BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hadi Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK 1. Pengertian Perilaku Kecurangan Akademik Menurut Oxford Dictionaries (1992) kecurangan merupakan tindakan tidak jujur, tidak adil untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwadarminta (1967) kecurangan merupakan ketidakjujuran, tidak lurus hati, tidak adil. Kecurangan menurut Davis, dkk (2009) adalah strategi menipu atau merampas, mencuri, menyesatkan atau membodohi orang lain. Menurut Jaffe (2015) mengatakan bahwa kecurangan akademik merupakan perwakilan akan karya orang lain sebagai milik diri sendiri. Hal ini dapat dapat berupa berbagi pekerjaan dengan orang lain, membayar orang lain untuk mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Menurut Hendricks (dalam Risky, 2009) kecurangan akademik merupakan perilaku yang mendatangkan keuntungan bagi siswa secara tidak jujur, termasuk menyontek, plagiarisme, mencuri, dan memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademis. Perilaku kecurangan akademik (mencontek) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwadarminta (1967) adalah kegiatan mencontoh, meniru, atau mengutip tulisan atau pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Perilaku kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Davis, dkk (2009) adalah menipu, menyesatkan atau membodohi guru dengan berfikir bahwa karya akademik yang
2 11 diajuakan siswa adalah hasil pekerjaannya sendiri. Gitanjali (2004) mengemukakan bahwa perilaku kecurangan akademis merupakan suatu tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja pada saat memenuhi atau menyelesaikan persyaratan dan/atau kewajiban akademis. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai kecurangan akademik dapat disimpulkan bahwa kecurangan akademik merupakan perilaku curang yang dapat menguntungkan peserta didik seperti menipu, mencontek, plagiarisme, memalsukan dan mencuri sesuatu yang berkaitan dengan akademik. 2. Faktor-Faktor Perilaku Kecurangan Akademik Perilaku Kecurangan akademis dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Davis, dkk (1992) yaitu: 1. Faktor Internal Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi perilaku kecurangan akademik, yaitu: a. Usia, siswa yang lebih muda lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik daripada yang lebih tua b. Jenis Kelamin, siswa pria lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik daripada siswa wanita. Penjelasan utama dari pernyataan ini dapat dijelaskan dari teori sosialisasi peran jenis gender yakni wanita bersosialisasi lebih mematuhi peraturan daripada pria. c. Ketidaksukaan kepada guru, Guru merupakan salah satu faktor penyebab perilaku kecurangan akademik terjadi, ketika siswa menganggap
3 12 guru tersebut tidak menyenangkan maka siswa cenderung berperilaku kecurangan akademik pada mata pelajaran tersebut. d. Keinginan Membantu Teman, membantu teman untuk berperilaku kecurangan akademik dipahami siswa dapat meningkatkan solidaritas antarsiswa e. Tipe Kepribadian, individu dengan kepribadian tipe A cenderung lebih sering melakukan perilaku kecurangan akademik dibandingkan tipe B. Hal ini dikarenakan kepribadian tipe A sangat kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, merasa waktu selalu mendesak, sulit untuk bersantai dan menjadi tidak sabaran ketika berhadapan dengan keterlambatan atau sesuatu yang tidak kompeten. f. Moralitas, siswa dengan level kejujuran yang rendah lebih sering melakukan perilaku kecurangan akademik. Selain itu, siswa dengan tingkat religiusitas yang rendah cenderung lebih banyak melakukan