BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Fisika Belajar merupakan salah satu persoalan bagi setiap manusia. Hampir semua pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang itu terbentuk dan berkembang karena belajar (Mundilarto, 2002 : 1). Kegiatan belajar tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah melainkan juga dapat dilakukan diluar lingkungan sekolah seperti lingkungan keluarga ataupun lingkungan pergaulan ditengah-tengah masyarakat. Pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan supaya diketahui atau diturut oleh orang lain. Definisi pembelajaran berarti cara, proses, dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam pengertian belajar adalah: 1) belajar sebagai proses, 2) perolehan pengetahuan dan keterampilan, 3) perubahan tingkah laku, dan 4) aktivitas diri. Pengertian belajar dari uraian di atas adalah proses diperolehnya suatu pengetahuan atau keterampilan serta perubahan tingkah laku seseorang melalui aktivitas diri. Manusia merupakan sumber dari semua kegiatan sehingga manusia bebas untuk membuat pilihan dalam setiap situasi yang 11

2 dihadapi. Menurut pandangan teori kognitif Gestalt (Mundilarto, 2002 : 1), teori ini menganggap bahwa tingkah laku manusia hanyalah ekspresi dari kondisi kejiwaan seseorang. Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran Fisika di kelas adalah lebih menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas peserta didik. Aspek pemahaman berdasarkan uraian mengenai teori kognitif merupakan inti dari proses belajar apabila teori kognitif tersebut digunakan sebagai dasar pijakan dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran fisika di kelas. Adapun ciri-ciri belajar menurut teori Gestalt adalah tergantung pada kemampuan dasar, pengalaman masa lalu, pengaturan situasi yang dihadapi, pemecahan soal yang dilandasi pemahaman dapat diulangi dengan mudah sehingga apabila pemahaman telah diperoleh maka dapat digunakan pada situasi-situasi lain yang sejenis. 2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pembelajaran berdasarkan masalah menurut Muslimin Ibrahim (2012:6) dikenal melalui berbagai nama seperti Pembelajaran Projek (Project Based-Learning), Pendidikan Berdasaran Pengalaman (Experienced Based Educarion), Belajar Autentik (Authentic Learning), Pembelajaran Berakar pada kehidupan nyata (Anchored Instruction), Problem Based Learning, dan sebagainya. 12

3 Definisi problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal untuk memperoleh pengetahuan baru. Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis masalah antara lain pemahaman dibangun melalui pengalaman, jadi untuk memperoleh suatu pemahaman, peserta didik harus mengalami dan melakukan berbagai aktivitas; usaha dari menjawab pertanyaan dan masalah menciptakan sebuah arti atau makna; guru memfasilitasi situasi belajar dengan instink alami peserta didik yang selalu ingin tahu dan melakukan penyelidikan dan kreasi, dan strategi yang berpusat pada peserta didik mampu membangun keterampilan berpikir kritis dan bernalar. Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki beberapa ciri utama yang membedakan dengan model pembelajaran yang lain mengorientasikan peserta didik kepada masalah autentik, berfokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik serta menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. Adapun tujuan pembelajaran berdasarkan masalah antara lain mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah peserta didik, pemodelan peranan orang dewasa serta pembelajaran otonom dan mandiri. Adapun sintaks pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut : 13

4 Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tingkah Laku Guru Tahap-1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Orientasi peserta menjelaskan logistik yang dibutuhkan, didik kepada masalah mengajukan fenomen atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam penyelesaian masalah yang dipilihnya. Tahap-2 Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dan membentuk kelompok belajar. Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Muslimin Ibrahim, 2012 : 35) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan penyelesaian masalah. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 3. Lembar Kerja Peserta Didik Eksploratif Pada umumnya, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) digunakan oleh guru sebagai media penunjang dalam proses kegiatan pembelajaran. Lembar kerja peserta didik adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas baik berupa tugas-tugas teoris atau tugas-tugas praktis. 14

5 LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Andi Prastowo (2011: ) menyatakan bahwa LKPD memiliki empat fungsi, antara lain sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik; sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan; sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik. Sedangkan empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKPD, yaitu menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan; menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan; melatih kemandirian belajar peserta didik, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. Dilihat dari strukturnya Andi Prastowo (2011: 208) menyatakan bahwa bahan ajar LKPD lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks daripada buku. LKPD terdiri dari enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Jika dilihat dari formatnya, LKPD memuat delapan unsur, yaitu: judul, 15

6 kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dikerjakan, dan laporan yang harus dikerjakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan LKPD yaitu : 1) Melakukan Analisis Kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar berupa LKPD. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, materi yang akan diajarkan, serta mencermati kompetensi yang dimiliki peserta didik. 2) Menyusun Peta Kebutuhan LKPD Menyusun peta kebutuhan LKPD sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKPD yang harus ditulis serta untuk melihat sekuensi atau urutan LKPD-nya. Sekuensi LKPD kebutuhan LKPD ini dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. Langkah ini biasanya diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. 3) Menentukan Judul-Judul LKPD Penentuan judul LKPD atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. 16

7 4) Penulisan LKPD Untuk menulis LKPD, langkah-langkah yang dilakukan adalah merumuskan kompetensi dasar; menentukan alat penilaian; menyusun materi; dan emperhatikan struktur LKPD yang terdiri atas enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar peserta didik, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Di dalam penulisan LKPD kita juga menentukan desain pengembangan LKPD yang meliputi ukuran, kepadatan halaman, penomoran dan kejelasan. LKPD dapat dibedakan menjadi LKPD Eksploratif dan LKPD non Eksploratif. Menurut Mundilarto, eksplorasi didefinisikan sebagai usaha menemukan kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Proses eksplorasi dimulai dengan mengumpulkan informasi dan data melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran, sentuhan, pencecapan, dan penciuman. Eksplorasi adalah suatu proses ilmiah yang bertujuan menemukan pengetahuan, mengatasi keraguan, atau memecahkan masalah. Pembelajaran eksplorasi dapat dilaksanakan dengan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kegiatan laboratorium, atau pengunaan matematika. Menurut Mundilarto (2010:12), penerapan pendekatan pembelajaran eksplorasi terkait beberapa faktor, yakni konteks pertanyaan, kerangka pertanyaan, dan tingkat-tingkat pertanyaan yang 17

8 berbeda. Melalui pembelajaran eksploratif seseorang membangun banyak pengetahuan tentang alam. Pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengembangan keterampilan dan pemantapan sikap atau kebiasaan berpikir yang akan diteruskan ke dalam kehidupan nyata. Pembelajaran eksploratif adalah bentuk belajar aktif yang lebih mengukur kemajuan seberapa baik peserta didik telah mengambangkan kemampuan eksperimen dan keterampilan analitis daripada seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Prinsip pengembangan pembelajaran eksploratif adalah semua aktivitas belajar harus terfokus pada penggunaan information process skills dari pengamatan dengan sintesis dan penerapan aturan dasar sebagai cara memahami materi ajar dalam konteks yang luas; pembelajaran eksplorasi harus meletakkan peserta didik pada pusat dari proses belajar aktif, dan komponen disiapkan untuk mendukung peserta didik; peran guru menjadi salah satu fasilitator proses belajar serta lebih menekankan pada kemajuan keterampilan, dan pemrosesan informasi, kebiasaan berpikir dan pemahaman konseptual mengenai materi ajar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD Eksploratif adalah lembar kegiatan peserta didik yang berisi pedoman atau petunjuk dari guru kepada peserta didik yang berisi langkah atau arahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan menemukan pengetahuan atau materi yang baru dan memecahkan masalah terkait materi yang sedang dikaji. 18

9 4. Penguasaan Konsep Penguasaan dapat diartikan sebagai salah satu tingkatan dari ranah kognitif yang berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lain (Dimyanti dan Mudjiono 2009:203). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007: 67) menyatakan bahwa: Konsep adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolaholah mereka identik. Konsep adalah universal dimana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apa pun. Berdasarkan penjelasan di atas, konsep dapat diartikan sebagai ide abstrak manusia yang akan mendasari keseluruhan objek, peristiwa, dan fakta yang menerangkan suatu hal. Flavell (1970: ) membedakan konsep-konsep dalam 7 dimensi, yaitu: 1) atribut, 2) struktur, 3) keabstrakan, 4) keinklusifan, 5) generalitas atau keumuman, 6) ketepatan, 7) kekuatan (power). Menurut Ausubel (1968) dalam Wartono (2003: 113), konsep-konsep yang diperoleh melalui dua cara, yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep-konsep. Formasi konsep terutama merupakan perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Formasi dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret menurut Gagne 19

10 (1977:358). Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah. Konsep-konsep menurut Wartono (2003:110) merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Dalam memecahkan suatu masalah, seseorang peserta didik harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan itu didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Pemahaman konsep menjadi landasan untuk memahami prinsip dan teori dalam pembelajaran fisika. Peserta didik diharapkan dapat memahami dan menguasai konsep setelah memperoleh pemahaman. Dengan demikian, diperlukan pemahaman terhadap konsep penyusun prinsip dan teori untuk menguasai. Konsep dapat dikuasai dengan menggunakan proses. Dengan belajar terbentuk suatu proses yang menuju penguasaan. 5. Keterampilan Memecahkan Masalah (Problem Solving) Strategi belajar berbasis problem solving adalah bagian strategi belajar mengajar inkuiri. Strategi ini memberi tekanan pada penyelesaian suatu masalah secara menalar. M. Thobroni (2015:273) menyatakan bahwa strategi penyelesaian masalah sering disebut juga strategi inkuiri atau strategi discovery. Perbedaannya, strategi inkuiri lebih menekankan pada keyakinan atas diri sendiri terhadap apa yang 20

11 ditemukan, penyelesaian masalah pada terselesainya masalah. Sedangkan, discovery menekankan pada penemuan. Problem solving berbeda dengan discovery karena problem solving berpusat pada masalah di kehidupan nyata sedangkan discovery dapat menggunakan permasalahan akademik. Masalah pada hakikatnya adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diinginkan. Sedangkan penyelesaian masalah adalah proses pemikiran dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Menurut Brandsford dan Steen (1994); dan Nuun dan Kimberly (2000) dalam Borich (2007:558) tahapan untuk mengajar pemecahan masalah adalah : a. Mengidentifikasi Masalah (Identify The Problem) Pada tahap ini peserta didik harus tahu apa yang menjadi masalah sebelum mereka dapat menyelesaikannya dan bertanya pada diri sendiri apakah yang menjadi masalah dan jika peserta didik paham maka tahap ini selesai. b. Mendefinisikan masalah (Define Terms) Pada tahap ini peserta didik mengamati bahwa mereka mengerti atau paham arti setiap kata yang dinyatakan dalam permasalahan. c. Mencari Strategi (Explore Strategies) Pada tahap ini peserta didik menghimpun informasi yang relevan dan mencoba strategi tersebut untuk menyelesaikan masalah. 21

12 d. Melaksanakan Strategi (act On The Strategy) Pada tahap ini peserta didik harus menggunakan salah satu strategi dari berbagai pilihan strategi. e. Mengamati Pengaruh atau Efek Bagi Peserta Didik (Look At The Effect) Pada tahap ini peserta didik bertanya pada dirinya sendiri apakah jawaban yang mereka buat sesuai dengan solusi yang ada. David Johnson dan Johnson dalam M. Thobroni (2015:276) menyatakan bahwa penyelesaian masalah dilakukan melalui kelompok. Masalah yang dipilih mempunyai sifat conflict issu atau controversional, masalahnya dianggap penting (important), urgen, dan dapat diselesaikan (solutionable). Prosedur penyelesaian masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Mendefinisikan Masalah Pada tahap ini guru mengemukakan kepada peserta didik peristiwa-peristiwa yang bermasalah, baik melalui bahan tertulis maupun secara lisan. Kemudian meminta peserta didik untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat sederhana (brain storming). Setiap pendapat yang dikemukakan peserta didik ditampung dan ditinjau kembali dengan meminta penjelasan dari yang bersangkutan. Selanjutnya dipilih rumusan yang lebih tepat atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan- 22

13 perumusan yang kurang tepat sehingga kelas memilih satu rumusan suatu masalah yang tepat dipakai oleh semua. b. Mendiagnosis Masalah Pada tahap ini setelah berhasil merumuskan masalah, peserta didik mendiskusikan sebab-sebab timbulnya masalah. Menurut David Johnson dan Johnson masalah timbul karena dua faktor, yaitu faktor-faktor yang mendukung atau mendorong tercapainya tujuan yang diinginkan dan faktor-faktor yang menghambat percapainya tujuan. Munculnya masalah disebabkan oleh kedua faktor tersebut yang berada dalam kekuatan yang seimbang. c. Merumuskan Strategi Alternatif Pada tahap ini peserta didik mencari dan menemukan berbagai alternatif tentang cara menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, kelompok harus kreatif, berpikir secara divergen, memahami pertentangan di antara berbagai ide, dan memikirkan daya temu yang tinggi. d. Menentukan dan Menerapkan Strategi Pada tahap ini peserta didik memilih alternatif mana yang akan dipakai setelah berbagai alternatif ditemukan. Penyelesaian masalah pada tahap ini memiliki dua aspek, yaitu pengambilan keputusan (decision making) dan penetapan keputusan (decision implementation). 23

14 e. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi Pada tahap akhir ini peserta didik mempelajari tentang keberhasilan dan strategi yang dipilih dalam memecahkan masalah dan tentang akibat dari penerapan strategi yang dipilih. Pada akhir evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru, mendiagnosisnya, dan mulai lagi proses penyelesaian yang baru. 6. Materi Pembelajaran Kalor a. Kalor Jenis Kalor adalah energi yang ditransfer antara sistem dan lingkungan dikarenakan perbedaaan suhu yang ada di antara sistem dan lingkungan atau bisa juga didefinisikan sebagai energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhuya lebih rendah ketika benda bersentuhan sedangkan suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda yang diukur menggunakan termometer. Satuan umum untuk kalor, yang masih digunakan saat ini, berasal dari kalorik. Ia disebut kalori (kal) dan didefinisikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Yang lebih sering digunakan daripada kalori adalah kilokalori (kkal), yaitu 1000 kalori. Sehingga 1 kkal adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 kg air sebesar 1 C. 24

15 Panas merupakan energi yang ditransfer, maka satuan SI yang digunakan untuk panas harus seperti satuan yang digunakn untuk energi, yaitu Joule. Sementara kalori didefinisikan menjadi tepat 4,1868 J, tanpa mengacu pada pemanasan air. 1 Cal = 3, 969 x 10 3 Btu = 4, 1868 J. Kapasitas Kalor C dari sampel zat tertentu didefinisikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sampel tersebut sebesar 1 C. Energi Q menghasilkan perubahan suhu sebesar T, sehingga Q = C. T (1) Kalor Jenis c adalah kapasitas kalor per satuan massanya. Dengan demikian, jika energi Q dipindahkan ke sampel zat yang memiliki massa m dan suhu sampel berubah sebesar T, maka kalor jenis zat adalah c = Q m T (2) Kalor jenis pada dasarnya merupakan suatu ukuran seberapa tidak sensitifnya zat secara termal terhadap penambahan energi. Semakin besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi yang harus ditambahkan kepada bahan tersebut untuk menyebabkan suatu perubahan suhu. Hubungan energi Q yang berpindah antara suatu sampel bermassa m dari sebuah bahan dan sekelilingnya yang menyebabkan perubahan suhu T adalah 25

16 Q = m. c. T (3) Keterangan : Q : kalor yang diserap atau dilepas benda ( J ) m : massa benda ( kg ) c : kalor jenis benda ( J/kg C atau kilokalori/kg C ) t : perubahan suhu ( C) Kalor jenis nilainya bervariasi untuk suhu yang berbeda. Kalor jenis ( pada tekanan konstan 1 atm dan 20 C ) beberapa zat ditunjukkan pada Tabel 2 Tabel 2. Tabel Kalor Jenis No Nama Zat Kalor Jenis J/kg C kilokalori/kg C 1. Aluminium 900 0,22 2. Alkohol ( etil ) ,58 3. Tembaga 390 0, Kaca 840 0,20 5. Besi atau Baja 450 0,11 6. Timbal 130 0, Marmer 860 0,21 8. Air Raksa 140 0, Perak 230 0, Kayu ,4 Air 11. Es (-5 C) ,50 Cairan (15 C) ,00 Uap (110 C) , Tubuh manusia (rata-rata) , Protein ,4 Titik lebur adalah suhu pada waktu zat melebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair dinamakan kalor laten lebur atau kalor lebur saja. Kalor yang 26

17 dilepaskan pada waktu zat membeku dinamakan kalor laten beku atau kalor beku saja. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk zat yang sama, kalor lebur = kalor beku. Jika banyak kalor yang diperlukan oleh zat yang massanya m kg untuk melebur adalah Q joule, maka sesuai dengan definisi di atas dapat ditulis : L f = Q m atau Q = ml f (4) Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didik normalnya dinamakan kalor laten uap atau kalor uap saja. Kalor uap disebut juga kalor didih. Sedangkan kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg uap menjadi cair pada titik didih normalnya dinamakan kalor laten embun atau kalor embun saja. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk zat yang sama, kalor didih = kalor embun. Jika banyak kalor yang diperlukan untuk mendidihkan zat yang massanya m kg adalah Q joule, maka dapat ditulis : L v = Q m atau Q = ml v (5) b. Asas Black Prinsip kekekalan energi : kalor yang dilepaskan (Q lepas ) sama dengan kalor yang diterima (Q terima ). (Q lepas ) =(Q terima ) (6) 27

18 Keterangan : (Q lepas ) = besar kalor yang diberikan ( J ) (Q terima ) = besar kalor yang diterima ( J) Kekekalan energi pada pertukaran kalor, seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan (4), pertama kali diukur oleh Joseph Black ( ), seorang ilmuan inggris. Oleh karena itu, persamaan (4) dikenal sebagai asas black. B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan sebelumnya dapat menjadi pertimbangan pada penelitian ini, antara lain : 1. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif Mengunakan Pendekatan Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Scientific Thinking Skills Pokok Bahasan Kalor Pada Peserta Didik SMA Kelas X Semester II, Oleh Fitriyani Nur Malita Sari, Pendidikan Fisika FMIPA UNY Angkatan 2009, didapatkan hasil penelitian berupa produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksploratif sebagai media pembelajaran fisika untuk mengembangkan Scientific Thinking Skills peserta didik. 2. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Memecahkan Masalah dan Kerjasama Siswa SMA, Oleh Rusdina Ratna Pertiwi, Pendidikan Fisika FMIPA UNY 28

19 Angkatan 2011, didapatkan hasil perangkat pembelajaran fisika berbasis Problem Based Learning (PBL) dengan kategori penilaian baik, serta mempunyai nilai reliabilitas lebih dari 75% sehingga layak digunakan, Peningkatan penguasaan konsep peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan rata-rata sebesar 35,2% dengan standar gain sebesar 0,67 dalam kategori sedang serta ketercapaian keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah setelah menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan rata-rata sebesar 92,49% dengan standar gain sebesar 0,65 dalam kategori sedang. 3. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Melalui Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan Kognitif Berdasarkan Keterampilan Pemecahan Masalah Fisika Pada Materi Sub Bahasan Asas Black Untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sewon Bantul Yogyakarta, Oleh Riani Dewi Larasati, Pendidikan Fisika FMIPA UNY Angkatan 2008 yang didapat adalah terdapat pengaruh yang dignifikan dari model PBL, terhadap kemampuan kognitif C 3, C 4, C 5, dan C 6 berdasarkan keterampilan pemecahan masalah fisika SMA. 4. Jurnal Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Kooperatif Pada Materi Kalor, Oleh Y.Astuti dan B. Setiawan, Pendidikan Sains FMIPA UNESA yang didapat adalah Lembar Kerja Siswa 29

20 (LKS) berkategori baik yang berarti Lembar Kerja Siswa (LKS) hasil pengembangan layak digunakan. C. Kerangka Berpikir Fisika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit. Banyak peserta didik yang masih memerlukan pedoman pembelajaran Penggunaan LKS belum dioptimalkan Pedoman pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami konsep fisika dan keterampilan memecahkan masalah Diperlukan media pembelajaran yang efektif dan efisien serta dapat memperbaiki hasil belajar Media pembelajaran LKPD Layak Digunakan LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning Disertai aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari Berbeda dengan LKPD konvensional sehingga hasil peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah siswa lebih tinggi Berpikir ilmiah, kritis, logis Meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah siswa Gambar 1. Kerangka Berpikir 30

21 Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit. Banyak peserta didik yang masih membutuhkan pedoman atau petunjuk ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini pedoman pembelajaran bertujuan untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman konsep serta keterampilan memecahkan masalah. Namun LKPD belum dikembangkan secara optimal sebagai pedoman dalam membantu peserta didik melakukan kegiatan/percobaan. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah salah satu pedoman atau petunjuk yang membantu peserta didik dalam proses pembelajaran fisika. Di dalam pedoman atau petunjuk tersebut, peserta didik diharapkan dapat menemukan konsep, prinsip, fakta maupun permasalahan yang dapat dipecahkan secara ilmiah menggunakan metode ilmiah. Namun, pada kenyataannya masih banyak LKPD yang belum dilengkapi dengan permasalahan-permasalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan media pembelajaran berupa LKPD eksploratif berbasis Problem Based Learning sebagai pedoman dalam proses pembelajaran yang dapat memperbaiki hasil belajar. LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning hasil pengembangan layak digunakan untuk pembelajaran materi kalor pada peserta didik SMA kelas X karena pada LKS Eksploratif berbasis Problem Based Learning, peserta didik dihadapkan pada berbagai macam permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai macam masalah yang dihadapkan, 31

22 peserta didik dituntut untuk berpikir kritis, ilmiah dan logis. Dengan berpikir kritis, logis dan ilmiah peserta didik dapat meningkatkan penguasaan konsep serta keterampilan memecahkan suatu masalah. Dari keterampilan memecahkan masalah tersebut, melalui kegiatan pembelajaran peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan memahami materi dengan sendirinya sehingga peserta didik lebih mudah mengingat dan memahami materi pelajaran yang berdampak dengan hasil belajar yang meningkat. LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning berbeda dengan LKPD konvensional yang digunakan di sekolah. Hal ini karena LKPD Eksploratif berbasis Problem Based Learning sudah dilengkapi dengan aspek-aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dilengkapi aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, maka peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan memecahkan masalah peserta didik lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang menggunakan LKPD konvensional yang belum dilengkapi dengan aspek keterampilan memecahkan masalah dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaiamana penilaian ekspert terhadap LKPD Eksploratif yang dikembangkan? 32

23 2. Apakah penilaian ekspert terhadap LKPD Eksploratif berkategori baik? 3. Apakah LKPD Eksploratif dapat diaplikasikan dengan baik? 4. Bagaimana skor pretest dan posttest yang diperoleh peserta didik? 5. Apakah ada peningkatan skor pretest dan skor posttest peserta didik? 6. Bagaimanakah peningkatan skor pretest dan skor posttest peserta didik? 33

Termometri dan Kalorimetri

Termometri dan Kalorimetri Termometri dan Kalorimetri 1 Termometri adalah cara penentuan temperatur/suhu Kalorimetri/Kalorimeter cara penentuan jumlah panas Hygrometri/Hygrometer cara penentuan kelembaban udara Suhu adalah ukuran

Lebih terperinci

KALOR DAN KALOR REAKSI

KALOR DAN KALOR REAKSI KALOR DAN KALOR REAKSI PENGERTIAN KALOR Kalor Adalah bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika kedua benda bersentuhan. Satuan kalor adalah Joule (J)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di kelas maupun dalam melakukan percobaan di. menunjang kegiatan pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak program pendidikan karena guru adalah salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen 1 Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sewon Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 : Asas Black

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen 1 Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sewon Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 : Asas Black RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas Eksperimen Nama Sekolah : SMA Negeri Sewon Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X/2 Tema : Asas Black Alokasi Waktu : 3 x 45 menit (2 pertemuan) A. Standar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Problem Based Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Problem Based Learning BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Problem Based Learning Arends (2007: 43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL Bagian I

FISIKA TERMAL Bagian I FISIKA TERMAL Bagian I Temperatur Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur adalah termometer.

Lebih terperinci

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam II. DASAR TEORI III. Kalor itu sendiri sering kita identikkan dengan panas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X / Satu Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor Alokasi waktu : 4 x 3 JP A. Kompetensi

Lebih terperinci

THE DEVELOPMENT OF AN EXPLORATIVE PROBLEM-BASED LEARNING WORKSHEET (LKPD) TO IMPROVE THE MASTERY OF CONCEPTS AND PROBLEM-SOLVING SKILLS

THE DEVELOPMENT OF AN EXPLORATIVE PROBLEM-BASED LEARNING WORKSHEET (LKPD) TO IMPROVE THE MASTERY OF CONCEPTS AND PROBLEM-SOLVING SKILLS Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik. (Asteria Dhiantika) 248 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) EKSPLORATIF BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto MENU HARI INI TEMPERATUR KALOR DAN ENERGI DALAM PERUBAHAN FASE Temperatur adalah sifat fisik dari materi yang secara kuantitatif menyatakan tingkat panas atau dingin. Alat

Lebih terperinci

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila. - - KALOR - - KALOR Definisi Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN MATERI POKOK 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memformulasikan konsep kalor jenis dan kapasitas kalor. Mendeskripsikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X / Satu Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor Alokasi waktu : 4 x 3 JP A. Kompetensi

Lebih terperinci

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

12/3/2013 FISIKA THERMAL I FISIKA THERMAL I 1 Temperature Our senses, however, are unreliable and often mislead us Jika keduanya sama-sama diambil dari freezer, apakah suhu keduanya sama? Mengapa metal ice tray terasa lebih dingin?

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK TUNTAS 5 Siswa 5 40 TIDAK TUNTAS 6 Siswa 6 40 TIDAK

Lebih terperinci

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi Standar Kompetensi 7. Menerapkan konsep suhu dan kalor 8. Menerapkan konsep fluida 9. Menerapkan hukum Termodinamika 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi 11. Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan, pengorganisasian

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Dwiwarna Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X / Dua Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu dan Kalor Alokasi : 4 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI)

Lebih terperinci

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten),

Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), SUHU DAN KALOR A. Pengertian kalor Kalor adalah suatu bentuk energy yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda itu berubah,suhu wujud bentuk. Kalor berasal dari kata calonc, ditemukan oleh ahli

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal

LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal LAMPIRAN I (TBL. 01) Hasil Belajar Siswa pada Observasi Awal No No Induk Jenis Kelamin Skor Ketuntasan > 75 1 8710 P 91 Tuntas 2 8712 L 83 Tuntas 3 8716 L 68 Tidak Tuntas 4 8720 P 59 Tidak Tuntas 5 8721

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 :

Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 : Tujuan Pembelajarn Khusus (TPK) untuk Pembelajaran-2 : 1. Menjelaskan pengertian kalor. 2. Menjelaskan pengaruh kalor terhadap temperatur benda atau pada wujud benda 3. Mengerjakan analisa kuantitatif

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal 64 LAMPIRAN I Tes Hasil Belajar Observasi Awal 65 LAMPIRAN II Hasil Observasi Keaktifan Awal 66 LAMPIRAN III Satuan Pembelajaran Satuan pendidikan : SMA Mata pelajaran : Fisika Pokok bahasan : Kalor Kelas/Semester

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!

KALOR. Kelas 7 SMP. Nama : NIS : PILIHAN GANDA. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! KALOR Kelas 7 SMP Nama : NIS : PILIHAN GANDA Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! 1. Suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu disebut... a. Kalorimeter b. Kalor c. Kalori

Lebih terperinci

Kalor. Pengertian kalor

Kalor. Pengertian kalor Kalor Pengertian kalor Gelas berisi air ledeng dicelupkan sebagian ke dalam bak berisi air panas, air ledeng mengalami kenaikan suhu dan air panas mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Misalnya, pada saat memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu

KALOR. Keterangan Q : kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m : massa benda (kg) c : kalor jenis benda (J/kg 0 C) t : kenaikan suhu KALOR Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PENGARUH KALOR TERHADAP PERUBAHAN SUHU OLEH NAMA : PUTRI MARTHA DESI NIM : 1305763 PRODI : PENDIDIKAN FISIKA DOSEN PEMBIMBING : Dr. Amali Putra, M.Pd FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD Kalor dan Perpindahannya BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan

Lebih terperinci

9/17/ KALOR 1

9/17/ KALOR 1 9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY pratiwi@uny.ac.id A. Pendahuluan Berbicara tentang tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia memasuki

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

KALOR. hogasaragih.wordpress.com KALOR Ketika satu ketel air dingin diletakkan di atas kompor, temperatur air akan naik. Kita katakan bahwa kalor mengalir dari kompor ke air yang dingin. Ketika dua benda yang temperaturnya berbeda diletakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA Lampiran A.2. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KALOR DALAM MENGUBAH SUHU DAN WUJUD BENDA Nama sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMA : Fisika : X/2 (Dua) : 2 x 45 menit I. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis alat-alat optik secara kualitatif dan kuantitatif. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SMA... Kelas / Semester : X (sepuluh) / Semester II Mata Pelajaran : FISIKA Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran Standar Kompetensi 3. Menerapkan prinsip kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Oleh: Laila Katriani, M.Si. Laila_katriani@uny.ac.id Jurusan Pendidikan FISIKA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Pelatihan

Lebih terperinci

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor

Soal Dan Pembahasan Suhu Dan Kalor Soal Dan Suhu Dan Kalor 1. Panas sebesar 12 kj diberikan pada pada sepotong logam bermassa 2500 gram yang memiliki suhu 30 C. Jika kalor jenis logam adalah 0,2 kalori/gr C, tentukan suhu akhir logam! :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Alokasi Waktu : SMP IT Al-Multazam : Ilmu Pengetahuan Alam : 7 (Tujuh) / 2 (Dua) : Kalor dan Perpindahannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Penelitian pengembangan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach yang dilakukan meliputi tahapan:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia SEMANTIK MENULIS POSTER DAN SLOGAN MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING): Suatu Alternatif Peningkatan

Lebih terperinci

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan

KALOR. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan KALOR A. Pengertian Kalor Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut (Majid, 2014)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut (Majid, 2014) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Inkuiri Terbimbing Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto, 2009). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan suatu bangsa karena merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research and Development (R & D).

Lebih terperinci

BAB SUHU DAN KALOR. Dengan demikian, suhu pelat baja harus ( ,3 0 C) = 57,3 0 C.

BAB SUHU DAN KALOR. Dengan demikian, suhu pelat baja harus ( ,3 0 C) = 57,3 0 C. 1 BAB SUHU DAN KALOR Contoh 7.1 Alkohol etil mendidih pada 78,5 0 C dan membeku pada -117 0 C pada tekanan 1 atm. Nyatakan kedua suhu ini dalam (a) Kelvin, (b) Fahrenheit. a. Sesuai dengan persamaan (7.1)

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.1

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.1 SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.1 1. Peristiwa yang akan terjadi apabila tiga liter air dipanaskan sampai mendidih, jika setelah mendidih air terus dipanaskan adalah...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis Menurut Ennis (Kuswana, 2012) berpikir kritis adalah berfikir yang wajar dan reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus diyakini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Dunia pendidikan merupakan salah satu dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kurikulum Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berpacu. Istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memiliki pengetahuan yang lebih baik serta dapat bertingkah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * ABSTRAK Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh setiap orang karena dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

I. PENDAHULUAN. setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting, karena setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ilmu kimia merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang memegang peranan penting terhadap perkembangan dan kemajuan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK 1 Lau Maros Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : X / Satu Peminatan : MIA Materi Pokok : Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor Alokasi waktu :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta perpindahan kalor untuk kegiatan PELATIHAN

Lebih terperinci

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744

Ditemukan pertama kali oleh Daniel Gabriel Fahrenheit pada tahun 1744 A. Suhu dan Pemuaian B. Kalor dan Perubahan Wujud C. Perpindahan Kalor A. Suhu Kata suhu sering diartikan sebagai suatu besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Seperti besaran

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam konteks pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci