BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Design sistem catu daya perangkat telekomunikasi Sistem catu daya pada perangkat telekomunikasi di design untuk bekerja 24 jam dalam sehari dan bekerja secara continuous (tidak berhenti) sehingga dibutuhkan perencanaan berbagai sumber daya cadangan lainnya seperti battery, generator set dan hydrogen fuel cell sebagai alternatif jika sumber daya utama mengalami permasalahan atau sumber daya utama tidak bekerja. Design system catu daya konvensional hanya menggunakan PLN sebagai main source dan battery sebagai backup power sehingga apabila terjadi pemadaman PLN dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan BTS akan kehilangan servicesnya. Gambar 3.1 ini adalah flow chart sistem catu daya untuk mengantisipasi kegagalan pemadaman PLN untuk kurun waktu yang cukup lama atau lebih dari 4 jam pada perangkat telekomunikasi. 28

2 Gambar 3.1 Flow chart sistem catu daya perangkat telekomunikasi modern Sistem catu daya modern telah banyak diimplementasikan pada sebagian besar penyelenggara bisnis telekomunikasi karena lebih ekonomis dan dapat ditempatkan di rural area secara remote. Dengan merujuk kepada diagram flowchart di atas dapat dijelaskan secara detail sebagai berikut: Point 1 dimulai dengan kondisi sumber catu daya utama dari PLN tidak tersedia dan sistem mendeteksi keberadaan bahan bakar pembangkit tenaga diesel seperti solar dan bensin. Point 2 mendeteksi keberadaan bakar telah tersedia dan unit generator atau engine dalam kondisi siap dioperasikan atau tidak. 29

3 Point 3 bahan bakar generator dan unit generator tersedia dan telah beroperasi. Generator menghasilkan keluaran catu daya Alternating Current (AC). Point 4 menginformasikan bahwa output daya AC tersebut di konversi menjadi sumber catu daya Direct Current (DC) oleh sebuah perangkat rectifier. Point 5 menginformasi bahwa selama proses 1 sampai dengan 5 berlangsung, restifier system memberikan catu daya DC ke beban berupa perangkat BTS dan perangkat transmisi lainnya Point 6 merupakan proses charging capasitor atau battery selama generator unit beroperasi Point 7 merupakan kondisi bahan bakar dan unit generator tidak siap untuk beroperasi sehingga mencari alternatif sumber catu daya AC lainnya seperti genset portable. jika ditemukan sumber catu daya AC lainnya maka unit tersebut akan terintegrasi secara sistem untuk dikonversikan menjadi sumber catu daya DC di perangkat rectifier. Point 8 sistem mendeteksi tidak tersedia sumber catu daya AC lainnya sehinggan secara automatis mendeteksi ketersediaan bahan bakar alternatif lainnya seperti hydrogen Point 9 sistem telah mendeteksi bahwa bahan bakar hydrogen tersedia dan secara paralel mendeteksi kesiapan perangkat fuel cell untuk beroperasi Point 10 menginformasikan bahwa unit fuel cell beroperasi dan memberikan sumber catu daya DC ke beban dan melakukan proses charging ke battery atau capasitor 30

4 Point 11 menginformasikan jika bahan bakar hydrogen tidak tersedia maka sistem akan menginstruksikan battery atau capasitor untuk memberikan catu daya DC sementara ke perangkat beban Point 12 adalah catu daya sementara yang dihasilkan oleh battery atau capasitor dengan design perencanaan yang telah ditentukan. Pada umumnya, para penyelenggara bisnis telekomunikasi hanya mendesign battery akan bekerja selama 4 jam saja. Flowchart diatas merujuk kepada (1) United States Patent with Patent No.: US 7,615,877 B2. Diagram flowchart diatas menggambarkan secara keseluruhan sistem cadangan catu daya perangkat telekomunikasi yang memiliki proteksi sumber daya listrik yang dihasilkan oleh battery, generator system dan fuel cell system. Ketiga sumber daya cadangan listrik tersebut bekerja berdasarkan urutan kerja yang telah ditentukan sebelumnya yaitu pada saat perangkat catu daya kehilangan sumber catu daya utama dari PLN, battery adalah perangkat catu daya cadangan yang pertama kali beroperasi dan memberikan catuan ke beban. Pada masa transisi selama kurang lebih 5 (lima) menit tersebut, generator melakukan warming up dan siap menggantikan fungsi dari battery sebagai backup power supply cadangan ke beban. Fuel cell bekerja jika generator mengalami kendala dalam memberikan supply daya ke perangkat. Gambaran secara visual mengenai design sistem catu daya perangkat telekomunikasi dapat dilihat dari gambar

5 Gambar 3.2 Design visual sistem catu daya perangkat telekomunikasi modern Penjelasan dari gambar 3.2 adalah sebagai berikut: Sumber catu daya utama perangkat telekomunikasi di Indonesia diperoleh dari PLN (21) berupa arus bolak balik atau alternating current (AC) sebesar 220 volt. Saat catu daya PLN tidak tersedia atau outage. Automatic Transfer Switch (ATS) atau switch otomatis (23) menginstruksikan kepada generator untuk bekerja (24). Terdapat jeda waktu atau delay proses perpindahan dari PLN ke Generator. Selama delay waktu perpindahan PLN ke Generator, battery (32) memberikan catu daya DC untuk sementara waktu ke beban BTS (32). Waktu yang dibutuhkan untuk proses transisi dari PLN ke Generator diatur oleh timer yang terdapat di perangkat ATS. Setelah waktu persiapan atau warming up 32

6 genset telah dipenuhi, genset beroperasi dan menghasilkan sumber catu daya AC sebesar 220 volt. Sumber catu daya AC dari PLN atau Generator tersebut diubah menjadi sumber daya DC pada perangkat Rectifier (30) menjadi ouput tegangan DC 48 Vdc. Keluaran DC Rectifier digunakan untuk memberikan catu daya ke beban dan pengisian atau charging battery. Sumber daya Fuel Cell akan bekerja sebagai back up system untuk mengantisipasi kegagalan back up power supply dari generator set dan battery Cara kerja sistem catu daya perangkat telekomunikasi Pemanfaatan dari jenis-jenis sumber catu daya perangkat telekomunikasi dipilih berdasarkan topology dan hierarchy jaringan BTS. Untuk BTS-BTS dengan topology dan hierarchy terrendah atau end site, dibutuhkan kombinasi catu daya PLN dan battery. Untuk tipe BTS dengan topology dan hierarchy yang lebih tinggi pada umumnya menggunakan kombinasi catu daya dari PLN, battery dan generator. Sedangkan kombinasi BTS dengan battery dan catu daya PLN, battery dan fuel cell digunakan untuk type topology dan hierarchy yang sama dengan kombinasi PLN, generator namun mengalami permasalahan yang serius terhadap lingkungan seperti limbah pembakaran dan suara bising. Perangkat rectifier untuk setiap kombinasi akan selalu disertakan sesuai dengan fungsinya untuk mengubah arus bolak balik atau Alternating Current (AC) menjadi arus searah atau Direct Current (DC). 33