perilaku kecurangan akademik. Individu dengan tingkat perkembangan moral yang rendah melakukan perilaku kecurangan lebih tinggi. g. Prestasi Akademis, hubungan antara kecurangan akademis dengan prestasi akademis tidak seperti hubungan kecurangan akademis dengan usia atau jenis kelamin, melainkan memiliki hubungan yang konsisten. Siswa yang memiliki prestasi akademis rendah lebih banyak melakukan kecurangan akademis daripada siswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi. Siswa yang memiliki prestasi akademik yang rendah berusaha untuk memperoleh prestasi akademik yang lebih tinggi dengan cara
4 13 berperilaku curang dan mengambil resiko daripada siswa dengan prestasi tinggi 3. Faktor Eksternal Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi perilaku kecurangan akademik, yaitu: a. Keadaan Ruangan Kelas, Keadaan ruangan kelas yang sesak berpotensi menyebabkan terjadinya perilaku kecurangan akademik. Hal ini dikarenakan bahwa ketika individu duduk berdekatan dan memungkinkan individu untuk saling melihat jawaban rekan lainnya. b. Pertanyaan Pilihan Ganda, dapat meningkatkan perilaku kecurangan akademik dikarenakan individu lebih mudah berkomunikasi karena ketika pilihan jawaban berupa pilihan berganda mereka dapat menggunakan kodekode yang dipersiapkan. c. Keuntungan Ekonomis, ketika individu menganggap perilaku kecurangan akademik lebih menguntungkan, maka melakukan kecurangan akademik cenderung dilakukan. d. Keanggotaan perkumpulan siswa (Hendricks, 2004), siswa yang tergabung dalam suatu perkumpulan (perkumpulan yang tidak resmi dari sekolah, seperti: geng) akan lebih sering melakukan perilaku kecurangan. Pada perkumpulan siswa diajarkan norma, nilai dan kemampuankemampuan yang berhubungan dengan mudahnya perpindahan perilaku curang. Penyediaan catatan ujian lama, tugas-tugas lama mudah dicari dan didapat pada suatu perkumpulan.
5 14 3. Aspek-aspek Perilaku Kecurangan Akademik Perilaku kecurangan akademik memiliki beberapa Aspek. Menurut Davis. dkk (2009) aspek-aspek dari perilaku kecurangan akademis adalah: 1. Mencontek, memberi, menerima, mengambil, menjiplak, atau mencontoh bantuan atau informasi kepada/dari oranglain yang melanggar aturan akademis 2. Plagiarisme, mengambil dan menggunakan dengan sengaja hasil pemikiran, metode dan kalimat orang lain tanpa izin, dan mengakuinya sebagai hasil buah pemikiran sendiri 3. Mencuri, mengambil hasil karya/ide (berupa data/bentuk fisik) milik orang lain tanpa izin pemilik hasil karya/ide 4. Pemalsuan, perilaku curang, tidak sah, tidak jujur dengan sengaja atau tanpa izin yang berwenang, meniru, mengubah, atau membuat alasan palsu yang berkaitan dalam hal akademik. B. FEAR OF FAILURE 1. Pengertian Fear of Failure Fear (takut) menurut Oxford Dictionaries (1992) adalah emosi tidak menyenangkan,yang disebabkan oleh ancaman, rasa sakit, atau sesuatu yang membahayakan. Fear menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah perasaan yang timbul ketika menghadapi sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan bencana. Budiarjo (dalam Chandrawati, 2011) menyebutkan bahwa fear merupakan emosi akan rasa tertekan yang berkaitan dengan berbagai usaha untuk
