PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN TEKANAN PERAN SEBAGAI PEMEDIASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN TEKANAN PERAN SEBAGAI PEMEDIASI"

Transkripsi

1 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN TEKANAN PERAN SEBAGAI PEMEDIASI (Studi pada Karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen) Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: ROSIANA DEWI UTAMI NIM. F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi Dengan Judul : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Pada Komitmen Organisasional Dengan Te kanan Pe ran Sebagai Pemediasi (Studi pada Karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen) Disusun Oleh : Nama : Rosiana Dewi Utami NIM : F Jurusan : Manajemen Telah dite rima dan dise tujui ole h dose n pe mbimbing Fakultas Ekonomi Unive rsitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, 17 Juni Dise tujui Dan Dite rima Ole h Dosen Pembimbing, (Dr. Hunik Sri Runing S, Msi) NIP : ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk melengkapi tugas tugas dan memenuhi syarat syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen. Surakarta, Juli 2010 Tim Penguji Skripsi 1. Dr. Asri Laksmi R, MS sebagai Ketua ( ) NIP Dr. Hunik Sri Runing, M.Si sebagai Pembimbing ( ) NIP Joko Suyono, S.E., M.Si sebagai Anggota ( ) NIP iii

4 MOTTO Jika k au menginginkan sesuatu berusahalah sekeras mungkin untuk mendapatk annya, tapi bila kau tak mendapatkannya meski k au telah berusaha, maka itu adalah takdir (Penulis) iv

5 PERSEMBAHAN Karya ini ku persembahkan untuk ortu&keluargaku, semua pihak yang telah membantuku menuntut ilmu. Terimak asih untuk semua duk ungan dan bantuannya. v

6 KATA PENGANTAR Dengan ucapan Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN TEKENAN PERAN SEBAGAI PEMEDIASI (Studi pada Karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupate n Sragen). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak., selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dra. Endang Suhari, M.Si, dan Reza Rahardian, SE, M.Si, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dra. Hunik Sri Runing S., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan arahannya selama ini. 4. Direktur, pemimpin, dan staf PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen atas bantuannya dalam penelitian ini. vi

7 5. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu masukan, saran, dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan penelitian ini. Kiranya skripsi ini dapat dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surakarta, Juni 2010 Penulis vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR.xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan Masalah...2 C. Tujuan Penelitian...3 D. Manfaat Penelitian...3 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan Fungsi-fungsi Kepemimpinan Definisi Gaya Kepemimpinan Teori-teori Gaya Kepemimpinan...7 viii

9 a. Teori Ciri Kepribadian.7 b. Teori Kontinjensi..8 1) Model Fiedler.8 2) Teori Sumberdaya Kognitif...9 3) Teori Situasional Hersey dan Blanchard 9 4) Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota 10 5) Teori Jalur Sasaran.11 6) Model Partisipasi Pemimpin...13 c. Teori Kepemimpinan Kharismatik...14 d. Kepemimpinan Transformasional...15 e. Teori-teori Perilaku..15 1) Penelitian Universitas Michigan 16 2) Kisi-kisi Manajerial ) Penelitian Skandinavia ) Penelitian Universitas Negeri Ohio...18 a) Struktur Inisiasi 19 b) Pertimbangan...20 B. Tekanan Peran C. Komitmen Organisasional Definisi Komitmen Organisasional Dimensi Komitmen Organisasional Konsekuensi Komitmen Organisasional.24 D. Rerangka Penelitian...26 ix

10 E. Hipotesis..26 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional C. Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Metode Analisis Data Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas b. Uji Reliabilitas Analisis Deskriptif Uji Hipotesis a. Analisis Korelasi b. Analisis Regresi Linear Sederhana c. Analisis Regresi Linear Berganda d. Uji Hipotesis dengan Variabel Mediasi...41 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum P erusahaan Sejarah dan P erkembangan Perusahaan Bisnis Inti Bisnis Tambahan...44 x

11 4. Lokasi Visi, Misi, Fungsi, Tujuan dan Tugas Perusahaan Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Jabatan Kepegawaian Jam Kerja Jadwal Pemakaian Seragam...58 B. Analisis Data dan Pembahasan Analisis Instrumen Penelitian Analisis Deskriptif Deskripsi Distribusi Tanggapan Responden Analisis Korelasi Uji Hipotesis.90 C. Pembahasan 97 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Keterbatasan Penelitian.114 C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Table IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV Tabel IV xii

13 Tabel IV xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar II Gambar IV.1.46 xiv

15 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar B elakang Perhatian yang terbatas terhadap mediator yang memungkinkan pada pengaruh gaya kepemimpinan pada komitmen organisasional pada masa lalu menjadi alasan mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan (Dale & Fox, 2008). Penelitian ini akan meneliti layak tidaknya tekanan peran bertindak sebagai mediator pada hubungan diantara dua variabel tersebut (Dale & Fox, 2008). Menurut Bass dalam Dale dan Fox (2008), meskipun gaya transformasional dan transaksional menjadi target penelitian beberapa tahun terakhir ( ), satu pendekatan yang paling berpengaruh tetap gaya struktur inisiasi dan pertimbangan yang didentifikasi oleh penelitian terkenal Ohio State. Hal ini yang mendasari peneliti untuk memilih gaya kepemimpinan struktur inisiasi dan pertimbangan dalam penelitian ini. Menurut Jackson dalam Dale dan Fox (2008), hubungan yang meningkat antara supervisor dengan bawahan, karyawan menjadi berada pada posisi yang lebih baik dalam hal bernegosiasi dengan supervisor dan berharap bisa mengurangi konflik yang mungkin timbul. Oleh karena itu, hubungan antara struktur inisiasi dan gaya pertimbangan supervisor dan komitmen organisasional mungkin dikarenakan adanya efek variabel mediasi, sedangkan Lankau, Carlson, dan Nielson dalam Dale dan Fox (2008) melakukan penelitian tentang efek mediasi konflik peran dan ambiguitas peran pada

16 2 hubungannya dengan mentoring dan sikap kerja. Hasilnya, dari keduanya ditemukan adanya mediator yang signifikan pada hubungan antara mentoring dan kepuasan kerja sebaik hubungan antara mentoring dan komitmen organisasional. Hal ini mendasari pemilihan tekanan peran sebagai pemediasi dalam pengaruh gaya kepemimpinan pada komitmen organisasional. Dua faktor dari banyak faktor yang telah dikemukakan yang mempengaruhi keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau meninggalkan organisasi adalah gaya kepemimpinan supervisor atau manajer dan tingkat pengalaman tekanan peran karyawan pada pekerjaan mereka (misalnya konflik, dan ketidaktahuan kapan, bagaimana atau apa yang dilakukan). Dua faktor tersebut merupakan ketertarikan terbaik organisasi bagi manajer untuk memahami perilaku mereka yang mungkin mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi (Dale & Fox, 2008). Berdasarkan uraian di atas, bahwa gaya kepemimpinan mempunyai hubungan dengan komitmen organisasial, membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Gaya Kepemimpinan Pada Komitmen Organisasional Dengan Tekanan Peran Sebagai Pemediasi B. Pe rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa perumusan masalah sebagai acuan. Perumusan masalah ini sangat penting terutama dalam mencari data dan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Perumusan masalah yang penulis angkat adalah:

17 3 1. Apakah terdapat pengaruh positif struktur inisiasi pimpinan pada komitmen organisasional? 2. Apakah terdapat pengaruh positif pertimbangan pimpinan pada komitmen organisasional? 3. Apakah terdapat pengaruh negatif struktur inisiasi pada tekanan peran? 4. Apakah terdapat pengaruh negatif pertimbangan pimpinan pada tekanan peran? 5. Apakah tekanan peran mempunyai pengaruh negatif pada komitmen organisasional? 6. Apakah tekanan peran memediasi pengaruh gaya kepemimpinan pada komitmen organisasional? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk menganalisa layak tidaknya tekanan peran sebagai mediator antara gaya kepemimpinan yang meliputi struktur inisiasi dan pertimbangan dengan komitmen organisasional. 2. Untuk menganalisa pengaruh gaya kepemimpinan pada komitmen organisasional dengan dimediasi tekanan peran. D. Manfaat Pene litian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh gaya kepemimpinan

18 4 pada komitmen organisasional dengan tekanan peran sebagai pemediasinya pada karyawan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi yang baik bagi peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama. 2. Manfaat Praktis dan Manajerial Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan tentang desain gaya kepemimpinan yang sesuai untuk karyawan dan komitmen organisasional karyawan

19 5 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Ke pe mimpinan 1. De finisi Kepemimpinan Menurut Pasolong (2008), konsep kepemimpinan pada dasarnya berasal dari kata pimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Kata pimpin melahirkan kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun dan kata benda pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin, atau orang yang membimbing atau menuntun. Sementara kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan. Pasolong (2008) membedakan antara definisi pemimpin dengan pimpinan. Pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan tertentu, sedangkan pimpinan adalah orang yang menduduki jabatan dalam suatu organisasi atau birokrasi. Menurut Kreitner dan Kinicki (2001) kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial yang pemimpinnnya mencari partisipasi sukarela para bawahan dalam usaha mancapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Horner (1997), kepemimpinan adalah sifat, kualitas, dan perilaku seorang pemimpin. Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai perilaku individu yang hasilnya dalam pengaruh non coercive ketika orang tersebut

20 6 mengarahkan dan mengatur aktivitas kelompok ke arah penyelesaian sasaran bersama (Rowden, 1999). Kepemimpinan juga merupakan proses mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam usahanya terhadap penentuan tujuan dan hasil tujuan (Lok & Crawford, 2001). Menurut Robbin (2006), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran, sedangkan pemimpin adalah orang yang mempunyai pengikut atau pendukung karena kapasitasnya. 2. Fungsi-fungsi Kepemimpinan Menurut Pasolong (2008), fungsi kepemimpian birokrasi antara lain: a. Fungsi perintah, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat satu arah kepada yang dipimpinnya. b. Fungsi konsultatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah kepada yang dipimpinnya, meskipun pelaksanaan sangat tergantung pada pihak pemimpin. c. Fungsi partisipatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah kepada yang dipimpinnya, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif antara pemimpin dan yang dipimpinnya. d. Fungsi delegasi, yaitu fungsi pemimpin untuk mendelegasikan wewenang membuat, menetapkan, dan atau melaksanakan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan pimpinan.

21 7 3. De finisi Gaya Kepemimpinan Pasolong (2008) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah sutu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan, mendorong, dan mengendalikan bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Menurutnya, secara umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya, yaitu gaya otoriter dan gaya demokrasi. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya dipandang sebagai gaya yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin, sedangkan gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. 4. Te ori-teori Gaya Kepe mimpinan Beberapa jenis teori gaya kepemimpinan dalam Robbin (2006) : a. Te ori Ciri Kepribadian Teori-teori ciri kepribadian adalah teori-teori yang mengkaji ciriciri dan karateristik pribadi yang membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Kelemahan teori ini antara lain: 1) Tidak terdapat ciri-ciri universal yang memperkirakan kepemimpinan dalam semua situasi. Namun, ciri-ciri tampak memperkirakan kepemimpinan dalam situasi-situasi yang selektif.

22 8 2) Ciri-ciri memperkirakan perilaku lebih dalam situasi yang lemah daripada dalam situasi yang kuat. Situasi kuat adalah situasi di mana terdapat norma-norma perilaku yang kuat, rangsangan yang kuat untuk jenis-jenis perilaku yang spesifik, dan harapan yang jelas, seperti terhadap perilaku mana yang diberikan imbalan dan perilaku mana yang dihukum. 3) Bukti tidak jelas dalam memisahkan penyabab dari akibat, misalnya apakah kepercayaan diri menciptakan kepemimpinan, atau membangun kepercayaan diri? 4) Ciri-ciri melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam memperkirakan penampilan kepemimpinan daripada dalam membedakan secara aktual antara pemimpin yang efektif dan tidak efektif. b. Te ori Kontinjensi Beberapa pendekatan untuk memisahkan variabel situasi kunci terbukti lebih berhasil daripada pendekatan yang lain dan hasilnya telah mendapat pengakuan yang lebih luas. Lima pendekatan tersebut antara lain: 1) Mode l Fie dler Fiedler telah mengidentifikasi tiga dimensi kontijensi yang meliputi : a) Hubungan pemimpin-anggota : tingkat keyakinan, kepercayaan, dan hormat bawahan terhadap pemimpin mereka. b) Struktur tugas : tingkat pemroseduran penugasan pekerjaan (yaitu terstruktur atau tidak terstruktur).

23 9 c) Kekuasaan jabatan : tingkat pengaruh yang dimiliki pemimpin terhadap variabel kekuasaan seperti mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan menaikkan gaji. Fiedler menyimpulkan bahwa para pemimpin berorientasi tugas cenderung berkinerja lebih baik dalam situasi yang sangat mendukung bagi mereka (kekuasaan jabatan yang kuat, pemimpin mempunyai banyak kendali) dan dalam situasi-situasi yang sangat tidak mendukung, atau dengan kata lain mereka berkinerja paling baik dalam situasi pengendalian tinggi dan rendah. Sementara pemimpin yang berorientasi hubungan berkinerja lebih baik dalam situasi pengendalian sedang 2) Teori Sumbe rdaya Kognitif Fiedler dan rekan mudanya, Joe Gracia mengonsep ulang teori Fiedler sebelumnya. Mereka menyebut pengkonsepan-ulang tersebut sebagai teori sumberdaya kognitif. Mereka menemukan bahwa kemampuan intelektual pemimpin itu berkorelasi positif dengan kinerja dalam stres rendah tetapi berkorelasi negatif dengan kinerja dalam stres tinggi. Menurut mereka, tingkatan stres dalam situasi yang menentukan intelegensia dan pengalaman individu akan berkontribusi pada kinerja kepemimpinan. 3) Teori Situasional Hersey dan Blanchard Hersey dan Blanchard mengembangkan model yang disebut teori kepemimpinan situasional (Situationa l Lead ership Theory -

24 10 SLT). Kepemimpinan situasional merupakan teori kontinjensi yang memusatkan perhatian pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan memilih gaya kepemimpinan yang tepat, menurut Hersey dan Blanchard bersifat tergantung pada tingkat kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya. Kesiapan dalam hal ini merujuk pada sejauh mana orang mempunyai kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Menurut mereka, efektivitas bergantung pada tindakan para pengikutnya. Inilah dimensi penting yang telah dilewatkan atau kurang ditekankan dalam sebagian besar teori kepemimpinan. Kesimpulannya, teori ini mengakui pentingnya pengikut dan membangun bersama berdasarkan logika bahwa pemimpin dapat mengompensasikan kemampuan dan batas-batas motivasi pengikut mereka. Namun, usaha-usaha penelitian untuk menguji dan mendukung teori ini umumnya mengecewakan karena adanya penjelasan-penjelasan yang mungkin mencakup ambiguitas internal dan inkonsistensi dalam model itu sendiri dan juga masalah metodologi riset dalam pengujian atas teori tersebut. 4) Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota Teori pertukaran pemimpin-anggota (Leader Member Exchange- LMX) berpendapat bahwa karena tekanan waktu, para pemimpin membangun hubungan yang istimewa dengan kelompok kecil bawahan mereka. Teori ini mengemukakan bahwa pada

25 11 permulaan sejarah mengenai interaksi antara pemimpin dan bawahan tertentu, si pemimpin secara implisit mengategorikan bawahan itu sebagai orang dalam atau luar dan hubungan itu relatif stabil dari waktu ke waktu. Penelitian untuk menguji teori LMX pada umumnya mendukung. Lebih spesifik, teori dan penelitin yang mengelilinginya memberikan bukti substantif bahwa para pemimpin memang membeda-bedakan bawahan, bahwa disparitas ini jauh dari bersifat acak; dan bahwa pengikut dengan status kelompok dalam akan memiliki kinerja yag lebih tinggi, keinginan pengunduran diri yang lebih rendah, kepuasan yang lebih besar terhadap atasan mereka, kepuasan keseluruhan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok luar. 5) Teori Jalur Sasaran Teori jalur sasaran dikembangkan oleh Robert House. Teori ini merupakan model kontinjensi kepemimpinan yang meringkas unsurunsur utama dari penelitian kepemimpinan Ohio mengenai struktur awal dan pertimbangan serta teori pengharapan pada motivasi. Hakikat teori jalur sasaran bahwa membantu pengikutnya mencapai sasaran mereka dan memberikan pengarahan dan / atau dukungan yang perlu guna memastikan sasaran mereka sesuai dengan sasaran keseluruhan kelompok atau organisasi merupakan tugas pemimpin. House mengidentifikasi empat perilaku

26 12 kepemimpinan. Pemimpin direktif memberi kesempatan pengikutnya mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, menjadualkan pekerjaan yang akan dilakukan, dan memberikan pedoman yang spesifik mengenai cara menyelesaikan tugas. Pemimpin suportif ramah dan menunjukkan perhatian akan kebutuhan para pegikut. Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan dan menggunakan saran mereka sebelum mengambil keputusan. Pemimpin berorientasi prestasi menetapkan serangkaian sasaran yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi pada tigkat tertinggi mereka. Berlawanan dengan pandangan Fiedler, House menganggap bahwa para pemimpin bersifat luwes dan bahwa pemimpin yang sama dapat menanpakkan setiap atau semua perilaku ini tergantung pada situasi. Kesimpulannya, bukti penelitian umumnya mendukung logika yang mendasari teori jalur sasaran. Akan tetapi, terdapat kecenderungan bahwa kinerja dan kepuasan karyawan terpengaruh secara positif bila pemimpin itu mengimbangi hal-hal yang kurang dalam diri karyawan atau dalam situasi kerja. Tetapi, pemimpin yang menghabiskan waktu untuk menjelaskan tugas-tugas bila tugas itu sudah jelas atau karyawan itu mempunyai kemampuan dan pengalaman untuk menanganinya tanpa gangguan, kemungkinan besar tidak akan efektif karena karyawan itu akan melihat perilaku direktif semacam itu sebagai berlebihan atau bahkan menghina.

27 13 6) Mode l Partisipasi Pemimpin Vroom dan Yetton mengembangkan model partisipasi pemimpin yang menghubungkan perilaku kepemimpinan dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Model ini bersifat normatif-model ini memberikan seperangkat urutan aturan yang seharusnya diikuti dalam rangka menentukan ragam dan banyaknya partisipasi yang diinginkan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana ditentukan oleh jenis situasi yang berlainan. Model ini merupakan pohon keputusan rumit yang merangkum tujuh kontinjensi (yang relevansinya dapat diidentifikasi dengan membuat pilihan ya dan tidak ). Karya yang lebih baru dari Vroom dan Arthur Jago menghasilkan revisi atas model ini. Model ini mempertahankan lima gaya kepemimpinan alternatif mulai dari pemimpin yang mengambil keputusan sama sekali sendiri sampai dengan pemimpin yang berbagi masalah dengan kelompok dan menyusun keputusan konsensus. Namun, menambahkan seperangkat jenis masalah dan memperluas variabel kontinjensi menjadi 12. Kesimpulannya, teori-teori kontinjensi lain menunjukkan bahwa stres, inteligensia, dan pengalaman merupakan variabel situasi yang penting, sekurang-kurangnya dari sudut pandang praktis, dan merupakan kenyataan bahwa model itu terlalu rumit bagi manajer pada umumnya untuk menggunakan pada basis reguler.

28 14 c. Te ori Kepe mimpinan Kharismatik Menurut teori kepemimpinan kharismatik, para pengikut terpicu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka. Ada sejumlah riset yang menunjukkan korelasi mengesankan antara pemimpin kharismatik dengan kepuasan yang tinggi di kalangan pengikutnya. Sekelompok pengarang mengemukakan bahwa seseorang dapat belajar menjadi kharismatik dengan mengikuti proses tiga langhkah. Pertama, individu perlu mengembangkan aura kharisma dengan memelihara pandangan yang optimis, menggunakan keinginan kuat sebagai katalisator untuk menimbulkan antusiasme, dan berkomunikasi dengan menggunakan seluruh tubuhnya, bukan hanya dengan kata-kata. Kedua, individu menarik masuk orang lain dengan menciptakan ikatan yang mengilhami orang lain untuk mengikuti. Ketiga, individu tersebut membangkitkan potensi dalam diri para pengikut dengan menyadap emosi mereka. Pendekatan ini tampaknya berhasil seperti dibuktikan oleh para peneliti yang telah berhasil menulis naskah bagi mahasiswa bisnis strata satu untuk belajar kharismatik. Para peneliti ini, menemukan bahwa para mahasiswa ini dapat belajar mengenai cara memproyeksikan kharisma.

29 15 d. Ke pe mimpinan Transformasional Pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang mengilhami para pengikut untuk melampaui kepentigan diri mereka sendiri demi kebaikan organisasi, dan yang mampu memberikan dampak yang mencolok dan luar biasa pada diri pengikutnya. Sedangkan pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan dan tugas. Kesimpulannya, bahwa kepemimpinan transformasional berkorelasi lebih erat dengan rendahnya tingkat pengunduran diri, tingginya produktivitas, dan kepuasan karyawan yang lebih besar daripada kepemimpinan transaksional berdasarkan berbagai bukti. e. Te ori-teori Perilaku Teori perilaku kepemimpinan adalah teori-teori yang mengemukakan bahwa perilaku khusus membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Perbedaannya dengan teori ciri kepribadian terletak pada asumsi yang mendasari. Dalam teori ciri kepribadian, bila teori itu sahih, maka kepemimpianan pada dasarnya telah dibawa sejak lahir. Jadi, kepemimpinan itu bisa dimiliki dan dapat pula tidak dimiliki. Sementara dalam teori perilaku, seandainya terdapat perilaku spesifik yang menjadi ciri khas pemimpin, maka kepemimpinan itu dapat diajarkan dengan merancang program-

30 16 program yang menanamkan pola perilaku ini ke dalam diri individu yang berhasrat menjadi pemimpin yang efektif. 1) Penelitian Universitas Michigan Penelitian dilakukan oleh peneliti di Pusat Penelitian dan Survei Universitas Michigan. Sasaran penelitian ini adalah mencari karateristik perilaku pemimpin yang tampak terkait dengan ukuran efektivitas kinerja. Para peneliti juga menghasilkan dimensi perilaku kepemimpinan yang mereka sebut berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang berorientasi karyawan dideskripsikan sebagai menekankan pada hubungan antarpribadi, mereka secara pribadi berminat pada kebutuhan bawahan mereka dan menerima perbedaan individual di antra anggota-anggotanya. Sebaliknya, pemimpin yang berorientasi produksi cenderung menekankan pada aspek teknis atau tugas atas pekerjaan tertentu, perhatian utama mereka adalah pada penyelesaian tugas kelompok mereka, dan anggota-anggota kelompok merupakan alat untuk mencapai hasil akhir itu. Kesimpulannya, para peneliti Michigan sangat menitikberatkan pada pemimpin dengan perilaku berorientasi karyawan. 2) Kisi-kisi Manajerial Kisi- kisi manajerial dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Mereka mengemukakan teori ini berdasarkan pada gaya kepedulian akan orang dan kepedulian akan produksi yang pada hakikatnya

31 17 mewakili dimensi pertimbangan dan struktur prakarsa dari Ohio atau dimensi berorientasi karyawan dan berorientasi produksi dari Michigan. Kesimpulannya, kisi-kisi ini lebih mampu menawarkan kerangka kerja untuk mengonsepkan gaya kepemimpinan daripada untuk menyajikan informasi baru yang nyata, yang akan mengurai kerumitan masalah kepemimpinan, karena tidak banyak bukti substantif yang dapat digunakan untuk mendukung kesimpulannya bahwa gaya 9,9 (manajemen tim) merupakan gaya yang paling efektif dalam semua situasi. 3) Penelitian Skandinavia Dengan keyakinan bahwa semua penelitian itu gagal menangkap realitas yang lebih dinamis pada dewasa ini, para peneliti di Finlandia dan Swedia telah menilai ulang apakah hanya terdapat dua dimensi yang menyangkut hakikat perilaku kepemimpinan. Premis dasar mereka adalah bahwa dalam dunia yang berubah, pemimpin yang efektif akan menampakkan perilaku yang berorientasi pengembangan. Mereka adalah para pemimpin yang menghargai eksperimentasi, mencari gagasan baru, serta membuat dan mengimplementasikan perubahan. Kesimpulannya, para peneliti menemukan dukungan yang kuat atas perilaku pemimpin yang berorientasi pengembangan sebagai dimensi yang terpisah dan independen. Ini berarti semua pendekatan perilaku sebelumnya yang

32 18 memusatkan perhatian hanya pada dua perilaku mungkin tidak menangkap kepemimpinan dalam abad ke-21 secara memadai. 4) Penelitian Universitas Negeri Ohio Peneliti mengidentifikasi dimensi-dimensi independen dari perilaku pemimpin. Mereka menyebut dua dimensi tersebut sebagai struktur prakarsa dan pertimbangan. Struktur prakarsa adalah tingkat di mana pemimpin berkemungkinan menetapkan dan menyusun perannya dan peran bawahannya dalam mengupayakan pencapaian sasaran, sedangkan pertimbangan adalah tingkat di mana pemimpin berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan dengan rasa saling percaya, penghormatan terhadap gagasan bawahan, dan menghargai perasaan mereka. Kesimpulan penelitian ini gaya tinggi-tinggi (pemimpin yang tinggi struktur prakarsa dan pertimbangannya) umumnya membawa hasil yang positif, tetapi cukup banyak pengecualian yang dijumpai menunjukkan bahwa faktor-faktor situasi perlu dipadukan ke dalam teori itu. Bass dalam Dale dan Fox (2008) mengemukakan bahwa meskipun gaya transformasional dan transaksional menjadi target penelitian beberapa tahun terakhir, satu pendekatan yang paling berpengaruh tetap gaya struktur inisiasi dan pertimbangan yang diidentifikasi oleh penelitian terkenal Ohio State. Hal ini yang mendasari peneliti untuk memilih gaya kepemimpinan struktur inisiasi dan pertimbangan dalam penelitian ini.

33 19 a) Struktur Inisiasi Struktur inisiasi adalah tingkat supervisor mendefinisikan perannya dan peran bawahannya terhadap pencapaian tujuan kelompok. Misalnya memberikan tugas, menetapkan prosedur, perencanaan dan penjadwalan kerja, mengkomunikasikan deadline pertemuan penting, dan menjaga standar pasti kinerja (Stodgill, 1963). Keller (2006) menyatakan bahwa struktur inisiasi telah benar-benar diabaikan selama 15 tahun. Sama halnya, Judge, Piccolo, dan Illies (2004) menyatakan bahwa struktur inisiasi sebagai hal yang terlupakan dalam penelitian kepemimpinan sejak tahun 1987 dan menyarankan seharusnya diperbaharui dalam gaya kepemimpinan ini. Ketika bawahan merasa atasan menunjukkan struktur inisiasi yang tinggi, mereka mungkin merasa atasan membentuk lingkungan kerja atau menyiapkan aturan formal dan prosedur untuk diikuti karyawan. Ketika organisasi menyediakan aturan dan prosedur operasional yang berguna untuk para karyawan, ini membantu karyawan lebih merasa organisasi dapat dipercayai, karateristik yang mempertinggi komitmen (Buchanan, 1974). Tingginya tingkat struktur inisiasi mengidikasikan bahwa atasan menyediakan informasi kerja yang cukup untuk para bawahan. Kurangnya informasi membuat karyawan mengalami tekanan peran (Rizzo, House, & Lirtzman, 1970). Sebagian besar penelitian mengindikasikan bahwa struktur inisiasi mengajak karyawan untuk menerima rasa tanggung jawab yang lebih besar, sehingga mempunyai komitmen afektif lebih besar (Morris & Sherman, 1981).

34 20 Menurut Luthans et al dalam Dale dan Fox (2008), ketika karyawan menerima struktur inisiasi yang tinggi dari supervisor, harapan dijelaskan, usaha terhadap kerja tim meningkat, dan karyawan mengidentifikasi tujuan organisasi, sehingga timbul komitmen organisasional. b) Pe rtimbangan Supervisor Pertimbangan supervisor adalah tingkat supervisor mengembangkan suasana kerja yang mendukung secara psikologi, kepercayaan timbal balik dan kepedulian, suka menolong, dan keramahtamahan. Misalnya, menemukan waktu untuk mendengarkan masalah karyawan, konsultasi dengan karyawan tentang isu penting, memperlakukan karyawan sama, dan bersedia menerima saran karyawan (Stodgill, 1963). B. Te kanan Pe ran Tekanan peran dibagi menjadi dua yaitu 1. Ambiguitas peran Ambiguitas peran adalah tingkat jelasnya informasi yang kurang (informasi kurang jelas) tentang harapan yang berhubungan dengan peran, metode untuk memenuhi konsekuensi kinerja peran (Graen, Kahl et al., Van Sell et al. dalam Dale & Fox, 2008). Atau dengan kata lain, karyawan merasa dalam bekerja tidak terdapat pedoman dan tujuan yang jelas. Sementara menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly (1996), ambiguitas peran adalah kurang pahamnya seseorang mengenai hak, hak-hak istimewa dan kewajiban dari suatu pekerjaan.

35 21 2. Konflik peran Konflik peran adalah tingkat ketidaksesuaian antara tugas kerja, sumber, peraturan atau kebijakan, dan orang lain (Graen, Kahl et al, Van Sell et al., dalam Dale & Fox, 2008). Atau dengan kata lain, karyawan yang mengalami konflik di tempatnya bekerja, baik dengan rekan kerja yang lain, supervisor ataupun konflik dengan work groups. Konflik peran juga didefinisikan sebagai stressor yang berkembang bila seseorang menerima pesan yang tidak sesuai dengan perilaku peran yang sesungguhnya (Gibson, Ivancevich & Donnelly; 1996). Praktik organisasi yang cenderung berhubungan dengan tingginya konflik peran dan ambiguitas peran adalah konflik tujuan dan inkonsistensi tujuan, penundaan keputusan, distorsi atau supresi informasi, kekerasan dalam rantai perintah. Sementara praktik organisasi yang berhubungan dengan rendahnya konflik peran dan ambiguitas peran antara lain pengembangan pribadi, formalisasi, komunikasi yang cukup, perencanaan, komunikasi horizontal, tingkat penerimaan manajemen puncak terhadap ide, koordinasi arus kerja, kemampuan beradaptasi pada perubahan, dan otoritas yang cukup. C. Komitmen Organisasional 1. Definisi Komitmen Organisasional Menurut Buchanan (1970), komitmen adalah pendukung kuat, keterikatan afektif pada tujuan dan nilai organisasi, pada satu peran dalam hubungannya dengan tujuan dan nilai, dan pada organisasi untuk

36 22 kepentingan organisasi itu sendiri. Komitmen tediri atas tiga komponen : (1) identifikasi- seseorang mengadopsi tujuan dan nilai organisasi; (2) keterlibatan individu pada organisasi tertentu; (3) loyalitas- perasaan sayang dan keterikatan pada organisasi. Komitmen organisasi dapat dikarateristikkan oleh tiga faktor yang berhubungan: keyakinan kuat pada tujuan dan nilai organisasi, kesediaan untuk melakukan usaha-usaha tertentu bagi kepentingan organisasi, keinginan kuat untuk menjadi terus menjadi anggota organisasi. Komitmen organisasional juga didefinisikan oleh Luthans (1998) sebagai hasrat kuat anggota organisasi tertentu; kerelaan berusaha keras untuk kepentingan organisasi; dan kepercayaan dan penerimaan nilai dan tujuan perusahaan. Dengan kata lain, sikap ini merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi mereka dan seluruh proses yang sedang berjalan yang mana partisipan organisasi mengekspresikan kepedulian mereka terhadap organisasi dan sukses berkelanjutan mereka dan kesejahteraan mereka. Komitmen organisasi penting dipahami dan diciptakan. Terjadinya komitmen individu dalam setiap jajaran dan tingkatan organisasi berkaitan dengan sikap keberpihakan personel untuk menyatu dengan tujuan dan sasaran serta sesuai dengan nilai organisasi. Dengan demikian, setiap pengelola organisasi memiliki kepentingan untuk melakukan langkah-langkah strategis untuk menciptakan komitmen personel orang dalam mencapai efektivitas perilaku dan kinerja organisasi.

37 23 Sementara, menurut Mathis dan Jackson (2001) komitmen organisasi merupakan tingkat kepercayaan dan penerimaan karyawan terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada dalam organisasi tersebut. Menurut Bateman dan Strasser (1984), orangorang yang berkomitmen, sedikit kemungkinan untuk lambat atau absen kerja. 2. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Meyer dan Allen (1990), ada tiga dimensi komitmen organisasi, yaitu: a. Komitmen afektif (Affective Commitment) melibatkan ikatan emosional karyawan, mengidentifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi. Komitmen afektif menunjukkan keinginan karyawan untuk melibatkan diri dan mengidentifikasi diri dengan organisasi karena adanya kesesuaian nilai-nilai dalam organisasi. Orang yang tingkat afektifnya tinggi, ingin tinggal dalam organisasi karena mereka percaya organisasi akan membentu dan mau mendorongnya dalam misi organisasi. b. Komitmen berkelanjutan (Con tinua nce Commitment) melibatkan komitmen yang didasarkan pada biaya yang karyawan hubungkan dengan meninggalkan organisasi. Komitmen berkelanjutan timbul karena adanya kekhawatiran terhadap kehilangan manfaat yang diperoleh dari organisasi. Komitmen ini merupakan kekuatan dari keinginan seseorang untuk terus bekerja bagi suatu organisasi karena

38 24 ia membutuhkannya dan tidak bisa meninggalkan organisasi. Kekuatan ini ada karena mereka percaya bahwa organisasi terlalu mahal untuk ditinggalkan. c. Komitmen normatif (Normative Commitment) melibatkan perasaan karyawan terhadap kewajiban untuk tinggal dalam organisasi. Komitmen normatif muncul karena karyawan merasa berkewajiban untuk tinggal dalam organisasi. Mereka yang mempunyai tingkat komitmen normatif tinggi, sangat mempertimbangkan apa alasan mereka meningglkan atau keluar dari organisasi. 3. Konse kue nsi Komitmen Organisasional Mathieu dan Zajac (dalam Dharajati, 2003) mengemukakan akibatakibat (konsekuensi) yang diakibatkan oleh komitmen organisasi, yaitu: a. Kinerja Karyawan dengan komitmen organisasi yang tinggi mempunyai kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang mempunyai komitmen organisasi rendah. b. Withdrawal behaviors 1) Kehadiran Ditemukan hubungan positif antara komitmen organisasi dengan kehadiran karyawan. Karyawan yang memiliki tingkat komitmen semakin tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir karena memiliki keinginan untuk membantu dan ikut dalam proses pencapaian tujuan organisasi.

39 25 2) Keterlambatan Komitmen organisasi berhubungan negatif dengan tingkat keterlambatan karyawan. Karyawan dengan komitmen yang tinggi mencoba menyesuaikan sikap dan tingkah laku mereka. jadi sikap mereka positif terhadap organisasi maka mereka akan berusaha untuk datang tepat waktu ke tempat kerja. 3) Turnover Perilaku yang bisa diramalkan karena adanya komitmen organisasi adalah menurunnya tingkat perpindahan kerja. Karyawan dengan tingkat komitmen yang tinggi mempunyai kemungkinan kecil untuk meninggalkan organisasi. Dengan demikian karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi lebih sedikit yang meninggalkan organisasi dibanding dengan karyawan yang memiliki komitmen rendah. 4) Lama kerja Ditemukan hubungan yang positif antara meningkatnya komitmen dengan lama kerja, karena karyawan dengan komitmen yang tinggi mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam organisasi.

40 26 E. RERANGKA PENELITIAN Model penelitian yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : STRUKTUR INISIASI TEKANAN PERAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PERTIMBANGAN Gambar II.1 : Hubungan antar variabel yang dihipote siskan Sumbe r: Dale & Fox, 2008 Berdasarkan gambar tentang kerangka pemikiran dapat dijelaskan bahwa variabel dependen dalam model adalah struktur inisiasi dan pertimbangan, sedangkan variabel independennya adalah komitmen organisasional. Sementara itu, tekanan peran dalam model ini bertindak sebagai variabelpemediasi. F. HIPOTESIS 1. Pengaruh Struktur Inisiasi Pada Komitmen Organisasional Menurut Dale dan Fox (2008) ada hubungsn positif antara gaya kepemimpinan dengan komitmen organisasional. Hubungan positif ini sesuai dengan penelitian Morris dan Sherman (1981) bahwa ketika bawahan merasa atasannya menunjukkan struktur inisiasi yang tinggi, atasan membentuk lingkungan kerja atau menetapkan peraturan dan

41 27 prosedur formal bagi karyawan untuk diikuti. Sebagai hasil atas sikap atasan ini, karyawan merasakan tanggung jawab yang lebih tinggi dan akhirnya mempunyai komitmen yang lebih tinggi. Hipotesis yang dapat dirumuskan: H1 : terdapat pengaruh positif struktur inisiasi pimpinan pada komitmen organisasional. 2. Pengaruh Pe rtimbangan Pada Komitmen Organisasi Dalam penelitian Dale dan Fox (2008) disebutkan bahwa ada hubungan positif antara pertimbangan pemimpin dengan komitmen organisasional. Hal ini sesuai dengan penelitian Pearce dalam Dale dan Fox (2008) bahwa pertimbangan supervisor memberi kecocokan pada lingkungan kerja yang dapat meningkatkan kebutuhan emosional karyawan sebaik keterlibatan pengembangan sosial. Karyawan mulai mengidentifikasi tujuan perusahaan dan menjadikannya bagian dalam nilainya. Sikap supervisor dilihat sebagai sikap organisasi itu sendiri. Oleh karena itu, organisasi diwujudkan melalui supervisor. Bawahan tertarik dan berkomitmen pada organisasi karena mereka merasa organisasi mempunyai nilai yang sama dengan nilai mereka. Hipotesis yang dapat dirumuskan: H2 : terdapat pengaruh positif pertimbangan pimpinan pada komitmen organisasional.