7 3.1.2 Cara kerja catu daya kombinasi PLN dan Battery Pemanfaatan PLN dan Battery sebagai catu daya perangkat telekomunikasi adalah kombinasi yang paling ekonomis dengan tetap menjaga performansi BTS untuk tetap beroperasi saat terjadi pemadaman PLN. Gambar 3.3 merupakan skema diagram dan cara kerja pemanfaatan catu daya dari PLN, Battery dan Rectifier. Gambar 3.3 Cara kerja kombinasi PLN, Battery dan rectifier untuk catu daya Perangkat telekomunikasi Diagram di atas merupakan skema cara kerja dari sistem catu daya telekomuikasi dengan menggunakan sumber catu daya dari PLN dan Battery. Rectifier disini berfungsi sebagai pengubah sumber catu daya arus 34

8 bolak balik atau Alternating Current (AC) menjadi arus searah atau Direct Current (DC). Gambar 3.3 diambil dari User's Guide Product Rectifier Flatpack2 Power System. Cara kerja dari sistem kombinasi PLN, Battery dan rectifier dari gambar adalah sebagai berikut: Fungsi kontrol tegangan masukan dari PLN terdapat pada Smartpack Control Unit (1) yang mendeteksi keberadaan tegangan dari PLN. untuk kondisi dimana tegangan PLN tersedia (2) atau switch ON, Flatpack2 rectifier modules (3) mengubah arus bolak balik menjadi arus searah. Arus keluaran dari rectifier module tersebut terdistribusi ke beban perangkat BTS (9) dan melakukan pengisian battery atau charging battery (4). Untuk kondisi dimana arus PLN tidak tersedia, battery (4) akan memberikan catu daya ke perangkat telakomunikasi untuk sementara waktu. keluaran arus dc akan mengalir dari battery (4) melalui fuse (5). Besaran fuse yang terpasang harus sesuai dengan kebutuhan daya yang dibutuhkan oleh beban perangkat telekomunikasi. Terdapat dua jenis contactor yang terdapat pada sistem rectifier flatpack2 yaitu contactor jenis Low Voltage Battery Disconnect (LVBD) (6) dan Low Voltage Load Disconnect (LVLD) (7). Jenis beban perangkat terhubung pada contactor jenis LVBD yaitu beban perangkat yang transmisi dan beban perangkat yang terhubung pada contactor jenis BLVD yaitu beban perangkat BTS. 35

9 3.1.3 Cara kerja catu daya kombinasi PLN, Battery dan Generator Diesel Kombinasi jenis catu daya PLN, Battery, Generator dan Rectifier memungkinkan untuk memberikan catu daya kepada perangkat telekomunikasi lebih dari 24 (dua puluh empat) jam jika terjadi pemutusan catu daya PLN sehingga banyak digunakan oleh penyelenggara telekomunikasi di Indonesia pada BTS-BTS dengan tingkat urgensi yang lebih tinggi seperti BTS dengan transmission dependency lebih dari 20 sites. Gambar 3.4 merupakan skema cara kerja sistem kombinasi catu daya perangkat telekomunikasi yang terdiri dari sumber catu daya PLN, battery, generator dan rectifier. Gambar 3.4 Cara kerja kombinasi PLN, Battery, Generator dan Rectifier untuk catu daya perangkat telekomunikasi 36

10 Berikut ini adalah cara kerja dari gambar 3.4: Sumber catu daya arus bolak balik dihasilkan oleh PLN (1) dan Generator (2). Pemilihan sumber catu daya arus bolak balik utama PLN (1) dan cadangan Generator (2) ditentukan oleh sebuah perangkat Automatic Transfer Switch (ATS) yang merupakan bagian dari blok AC Distribution Unit (ADU) (3). Module ATS yang akan digunakan adalah DSE 4120 seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.5 Gambar 3.5 Module ATS Deep Sea 4120 yang digunakan sebagai switch automatis PLN dan Genset Keluaran arus bolak balik dari blok AC Distribution Unit (ADU) (3) diubah menjadi arus searah oleh perangkat rectifier (4). Seluruh informasi berupa indikator alarm dan instruksi yang dibutuhkan dari keluaran arus searah dan bolak balik pada ADU dan dari perangkat rectifier di kontrol oleh Control Supervisory Unit (CSU) (5). Keluaran arus searah terdistribusi ke beban perangkat (9) dan battery (7) melalui blok 37

11 Output DC Distribution Unit (6). Komponen elektronik yang terdapat pada blok Output DC Distribution Unit berupa DC bus bar dan Miniature Circuit Breaker (MCB). Sedangkan blok Low Voltage Disconnections (LVDs) berupa komponen beban perangkat DC sesuai contactor yang berfungsi untuk memisahkan dengan design yang diinginkan Cara kerja catu daya kombinasi PLN, Battery dan Fuel Cell Kombinasi sumber catu daya PLN, Battery, Fuel Cell dan Rectifier telah banyak diimplementasikan oleh penyelengga telekomunikasi di Indonesia untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul seiring dengan permintaan dunia terhadap program green power. Kombinasi jenis ini telah terbukti mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan oleh jenis bahan bakar fosil dan mengurangi suara bising yang dihasilkan oleh generator. Desain dan cara kerja sistem catu daya tersebut dapat diterangkan dalam gambar

12 Gambar 3.6 Cara Kerja Perangkat PLN- Battery-Fuel cell-battery dan Rectifier Berikut ini adalah cara kerja sistem catu daya dengan mengkombinasikan catu daya utama PLN, battery, fuel cell dan rectifer: Sumber catu daya utama diperoleh dari PLN (point 1) yang terukur besaran arus bolak baliknya pada perangkat KWH meter (point 2). Masukan arus bolak balik tersebut terhubung pada sebuah panel distribusi (point 3). Perangkat rectifier (point 4) merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengubah arus bolak balik menjadi arus searah. Untuk kasus terjadi pemutusan hubungan PLN, battery (point 5) berfungsi sebagai sumber arus cadangan ke beban perangkat BTS (point 9) Selama masa transisi perpindahan catu daya dari keluaran rectifier ke keluaran catu daya dari perangkat fuel cell (6). Bus bar (7) merupakan interface berupa plat tembaga yang berfungsi untuk mendistribusikan keluaran catu daya rectifier atau battery atau fuel cell ke beban perangkat BTS. 3.2 Total Cost Ownership (TCO) Analysis dan Metode Pengumpulan Data Data dan informasi terpenting yang dibutuhkan untuk keperluan perhitungan analisis Total Cost Ownership adalah data berikut ini: Biaya pembelian unit sumber catu daya alternatif Biaya preventive dan corrective maintenance terhadap unit sumber catu daya alternatif Biaya operational harian seperti biaya pembelian bahan bakar 39