6 15 menghindar. Failure (gagal) menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah ketidakcapaian atau ketidakberhasilan dalam tujuan tertentu. Menurut Chaplin (dalam Wibawa, 2014) adalah ketidaksanggupan dalam mencapai suatu hasil tujuan yang diinginkan atau kegagalan dalam suatu usaha. Fear of failure menurut Murray dan Atkinson (dalam Elliot dkk, 2004) adalah kecenderungan akan penghindaran dari kegagalan yang dikarenakan individu merasa malu dengan kegagalan yang dialami. Menurut Conroy dkk (2007) fear of failure adalah perasaan cemas ketika situasi melibatkan kemungkinan terjadinya berbagai macam konsekuensi negatif, baik yang berasal dari internal atau eksternal. Elliot & Thrash, (2004) mengatakan bahwa fear of failure merupakan suatu bentuk reaksi penghindaran yang berdasarkan sebuah keberhasilan atau sebuah pencapaian prestasi. Atkinson (dalam Conroy, Kaye, & Fifer, 2007) menambahkan bahwa fear of failure merupakan dorongan untuk menghindari kegagalan yang berhubungan dengan konsekuensi negatif dari kegagalan seperti rasa malu, menurunnya konsep diri individu, dan menghilangnya pengaruh sosial. Maka berdasarkan penjelasan di atas, fear of failure merupakan bentuk penilaian ancaman akan konsekuensi negatif dari kegagalan secara berlebihan yang berasal dari upaya-upaya pencapaian prestasi 2. Faktor-Faktor Fear of Failure Conroy (dalam Nainggolan, 2007) selanjutnya mengemukakan bahwa fear of failure disebabkan oleh: a) Pengalaman pada awal masa kanak-kanak
7 16 Pengalaman yang terjadi pada masa awal kanak-kanak dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orangtua. Anak-anak yang selalu dikritik oleh orangtua dan selalu membatasi kegiatan anaknya dapat menimbulkan fear of failure. Fear of failure juga dapat ditimbulkan karena orangtua terlalu melindungi anaknya sehingga mengakibatkan anaknya kesulitan dan tidak bisa mencapai suatu prestasi tanpa bantuan penuh dari orangtua karena merasa takut melakukan kesalahan. b) Karakteristik lingkungan Karakteristik lingkungan berupa lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan keluarga yang penuh akan tuntutan berprestasi termasuk penyebab fear of failure pada anak. Lingkungan sekolah juga menekan dengan kompetisi agar mendapatkan nilai dan juara dalam bidang akademik maupun non akademik. c) Pengalaman belajar Pengalaman individu dalam kesusksesan dan kegagalan dalam belajar dapat mempengaruhi persaan individu akan fear of failure. Kesuksesan yang dicapai dan diiringi oleh penghargaan yang diperoleh akan mendorong individu untuk terus mencapai kesuksesan, dapat memunculkan perasaan fear of failure. Fear of failure juga dapat disebabkan oleh kegagalan yang dialami oleh individu dan individu merasa tidak ingin mengalaminya lagi.
8 17 d) Faktor subjektif dan kontekstual Faktor berkaitan dengan struktur lingkungan individu dalam melaksanakan performansi dan persepsi individu terhadap lingkungannya. Hal ini dapat mempengaruhi penetapan akan tujuan dan sasaran pencapaian prestasi. Lingkungan yang dipersepsikan tidak mentolerir adanya kegagalan akan membuat individu mengalami fear of failure sehingga pencapaiannya dalam prestasi hanya sekedar tidak gagal bukan kesuksesan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fear of failure adalah pengalaman pada awal masa kanak-kanak, karakteristik lingkungan, pengalaman belajar, dan yang terakhir faktor dari segi subjektif dan konstektual. 3. Aspek Aspek Fear of Failure Aspek-aspek fear of failure Conroy, dkk (2007) adalah: a. Ketakutan akan penghinaan dan rasa malu Takut mempermalukan diri sendiri, apalagi ketika banyak orang yang mengetahui tentang kegagalannya. Individu cemas akan yang orang lain pikirkan tentang dirinya terkait dengan rasa malu dan penghinaan yang akan dirasakan. b. Ketakutan akan penurunan estimasi diri individu ketakutan yang memunculkan rasa kurang atau tidak mampu akan diri sendiri. Sehingga individu merasa tidak cukup pintar, tidak cukup berbakat, tidak cukup berkompeten sehingga kesulitan dalam mengontrol performansinya dengan baik.
9 18 c. Ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial ketakutan akan penilaian orang lain terhadap diri individu. Individu takut ketika individu gagal, maka orang yang penting untuknya tidak akan memperdulikannya lagi, menjauhi, dan tidak mau menolongnya sehingga merasa nilai orang lain akan dirinya akan menurun. d. Ketakutan akan ketidakpastian masa depan Ketakutan yang muncul ketika gagal dapat mengakibatkan akan ketidakpastian akan masa depan dan merubah masa depan yang telah dipersiapkan e. Ketakutan akan mengecewakan orang yang penting baginya Rasa takut akan pengecewaan dan memperoleh kritik dari orang lain yang penting dalam hidup dan mempengaruhi performa individu. Berdasarkan pada uraian di atas bisa dilihat bahwa aspek-aspek dari fear of failure ini adalah ketakutan akan penghinaan dan rasa malu, ketakutan akan penurunan estimasi diri individu, ketakutan akan hilangnya pengaruh sosial, ketakutan akan ketidakpastian masa depan, dan ketakutan akan mengecewakan orang yang dianggap penting baginya. C. SMA AL-ULUM MEDAN SMA Al-Ulum Medan yang terletak di Jalan Cemara No. 10 Medan merupakan sekolah yang mendapatkan akreditasi A (Amat Baik) dalam sistem pendidikannya. SMA Al-Ulum merupakan sekolah yang berlandasan Agama Islam dalam sistem pendidikannya, sehingga sekolah ini dipercaya dapat
10 19 menghasilkan SDM yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan berakhlak alkarimah. SMA Al-Ulum Medan melakukan seleksi penerimaan bagi siswa-siswa yang akan mengikuti pembelajaran di sekolah ini. Siswa di SMA ini berkisar usia tahun. Siswa disekolah ini mencapai 555 siswa. Perincian daftar siswa SMA Al-Ulum Medan akan digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 1. Rincian Daftar Siswa SMA Al-Ulum Medan PROGRAM KELAS PENDIDIKAN X IPA X IPS XI IPA XI IPS XII IPA XII IPS PLUS REGULER TOTAL SMA Al-Ulum Medan memiliki dua program studi, yaitu program studi reguler dan program studi plus. Program studi reguler merupakan program studi yang biasa diterapkan oleh sekolah pada umumnya. Siswa kelas reguler SMA Al- Ulum mengikuti pelajaran dari pukul 07:30 hingga pukul 13:30 dengan dua kali waktu istirahat. Program reguler ini memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Siswa SMA Al- Ulum Medan melakukan pembagian jurusan sejak kelas X-SMA, hal ini dilakukan agar siswa lebih fokus dalam jurusan yang mereka pilih. Secara umum, kelas reguler tidak banyak berbeda dengan sekolah pada umumnya. Beban akademik dan tuntutan akan pendidikannya juga tidak jauh berbeda dengan sekolah lainnya yaitu 10 mata pelajaran wajib. Berbeda dengan kelas reguler, kelas plus memulai pelajaran dari pukul 07:30 hingga pukul 16:00. Sehingga para siswa menghabiskan waktu lebih lama
11 20 disekolah dibandingkan dengan siswa kelas reguler. Siswa kelas plus tidak memiliki pembagian jurusan, mereka hanya memiliki satu jurusan yaitu Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC) yang terdiri dari mata pelajaran IPA dan IPS. Kelas plus ini juga mempelajari mata pelajaran agama lebih banyak daripada kelas reguler, seperti mata pelajaran Al-Qur an, Aqidah Akhlak, Bahasa Arab, dan Ibadah di sore hari. Sehingga beban mata pelajaran wajib pada siswa plus SMA Al-Ulum Medan adalah 17 mata pelajaran. Siswa program kelas plus melakukan makan siang bersama, sholat Dzuhur dan Ashar secara berjama ah. Setiap selesai sholat Dzuhur siswa yang terpilih (sesuai jadwal) harus melakukan kultum (kuliah tujuh menit) di depan seluruh siswa dan guru dan sesi tanya jawab. Setelah kultum selesai siswa diberikan kesempatan pembekalan dapat berupa pengerjaan PR, belajar, menghafal dan lainnya. Sistem-sistem ini dilakukan agar tercapainya visi misi yang dibuat oleh yayasan, seperti terciptanya SDM yang berkualitas, beriman, bertaqwa dan berakhlak al-karimah, serta dapat menciptakan siswa yang lebih berani, percaya diri dan meningkatkan rasa kekeluargaan yang tinggi. D. PENGARUH FEAR OF FAILURE TERHADAP PERILAKU KECURANGAN AKADEMIK SISWA SMA AL-ULUM MEDAN Pada siswa SMA tuntutan akan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan SMP, sehingga menuntut siswa untuk bekerja lebih ekstra dibandingkan sebelumnya. Menurut Hurlock (2007) perasaan fear of failure pada siswa SMA dapat meningkat karena kompetisi akan prestasi yang semakin meningkat pula.
12 21 Tuntutan pada siswa SMA semakin besar dibandingkan siswa SMP, karena kompetisi yang terjadi akan semakin besar pula. Siswa harus mempersiapkan diri mereka lebih baik lagi dalam menghadapi tugas-tugas sekolah, seperti PR, ujian semester, ujian nasional, bahkan persiapan menghadapi ujian seleksi masuk perguruan tinggi. Siswa yang memiliki nilai rapot dan prestasi yang terbaik dapat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negri tanpa mengikuti ujian tertulis (Tarsudin, 2015). Hal ini juga dirasakan oleh siswa SMA Al-Ulum Medan. SMA Al-Ulum Medan adalah sekolah dengan latar belakang pendidikan agama Islam yang mengajarkan siswa-siswanya untuk beriman, bertaqwa dan berakhlak baik. Sekolah ini juga memiliki program studi reguler dan plus yang mempelajari pendidikan agama Islam lebih banyak dibandingkan dengan program studi lainnya. Siswa kelas plus SMA Al-Ulum Medan memiliki tuntutan yang besar dalam pembelajarannya, seperti menguasai Ilmu Pengetahuan Campuran (IPC) yaitu gabungan antara Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan tambahan pelajaran Agama Islam, sehingga total mata pelajaran wajib pada kelas plus adalah 17 mata pelajaran. Para siswa kelas plus ini juga memiliki tuntutan non-akademik seperti memberikan kultum (kuliah tujuh menit) di depan seluruh siswa setelah sholat dzuhur. Banyaknya tuntutan-tuntutan yang terjadi dapat memunculkan fear of failure pada siswa. Fear of failure berkaitan dengan tugas yang dihadapi oleh individu. Perasaan fear of failure akan mucul saat individu merasa sulit dan muncul rasa ketidakmampuannya (Burka dkk, 2008). Menurut Hardiansyah
13 22 (2011) fear of failure merupakan interpretasi negatif yang terjadi pada individu terhadap suatu situasi. Menurut Conroy,dkk (2007) fear of failure merupakan perasaan cemas yang timbul ketika situasi melibatkan kemungkinan terjadinya berbagai macam konsekuensi negatif, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Menurut Conroy dkk (2007) faktor ketakutan akan kegagalan (fear of failure) pada individu yaitu, karena adanya pengalaman diawal masa kanakkanak, pengalaman belajar akan kegagalan dan kesuksesan akan mempengaruhi perasaan fear of failure pada individu, dan faktor subjektif dan kontekstual seperti lingkungan yang tidak mentolerir terjadinya kegagalan. Fear of failure dapat menjadi motivasi bagi seseorang untuk mencapai prestasi tetapi fear of failure juga dapat menimbulkan dampak negatif yang akhirnya membuat seseorang kehilangan motivasinya (Nainggolan dalam Sebastian, 2013). Dampak negatif yang terjadi karena fear of failure salah satunya memunculkan keinginan untuk berperilaku curang dalam akademik. Menurut Davis, dkk (2009) perilaku kecurangan akademik merupakan strategi untuk menipu, menyesatkan atau membodohi guru agar berfikir bahwa karya akademik yang diajukannya adalah hasil pekerjaannya sendiri. Sedangkan menurut Gitanjali (2004) mengemukakan bahwa perilaku kecurangan akademik merupakan suatu tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja pada saat memenuhi atau menyelesaikan persyaratan dan/atau kewajiban akademis. Perilaku kecurangan akademik dilakukan karena ketidak cukupan waktu untuk belajar, tekanan untuk dapat nilai yang baik, stress, pencegahan yang tidak
14 23 efektif, materi pelajaran yang sulit, ketidaksukaan terhadap sistem pembelajaran (Davis,. dkk, 1992; Hoswell,. Dkk, 1999; Harding,. Dkk, 2004). Menurut Davis, dkk (2009) siswa melakukan perilaku kecurangan akademik karena mereka takut mendapatkan hasil yang di bawah rata-rata yang dapat mengakibatkan mereka gagal. Hal ini juga dapat terjadi pada siswa SMA Al-Ulum Medan. Maka berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melihat pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan. E. HIPOTESA PENELITIAN Berdasarkan uraian teoritis di atas yang telah dikemukakan, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh fear of failure terhadap perilaku kecurangan akademik pada siswa SMA Al-Ulum Medan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan sejumlah teori yang menjadi kerangka berpikir dalam melaksanakan penelitian. Penjabaran teori terbagi dalam sejumlah bagian yaitu tinjauan teori mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan akademik bukanlah masalah yang baru dalam pendidikan di Indonesia, sehingga fenomena kecurangan akademik dapat dikatakan telah menjadi kebiasaan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Banyak yang belum sadar akan hal ini, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil. Ketidaksadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, hingga Agustus 2012 tercatat ada sekitar orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Terbatasnya lapangan kerja yang ada di Indonesia saat ini sangat berbanding terbalik dengan tingginya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap untuk bekerja. Di kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecurangan (cheating) merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering muncul menyertai aktivitas proses pembelajaran dan dalam proses penilaian bahkan sampai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah:
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah: 1. Endra Murti Sagoro (2013) Penelitian Endra Murti Sagoro menguji tentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Ketakutan akan Kegagalan 2.1.1.1 Definisi Ketakutan akan Kegagalan Pengertian hingga aspek ketakutan selama beberapa dekade ini masih menjadi perdebatan para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap individu, baik berupa pendidikan formal ataupun nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. berada di Jl. Asri Lestari Raya, Jakasetia, Bekasi Selatan.
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Atas di Kota Bekasi, yaitu SMA Negeri 6 Bekasi. SMA Negeri 6 Bekasi berada di Jl. Asri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian pada penelitian ini adalah harapan orangtua dan ketautan akan kegagalan pada mahasiswa dengan status rentan DO di Universitas Mercu Buana.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Moral 1. Pengertian Prilaku Moral Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai gencar mengembangkan pengadaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) atau disebut pula dengan sekolah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemalsuan data laboratorium dan tindak kecurangan. Menurut Mujahidah (2012 :4)
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menyontek 1. Pengertian perilaku menyontek McCabe dan Trevino (dalam Carpenter, 2006:181) mendefinisikan perilaku menyontek sebagai tindakan termasuk menyalin pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. psikiatris yang dapat diamati, dan terjadi sangat kuat. Psikolog Jhon. dari satu taktik ke taktik yang lain (Davidoff, 1991).
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Takut Akan Kegagalan 1. Pengertian Takut Akan Kegagalan Davidoff mendefinisikan ketakutan sebagai sebuah sindroma psikiatris yang dapat diamati, dan terjadi sangat kuat. Psikolog
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Latar Belakang SMA Al-Kautsar Bandar Lampung
39 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Latar Belakang SMA Al-Kautsar Bandar Lampung SMA Al-Kautsar sebagai salah satu sekolah di bawah Naungan Yayasan Al- Kautsar sejak didirikannya bercita-cita menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa menerima pendidikan di sekolah formal untuk mendapatkan bekal yang akan berguna dalam kehidupannya kelak. Sudah menjadi tugas siswa untuk belajar dan menimba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tempat penelitian. Orientasi tempat penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam dunia pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar-mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Individu pertama kali mendapatkan pendidikan berada dalam lingkungan keluarga. Dalam keluarga
Lebih terperinciPengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja
Pengaruh Prokrastinasi Terhadap Kecurangan Akademik Pada Mahasiswa Yang Bekerja OLEH: Nama : Rurialita NPM : 18513134 Kelas : 3PA12 Dosen Pembimbing : Mimi Wahyuni BAB I. PENDAHULUAN Mahasiswa Yang Bekerja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. kebutuhan ini tercermin dengan adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Berprestasi 1. Definisi Motivasi berprestasi Menurut Mc. Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah sebuah kebutuhan untuk dapat bersaing atau melampaui standar pribadi.
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan setelah memperoleh data adalah menganalisis data penelitian. Tahap pertama yang dilakukan yaitu uji asumsi
Lebih terperinciTujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap ujian yang mereka lakukan, ataupun dalam tugas tugas yang mereka kerjakan, dan kadang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat
BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Akselerasi atau Program Percepatan Belajar atau terakhir istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida
HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO Al Khaleda Noor Praseipida 15010113140128 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro alkhaseipida@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Contoh peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah, dan pergaulan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri manusia sepanjang hidup. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini banyak permasalahan yang dialami para pelaku pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan out put. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktifitas belajar,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi adalah muatan lokal pada kurikulum pendidikan dokter di Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), berupa karangan asli, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional, pemerintah Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang berkualitas, agar sumberdaya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kata lain, setiap individu ingin mengembangkan potensi-potensi atau kemampuankemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya. Dengan kata lain, setiap individu ingin mengembangkan potensi-potensi atau kemampuankemampuan
Lebih terperinci2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam proses perkembangan peserta didik. Pendidikan juga sebagai sebuah upaya untuk mempersiapkan peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi suatu bangsa, terutama bagi individu dan masyarakat sebagai penggerak dan tonggak keberhasilan bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada strata tertinggi. Mahasiswa memiliki peran penting sebagai agen perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa berasal dari kata maha yang berarti besar atau tinggi dan siswa yang berarti pelajar atau dengan kata lain mahasiswa adalah pelajar yang berada pada strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.
HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Begitu juga dengan siswa di sekolah, siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk tindakan negatif yang dilakukan oleh pelajar dalam proses pembelajaran adalah menyontek. Menyontek merupakan salah satu perbuatan curang dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG
BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi tertentu. Semua orang pernah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling dasar manusia. Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi tertentu. Semua orang pernah mengalami kecemasan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja menurut Hurlock (1973)
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002) mengungkapkan kisaran usia 18-40 tahun, pada usia tersebut mahasiswa telah memiliki tanggung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di mana dapat berkembang dan diperkembangkan (Giri Wiloso dkk, 2012). Sebagai makhluk sosial, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan hidup manusia di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan definisi dari teori-teori yang dijadikan landasan berpikir
BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan definisi dari teori-teori yang dijadikan landasan berpikir penulis dalam melakukan penelitian berkaitan dengan topik hubungan perilaku mencontek trehadap perilaku
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada
144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja, berkesinambungan dan berencana dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan satu modal penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia di segala bidang. Dimana pada era modern ini, banyak terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia, salah satu dampak yang ditimbulkan dari perubahan tersebut
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang sangat penting dalam mendukung pembangunan, dan merupakan fondasi kompetensi suatu bangsa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa SMAN 2 Bangkinang Barat, jika siswa tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup dengan berbagai komponen kehidupannya. Belajar merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia. Manusia akan mengalami proses belajar sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan. Pendidikan juga berfungsi untuk membentuk karakter manusia yang lebih baik. Menurut UU No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika terlahir manusia berada dalam keadaan lemah. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat tergantung pada bantuan orang-orang disekitarnya. Kemandirian anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia. Di samping itu, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Azwar (1995) Psikologi memandang perilaku manusia (Human
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Perilaku 1. Pengertian Perilaku Salah satu ciri manusia adalah berperilaku atau bertingkah laku namun tidak mudah untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan perilaku. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan
Lebih terperincisaaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN
saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia ( pendidik ) untuk bertanggung jawab membimbing anak didik menuju ke kedewasaan. Sebagai usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Siswa di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung dapat diambil. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 2 Sumbergempol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri dalam bentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh peneliti
Lebih terperinci