KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DI KECAMATAN DARUL MAKMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DI KECAMATAN DARUL MAKMUR"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DI KECAMATAN DARUL MAKMUR 1) George Herisusanto, M. Pd 1 Guru SMA Negeri 1 Darul Makmur Dinas pendidikan Nagan Raya george_heri_82@yahoo.com 2) Radhiah, S.Pd 2 Guru SMA Negeri 1 Darul Makmur Dinas pendidikan Nagan Raya radhiah_hasan@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan, faktor pendukung, faktor penghambat dan dampak dari program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:(1) pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar di Kecamatan Darul Makmur secara kuantitatif telah berhasil yang ditandai dengan adanya peningkatan APK dan APM dari tahun 2008 sampai dengan 2010; rendahnya anak yang putus sekolah; dan tidak ada perbedaan dalam memperoleh pendidikan. (2) faktor pendukung pelaksanaannya adalah berkaitan dengan tersedianya biaya, partisipasi masyarakat, SDM pengelola, sarana, prasarana, peran pemerintah dan peran media. (3) faktor penghambat pelaksanaannya adalah keadaan ekonomi orang tua siswa, tingkat pendidikan orang tua siswa, konflik internal keluarga dan jarak dari rumah ke sekolah. (4) keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut akan berdampak kepada pemerintah, masyarakat dan individu murid. Kata Kunci: kebijakan dan wajib belajar 1. PENDAHULUAN Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan dan pemerintah berkewajiban menenuhi hak-hak warganya. Hak-hak tersebut telah tertuang dalam Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia (RI) tahun 1945 baik pada pembukaan maupun batang tubuhnya (Shaleh, 2004:307). Oleh karena itu, kebijakan pendidikan nasional harus mengarah pada visi dan misi pendidikan nasional. Murniati dan Usman (2009:28) menjelaskan bahwa: Visi pendidikan nasional adalah untuk terwujudnya pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warganya agar berkembangan menjadi manusia yang berkualitas. Sedangkan salah satu misi pendidikan nasional adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sementara makna pendidikan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menurut Djojonegoro (1998:18) bahwa Pendidikan harus berorientasi dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang 57

2 diwujudkan melalui program pemerataan dan perluasan akses belajar yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara (Usman, 2007:27). Namun berbagai persoalan muncul dalam pemenuhan hak-hak warga negara dalam memperoleh pendidikan. Secara umum persoalan-persoalan pendidikan nasional adalah berhubungan dengan pemerataan dan perluasan akses memperoleh pendidikan, mutu, relevansi, daya saing, efektifitas dan efesiansi. Persoalan pendidikan yang sampai saat ini belum terselesaikan adalah masalah pemerataan dan perluasan akses pendidikan. Sebab persoalan tersebut berkaitan dengan hakhak warga negara untuk memperoleh pendidikan. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menyelesaikan persoalan pemerataan dan perluasan akses untuk memperoleh pendidikan adalah melalui program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun merupakan program prioritas pemerintah dalam pembangunan pendidikan nasional. Tujuan utama kebijakan tersebut adalah untuk memfasilitasi setiap warga negara untuk dapat menikmati pendidikan secara merata dan kemudahan akses tanpa ada diskriminasi. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, pemerintah telah menentukan beberapa indikator antara lain: APK (angka partisipasi kasar), APM (angka partisipasi murni), angka mengulang kelas, AAPS (angka anak putus sekolah) dan lain-lain. Untuk menjamin pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sesuai dengan rencana maka perlu dilakukan evaluasi dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai informasi dan peristiwa atau faktafakta tertentu terkait dengan kemajuan pelaksanaan, pendukung dan penghabat pelaksanaan dan dampak pelaksanaan kebijakan tersebut. Berdasarkan asumsi dan pengamatan awal, pada saat peneliti berada di daerah tersebut, ada sejumlah anak-anak di Kecamatan Darul Makmur yang belum menikmati pendidikan. Padahal apabila kita cermati uraian di atas, setiap masyarakat memiliki hak untuk memperoleh pendidikan tanpa terkecuali. Hak masyarakat tersebut telah dijamin oleh berbagai peraturan yang ada, baik peraturan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi kebijakan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur? Sedangkan yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur; (2) faktor pendukung pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur; (3) faktor penghambat pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur; (4) dampak pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan wajib 58