42 28 3. Pengaruh Struktur Inisiasi Pada Tekanan Peran Struktur inisiasi berhubungan negatif dengan tekanan peran. Struktur inisiasi yang tinggi mengindikasikan atasan memberikan informasi kerja yang cukup dan menjelaskan peraturan dan prosedur pada bawahannya. Hasil dari sikap atasan yang memberikan informasi kerja yang cukup dan adanya penjelasan peraturan serta prosedur pada bawahannya membuat karyawan mempunyai sedikit konflik peran dan ambiguitas peran (tekanan peran) serta memberikan ekspektasi tujuan yang jelas (Dale dan Fox, 2008). Gaya kepemimpinan yang mempertimbangkan, meningkatkan kemampuan untuk interaksi, komunikasi, feedback, dan hasil informasi (Pearce dalam Dale dan Fox, 2008). Hipotesis yang dapat dirumuskan: H3 : terdapat pengaruh negatif struktur inisiasi pimpinan pada tekanan peran. 4. Pengaruh Pe rtimbangan Pada Tekanan Peran Dale dan Fox (2008) mengemukakan bahwa pertimbangan pemimpin berhubungan negatif dengan tekanan peran. Pertimbangan supervisor secara umum melibatkan interaksi karyawan yang meyediakan kesempatan untuk berdiskusi dan menyelesaikan konflik (Michaels et el. dalam Dale & Fox, 2008). Lebih banyak gaya kepemimpinan pertimbangan supervisor mungkin mempunyai efek yang paling positif pada komitmen organisasi ketika bawahan berkonsultasi tentang masalah penting untuk mencapai kesuksesan organisasi. Hal ini dapat mengurangi konflik dan ambiguitas peran. Hipotesis yang dapat dirumuskan:

43 29 H4 : terdapat pengaruh negatif pertimbangan pimpinan pada tekanan peran. 5. Pengaruh Te kanan Pe ran Pada Komitmen Organisasional Dale dan Fox (2008) menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara tekanan peran dengan komitmen organisasional. Sama halnya, Addae dan Parboteeah (2008) mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif antara konflik peran dan ambiguitas peran pada komitmen organisasional. Hipotesis yang dapat dirumuskan: H5 : tekanan peran mempunyai pengaruh negatif pada komitmen organisasional. 6. Tekanan Pe ran Memediasi Pengaruh Gaya Ke pemimpinan Pada Komitmen Organisasional Ketika pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan struktur inisiasi, maka karyawan akan merasakan tanggung jawab yang lebih besar sehingga komitmen organisasional mereka menjadi lebih tinggi (Morris & Sherman, 1981). Penjelasan dan petunjuk untuk bawahan dalam bertindak, dapat diharapkan untuk mengurangi ambiguitas peran (Kahn et al. dalam Dale & Fox, 2008) dan konflik peran (Johnston et al., Lee and Schuler dalam Dale & Fox, 2008). Hasilnya, komitmen organisasi meningkat. Sementara itu, ketika pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan pertimbangan akan memberi kecocokan pada lingkungan kerja yang meningkatkan kebutuhan emosional karyawan, sebaik pengembangan keterlibatan sosial. Ikatan sosial yang dibuat

44 30 melalui interaksi supervisor/ bawahan merupakan pengaruh penting pada komitmen organisasional (Mowday et al. dalam Dale & Fox, 2008). Gaya kepemimpinan pertimbangan mempunyai efek positif pada komitmen organisasi ketika bawahan berkonsultasi tentang hal penting yang berhubungan dengan kesuksesan organisasi. Pada akhirnya, mengurangi konflik dan tekanan (Bass dalam Dale & Fox, 2008). Hipotesis yang dapat dirumuskan: H6 : tekanan peran memediasi pengaruh gaya kepemimpinan terhadap komitmen organisasional.

45 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi, sampel, dan te knik sampling 1. Populasi Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang memiliki karateristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006), sedangkan menurut Sekaran (2003) populasi adalah sekumpulan dari orang, kejadian atau sesuatu yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen yaitu sebanyak 192 karyawan. 2. Sampel Sampel adalah subset dari populasi, terdiri atas beberapa anggota populasi (Ferdinand,2006). Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri atas beberapa anggota yang dipilih dari populasi untuk diteliti (Sekaran, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan BPR BKK Karangmalang, BPR BKK Tangen, BPR BKK Sukodono, BPR BKK Sragen Kota, BPR BKK Sidoharjo, BPR BKK Kedawung, BPR BKK Kalijambe, dan BPR BKK Gondang. Menurut Roscue dalam Sekaran (2000), ukuran sampel yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 layak digunakan untuk penelitian. Sampel penelitian yaitu sebanyak 100 karyawan.

46 32 3. Teknik Sampling Teknik sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2006). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa subyek tidak hanya sebagai pelaku, tetapi juga lebih memahami tentang permasalahan penelitian yang menjadi fokus peneliti, yaitu mengenai hubungan gaya kepemimpinan dan komitmen organisasional dengan tekanan peran sebagai pemediasi. B. De finisi Ope rasional dan Pe ngukuran Variabel 1. Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif atau negatif. Jika terdapat variabel independen, variabel dependen juga hadir dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel independen, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel dependen. Dengan kata lain, varians variabel dependen ditentukan oleh variabel independen (Sekaran, 2006). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan (struktur inisiasi dan pertimbangan pimpinan). 1) Definisi Operasional Gaya kepemimpinan dalam hal ini meliputi struktur inisiasi dan pertimbangan pimpinan. Struktur inisiasi adalah persepsi karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen terhadap tingkat

47 33 supervisor mendefinisikan perannya dan peran bawahannya terhadap pencapaian tujuan kelompok, sedangkan pertimbangan supervisor adalah tingkat supervisor mengembangkan suasana/ iklim kerja PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen yang mendukung secara psikologi, kepercayaan timbal balik dan kepedulian, suka menolong, dan keramahtamahan. Variabel independen ini diukur dengan menggunakan 20 item Leader Behavior Description Questionnaire (LBDQ) Form XII dengan rincian: struktur inisiasi 10 item pertanyaan dan 10 item pertanyaan pertimbangan. Variabel dependen Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Dengan kata lain variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. Melalui analisis terhadap variabel dependen adalah untuk menentukan jawaban atau solusi atas masalah (Sekaran, 2006). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah komitmen organisasional. 2) Definisi operasional: Komitmen organisasional dalam penelitian ini adalah hasrat kuat karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen; kerelaan berusaha keras untuk kepentingan organisasi; dan kepercayaan dan penerimaan nilai dan tujuan perusahaan.

48 34 Variabel Komitmen Organisasional diukur dengan menggunakan 15 item kuesioner dari Mowday, Steers, dan Porter (1979). Variabel Pemediasi : Tekanan peran 3) Definisi operasional: Tekanan peran meliputi konflik peran dan ambiguitas peran. Konflik peran adalah tingkat ketidaksesuaian antara tugas kerja, sumber, peraturan atau kebijakan, dan orang lain. Atau dengan kata lain, karyawan yang mengalami konflik di PD BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen, baik dengan rekan kerja yang lain, supervisor ataupun konflik dengan workgroups, sedangkan ambiguitas peran adalah tingkat jelasnya informasi yang kurang (informasi kurang jelas) tentang harapan yang berhubungan dengan peran, metode untuk memenuhi konsekuensi kinerja peran. Atau dengan kata lain, karyawan PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen merasa dalam bekerja tidak terdapat pedoman dan tujuan yang jelas. Tekanan peran diukur dengan menggunakan 30 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Rizzo et al. (1970). C. Sumber Data a. Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang didapat langsung dari responden oleh peneliti (Sekaran, 2000). Dalam penelitian ini data primer yang dibutuhkan meliputi hasil data kuesioner dan/atau hasil wawancara dengan responden tentang gaya kepemimpinan, komitmen organisasional, dan tekanan peran.

49 35 b. Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data atau informasi yang dikumpulkan orang atau pihak lain yang digunakan peneliti untuk penelitiannya (Sekaran, 2000). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dokumen-dokumen dan catatan statistik dari PD. BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen. Data perusahaan meliputi : sejarah singkat dan perkembangan perusahaan, visi dan misi perusahaan, tujuan dan funsi perusahaan bisnis inti dan bisnis tambahan perusahaan, data kepegawaian dan uraian tugas dan fungsinya. D. Te knik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu sebagai berikut : 1. Kuesioner Kuesioner diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan kepada responden dan responden memilih alternatif jawaban yang sudah tersedia. Jawaban atas pertanyaan tersebut, bersifat tertutup, artinya alternatif jawaban atas pertanyaan tersebut telah disediakan dan responden tidak diberi kesempatan menjawab yang lain di luar jawaban yang telah disediakan. Kuesioner mengenai gaya kepemimpinan dalam hal ini struktur inisiasi dan pertimbangan supevisor, komitmen organisasional, dan tekanan peran diberikan kepada responden.

50 36 2. Wawancara Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan dengan tanya jawab antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden. Wawancara dilakukan antara peneliti (pewawancara) terhadap pihak perusahaan (bagian personalia) perusahaan. Data yang diperoleh dari wawancara berupa data-data sekunder yang mendukung penelitian ini. 3. Observasi Observasi yaitu mengamati secara langsung objek yang diteliti. Data yang diperoleh dari observasi berupa data sekunder yang mendukung penelitian ini. E. Me tode Analisis Data Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah Uji Instrumen, Analisis Deskriptif, Uji Hipotesis, dan Uji Hipotesis Dengan Variabel Mediasi. 1. Uji Instrumen a. Uji Validitas Validitas instrumen penelitian atau tingkat ketepatan instrumen penelitian adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkannya. Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan. Tingkat validitas yang tinggi mencerminkan bahwa instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur serta mampu mengungkapkan apa yang diungkapkan

KEPEMIMPINAN. Kepemimpinan Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran.

KEPEMIMPINAN. Kepemimpinan Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. BAB VI KEPEMIMPINAN 11 0 Apa itu Kepemimpinan? Kepemimpinan Kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Manajemen Menggunakan wewenang inhern dalam peringkat formal terencana untuk

Lebih terperinci

Pertemuan ke- 11 kepemimpinan. Pengertian Kepemimpinan Gaya gaya Kepemimpinan

Pertemuan ke- 11 kepemimpinan. Pengertian Kepemimpinan Gaya gaya Kepemimpinan Pertemuan ke- 11 kepemimpinan i Pengertian Kepemimpinan Gaya gaya Kepemimpinan i KEPEMIMPINAN Pengertian Kepemimpinan : Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya

Lebih terperinci

Kepemimpinan Dalam Perilaku Organisasi

Kepemimpinan Dalam Perilaku Organisasi Manajer & Pemimpin Kepemimpinan Dalam Perilaku Organisasi Oleh : Rino A Nugroho Inoz_solo@yahoo.com Ver 1.0 Updated 240406 Manajemen berkaitan dengan penanganan kerumitan dalam organisasi, menghasilkan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN IKA RUHANA

PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN IKA RUHANA PENDEKATAN DALAM STUDI KEPEMIMPINAN IKA RUHANA Pendekatan Untuk Mempelajari Kepemimpinan 1. Pendekatan Ciri. Pendekatan ini menekankan pada atribut / sifat yang ada pada pemimpin. 2. Pendekatan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dan pemilik selaku principal. Jensen dan

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com A. Pendahuluan Mengapa Pemimpin Dibutuhkan? Karena banyak orang memerlukan figur pemimpin. Dalam beberapa situasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan (Hasibuan, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahkamah Agung (MA) saat ini tengah menghadapi suatu perubahan lingkungan seperti yang tersurat dalam Cetak Biru Pembaharuan Peradilan tahun 2010-2035. MA sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior

Lebih terperinci

LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA ERPEN JUANDA

LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA ERPEN JUANDA LEADERSHIP DI SUSUN OLEH : HARRY SATRIA PUTRA 112.6211.060 ERPEN JUANDA 112.6211.068 Manajer Vs Pemimpin Manajer Ditunjuk untuk posisinya. Dapat mempengaruhi didasarkan pada wewenang formal yang melekat

Lebih terperinci

MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si

MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI 2011 1 MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dengan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1 Dosen: Ati Harmoni 1 PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah memelajari Bab ini mahasiswa dapat memahami tentang teori dan tipe kepemimpinan SASARAN BELAJAR: Setelah memelajari Bab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang bergerak pada industri yang sejenis semakin meningkat. Hal ini salah satunya disebabkan oleh konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan umum yang dihadapi institusi pendidikan dan guru berkaitan dengan salah satu dari tiga perilaku penting dari seorang pegawai dalam sebuah organisasi,

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior. Judul : Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior pada UD. Kariasih di Mengwi Badung Nama : I Putu Adi Satyawan NIM :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi dalam menciptakan kelangsungan hidupnya, apapun bentuk organisasi itu dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling berharga (Shah, 2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak akan bertahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

Disusun Oleh Lista Kuspriatni. Universitas Gunadarma 2014

Disusun Oleh Lista Kuspriatni. Universitas Gunadarma 2014 Disusun Oleh Lista Kuspriatni Universitas Gunadarma 2014 Manajer mempunyai kegiatan yang lebih luas daripada pemimpin. Manajer melakukan assesment, melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab untuk menggunakan

Lebih terperinci

PERAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DALAM MEMEDIASI PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL YANG DIPERSEPSIKAN DAN PEMBERDAYAAN PSIKOLOGIS PADA KINERJA

PERAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DALAM MEMEDIASI PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL YANG DIPERSEPSIKAN DAN PEMBERDAYAAN PSIKOLOGIS PADA KINERJA PERAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DALAM MEMEDIASI PENGARUH DUKUNGAN ORGANISASIONAL YANG DIPERSEPSIKAN DAN PEMBERDAYAAN PSIKOLOGIS PADA KINERJA (Studi Pada Karyawan AJB Bumiputera 1912) SKRIPSI

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 10 Interpersonal Communication Skill Leadership Dra. Tri Diah Cahyowati, Msi. Fakultas FIKOM Program Studi Marcomm & Advertising LEADERSHIP DEFINISI KEPEMIMPINAN Kepemimpinan (leadership) merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN

PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN PENDEKATAN UNTUK MEMPELAJARI KEPEMIMPINAN Fred E. Fiedler dan Martin M. Chamars, dalam kata pengantar bukunya yang berjudul Leadership in Effectives Management mengemukakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE (LMX) PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN KUALITAS PARTISIPASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

ANALISIS PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE (LMX) PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN KUALITAS PARTISIPASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI ANALISIS PENGARUH LEADER-MEMBER EXCHANGE (LMX) PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN KUALITAS PARTISIPASI SEBAGAI VARIABEL MEDIASI (Studi pada Karyawan PT Indo Acidatama Tbk Karanganyar) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH

Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH Arti kepemimpinan Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran Teori Kepemimpinan Teori Sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan semakin ketat. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, DUKUNGAN ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR CATUR ARTHA JAYA KUDUS

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, DUKUNGAN ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR CATUR ARTHA JAYA KUDUS 1 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, DUKUNGAN ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR CATUR ARTHA JAYA KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Iklim Organisasi 2.1.1. Definisi Iklim Organisasi Awalnya, iklim organisasi adalah istilah yang digunakan merujuk kepada berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan satu atap memberikan tanggungjawab dan tantangan bagi Mahkamah Agung (MA), karena selain mempunyai posisi dan peran strategis di bidang kekuasaan kehakiman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif PEMBAHASAN 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif Model kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena model kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu (Nanang, 2007) dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpian terhadap Prestasi Kerja Karyawan Bagian Produksi pada Perusahaan Pengolahan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPERCAYAAN TERHADAP PEMIMPIN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPERCAYAAN TERHADAP PEMIMPIN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPERCAYAAN TERHADAP PEMIMPIN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi kasus di Rumah Sakit Umum Nirmala Suri Sukoharjo ) Skripsi Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek seperti demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak globalisasi, mengharuskan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pusat Koperasi Syariah (Puskopsyah) Alkamil Jawa Timur sebagai salah satu lembaga keuangan syariah nonbank yang berbadan hukum koperasi, memiliki kegiatan menyimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan dalam membuat kebijakan dan melaksanakan usahanya sehingga dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja

BAB I PENDAHULUAN. keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru berkaitan dengan peran penting dalam mewujudkan keefektifan dan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kepuasaan kerja guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan menjelaskan organisasi adalah kumpulan orang, proses pembagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982; BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMEDIASI

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMEDIASI PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI PEMEDIASI (STUDI PADA KARYAWAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai, misalnya meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dalam usaha merealisasikan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan atau organisasi di Indonesia semakin lama semakin pesat, terutama pada era globalisasi saat ini. Hal ini menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian besar dari praktisi maupun akademisi telah diberikan kepada pengujian komitmen organisasi terhadap variabel lain terkait sikap kerja karyawan dan hasil organisasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan pada dasarnya sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan sangat diharapkan dalam menciptakan rasa keadilan bagi

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan sangat diharapkan dalam menciptakan rasa keadilan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kerja kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya suatu organisasi dan kelangsungan suatu perusahaan. Peran pemimpin dalam suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya tantangan yang dihadapi oleh organisasi sekarang menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang harus dihadapi oleh organisasi, kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan, karyawan menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan tidak akan bisa sukses tanpa ada campur tangan usaha karyawannya. Perusahaan akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi menjadi salah satu isu utama yang mendorong perusahaan menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk senantiasa

Lebih terperinci

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)

Penempatan Pegawai. School of Communication & Business Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) 1. Pendahuluan (26/08/2015) 2. Dasar Perilaku Individu (02/09/2015) Penempatan Pegawai 3. Kepribadian dan Emosi dan mengumpulkan tugas ke 1 (09/09/2015) 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa: A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut untuk melakukan pekerjaannya dengan maksimal dan memiliki kinerja yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik untuk diperbincangkan hingga saat ini. Media massa, baik elektronik maupun cetak, seringkali

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. hanya pada sektor usaha yang berorientasi pada laba, sektor pendidikan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semua organisasi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha usaha untuk mencapai tujuan tertentu bagi organisasi tersebut. Tidak hanya pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sistem dan kegiatan manusia yang saling bekerja sama, organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada jalur formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, yaitu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Manajer Operasi terhadap Prestasi Karyawan PT. Bank Muammalat Medan. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan

BAB II TELAAH TEORI. Locke, Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan 8 BAB II TELAAH TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Goal Setting Theory Goal setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukakan oleh Locke, 1978. Teori ini menjelaskan hubungan antara tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Iklim organisasi (Organizational climate) Menurut Davis dan Newstrom (1985) iklim organisasi adalah lingkungan didalam mana para pegawai

Lebih terperinci

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disajikan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, pada bab ini akan ditampilkan pula saran yang berguna

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA KEPUASAN KERJA YANG DIMEDIASI OLEH PERSEPSI POLITIK ORGANISASI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA KEPUASAN KERJA YANG DIMEDIASI OLEH PERSEPSI POLITIK ORGANISASI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA KEPUASAN KERJA YANG DIMEDIASI OLEH PERSEPSI POLITIK ORGANISASI ( Studi Pada Karyawan PT.Bank CIMB Niaga, Tbk di Surakarta ) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan perangkat sosial yang terdiri dari faktor-faktor manusia dan fisik. Sumber daya manusia merupakan faktor sentral dalam pengelolaan suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak karyawan di masa kini berpindah-pindah tempat kerja. Alasan-alasan karyawan berpindah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi baik itu swasta maupun pemerintah akan berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang diindikasikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wibowo, 2007:25). Efektifnya organisasi tergantung kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Robert House menyampaikan teori kepemimpinan dengan menyarankan bahwa kepemimpinan yang efektif mempergunakan dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi

Lebih terperinci

Oleh : SUGIYARTA, SH NIM : P NIRM :

Oleh : SUGIYARTA, SH NIM : P NIRM : PENGARUH SUMBER KEKUASAAN DAN METODE MEMPENGARUHI TERHADAP KEPUASAN KERJA Studi terhadap para PNS di lingkungan Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh : SUGIYARTA, SH NIM : P100000085 NIRM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Komitmen organisasional Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah semacam ikatan antara karyawan dan

Lebih terperinci

BAB5 PENUTUP. Berdasarkan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian-penelitian

BAB5 PENUTUP. Berdasarkan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian-penelitian BAB5 PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti mengembangkan tujuh hipotesis yang melibatkan lima variabel penelitian, yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. SEMEN GRESIK (PERSERO) Tbk DI GRESIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT. BUMI MANUNGGAL KHARISMA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT. BUMI MANUNGGAL KHARISMA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT. BUMI MANUNGGAL KHARISMA SURAKARTA SKRIPSI Oleh: TJAHJU PRAPTIWINARSIH 141 102 041 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan dalam rangka memenangkan persaingan. Perusahaan kecil, menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengatasi persaingan yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pertukaran Sosial Fung et al. (2012) menyatakan bahwa teori pertukaran sosial merupakan pandangan karyawan ketika mereka telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Persaingan yang terjadi akhir-akhir ini telah memberikan dampak yang besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kerja yang dimilikinya (Djastuti, 2011). Handayani (2008) berpendapat bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kerja yang dimilikinya (Djastuti, 2011). Handayani (2008) berpendapat bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komitmen Organisasi 1) Definisi Komitmen Organisasi Komitmen organisasi merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh karyawan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan dan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya.

Lebih terperinci

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com Kepemimpinan pada dasarnya, dapat dikemukakan 4 hal penting, yaitu : 1)Melibatkan orang lain 2)Melibatkan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU CITIZENSHIP, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL (Studi Empiris pada Pemerintah Kotamadya Surakarta)

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU CITIZENSHIP, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL (Studi Empiris pada Pemerintah Kotamadya Surakarta) PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU CITIZENSHIP, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL (Studi Empiris pada Pemerintah Kotamadya Surakarta) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci