Hubungan antara Tingkat Pengetahuan mengenai Oxyuris Vermicularis dan Karakteristik Guru SD di Jakarta tahun 2011

Transkripsi

1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan mengenai Oxyuris Vermicularis dan Karakteristik Guru SD di Jakarta tahun 0 Jimmy Falmer Sembiring Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran,, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta, 0430, Indonesia Abstrak Oksiuriasis atau enterobiasis merupakan suatu masalah kesehatan yang memiliki frekuensi cukup tinggi terutama pada anak-anak dan lebih banyak pada golongan ekonomi lemah. Dari suatu studi, didapatkan 3%-80% angka prevalensi pada berbagai golongan manusia. Di Jakarta, khususnya Jakarta Timur, dilaporkan bahwa kelompok usia yang terbanyak penderita enterobiasis adalah -9 tahun dan sebanyak 46 anak dari 8 anak menderita enterobiasis. Untuk menurunkan morbiditas oksiuriasis, guru SD, sebagai orang yang berhubungan langsung dengan anak-anak di sekolah dan memiliki peranan besar dalam kebiasaan anak, perlu diberikan edukasi mengenai Oxyuris vermicularis. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan mengenai hubungan antara karakteristik guru SD di Jakarta dengan tingkat pengetahuannya mengenai O. vermicularis agar dapat menentukan cara dan sarana edukasi yang paling efektif. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Survei dilakukan menggunakan kuesioner pada tanggal Oktober 0. Pada penelitian ini dipilih 86 guru SD sebagai subyek penelitian. Data dianalisis dengan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan jumlah guru SD yang memiliki pengetahuan baik 7 orang (9,7%), 7 orang (3,4%) cukup, dan 4 orang (48,8%) kurang. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, pengalaman cacingan, dan tingkat pendidikan (p>0,0). Kata kunci: karakteristik, guru SD, Jakarta, tingkat pengetahuan, O. vermicularis Abstract Oxyuriasis or enterobiasis is a health problem that has a relatively high frequency, especially in children and more on the economically weak. From the study, it was found 3% -80% prevalence in different human groups. In Jakarta, East Jakarta in particular, it was reported that the largest age group of oxyuriasis patients was -9 years and as many as 46 children of 8 children suffering from oxyuriasis. To decrease its morbidity, elementary school teachers, as people who deal directly with children in school and have a major role in the habits of children, should be given education about Oxyuris vermicularis. The purpose of this study is to gain knowledge about the relationship between the characteristics of elementary school teachers in Jakarta with the level of knowledge about the O. vermicularis in order to determine ways and means of education are most effective. The study design is crosssectional. The survey was conducted using a questionnaire on October, 0. In this study 86 elementary school teachers selected as research subjects. Data were analyzed by chi-

2 square test and the Kolmogorov-Smirnov test using SPSS. The results showed the number of elementary school teachers who have a good knowledge of O. vermicularis are 7 people (9.7%), 7 people (3.4%) fairly, and 4 people (48.8%) poor. There were no significant differences between respondents' level of knowledge of O. vermicularis with age, sex, source of information, experiences worms, and educational level (p> 0.0) Keywords :characteristics, elementary school teacher, Jakarta, level of knowledge, O. vermicularis. Pendahuluan Oxyuris vermicularis (cacing kremi) adalah nematoda yang luas penyebarannya; menginfeksi lebih dari 400 juta orang di dunia. -3 Penyakit akibat infeksi O. vermicularis disebut oksiuriasis atau enterobiasis. Penyakit tersebut mudah ditularkan karena telur diletakkan di anus yang dapat lepas dari perlekatannya lalu jatuh ke lantai dan menyebar terbawa angin. Telur O. vermicularis dapat ditemukan di debu ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan menjadi sumber infeksi anak-anak sekolah. Chang et al dan Lee et.al melaporkan bahwa prevalensi oksiuriasis tinggi pada anak-anak. 3,4 Di Jakarta Timur pada tahun 99, prevalensi oksiuriasis pada 8 anak usia -9 tahun adalah 4,%. Enterobiasis dapat menyebabkan pruritus ani terutama pada malam hari sehingga penderita mengalami insomnia; kurang napsu makan, dan berat badan turun. Enterobiasis pada anak-anak menyebabkan terhambatnya proses tumbuh dan kembang. Selain itu, pruritus ani juga dapat mengganggu proses belajar. Dalam sepuluh tahun terakhir, pengobatan enterobiasis tidak dapat menekan insidens enterobiasis. Kim et al mengidentifikasi empat hal yang berhubungan dengan enterobiasis, yaitu kebersihan diri, kepadatan populasi, pengobatan berulang, dan tingkat pengetahuan. Semakin buruk tingkat kebersihan seseorang, semakin besar risiko terinfeksi O. vermicularis. Semakin padat populasi, semakin mudah transmisi O. vermicularis. Pengobatan enterobiasis yang tidak tepat menyebabkan insidens enterobiasis tidak menurun. Semakin rendah tingkat pengetahuan mengenai enterobiasis, semakin sulit pula insidens enterobiasis dapat ditekan. Pencegahan dan pemberantasan enterobiasis diperlukan untuk mengatasi hal tersebut. Apalagi pemberantasan cacingan juga membantu tercapainya Millennium Development Goals (MDGs). Oleh sebab itu edukasi yang benar harus diberikan kepada anak-anak untuk mencegah enterobiasis. Guru, sebagai orang yang berhubungan langsung dengan anak-anak di sekolah, merupakan orang yang tepat dalam memberi edukasi yang benar mengenai enterobiasis. Sebelum guru dapat memberi edukasi yang benar, terlebih dahulu guru dibekali pengetahuan yang benar dengan memberikan penyuluhan kesehatan.