3 belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Inquiry Qualitative Interactive (IQI). Menurut Garna (1996:29-30) bahwa Metode kualitatif yaitu salah satu pendekatan penelitian khusus dalam ilmu sosial untuk memahami objek kajian (Usman, 2007:147). Sementra pendekatan IQI menurut McMillan dan Schunacher (2001:35) (Usman, 2007:3) bahwa Sebuah studi mendalam yang menggunakan cara tertentu untuk mengumpulkan data dari responden sesui dengan keadaan yang sesungguhnya tanpa ada rekayasa. Subjek data penelitian ini adalah semua responden yang dapat memberikan informasi untuk memenuhi tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala UPTD pendidikan Kecamatan Darul Makmur, Tokoh Masyarakat Kabupaten Nagan Raya, beberapa Kepala Sekolah SD dan beberapa Kepala Sekolah SMP se-kecamatan Darul Makmur. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian inia adalah metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi langsung dari subjek penelitian ini. Sementara studi dokumentasi dan kegiatan observasi merupakan teknik yang digunakan untuk mendukung teknik wawancara. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Secara umum pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur bila ditinjau dari aspek tujuan dan target telah berhasil dengan baik. Pandangan tersebut didukung oleh berbagai data-data sebagai berikut: (1) hampir tidak ada anak yang mengulang kelas; (2) rendahnya anak yang putus sekolah; (3) tidak ada perbedaan kesempatan bersekolah antara laki-laki dan perempuan; dan (4) semakin banyaknya anak yang berminat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan setingkat SMP/sederajat. Sementara Target-target tersebut antara lain: terjadi peningkatan anak yang masuk ke jenjang SMP/sederajat, berkurangnya anak putus sekolah pada senjang pendidikan dasar, dan semakin banyaknya anak usia sekolah yang dapat bersekolah. Bila ditinjau pada aspek Indikator utama untuk melihat keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut adalah dengan melihat APK dan APM, baik untuk jenjang pendidikan SD/sederajat maupun jenjang pendidikan SMP/sederajat. Dimana pada tahun 2008 APK SD =124%, tahun 2009 =106 % dan tahun 2010 =99%. Sementara APM-nya tahun 2008 =115%, tahun 2009 =113% dan tahun 2010=93%. Sedangkan APK SMP pada tahun 2008 =89,95%, pada tahun 2009 =92,81% dan pada tahun 2010 =93,00%. Sementara APM-nya pada tahun 2008 =74,36%, pada tahun 2009 =90,23% dan pada tahun 2011 naik menjadi 91,00%. Faktor pendukung pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur, antara lain: (1) tersedianya biaya/anggaran yang cukup; (2) 59

4 partisipasi masyarakat yang baik; (3) SDM pengelola yang cukup; dan (4) sumber sarana dan prasarana yang cukup; serta (5) peran pemerintah yang baik; dan (6) sosialisasi dari media yang cukup. Faktor penghambat pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur antara lain: (1) keadaan ekonomi orang tua siswa; (2) rendahnya tingkat pendidikan orang tua siswa; (3) jarak tempat tinggal dengan sekolah di beberapa daerah yang masih cukup jauh; (4) konflik rumah tangga orang tua siswa. Dampak bagi pemerintah terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, khususnya pemerintah tingkat Kecamatan Darul Makmur adalah penambahan jumlah warga negara yang dapat menikmati pendidikan tanpa ada diskriminasi; berkurangnya jumlah warga negara yang buta huruf setingkat pendidikan dasar; mengurangi angka secara nasional terkait indikator pemerataan dan perluasan akses untuk memperoleh pendidikan bagi warga negara; mengurangi pengangguran dan menghindari konflik antar individu maupun masyarakat dengan pemerintah sebab meraka telah berpendidikan. Dampak bagi masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut adalah terciptanya SDM masyarakat sehingga akan memudahkan masyarakat menerima berbagai informasi dari pemerintah maupun dari non pemerintah. Sebab, selama ini banyak terjadi konflik disebabkan oleh adanya mis komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau masyarakat dengan non pemerintah disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Darul Makmur. Sementara dampak bagi individu murid terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut adalah murid dapat menikmati pendidikan dasar dengan merata dan murid mendapatkan kemudahan dalam memperoleh kesempatan untuk masuk sekolah sampai pada pendidikan dasar. b. Pembahasan Hasil Penelitian Tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan dapat ditentukan dengan melihat tujuan, sasaran, dan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya. Evaluasi pelaksanaan kebijaksanan dapat dilakukan pada saat awal pelaksanaan kebijaksanan, pada saat pelaksanaan atau pada akhir dari pelaksanaan. Evaluasi pelaksanaan kebijakan diperlukan sebagai sarana untuk mengetahui pelaksanaan di lapangan, apakah sudah berjalan sesuai yang diharapkan atau tidak. Bila dalam evaluasi terdapat sesuatu yang baik maka dengan sendirinya perlu diteruskan dan apabila terdapat sesuatu yang tidak baik maka perlu dihapuskan. Evaluasi pelaksanaan juga perlu dilakukan untuk membuat rekomendasi terhadap berbagai kebijakan baru yang di buat oleh pemerintah. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk menghemat anggaran, sebab dengan mengetahui telah berhasilnya pelaksanaan suatu kebijakan maka apa perlu di buat kebijakan baru atau menghentikan kebijakan dan menggantinya dengan program baru yang lebih membutukan perhatian pemerintah sehingga akan menghemat anggaran. Bagaimanapun kesuksesan setiap pelaksanaan suatu kebijakan selalu ada faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung perlu diketahui untuk menjadi 60

5 pedoman dalam pembuatan kebijakan baru, itu artinya faktor pendukung dapat dipertahankan apabila dibuat kebijakan baru. Sementara faktor penghambat perlu diketahui sebagai pedoman agar penghambat pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun atau kebijakan baru sebagai lanjutan dari kebijakan sebelumnya dapat diketahui. Dampak pelaksanaan suatu kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun akan berpengaruh kepada pemerintah yang merupakan penanggung jawab terhadap hak-hak warga negara untuk dapat menikmati pendidikan. Disamping berdampak pada pemerintah juga akan berdampak kepada masyarakat/warga negara yang merupakan kelompok yang menerima program. Sementara dampak lain dari pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun adalah kepada individu murid yang merupakan unsur penting penerima manfaat dari pelaksanaan kebijakan yang dimaksud. 4. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan kebijaksanaan wajib belajar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur bila ditinjau dengan aspek tujuan dan target maka dinyatakan telah berhasil. Secara aspek tujuan keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut ditandai dengan telah terpenuhinya hak-hak anak usia 7-15 tahun untuk menikmati pendidikan dasar secara merata tanpa ada diskriminasi, hal tersebut ditandai dengan APM dan APK tahun 2010 sebagai berikut: APK SD tahun 2010 adalah 99% dan APM SD tahun 2010 adalah 93%. Sedangkan APK SMP pada tahun 2010 adalah 93,00% dan APM SMP tahun 2010 adalah 91,00%. Sementara bila ditinjau dari aspek target keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut adalah pada tahun 2009 tidak ada lagi anak usia sekolah yang tidak dapat bersekolah pada pendidikan dasar, baik pada lembaga formal maupun non formal. Kemudian bila ditinjau dari aspek indikator keberhasilan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut adalah telah terpenuhinya beberapa indikator penentu keberhasilan yang ditandai dengan adanya peningkatan anak yang dapat bersekolah pada jenjang pendidikan dasar, rendahnya anak putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan rendahnya anak mengulang kelas serta tidak adanya diskriminasi dalam memperoleh pendidikan pada pendidikan dasar. b. Faktor pendukung pelaksanaan kebijaksanaan tersebut adalah sebagai berikut: sumber pendanaan; partisipasi masyarakat; SDM pengelola; sarana dan prasarana; peran pemerintah; dan media. c. Faktor penghambat pelaksanaan kebijaksanaan tersebut adalah orang tua siswa berkaitan dengan masalah ekonomi, pendidikan dan masalah konflik kelurga; dan jarak tempat tinggal dengan sekolah di beberapa daerah ada yang masih cukup jauh. d. Dampak pelaksanaan kebijaksanaan tersebut bagi pemerintah adalah penambahan jumlah warga negara untuk dapat menikmati pendidikan tanpa ada diskriminasi; berkurangnya jumlah warga negara yang buta 61

6 huruf setingkat pendidikan dasar dan mengurangi angka secara nasional terkait indikator pemerataan dan perluasan akses untuk memperoleh pendidikan bagi warga negara. Dampak bagi masyarakat, khususnya masyarakat di Kecamatan Darul Makmur adalah terciptanya SDM masyarakat yang baik sehingga akan memudahkan menerima berbagai informasi dari pemerintah maupun dari non pemerintah, dengan demikian konflik antar pemerintah dengan masyakatnya, masyarakat dengan masyarakat tidak akan terjadi. Sementara dampak bagi individu murid adalah murid dapat menikmati pendidikan dasar dengan mudah dan merata. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka dapat ditarik implikasi-imlpikasi sebagai berikut: a. Ketuntasan pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur, baik bila ditinjau dari segi tujuan, target maupun indikotr maka akan berimplikasi pada peningkatan SDM yang berkualitas, minimal kemampuan dasar. Tuntasnya program tersebut juga akan berimplikasi pada peningkatan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan zaman di kemudian hari. b. Dengan mengetahui faktor pendukung seperti sumber pendanaan, partisipasi masyarakat, sarana, prasarana, peran pemerintah, SDM pengelola dan media maka akan berimplikasi pada munculnya kesadaran seluruh Stakeholder akan pentingnya kerjasama dalam menjalankan suatu program. Sebab sebesar dan sebagus apapun kebijakan yang dibuat tidak mungkin dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada kerjasama yang baik seluruh komponen. Dengan adanya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan suatu kebijakan maka secara tidak langsung akan tersusun suatu pranata sosial yang rapih dan ideal. Dengan sendirinya akan menghilangkan berbagai macam penyakit masyarakat, seperti tawuran antar warga, terorisme, dan penyakit-penyakit masyarakat lainnya. c. Dengan mengetahui faktor penghambat seperti keadaan orang tua siswa dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah yang terlalu jauh maka dalam pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur akan berimplikasi pada munculnya kesadaran pemerintah, masyarakat, orang tua murid, dan dunia usaha bahwa masih ada anak-anak yang perlu mendapat perhatian terkait tentang hak-haknya untuk mendapat pendidikan dengan mudah dan merata. Apabila segelintir anak tersebut tidak mendapat persiapan minimal kemampuan dasar, maka dikemudian hari akan menyulitkan semua pihak, bias jadi akan menjadi salah satu pelaku penyakit masyarakat. d. Pelaksanaan kebijaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun akan berkontribusi terhadap pemenuhan hak-hak warga negara untuk dapat menikmati pendidikan secara merata dan tanpa diskriminasi. Hal ini bagi pemerintah akan besar implikasinya, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sampai 62

7 pemerintah kabupaten sebab telah tersedianya SDM yang dapat menghadapi tantangan zaman. Bagi masyarakat keberhasilan pelaksanaan kebijaksanan tersebut akan memberi implikasi terhadap kemudahan anak-anaknya untuk dapat bersekolah tanpa ada kendala. Sementara bagi individu murid/anak tersebut akan berimplikasi pada adanya kematangan diri sehingga akan dapat menjalani hidup di dunia dengan penuh percaya diri. Karena telah memiliki modal untuk menjalaninya dengan adanya kemampuan dasar setelah mereka menjalani pendidikan dasar di sekolah. Sehubungan dengan implikasi-implikasi sebagaimana dipaparkan tersebut, maka penelitian ini secara teoretis merekomendasikan sebagai berikut: a. Dengan tuntanya pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun di Kecamatan Darul Makmur maka ada beberapa rekomendasi yang dapat penulis tuliskan dalam tesis ini sebagai berikut: (1) perlu dilakukan penelitian pendahuluan seperti analisis SWOT guna menjajaki program lanjutan, (2) setelah menemukan gambaran umum melalui analisis SWOT maka perlu melakukan perencanaan strategik guna memantapkan program lanjutan seperti apa yang perlu dibuat. (3) setelah perencanan strategik selesai selanjutnya pemerintah daerah perlu membuat kebijakan, baik dalam bentuk qanun maupun kebijakan teknis di suatu lembaga sampai yang paling rendah. b. Dengan mengetahui faktor-faktor pendukung pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, penulis menyarankan agar pemerintah daerah tetap mempertahankan apa yang menjadi pendukung pelaksanaan kebijakan tersebut. c. Dengan mengetahui faktor-faktor penghambat pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, penulis menyarankan agar pemerintah daerah mengusahakan agar memcari penyelesaian penghambat pelaksanaan kebijakan tersebut. d. Dampak pelaksanaan kebijakan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan SDM, oleh karena itu pemerintah perlu membuat program lanjutan, seperti program wajib belajar 12 tahun. 5. REFERENSI Arikunto, Suharsimi dan Jabar A. B. (2004) Evaluasi Program Pendidikan; Pedoman Teoretis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Depdiknas (2005) Pelaksanaan Wajib Relajar 9 Tahun, e-smartschool.com, PT. Bangun Satya Wacana, Jakarta [08 Januari 2005]. Dunn, William N. (2003a), Analisis Kebijaksanaan Publik; Kerangka Analisis dan Prosedur Perumusan Masalah, Hanindita Graha Widya, Yogyakarta. (2003b), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta. Gunawan, Dadang (2006), Konsep Hasil Pemeriksaan Atas Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan Program Bantuan Operasional Sekolah (Bos) Tahun Anggaran

8 dan 2006 pada Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Barat Di Bandung, Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia, Bandung. Imron, Ali (2008), Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta Maslan, M. Rizal (2007), Mendiknas Optimis Wajib Belajar 9 Tahun Tercapai 2009, detik com, Jakarta [19 September 2007]. Murniati, AR dan Usman, Nasir (2009), Implementasi Manajemen Stratejik Dalam Pemberdayaan Sekolah Manajemen Kejuruan, Bandung: Citapustaka Media Perintis. Sagala, Saiful (2008), Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung. Shaleh, Abdul Rachman (2004), Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; visi, misi dan aksi, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindi Persada, Jakarta. Subarsono (2006), Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustak Pelajar. Suharto, Edi (2005), Analisis Kebijakan Publik, Bandung, Alfabeta. Suyanto, (2006), Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Dokumen, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Syafaruddin (2008), Efektivitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif, Jakarta: Reneka Cipta. Usman, Nasir (2007), Manajemen Peningkatan Kinerja Guru, Cetakan Pertama, Mutiara Ilmu, Bandung. 64

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan kepribadian manusia.

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi tiga prioritas pembangunan pendidikan nasional, meliputi 1. pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2. peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia saat ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar bangsa dan dalam berbagai kehidupan. Untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Nama SKPD : DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA Visi : Terwujudnya Layanan Pendidikan, Pemuda Olahraga Rote Ndao yang berkembang, bermutu, unggul terjangkau Misi : 1 Memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan saja kebutuhan material masyarakat, melainkan juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang membutuhkan penegasan berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi

I. PENDAHULUAN. subjek dan objek pembangunan nasional Indonesia dalam usaha mencapai aspirasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa, yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun Negara dan Bangsa Indonesia. Anak merupakan subjek dan objek

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang melekat pada setiap kehidupan bersama dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

Lebih terperinci

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Analisis Situasi Strategis S etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat menjadi SD) merupakan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR No. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET 1 Meningkatnya aksesbilitas dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan sentral dalam pembangunan bangsa dan negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa akan datang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. Selain itu pendidikan juga mempunyai peran penting dalam membentuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat terlihat cukup besar. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan warga negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang Dasar 1945

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA Novita Wijanarti dan Slameto Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasayarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR ±±. DAFTAR ISI vii ^

KATA PENGANTAR ±±. DAFTAR ISI vii ^ ABSTRAK DAFTAR ISI 1 KATA PENGANTAR ±±. PENGHARGAAN DAFTAR ISI vii ^ DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Fokus Penelitian 16 C. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini Pemerintah Indonesia telah menjadikan investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan mengalokasikan persentase yang lebih

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pemerataan dan perluasan akses pendidikan bagi masyarakat oleh pemerintah ditandai dengan dicanangkannya program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang menyadari pentingnya pendidikan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMP NEGERI KOTA BATU. Diajukan oleh Bambang Irawan NIM

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMP NEGERI KOTA BATU. Diajukan oleh Bambang Irawan NIM KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BAHASA INDONESIA BERSERTIFIKAT PENDIDIK DI SMP NEGERI KOTA BATU Penelitian untuk tesis pasca sarjana S-2 Program Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Diajukan

Lebih terperinci

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah, Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Fitri Nur Millah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam menjalani pengalaman pembelajaran di sekolah, dengan demikian

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR INDIKATR KINERJA UTAMA DINAS PRVINSI JAWA TIMUR Visi : Terwujudnya insan yang cerdas, berakhlak, profesional, dan berbudaya Misi Tujuan : 1. Mewujudkan pemerataan aksesbilitas dan kualitas pendidikan pada

Lebih terperinci

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN

B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN B. PRIORITAS URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN Pembagian urusan pemerintahan sesuai asas desentralisasi dalam sistem pemerintahan yang mensyaratkan adanya pembagian urusan yang jelas antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN : BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD , BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD 2005-2025, RPJMD 2011-2016, Rencana Kerja Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... xii DARTAR TABEL... xix DAFTAR GAMBAR...

ABSTRAK DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... xii DARTAR TABEL... xix DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... vii DAFTAR ISI... xii DARTAR TABEL... xix DAFTAR GAMBAR... xxii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Hasil Pemetaan dan Pendataan Program Wajar Dikdas di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Garut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%. b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014 ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40 Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham demokrasi, sehinggga semua kewenangan adalah dimiliki oleh rakyat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

LPF 7. PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN & EVALUASI 120 menit

LPF 7. PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN & EVALUASI 120 menit LPF 7 PENYUSUNAN RENCANA PEMANTAUAN & EVALUASI 120 menit 1 TUJUAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI Adalah untuk menilai sejauh mana rencana program/kegiatan telah dilaksanakan dan sejauh mana dampak kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan dan merupakan wahana untuk memanusiakan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang sempurna.

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG CACAT

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG CACAT 324 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI PENYANDANG CACAT Lilis Wahyuni Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah buta aksara sebagai suatu masalah nasional sampai saat ini masih belum tuntas sepenuhnya. Berbagai usaha dalam upaya penanggulangannya masih mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan fondasi utama dalam perkembangan peradaban. Sejak adanya manusia maka sejak itu pula pendidikan ada. Perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perkembangan IPTEK yang pesat memaksa kita untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pendidikan Kota Probolinggo Tahun 2016 ini disusun untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) yang dikeluarkan oleh Pendidikan Nasional pada bab pendahuluan, mempunyai visi mewujudkan sistem

Lebih terperinci

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan diyakini sebagai salah satu institusi yang memiliki peran sentral dan strategis dalam proses transformasi sosial serta pemberdayaan insani,

Lebih terperinci

PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen

PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen PELAYANAN HAK MENDAPATKAN PENDIDIKAN PADA SISWA KURANG MAMPU (Studi Kasus Pelaksanaan Program Sintawati di SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Sragen NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratanguna

Lebih terperinci

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan terhadap dunia pendidikan dari masa ke masa tidak pernah berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang.

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Visi dan Misi Rencana Strategis (RENSTRA) merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin di capai selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses dimana manusia menerima ilmu baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping menerima ilmu terdapat proses belajar dan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS 158 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS dan RKT. Dalam penyusunan RKS dan RKT ternyata memiliki proses yang dapat diamati berdasarkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BANTUAN PENDIDIKAN MASYARAKAT. (Studi Kasus Di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Berdasarkan. Perda No. 11-A Tahun 2012 Tentang BPMKS)

IMPLEMENTASI BANTUAN PENDIDIKAN MASYARAKAT. (Studi Kasus Di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Berdasarkan. Perda No. 11-A Tahun 2012 Tentang BPMKS) IMPLEMENTASI BANTUAN PENDIDIKAN MASYARAKAT (Studi Kasus Di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Berdasarkan Perda No. 11-A Tahun 2012 Tentang BPMKS) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN I N A N T A INOVASI KETAHANAN KOMUNITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN TANA TORAJA Penanggulangan Kemiskinan APA ITU adalah kebijakan dan program pemerintah pusat serta pemerintah daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

Pasal 2. permen_14_2008

Pasal 2. permen_14_2008 SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG INDIKATOR KINERJA KUNCI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting dan universal. Setiap pemerintahan harus menjalankan fungsi penganggaran dalam melakukan aktivitas dan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup Bangsa Indonesia sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Lebih terperinci