13 Biaya instalasi dan infrastruktur pendukung Data dan informasi Mean Time Between Failure (MTBF) unit sumber catu daya alternatif Sebelum pehitungan Total Cost Ownership dimulai, semua informasi dan data teknik dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan urutan kerja yang terdapat dalam flow chart gambar 3.7 berikut ini. Gambar 3.7 Flow Chart Data Teknis dan Pengambilan Keputusan Dalam TCO Analysis 40

14 Data teknik yang dipergunakan pada sebagian besar penyelenggara bisnis industri telekomuikasi dalam merancang sistem catu daya pada perangkat elektronik di sebuah unit Base Transceiver Station (BTS) yaitu menggunakan data perkiraan konsumsi beban DC seperti perangkat radio dan transmisi dan perkiraan konsumsi beban AC seperti lampu penerangan, Air Conditioning dan lain sebaginya. Untuk memperoleh hasil perancangan sistem catu daya yang lebih akurat, perkiraan konsumsi beban AC dan DC saja tidak cukup sehingga dibutuhkan data-data pendukung lainnya yaitu data statistik ketersediaan sumber daya listrik dari PLN di lokasi tersebut. Sedangkan data geografis, dan perkiraan jumlah pelanggan dapat digunakan data pelengkap. Data informasi pemadaman PLN ini dibutuhkan kondisi sebagai untuk menentukan jenis sumber catu daya yang sesuai dengan kebutuhannya Pengumpulan Data Ketersediaan Sumber Daya Listrik PLN dan TCO Analysis Data dan informasi mengenai ketersediaan sumber daya listrik dari PLN ini dapat diperoleh melalui tahapan sebagai berikut : Survey keberadaan sumber daya listrik PLN Informasi mengenai keberadaan sumber daya listrik PLN dapat diperoleh secera akurat setelah dilakukan pekerjaan survey lapangan yang dilakukan oleh petugas PLN setempat. Adalah data pendukung yang diperoleh adalah sebagai berikut: 41

15 i) Tegangan ujung masing-masing phasa. Dari hasil pengukuran tegangan ujung tiang diperoleh informasi mengenai besarnya tegangan yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan sumber daya listrik ke perangkat. Tegangan yang direkomendasikan yaitu sebesar 220 volt. ii) Data Gardu Data gardu memberikan informasi mengenai kapasitas gardu distribusi, beban gardu distribusi dan persentase trafo. Presentasi trafo yang direkomendasikan adalah kurang dari 80 (delapan puluh) persen dari kapasitas gardu distribusi. iii) Pengukuran Gardu Berfungsi untuk mengetahui kondisi actual ketersediaan sumber daya listrik beserta kemungkinan terhadap penambahan daya. Analisa pengukuran gardu ini akan menjawab mengenai persetujuan pemasangan jaringan listrik di lokasi tersebut. Data historis tentang informasi kontinuitas pasokan sumber daya listrik dari PLN Data historis tersebut dapat diperoleh dari Networkadministrator mengawasi, memantau dan mengamankan jaringan komunikasi. Setiap penyelenggara bisnis telekomunikasi 42

16 memiliki NOC yaitu berupa sebuah ruangan yang berisi visualisasi dari jaringan atau jaringan yang sedang dipantau. Pada beberapa penyelenggara bisnis telekomunikasi NOC sering juga disebut sebagai Network Management System (NMS) yang berfungsi untuk melakukan konfigurasi management, fault management, performance management, security management dan audit. Penjelasan masing-masing fungsi NMS adalah sebagai berikut : (1) Konfigurasi management adalah pengaturan jaringan berupa penambahan atau pengurangan objek, penambahan atau pengurangan jumlah saluran, perubahan topology dan design yang dilakukan terhadap jaringan yang ada ataupun jaringan yang akan dibuat. Fault management adalah pengaturan jaringan berupa proses deteksi kesalahan di objek maupun di jaringan tersebut yang diinformasikan dalam bentuk alarm ataupun peringatan yang disampaikan oleh sistem dan telah diatur prosesnya. ii) Performance Management adalah pengaturan jaringan monitoring kinerja dari objek maupun jaringan dalam berupa rentang waktu tertentu maupun pada saat jaringan beroperational. iii) Security management adalah pengaturan jaringan berupa sistem keamanan dalam mengakses jaringan sehingga jaringan tersebut aman dari pengguna yang tidak bertanggung jawab. 43

17 iv) Audit adalah proses memeriksa jaringan apakah sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk melakukan perencanaan bisnis sistem catu daya perangkat telekomunikasi dengan Total Cost Ownership (TCO), data yang dibutuhkan adalah informasi mengenai fault management dan performance management. Berikut ini adalah ilustrasi data fault management yang diperoleh dari NOC untuk perencanaan sistem datu daya: Tabel 3.1 Data historis jumlah pemadamam PLN per site basis Dari data ilustrasi data historis kontinuitas sumber listrik PLN diatas, berikut ini adalah keterangan dari masing-masing kolom: a) Site ID atau Site Identity adalah penomoran identik untuk setiap BTS dan bersifat unik. b) Total Rata-Rata PLN Outage adalah jumlah rata-rata pemadaman listrik PLN dalam kurun waktu satu bulan dan dalam satuan menit. 44

18 c) Total Maksimum PLN Outage adalah jumlah waktu terlama terjadi pemadaman listrik PLN dalam kurun waktu satu bulan dan dalam satuan menit. d) Total Jumlah Kejadian PLN Outage adalah jumlah dari setiap kejadian pemadaman PLN dalam kurun waktu satu bulan Pengumpulan data beban daya perangkat dan TCO Analysis Pada system BTS terdiri dari berbagai sub unit perangkat yang terinstal. Pada umumnya beban listrik perangkat yang terinstal adalah perangkat radio dan perangkat transmisi. Selain dua perangkat penting diatas, Air Conditioning dan lampu penerangan perlu juga untuk diperhitungkan untuk perhitungan dengan metode TCO. Berikut ini adalah informasi beban perangkat telekomunikasi pada BTS. Beban perangkat radio dan transmisi. Data pada table dibawah ini merupakan beban perangkat jenis-jenis BTS dan Transmisi yang dipergunakan pada PT. Hutchison 3 Indonesia (PT.H3I) yang diperoleh dari produsen-produsen terbesar perangkat BTS seperti PT. NSN, PT. Huawei dan PT. ZTE. Ditentukan dengan konfigurasi BTS 2G dengan kapasitas 2/2/2 TRX. 45

