Rabi ah al- Adawiyah (w. 185 H). 309 H).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rabi ah al- Adawiyah (w. 185 H). 309 H)."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Problematika tasawuf sebenarnya tidak sejernih pengembaraan ruhani yang dialami oleh para sufi. Dalam prakteknya, ia seringkali memunculkan perdebatan baik dikalangan sufi, maupun dari kelompok yang tidak setuju atau tidak tertarik dengan tradisi tasawuf. Perdebatan ini terus berlangsung dalam bentuk wacana sampai saat ini. Ditandai dengan selalu berkembang dan beranekaragamnya konsep, awal munculnya, maupun corak tasawuf. Perbedaan tersebut tidak lain hanya saling melengkapi (M. ZakiIbrahim., 2002: 7). Lahirnya tasawuf merupakan sebuah kontinuitas dari diciptakannya manusia. Secara spontanitas, manusia selalu ingin mengetahui sesuatu yang gaib, dan ingin mengetahui alam di balik alam semesta. Bahkan berhubungan dengan alam gaib tersebut melalui cara yang benar. Pendapat ini secara umum berdasar pada penetapan yang diakui oleh semua agama. Hal itu disebabkan, semua agama telah mengakui kenabian Adam. Derajat kenabian inilah yang merupakan derajat tertinggi dan mendapat sorotan penting dalam tasawuf, sehingga banyak ragam cara (setiap aliran tasawuf mempunyai konsep dan metode tersendiri) untuk mencapai derajat tersebut (Abdul Halim Mahmoud., t.t: 285). Menurut M. Amin Syukur (1999: 19), terdapat perbedaan pendapat para sarjana, baik dari Barat maupun Islam sendiri tentang lahirnya tasawuf. Ada yang mengatakan bahwa tasawuf lahir dari India melalui Persia, berasal dari asketisme Nasrani, murni dari ajaran Islam sendiri, dan berasal dari sumber yang berbeda-beda kemudian menjelma menjadi satu konsep. 1

2 Masa pembentukan tasawuf terjadi pada abad I dan II H. 1 Pada abad ini belum muncul istilah tasawuf, tasawuf lebih bersifat praktis, yaitu berupa zuhud dalam arti menjauhkan diri dari dunia menuju akhirat yang berakar pada nas agama, dilatarbelakangi oleh sosio-politik, coraknya bersifat sederhana, dan tujuannya untuk meningkatkan moral. Kemudian pada abad III dan IV H 2, tasawuf sudah berbeda dengan abad sebelumnya. Pada abad ini, tasawuf sudah bercorak ekstase (fana ) yang menjurus ke persatuan hamba dengan Khalik. Selain itu tasawuf bisa dikatakan sebagai madzhab, bahkan seolah-olah sebagai agama tersendiri. Kemudian pada abad V H 3, tasawuf mengadakan konsolidasi dengan ditandai kompetisi dan pertarungan antara tasawuf falsafi dengan tasawuf sunni, dan tasawuf sunni mengalami kejayaan, sedangkan tasawuf falsafi tenggelam. Setelah kalah dalam kompetisi pada abad V H, maka pada abad VI H muncullah tasawuf falsafi 4, yaitu tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat. Dan pada abad ini pula dan dilanjutkan abad VII H, muncul ordo-ordo tarekat dan berkembang sampai sekarang (Syukur, M. Amin., 1999: 19-40). Munculnya tarekat pada awal abad ini masih banyak dipengaruhi oleh tasawuf falsafi, dikarenakan 1 Pada abad ini pelopornya adalah Hasan Basri ( M) dan Rabi ah al- Adawiyah (w. 185 H). 2 Dipelopori oleh Abu Yazid al-busthami (216 H) dan al-hallaj (w. 309 H). 3 Pada abad ini tasawuf yang berkembang pesat adalah tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang berlandaskan pada al-qur an dan al-hadits. Banyak tokoh yang terkenal pada tasawuf sunni, seperti: Abu al-hasan al- Asy ary (w. 324 H), al-qusyairi ( H), al-harawi (396 H), dan al- Ghazali ( H). 4 Tokohnya adalah Ibnu Arabi dengan teori wahdat al-wujud, dan Suhrawardi al-maqtul dengan teori Isyraqiyah. 2

3 jarak yang masih dekat dengan suburnya tarekat falsafi pada abad tersebut. Tarekat merupakan peralihan dari tasawuf yang bermula bersifat personal yang mengalami perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri. 5 Dengan semakin meluasnya tasawuf, maka banyak pula yang tertarik untuk mempelajarinya yang tentunya dengan orang yang berpengalaman luas terhadap tasawuf, yang nantinya dapat menuntun mereka. Sebab belajar dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun berdasarkan pengalamannya dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal, adalah suatu keharusan. Dan di sinilah seorang guru tasawuf memformulasikan sistem pengajaran tasawuf berdasarkan pengalamannya sendiri. Sistem pengajaran inilah yang menjadi ciri khas bagi satu tarekat dan yang membedakan dari tarekat lain (Usman Said dkk., 1983: ). Tarekat tidak membicarakan filsafat tasawuf, tetapi merupakan amalan tasawuf atau prakarsanya. Pengalaman tarekat merupakan suatu kepatuhan secara ketat terhadap peraturan-peraturan syariat Islam dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya, baik yang bersifat ritual maupun sosial, yaitu dengan menjalankan praktek-praktek dan mengerjakan amalan yang bersifat sunat, baik sebelum maupun sesudah shalat wajib, dan mempraktekkan 5 Banyak perkataan tarekat dianggap sinonim dengan istilah tasawuf, yaitu dimensi esoteris dan aspek mendalam dari agama Islam. Sebagai istilah khusus, perkataan tarekat sering dikaitkan dengan suatu organisasi tarekat, yaitu suatu kelompok organisasi yang melakukan amalan-amalan dzikir tertentu dan menyampaikan suatu sumpah yang formulanya telah ditentukan oleh pimpinan organisasi tarekat tersebut (Zamakhsyari Dhofier., 1983: 135). Begitu juga menurut Hamka, bahwa jika disebut orang nama kaum sufi itu, terutama di Indonesia, teringatlah kepada tarekat. Bila kita pelajari tarekat yang ada di sini, kelihatanlah mempunyai peraturan sendiri-sendiri, maka pada asalnya tidaklah tasawuf itu mempunyai peraturan tertentu yang tidak boleh diubah-ubah (Hamka., 2005: 12). 3

4 riyadhah(hartono Ahmad Jaiz., 1999: 119). Tarekat merupakan suatu jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu Tauhid, ilmu Fiqih dan Tasawuf 6 (A. Fuad Said., 1999: 6) yang bertujuan tidak lain adalah untuk memperkuat keyakinan terhadap syariat, dan meningkatkan kepatuhan terhadap aturan-aturannya (M. Abdul Haq Ansari., 1990: 209). Pada mulanya tarekat dilalui oleh seorang sufi secara individual. Tetapi dalam perjalanannya kemudian tarekat diajarkan kepada orang lain baik secara individual maupun kolektif (M. Muhsin Jamil., 2005: 49-51). Dalam perkembangannya, tarekat banyak mengalami kritikan. Mereka menganggap bahwa, tarekat identik dengan kemiskinan. Karena syarat menjadi ahli tarekat seseorang harus menjauhi kemewahan dan gemerlapnya dunia, dalam keadaan demikian ahli tarekat masih dituntut hidup sabar, qona ah, syukur dan tawakkal. 6 Banyak batasan yang dikemukakan orang tentang tarekat, namun secara umum dapat dikemukakan bahwa tarekat adalah suatu bentuk pengamalan kehidupan sufisme atau tasawuf. Artinya tarekat merupakan tuntunan hidup praktis dari pada corak konseptual yang filosofis. Jika salah satu tujuan tasawuf adalah makrifat kepada Allah, maka tarekat adalah metode atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf tersebut (Mahmud Sujuthi., 2001: 1-6). Ada juga yang mengartikan tarekat sebagai jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan yang nyata (al-fana fi al-haq). Jamil, M. Muhsin., 2005: 47. Said Aqil Siroj (2006: 97) mengatakan tarekat merupakan bagian kecil praktek peribadatan dan mencoba memasuki dunia tasawuf. Artinya menjalankan ajaran Islam dengan hati-hati, teliti, dan melaksanakan fadlail al-a mal serta bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah dan riyadlah, meninggalkan perkara yang syubhat, yang remangremang, dan tidak jelas hukumnya. Ada yang mengatakan tarekat berarti jalan yang mengacu pada suatu sistem latihan meditasi maupun amalanamalan (muraqabah, dzikir, wirid dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi (Sri Mulyati dkk., 2006: 8). Dan masih banyak lagi pandangan orang tentang tarekat. 4

5 Bahkan ada yang lebih ekstrem lagi, mereka berpendapat bahwa praktek tarekat identik dengan bid ah (Ihsan Ilahi Dhahir., 2001: 44). Tarekat berkembang mulai abad VI H lebih banyak diformulasikan dalam bentuk organisasi atau institusi. Dengan tarekat tersebut, pengamalan yang semula merupakan disiplin spiritual pribadi yang dilaksanakan secara bebas oleh segolongan kaum tertentu, akhirnya menjadi sebuah gerakan masal kaum musliminyang dilaksanakan dengan ketat. Oleh sebab itu, tarekat dalam bingkai tasawuf yang mulanya disiplin spiritual-moral dan pencerahan spiritual asli berubah menjadi rutinitas permainan spiritual melalui cara-cara auto-hipnotis dan penglihatan-penglihatan gaib (Fazlur Rahman., 1979: 153). Kondisi seperti ini diperkeruh setelah para syaikh dengan segala otoritasnya memunculkan mitos-mitos yang berakhir pada kepercayaan adanya manusia yang mempunyai kedudukan istimewa, terutama dalam otoritas spiritual, keajaiban-keajaiban, pemakaman-pemakaman, hipnotis, bahkan dukun-dukun palsu dan penindasan terang-terangan terhadap orang muslim dan bodoh (Fazlur Rahman., 1984: 181). Keadaan ini diperparah lagi dengan munculnya kepercayaan tentang wilayah atau wali berikut keistimewaanya. Dalam kenyataannya kepercayaan tersebut adalah bagian dari konsep yang lebih luas tentang kekuasaan wali yang disebarkan melalui jama ah tarekat. Kekuasaan ini memancar dari seorang wali pemimpin spiritual yang dipercayai dapat mempengaruhi nasib seseorang baik spiritual maupun material. Akhirnya terjadi pemujaanpemujaan, penghormatan-penghormatan kepada makammakam dan peninggalannya. Maka, lahirlah istilah wisata spiritual ke makam-makan wali dengan tujuan mendapatkan barakahnya (Fazlur Rahman., 1979: 153). 5

6 6 Praktek penghormatan yang berlebihan terhadap wali adalah menjadi pokok ajaran dalam tarekat-tarekat. Dalam realitasnya, muncul kepercayaan tentang wali berikut keramatnya, yang kemudian lahir wisata spiritual ke makammakam wali untuk ngalap berkah, dan terjadilah kultus yang berlebihan sebagaimana yang dikembangkan oleh aliran-aliran tarekat (Hamka., 1984a: ). Terlebih lagi, bahwa paham wahdat al-wujud sebagai misalnya dibelokkan untuk kepentingan ilmu sihir. Pembelokan paham tersebut, semakin lama tidak semakin tipis dan hilang, akan tetapi semakin tebal dan menguasai keadaan (Muhammad Damami., 2000: ). Demikian juga, dzikir dan wirid dari tarekat banyak yang dibelokkan untuk tujuan magis, perdukunan, dan digunakan sebagai sarana untuk mencapai daya tahan yang hebat, tidak terasa sakit,dan kekebalan terhadap senjata tajam (Martin van Bruinessen., 1996: ). Selain itu, ajaran Islam dipahami sebagai keharusan muslim sibuk ngurusi Tuhan, padahal Islam diwahyukan agar manusia ngurusi diri kemanusiaannya. Artinya, makna Islam sebagai ajaran bagi perdamaian dan keselamatan umat manusia akan berfungsi manakala ajaran itu dipahami dan ditafsir bagi kepentingan kemanusiaan dan bukan hanya bagi kepentingan ketuhanan saja. Karena itu, kedekatan kepada Tuhan atau kesalehan seperti selama ini yang cenderung tidak berhubungan dengan prestasi duniawi, patut dipertanyakan dan dikaji ulang. Kedekatan kepada Tuhan sudah semestinya tidak hanya diukur dari kemampuan dan prestasi spiritual yang tidak bisa dievaluasi atau dinilai dengan ukuran baku yang empirik, tetapi perlu dilihat dari kemampuan prestasinya menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan duniawi (Abdul Munir Mulkhan., 2005: 48-81). Misalnya, pemaknaan zuhud dalam kehidupan sosial bisa berarti sikap seseorang terhadap dunia sebagai sikap protes

7 terhadap ketimpangan sosial, politik, dan ekonomi. Pada suatu saat digunakan pihak tertentu untuk memobilisasi gerakan massa. Formulasi zuhud ini bisa berbeda-beda, dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial, politik, dan ekonomi setempat (M. Amin Syukur., 1997: ). Gerakan purifikasi atau permunian diusahakan untuk memurnikan ajaran-ajaran Islam, bersih dari pengaruh syirik, khurafat, dan takhayyul. Gerakan ini ditempuh karena selama terkungkung dalam penjajahan, kaum muslim terpecah belah, hubungan salah satu dengan yang lainnya terpisah. Dalam keadaan demikian, penyakit syirik, khurafat, takhayyul berkembang dengan pesatnya, sehingga menghalangi perkembangan pemikiran. 7 Pengalaman keagamaan pun dipengaruhi oleh bid ah (M. Abdul Karim., 2007: 62-63). Kemudian ketika Islam memasuki periode perkembangan dan memanfaatkan kebudayaan (filsafat) Yunani, ajaran Islam mulai dipahami dengan semangat rasionalisme yang berbeda dengan masa awal (generasi salaf al-shalih 8 ), di mana Islam dipahami dan diamalkan secara sederhana, murni, utuh, dan penuh semangat. Sejak saat itulah berkembang berbagai macam ilmu dan kebudayaan Islam yang sejalan dengan semangat tersebut, pemahaman 7 MenurutM. Amin Syukur (2002: 31), pada waktu itu tanda-tanda keruntuhan tampak kian jelas, penyelewengan dan skandal melanda dan mengancam kehancuran reputasi baik tarekat. Dengan bukti, legenda-legenda tentang keajaiban dikaitkan dengan tokoh-tokoh sufi, masyarakat awam segera menyambut tipu muslihat itu. Sehingga yang terjadi bukan lah kebaktian-kebaktian sejati. Lihat juga dalam bukunya (M. Amin Syukur., 1999: 41). 8 Mereka muncul ke permukaan dalam kondisi ketika ada sebagian kalangan umat islam ingin memotong mata rantai (silsilah) bermadzhab. Mereka ditandai dengan sikap tasalluf, yang selalu menampilkan atributatribut salaf secara lahiriah semata, namun tidak sama sekali memahami dan melaksanakan nilai-nilai yang diwariskan salafiyyun. (Said Aqil Siroj., 2006: 56-57). 7

8 8 dan pengamalan Islam menjadi sangat komplek dan beragam (M. Amin Syukur dkk., 2001: 85). Ibnu Taimiyah yang mempunyai nama lengkap Taqiy al-din Abu al- Abbas Ahmad ibn Abd al-halim ibn Abd al-salam ibn Abi al-qasim ibn Muhammad ibn Taimiyah al-harrany al-dimasyqy mengkritisi praktek tasawuf dalam bingkai tarekat. Dalam pandangan sebagian kalangan, Ibnu Taimiyah dan tasawuf dipandang sebagai dua unsur yang tak mungkin bersatu. Ini tentu tidak mengherankan, sebab Ibnu Taimiyah telah lama dianggap sebagai salah satu tokoh yang melontarkan kritik-kritik tajamnya terhadap tasawuf dalam bingkai tarekat. Sehingga bagi mereka yang tidak memahami dengan baik- setiap kali mendengarkan kata Ibnu Taimiyah, maka opini dan image yang tercipta adalah bahwa Ibnu Taimiyah seorang tokoh anti tarekat, tarekat dianggap sebagai ajaran yang pesimistik, tidak mau berkompromi dengan dunia, bersosial. Lebih mementingkan menyendiri atau uzlah. ( Wahdah Islamiyah Powered by Mambo Generated: 24 March, 2008, 13:50). Begitu juga dengan Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang sering disebut dengan Hamka, dia mengkritisi praktek-praktek tarekat yang sudah keluar dari ajaran Islam. Dzikir-dzikir dan wirid-wirid dalam ajaran tarekat dibelokkan dan digunakan untuk ilmu sihir, perdukunan, kekebalan tubuh. Pembelokan dan penyalahgunaan ini semakin lama tidak berkurang dan menipis, bahkan semakin tebal dan menguasai keadaan. Praktek pembelokan ini semakin kuat sejak terjadi kerusuhan sosial seperti pembangkangan terhadap peraturan belasting di Minangkabau yang pernah diberlakukan penjajahan Belanda pada tahun dan praktek ini terus meluas ke dalam masyarakat dan cenderung menjadi semacam keyakinan baru (Muhammad Damami., 2000:

9 121). Inilah yang menjadi perjuangan Hamka untuk mengembalikan tasawuf dalam arti prakteknya ke pangkal sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Dari kedua tokoh tersebut, penulis tertarik untuk mengkomparasikan pemurnian tasawuf yang masing-masing dipeloporinya. Karena kedua tokoh ini dalam melontarkan kritikan tentang praktek tarekat hampir sama. Penulis ingin meneliti di mana persamaan dan perbedaan dari kedua konsep tentang pemurnian tarekat. Dari uraian di atas dapat ditarik pokok permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam buku ini yaitu Aspek yang menjadi objek kritik Ibnu Taimiyah dan Hamka, dan letak perbandingan pemurnian tarekat antara kedua tokoh tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, pemikiran Ibnu Taimiyah dan Hamka terhadap pemurnian tarekat perlu dibahas lebih mendalam. Dalam upaya mencermati dan menelusuri konsep pemikiran Ibnu Taimiyah dan Hamka dalam konteks pemurnian tarekat ini, yang menjadi sumber data primer adalah karya Ibnu Taimiyah dan Hamka sendiri, baik tulisan yang berbentuk buku, artikel, jurnal, ensiklopedia dan lainlain. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari berbagai karya tulis orang lain tentang Ibnu Taimiyah dan Hamka, baik yang berisi tentang figur, dan pemikirannya maupun hanya berkaitan dengan tema-tema tertentu seperti kehidupannya yang berbentuk buku, jurnal artikel maupun karya ilmiah. Dengan membandingkan pemikiran kedua tokoh, maka akan memaksa dengan tegas menentukan kesamaan dan perbedaan, sehingga hakikat objek dipahami dengan semakin murni (Anton Bakker dkk.,2002: 51). 9

10 10 SedangkanPendekatan sosiologisdigunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh sosial terhadap pemikiran kedua tokoh tersebut. Sebagaimana Stephen K. Anderson menjelaskan dalam bukunya (2000: 575), bahwa secara tradisional, sarjana-sarjana Barat memandang ide-ide ilmu pengetahuan terbebas dari pengaruh sosial eksternal. Pandangan ini disebut dengan pandangan internalis yaitu, percaya bahwa pemikiran ilmiah mengikuti logika perkembangan internalnya sendiri. Pandangan ini telah mendapat tantangan dalam akhir-akhir tahun ini dari kaum eksternalis, yang mendasarkan bahwa ilmu pengetahuan bukan suatu bentuk kegiatan manusia yang unik. Menurut pandangan ini, ide-ide ilmu pengetahuan sebagian besar dibentuk oleh serangkaian pengaruh sosial. Dan kemudian muncullah kaum baru yang berada di tengah-tengahnya bagi salah satu kedua kaum tersebut. Kaum penengah tersebut memandang bahwa ide-ide ilmu pengetahuan jelas tunduk pada berbagai pengaruh sosial eksternal, tapi pada saat yang sama juga mempunyai suatu logika internalnya sendiri yang substansial. Dan posisi inilah posisi yang paling layak. Penulisan buku ini akan disusun dalam beberapa bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab sesuai dengan keperluan kajian yang akan dilakukan. Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang penelitian, permasalahan. Sebagai landasan untuk menemukan masalah penelitian yang akan dikemukakan dalam pendahuluan ini. Selanjutnya pada bab ini dibahas pula mengenai tujuan penelitian, metode penelitian, kajian pustaka, serta sistematika pembahasan. Bab kedua akan dibahas tentang sejarah singkat tarekat sampai pada masa Ibnu Taimiyah beserta doktrin dan seremonialnya, dan diperlengkap dengan pembahasan akar-

11 akar tarekat yang berada di nusantara sebagai objek kritik Hamka. Bab ketiga mengungkapkan latar belakang sosiokultural Ibnu Taimiyah dan Hamka. Dalam bahasan ini akan di angkat pengaruh-pengaruh sosial dalam berbagai dimensinya yang berpengaruh terhadap pemikiran Ibnu Taimiyah dan Hamka, serta dalam bab ini pula penulis akan mencari beberapa anomali-anomali tarekat baik secara konsep maupun praktek. Sehingga dalam pembahasan ini, memperjelas tentang pemurnian tarekat dalam pandangan Ibnu Taimiyah dan Hamka. Dilanjutkan bab keempat, di dalam bab ini penulis akan membandingkan pemurnian tarekat menurut Ibnu Taimiyah dan Hamka, sehingga persamaan dan perbedaannya dapat dilihat dan dianalisis secara tajam. Sehingga karakteristiknya dapat di angkat dan dibahas di permukaan. Bab kelima adalah bab yang berisi kebutuhan masyarakat modern terhadap tasawuf, dan tawaran bertasawuf yang meliputi shalat yang diinginkan al-qur an, serta qanaah dalam pandangan psikologi sufistik. 11

ANOMALI TAREKAT Antra Ibnu Taimiyah dan Hamka

ANOMALI TAREKAT Antra Ibnu Taimiyah dan Hamka ANOMALI TAREKAT Antra Ibnu Taimiyah dan Hamka (Memurnikan Kembali Kehidupan Tarekat) Rahmat Setiawan Pustaka Amanah Bekerja Sama dengan STIT Muh. Kendal Editor: Muhamad Nur ANOMALI TAREKAT Antara Ibnu

Lebih terperinci

SEJARAH TASAWUF DENGAN PENDEKATAN ARKEOLOGI

SEJARAH TASAWUF DENGAN PENDEKATAN ARKEOLOGI Masykur Arif, Sejarah Tasawuf dengan Pendekatan Arkeologi 353-359 SEJARAH TASAWUF DENGAN PENDEKATAN ARKEOLOGI Masykur Arif Institut Ilmu Keislaman Annuqayah masykurarif15@gmail.com Judul Buku : Arkeologi

Lebih terperinci

MENUJU TASAWUF BERKEMAJUAN (Rekonstruksi Konsep dan Praktik Tasawuf)

MENUJU TASAWUF BERKEMAJUAN (Rekonstruksi Konsep dan Praktik Tasawuf) Konsep dan Praktik Tasawuf Berkemajuan MENUJU TASAWUF BERKEMAJUAN (Rekonstruksi Konsep dan Praktik Tasawuf) Suparman Syukur UIN Walisongo Semarang syukur.suparman@gmail.com Abstrak: Tasawuf dipahami sebagai

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA

BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA A. Pemurnian Tarekat Ibnu Taimiyah dan Hamka 1. Ibnu Taimiyah Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, hubungan antara tarekat dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

Oleh: ENCEP SUPRIATNA

Oleh: ENCEP SUPRIATNA Pemikiran Tasawuf (Mistisme) Dalam Dunia Islam Serta Kemunculan Aliran-Aliran Tarekat (Studi Kasus Pemikiran Tasawuf Hamzah Fansuri) Oleh: ENCEP SUPRIATNA Pengertian dan Asal Usul Tasawuf Pandangan ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. RUMUSAN MASALAH

I. PENDAHULUAN II. RUMUSAN MASALAH I. PENDAHULUAN Istilah tasawuf adalah suatu makna yang mengandung arti tentang segala sesuatu untuk berupaya mebersihkan jiwa serta mendekatkan diri kepada Allah dengan Mahabbah yang sedekat-dekatnya.

Lebih terperinci

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH SKRIPSI Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Syari ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2. HIKMATULLOH, M.PdI

ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2. HIKMATULLOH, M.PdI ISLAMISASI NUSANTARA Materi Ke 2 HIKMATULLOH, M.PdI Kompetensi Dasar Memahami islamisasi dan terbentuknya institusi-institusi Islam Indikator Dapat menjelaskan proses Islamisasi di Indonesia Dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

PPMDI. Pemikiran Politik Islam. Zaman Klasik dan Pertengahan. bektibeza.com

PPMDI. Pemikiran Politik Islam. Zaman Klasik dan Pertengahan. bektibeza.com PPMDI bektibeza.com Pemikiran Politik Islam Zaman Klasik dan Pertengahan Munculnya Muawiyah Dalam Pentas Perpolitikan Islam Dengan terbunuhnya Ali bin Abu Thalib, berakhirlah era Al-Khulafa Al Rasyidin,

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID. (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I

2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID. (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I 2016 NEO- SUFISME NURCHOLISH MADJID (Menyegarkan Kembali Pemikiran dan Kehidupan Tasawuf) Muhamad Nur, M.S.I PUSTAKA AMANAH Bekerja Sama dengan STIT Muh. Kendal Press 9/6/2016 MUHAMAD NUR, M.S.I NEO-SUFISME

Lebih terperinci

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid Mereka yang tidak menerima ajaran Nabi Muhammad saw, barangkali memandang ajaran Islam itu, sebagian atau seluruhnya, tidak lebih daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Di antaranya pemahaman tersebut adalah: MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19 DAFTAR ISI Daftar Isi.. 5 Kata Pengantar... 7 Bab I Pendahuluan. 10 Bab II Pengertian Manhaj Salaf... 15 2.1. Ahlussunnah wal Jama ah.... 15 2.2. Salaf.. 19 Bab III Salafi dan Wahabisme.. 22 3.1. Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18

Lebih terperinci

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina

Lebih terperinci

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq Pada Jumat, 17 Rabiul Awal 83 H (702 M), lahir seorang manusia suci dan penerus risalah Nabi Muhammad Saw. Pada hari yang bertepatan dengan maulid Rasulullah

Lebih terperinci

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan I Sunni atau Ahl al-sunnah Wa al- Jama ah atau terkadang juga dikenal dengan sebutan ASWAJA merupakan paham yang berdasarkan pada tradisi Nabi Muhammad SAW, di samping berdasar pada Al Qur an sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Metode pehamanan hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam memahami hadis ada beberapa sisi persamaan dan perbedaan. Secara garis besar antara Muhammadiyah dan NU menggunakan

Lebih terperinci

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut: 254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perjalanan ini, sejarah juga mencatat telah banyak terdapat aliranaliran

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perjalanan ini, sejarah juga mencatat telah banyak terdapat aliranaliran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan sejarah dakwah telah mencatat banyak perkembangan dakwah sejak zaman Rasulullah SAW. sampai dewasa ini telah mengalami pasang-surut. Seiring dengan perjalanan

Lebih terperinci

Spiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah. Farah Meidita Firdaus

Spiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah. Farah Meidita Firdaus Spiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah Farah Meidita Firdaus 201410330311104 Pengertian Spiritual Secara etimologi kata sprit berasal dari kata Latin spiritus, yang diantaranya berarti roh, jiwa,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 5 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir, (Q 12:87). Ibadat puasa sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling

Lebih terperinci

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Modul ke: Mengenal Islam. DR. Rais Hidayat. Fakultas: Ilmu komputer. Program studi: Informasitika.

Modul ke: Mengenal Islam. DR. Rais Hidayat. Fakultas: Ilmu komputer. Program studi: Informasitika. Modul ke: Mengenal Islam Fakultas: Ilmu komputer DR. Rais Hidayat Program studi: Informasitika www.mercubuana.ac.id Kompetensi Mengetahui perkembangan Islam dan perkembangan Islam pada peradaban dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan

Lebih terperinci

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya

Lebih terperinci

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam mengkontruks Ahl al - Sunnah wal Al Jama ah, oleh karena itu perlu disimpulkan pemikiran Nahdlatul

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Butir-butir mutiara kebudayaan Indonesia pada masa lampau sebagai warisan kebudayaan para leluhur antara lain terdapat di dalam berbagai cerita lisan, benda-benda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan A. Latar Belakang Al-Ikhlash adalah surah ke-22 yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad di Mekkah. Tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa surah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. akan memaparkan beberapa pokok pemikiran penting yang merupakan inti

BAB V KESIMPULAN. akan memaparkan beberapa pokok pemikiran penting yang merupakan inti 111 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena bahasa Arab adalah bahasa terbaik yang pernah ada sebagaimana firman Allah: Artinya: Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya seorang kyai dalam kehidupan masyarakat Madura Desa Bajur, tentunya akan membawakan dampak positif terhadap mereka, karena di samping itu seorang kyai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:?????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keilmuan modern telah berkembang sedemikian rupa di bawah hegemoni paham sekularisme. Akibat sangat lamanya paham ini mendominasi sejarah peradaban modern akibatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

Keistimewaan Hari Jumat

Keistimewaan Hari Jumat Keistimewaan Hari Jumat Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Pengantar Ritual di Bulan Ramadan

Pengantar Ritual di Bulan Ramadan Pengantar Ritual di Bulan Ramadan Datangnya bulan Ramadhan menandakan bahwa perjuangan muslim harus semakin diperkuat dan ditegakkan. Setidaknya, begitulah pesan implisit dari kegiatan yang biasa dipersepsi

Lebih terperinci

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid QADLA DAN QADAR Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid Berikut ini adalah kompilasi dari nukilan yang diambil dari Malfuzat yang berkaitan tentang takdir dan nasib manusia. Kumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India

BAB 4 PENUTUP. yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India 116 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Jama ah Tabligh adalah sebuah gerakan Islam tradisional berbasis kultural yang terus berkembang hingga saat ini. Sejak kemunculan pertamanya di India gerakan ini tetap

Lebih terperinci

ARTICLE REVIEW: GAGASAN FORMASI NALAR ARAB AL-JABIRI DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK REKONSTRUKSI NALAR ACEH

ARTICLE REVIEW: GAGASAN FORMASI NALAR ARAB AL-JABIRI DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK REKONSTRUKSI NALAR ACEH ARTICLE REVIEW: GAGASAN FORMASI NALAR ARAB AL-JABIRI DAN SIGNIFIKANSINYA UNTUK REKONSTRUKSI NALAR ACEH Penulis Artikel : Zulfata Reviewer : Cut Afrida Yulianti Penerbit : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana

Lebih terperinci

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV MUHAMMADIYAH DAN SPIRITUALITAS ISLAM Disusun Oleh : Prasetyo Endaryanto (09560214) Nandito Monliev Passa (09560222) Deanita Mandasari (09560231) Tri Haidar Muhammad (09560246)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya Agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang

I. PENDAHULUAN. khususnya Agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari sentuhan ajaran agama, khususnya Agama Islam. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah yang bernuansa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf. Tauhid adalah ilmu yang membahas hal-hal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu

Lebih terperinci

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang

Lebih terperinci

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid c 1 Ramadan d 9 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap konsisten, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid c Demokrasi Lewat Bacaan d SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Karen Armstrong, dalam bukunya yang sangat terkenal, A History of God (1993), mengungkapkan sebuah kenyataan bahwa dari antara banyak agama,

Lebih terperinci

PEMIKIRAN NEO-SUFISME NURCHOLISH MADJID

PEMIKIRAN NEO-SUFISME NURCHOLISH MADJID BAB VI PEMIKIRAN NEO-SUFISME NURCHOLISH MADJID A. Hakikat dan Sumber Tasawuf C ak Nur dalam pembahasan tentang hakikat tasawuf mempunyai pengertian pada upaya untuk menanamkan dimensi spiritualbatiniah

Lebih terperinci

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid c Menghormati Kemanusiaan d OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang terhormat. Dalam khutbah yang lalu, kita telah membicarakan ucapan salam kepada Allah pada saat tahiyat (tahīyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menganugerahkan sumber-sumber kekayaan alam dan potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata manusia agar mendayagunakan alam

Lebih terperinci

TASAWUF AMALI SYEKH ABDUL QADIR AL- JAILANI (Studi Kritis Tentang Ibadah Dalam Kitab Sirr Al-Asrar) SKRIPSI

TASAWUF AMALI SYEKH ABDUL QADIR AL- JAILANI (Studi Kritis Tentang Ibadah Dalam Kitab Sirr Al-Asrar) SKRIPSI TASAWUF AMALI SYEKH ABDUL QADIR AL- JAILANI (Studi Kritis Tentang Ibadah Dalam Kitab Sirr Al-Asrar) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM A. Hakikat Kebudayaan KEBUDAYAAN DALAM ISLAM Hakikat kebudayaan menurut Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa : Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS A. Persamaan pemikiran Imam Al Ghazali dan Syed Muhammad Naquib Al Attas. Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang menekankan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo) PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN KONSEP AGAMA KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS UNSUR AGAMA SECARA UMUM PENGERTIAN ISLAM SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS PENGERTIAN AGAMA ISLAM KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN TERMINOLOGIS

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang diantaranya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI PEMIKIRAN BUYA HAMKA TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR

PROPOSAL SKRIPSI PEMIKIRAN BUYA HAMKA TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR PROPOSAL SKRIPSI PEMIKIRAN BUYA HAMKA TENTANG RIBA DALAM TAFSIR AL-AZHAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Pada Fakultas Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada akhir abad 19, mulai berkembang sebuah disiplin ilmu baru yang terpisah dari disiplin ilmu lainnya. Pada awal perkembangannya ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN Pendidikan yang diberikan kepada anak sebagaimana yang dikonsepkan melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat sebuah metode yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas, dan tidak mau mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci