Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP
|
|
- Yohanes Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Studi Dampak Sambaran Petir Pada Peralatan Tegangan Rendah Rumah Tangga Menggunakan Perangkat Lunak EMTP Riduwan Maliki Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-6111 Abstrak: Petir merupakan fenomena alam yang meluahkan muatan listrik dengan arus dan tegangan yang sangat besar, dalam waktu yang sangat singkat. Saluran transmisi tegangan tinggi jarang sekali mengalami gangguan akibat sambaran petir dikarenakan level tegangan petir hampir sama dengan level tegangan transmisi. Namun ketika petir menyambar di saluran tegangan rendah yang dekat dengan transmisi di pelanggan (rumah), maka transien tegangan dan arus yang diakibatkan oleh petir akan berdampak pada sistem kelistrikan di pelanggan (rumah) dan bisa merusak peralatan tegangan rendah dan elektronik. Ada berbagai macam sambaran petir, yaitu sambaran langsung dan sambaran tidak langsung. Pada sambaran langsung petir menyambar tepat pada peralatan tegangan rendah dan elektronik seperti pada antenna tv, sedangkan pada sambaran tidak langsung kanal petir akan menginduksi peralatan tegangan rendah dan elektronik dan bisa juga terjadi kenaikan tegangan tanah (ground potential rise) dari sambaran petir sehingga terjadi kenaikan tegangan grounding di peralatan listrik. Kedua jenis sambaran tersebut menimbulkan tegangan transien pada saluran. Pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai sambaran secara tidak langsung. Kenaikan tegangan tanah (ground potential rise) akan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak EMTP, sedangkan induksi petir akan dihitung secara matematis. Kata kunci: Sambaran Petir Tidak Langsung, Peralatan Tegangan Rendah dan Elektronik, Ground Potential Rise, Sambaran Induksi Petir, ATP/EMTP. 1. PENDAHULUAN Petir merupakan gejala alam yang tidak bisa dihilangkan atau dicegah. Kejadian petir dapat melibatkan arus yang sangat besar, dalam waktu yang sangat singkat namun bahaya yang ditimbulkannya dapat sangat besar. Peluahan muatan listrik antara awan dengan tanah terjadi karena adanya kuat medan lisrik antara muatan di awan dengan muatan induksi di permukaan tanah. Semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar pula medan listrik yang terjadi. Apabila kuat medan ini melebihi kuat medan tembus udara, maka akan terjadi petir. Petir akan menyambar pada objek yang tinggi seperti pohon, menara transmisi listrik, BTS (tower pemancar), gedung bertingkat, gedung pencakar langit, bahkan sebuah pohon pisang di tengah ladang luas sekalipun akan beresiko tersambar petir. Peluang sambaran petir tidak hanya disebabkan karena ketinggian objek yang tersambar, tetapi juga dipengaruhi oleh area tempat objek tersebut dan iklim di daerah tersebut. Sebuah pohon pisang yang tingginya hanya 4 m bisa tersambar petir jika pohon tersebut berada di area terbuka seperti ladang/sawah. Bahkan banyak kejadian manusia yang tersambar di tempat-tempat terbuka seperti lapangan dan ladang/sawah. Sambaran petir bisa merusakkan peralatan listrik dan elektronik di rumah tangga. Seperti televisi, radio, telepon rumah, komputer, dan sebagainya. Kerusakan tersebut dikarenakan adanya gelombang berjalan dengan amplitudo transien arus dan tegangan yang tinggi dari sambaran petir. Titik sambaran petir bisa dari berbagai titik kemungkinan. Bisa berupa sambaran langsung maupun sambaran tak langsung. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Petir Indonesia adalah negara tropis yang panas dan lembab. Kedua faktor ini memudahkan pembentukan awan Cumulonimbus penghasil petir, karena secara umum di daerah tropis terbentuk siklon tropis yang merupakan daerah raksasa aktivitas awan, angin, dan badai petir. Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi loncatan muatan listrik antara awan dengan bumi. Loncatan muatan listrik tersebut diawali dengan pengumpulan uap air di dalam awan. Karena perbedaan temperatur yang besar antara bagian bawah awan dengan bagian yang lebih di atas, butiran air bagian bawah yang temperaturnya lebih hangat berusaha berpindah ke bagian atas sehingga mengalami pendinginan dan membentuk kristal es. Kristal es yang lebih berat daripada butiran air berpindah ke bagian bawah. Kristal es yang turun dan butir air yang naik saling mendesak sehingga timbul gesekan yang menimbulkan pemisahan muatan. Butir air yang bergerak naik membawa muatan positif sedangkan kristal es membawa muatan negatif sehingga terbentuk awan yang mirip dengan dipole listrik. Pada saat tegangan antara ujung awan sudah cukup besar terjadilah pelepasan muatan listrik. 2.2 Peralatan Sensitif Terhadap Surja Pada dasarnya peralatan listrik dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu: Tanpa menggunakan komponen semikonduktor Menggunakan komponen semikonduktor Komponen semikonduktor adalah komponen elektronika yang pada umumnya merupakan bagian dari perangkat
2 pengontrol atau pengubah sistem daya (konverter). Komponen semikonduktor dapat berupa dioda, thyristor, transistor, integrated circuit. Kelompok peralatan listrik yang tidak menggunakan semikonduktor misalnya: pompa air, vacuum cleaner, rice cooker, mixer dan sebagainya. Kelompok peralatan listrik yang menggunakan komponen semikonduktor misalnya: komputer, televisi, radio, air condition yang menggunakan kontrol elektronik dan sebagainya. Kelompok pertama, yaitu peralatan listrik yang tidak menggunakan komponen semikonduktor lebih tahan terhadap surja petir. Dalam intensitas arus maksimum tertentu, kerusakan akan terjadi pada isolasi. Belitan dalam motor listrik akan terbakar akibat tidak tahan terhadap tingginya tegangan yang mengenainya. Sedangkan peralatan listrik yang menggunakan komponen semikonduktor merupakan peralatan yang sensitif terhadap surja petir. Komponen semikonduktor merupakan perangkat yang amat rentan terhadap perubahan arus atau tegangan yang mendadak. Apabila batas toleransi perubahan arus tersebut dilampaui maka peralatan tersebut akan rusak/tidak berfungsi. Hal ini menyebabkan seluruh sistem dari peralatan tersebut menjadi tidak berfungsi. Berikut adalah tabel batas tegangan transient pada peralatan tegangan rendah berdasarkan EN (European) Standard (EN ). Tabel 1 Level Tegangan Transient Peralatan Level Batas Transient 1.5 kv 2 1 kv 3 2 kv 4 4 kv Sumber : Application of Surge Protection Devices for Very Low Voltage Devices Mike Green Consulting Engineer- Lightning and over-voltage protection 3.1 Perhitungan Kenaikan Tegangan Tanah (Ground Potential Rise-GPR) Akibat Sambaran Petir Pada Ground Potential Rise (Kenaikan Tegangan Tanah) arus petir yang menyambar suatu objek terdistribusi secara radial di dalam tanah. Gambar 2 Distribusi Tegangan Petir Pada Elektroda di Dalam Tanah Pada Gambar 2 merupakan gambaran distribusi tegangan petir di dalam tanah. Distribusi tegangan petir tampak seperti luasan setengah bola. Pada lapisan yang berwarna ungu memiliki besar tegangan puncak yang berbeda dengan lapisan yang berwarna hijau. Sehingga akan ada faktor jarak dari sambaran atau elektroda yang terkena sambaran petir terhadap besar tegangan puncak pada lapisan permukaan setengah bola tersebut. 3. PERHITUNGAN SAMBARAN TAK LANGSUNG PETIR Pada tugas akhir ini simulasi dan perhitungan yang dilakukan hanya pada sambaran tak langsung. Ada dua macam sambaran tak langsung yang akan ditinjau pada studi ini, yaitu: Ground Potential Rise Induksi petir (kopling induktif) Gambar 1 Sambaran Tak Langsung (Induksi Petir & Ground Potential rise) yang Menyambar Sebuah Tower Gambar 3 Distribusi Tegangan Petir Elektrode Rod di Dalam Tanah Bila Arus I (arus petir) masuk ke tanah lewat suatu elektroda dan mengenai elektroda yang lain yang cukup jauh. Arus yang masuk ke tanah mengalir secara radial dari elektroda. Dari gambar 3 diatas dimisalkan arah arus dalam tanah dari elektroda dengan jari-jari r1 yang tersambar petir ke elektroda yang tidak tersambar petir sejauh r2, sehingga luasannya adalah setengah bola (A=2 r 2 ), maka besarnya resistansi pada jarak r2 adalah ρ 1 1 R h = 2 π r1 r dimana, R h = resistansi antara 2 elektroda dengan jarak r2 ( ) = tahanan jenis tanah ( m)
3 r1 = jari-jari elektroda (m) r2 = jarak elektrode (m) 3.2 Perhitungan Tegangan Induksi Akibat Sambaran Petir Tegangan induksi yang terjadi merupakan tegangan akibat adanya fenomena kopling induktif. Diasumsikan bahwa objek sambaran petir adalah menara yang berada pada sumbu y positif berupa suatu penghantar tegak lurus dengan bidang x. Arus petir diasumsikan menyambar pada menara. Tegangan induksi yang terjadi adalah akibat medan magnetik dan medan listrik akibat arus petir yang mengalir pada menara transmisi menuju ke pentanahan. Peralatan listrik dan elektronik disimbolkan sebagai suatu daerah dengan luasan tertentu, seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 4 Posisi Menara dan Peralatan Listrik Pada suatu kabel penghantar turun yang dialiri arus petir, daerah pada sekeliling kabel penghantar akan mengalami induksi elektromagnetik yang menginduksi pada peralatan listrik. Selain dapat merusak komponen peralatan listrik, tegangan tinggi terpa petir dapat pula merusak sistem isolasi dari peralatan yang tersambar. Besarnya nilai induksi elektromagnetik pada suatu kabel penghantar terhadap peralatan listrik dapat dihitung dengan persamaan berikut c M =,2 b ln...2 a dimana, M = Induksi Elektromagnetik, (H). a = Jarak antar kabel konduktor dengan loop dalam, (m). b = Besar loop, (m). c = Jarak antar kabel konduktor dengan loop luar, (m). Harga tegangan induksi yang terjadi akibat dari kopling induktif, yaitu U maks = M ( di....3 dt)maks Gambar 5 Loop Berada di Samping Kabel Konduktor 4. SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Antena Pemancar BTS Tabel 4.1 Spesifikasi Menara BTS Data Keterangan Tinggi meter Panjang 4,5 meter Lebar 4,5 meter Power Pancar 1 watt Frekuensi Band 8,9,&18 MHz Jari-jari downconductor 4 mm Jenis downconductor BC 5 mm 2 Jenis elektrode pentanahan Elektrode rod Panjang elektrode 4m Diameter elektrode 16mm Pada studi ini ketinggian tower yang digunakan sebesar 52 meter. Ground Potential Rise Pada Peralatan Listrik dan Elektronik 4.2 Pemodelan Sistem Pengaman Petir Pada BTS Penghantar turun (down conductor) BC 5 mm 2 dimodelkan pada EMTP berupa resistor dan induktor yang tersusun secara seri. Besar/nilai resistansi dihitung berdasarkan rumus: R d l = ρ..4 A dimana, R d = resitansi downconductor/penghantar turun pada BTS ) l = tahanan jenis penghantar ( m), Cu=1,72x1-8 m = panjang penghantar (m), dianggap sama dengan panjang tower (52 m) A = luas penampang penghantar (m 2 ) Sedangkan nilai induktansi penghantar turun (down conductor) dihitung dengan rumus: L d { ln( 2 l ) 1} =.21 r 5
4 dimana, L d = induktansi penghantar ( H) l = panjang penghantar (m), dianggap sama dengan panjang tower (52 m) r = jari-jari penghantar (m) fasa 2 kv/38 V ( /Y) dengan kondisi beban seimbang, dengan beban masing-masing fasa 33 kva. Oleh karena petir akan terjadi ketika musim hujan dalam hal ini kondisi tanah dalam keadaan basah/lembab, sehingga tahanan jenis tanah dianggap 1 m. Pada resistansi elektroda pentanahan (R) diambil sesuai dengan standard IEEE, 1986 (IEEE Guide for Safety in AC Substation Grounding. Wiley-Interscience, a division of John Wiley & Sons, Inc. New York. P. 23) yang besarnya 1 ohm. Namun pada studi ini resistansi yang diambil 1. Sedangkan nilai L dihitung dengan persamaan berikut 4 2 ln l L = l 1 d 7.6 dimana, L = nilai induktansi elektroda rod (H) l = panjang elektroda rod (m) d = diameter elektroda rod (m) Nilai kapasitansi C dari elektroda rod menggunakan rumus ε r l C = 18 ln d ( 4l ) dimana, C = kapasitansi elektroda rod (F) l = panjang elektroda rod (m) d = diameter elektroda rod (m) r = konstanta dielektrik elektroda rod (F/m), tembaga=3,3 F/m 4.3 Pemodelan Menggunakan EMTP L_imp adalah sumber petir tipe Heidler. Arus dari petir akan mengalir melewati penghantar turun (downconductor) BTS dengan nilai resistansi dan induktansi R d dan L d. Besar R d dan L d dihitung dengan persamaan 4.1 dan 4.2. R, L, dan C adalah pemodelan elektroda rod pada pentanahan di BTS. Nilai L dan C telah dihitung pada persamaan 4.3 dan 4.4. Sedangkan besar R adalah 1 ohm. Arus petir yang masuk ke tanah akan didistribusikan secara radial pada tanah di sekitar pentanahan BTS. Sesuai persamaan 3.1, maka nilai R h bisa divariabel/diubah-ubah sesuai dengan jaraknya(r2). Sehingga antara grounding peralatan listrik di rumah dan pentanahan BTS dihubungkan dengan resistansi sebesar R h, dengan besarnya R h berubah sesuai dengan jarak pentanahan BTS terhadap grounding peralatan listrik rumah (r2). Untuk nilai r1 (jari-jari elektroda pentanahan BTS) diambil.8 m. Tegangan yang sampai ke grounding peralatan di rumah akan terbaca pada probe. Pada gambar pemodelan di atas, rumah terhubung dengan sistem. Trafo 3 Gambar 6 Pemodelan Potensial Rise Pada EMTP 4.4 Pengaruh Jarak Terhadap Kenaikan Tegangan Puncak di Grounding/Pentanahan Rumah Pada simulasi ini digunakan arus petir sebesar 1 ka dengan waktu 8/2 s. Nilai R h diubah-ubah sesuai dengan persamaan 3.1 dengan nilai r2 yang berbeda-beda (diambil 1-1m) dan r1=,8m (jari-jari elektrode pentanahan BTS). Sedangkan nilai R d dan L d tetap dan besarnya seperti pada perhitungan di persamaan 4.1 dan 4.2. Besar dari R, L, dan C juga tetap seperti perhitungan pada persamaan 4.3 dan 4.4. Untuk nilai R g diambil 1 ohm, dan R tr diambil 5 ohm. Tabel 4.2 Kenaikan Tegangan Puncak dan Arus Puncak Pada Jarak Yang Berbeda Jarak (m) kenaikan tegangan di grounding peralatan (V)
5 Hasil yang didapat pada simulasi menunjukkan bahwa semakin jauh jarak grounding peralatan listrik dari sistem pentanahan BTS yang tersambar petir, maka semakin kecil pula kenaikan tegangan puncak pentanahan (ground potensial rise) yang diterima oleh grounding peralatan listrik. Grafik dibawah ini akan lebih memudahkan kita dalam melihat pengaruh resistansi pentanahan terhadap kenaikan tegangan pada setiap satuan jarak. Kenaikan Tegangan Puncak (V) Kenaikan Tegangan Puncak Untuk Setiap Satuan Jarak Jarak (m) Gambar 7 Grafik Kenaikan Tegangan Puncak Untuk Setiap Satuan Jarak Dari Pentanahan BTS Pada Grafik diatas terjadi penurunan tegangan puncak yang cukup tajam pada jarak 1 m sampai 3 m. Untuk jarak 3m keatas penurunan tegangan puncak cukup landai. Semakin kecil kenaikan tegangan yang terjadi mengindikasikan semakin aman peralatan listrik tegangan rendah dan elektronik dari kerusakan akibat Ground Potential Rise sambaran petir. Batas aman kenaikan tegangan (Ground Potential Rise) merujuk pada standard EN (tabel ). Kenaikan tegangan yang melebihi batas kemampuan peralatan akan menyebabkan kerusakan isolasi peralatan. Jika melihat tegangan puncak dari grafik di atas, maka berdasarkan tabel standard EN peralatan masih bisa dikatakan aman. 4.5 Pengaruh Besarnya Arus Puncak Petir Terhadap Besarnya Kenaikan Tegangan Puncak di Grounding/Pentanahan Rumah Pada simulasi ini digunakan arus petir sebesar 1 ka dan 1 ka dengan waktu 8/2 s. Nilai R h diubah-ubah sesuai dengan persamaan 3.1 dengan nilai r2 yang berbeda-beda (diambil 1-1m) dan r1=,8m (jari-jari elektrode pentanahan BTS). Sedangkan nilai R d dan L d tetap dan besarnya seperti pada perhitungan di persamaan 4.1 dan 4.2. Besar dari R, L, dan C juga tetap seperti perhitungan pada persamaan 4.3 dan 4.4. Untuk nilai R g diambil 1 ohm, dan R tr diambil 5 ohm, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat di bawah ini. Tabel 4.3 Kenaikan Tegangan Puncak dan Arus Puncak Terhadap Jarak Yang Berbeda Dengan Arus Puncak Petir 1kA dan 1kA Kenaikan Tegangan Puncak (V) kenaikan tegangan di Jarak grounding peralatan (V) (m) 1kA 1kA Kenaikan Tegangan Puncak Untuk Arus Puncak Petir 1 ka & 1 ka Jarak (m) Arus Puncak Petir 1 ka Arus Puncak Petir 1 ka Gambar 8 Grafik Kenaikan Tegangan Puncak Pada Grounding Peralatan di Rumah Dengan Arus Puncak 1 ka & 1 ka Dari tabel dan gambar grafik terlihat bahwa semakin besar arus puncak petir, maka semakin besar pula kenaikan tegangan puncak di grounding peralatan listrik rumah tangga. Pada impuls petir 1 ka kenaikan tegangan puncak yang terjadi masih berada di bawah batas standar EN Jadi Peralatan masih bisa dikatakan aman. Sedangkan untuk impuls petir sebesar 1 ka pada jarak 1m kenaikan tegangan puncak yang terjadi pada grounding peralatan sebesar 322,9 V. Hal tersebut membahayakan peralatan dengan kemampuan isolasi level 1, 2, dan 3. Sedangkan pada jarak 1-3 m akan cukup berbahaya bagi peralatan level 1 dan 2. Jarak aman peralatan untuk seluruh level isolasi yaitu sekitar 6 m lebih.
6 4.6 Pengaruh Besarnya Kenaikan Tegangan Terhadap Tahanan Pentanahan Rumah Pada simulasi ini, model sama dengan simulasi sebelumnya, hanya tahanan pentanahan pada rumah (R g ) divariabel. Besar arus puncak petir yang digunakan adalah 1 ka, sedangkan jarak antara pentanahan BTS terhadap pentanahan rumah di buat tetap (r2), yaitu 1 m. Sehingga sesuai dengan persamaan 3.1, maka besarnya R h adalah Berikut adalah hasil kenaikan tegangan yang muncul di pentanahan rumah untuk besar setiap tahanan pentanahan rumah yang berbeda. Tabel 4.4 Kenaikan Tegangan Puncak dan Arus Puncak Terhadap Tahanan Pentanahan Yang Berbeda Dengan Jarak Tetap (1m) Tahanan pentanahan rumah ( ) kenaikan tegangan (V) Dari Tabel diatas didapatkan bahwa semakin besar tahanan pentanahan, maka semakin besar pula kenaikan tegangan yang terjadi. Begitu pula dengan arus yang mengalir juga semakin besar. Grafik di bawah ini akan memudahkan kita untuk melihat kenaikan tegangan dan arus terhadap tahanan pentanahan yang berbeda dengan jarak tetap (1 m) Kenaikan Tegangan Puncak (V) Tahanan Pentanahan Rumah vs Kenaikan Tegangan Puncak Tahanan Pentanahan Rumah (ohm) Dari tabel dan gambar grafik diatas, jika dipadukan dengan EN pada tabel 2.1, maka peralatan (semua level) yang jarak groundingnya 1 meter dari pentanahan BTS/tower akan aman dari Ground Potential Rise (GPR) jika tahanan pentanahan peralatan sebesar 1. Untuk level 1 akan aman jika tahanan pentanahan peralatan 1, level 2 pada tahanan pentanahan ± 2,5, level 3 pada tahanan pentanahan ± 5, level 4 pada tahanan pentanahan ± 17, Sambaran Induksi Petir Pada Peralatan Listrik Tegangan Rendah dan Elektronik Sambaran induksi yang mengenai peralatan listrik tegangan rendah dan elektronika bisa merusakkan isolasi, IC (Integrated Circuit), dan komponen-komponen elektronik lainnya (dioda, transistor, dll). Kerusakan-kerusakan itu menyebabkan peralatan listrik dan atau elektronik tidak bisa dipakai kembali. Sambaran induksi juga sama berbahayanya dengan Ground Potential Rise. Namun faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan yang mengenai peralatan berbeda dengan Ground Potential Rise. Besarnya tegangan induksi akibat sambaran petir bisa dihitung seperti pada persamaaan...& Perhitungan Tegangan Induksi Untuk Besar Loop 1mm Dari perhitungan dengan menggunakan persamaan.. terlihat bahwa semakin jauh jarak peralatan dari penghantar petir, maka semakin kecil tegangan induksinya. Penurunan tegangan induksi terhadap jarak bisa terlihat jelas dari grafik di bawah ini. kenaikan tegangan (kv) kenaikan tegangan untuk setiap satuan jarak dari penghantar petir jarak dari BTS (m) Gambar 1 Grafik Kenaikan Tegangan Setiap Satuan Jarak Akibat Sambaran Induksi (Loop 1mm) Gambar 9 Grafik Kenaikan Tegangan Puncak Yang Terjadi Untuk Setiap Tahanan Pentanahan Yang Berubah-Ubah Dengan Jarak Tetap (1m) Perhitungan Tegangan Induksi Untuk Besar Loop 1 mm Dari perhitungan dengan menggunakan persamaaan.. terlihat bahwa semakin jauh jarak peralatan dari penghantar
7 petir, maka semakin kecil tegangan induksinya. Penurunan tegangan induksi terhadap jarak bisa terlihat jelas dari grafik di bawah ini. kenaikan tegangan (kv) kenaikan tegangan untuk setiap satuan jarak dari penghantar petir jarak dari BTS (m) Gambar 11 Grafik Kenaikan Tegangan Setiap Satuan Jarak Akibat Sambaran Induksi (Loop 1mm) Ada perbedaan nilai tegangan pada grafik gmabar..&..diatas. Semakin besar loop, maka semakin besar pula nilai tegangan induksinya. Grafik di bawah ini menunjukkan ada perbedaan nilai tegangan induksi antara loop 1 mm dan 1 mm. kenaikan tegangan (kv) kenaikan tegangan untuk loop 1 mm & 1 mm pada setiap satuan jarak dari penghantar petir jarak dari BTS (m) mm 1 mm Gambar 12 Grafik Kenaikan Tegangan Pada Loop 1 mm dan 1 mm Semakin besar loop peralatan listrik, maka semakin besar energi elektromagnetik petir yang ditangkap oleh peralatan listrik. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya kenaikan tegangan yang tinggi pada peralatan dengan loop yang lebih besar. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari analisis dan pembahasan perhitungan adalah : 1. Semakin jauh jarak pentanahan/grounding peralatan listrik dari elektroda pentanahan yang tersambar petir, maka semakin kecil kenaikan tegangan puncak pada pentanahan peralatan listrik rumah tangga. 2. Pada jarak 1-3 m terjadi penurunan tegangan puncak pada pentanahan/grounding peralatan listrik yang cukup tajam, sedangkan semakin jauh jaraknya semakin landai penurunan kenaikan tegangan puncaknya. 3. Semakin kecil resistansi pentanahan peralatan listrik rumah tangga, maka akan semakin kecil pula kenaikan tegangan puncak pentanahannya akibat Ground Potential Rise (GPR). 4. Untuk peralatan yang cukup dekat dengan objek sambaran petir lebih baik menggunakan pentanahan/grounding peralatan yang memiliki resistansi pentanahan kurang dari 1 ohm. 5. Tegangan induksi petir akan mengecil seiring dengan bertambahnya jarak dari objek yang tersambar petir, selain itu juga dipengaruhi besar arus dan lebar loop peralatan. 6. Pada jarak 1-5 m terjadi penurunan tegangan puncak pada peralatan listrik yang cukup tajam, sedangkan semakin jauh jaraknya semakin landai penurunan kenaikan tegangan puncak. DAFTAR PUSTAKA [1] Andrew Dickson and a Research Team of the School of Electrical and Information Engineering, University of the Witwatersrand. 26. Surge Protection in Low Voltage Electrical Installations:Risk assessment analysis for South Africa [2] E. Kuffel, W.S. Zaengl, J. Kuffel. 2. High Voltage Engineering Fundamentals (2nd_edition). Newnes, Great Britain. [3] Harayatris Meyditri Luden. 22. Studi Tentang Efek Petir Terhadap Peralatan Elektronika Dalam Bangunan dan Pengamanannya. < > [4] IEEE Guide. 25. How to Protect Your House and Its Contents from Lightning. IEEE press. United States of America. [5] Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng. 27. Petir : Ancaman Petir Perlu Diwaspadai. Diktat Kuliah Teknik Tegangan Tinggi, ITS Surabaya. [6] Mike Green. Application of Surge Protection Devices for Very Low Voltage Devices. [7] Peter Brackett. 21. CPR Lightning Damage Investigation and Mitigation Strategies. [8] Sears and Zemansky. Fisika Universitas Edisi kesepuluh jilid 2. Penerbit : Erlangga. Jakarta. [9] [1] [11]
8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Riduwan Maliki dilahirkan di kota Sidoarjo, 6 November Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara pasangan Pudji Hartono dan Chulwatul Waroh. Penulis memulai jenjang pendidikannya di TK Dharma Wanita dan SDN Semampir Sedati- Surabaya hingga lulus tahun Setelah itu penulis melanjutkan studinya di SLTP Negeri 1 Waru. Tahun 22, penulis diterima sebagai murid SMA Negeri 1 Sidoarjo hingga lulus tahun 25. Pada tahun yang sama penulis masuk ke Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya lewat SPMB dengan NRP dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti kepanitiaan kegiatan di Jurusan Teknik Elektro. Mulai tahun 28, penulis aktif sebagai asisten untuk Praktikum Konversi Energi Listrik, Mesin Arus Bolak-Balik, dan Elektronika Daya di Laboratorium Konversi Energi.
1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang dibangkitkan oleh badai awan petir dengan pengaliran impuls yang tinggi dan dalam waktu
Lebih terperinciEfek Tegangan Impuls pada Panel Surya Disebabkan oleh Sambaran Petir
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Efek Tegangan Impuls pada Panel Surya Disebabkan oleh Sambaran Petir Tegar Isnain Sulistianto, Dedet Candra Riawan, dan I Made Yulistya Negara Teknik Elektro,
Lebih terperinciFAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID Fransiscus M.S. Sagala, Zulkarnaen Pane Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP
STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I
Lebih terperinciDASAR SISTEM PROTEKSI PETIR
DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Arus Petir 90 % i I 50 % 10 % O 1 T 1 T 2 t Karakteristik Petir Poralritas Negatif Arus puncak (I) Maksimum Rata-rata 280 ka 41 ka I T 1 T 2 200
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover
Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV
AALISIS PEGARUH RESISTASI PETAAHA MEARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURA TRASMISI 5 KV Putra Rezkyan ash-225163 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciKata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciStudi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP
Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 2 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP Augusta Wibi Ardikta 22594 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)
STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 15 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM) Septian Ahadiatma, I Gusti Ngurah Satriyadi H,ST,MT, Dr.Eng. I Made Yulistya N,ST,M.Sc
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban
Lebih terperinci1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
99 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dari pengaruh amplitudo surja tegangan terhadap piranti pelindung surja diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciProteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri
Proteksi Terhadap Petir Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Pendahuluan Sambaran petir pada sistem distribusi dapat menyebabkan kerusakan besar pada kabel overhead dan menyuntikkan lonjakan arus besar yang
Lebih terperinciGROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008
GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT Electrical engineering Dept Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus
Lebih terperinciStudi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja
Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 5kV yang Dilindungi oleh Arester Surja Dedy Setiawan, I.G.N. Satriyadi Hernanda, Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak
Lebih terperinciEVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD
EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB III WAVEGUIDE. Gambar 3.1 bumbung gelombang persegi dan lingkaran
11 BAB III WAVEGUIDE 3.1 Bumbung Gelombang Persegi (waveguide) Bumbung gelombang merupakan pipa yang terbuat dari konduktor sempurna dan di dalamnya kosong atau di isi dielektrik, seluruhnya atau sebagian.
Lebih terperinciEfek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat
Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Udara Jarum - Plat Luqman Kumara - 2205100129 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciPENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS
PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS Andi Hidayat, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciSIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA Chandra Fadlilah 1, T. Haryono
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan
BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan
Lebih terperinciPenentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls
33 Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls Managam Rajagukguk (1),Yul Martin () 1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciBAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk
BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH
ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH OLEH : SYAIFUDDIN NAJIB D 400 060 049 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini
BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi
Lebih terperinciOPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.
OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan
Lebih terperinciPENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH
PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH Eykel Boy Suranta Ginting, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik menunjukkan trend yang semakin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract
ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga mudah untuk berpotensi mengganggu sistem jaringan listrik. Fenomena ini tidak dapat
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo NRP 2209105044 Dosen Pembimbing IG Ngurah Satriyadi Hernanda, ST, MT Dr.
Lebih terperinciCIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN
CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan
Lebih terperinciBAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik
Lebih terperinciPerancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR
BAB II TEORI DASAR 2.1 Proses terjadinya sambaran petir Proses pelepasan muatan antara awan dan bumi sama seperti peristiwa tembus antara dua buah elektroda. Agar terjadi pelepasan muatan, perbedaan tegangan
Lebih terperinciPemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-39 Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Winanda Riga Tamma, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi
Lebih terperinciANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV
TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK
MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK
Lebih terperinciKOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI
KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: RESI RATNASARI
Lebih terperinciBAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH
BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih
Lebih terperinciI Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc
I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc SUTT merupakan instalasi yang sering terjadi sambaran petir karena kontruksinya yang tinggi dan berada pada lokasi yang
Lebih terperinciAplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)
Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) PENDAHULUAN Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciOleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc
STUDI PENGAMAN SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI 150KV YANG DILINDUNGI ARESTER SURJA Oleh: Dedy Setiawan 2209 105 022 Dosen Pembimbing: Dosen Pembimbing: 1. IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya
Lebih terperinciLISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR
A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena adanya tegangan
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI
MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI Tegangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik pada umumnya dihubungkan oleh saluran transmisi udara dari pembangkit menuju ke pusat konsumsi tenaga listrik seperti gardu induk (GI). Saluran transmisi
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV
IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV ( Aplikasi Pada Tower Transmisi 150 kv Antara Gardu Induk Indarung Dengan Gardu Induk Bungus) Dea Ofika Yudha (1), Ir. Arnita, M. T (2),
Lebih terperinciDASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH
PENGARUH JUMLAH DAN JARAK MESH PERISAI TERHADAP INDUKSI TEGANGAN TINGGI PADA SALURAN TEGANGAN RENDAH Tumbur Harianja, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut
BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia memiliki intensitas terjadinya petir lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
Lebih terperinciDAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH
DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat
Lebih terperinciBAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR
BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa
Lebih terperinciBAB II SALURAN DISTRIBUSI
BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik
Lebih terperinciTM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik
TM - 2 LISTRIK Pengertian Listrik Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya muatan listrik. Listrik, dapat juga diartikan sebagai berikut: - Listrik adalah kondisi dari partikel sub-atomik
Lebih terperinciBAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat
BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI
BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak
Lebih terperinciLEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi
Lebih terperinciPERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK 1.1 DASAR TEORI Tegangan tinggi bolak-balik banyak dipergunakan untuk pengujian peralatan listrik yang memiliki kapasitansi besar seperti
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 25 ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 2 kv di YOGYAKARTA Mursid Sabdullah,
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv
Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan
Lebih terperinciPT. Ciriajasa Cipta Mandiri
Tentang Petir SEKELUMIT TENTANG PETIRÂ ( BAGIANÂ I) Intisari Petir merupakan kejadian alam yang selalu melepaskan muatan listriknya ke bumi tanpa dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda
Lebih terperinciAnalisis Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik
B103 Analisis Sistem Proteksi Petir Eksternal pada Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik Rendi Bagus Pratama, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PETIR POSITIF PADA MUSIM DINGIN DI JEPANG TUGAS AKHIR
KARAKTERISTIK PETIR POSITIF PADA MUSIM DINGIN DI JEPANG TUGAS AKHIR Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Strata-1 pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas Oleh :
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Tentang Petir Petir adalah sebuah cahaya terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ke tanah. Biasanya terjadi,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN POWER HARVESTER UNTUK TRANSFER DAYA WIRELESS MENGGUNAKAN ANTENA TV FREKUENSI MHZ
RANCANG BANGUN POWER HARVESTER UNTUK TRANSFER DAYA WIRELESS MENGGUNAKAN ANTENA TV FREKUENSI 470 860 MHZ Anthony (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciLATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS
Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo, IG Ngurah Satriyadi Hernanda, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI
5 BAB II TEORI DASAR SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian imformasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampai diantara keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Identifikasi Partial Discharge (PD) pada isolasi kabel input motor dengan tegangan dan frekuensi tinggi menjadi suatu metode diagnosa yang sangat penting dalam dunia
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk
SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK Sudut Lindung Menara Transmisi Dan Gardu Induk Proteksi Sistem Tenaga EP3076 Disusun Oleh : Bryan Denov (18013003) Aulia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tegangan tinggi merupakan suatu bagian dari Sistem Tenaga Listrik yang memiliki peranan penting. Dalam proses penyaluran daya, tegangan yang dibangkitkan oleh sebuah
Lebih terperinciKata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN
PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,
Lebih terperinciListrik Dinamis FIS 1 A. PENDAHULUAN. ρ = ρ o (1 + αδt) B. HUKUM OHM C. NILAI TAHANAN RESISTOR LISTRIK DINAMIS. materi78.co.nr. c.
Listrik Dinamis A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik
BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.
Lebih terperinciANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE
JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE Syamsir Abduh Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas
Lebih terperinciMuh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG ADHYAKSA MAKASSAR Muh. Nasir Malik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN
TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN ARIMBI DINAR DEWITA NRP 2202 109 044 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciPEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN
PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciSTUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN
STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN Siti Saodah 1,Aji Tri Mulyanto 2, Teguh Arfianto 3 1. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung 2. Teknik Elektro Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan
Lebih terperinciBAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,
BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Petir Petir adalah suatu fenomena alam, terjadinya seringkali mengikuti peristiwa hujan baik hujan air atau hujan es, peristiwa ini dimulai dengan munculnya lidah api
Lebih terperinciANALISIS PERAMBATAN TEGANGAN IMPULS PADA PENTANAHAN GRID GARDU INDUK DENGAN PEMODELAN RUGI SALURAN TRANSMISI
ANALISIS PERAMBATAN TEGANGAN IMPULS PADA PENTANAHAN GRID GARDU INDUK DENGAN PEMODELAN RUGI SALURAN TRANSMISI Renyta Citra, I.G.N Satriyadi H,ST.,MT., Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari, M. Eng Program Studi
Lebih terperinciANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR
ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR Maula Sukmawidjaja, Syamsir Abduh & Shahnaz Nadia Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric
ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric Rahmad Dwi Prima 1, Yul Martin 2, Endah Komalasari 3 Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciLATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS
Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...
Lebih terperinciANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA
ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA NAMA : Abdul Yasin NPM : 10411032 JURUSAN : Teknik Elektro PEMBIMBING : Dr. Setiyono, ST.,MT.
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR
MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN PERLINDUNGAN PERALATAN KOMPUTER AKIBAT SAMBARAN PETIR (STUDI KASUS GEDUNG WIDYA PURAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG) Yopie Mafudin*, Juningtyastuti
Lebih terperinciBAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI
167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan
Lebih terperinciANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG
JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David
Lebih terperinci