19 Tabel 3.2 Perhitungan data beban perangkat radio dan transmisi Beban perangkat Air Conditioner (AC), listrik penerangan dan lainnya Air Conditioner (AC) merupakan sistem yang dirancang untuk menstabilkan suhu dan kelembaban pada perangkat telekomunikasi. Perangkat telekomunikasi seperti BTS dan Transmisi membutuhkan suhu yang stabil yaitu antara 18 derajat celcius sampai dengan 24 derajat celcius. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebutuhan AC yaitu: a) Daya Pendingin AC atau BTUh (British Thermal Unit per hour 46

20 b) Daya Listrik (watt) c) PK (Paard Kracht) Sebagian besar dari kita lebih mengenal istilah PK pada AC. PK adalah satuan daya pada kompresor AC dan bukan daya pendingin pada AC. Berikut ini adalahadalah daya pendingin AC berdasarkan PK AC: AC 1/2 PK = ± 5,000 BTU/h AC 3/4 PK = ± 7,000 BTU/h AC 1 PK = ± 9,000 BTU/h AC 1 1/2 PK = ± 12,000 BTU/h AC 2 PK = ± 18,000 BTU/h Sehingga untuk menghitung konversi daya pendingain terhadap BTUh dan PK adalah sebagai berikut: 1 kw = 3, BTUh 1 PK = 9,000 BTUh 1 PK = 2,64 kw BTUh = [(Panjang Ruangan (m) x Lebar Ruangan (m) x Tinggi Ruangan (m))/3] x 500 Apabila pada suatu lokasi BTS terdapat ruangan dengan ukuran lebar 3 meter, panjang 4 meter dan tinggi 3 meter maka dibutuhkan AC dengan kapasitas sebagai berikut: Kapasitas AC = [(4x3x3)/3] x 500 = 6000 BTUh 47

21 Maka setelah dicocokkan dengan spoiler diatas maka angka tersebut berada diantara 5000 BTUh dan 7000 BTUh, AC yang dapat digunakan adalah AC dengan kapasitas 1/2 PK atau 3/4 PK. Agar AC tidak bekerja terlalu berat disarankan untuk menggunakan AC dengan kapasitas 3/4 PK dan konsumsi dayanya adalah 1,98 kw atau 9 Ampere. Untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan perangkat karena AC, pada umumnya dibutuhkan sebanyak 2 buah AC yang berfungsi secara bergantian. Untuk perancangan lampu penerangan dan kebutuhan lainnya dicadangkan daya 1500 watt. sehingga total daya yang digunakan untuk keperluan AC dan penerangan adalah sebagai berikut : Total Daya = (2 x Daya AC) watt = (2 x 1,980) = 5460 Namun karena sebagian besar lokasi BTS milik PT. H3I tidak memiliki ruangan atau site outdoor maka kebutuhan AC dapat diabaikan Pengumpulan data traffic BTS dan TCO Analysis Data traffic BTS merupakan data penunjang yang digunakan dalam perancangan sistem catu daya listrik pada perangkat telekomunikasi yang berfungsi untuk memprediksi beban BTS. 48

22 Tabel. 3.3 Data Traffic BTS Hingga saat ini perencanaan beban BTS masih menggunakan pendekatan seperti yang telah dijelaskan dalam sub bab mengenai beban perangkat BTS dan sarana penunjang lainnya. Pada design awal konfigurasi BTS pada umumnya menggunakan konfigurasi BTS 2/2/2, 49

23 artinya dibutuhkan 2 modul TRX pada setiap sektornya. Contoh diatas yaitu menggunakan tiga sector. 3.3 Data Penunjang dan Spesifikasi Teknis Perangkat Dalam TCO Analysis Jenis dan ragam dari perangkat catu daya listrik yang ada di pasaran sangat bervariasi dan sangat mempengaruhi terhadap harga dan kulitas dari masing-masing perangkat tersebut namun dalam analisa bisnis ini. Pemilihan jenis perangkat catu daya listrik ini disesuaikan dengan beberapa kriteria teknis dan tentunya tetap mempertimbangkan aspek bisnis. Aspek bisnis yang dipertimbangkan adalah mendapatkan jenis perangkat catu daya dengan harga yang murah dan dapat dipergunakan secara maksimal sesuai dengan perhitungan Total Cost Ownership-nya. Didalam perhitungan bisnis dikenal dua komponen dasar dalam belanja usaha dengan keterangan sebagai berikut: a) CAPEX atau modal belanja awal adalah biaya bisnis yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan berupa akuisisi aset yang akan memiliki manfaat dalam kurun waktu tertentu melebihi pajak tahunannya. b) OPEX atau Operational Expenditure adalah biaya yang diperlukan untuk keperluan operational dan rutin c) Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Saat ini adalah istilah dalam sistim keuangan yang digunakan untuk menentukan anggaran biaya terhadap pembelian suatu produk atau barang yang telah diukur dalam 50

24 jangka waktu panjang atau sudah ditentukan waktunya. NPV sendiri dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai sekarang dari arus kas individu dari entitas yang sama. NPV dapat digambarkan sebagai perbedaan jumlah antara jumlah potongan arus kas masuk dan arus kas keluar. Dibutuhkan untuk membandingkan nilai uang untuk masa yang nilai sekarang dari uang hari ini terhadap akan datang dengan mengambil nilai inflasi mata uang Spesifikasi teknis perangkat PLN dan investasi bisnis dengan perhitungan TCO Besarnya nominal catu daya PLN yang dibutuhkan untuk memberikan pasokan listrik ke beban perangkat telekomunikasi harus dapat memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Stabilitasi tegangan sebesar 220 volt +/- 10% b) Memiliki tahanan grounding maksimal sebesar 1 Ω (satu ohm) c) Mampu memberikan pasokan daya ke perangkat sebesar 2000 watt d) Mampu memberikan pasokan daya ke perangkat AC dan penerangan sebesar 3640 watt e) Total daya yang dibutuhkan dari sumber listrik PLN adalah 5640 watt. Dari data diatas, besarnya investasi pengadaan sumber daya dari PLN sebesar 7700 Volt Ampere adalah sebagai berikut: 51

25 a) Biaya CAPEX pengadaan jaringan PLN sebesar Rp. 29,807,800 (dua puluh sembilan juta delapan ratus tujuh ribu delapan ratus rupiah). Tabel 3.4 Biaya investasi PLN kapasitas 6600 watt dan 7700 watt b) Biaya OPEX terhadap pemakaian listrik setiap bulannya adalah sebagai berikut: Total biaya = ((meter PLN tertera*720)/1000)* 1550 Apabila asumsi biaya maksimum di meter PLN tertera sebesar 7700 setaip bulannya maka biaya yang harus disediakan sebesar Rp. 8,593, (delapan juta lima ratur sembilan puluh tiga ribu rupiah) setiap bulannya Spesifikasi teknis perangkat rectifier dan investasi bisnis dengan perhitungan TCO Rectifier adalah perangkat utama dalam sistem catu daya perangkat telekomunikasi. Fungsi rectifier adalah mengubah tegangan alternating current (AC) yang berasal dari PLN ataupun generator diesel menjadi 52

26 tegangan direct current (DC). Tegangan DC ini merupakan tegangan input bagi seluruh perangkat beban perangkat telekomunikasi. Tabel 3.5 Spesifikasi teknis jenis rectifier yang akan dipergunakan pengubah arus bolak balik yang bersumber dari PLN atau genset ke arus searah. Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditentukan pada Bab.1 sebelumnya, daya yang dibutuhkan sebesar 2000 watt DC. Sehingga dibutuhkan rectifier module sebanyak 5 module. Investasi bisnis yang dibutuhkan untuk pengadaan satu unit rectifier dengan kapasitas sebesar 2000 watt adalah sebagai berikut: 53

27 a) Biaya Capital Expenditure (CAPEX) adalah pembelian unit rectifier baru termasuk biaya instalasinya adalah 4, (empat ribu dua ratus sembilan puluh enam ribu) dollar Amerika Serikat. b) Biaya Operational Expenditure (OPEX) adalah biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan operational harian yang meliputi: Tidak dibutuhkan biaya perawatan dan operational untuk perangkat rectifier Spesifikasi teknis perangkat battery dan investasi bisnis dengan perhitungan TCO Pada perancangan sistem catu daya perangkat telekomunikasi, battery difungsikan sebagai sumber daya tenaga listrik cadangan atau power storage. Battery akan bekerja saat sumber daya utama dari PT. PLN tidak tersedia dalam kurun waktu tertentu. Adapun rentang waktu battery beroperational ditentukan selama 4 jam dalam satu hari. Design pemilihan jenis dan kapasitas battery disesuaikan dengan perhitungan Total Cost Owneship selama 5 (lima) tahun. 54

28 Tabel 3.6 Spesifikasi teknis jenis battery yang akan dipergunakan Tabel 3.6 diatas merupakan standar spesifikasi perangkat battery yang dipergunakan pada bisnis telekomunikasi. Selain spesifikasi standar diatas, beberapa parameter yang dibutuhkan lainnya yaitu: 1. Open Circuit a) Ketahanan battery VLRA untuk memberikan backup dc power akan menurun secara perlahan pada kondisi open sirkuit karena terjadi pengosongan (self-discharge). 55

29 b) Pada battery type monolith, pengosongan kapasitas battery saat self-discharge sebesar +/- 2% per bulan pada suhu 20 C c) Disarankan untuk melakukan charging ulang battery ketika open circuit saat tegangan telah mencapau 2.10 vpc atau setiop enam bulan sekali. d) Akan terjadi kerusakan kapsitas permanen battery apabila tidak dilakukan pengisian ulang secara berkala. 2. Cycle Life Yaitu jumlah cycle charge dan discharge dari sebuah battery. Sebuah battery dipertimbangkan untuk tidak dipergunakan lagi jika nominl kapasitasnya kurang dari 80 persen. Selain dipengaruhi oleh banyaknya proses charge dan discharge, cycle juga dipengaruhi oleh setting depth-ofdischarge (DoD) pada setiap battery yang dipergunakan. Pada umumnya, setting DoD pada battery perangkat telekomunikasi yaitu sebesar 40 persen 3. Depth of Discharge Depth of discharge (DoD) adalah metode alternatif yang mengindikasikan batery dalam keadaan charging atau State of Charging (SoC). DoD merupakan komplemen dari SOC dimana saat unit SOC menunjukan point presentasi sebesar 100% (kondisi penuh) maka unit DoD menjadi 0% (kondisi penuh). DoD dapat juga disebut sebagai jumlah Ampere-Hour (AH) selama waktu discharge dibagi kapasitas real battery atau dapat ditentukan oleh persamaan berikut : DOD = Dischage AH / Real Capacity dari data sheet. 56

30 Tabel 3.7 merupakan cycle life terhadap Depth of Discharge yang terdapat pada battery dengan merk Narada 12 NDF100. Tabel 3.7 Perbandingan cycle life battery terhadap Depth of Discharge Investasi bisnis yang dibutuhkan untuk pengadaan perangkat battery yang dapat memberikan cadangan daya selama 4 jam untuk beban 2000 watt adalah sebagai berikut: a) Biaya Capital Expenditure (CAPEX) adalah pembelian unit battery baru yang dapat memberikan cadangan power supply selama 4 jam adalah 300 AH dengan estimasi investasi biaya sebesar 2, (dua ribu lima ratus delapan puluh ribu) dollar Amerika Serikat atau 860 (delapas ratus enam puluh) dollar amerika serikat untuk 1 bank kapasitas 100 AH. 57

31 b) Dengan asumsi terjadi pemadaman PLN setiap hari selama 4 jam, dibutuhkan analisa DoD terhadap cycle life. Dari tabel , dengan DoD sebesar 65% diperkirakan jumlah cycle lifenya 650 kali Sehingga formula penggantian batter adalah: Perhitungan battery back up = (300 AH/40 Ampere) x 0.65 = 4.87 jam Dengan menggunakan pendekatan, jika setiap hari terjadi pemadaman PLN sebanyak satu kali dengan waktu 4.87 jam maka jadwal penggantian battery dilakukan setiap dua tahun sekali. Setiap dua tahun dibutuhkan biaya pembelian battery sebesar 2, dollar Amerika Serikat. c) Tidak terdapat biaya operational harian untuk perangkat battery Spesifikasi teknis perangkat generator diesel dan investasi bisnis dengan perhitungan TCO Genset merupakan salah satu sumber catu daya perangkat yang biasa digunakan untuk menghasilkan sumber catu daya listrik Alternating Current (AC) pada perangkat telekomunikasi. Genset dapat difungsikan untuk sumber catu daya utama dan cadangan namun pada umumnya difungsikan sebagai catu daya cadangan karena biaya operational yang cukup tinggi. Salah satu faktor penyebabnya adalah harga bahan bakar yang setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan harga. 58

32 Tabel 3.8 Spesifikasi teknis perangkat genset yang digunakan: Biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan genset baru 8 KVA merk Denyo terbagi kedalam katagori sebagai berikut: Biaya Capital Expenditure (CAPEX) adalah pembelian unit genset baru termasuk biaya instalasinya adalah 16, (enam belas ribu) dollar Amerika Serikat. Biaya Operational Expenditure (OPEX) adalah biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan operational harian yang meliputi: 59

33 a) Biaya perawatan sebesar Rp. 900, disetiap bulan b) Biaya penggantian Spare Part sebesar Rp. 3,000,000 untuk setiap 12 bulan c) Biaya pembelian bahan bakar sebesar Rp. 16, per liter d) Biaya overhaul genset sebesar Rp. 30,000,000 untuk setiap 5000 jam kerja genset. e) Konsumsi bahan bakar genset untuk setiap waktunya dapat dilakukan dengan perhitungan empiris dengan 80% (delapan puluh persen) beban maksimum sebagai berikut: Konsumsi bahan bakar = (0.21 x kapasitas genset)/ Spesifikasi teknis perangkat fuel cell dan investasi bisnis dengan perhitungan TCO Hydrogen Fuel Cell (HFC) adalah salah satu sumber catu daya perangkat telekomunikasi. Hanya beberapa penyelenggara bisnis telekomunikasi di Indonesia yang telah menggunakan teknologi fuel cell sebagai sumber catu daya cadangan. Salah satunya adalah PT. Hutchison 3 Indonesia. Keunggulan perangkat HFC ini yaitu keluaran daya yang sudah dalam bentuk Direct Current sehingga dalam implementasinya dapat ditempatkan sebagai pengganti battery. Keunggulan lainnya yaitu tidak mengeluarkan suara bising dan ramah lingkungan (tidak ada emisi). Adapun kelemahan dari perangkat HFC ini adalah keterbatasan 60

34 penyediaan bahan karena bahan bakar bakar sehingga harga bahan bakar menjadi tinggi tersebut hanya tersedia di Jakarta. Tabel 3.9 Spesifikasi teknis perangkat Hydrogen Fuel Cell: Biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan perangkat Hydrogen Fuel Cell dengan kapasitas 2500 watt terbagi kedalam dua katagori sebagai berikut: Biaya Capital Expenditure (CAPEX) adalah pembelian unit HFC termasuk biaya instalasinya adalah 16, (enam belas ribu) dollar Amerika Serikat. Biaya Operational Expenditure (OPEX) adalah biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan operational harian yang meliputi: 61

35 a) Biaya perawatan sebesar 125 dollar Amerika Serikat disetiap bulannya b) Biaya penggantian Spare Part sebesar 8125 dollar Amerika Serikat setiap tahunnya c) Biaya pembelian bahan bakar sebesar Rp. 250, per tabung dimana dalam satu tabung terdapat 7 Nm Hydrogen. 62

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Perhitungan Kebutuhan Daya 2000 watt DC dan Analisa Bisnis Menggunakan Sumber Daya PLN-Battery Jenis sumber catu daya yang digunakan yaitu PLN dan battery. PLN

Lebih terperinci

BAB II NO BREAK SYSTEM

BAB II NO BREAK SYSTEM BAB II NO BREAK SYSTEM 2.1 Definisi Umum Sistem Catu Daya Sistem catu daya adalah suatu kumpulan dari perangkat-perangkat catu daya yang bekerja bersama-sama dalam rangka penyelenggaraan suatu energi listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENERAPAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENERAPAN BAB III PERANCANGAN DAN PENERAPAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan pada tugas akhir ini dilakukan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada di lapangan. Permasalahan yang ada adalah pihak costumer

Lebih terperinci

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED TMLEnergy TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat Jl Soekarno Hatta no. W: 541 www.tmlenergy.co.id C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR RECTIFIER

BAB II TEORI DASAR RECTIFIER BAB II TEORI DASAR RECTIFIER 2.1 Teori Umum Penyearah (Rectifier) adalah alat yang digunakan untuk mengubah sumber arus bolak-balik (Alternating Curent) menjadi sinyal sumber arus searah (Direct Curent).

Lebih terperinci

Sistem PLTS Off Grid Komunal

Sistem PLTS Off Grid Komunal PT. REKASURYA PRIMA DAYA Jl. Terusan Jakarta, Komp Ruko Puri Dago no 342 kav.31, Arcamanik, Bandung 022-205-222-79 Sistem PLTS Off Grid Komunal PREPARED FOR: CREATED VALID UNTIL 2 2 mengapa menggunakan

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan, rancangan alat, metode penelitian, dan prosedur penelitian. Pada prosedur penelitian akan dilakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Pengantar Presentasi ini dipersiapkan oleh Azhar Kamal untuk acara Sesi Info Listrik Tenaga

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) SEBAGAI CATU DAYA PADA BTS MAKROSEL TELKOMSEL 3.1 Survey Lokasi Langkah awal untuk merancang dan membuat Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Surabaya merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Perhubungan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iv viii xii BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan Masalah... 3 I.3 Batasan Masalah... 3 I.4 Tujuan...

Lebih terperinci

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station 2.2 Skema 2 nd Generation Network Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network Keterangan dari gambar diatas adalah : 1) MS : Mobile Station 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Lebih terperinci

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Flow Chart Pengujian Deskripsi sistem rancang rangkaian untuk pengujian transformator ini digambarkan dalam flowchart sebagai berikut : Mulai Peralatan Uji Merakit Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 RANCANG BANGUN SISTEM AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DAN AUTOMATIC MAINS FAILURE PADA GENERATOR SET 80 KVA DENGAN DEEP SEA ELECTRONIC 4420 Suhanto Prodi D3 Teknik Listrik Bandar Udara, Politeknik Penerbangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 58 BAB IV PENGUJIAN ALAT 4.1 Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah dibuat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap alat yang sudah dirancang. Pengujian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan telekomunikasi selular di Indonesia masih akan terus berkembang mengingat masih adanya area area yang mengalami blankspot atau tidak adanya layanan jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Catu Daya Pada Industri Telekomunikasi Catu daya pada sebagian besar perangkat telekomunikasi yaitu menggunaka tegangan Direct Current (DC) sebesar - 48 Vdc.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut sebagai generator set dengan pengertian adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 41 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Tujuan Perancangan Dalam pembuatan suatu sistem kontrol atau kendali, perancangan merupakan tahapan yang sangat penting untuk dilalui atau dilakukan. Perancangan adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN DAN PENGUJIAN ALAT Pada bab sebelumnya telah diuraikan konsep rancangan dan beberapa teori yang berhubungan dengan rancangan ACOS (Automatic Change Over Switch) pada AC (Air Conditioning)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel BAB IV SIMULASI Pada bab ini simulasi serta analisa dilakukan melihat penghematan yang ada akibat penerapan sistem pembangkit listrik energi matahari untuk rumah penduduk ini. Simulasi dilakukan dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Telekomunikasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Telekomunikasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Telekomunikasi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/PMK.011/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram dan Alur Rangkaian Blok diagram dan alur rangkaian ini digunakan untuk membantu menerangkan proses penyuplaian tegangan maupun arus dari sumber input PLN

Lebih terperinci

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET Wandi Perdana 1, Tohari 2, Sabari 3 D3Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jln.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Diagram Satu Garis Sistem Distribusi Tenaga Listrik Pada Hotel Bonero Living Quarter Jawa

Lebih terperinci

Latar Belakang dan Permasalahan!

Latar Belakang dan Permasalahan! Latar Belakang dan Permasalahan!! Sumber energi terbarukan sangat bergantung pada input yang fluktuatif sehingga perilaku sistem tersebut tidak mudah diprediksi!! Profil output PV dan Load yang jauh berbeda

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar sistem yang mendasari perancangan dan perealisasian alat manajemen pengisian daya aki otomatis dua kanal. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 43 BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 1.1 Analisa Sistem ATS Seperti yang sudah dikemukakan dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kontributor terbanyak masalah ketersediaan jaringan adalah masalah

Lebih terperinci

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung

Proposal Proyek Akhir Program Studi Teknik Listrik. Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri Bandung Proposal Proyek Akhir 2007 Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung 2007 PERANCANGAN UNIT RANGKAIAN INSTALASI GENSET DI PT AICHI TEX INDONESIA Nama Mahasiswa : Hidayah

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG 3.1 RANGKAIAN SOLAR HOME SISTEM Secara umum sistem pemabangkit daya listrik fotovoltaik dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis[2]: a. Sistem langsung, yaitu

Lebih terperinci

Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet

Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet Perancangan Controlling and Monitoring Penerangan Jalan Umum (PJU) Energi Panel Surya Berbasis Fuzzy Logic Dan Jaringan Internet Muhammad Agam Syaifur Rizal 1, Widjonarko 2, Satryo Budi Utomo 3 Mahasiswa

Lebih terperinci

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN Tjahyani Busono UTILITAS BANGUNAN INSTALASI KELISTRIKAN DI BANDUNG TV STASIUN TELEVISI BANDUNG TV JL. SUMATERA NO. 19 BANDUNG SISTEM INSTALASI LISTRIK Sistim kekuatan / daya listrik Sistim

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA UPS 4.1 Perancangan UPS 4.1.1 Menghitung Kapasitas UPS Uninterruptible Power Supply merupakan sumber energi cadangan yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan PT Hutchison Charoen Pokphand Telecommunications Indonesia (HCPT) yang sekarang bernama H3I, telah memiliki ijin usaha

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN HYBRID SISTEM PHOTOVOLTAIC DI GARDU INDUK BLIMBING-MALANG Irwan Yulistiono 1, Teguh Utomo, Ir., MT. 2, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc. 3 ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER 3.1 Deskripsi Plant Sistem solar tracker yang penulis buat adalah sistem yang bertujuan untuk mengoptimalkan penyerapan cahaya matahari pada

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang BAB IV IMPLEMENTASI Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang telah dijabarkan pada bab III yaitu perancangan sistem ATS dan AMF di PT. JEFTA PRAKARSA PRATAMA dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

RN 1200 RN 2000 UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY ICA

RN 1200 RN 2000 UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY ICA RN 1200 RN 2000 UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY ICA DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.. 1 II. SPESIFIKASI TEKNIK.... 2 III. KETERANGAN ALAT.. 3 IV. PEMASANGAN UPS 3 V. PROSES PENGETESAN UPS.. 4 VI. CARA MENGOPERASIKAN

Lebih terperinci

Paul Togan Advisor I : Advisor II :

Paul Togan Advisor I : Advisor II : Perencanaan Sistem Penyimpanan Energi dengan Menggunakan Battery pada Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di Desa Ketapang, Kabupaten Lombok Timur, NTB Paul Togan 2205100061 Advisor I : Prof. Ir.

Lebih terperinci

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING Oleh : FARHAN APRIAN NRP. 2207 100 629 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari,

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING

RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING RANCANG BANGUN SUPLAI DAYA LISTRIK BEBAN PARSIAL 200 WATT MENGGUNAKAN AKUMULATOR DENGAN METODA SWITCHING LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Diploma III Oleh

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai analisa yang akan dibutuhkan dalam pembuatan perangkat lunak sistem uji pembangkit listrik tenaga surya. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis meggunakan metode eksperimental dengan pendekatan kuantitatif yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data penelitian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Metode Observasi Metode observasi dimasudkan untuk mengadakan pengamatan terhadap subyek yang akan diteliti, yaitu tentang perencanaan sistem

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi

KATA PENGANTAR. Meulaboh,15 Januari Penulis. Afrizal Tomi KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menulis dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN Rancang Bangun Sistem Kontrol dan Monitoring Sel Surya dengan Raspberry Pi Berbasis Web Sebagai Sarana Pembelajaran di Akademi Teknik dan Penerbangan Surabaya Hartono Indah Masluchah Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 PLC (Programmable Logic Controller) Pada sub bab ini penulis membahas tentang program PLC yang digunakan dalam system ini. Secara garis besar program ini terdiri

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan

BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan Dengan perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini, maka kebutuhan tentang kelistrikan menjadi suatu keharusan, salah satunya unsur menjadi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/PMK. 011/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/PMK. 011/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/PMK. 011/2012 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN PERALATAN

Lebih terperinci

PASCAL. Home U P S (UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM) INSTRUCTION MANUAL (Petunjuk Pemakaian) PASCAL: UPS & STABILIZER Since 1984

PASCAL. Home U P S (UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM) INSTRUCTION MANUAL (Petunjuk Pemakaian) PASCAL: UPS & STABILIZER Since 1984 PASCAL Home U P S (UNINTERRUPTIBLE POWER SYSTEM) Model : Home UPS 1200 / 2400 / 3600 / 5000 / 6000 / 8000 / 11000 INSTRUCTION MANUAL (Petunjuk Pemakaian) PASCAL: UPS & STABILIZER Since 1984 POWER FAMILY

Lebih terperinci

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane

ABSTRAK. kontrol pada gardu induk 150 kv UPT Semarang. lainnya seperti panel-pane Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM CATU DAYA SEARAH ( DC POWER ) PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT PLN (PERSERO) UPT SEMARANG Oleh : Guspan Hidi Susilo L2F 008 041 Jurusan Teknikk Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASANNYA Perhitungan nilai ekonomis investasi upgrading LTE akan menentukan kelayakan dari teknologi itu untuk di implementasikan di Indonesia khususnya Jakarta. Biaya investasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI 4.1 Umum Seperti yang telah dibahas pada bab III, energi listrik dapat diubah ubah jenis arusnya. Dari AC menjadi DC atau sebaliknya. Pengkonversian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis

BAB III PERANCANGAN Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis BAB III PERANCANGAN 3.1. Deskripsi Model Sistem Monitoring Beban Energi Listrik Berbasis Mikrokontroler Arduino 3.1.1 Spesifikasi Detektor Tegangan Detektor tegangan ini berperan sebagai pendeteksi besaran

Lebih terperinci

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI Rabu, 25 Maret 2015 Oleh: Nelly Malik Lande POKOK BAHASAN TUJUAN DAN SASARAN PENDAHULUAN PENGERTIAN, PRINSIP KERJA, JENIS-JENIS INVERTER TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan akan energi listrik terus bertambah dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan akan energi listrik terus bertambah dengan bertambahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus bertambah dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk, dalam hal ini sektor rumah tangga. Kebutuhan akan energi listrik antara satu

Lebih terperinci

BAB III AMR (AUTOMATIC METER READING )

BAB III AMR (AUTOMATIC METER READING ) BAB III AMR (AUTOMATIC METER READING ) 3.1 Pengertian AMR (Autaomatic Meter Reading) Automatic Meter Reading (AMR) adalah sistem pembacaan atau pengambilan data hasil pengukuran meter elektronik atau ME

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN I.W.G.A Anggara 1, I.N.S. Kumara 2, I.A.D Giriantari 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat). BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi : PT. Kunago Jantan Jl. By Pass Km. 25 Korong Sei. Pinang, Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat). 3.2 Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Peralatan Pastikan sebelum bekerja kita lengkapi peralatan yang akan dibutuhkan selama peroses installasi.

BAB IV PEMBAHASAN Peralatan Pastikan sebelum bekerja kita lengkapi peralatan yang akan dibutuhkan selama peroses installasi. 30 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perangkat Rectifier Outdoor (ODR) dan Cabinet Site Star harus diinstal dengan baik dan benar agar perangkat tersebut dapat digunakan dengan baik. Pemasangan ODR dan

Lebih terperinci

Jonner Sitompul Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN

Jonner Sitompul Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN Hasil Penelilian dan Kegialan PTLR Tahun 2006 PENGOPERASIAN PUSAT TEKNOLOGI SISTEM CATU DAYA LlMBAH RADIOAKTIF Jonner Sitompul Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BAT AN ABSTRAK Pengoperasian Sistem Catu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle. Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle.  Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sistem Counting Bottle Pada prinsipnya sistem ini digunakan untuk menghitung botol tranparan pada conveyor yang sedang beroperasi dengan kecepatan 400-500 botol permenit. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Analisa komposisi gas kota. Seperti yang telah dipaparkan pada bab 2, komposisi gas kota diasumsikan sebagai berikut :

BAB 4 PEMBAHASAN Analisa komposisi gas kota. Seperti yang telah dipaparkan pada bab 2, komposisi gas kota diasumsikan sebagai berikut : BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Umum. Pada bab ini akan dibahas apakah produk gas LPG, CNG, gas kota dapat dipakai sebagai alternatif bahan bakar pembangkit listrik dikala tidak terjaminnya pasokan listrik PLN atau

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal Sandro Putra 1) ; Ch. Rangkuti 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti E-mail: xsandroputra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Perancangan Modifikasi Air Conditioner dan Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai Sumber Catu Daya

Perancangan Modifikasi Air Conditioner dan Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai Sumber Catu Daya Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2015 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.3 No.1 Perancangan Modifikasi Air Conditioner dan Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Lebih terperinci

BAB III. PRINSIP KERJA UPS dan PERMASALAHANNYA

BAB III. PRINSIP KERJA UPS dan PERMASALAHANNYA BAB III PRINSIP KERJA UPS dan PERMASALAHANNYA 3.1 Sejarah UPS UPS merupakan singkatan dari Uninterruptable Power Sistem atau sering juga disebut dengan Uninterruptable Power Supply, jika diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING BEBAN DAN INDIKATOR GANGGUAN PADA RUMAH MANDIRI BERBASIS MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING BEBAN DAN INDIKATOR GANGGUAN PADA RUMAH MANDIRI BERBASIS MIKROKONTROLLER Rancang Bangun Sistem Monitoring Beban dan Indikator RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING BEBAN DAN INDIKATOR GANGGUAN PADA RUMAH MANDIRI BERBASIS MIKROKONTROLLER Donny Prasetyo Santoso 1*,Indhana Sudiharto.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Proteksi terhadap suatu sistem tenaga listrik adalah sistem pengaman yang dilakukan terhadap peralatan- peralatan listrik, yang terpasang pada sistem

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

MENTEFlIKEUANGAN FlEPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTEFlIKEUANGAN FlEPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTEFlIKEUANGAN FlEPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMICOll/2010 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN PERALATAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Indoor BTS (Base Transceiver Station) BTS (Base Transceiver Station) adalah perangkat seluler yang pertama kali berhubungan langsung dengan handset kita. Beberapa BTS

Lebih terperinci

ABSTRAKSI Anggie Saputra Analisa Kinerja GENSET (Generator-Set) Pada Fungsi BTS (Base Transceiver Station) DI PT.PLN (PERSERO) PI.Jurusan Tek

ABSTRAKSI Anggie Saputra Analisa Kinerja GENSET (Generator-Set) Pada Fungsi BTS (Base Transceiver Station) DI PT.PLN (PERSERO) PI.Jurusan Tek UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURNAL PENULISAN ILMIAH Analisa Kinerja GENSET (Generator-Set) Pada Fungsi BTS (Base Transceiver Station) Di PT. PLN (PERSERO) Nama : Anggie Saputra NPM

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci