 Komposisi cairan tubuh Fungsi cairan tubuh Faktor berpengaruh pada kebutuhan cairan Kebutuhan cairan tubuh Intake dan output cairan

Lebih terperinci

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah dan Peranannya Dalam Penilaian Pasien- Pasien Kritis Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian ringet laktat sebagai cairan resusitasi pada pasien bedah sesar, sering dikaitkan dengan kejadian asidosis. 1,2 Keadaan asidosis akan menyebabkan vasodilatasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sectio Caesaria (operasi sesar) didefinisikan sebagai proses kelahiran janin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sectio Caesaria (operasi sesar) didefinisikan sebagai proses kelahiran janin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SECTIO CAESARIA Sectio Caesaria (operasi sesar) didefinisikan sebagai proses kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi).

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA RINGERFUNDIN DAN RINGER

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA RINGERFUNDIN DAN RINGER PERBEDAAN PENGARUH ANTARA RINGERFUNDIN DAN RINGER LAKTAT TERHADAP PERUBAHAN ELEKTROLIT (Na, K, Cl) DAN PERBEDAAN ION KUAT PADA OPERASI DENGAN PERDARAHAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai ASERING JENIS-JENIS CAIRAN INFUS Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteriis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno

KESEIMBANGAN ASAM- BASA. dr.sudarno KESEIMBANGAN ASAM- BASA dr.sudarno KESEIMBANGAN ASAM BASA Afinitas Hb terhadap O 2 terutama dikendalikan oleh ph darah ph darah (arterial) : 7,4 (7,35-7,45) Sistem yang berperan mempertahankan ph darah:

Lebih terperinci

ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4

ph = log = - log [H + ] ph = - log [0, ] ph = 7,4 KESEIMBANGAN ASAM BASA Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion ion hidrogen dalam larutan dikenal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan Asam-Basa Ion hidrogen merupakan proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul yang mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion-ion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

Reaksi keseluruhannya :

Reaksi keseluruhannya : LI 1. Memahami dan Mengetahui Tentang Asam-Basa LO 1.1 Definisi Asam-Basa Definisi asam-basa menurut Arrhenius Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil

Lebih terperinci

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns Pendahuluan Ginjal mempertahankan komposisi dan volume cairan supaya tetap konstan Ginjal terletak retroperitoneal Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan intravaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada di antara sebagian sel tubuh dan menyusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh yang berperan dalam mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume

Lebih terperinci

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang RESUSITASI CAIRAN Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang SYOK Syok adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

DIURETIK & ANTI DIURETIK. Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK & ANTI DIURETIK Dept. Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara DIURETIK VOLUME URINE ANTI DIURETIK DIURETIK OSMOTIK PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE DIURETIK DIURETIK

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM BASA

KESEIMBANGAN ASAM BASA KESEIMBANGAN ASAM BASA Oleh: Putu Aksa Viswanatha dr. Kadek Agus Heryana Putra,SpAn BAGIAN/SMF ILMU ANESTESIA DAN TERAPI INTESIF FK UNUD/RSUP SANGLAH 2017 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK KETOASIDOSIS DIABETIK Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA DIVISI ENDOKRINOLOGI FK USU/ RS.H. ADAM MALIK MEDAN DEFINISI KAD : SUATU KEDARURATAN MEDIK AKIBAT GANGGUAN METABOLISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

Kompartemen cairan di dalam tubuh

Kompartemen cairan di dalam tubuh MINERAL definisi Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. fungsi

Lebih terperinci

respiratorik adalah alkalosis metabolic, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolic dan demikian juga sebaliknya.

respiratorik adalah alkalosis metabolic, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosis metabolic dan demikian juga sebaliknya. BAB I PENDAHULUAN Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hydrogen ([H + ]). Pada cairan tubuh asam terus menerus diproduksi dalam metabolisme yang normal. Meskipun terbentuk banyak asam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan rata-rata orang dewasa (70 kg). Total air tubuh dibagi menjadi dua kompartemen cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LatarBelakang Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada makhluk hidup multiseluler. Zatzat yang tidak digunakan oleh tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin oleh ginjal. Pada seorang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Olahraga 2.1.1. Definisi Olahraga Olahraga ialah tindakan fisik untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik (Dorland s 2004). Sedangkan menurut Gale Encyclopedia

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dr. Suparyanto, M.Kes GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Cairan tubuh adalah larutan isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut (mineral)

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT)

FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT) FARMAKOLOGI SISTEM VASKULER-RENAL (ANTIHYPERTENSION & DIURETICS AGENT) Rina Wijayanti, M. Sc., Apt Disampaikan dalam Kuliah Modul Farmakologi Prodi Farmasi FK UNISSULA Mampu menjelaskan Farmakologi sistem

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN KONSENTRASI NATRIUM PLASMA ANTARA PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT DIBANDINGKAN DENGAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

PERBEDAAN PERUBAHAN KONSENTRASI NATRIUM PLASMA ANTARA PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT DIBANDINGKAN DENGAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT PERBEDAAN PERUBAHAN KONSENTRASI NATRIUM PLASMA ANTARA PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT DIBANDINGKAN DENGAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan rumatan tidak hanya

Kebutuhan cairan rumatan tidak hanya Sari Pediatri, Vol. 6, No. 2, September 2004: 91-96 Penelitian Kendali Acak Terbuka Terhadap Efektifitas dan Keamanan Cairan Elektrolit Rumatan pada Neonatus dan Anak (KAEN 4B vs N/4D5) M. Juffrie Cairan

Lebih terperinci

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga biasa disebut juga dengan larutan Buffer atau larutan Dapar. Dimana larutan penyangga merupakan larutan yang mampu

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri atas volume urin, persentase ekskresi urin, kerja diuretik, aktivitas diuretik, ph, kadar natrium, dan kalium urin. Selanjutnya, hasil penelitian disajikan

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA

VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA VII. KESEIMBANGAN ASAM BASA Mohammad Hanafi, MBBS (Syd)., dr., MS. 1.Pendahuluan Untuk mempelajari keseimbangan asam basa, diperlukan pengertian tentang air, asam, basa dan mekanisme kompensasi tubuh untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

Konsep Pemberian Cairan Infus

Konsep Pemberian Cairan Infus Konsep Pemberian Cairan Infus Cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien ICU. Suatu penelitian menunjukkan 64% pasien critically ill mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien ICU. Suatu penelitian menunjukkan 64% pasien critically ill mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gangguan keseimbangan asam basa yang kompleks umum terjadi pada pasien ICU. Suatu penelitian menunjukkan 64% pasien critically ill mengalami asidosis metabolik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1 Cairan dan Elektrolit Cairan dalam tubuh manusia memiliki beberapa fungsi, antara lain adalah sebagai alat transportasi berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel akibat suatu proses patofisiologis

Lebih terperinci

Ema Qurnianingsih, dr., M.Si

Ema Qurnianingsih, dr., M.Si Ema Qurnianingsih, dr., M.Si Pokok Bahasan : PENDAHULUAN - Fungsi Air Dalam Tubuh Manusia - Homeostasis cairan Tubuh - Pengukuran Volume Cairan Tubuh - Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi Cairan

Lebih terperinci

BALANCE CAIRAN. IWL (insensible water loss(iwl) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.

BALANCE CAIRAN. IWL (insensible water loss(iwl) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa. SARI CHAERUNISAH 04091401070 BALANCE CAIRAN Balance cairan atau keseimbangan cairan adalah keseimbangan antara pemasukan cairan (intake) dan pengeluaran cairan (output). Masukan cairan orang dewasa normalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu dari tumbuhan yang paling banyak manfaatnya di dunia, khususnya di daerah tropis seperti di Indonesia. Selain mudah ditemukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau CKD (Chronic Kidney Disease) merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan ireversibel (Wilson, 2005) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp

KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKROLIT, ASAM DAN BASA * Kuntarti, S.Kp Pendahuluan Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DI TANGAN YANG MENDAPAT DAN YANG TIDAK MENDAPAT TERAPI INTRAVENA M.Harris Avicena Akbar*, Giri Udani**, Yuliati Amperaningsih**

Lebih terperinci

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN Niken Andalasari PENGERTIAN Hipoglikemia merupakan keadaan dimana didapatkan penuruan glukosa darah yang lebih rendah dari 50 mg/dl disertai gejala autonomic dan gejala neurologic.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, hampir semua proses

BAB I PENDAHULUAN. Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, hampir semua proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, hampir semua proses metabolisme dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh elektrolit. Elektrolit darah setiap zat yang

Lebih terperinci

Magelang,20 Oktober Penyusun

Magelang,20 Oktober Penyusun KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penyusun, shalawat serta salam semoga tercurah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi saat ini telah menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat

Lebih terperinci

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler

Reabsorbsi pada kapiler peritubuler SISTEM UROPOETIKA Reabsorbsi pada kapiler peritubuler Substansi yang dieliminasikan dari tubuh melalui filtrasi dari kapiler peritubuler GANGGUAN GINJAL Menunjukkan gejala klinis jika 70% fungsinya terganggu

Lebih terperinci

Perubahan komposisi dan volume cairan

Perubahan komposisi dan volume cairan Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 6, No. Vol. 16, (Supplement), No. 1 (Supplement), Juni 2004: Juni 52-59 2004 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit pada Penyakit Saluran Cerna M. Juffrie Perubahan

Lebih terperinci

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik K-13 Kelas X kimia LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami perbedaan antara larutan elektrolit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie Definisi Sakit perut yang terjadi paling sedikit 3 kali, cukup berat sampai tidak bisa melakukan kegiatan sehari hari dalam

Lebih terperinci

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG PARIKESIT RSUD KOTA SEMARANG DisusununtukmemenuhitugasPraktekBelajarKlinikKDM III DISUSUN OLEH : ARFIANA NURANI P.17420613047 JURUSAN

Lebih terperinci

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS)

JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS) JADUAL KULIAH BIOKIMIA KELAS I (KODE MAK 144, 3 (2-1) SKS) 1 RPKPS, lingkup sejarah Biokimia dan struktur dan fungsi sel, GTC 2 Air dan asam basa (ph) GTC 3 Struktur dan Fungsi serta mekanisme kerja Enzim

Lebih terperinci

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ Membran sel Membran nukleus Retikulum endoplasma Aparatus golgi Mitokondria lisosom Kurnia Eka Wijayanti 60 % dari berat tubuh

Lebih terperinci

DEHIDRASI CAIRAN PADA GANGGUAN GASTROINTESTINAL

DEHIDRASI CAIRAN PADA GANGGUAN GASTROINTESTINAL DEHIDRASI CAIRAN PADA GANGGUAN GASTROINTESTINAL Dr. Fransisca S. K (Fak. Kedokteran Univ. Wijaya Kusuma Surabaya @2000) 3 kegawatan pada GIT : 1. Perdarahan. 2. Infeksi atau keradangan. 3. Gangguan pasase

Lebih terperinci

Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa

Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa KASUS 1 Seorang anak perempuan berusia 12 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat karena tubuhnya semakin lemas dan lemah. Selama empat hari ini, ia mengalami diare dan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN HES 6 % DALAM RINGER LAKTAT DENGAN HES 6 % DALAM NORMAL SALINE TERHADAP NILAI STRONG ION DIFFERENCE PASIEN SECTIO CAESARIA DENGAN ANESTESI SPINAL THE DIFFERENCE EFFECT OF 6%

Lebih terperinci

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik Rata-rata kadar Protein hati itik yang diberikan imbangan elektrolit ransum disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Persentase

Lebih terperinci

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI OLEH: Vita Wahyuningtias 07.70.0279 Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan...1 Bab 2 Tujuan...2 Bab 3 Pembahasan...3 1. Pengertian...3 2. Etiologi...4 3. Patofisiologi...4 4. Gejala dan

Lebih terperinci

WRAP UP SKENARIO 3 DIARE

WRAP UP SKENARIO 3 DIARE WRAP UP SKENARIO 3 DIARE Disusun oleh: KELOMPOK A-1 KETUA : ANISA NURJANAH SEKRETARIS: ANGGIE ELKA PRATIWI ANGGOTA (1102013033) (1102013029) : ABDUL RAHMAN (1102013001) ABI RAFDI ZHAFARI (1102013002) ABIYYA

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional anesthesia.

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional anesthesia. PENELITIAN Pengaruh Pemberian Cairan Ringer Laktat Dibandingkan Nacl 0,9% Terhadap Keseimbangan Asam-Basa Pada Pasien Sectio Caesaria Dengan Anestesi Regional M Mukhlis Rudi P*, Hariyo Satoto**, Uripno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva. Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar 90%

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Itik merupakan ternak unggas penghasil daging dan telur yang cukup potensial disamping ayam. Ternak itik disebut juga sebagai unggas air, karena sebagian hidupnya dilakukan

Lebih terperinci