BAB I PENDAHULUAN. memberikan pemerintahan sendiri kepada Timtim. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. memberikan pemerintahan sendiri kepada Timtim. 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timor timur atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Timor Leste dulunya merupakan salah satu bagian dari NKRI sebelum memutuskan untuk merdeka dari Indonesia. Timor Leste pada awalnya merupakan daerah jajahan negara Portugis yang mulai menjajah Timor Leste pada pertengahan abad 15, terjadi pergolakan besar di Portugal yaitu Revolusi Bunga, pada saat itu Portugal memberikan kemerdekaan kepada semua daerah jajahan nya termasuk juga Timor leste pada saat itu.timtim dipandang sebagai bagian integral negara Portugal.Tanggal 25 Maret di Portugal meletus Revolusi Bunga.Dampak revolusi tersebut menghasilkan keputusan untuk memberikan pemerintahan sendiri kepada Timtim. 1 Setelah terbentuk pemerintahan transisi, secara bertahap wilayah Timtim direncanakan akan dimerdekakan. Merespon hal tersebut, warga mulai mendirikan partai-partai politik. 2 Partai politik tersebut antara lain partai UDT (Uniao Democratica Timorense), Fretelin (Frente Revolutionaria de Timor Leste Independente), dan Apodeti (Associacao Populler democratic Timorense) 3.Selain partai tersebut muncul partai kecil Kota dan Trabalista yang sehaluan dengan Apodeti.Partai UDT bertujuan untuk memperjuangkan agar Timtim tetap di bawah Portugal.Fretelin bertujuan untuk 1 A. Kardiyat Wiharyanto Sejarah Indonesia dari Proklamasi Sampai Pemilu Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, hlm Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk Disintegrasi Pasca Orde Baru. Jakarta: Cires FISIP UI, hlm Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto 1993.Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka, hlm

2 otonomi menuju kemerdekaan sendiri, sedangkan Apodeti bertujuan untuk memperjuangkan integrasi Timor Timur dengan Republik Indonesia (RI) 4. Pada masa itu banyak terjadi persaingan antara ketiga partai tersebut dalam mewujudkan tujuan dari masing partai nya. Partai Fretilin yang menganggap semua partai yang lain sebagai saingan kerap melakukan kekerasan kepada anggota dari partai lain sehingga banyak yang mengungsi ke Timor Barat.Pada tanggal 28 November 1975, Fretelin memproklamasikan berdirinya Republik Demokrasi Timor Timur di Dili dan mengangkat Xavier Do Amaral sebagai Presiden. Aksi Fretelin dinyatakan sebagai keputusan sepihak, oleh sebab itu MAC, Apodeti, Kota, dan Trabalista pada tanggal 30 November 1975 juga memproklamasikan penggabungan Timor Timur ke dalam wilayah republik Indonesia di Balibo. 5 Pertengahan Desember 1975 Timtim dapat dikuasai oleh pasukan gabungan pro integrasi.gabungan partai pro integrasi membentuk Pemerintah Sementara Timor Timur (PSTT) dan dibentuk juga DPR sebagai wakil rakyat.kepala eksekutif PSTT adalah Arnaldo Dos reis Araujo dan Xavier Lopez da Cruz sebagai wakilnya 6. Tanggal 30 Mei 1976, DPR yang disaksikan oleh PSTT mengadakan sidang khusus dengan acara tunggal integrasi Timtim dengan RI. Sidang tersebut menghasilkan keputusan antara lain: pertama, menyampaikan petisi integrasi kepada Pemerintah RI di Jakarta, menyerahkan kepada komisi khusus rumusan petisi 4 A. Kardiyat Wiharyanto. Op. Cit, hlm A. Kardiyat Wiharyanto. Op. Cit., hlm A. Kardiyat Wiharyanto. Ibid, hlm 204 2

3 integrasi, dan mempercayakan ketua sidang untuk menentukan delegasi. 7 Setelah disahkan DPR tanggal 15 Juli 1976, kemudian pada tanggal 17 Juli 1976 Presiden menandatangani Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1976 yang isinya menerima Timtim sebagai bagian dari kedaulatan RI dan menjadikannya sebagai propinsi ke-27 8 dan diteruskan dengan TAP MPR no. VI tahun 1978, walaupun PBB tidak pernah mengakui bahwa Timtim merupakan bagian dari RI 9. Selama masa bergabung nya timor timur ke Indonesia, banyak terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok Fretilin kepada pemerintahan Indonesia, baik secara militer maupun diplomasi. Dalam masa-masa pemberontakan itu banyak sekali terjadi kekerasan baik dipihak Indonesia maupun di pihak kalompok non-integrasi, selama masa awal kependudukannya kedaulatan Indonesia diakui oleh beberapa Negara dunia salah satunya adalah Australia, walaupun PBB tidak mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur. Kondisi status timor timur yang masih dianggap belum jelas menjadi salah satu peneyebab semakin gencar nya kelompok non-integrasi untuk memperjuangkan kemerdekaan nya. Pada masa pemberontakan ini banyak kekerasan yang terjadi diantara kedua pihak dan dianggap sebagai suatu pelanggaran HAM yang berat terutama di pihak Indonesia, salah satunya pada kejadian Santa Cruz yang menyebabkan banyak nya korban yang jatuh.hingga Indonesia terus menghadapai tekanan Internasional dari negara-negara asing, PBB, serta LSM-LSM Internasional mengenai status Timor Timur.Selain itu, Indonesia 7 A. Kardiyat Wiharyanto. Op. Cit., hlm Syamsul Hadi, Andi Widjajanto, dkk. Op. Cit., hlm Soenarto HM Pergulatan Ideologi dalam Kehidupan Berbangsa. Jakarta: Lembaga Putra Fajar, hlm

4 juga menghadapi krisis multidimensional dalam negeri seperti isu ekonomi, politik, dan HAM dijadikan pertimbangan dalam mengatasi posisi Indonesia. Munculnya tekanan-tekanan dari masyarakat Internasional dalam menanggapi masalah Timor Timur membuat pemerintah Indonesia terpaksa mengeluarkan kebijakan untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat Timor Timur.Tekanan ini juga mendorong Pemerintah Indonesia untuk membahas masalah ini ke tingkat Internasional.Karena berbagai upaya diplomasi telah ditempuh selama 24 tahun, tetapi tidak diperoleh kepastian penyelesaian atas masalah ini.maka pemerintah Indonesia menyerahkan masalah tersebut kepada PBB. Akhirnya pada Juni 1998, Pemerintah Indonesia mengusulkan untuk memberikan status khusus berupa otonomi luas kepada Timor Timur.Usulan Indonesia itu disampaikan kepada Sekjen PBB.Sebagai tindak lanjutnya PBB mengadakan pembicaraan segitiga antara Indonesia, Portugal, dan PBB 10.Indonesia memutuskan untuk melaksanakan jajak pendapat untuk menentukan nasib rakyat Timor Timur yang dilakukan secara langsung. Menanggapi usulan tersebut, pihakpihak yang berada dalam pembicaraan segitiga di atas menyepakati Persetujuan New York yang mencakup masalah teknis dan substansi jajak pendapat. Di bulan Januari 1999, diumumkan bahwa Indonesia akan menawarkan otonomi kepada Timor Timur. Rakyat Indonesia diminta memilih apakah Timor Timur tetap menjadi bagian dari Indonesia ataukah Timor Timur menjadi negara 10 Zacky Anwar Makarim, dkk Hari-Hari Terakhir Timor Timur, Sebuah Kesaksian.Jakarta: PT. Sportif Media Infomasindo hlm 22 4

5 merdeka. Dan rakyat Timor Timur menolak tawaran otonomi ini maka pada tanggal 5 Mei 1999 PBB, Indonesia dan Portugal menandatangani Perjanjian Tripartit yang menyatakan bahwa PBB akan menyelenggarakan referendum di Timor-Timur 11. Dari pembicaraan tiga pihak serta kecaman yang semakin keras dari dunia Internasional, akhirnya pada 30 Agustus 1999 diadakan referendum bagi rakyat Timor Timur. Pada akhirnya, hasil referendum yang dapat menjawab nasib rakyat Timor Timur. Dan pada akhirnya Timor timur mendapatkan kemerdekaannya secarah sah pada tanggal 20 Mei Selama masa referendum terdapat satu Negara yang dianggap sebagai pehlawan dalam menengahi konflik yang terjadi di Timor timur yaitu Australia. Australia diminta oleh PBB untuk memimpin kekuatan internasional di Timor Timur atau International Force in East Timor (INTERFET) dalam menjalankan tugasnya untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan di kawasan Timor Timur 13. Bahwa pada akhirnya, pasukan Australia lah yang menjadi pahlawan dalam kasus ini. Australia telah memperhitungkan semua ini secara cermat dan tepat. Australia memainkan peranan pokok dalam memobilisasi tanggapan internasional terhadap krisis kemanusiaan yang membayang nyata. Pemerintah menyetujui keterlibatan angkatan internasional pemilihara keamanan di kawasan Timor Timur. Australia pada masa referendum tersebut terlihat tidak netral karena pasukan Australia lebih berpihak kepada kelompok non-integrasi. Dan lebih mendukung 11 Zacky Anwar Makarim, dkk Ibid. hlm Zacky Anwar Makarim, dkk, Ibid. hlm Zacky Anwar Makarim, dkk. Ibid. hlm 58 5

6 Timor Timur untuk mendapat kemerdekaan nya. Hal ini sangat membingungkan melihat posisi Australia yang tiba-tiba berubah, karena seperti yang diketahui bahwa diawal integrasi Auatralia adalah Negara yang mengakui kedaulatan Indonesia atas Timor Timur berubah menjadi Negara yang paling menentang Indonesia dan mendukung sepenuhnya kemerdekaan Timor Timur. Perubahan Australia yang secara tiba-tiba menimbulkan banyak pertanyaan 14. Hal ini menjadi sangat menarik bagi penulis untuk mengetahui apa sebenarnya Peranan Australia dalam Proses Lepasnya Timor Timur dari NKRI pada Tahun B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau perlu dicari jalan pemecehannya, atau dengan kata lain perumusan masalah adalah merupakan pertanyaan lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah 15. Atas dasar latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 14 Zacky Anwar Makarim, dkk, Ibid. hlm Huasani Usman dan Purnomo.Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Bumi Aksara hlm. 26 6

7 1. Apa peranan Australia dalam proses lepasnya Timor Timur dari NKRI tahun Bagaimana sikap Australia dalam proses lepasnya Timor Timur dari NKRI tahun 1999 C. Pembatasan Masalah Adanya batasan masalah dalam hal ini guna memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, serta untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah dalam penelitian ini penulis ingin mendeskripsikan apa saja peranan Australia dalam proses lepasnya Timor Timur dari NKRI pada tahun D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita tuju dan capai dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Australia dalam proses lepasnya Timor Timur dari NKRI tahun 1999 dan sikap Australia dalam proses lepasnya Timor Timur E. Manfaat Penelitian Dalam sebuah penelitian selain terdapat tujuan penelitian, juga terdapat beberapa manfaat yang selanjutnya berguna daya terhadap orang banyak. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah : 7

8 1. Secara praktis, adalah sebagai masukan bagi penulis dalam usaha untuk mengetahui hasil-hasil kegiatan politik juga memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mencari khasanah ilmiah dengan kaitan politik dan kepentingan nasional suatu Negara serta melihat relevansi teori-teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi secara langsung. 3. Manfaat akademis, meliputi : Untuk memperluas pemahaman pengetahuan penulis mengenai peranan Australia pada masa lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Selain itu, penelitian ini bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dan sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan teori-teori politik yang tentu saja berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis yakni teori tentang peranan Australia dalam lepasnya Timor Timur dari NKRI. Melalui pemaparan dari teori ini diharapkan mampu memberikan masukan pemikiran-pemikiran baru bagi civitas akademika yang nantinya juga akan melakukan penelitian perihal yang sesuai dengan masalah tersebut. 8

9 F. Kerangka Teori F.1 Teori Kepentingan Nasional Teori yang pertama di pakai oleh peneliti pada penilitian ini adalah teori kepentingan nasional, karena teori ini sangat penting untuk menjelaskan dan memahami perilaku internasional serta dasar untuk menjelaskan perilaku luar negeri suatu Negara. Kepentingan nasional merupakan salah satu teori yang paling dikenal luas di kalangan hubungan Internasional dan politik luar negeri, karena konsep ini adalah tujuan yang paling mendasar dan faktor yang menetukan yang menjadi pemandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri sebuah Negara. Selain itu konsep ini juga sering digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan politik luar negeri atau evaluasi suatu Negara. Bagi para penganut realis, kepentingan nasional dianggap sebagai upaya Negara untuk mengejar power, dimana power adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara control terhadap Negara lain. Hubungan kekuasaan atau pengendalian ini dapat melalui teknik pemaksaan atau kerjasama.karena itu kekuasaan dan kepentingan nasional dianggap sebagai sarana sekaligus tujuan dari tindakan suatu Negara secara khas untuk bertahan hidup dalam kancah perpolitikan internasional. Konsep kepentingan nasional dapat diartikan secara minimum sebagai suatu kepentingan untuk kesejahteraan umum, hak untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu Negara, hak, kepentingan ekonomi, hak perlindungan hukum.dalam arti yang lebih khusus yaitu untuk mempertahankan dan memelihara identitas politik dan 9

10 kulturalnya.agar kepentingan nasionalnya terwujud, suatu Negara bisa saja membuat suatu kerjasama atau bahkan konflik sekalipun 16. Konsep kepentingan nasional juga mempunyai indikasi dimana Negara atau state berperan sebagai aktor utama di dalam formulasi politik yang merdeka berdaulat. Selanjutnya, di dalam mekanisme interaksinya masing-masing Negara atau aktor berupaya untuk mengejar kepentingan nasionalnya. Kepentingan inilah yang akhirnya diformulasikan kedalam konsep power. kepentingan interest di defenisikan kedalam terminologi power. 17 Menurut Joseph Franked, kepentingan nasional tidak bisa di defenisikan secara sempit dengan mengabaikan kepentingan-kepentingan moral, religi, dan kepentingan kemanusian 18. Menurut Nicholas Spykman, mengatakan bahwa kepentingan nasional juga mencakup kepentingan moral, religi, kebudayaan, dan sebagainya. Tetapi untuk mengejar kepentingan-kepentingan ini tetap diperlukan power yang mencukupi. 19 Menurut Paul Seabury konsep kepentingan nasional secara normative dan deskriptif. Secara normative konsep kepentingan nasional berkaitan dengan kumpulan cita-cita suatu bangsa yang berusaha dicapai melalui hubungan dengan Negara lain. Namun tidak sekedar cita-cita mengejar power saja, melainkan ada juga cita-cita 16 K.J. Holsti. International politics: A Framework for analysis. Fourth Edition, Terj. M. Tahir Azhary. Jakarta : Erlangga, Hlm J. Frankie. Hubungan Internasional, Terj. Laila H. Hasyim. Jakarta : Bumi Aksara, Raulish, Kepentingan Nasional dalam Realisme, diakses pada 8 Maret 2014 dari 19 Ibid. 10

11 lainnya.sedangkan secara deskriptif kepentingan nasional sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap melalui kepemimpinan pemerintah 20. Hans J. Morgenthau mengatakan bahwa konsep kepentingan nasional merupakan usaha dari suatu Negara untuk mengejar power, power dianggap sebagai segala sesuatu yang mengembangkan dan memelihara kontrol suatu Negara terhadap Negara lain 21. Lebih lanjut di dalam bukunya The Concept of Interest Defined in Terms of Power, power menurut Morgenthau berada di antara nalar, akal, atau reason yang mencoba untuk memahami politik internasional dengan fakta-fakta yang harus di pahami. Atau dapat dikatakan bahwa power adalah instrumen penting untuk mencapai suatu kepentingan nasional. Konsep kepentingan nasional dianggap sama dengan konsep yang umum didalam dua hal yaitu kesejahteraan umum dan perlindungan hukum. Konsep ini memuat arti minimum yang inheren, yaitu kepentingan nasional sebuah Negara adalah melindungi identitas fisik, politik, dan kultural Negara tersebut dari Negara atau bangsa lain. Hans J. Morgenthau juga menyampaikan pandangannya sebagai berikut: The concept of the national interest then contains two elements,one of this is logically required and in that sense necessary, and one that is variable and determined by circumstance Ibid. 21 Scott Burchill dan Andrew Linklater, Teori-Teori Hubungan Internasional, (Penj. M. Sobirin). Bandung : Nusamedia, hlm Aleksius Jemadu. Politik Global dalam Teori dan Politik,.Yogyakarta : Graha Ilmu, Hlm

12 Dengan demikian menurut Morgenthau kepentingan nasional juga di dasarkan pada dua elemen yaitu, pertama di dasarkan pada pemenuhan kebutuhan sendiri, yang kedua mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan strategi di sekitarnya. Dalam memenuhi kebutuhan sendiri dapat di peroleh dengan dengan cara melindungi kelangsungan hidup bangsa dalam mempertahankan kedaulatan integritas wilayah nasional, sistem politik, dan identitas budaya dari ancaman bangsa lain. Sedangkan dalam pertimbangan berbagai kondisi lingkungan di lakukan dengan menjalankan kebijakan politik luar negeri melalui upaya diplomasi demi terciptanya perdamaian dunia F.2 Teori Intervensi Dalam proses lepasnya Timor leste dari Indonesia tidak terlepas dari adanya campur tangan atau pun intervensi dari pihak Australia yang pada saat itu sangat berperan aktif. Untuk menjelaskan bagaimana intervensi Australia ke timor timur maka peneliti menggunakan konsep intervensi agar dapat menjelaskan bagaimana intervensi yang dilakukan oleh Australia pada Timor timur. Intervensi adalah campur tangan suatu Negara terhadap urusan dalam negeri Negara lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan atau barang di Negara tersebut. Selain itu adapun defenisi intervensi adalah campur tangan yang berlebihan dalam urusan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sehngga Negara 12

13 yang melakukan intervensi sering dibenci Negara lain.menurut J.G. Starke, intervensi dibedakan menjadi tiga, yaitu 23 : 1. Intervensi Intern (Internal Intervention); Misalnya suatu Negara campur tangan diantara pihak-pihak yang bertikai disuatu Negara lainnya yang bersifat mendukung pemerintah Negara tersebut atau pihak pemberontak. 2. Intervensi Ekstern (External Intervention); Misalnya suatu Negara melakukan campur tangan dengan mengadakan hubungan dengan Negara lain, umumnya dalam keadaan yang bermusuhan. 3. Intervensi Penghukuman (Punitive Intervention); Merupakan suatu tindakan pembalasan (areprisal) melalui tindakan perang kecil sebagai pembalasan terhadap kerugian yang di timbulkan oleh Negara lainnya. Selain itu intervensi juga dibagi kedalam dua bentuk lain yaitu 24 : Intervensi Unilateral Intervensi unilateral merupakan campur tangan suatu Negara terhadap Negara lain yang berada dalam konflik dengan dasar menjaga keamanan bersama (collective security). Situasi konflik ini menambah tanggapan militer, seperti tindakan polisi. Intervensi militer bersumber dari pemerintahan suatu Negara sama halnya dengan intervensi diplomatic dengan cara mengadakan 23. Georffrey Robinson,Timor Timur 1999 Kejahatan terhadap Umat manusia, 2003, hal 35 Diakses tanggal 10 Maret Ibid. 13

14 perjanjian dengan Negara yang tengah mengalami konflik internal didasarkan pada sikap dan tindakan yang meyakinkan. Intervensi Multilateral Intervensi multilateral merupakan campur tangan Negara-negara lain dalam konflik suatu Negara dibawah paying PBB sebagai organisasi internasional.disini suatu Negara akan melakukan campur tangan dengan mangadakan hubungan dengan Negara lain. F.3 Teori Interaksi Internasional Interaksi internasional merupakan keseluruhan proses komunikasi dan pertukaran yang berkaitan dengan aspek-aspek politis antara aktor-aktor di dalam sistem internasional, dimana di dalam proses tersebut akan terlihat tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan perilaku dari aktor-aktor tersebut yang akan dipengaruhi oleh konteks dan tingkatan (level) di mana proses tersebut muncul dan bekerja. Bentuk-bentuk interaksi dapat dibedakan berdasarkan keterlibatan pihak-pihak yang melakukan interaksi, ditinjau dari jumlah intensitas interaksi, dan pola interaksi yang dijalankan oleh masing-masing pihak. Dalam hubungan internasional, interaksi yang terjadi antar aktor dapat dikenali karena adanya faktor-faktor reccurent, accommodate, ignore, pretend, bargain, dan resist dari berbagai macam aksi negara lain. 14

15 Untuk dapat memahami pola-pola interaksi yang terjadi diantara para pelaku/negara, maka dapat ditinjau melalui Scale, berhubungan dengan jumlah dan tipe aktor-aktor yang terlibat dalam arena geografis, dimana interaksi tersebut bekerja secara cakupan isu yang menjadi objek interaksi. 2. Directions, berhubungan dengan arah mana interaksi tersebut cenderung memihak. 3. Internsity, berhubungan dengan intensitas dan interaksi pada jumlah yang continity hal tersebut dilaksanakan. 4. Duration, berhubungan dengan masa interaksi tersebut berlangsung apakah berlangsung secara permanen, terinstruksi secara formal ataukah hanya secara temporer dan trasier. Sedangkan Keohane, Robert, and Joseph S Nye menyatakan bahwa interaksi internasional sebagai pergerakan berbagai hal yang membahas tapal batas negara dimana terdapat sekurang-kurangnya salah satu aktor yang mewakili suatu organisasi pemerintah atau antar pemerintah. Untuk itu terdapat pengelompokkan interaksi internasional pada tiga bentuk, yaitu 26 : 1. Interaksi antara negara dengan negara. 2. Interaksi antara negara dengan aktor bukan negara 3. Interaksi antar aktor bukan negara dengan aktor bukan negara. 25 Sulfri Jusuf, S.H. Hubungan Internasional dan Politik Luar Nageri. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, Hlm Ibid. hlm

16 Dalam interaksi antar negara terdapat hubungan pengaruh dan respons.negara memberikan pengaruh langsung ataupun tidak langsung yang dituntut harus dapat menentukan sikap melalui respons, manifestasi dalam hubungannya dengan negara lain untuk mempengaruhi atau memaksa pemerintah untuk memaksa keinginan politik negara bersangkutan. Menyangkut keinginan politik dari masing-masing negara, didasarkan pada kepentingan nasional masing-masing negara, baik kepentingan yang berasal dari lingkungan internal maupun eksternal. Bentuk interaksi yang dilaksanakan suatu negara untuk tujuan memenuhi kepentingan nasional, maka suatu negara tidak dapat terlepas dari kebijakan yang ditujukan ke luar negara (politik luar negeri), maupun politik yang menjangkau kondisi domestik (politik dalam negeri). G. Metodologi Penelitian Dalam kegiatan ilmiah diperlukan sebuah metode yang sesuai dengan objek yang dibicarakan agar lebih terarah dan rasional. Metode merupakan cara bertindak dalam upaya agar penelitian dapat terlaksana secara rasional dan terarah agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada 27. Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi 27 Bambang Prasetyo dkk.metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hal

17 atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, serta hubungan fenomena yang diselidiki 28. G.1 Jenis Penelitian Berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian ini untuk menggambarkan yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dimana menurut peneliti bahwasannya penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian yang tidak menggunakan angka atau nomor untuk mengolah data yang diperlukan. Data terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi, dan kegiatan. Dengan menggunakan jenis data ini, memungkinkan peneliti mendekati dan sehingga mampu mengembangkan komponenkomponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri. G.2 Teknik Pengumpulan Data Pada umumnya penelitian yang menggunakan metode deskriptif menggunakan sebuah teori untuk menganalisis suatu keadaan dan menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis. Data tersebut disusun melalui hasil observasi terhadap keadaan yang akan diteliti. Jadi apa yang dikembangkan adalah teori yang disusun dari riset, bukan dari pengujian hipotesis. Dan didasarkan pada konsep induksi 28 Sanafiah Faisal. Format Penelitian Sosial Dasar-dasar Aplikasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hal

18 analitis, meski harus berhati-hati dalam membuat asumsi bahwa bukti dari pola secara otomatis akan membuat kita menyusun teori 29. Oleh karena konsep penelitian diatas, maka teknik yang digunakan peneliti dalam memperoleh data dan fakta dalam usaha untuk membahas masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis pustaka (library research) yang sumbernya didapat dari buku-buku yang terkait, jurnal ilmiah, artikel dan juga dokumentasi yang resmi dari situs yang diakses dari internet. G.3 Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif library research, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dengan bersumber pada sejarah yang berorientasi kepada problema yang akan berusaha menganalisa kejadiankejadian yang sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang telah dipilih dalam penelitian ini. Menurut Faisal analisis data dalam penelitian deskriptif, bergerak secara induktif yaitu data/fakta dikategorikan menuju tingkat abstraksi yang lebih tinggi, melakukan sintesis, dan mengembangkan teori bila diperlukan. Setelah data dikumpulkan, dilakukan analisis penguraian dan penarikan kesimpulan tentang makna 29 Bruce A. Chodwick, Social Science Research Methods, terj. Sulistia (dkk), Metode Penelitian ilmuilmu sosial, Semarang : IKIP Semarang Press, 1991, hal

19 perilaku subjek penelitian dalam latar serta fokus penelitian.hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran yang jelas mengenai penelitian ini. H. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab, yakni: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan menguraikan dan memperjelas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian BAB II : DISINTEGRASI TIMOR-TIMUR DARI INDONESIA Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu bagaimana sejarah timor-timur dan bergabung dengan NKRI dan bagaimana lepasnya serta bagaimana posisi Australia pada saat itu. BAB III :PERANAN AUSTRALIA DALAM LEPASNYA TIMOR- TIMOR DARI NKRI TAHUN 1999 Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data atau fakta yang diperoleh dari beberapa sumber data dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data atau fakta tersebut. 19

20 BAB IV : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang di peroleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian. 20

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal

BAB I PENDAHULUAN. Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Timor Timur merupakan salah satu negara yang pernah dijajah oleh Portugal hingga Pada tahun 1975, proses penjajahan yang dilakukan oleh Portugal berlangsung begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur telah terpecah belah akibat politik devide at impera. Pada 1910 terjadi pemberontakan yang dilakukan

Lebih terperinci

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA ORDE BARU: STUDI KASUS OPERASI SEROJA / INTEGRASI TIMOR-TIMUR KE WILAYAH NKRI TINGKAT ANALISIS SISTEM GLOBAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp

Pendahuluan. Utama, Jakarta, 2000, p Hadi, dkk., pp Pendahuluan Timor Timur berada di bawah penjajahan Portugal selama lebih dari empat abad sebelum akhirnya Revolusi Anyelir di tahun 1974 membuka jalan bagi kemerdekaan negaranegara koloninya. Setelah keluarnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam peneltian ini peneliti dapat melihat bahwa, Menteri Luar Negeri Ali Alatas melihat Timor Timur sebagai bagian

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN INDONESIA DALAM MEMBERIKAN REFERENDUM KEPADA TIMOR TIMUR PADA TAHUN 1999 DI ERA B.J HABIBIE

PERTIMBANGAN INDONESIA DALAM MEMBERIKAN REFERENDUM KEPADA TIMOR TIMUR PADA TAHUN 1999 DI ERA B.J HABIBIE PERTIMBANGAN INDONESIA DALAM MEMBERIKAN REFERENDUM KEPADA TIMOR TIMUR PADA TAHUN 1999 DI ERA B.J HABIBIE INDONESIA CONSIDERATION IN GIVING TO THE REFERENDUM IN EAST TIMOR IN 1999 IN B.J HABIBIE ERA JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. ganda, sementara itu terdapat juga negara-negara yang menerapkan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanggotaan seseorang dari suatu komunitas bangsa biasanya berhubungan dengan hukum terkait kelahirannya, karena adanya hubungan darah ataupun karena imigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik

BAB I PENDAHULUAN. Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timor Leste atau Timor Timur (sebelum merdeka) yang bernama resmi Republik Demokratik de Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa e) adalah sebuah negara di Asia

Lebih terperinci

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi

Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Pengadilan Internasional bagi Timor-Leste: ide yang tak mau pergi Patrick Walsh Austral Policy Forum 09-17B 27 Augustus 2009 Ringkasan: Patrick Walsh, Penasehat Senior untuk Sekretariat Teknik Paska-CAVR,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sebagai hukum dasar yang digunakan untuk penmbentukan dan penyelenggaraan Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar, yang pertama kali disahkan berlaku sebagai konstitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL

HUBUNGAN INTERNASIONAL BAB I HUBUNGAN INTERNASIONAL A. Pengertian Hubungan Internasional Hubungan internasional dapat diartikan sebagai hubungan antarbangsa, yang menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik,

Lebih terperinci

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999

KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999 KEMERDEKAAN TIMOR LESTE TAHUN 1999 Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memnuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Sejarah (S1) dan mencapai gelar Sarjana Sastra. SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perjuangan rakyat Timor Leste adalah sejarah perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme. Selama 24 (dua puluh empat) tahun rakyat Timor Leste berjuang

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan di dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam sistem perwakilan ini masing-masing anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Megi Ginanjar Rahmat, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Megi Ginanjar Rahmat, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Portugal sebelum terjadinya kudeta militer 25 April 1974 adalah suatu negara Republik dengan pemerintahannya yang bersifat otoriter, fasistis dan tidak demokratis,

Lebih terperinci

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA JURNAL STATUS KEWARGANEGARAAN MASYARAKAT YANG BERDOMISILI DI KAWASAN PERBATASAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR LESTE KHUSUSNYA YANG BERDOMISILI DI WILAYAH KABUPATEN BELU ( Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam

BAB I PENDAHULUAN. komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman moderen ini dunia teknologi berperan sangat penting di bidang komputer dalam suatu pekerjaan. Teknologi komputer sangat membantu user dalam melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 72. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 74. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI DOSEN : Dr. AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Tinjauan Umum Teori Kepentingan Nasional Teori National Interest Versi Hans J. Morgenthau Teori National Interest Versi Donald Nuchterlin

Lebih terperinci

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER : STUDI KASUS KONFERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di

BAB V KESIMPULAN. penting. Dalam periode ini Partai Fretilin tumbuh menjadi kekuatan utama di BAB V KESIMPULAN Antara April 1974 dan Desember 1975 rakyat Timor Timur mengalami perubahan sosial dan politik yang sangat besar dan pergolakan militer yang sangat penting. Dalam periode ini Partai Fretilin

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL

JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL JURNAL HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI (THE RIGHT OF SELF- DETERMINATION) RAKYAT TIMOR LESTE DITINJAU DARI HUKUM INTERNASIONAL NPM : 100510366 Diajukan Oleh: ARCANJO JUVIANO SAVIO Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. 13. Mata Pelajaran Sejarah Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap bangsa memiliki cita-cita karena cita-cita berfungsi sebagai penentu untuk mencapai tujuan. Tujuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua.

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua. BAB V KESIMPULAN Pemberian Referendum terhadap Timor-Timur yang dikeluarkan Presiden B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua. Dimana satu sisi mendapat pertentangan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional negara masing-masing.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1976 TENTANG Pengesahan Penyatuan Timor-Timur Ke Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Pembentukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor-Timur DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan

PENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional, dimana hubungan internasional terus berkembang seiring berjalannya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa, sebagai bagian dari generasi muda anak berperan sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T.

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENYUSUNAN UU NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TNI : IMPLEMENTASI MODEL ANALISIS GRAHAM T. ALLISON Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP, M.Si Dosen Jurusan Hubungan Internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012

POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012 POKOK PIKIRAN TANWIR MUHAMMADIYAH 2012 UNTUK PENCERAHAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN BANGSA Muhammadiyah merupakan bagian tak terpisahkan dari komponen bangsa. Oleh karena itu, Muhammadiyah sangat peduli atas

Lebih terperinci

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam Rumah Tangga 1. Jenis Kasus : A. LEMBAR FAKTA Kekerasan terhadap Perempuan di wilayah konflik Kekerasan dalam Rumah Tangga Lain-lain : 2. Deskripsi Kasus : 1 3. Identitas Korban : a. Nama : b. Tempat lahir : c. Tanggal

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Comunidade dos Países de Língua Portuguesa (CPLP) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Comunidade dos Países de Língua Portuguesa (CPLP) adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Comunidade dos Países de Língua Portuguesa (CPLP) adalah sebuah organisasi internasional yang berkomunitas negara-negara berbahasa resmi portugis yang didirikan

Lebih terperinci

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengertian Identitas Nasional BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Identitas Nasional Istilah Identitas nasional secara terminologis Adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik (zoonpoliticon). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan sesamanya, dan sebagai makhluk politik

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakannya lebih bergeser ke paham Marxisme. Partai Fretilin menolak prinsip

BAB I PENDAHULUAN. gerakannya lebih bergeser ke paham Marxisme. Partai Fretilin menolak prinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelumnya dikenal sebagai Associacao Social Democratica Timorense (ASDT) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1974 oleh beberapa orang, termasuk Jose Manuel

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten yang mencerminkan peranan rakyat. Salah satunya adalah peranan lembaga

Lebih terperinci

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

Lebih terperinci