BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Ketakutan akan Kegagalan Definisi Ketakutan akan Kegagalan Pengertian hingga aspek ketakutan selama beberapa dekade ini masih menjadi perdebatan para ahli psikologi. Sebagian berpendapat bahwa aspek ketakutan adalah bagian dari kecemasan. Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata dan merupakan suatu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Sedangkan ketakutan menurut batasannya adalah sesuatu yang memang nyata itu menakutkan (Calhoun & Acocella dalam Munauwaroh, 2012). Spielberger (2003) menambahkan bahwa ketakutan adalah anxiety state yaitu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif. Biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi ujian atau tes. Konsep ketakutan akan kegagalan diteliti lebih lanjut oleh Conroy dan Elliot. Menurut Conroy (2002) definisi mengenai ketakutan akan kegagalan mencakup adanya antisipasi dari konsekuensi negatif terhadap kegagalan, dan tidak adanya harapan untuk sukses. Ketakutan akan kegagalan bisa muncul dari konsekuensi negatif yang mengancam diri akibat kegagalan atau ketidakberhasilan. Pendapat Conroy ini juga dilatarbelakangi oleh definisi 11

2 Birney, Burdick dan Teevan (dalam Conroy, 2001) mengenai ketakutan akan kegagalan yaitu sebagai ketakutan dalam mencapai standar prestasi atau tidak memenuhi standar evaluatif untuk sukses. Conroy (2002) juga menambahkan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu, menurunnya konsep diri individu, dan hilangnya pengaruh sosial. Atkinson (dalam Conroy, 2002) mengatakan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah motif untuk menghindari kegagalan, dan sebagai disposisi untuk menghindari kegagalan atau besarnya kapasitas mengalami rasa malu atau penghinaan yang muncul dalam diri individu sebagai konsekuensi dari kegagalan. Rasa takut tersebut sering dialami mahasiswa dalam situasi kompetitif dan dirasakan kemungkinan untuk gagal. Atkinson juga menambahkan kegagalan dalam tugas tertentu akan menimbulkan konsekuensi yang negaitif. Dorongan menghindari kegagalan merupakan konsekuensi negatif dari ketakutan akan kegagalan dan merupakan kapasitas individu untuk mengantisipasi rasa malu dan penghinaan. Petri (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) lebih lanjut menyatakan bahwa individu dengan ketakutan akan kegagalan cenderung menghindari situasi yang kompetitif dan beresiko. Ketidakpastian akan hal yang akan datang merupakan faktor utama dalam situasi beresiko yang tidak bisa ditoleransi oleh individu. Situasi yang kompetitif juga dihindari apabila individu gagal menjadi pemenang atau tidak sukses, keyakinan diri maupun keyakinan orang lain terhadap kemampuannnya akan menurun, sehingga kondisi tersebut berakibat menurunkan motivasi individu dalam mencapai kesuksesan. 12

3 Aspek-aspek Ketakutan akan Kegagalan Conroy (2002) telah melakukan penelitian yang komprehensif mengenai rasa takut gagal. Rasa takut gagal atau ketakutan akan kegagalan, jika dilihat dari perspektif hubungan antara kognitif dan emosional individu akan diasosiasikan dengan penilaian terhadap ancaman tentang kemampuan individu untuk menyelesaikan atau mencapai tujuan ketika individu gagal dalam melakukan performansi. Aspek-aspek ketakutan akan kegagalan menurut Conroy (2002) antara lain: a. Ketakutan akan mengalami penghinaan dan rasa malu. Ketakutan akan mempermalukan diri sendiri, terutama jika banyak orang yang mengetahui kegagalannya. Individu mencemaskan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya dan penghinaan serta rasa malu yang akan didapatkan. b. Ketakutan akan penurunan estimasi diri (self-estimate) individu. Ketakutan ini meliputi perasaan kurang dari dalam individu. Individu merasa tidak cukup pintar, tidak cukup berbakat sehingga tidak dapat mengontrol performansinya. c. Ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial. Ketakutan ini melibatkan penilaian orang lain terhadap individu. Individu takut apabila ia gagal, orang lain yang penting baginya tidak akan mempedulikannya, tidak mau menolong dan nilai dirinya akan menurun dimata orang lain. 13

4 d. Ketakutan akan ketidakpastian masa depan. Ketakutan ini datang ketika kegagalan akan mengakibatkan ketidakpastian dan berubahnya masa depan individu. Kegagalan ini akan merubah rencana yang dipersiapkan untuk masa depan, baik dalam skala kecil atau skala besar. e. Ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya. Ketakutan akan mengecewakan harapan, dikritik dan kehilangan kepercayaan dari orang lain yang penting baginya seperti orang tua, yang akan menimbulkan penolakan orang tua terhadap diri individu. Berdasarkan uraian diatas, maka aspek rasa takut gagal dalam penelitian ini adalah ketakutan akan mengalami penghinaan dan rasa malu, ketakutan akan menurunnya self-estimate individu, ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, ketakutan akan ketidakpastian masa depan dan ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya Karakteristik Ketakutan atau Kegagalan Adapun karakteristik individu yang mengalami rasa takut gagal menurut Conroy (2002), yaitu: a. Memiliki goal-setting yang defensif. Atribusi yang dilakukan oleh mahasiswa adalah atribusi eksternal. Mahasiswa akan menyerah pada faktor-faktor internal yang stabil dan tidak bisa diubah, contohnya tingkat inteligensi yang kurang tinggi, kemampuan yang kurang, takdir dan sebagainya. Hal ini kemudian 14

5 mendorong mahasiswa untuk menetapkan tujuan dan sasaran yang seadanya dengan alasan keterbatasan faktor internal yang stabil. b. Performansi yang buruk pada situasi tertentu Karakteristik ini bisa dilihat jelas jika mahasiswa menunjukkan keraguan dan ketidakpastian bila dihadapkan pada tugas baru. Saat mahasiswa kurang memperhatikan dan kurang mendengarkan penjelasan tentang pokok bahasan yang baru, mahasiswa akan takut untuk belajar dibawah tekanan dan takut saat ditanyai pertanyaan karena mahasiswa berpikir jawaban mereka salah. c. Menghindari kompetisi. Karakteristik ini bisa dilihat dari sikap individu yang menghindari kompetensi atau persaingan diantara mahasiswa, seperti ketidakmampuan individu menghadapi kompetensi dalam belajar. d. Selalu menginginkan tanggapan positif dari orang lain. Karakteristik ini bisa dilihat dari perilaku mahasiswa yang dihasilkan dan mengharapkan petunjuk jelas dan berulang-ulang dari pengajar atau dosen. Karakteristik mahasiswa dengan ketakutan akan kegagalan adalah memiliki goal-setting yang defensif, performansi yang buruk pada situasi tertentu, terutama situasi yang dipersepsikan penuh tekanan atau situasi baru, menghindari kompetisi, selalu menginginkan tanggapan positif dari orang lain. 15

6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketakutan akan Kegagalan Ketakutan akan kegagalan merupakan reaksi emosional kuat yang penuh ketidaksenangan subjektif, pergolakan dan keinginan untuk melawan dan melarikan diri sebagai cara untuk mengantisipasi ketidakberhasilan individu (Nainggolan, 2007). Conroy (2002) mengemukakan bahwa rasa takut akan gagal disebabkan oleh: a. Pengalaman di awal masa kanak-kanak. Pengalaman di masa awal kanak-kanak ini dipengaruhi oleh pola pengasuhan orangtua. Orangtua yang selalu mengkritik dan membatasi kegiatan anak-anaknya akan menimbulkan perasaan takut gagal. Rasa takut gagal bisa juga ditimbulkan oleh orangtua yang terlalu melindungi anak-anaknya, sehingga anak nyaris tidak bisa mencapai suatu prestasi tanpa bantuan penuh dari orangtua karena mereka takut nanti melakukan kesalahan. b. Karakteristik lingkungan. Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga dan sekolah. Karakteristik keluarga yang penuh tuntutan untuk berprestasi merupakan penyebab rasa takut gagal pada anak. Lingkungan sekolah akan semakin menekan dengan kompetisi untuk mendapatkan nilai dan juara dalam bidang akademik maupun non-akademik. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi munculnya rasa takut akan kegagalan yang negatif, seperti suasana belajar mengajar dikelas, interaksi dosen, kesukaran mata kuliah, dan sebagainya. 16

7 c. Pengalaman belajar. Pengalaman kesuksesan dan kegagalan dalam belajar akan mempengaruhi perasaan takut gagal pada individu. Kesuksesan yang dicapai dan reward yang mengiringinya akan mengakibatkan individu merasa harus terus mencapai kesuksesan, sehingga ia akan mengalami perasaan takut gagal. Rasa takut gagal bisa juga disebabkan oleh kegagalan dan dampaknya yang membuat individu merasa tidak mau dan mampu mengalaminya. d. Faktor subjektif dan konstektual. Faktor ini berkaitan dengan struktur lingkungan dimana individu melakukan performansi dan persepsi individu terhadap lingkungan tersebut. Kedua hal ini akan memberikan pengaruh pada penetapan tujuan dan sasaran pencapaian prestasi. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan takut gagal dalam belajar adalah faktor lingkungan (keluarga dan sekolah), ketidakmampuan menghadapi kompetisi, harapan orang tua yang terlalu tinggi dan perasaan negatif terhadap penolakan Persepsi terhadap Harapan Orangtua Definisi Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Menurut McDowell & Newell (1996) persepsi dipengaruhi oleh faktor perasaan didalam diri individu, sehingga mampu mempengaruhi persepsi individu 17

8 tersebut. Sugihartono, dkk (2007) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia memiliki perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Persepsi merupakan stimulus yang diinderakan, diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diinderakan (Davidoff dalam Nainggolan, 2007). Dijelaskan pula bahwa persepsi merupakan suatu proses dalam diri individu untuk mengenali stimulus yang ada dengan menggunakan pancaindera. Proses yang ada dalam individu merupakan proses yang aktif, individu tidak hanya menerima stimulus yang ada dengan pasif, tetapi stimulus tersebut diolah secara kognitif dengan cara mengkategorikan masukan-masukan, serta menghubungkan dengan pengalaman individu sebelumnya, sampai akhirnya individu dapat mengenali dan memberikan penilaian yang tepat terhadap stimulus tersebut. Menurut Suprihanto, dkk (2003) persepsi didefinisikan sebagai suatu proses saat individu memberikan arti terhadap fenomena yang terjadi berdasarkan kesan yang ditangkap pancainderanya, atau dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan bentuk penilaian seseorang dalam menghadapi rangsangan yang sama, namun dalam kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda. Walgito (2010) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun, proses 18

9 tidak berhenti sampai disitu, melainkan stimulus diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari dengan apa yang ia lihat, dengar dan sebagainya. Dengan demikian, taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau resepsi dan setelah itu individu mengalami persepsi. Proses penginderaan akan tejadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat inderanya, melalui alat reseptornya. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah hasil suatu proses masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia melalui alat indera seperti indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman dan memberikan penilaian-penilaian terhadap stimulus atau objek, baik positif maupun negatif, dan proses ini bersifat individual Faktor yang terlibat dalam Persepsi Karena persepsi merupakan suatu proses, maka dalam proses persepsi akan melibatkan beberapa faktor yang terlibat dalam persepsi (Walgito, 2010), yakni: a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari luar individu yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 19

10 b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke susunan syaraf pusat, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. c. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Beberapa hal yang terdapat dalam suatu proses persepsi adalah objek yang dipersepsi yang akan menimbulkan suatu stimulus bagi seorang individu; alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf. Ketiga hal tersebut adalah sasaran dalam proses persepsi, alat indera sebagai penerima stimulus, syaraf sebagai sarana untuk melanjutkan stimulus yang diterima alat indera ke susunan syaraf pusat, sedangkan perhatian merupakan hal yang sangat penting dalam proses persepsi Proses Persepsi Telah disampaikan sebelumnya bahwa persepsi merupakan suatu proses. Proses persepsi tidak berlangsung begitu saja, ada beberapa proses persepsi hingga akhirnya menghasilkan pemaknaan yang dapat dimengerti dan 20

11 diterima individu mengenai suatu stimulus. Walgito (2010) membagi proses terjadinya persepsi menjadi tiga, yaitu: a. Proses fisik Proses fisik adalah proses yang dimulai dari munculnya objek yang dirubah menjadi stimulus yang kemudian diterima oleh reseptor atau alat indera. b. Proses fisiologis Proses fisiologis adalah proses yang dimulai dari stimulus kemudian diterima oleh saraf sensoris dan dilanjutkan ke otak. c. Proses psikologis Proses psikolgis yakni proses di dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Proses persepsi dalam menghasilkan suatu makna yang berlangsung melalui tiga proses yakni: proses fisik, dimana pada proses ini stimulus pertama kali diterima oleh alat indera. Selanjutnya proses fisiologis, dimana terjadi penerusan stimulus yang diterima alat indera ke susunan syaraf pusat, dan terakhir adalah proses psikologis, yakni proses menyadari stimulus yang diterima Harapan Orangtua Menurut Kreitner & Kinicki (2003) harapan merupakan suatu keyakinan yang dimiliki individu dengan melakukan usaha tertentu untuk mendapatkan tingkat prestasi tertentu. Sedangkan, menurut Snyder (2002) harapan adalah kemampuan untuk merencakan jalan keluar dalam upaya 21

12 mencapai tujuan walaupun adanya rintangan dan menjadikan motivasi sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan. Snyder, Irving & Anderson (dalam Snyder, 2000), menyatakan harapan adalah keadaan termotivasi yang positif didasarkan pada hubungan interaktif antara agency (energi yang mengarah pada tujuan) dan pathway thinking (rencana untuk mencapai tujuan). Harapan adalah kuatnya kecenderungan seseorang bertindak dengan cara tertentu untuk hasil tertentu. Irving, dkk (dalam Snyder, 2002) menyatakan, bahwa komponen motivasional pada teori harapan adalah agency, yaitu kapasitas untuk menggunakan suatu jalur untuk mencapai tujuannya melalui jalur-jalur yang dipikirkannya. Agency juga dapat mencerminkan penilaian individu mengenai kemampuannya bertahan ketika menghadapi hambatan dalam mencapai tujuannya. Orang yang mempunyai harapan tinggi menggunakan self-talk seperti Saya dapat melakukan ini dan Saya tidak akan berhenti sampai disini. Ketika individu menghadapi hambatan, agency membantu individu menerapkan motivasi pada jalur alternatif terbaik. Sedangkan, pathway thinking (Snyder, dkk, 2000), mencakup pemikiran mengenai kemampuan untuk menghasilkan satu atau lebih cara yang berguna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa jalan yang dihasilkan akan berguna ketika individu menghadapi hambatan, dan orang yang memiliki harapan yang tinggi merasa dirinya mampu menemukan beberapa jalur alternatif dan umumnya mereka sangat efektif dalam menghasilkan jalur alternatif. Individu yang memiliki keduanya merupakan contoh individu yang memiliki harapan yang tinggi, dimana individu tersebut dapat memikirkan jalan alternatif menuju tujuan dan langsung diterapkan pada jalan yang terlihat lebih efektif. 22

13 Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang penting bagi seorang anak dalam tumbuh dan berkembang. Dalam lingkungan keluarga akan terbentuk corak antara orangtua dan anak melalui pengasuhan atau pendidikan yang diberikan orangtua. Dalam pengasuhan yang dilakukan orangtua, orangtua akan memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk anaknya saat ini dan untuk masa yang akan datang. Melalui asuhan dan pendidikan yang diberikan orangtua, mereka memiliki keinginan dan harapan kepada anak-anaknya kelak. Hurlock (2003) menyebutkan bahwa tidak jarang orangtua dalam mengasuh atau mendidik anak-anaknya sangat dipengaruhi oleh keinginan atau ambisi dari orangtua kepada anaknya. Bagi orangtua memiliki harapan ideal pada anaknya adalah sesuatu hal yang wajar. Harapan merupakan suatu perasaan yang dapat dialami oleh individu sebagai sesuatu yang belum nyata, sesuatu yang masih dalam pengharapan, dalam arti harapan karena apa yang dirasakan oleh individu merupakan perasaan yang menjangkau ke depan dan masih belum terjadi, seperti saya berharap anak saya lulus di semester berikutnya (Walgito, 2005). Menurut Woodworth dan Marquis (2001), harapan dalam ilmu psikologi merupakan dimensi ketiga dari perasaan. Dimensi pertama yakni adanya perasaan senang atau tidak senang yang dialami individu, dan dimensi kedua adalah excited feeling dan innert feeling. Selanjutnya, dimensi ketiga yaitu harapan. Sehubungan dengan waktu dan perasaan, Stern (Walgito, 2005) membedakan perasan dalam tiga golongan, yaitu: 23

14 a. Perasaan present, yaitu perasaan yang timbul dalam keadaan yang sekarang hadir atau nyata dihadapi, yaitu berhubungan dengan situasi aktual. b. Perasaan yang menjangkau maju (future), merupakan jangkauan ke depan, yaitu perasaan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan. c. Perasaan yang berkaitan dengan waktu lampau (past), yaitu perasaan yang timbul dengan melihat kejadian-kejadian yang telah lalu. Dalam teori harapan ini ada kaitan antara perasaan yang timbul dengan kemungkinan tercapainya tujuan dan pentingnya tujuan, walaupun tujuan tersebut secara objektif belum dicapai individu yang bersangkutan (Walgito, 2005). Individu yang menganggap penting tujuan dari kegiatan yang dilakukan, maka ia akan memiliki harapan tinggi atas ketercapaian tujuannya dan ia akan berharap bahwa tujuan yang ingin dicapainya bisa terwujud dalam kehidupan nyata (Stern, dalam Walgito, 2005). Selanjutnya, Chatterjee dan Sinha (2013) mendefinisikan harapan orangtua sebagai keyakinan orangtua pada kinerja akademik dan karir anakanaknya, seperti memiliki keyakinan bahwa anak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan pantang menyerah. Orangtua meyakinkan diri bahwa anak dapat berhasil di bidang akademik serta sukses dalam bidang karir. Yamamoto dan Holloway (2010) mendefinisikan harapan orangtua sebagai keyakinan atau penilaian yang realistik orangtua tentang anak-anak mereka untuk berprestasi dimasa depan mereka. 24

15 Dari beberapa pendapat ahli diatas mengenai definisi harapan orangtua, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harapan orangtua adalah suatu hal atau keinginan atau target ideal yang diinginkan orangtua pada anak untuk berprestasi dan hal tersebut diyakini akan terjadi dimasa depan anak-anaknya untuk mendapatkan masa depan yang baik Aspek-aspek Harapan Orangtua Orangtua pasti mengharapkan segala sesuatu yang bersifat baik bagi masa depan anak-anaknya. Leung dan Shek (2011) dalam penelitiannya menyebutkan harapan orangtua mencakup lima dimensi yakni: a. Harapan agar anaknya berprestasi dalam akademis. b. Harapan agar anaknya dapat mandiri. c. Harapan agar anaknya memiliki pekerjaan. d. Harapan agar anaknya berkelakuan baik. Selanjutnya, Sasikala dan Karunandhi (2011) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa harapan orangtua terbagi dalam empat dimensi yaitu: a. Harapan pribadi, yaitu harapan orangtua yang berkaitan dengan kepatuhan, rasa hormat, kedewasaan, disiplin dan tanggung jawab. b. Harapan akademik, yaitu harapan orangtua yang berhubungan dengan aspirasi, prestasi dan kesuksesan akademik anak. c. Harapan karir, yaitu harapan orangtua mengenai karir dan cita-cita anak dimasa depan. d. Ambisi orangtua, yaitu keinginan orangtua yang belum terpenuhi dan nilai-nilai yang diharapkan orang tua dari anaknya. 25

16 Dalam penelitian ini, harapan orangtua khusus dibatasi pada dimensi harapan akademik. Salah satu harapan orangtua adalah agar anaknya memiliki prestasi dan kesuksesan akademik anak. Secara umum, orangtua memiliki keinginan dan harapan ideal yang berkaitan dengan akademik agar anak berusaha mencapai suatu prestasi-prestasi tertentu sesuai harapannya yang menjamin masa depan anaknya. (Sasikala dan Karunandhi, 2011). Harapan orangtua dalam bidang akademik merupakan keyakinan atau penilaian bahwa prestasi anak dimiliki oleh orangtua dan akan berpengaruh pada kesuksesan anak di masa depan, seperti tercermin dalam perolehan nilai, mencapai nilai terbaik atau mendapat peringkat tertinggi (Yamamoto & Holloway, 2010). Kesuksesan akan mendorong usaha-usaha seorang anak untuk menguasai ilmu yang dipelajarinya, sehingga meningkatkan prestasi akademiknya. Harapan untuk sukses merupakan salah satu komponen motivasi yang mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia memiliki potensi untuk berhasil menyelesaikan tugas (Lawanto, dkk dalam Kulsum 2015). Hasibuan (2008) juga menyatakan, bahwa anak yang memiliki harapan keberhasilan akademik tinggi maka motivasi dan prestasi yang diraih juga akan meningkat Karakteristik Harapan Orangtua Harapan orangtua tidak selalu sependapat dengan harapan pribadi pada anaknya. Tak jarang ditemukan keadaan dimana harapan orangtua berbeda dengan harapan pribadi si anak. Agar anaknya mencapai keinginan atau harapan orangtua, banyak orangtua yang melakukan tindakan-tindakan yang mendukung tercapainya harapan tersebut. 26

17 Dalam penelitian Hariyanto, dkk (2014) harapan orangtua ditunjukan dengan tindakan: a. Memberikan nasehat kepada anak-anaknya. b. Memberikan bantuan maupun bimbingan berupa alternatif pemecahan masalah c. Memberikan pujian atau hadiah. d. Serta memberikan ganjaran yang konkrit pada anak atas pencapaiannya. Hadawi (dalam Kulsum, 2015) menyebutkan ciri-ciri harapan orangtua ditunjukkan dengan: a. Melakukan komunikasi terus menerus dengan anak. b. Menetapkan visi keberhasilan masa depan anak-anaknya. c. Menetapkan pandangan bahwa kerja keras merupakan jalan keberhasilan. d. Membangun tanggung jawab anak. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan karakteristik harapan orangtua ditunjukkan dengan: a. Melakukan komunikasi terkait visi keberhasilan sesuai harapan akademik orangtua. b. Memberikan nasehat-nasehat untuk keberhasilan akademik anaknya. c. Memberikan bantuan dalam pemecahan masalah berkaitan dengan akademik anak. 27

18 d. Memberikan reward dan punishment pada pencapaian anak yang terkait dengan akademik Pengertian Persepsi terhadap Harapan Orangtua Telah disampaikan sebelumnya bahwa dalam proses persepsi akan menghasilkan penilaian-penilaian terhadap suatu stimulus, artinya dalam setiap proses persepsi melibatkan stimulus sebagai objek persepsi. Dalam penelitian ini, harapan orangtua digunakan sebagai objek persepsi. McDowell & Newel (1996) persepsi dipengaruhi oleh faktor perasaan didalam diri individu, sehingga mampu mempengaruhi persepsi individu tersebut. Sugihartono, dkk (2007) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia memiliki perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Selanjutnya, Yamamoto dan Holloway (2010) mendefinisikan harapan orangtua sebagai keyakinan atau penilaian yang realistik orangtua tentang anakanak mereka untuk berprestasi dimasa depan mereka. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan persepsi terhadap orangtua adalah hasil suatu proses masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia melalui alat indera seperti indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman dan memberikan penilaian-penilaian positif atau negatif terhadap keinginan-keinginan ideal 28

19 orangtua pada anaknya untuk mendapatkan masa depan yang baik sesuai keinginan orangtua Aspek-aspek Persepsi terhadap Harapan Orangtua Menurut McDowell & Newell (1996) aspek-aspek persepsi adalah aspek kognisi dan afeksi. Aspek persepsi terhadap harapan orangtua adalah aspek persepsi yang disesuaikan dengan karakteristik dari harapan orangtua, yaitu: a. Aspek Kognisi Aspek kognisi berhubungan dengan cara berpikir atau pengenalan, yaitu bagaimana pandangan atau penilaian individu terhadap suatu stimulus yang ditemui. Aspek kognisi pada persepsi terhadap harapan orangtua mencakup bagaimana siswa berpikir mengenai harapan akademik orang tuanya yang kemudian akan terbentuk pemikiran, pengetahuan dan penilaian yang ditunjukkan dengan perilaku: 1. Memahami komunikasi yang dilakukan orangtua terkait visi keberhasilan sesuai harapan akademik orangtua. 2. Memikirkan nasehat-nasehat yang diberikan orangtua untuk keberhasilan akademiknya sesuai keinginan orangtua. 3. Memikirkan bantuan yang diberikan orangtua dalam pemecahan masalah terkait dengan akademiknya. 4. Memikirkan pemberian reward dan punishment atas pencapaiannya yang terkait dengan akademik. 29

20 b. Aspek Afeksi Aspek afeksi berhubungan dengan perasaan atau kesan, yaitu bagaimana perasaan atau emosi yang dimiliki seseorang terhadap suatu stimulus yang ditemui. Aspek afeksi pada persepsi terhadap harapan orangtua mencakup bagaimana perasaan yang timbul dalam diri sendiri akibat menilai harapan orang tua berkaitan dengan akademiknya. Aspek afeksi pada persepsi terhadap harapan orangtua ditunjukkan dengan: 1. Memahami komunikasi yang dilakukan orangtua terkait visi keberhasilan sesuai harapan akademik orangtua. 2. Merasa senang dengan nasehat-nasehat yang diberikan orangtua untuk keberhasilan akademiknya sesuai keinginan orangtua. 3. Merasa senang dengan bantuan yang diberikan orangtua dalam pemecahan masalah terkait dengan akademiknya. 4. Merasa senang dengan pemberian reward dan sedih dengan pemberian punishment atas pencapaiannya yang terkait dengan akademik. Karena harapan bersifat individual maka sangat mungkin terjadi perbedaan harapan orangtua dengan harapan pribadi anak terutama terkait harapan terhadap akademik. Perbedaan tersebut akan menghasilkan perbedaan persepsi terhadap harapan orangtua. Beberapa individu mungkin akan 30

21 mempersepsi harapan orangtuanya secara positif dan adapula yang menganggap harapan orangtua sebagai sesuatu yang negatif (Kulsum, 2015) Definisi Mahasiswa Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), definisi mahasiswa adalah individu yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasaan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak (Siswoyo, dkk., 2007). Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya dari 18 sampai 25 tahun (Yusuf, 2012). Menurut Kartono (Ulfah, 2010) mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu, antara lain: 1. Mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, sehingga dapat digolongkan sebagai kaum intelegensia. 2. Karena kesempatan yang ada, mahasiswa diharapkan nantinya dapat bertindah sebagai pemimpin yang mampu dan terampil, baik sebagai pemimpin masyarakat ataupun dalam dunia kerja. 3. Diharapkan dapat menjadi daya penggerak yang dinamis bagi proses modernisasi. 4. Diharapkan dapat memasuki dunia kerja sebagai tenaga yang berkualitas dan professional. 31

22 Mahasiswa diikat oleh peraturan perguruan tinggi dan peraturan pemerintah. Peraturan pemerintah mengenai perguruan tinggi berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) No. 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi tahun 2014 (news.detik.com, 2014). Didalam peraturan tersebut, diatur sejumlah standar acuan untuk pendidikan tinggi. Mulai dari kurikulum kompetensi pendidikan, hingga durasi studi. Salah satu aturan PERMENDIKBUD mengenai durasi belajar mahasiswa program sarjana (S1) terdapat di Pasal 17 yaitu: Ayat 2 huruf d Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, mahasiswa wajib menempuh beban belajar paling sedikit 144 sks untuk program diploma 4 (D4) dan program sarjana (S1). Ayat 3 huruf d Masa studi terpakai bagi mahasiswa dengan beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah 4 sampai 5 tahun untuk program diploma 4 (D4 dan program sarjana (S1). Peraturan perguruan tinggi mengikuti peraturan pemerintahan yang menetapkan bahwa pencapaian pembelajaran lulusan program sarjana (S1) paling sedikit 144 sks dan masa studi siswa maksimal 4 sampai 5 tahun, tak terkecuali Universitas Mercu Buana Jakarta. Peraturan Universitas Mercu Buana Jakarta pun menambahkan, jika masa studi mahasiswa sudah mencapai atau lewat 5 tahun maka sanksi yang akan diberikan kepada mahasiswa tersebut adalah dikeluarkan dari kampus atau Drop Out (DO). Mahasiswa diminta untuk 32

23 mengikuti peraturan yang berlaku baik peraturan di perguruan tinggi maupun peraturan pemerintahan. 2.2 Kerangka Berfikir Harapan Orangtua 1. Aspek Kognisi 2. Aspek Afeksi Ketakutan akan kegagalan (Fear of Failure) 1. Penghinaan dan rasa malu 2. Penurunan estimasi diri individu 3. Ketidakpastian masa depan 4. Hilangnya pengaruh sosial 5. Mengecewakan orang lain Dalam penelitian ini, orang tua yang memiliki cita-cita dan harapan tinggi terhadap prestasi akademik dan prestasi sosial anak akan mempengaruhi persepsi anak terhadap harapan orang tua (Hurlock, 2003). Harapan untuk sukses merupakan salah satu komponen motivasi yang mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia memiliki potensi untuk berhasil menyelesaikan tugas (Lawanto, dkk, dalam Kulsum 2015). Hasibuan (2008), juga menyatakan bahwa anak yang memiliki harapan keberhasilan akademik tinggi maka motivasi dan prestasi yang diraih juga akan meningkat. Keadaan tersebut menimbulkan persepsi positif dan negatif pada diri mahasiswa. Persepsi positif dapat dilihat ketika mereka dapat menyesuaikan diri dengan baik dan mereka akan berusaha terus untuk mencapai tujuan. Sedangkan persepsi negatif, jika mereka tidak dapat memenuhinya maka mereka tidak akan konsentrasi dalam belajar, berusaha membolos dan berusaha memperoleh izin dari orang tua untuk berhenti belajar sebelum waktunya (Naingolan, 2007). 33

24 Tuntutan berasal dari harapan yang dimiliki orangtua agar anak berhasil dalam bidang akademiknya. Tuntutan orangtua kepada anaknya untuk mencapai prestasi yang tinggi dapat menyebabkan anak mengalami ketakutan akan kegagalan. Orangtua yang memberikan harapan positif kepada anak namun, anak mempersepsikannya secara negatif maka akan memunculkan rasa takut akan kegagalan. Begitu pula sebaliknya, jika orangtua memiliki harapan yang negatif, namun anak memiliki persepsi positif, maka juga akan memunculkan rasa takut akan kegagalan. Menurut Conroy (2002), individu dengan ketakutan akan kegagalan, khawatir akan konsekuensi sosial kegagalan. Kegagalan akan membuat individu mengalami rasa malu dan penghinaan dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, peneliti menduga bahwa harapan orangtua akan berkorelasi positif dengan ketakutan akan kegagalan (fear of failure). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harapan orang tua dengan ketakutan akan kegagalan (fear of failure). 2.3 Hipotesis Berdasarkan uraian teori diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Ada hubungan yang signifikan antara harapan orang tua dengan ketakutan akan kegagalan ada mahasiswa rentan DO Universitas Mercu Buana. H2 : Terdapat arah hubungan yang signifikan antara harapan orang tua dengan ketakutan akan kegagalan ada mahasiswa rentan DO Universitas Mercu Buana. 34

BAB I PENDAHULUAN. pada strata tertinggi. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pada strata tertinggi. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di

BAB III METODE PENELITIAN. ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini adalah harapan orangtua dan ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah bagian yaitu tinjauan teori mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK 1. Pengertian Perilaku Kecurangan Akademik Menurut Oxford Dictionaries (1992) kecurangan merupakan tindakan tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. psikiatris yang dapat diamati, dan terjadi sangat kuat. Psikolog Jhon. dari satu taktik ke taktik yang lain (Davidoff, 1991).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. psikiatris yang dapat diamati, dan terjadi sangat kuat. Psikolog Jhon. dari satu taktik ke taktik yang lain (Davidoff, 1991). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Takut Akan Kegagalan 1. Pengertian Takut Akan Kegagalan Davidoff mendefinisikan ketakutan sebagai sebuah sindroma psikiatris yang dapat diamati, dan terjadi sangat kuat. Psikolog

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak

BAB I PENDAHULUAN. nama yang baik dan mempunyai makna sesuai keinginan orang tua agar anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orangtua pasti mengharapkan suatu hari nanti anak mereka akan sukses dalam kehidupannya. Sebelum lahir saja sudah dipersiapkan nama yang baik dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang menempuh perguruan tinggi. Masa perguruan tinggi dengan masa SMA sangatlah berbeda, saat duduk dibangku perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana-S1 Psikologi Disusun oleh: YULIANA FATMA SARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, khususnya dalam bidang lapangan kerja membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan berkembang pesat. Tuntutan

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu bagian dari civitas akademika pada perguruan tinggi yang merupakan calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Untuk itu diharapkan

Lebih terperinci

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10 GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 01FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

TINGKAT KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 JURUSAN PSIKOLOGI DENGAN IPK KURANG DARI 2.75 DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN KERJA SKRIPSI

TINGKAT KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 JURUSAN PSIKOLOGI DENGAN IPK KURANG DARI 2.75 DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN KERJA SKRIPSI TINGKAT KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 JURUSAN PSIKOLOGI DENGAN IPK KURANG DARI 2.75 DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN KERJA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika akan mengikuti sebuah kompetisi, sudah sepantasnya apabila seorang atlet melakukan latihan rutin sebagai persiapan dalam menghadapi pertandingan. Secara bertahap,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Banyak yang belum sadar akan hal ini, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil. Ketidaksadaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola 1. Pengertian Motivasi Berprestasi Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu usaha pada tiap individu dalam

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia menjadi bangsa yang kian berkembang adalah harapan seluruh rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia mengharapkan adanya pembaharuan di segala bidang,

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Universitas adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia ini segalanya berubah, tidak ada yang abadi melainkan perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber daya manusia menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau. dan mengerti tentang objek tersebut dengan alat-alat inderanya.

BAB II KAJIAN TEORI. tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau. dan mengerti tentang objek tersebut dengan alat-alat inderanya. BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengertian Tes Pauli Tes Pauli dikembangkan oleh Dr. Richard Pauli (1938) Dr.Wilhem Arnold dan Prof.Dr.Van Hiss yang di modifikasi dari tes Kraeplin, untuk tujuan melihat daya

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi PERSEPSI Fakultas 06FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM PERSEPSI? Kata persepsi seringkali diucapkan dalam proses komunikasi sehari-hari. Ada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan yang dimilikinya melalui Perguruan Tinggi. Perguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi uraian dari beberapa teori tentang persepsi, sikap, dan lingkungan belajar yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas teori-teori tentang persepsi

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam zaman pembangunan di Indonesia dan globalisasi dunia yang menuntut kinerja yang tinggi dan persaingan semakin ketat, semakin dibutuhkan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rachmat Al Fajar F 100 950 017 /

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Diri 2.1.1 Pengertian Harga Diri Harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang mempunyai peran penting dan berpengaruh besar terhadap sikap dan perilaku individu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA Oleh : YOCE REZA FREDIAN RAVAIE RA. RETNO KUMOLOHADI. FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Adam Iqbal Makasuci, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan dalam kehidupan manusia untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dilindungi dan diperhatikan sebaik mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat. Keluarga sebagai unit terkecil dari

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Sebagian besar manusia pernah mengalami kecemasan yang sangat besar atau melampaui akal sehat hingga merasa tidak sanggup menghadapi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang terdiri dari beberapa fakultas yang dibagi lagi ke dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Persepsi Bentuk Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP HARAPAN ORANG TUA DENGAN KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004) 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjelasan Konsep Teoritis 1. Aspek Psikososial Remaja Masa remaja merupakaan masa dimana remaja mencari identitas, dan dalam proses pencarian identitas tersebut tugas utama

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian CHAPTER TEN Aspirations and Achievements Aspirasi dan Prestasi (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN HARAPAN DAN INSENTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENGARUH PEMBERIAN HARAPAN DAN INSENTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PENGARUH PEMBERIAN HARAPAN DAN INSENTIF TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Oleh Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Galuh nilisnia22@gmail.com

Lebih terperinci