3 Agar penyuluhan kesehatan berhasil, penyuluhan harus diberikan berdasarkan karakteristik demografi dan pengetahuan yang telah dimiliki. Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru mengenai cacing kremi dan hubungannya dengan karakteristik demografi. Karena oksiuriasis banyak menyerang murid SD, maka penyuluhan akan diberikan kepada guru SD dan survei akan dilakukan terhadap guru SD.. Metode Penelitian Metode cross-sectional dengan pengkajian analitik digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik guru SD di Jakarta dengan tingkat pengetahuannya mengenai cacing kremi. Pengumpulan data akan dilakukan sebanyak satu kali. Kuesioner yang telah divalidasi akan digunakan untuk memperleh data mengenai tingkat pengetahuan guru SD di Jakarta mengenai cacing kremi dan karakteristiknya. Pengambilan data dilakukan di Jakarta pada tanggal Oktober 0. Populasi target pada penelitian ini adalah guru SD di Jakarta pada tahun 0. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah guru SD di Jakarta yang menghadiri seminar pada tanggal Oktober 0. Sampel penelitian ini adalah sampel dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak tercakup pada kriteria eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian adalah guru SD yang mengajar di Jakarta, bersedia diikutserakan dalam penelitian, menyetujui untuk ikut berpartisipasi dengan menandatangani informed consent dan mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pengunduran diri sebelum ataupun saat penelitian berlangsung dan adanya kecacatan/gangguan lainnya yang menghalangi untuk memberikan informasi kuesioner. Pengumpulan data pada penelitian ini hanya akan dilakukan satu kali saja untuk setiap subyek penelitian. Data yang diambil meliputi pengukuran variabel dependen dan variabel independen. Pengukuran variabel independen yang meliputi karakteristik guru SD (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman cacingan dan sumber informasi) akan diukur melalui pemberian kuesioner. Pengukuran variabel dependen yaitu tingkat pengetahuan mengenai cacing kremi juga akan diukur melalui pengisian kuesioner yang berisi lima pertanyaan mengenai O. vermicularis. Setiap pertanyaan mempunyai 4 pilihan jawaban yang masing-masing diberikan skor. Data yang diperoleh akan dicatat kemudian dianalisis. Analisis dalam penelitian akan dilakukan melalui uji chi square. Bila tidak memuhi kriteria chi square akan dilaksanakan melalui uji Fischer atau uji Kolmogorov-Smirnov. Interpretasi data dilakukan menggunakan cara deskriptif untuk data prevalensi dan analitik untuk hubungan antar variabel. 3. Hasil Penelitian Jumlah guru SD yang hadir dan mengisi kuesioner adalah 86 orang. Pada tabel 4., dapat dilihat sebaran responden berdasarkan karakteristik demografi. 3

4 Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Variabel Kelompok Umur Jenis Kelamin Sumber Informasi Pengalaman Cacingan Kategori Jumlah % 8-34 tahun 3 6, tahun 4 48,8 >0 tahun 4,4 Laki-laki 8 3,6 Perempuan 8 67,4 < ,8 >4 6 30, Ya 43 0 Tidak 43 0 Tingkat Pendidikan SMP dan SMA D3, S, dan S Dari tabel 4., didapatkan kelompok umur yang paling banyak hadir (48,8%) adalah 3-49 tahun. Sebanyak 7,6% responden memiliki sumber informasi kurang dari atau sama dengan empat. 0% responden pernah memiliki pengalaman cacingan dan 93% responden adalah lulusan perguruan tinggi. Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Sumber Informasi Jumlah Persentase , 3 36,8 7 9, ,3,3 7 8, 3 3, 4

5 Dari tabel 4., didapatkan sebaran responden berdasarkan sumber informasi. Sebanyak satu orang (,%) tidak memiliki sumber informasi dan tiga orang (3,%) memiliki delapan sumber informasi. Selain itu, didapatkan pula sebanyak 3 orang (36%) memiliki satu sumber informasi. Dari data sebaran responden berdasarkan pengalaman cacingan, didapatkan sebanyak 43 responden (0%) tidak memiliki pengalaman cacingan. Jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang baik terhadap O. vermicularis adalah 7 orang (9,8%). Sebanyak 7 responden (3,4%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang dan 4 orang (48,4%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang terhadap O. vermicularis. Tabel 4.4 Sebaran Responden Berdasarkan Skor Soal Kuesioner No. Pertanyaan Skor Jumlah Persentase Skor Total Skor Maks Persentase Cacing kremi , ,79 bertelur di 4 6,8 Seseorang mengandung cacing kremi karena Gejala cacing kremi adalah Penularan cacing kremi terjadi melalui Pencegahan cacing kremi adalah 0 4 4, ,88 3, 8 94, 0 7, , 4, , 4 9,3, , , ,4 Dari tabel 4.4 didapatkan skor terendah paling banyak (0%) pada nomor, sedangkan skor tertinggi paling banyak (94,%) pada nomor 3. Skor total terendah yang diperoleh responden terdapat pada nomor 4, sedangkan skor total tertinggi terdapat pada nomor 3.

6 Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Pilihan Jawaban Soal Kuesioner No. Pilihan Jumlah Persentase 3 4 A 6 7,0 B 4 6,3 C,8 D 9,3 B dan C, B dan D C dan D A,B,C, dan D,,, A 34 39, B 9, C 8 9,3 A dan B, A dan C 4 4,7 B dan C 3 3, A,B, dan C 4 4,7 Tidak Tahu 7 8, A 73 84,9 B,3 C, A dan C 4 4,7 A,B, dan C,8 Tidak Tahu, A 40 46, B 4 C 6 7 A dan B A dan C B dan C A,B, dan C Tidak tahu A C A dan B A dan C A, B, dan C Tidak tahu ,,3,8 6,3,,8 8, 3,6 9,,3 6

7 Dari tabel 4. didapatkan responden paling banyak memilih jawaban yang sama, yaitu pilihan A, terdapat pada nomor 3 sebanyak 73 orang (84,9%). Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa nomor 3 memiliki skor total tertinggi. Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai O. vermicularis dan Karakteristik Responden Variabel Kategori Tingkat Pengetahuan P Uji Kelompok Umur Baik Sedang Kurang 8-34 tahun ,3 Chisquare 3-49 tahun a >0 tahun b 7 9 Jenis Kelamin Sumber Informasi Pengalaman Cacingan Laki-laki 9 4 0,93 Chisquare Perempuan 8 8 < ,990 Chisquare >4 8 3 Ada 7 0,60 Chisquare Tidak Ada 0 Tingkat Pendidikan SMP dan SMA D3, S, dan S Keterangan: a dan b digabung untuk keperluan analisis data 0 4 0,963 KS KS: Kolmogorov-smirnov Dari tabel 4.6 didapatkan dengan uji chi-square tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai O. vermicularis dengan karakteristik kelompok umur, jenis kelamin, sumber informasi, dan pengalaman cacingan. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai O. vermicularis dengan karakteristik tingkat pendidikan. 4. Pembahasan Pengetahuan responden mengenai O. vermicularis: dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa hanya 9,8% responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai O. vermicularis. Responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang mengenai O. vermicularis sebanyak 48,4% dan sisanya memiliki pengetahuan yang sedang. Berdasarkan soal nomor dan, kurang lebih setengah jumlah responden telah mengetahui letak cacing kremi bertelur dan penyebab seseorang mengandung cacing kremi. Pada nomor 3 sampai, responden memperoleh skor total lebih dari setengah skor

8 maksimal yaitu pada soal mengenai gejala dan pencegahan cacing kremi, sedangkan skor total terendah yang dicapai responden terdapat pada soal penularan cacing kremi. Hal itu berarti responden telah mengenali gejala cacing kremi dengan baik, namun perlu diberi edukasi lebih lagi mengenai penularan cacing kremi. Pada soal nomor, sebanyak 33 (38,3%) responden memilih pilihan B yaitu penularan cacing kremi karena memakan kelapa parut. Pandangan tersebut salah dan masih terdapat di masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan edukasi mengenai bagaimana penularan cacing kremi yang benar. Hal tersebut berhubungan dengan didapatkannya jumlah pilihan tidak tahu paling banyak pada soal mengenai penularan cacing kremi. Pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dan usia: berdasarkan uji chi-square tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,00) antara pengetahuan O. vermicularis dengan usia responden. Hal tersebut sesuai dengan Hambrick dan Engle yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan pengetahuan. Responden umumnya memiliki tingkat pengetahuan yang sama karena hidup dalam lingkup masyarakat yang sama sehingga informasi kesehatan yang diperoleh sama pula. Hal tersebut berarti edukasi O. vermicularis dapat diberikan pada segala usia. Pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dan jenis kelamin: tingkat pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dan jenis kelamin tidak berbeda bermakna (p>0,00). Hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan uji chi-square. Kesamaan lingkup sosial mungkin merupakan salah satu penyebab kesamaan jumlah informasi yang diterima sehingga umumnya baik laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Hal tersebut tidak sesuai dengan Beier dan Ackerman yang mengatakan bahwa perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada lakilaki. Oleh sebab itu edukasi dapat diberikan baik kepada laki-laki ataupun perempuan. Pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dan tingkat pendidikan: Wade 3 mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin baik pula pengetahuan kesehatannya. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda yaitu tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,00) antara pengetahuan mengenai O. vermicularis dan tingkat pendidikan. Hasil tersebut didapatkan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Perbedaan hasil tersebut disebabkan karena umumnya responden memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu SMA. Oleh sebab itu, edukasi dapat diberikan kepada semua orang tanpa pertimbangan latar belakang pendidikan. Pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dan sumber informasi : sumber informasi memegang peranan penting dalam pengetahuan kesehatan di masyarakat. Pengetahuan kesehatan akan meningkat jika sumber informasi yang tersedia semakin banyak. Selain itu, kesadaran masyarakat akan kesehatan akan meningkat jika semakin banyak sumber informasi yang tersedia sehingga semakin efektif dalam mencegah dan mengobati penyakit. Pada penelitian ini, dengan uji chi-square, tidak ditemukan perbedaan bermakna (p>0,00) antara pengetahuan mengenai O. vermicularis dan karakteristik sumber informasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan mengenai O. vermicularis dengan sumber informasi. Tidak terdapatnya hubungan tersebut disebabkan lingkup sosial yang sama sehingga jumlah informasi yang diperoleh pun sama. Selain itu, perlu diperhatikan pula faktor kebenaran 8

9 sumber informasi, faktor kebutuhan akan informasi, dan faktor daya tangkap responden dalam mempengaruhi pengetahuan. 3 Pengetahuan responden mengenai O. vermicularis dan pengalaman cacingan: hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,00) antara pengetahuan mengenai O. vermicularis dan pengalaman cacingan. Hasil tersebut diperoleh dengan uji chi-square. Dengan demikian, dapat dikatakan tidak ada hubungan antara pengalaman cacingan dengan pengetahuan responden mengenai O. vermicularis sehingga edukasi dapat diberikan kepada semua orang tanpa memperhatikan pengalaman cacingan.. Kesimpulan. Tidak Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai O. vermicularis dengan karakteristik demografi guru SD di Jakarta pada tahun 0.. Tingkat pengetahuan guru SD mengenai O. vermicularis tergolong rendah. 6. Kepustakaan. Abidin SAN. Enterobius vermicularisi. In: Sutanto I, Ismid IS, Pudji KS, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 008.p.-8.. Kim D, Son H, Kim JY, Cho MK, Park MK, Kang SY, et al. Parents knowledge about enterobiasis might be one of the most important risk Factors for enterobiasis in children. Korean J Parasitol. 00; 48(): Chang T, Liao C, Huang Y, Chang C, Chou C, Tsay H, et al. Prevalence of Enterobius vermicularis infection among preschool children in kindergartens of Taipei City, Taiwan in 008. Korean J Parasitol. 009; 47(): Lee S, Lee J, Ju J, Lee W, Cho S. Prevalence of Enterobius vermicularis among preschool children in Gimhae-si, Gyeingsangnam-do, Korea. Korean J Parasitol. 0; 49(). p The evidence is in: deworming helps meet the Millenium Development Goals. World Health Organization [serial on the internet]. 00 [cited 0 Dec 3]. Available from: 6. Lal S S. Practical Zoology Invertebrate. New Delhi: Rakesh Kumar Rastogi; 00. p Oxyuris vermicularis. Available from [Cited 0 Dec 6] 8. Oxyuris vermicularis. Available from F/Enterobiasis/body_Enterobiasis_mic.htm. [cited 0 Dec 6] 9. Mersch J. Pinworms. Available from [cited 0 Dec 4] 0. Bogtish BJ, et al. Human parasitology. Oxford: Elsevier Inc; 00. p Scotch Adhesive Tape. Diunduh dari [cited 0 Dec 6] 9

10 . Hambrick DZ and Engle RW. Effects of Domain Memory Capacity, and Age on Cognitive Performance: An Investigation of the Knowledge-Is-Power Hypothesis. Elsevier Science Beier ME and Ackerman PL. Determinants of health: an investigation of age, gender, abilities, personality, and interests. Journal of Pesonality and Social Psychology; 003, 84(), Wade SE. Trends in Public Knowledge about Health and Illness. A.J.P.H; 970, 60(3),