TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG
|
|
- Sudomo Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG Kanah 1), E. Ningrum 2), B. Waluya 3) Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia geokanah@gmail.com, eponningrum@upi.edu, bagjawaluya@upi.edu ABSTRAK Buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan yang bekerja di perkebunan PTPN VIII Wangunreja mendapatkan upah di bawah UMR Kabupaten Subang. Upah yang diperoleh tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga yang terus meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet berdasarkan indikator BPS tahun Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan. Sampel penelitian berjumlah 60 orang yang terdiri dari 3 wara yakni wara 1 sebanyak 24 orang, wara 2 sebanyak 6 orang dan wara 3 sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportional Sampling. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yang meliputi sistem kerja dan kondisi sosial ekonomi, variabel terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan. Analisis data menggunakan persentase dan skoring. Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh sadap karet bekerja selama 8 jam perhari, dan libur pada hari minggu dan hari libur nasional dengan perolehan upah yang masih rendah. Sebagian besar buruh sadap karet tinggal di rumah permanen dengan fasilitas yang kurang lengkap. Buruh sadap karet memiliki kesehatan yang baik akan tetapi kesadaran akan pentingnya kesehatan masih rendah karena buruh sadap karet tidak pernah melakukan cek kesehatan, pendidikan buruh sadap karet tergolong rendah tapi kesadarannya akan pentingnya pendidikan anak cukup baik, dalam hal fasilitas transportasi buruh sadap karet mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan umum karena akses yang sulit seperti jalan yang rusak dan jarak yang jauh ke jalan raya. Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005 sebagian besar buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 80% dan sebagian lagi termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan rendah sebanyak 16,7% serta tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%. Kata kunci : Perkebunan, Kesejahteraan, Buruh sadap karet 1 Penulis 2 Dosen FPIPS 3 Dosen FPIPS
2 2 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara THE EMPLOYEE WELFARE OF RUBBER TAPPING PTPN VIII WANGUNREJA IN DAWUAN SUBDISTRICT SUBANG REGENCY Kanah 4), E. Ningrum 5), B. Waluya 6) Department of Geography Education, Faculty of Social Sciences Education Indonesia University of Education ABSTRACT The employees in Dawuan district work in PTPN VIII plantation Wangunreja getting fee under Regional Minimum Wage of subang regency. The fee that they got is not enough for sufficing their needs while the need is always increasing day by day. The aim of this study is to find out the employee welfare based on BPS indicator in This study is descriptive study. The population of this study is all societies of PTPN VIII Wangunreja in Dawuan subdistrict. Sixty people consist of 3 wara which is the first wara consist of 24 people, the second wara consist of 6 people and the third wara consist of 30, were chosen as sample. The sample is proportional sampling. The variable of this study is the independent variables which are working system, social economy condition (state of residence, health, education, transportation facility) and the dependent variable of this study is the level of welfare. In analyzing data, percentage and scoring were used in this study. The finding shows that the employee of rubber tapping workers to work for 8 hours per day, on Sundays and public holidays and national holidays with the got income of low wage. Most of the rubber tapping workers living in permanent housing with facilities that less complete. Labour tapping rubber have good health but the awareness of the importance of health is still low because of the rubber tapping workers never had health checks, rubber tapping workers' education is low but the awareness of the importance of children's education is quite good, in terms of transport facilities rubber tapping workers have difficulty get public transport because of difficult access such as damaged roads and long distances to highway. Based on BPS in 2005 indicates that the employee welfare of rubber tapping in Dawuan sub district included average is 80%, lower is 16,7% then higher is 3,3%. Keyword: plantation, welfare, the employee of rubber tapping. 4 Penulis 5 Dosen FPIPS 6 Dosen FPIPS
3 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April PENDAHULUAN Perkebunan menurut kementrian pertanian (2012) merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Karet merupakan komoditi ekspor yang cukup berperan dalam perekonomian nasional di Indonesia. Baik sebagai penghasil devisa penduduk ataupun sebagai lapangan kerja bagi penduduk. Diperkirakan sepuluh juta penduduk terlibat dalam lapangan usaha karet di Indonesia. Perkebunan karet diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar seperti PNP/PTP, perusahaan swasta nasional dan asing serta sebagian besar diusahakan oleh petani kecil serta tradisional. Luas areal perkebunan karet di Indonesia ditaksir 2,4 juta hektar yang terdiri dari perkebunan seluas 0,5 juta hektar dan karet rakyat seluas 1,9 juta hektar. Produksi karet di Indonesia sekitar 70% dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Sedangkan sisanya berasal dari perkebunan besar, baik perkebunan negara, swasta asing maupun swasta nasional. (Sastraatmadja,1984). Kecamatan Dawuan merupakan salah satu lokasi sebaran perkebunan karet milik PTPN VIII. Perusahaan yang berada di Kecamatan ini adalah PTPN VIII Wangunreja yang mengelola hasil perkebunan karet dengan luas 1.222,97 Ha. Berdasarkan data induk pegawai PTPN VIII Wangunreja jumlah buruh sadap karet secara keseluruhan sebanyak 259 orang sedangkan buruh sadap karet yang berada di Kecamatan Dawuan berjumlah 152 orang. Menyadap karet di PTPN VIII Wangunreja merupakan pekerjaan utama yang dijadikan sebagai mata pencaharian bagi sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Dawuan, mata pencaharian tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Setiap hari masyarakaat buruh sadap karet ini membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam untuk bekerja di perkebunan, masing-masing buruh sadap memiliki jumlah pohon sadapan kurang lebih 300 pohon yang di berikan oleh pihak perusahaan. Masalah kesejahteraan selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, masyarakat buruh sadap karet dikatakan sejahtera apabila mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti yang telah dijelaskan oleh Kementrian Koordinator Kesejahteraan dalam Rinawati (2010), sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Aktivitas penyadapan karet sudah terjadi dalam waktu yang lama, tetapi pendapatan yang diperoleh masyarakat buruh sadap masih berada di bawah UMR Kabupaten Subang yaitu sebesar Rp , sedangkan para buruh sadap karet harus memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang terus meningkat. Tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dapat diukur berdasarkan beberapa indikator, Indikator tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai aspek sosial maupun ekonomi masyarakat buruh sadap karet. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 indikator kesejahteraan terdiri atas pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.
4 4 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara Tujuan dari penelitian ini yaitu 1) Wangunreja di Kecamatan Dawuan Untuk mengidentifikasi sistem kerja buruh Kabupaten Subang. 3) Untuk mengidentifikasi sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang. 2) tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Untuk mengidentifikasi kondisi sosial Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang. ekonomi buruh sadap karet PTPN VIII METODE Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang dengan luas 7.568,39 Ha. Kecamatan Dawuan terdiri dari 10 desa yaitu Desa Jambelaer, Cisampih, Margasari, Situsari, Sukasari, Rawalele, Dawuan Kidul, Dawuan Kaler, Manyeti, dan Batusari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang menggambarkan keadaan di lapangan sesuai dengan fakta, adapun data deskriptif sendiri dapat diperoleh dari angket yang kemudian digunakan untuk mendeskripsikan data hasil penelitian di lapangan. Populasi dalam penelitian ini yaitu buruh sadap karet yang ada di Kecamatan Dawuan yang berjumlah 152, adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Pengambilan sampel dipilih dengan proportional sampling dengan menggunakan rumus Slovin, berdasarkan perhitungan, diperoleh total sampel buruh sadap karet yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. tersebut tersebar di 3 Wara yaitu Wara 1 sebanyak 24, Wara 2 sebanyak 6, Wara 3 sebanyak 30. Gambar 1 Peta Kecamatan Dawuan Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, sedangkan variabel terikatnya yaitu tingkat kesejahteraan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket yang ditujukan kepada masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan
5 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April Dawuan sebanyak 60 orang. Tujuan menggunakan angket dalam penelitian ini agar memudahkan dalam pengkodean. Adapun rangkaian kegiatan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, angket, studi literatur dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan persentase dan skoring. Skoring ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan buruh sadap karet. Latar Belakang Pendapatan di Bawah UMR Kabupaten Subang Kesejahteraan buruh sadap karet Rumusan Masalah Teori 1.Pembangunan Pertanian 2.Usaha perkebunan di Indonesia 3.Kesejahteraan Masyarakat Instrumen penelitian Metode Penelitian Pengumpulan Data Analisis Data Tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja Kesimpulan dan Saran Gambar 3.1 Prosedur penelitian
6 6 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanian di Indonesia tidak hanya terdiri atas sub-sektor pertanian dan subsektor pangan saja, tetapi juga ada subsektor perkebunan, dan sub-sektor peternakan. Menurut Soetrisno (2002) Subsektor perkebunan merupakan sub-sektor pertanian yang secara tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Hasilhasil perkebunan yang selama ini telah menjadi komoditas ekspor antara lain: karet, kelapa sawit, teh, kopi, dan tembakau. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahan oleh perkebunan besar, baik milik pemerintah maupun swasta. Keberadaan perkebunan karet diharapkan mampu memberikan perubahan pada tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap seperti yang dijelaskan dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan bahwa Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Masyarakat dikatakan sejahtera apabila masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti yang dikemukakan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati, 2010) sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya seperti lingkungan yang bersih, aman, dan nyaman. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dapat dilihat dari indikator kesejahteraan berdasarkan Badan Pusat Statistik (2005) yang dibagi ke dalam delapan indikator yang meliputi pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi. Buruh sadap karet bekerja selama kurang lebih 8 jam, dimulai dari jam 5 pagi sampai jam 1 siang. Setiap hari masyarakat buruh sadap karet harus mengumpulkan getah karet dari pohonnya yang berjumlah kurang lebih 300 pohon. Setiap harinya masyarakat buruh sadap karet mampu mengumpulkan getah karet sebanyak kg. Getah karet yang telah disadap dikumpulkan ke mandor masing-masing wilayah sadapan untuk diangkut dan selanjutnya diolah di pabrik sehingga menjadi barang setengah jadi dan siap untuk di distribusikan ke beberapa wilayah yang membutuhkan. Sistem upah yang diterima buruh sadap menggunakan sistem bulanan yakni diberikan pada awal bulan. Perbedaan upah yang diterima buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan tergantung pada golongan kerja yang dimiliki masing-masing buruh sadap karet. Semakin lama buruh sadap karet bekerja di PTPN maka semakin tinggi pendapatan yang diperolehnya karena setiap tahunnya para buruh sadap karet tersebut akan memperoleh kenaikan strip golongan, dan setiap 15 tahun para buruh karet yang bekerja di PTPN VIII Wangunreja akan mengalami kenaikan golongan. Pendapatan merupakan sejumlah barang atau jasa yang diterima seseorang dari hasil usaha yang mereka lakukan. Kesejahteraan buruh sadap karet dapat Gambar 2 Prosedur penelit dilihat dari kondisi pendapatannya. Pendapatan yang tinggi biasanya memiliki kesejahteraan yang baik, begitupun sebaliknya. Tingkat pendapatan buruh sadap karet dapat dilihat pada tabel 1
7 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April Tabel 1 Tingkat Pendapatan 1. Tinggi 3 5 8,3 2. Sedang ,7 3. Rendah Pendapatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan buruh sadap karet, semakin tinggi pendapatan maka tingkat kesejahteraannya pun akan lebih baik. Keluarga yang memiliki pendapatan rendah dikatakan keluarga tidak sejahtera. Seperti yang dikatakan Adisasmita (2013) bahwa pendapatan mencerminkan standar hidup riil masyarakat. Standar hidup riil masyarakat menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan kriteria tingkat kesejahteraan masyarakat. Lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki pendapatan yang sedang sebanyak 56,7%, dan sebagian kecil dari mereka memiliki tingkat pendapatan yang tinggi sebanyak 8,3%. Tingginya pendapatan yang buruh sadap karet dapatkan karena selain menyadap mereka Tabel 2 Tingkat Pengeluaran memiliki usaha sampingan seperti berjualan, buruh tani dan buruh serabutan selain itu juga mereka memberdayakan anak dan istri mereka untuk bekerja agar dapat menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengeluaran merupakan salah satu indikator yang penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan. Besarnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Semakin tinggi pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan non makan, menunjukan adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga tersebut. Pengeluaran buruh sadap karet dapat dilihat pada tabel 2 1. Tinggi Sedang ,3 3. Rendah , Pengeluaran/konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya. Pendapatan yang diterima suatu rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya. Menurut Sunarti (2006) Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan riil dari pengeluaran per kapita yaitu peningkatan nominal pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki tingkat pengeluaran yang rendah
8 8 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara sebanyak 71,7%. Rendahnya pengeluaran yang mereka keluarkan karena sebagian besar pendapatan yang mereka peroleh Status kepemilikam rumah juga sangat penting karena akan mempengaruhi kenyaman dalam berumah tangga suatu digunakan untuk kebutuhan makan seharihari, keluarga, dalam pengklasifikasiannya mereka belum mampu menggunakan terdapat tiga kategori jenis rumah yaitu pendapatan untuk kebutuhan lain seperti permanen, semi permanen dan tidak menabung dan rekreasi, karena pendapatan yang mereka peroleh hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. permanen (Panggung). Perbedaan kategori jenis bangunan ini terlihat dari dinding dan lantai. Jenis bangunan dari rumah buruh sadap karet dapat dilihat dari tabel 3 Tabel 3 Kondisi Tempat Tinggal 1. Permanen ,3 2. Semi permanen 2 4 6,7 3. Tidak permanen Keadaan tempat tinggal atau rumah mencerminkan kondisi kesejahteraan seseorang, semakin baik tempat tinggalnya bisa dikatakan memiliki kesejahteraan yang baik pula. Menurut Yudhohusodo (1991) Pada perkembangannya, kebutuhan akan rumah dijadikan salah satu motivasi untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik, dimana rumah yang fungsi utamanya sebagai tempat tinggal bagi penghuninya, juga dijadikan tolak ukur keberadaan status sosial penghuninya baik tingkat kemampuan ekonomi maupun kesejahteraannya. Di Kecamatan Dawuan sebagian besar para buruh sadap karet menempati rumah dengan jenis bangunan permanen, rumah yang berdinding tembok dan lantainya dari keramik yaitu sebanyak 93%, Selain permanen sebagian kecil keluarga buruh sadap karet menempati rumah dengan jenis bangunan semi permanen, yaitu rumah yang setengah dindingnya terbuat dari tembok sebagian lagi terbuat dari anyaman bambu/bilik dan lantainya dari semen yaitu sebanyak 6,7%. Rumah yang ditempati masyarakat buruh sadap karet ini rumah sederhana yang rata-rata ukuranya tidak terlalu besar, bahkan ada beberapa dari mereka menempati rumah dengan kondisi dinding dan keramik yang sudah retak-retak dan atap yang mulai keropos. Selain kebutuhan sandang dan pangan, rumah merupakan salah satu kebutuhun yang penting dalam kehidupan manusia. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan antara lain dapat dilihat dari kelengkapan ruang. Untuk melihat kelengkapan fasilitas tempat tinggal tersebut dapat dilihat pada tabel 4
9 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April Tabel 4 Fasilitas Tempat Tinggal 1. Lengkap 3 5 8,3 2. Cukup ,4 3. Kurang , Fasilitas tempat tinggal merupakan sarana untuk melaksanakan segala aktivitas keluarga di rumah. Seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri PU No.54 (1991) kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dilihat dari fasilitas tempat tinggal, lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki fasilitas tempat tinggal yang kurang lengkap yaitu sebanyak 53,3% dan sebagian kecil masyarakat buruh sadap karet memiliki fasilitas yang lengkap sebanyak 8,3% kelengkapan tersebut terlihat dari kecukupan ruang dalam rumah, kepemilikan alat-alat elekronik di dalam rumah seperti televisi, kulkas, kipas angin, dan barang elektronik lainnya. Rumah buruh sadap karet bisa dikatakan tidak terlalu luas karena lahan yang mereka miliki terbatas, hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran ruangan di dalam rumah, kurang dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki ruangan dalam rumahnya berjumlah 5 kamar. Sebagian besar ruangan yang tidak dimiliki masyarakat buruh sadap karet yaitu ruang keluarga dan ruang makan. Masyarakat buruh sadap yang tidak memiliki ruangan yang lengkap biasanya menggunakan satu ruangan tertentu untuk melakukan beberapa aktivitas seperti makan, nonton televisi dan kumpul bersama keluarga. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia di samping kebutuhan makan dan pendidikan, karena tanpa kesehatan yang baik, maka manusia tersebut akan sulit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Kesehatan anggota keluarga buruh sadap karet dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5 Kesehatan Anggota Keluarga 1. Baik Cukup ,3 3. Kurang , Kesehatan merupakan salah satu aset terpenting untuk mendukung aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 (2009) Tentang Kesehatan, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. menunjukan bahwa lebih dari
10 10 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara setengahnya masyarakat buruh sadap karet memiliki tingkat kesehatan anggota keluarga yang cukup baik sebanyak 73,3%. Sebagian kecil dari masyarakat buruh sadap memiliki tingkat kesehatan anggota keluarga yang kurang baik sebanyak 26,7%, masyarakat buruh sadap karet kurang peduli terhadap kesehatan, mereka lebih memilih membiarkan dan membeli obat warung dibandingkan dengan memeriksakan anggota keluarganya ke sarana kesehatan dengan alasan karena penyakitnya tidak terlalu parah. Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam upaya penanganan penyakit. Semakin mudah mendapatakan pelayanan kesehatan maka pelayanan dalam menangani penyakit akan lebih cepat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak PTPN VIII Wangunreja diantaranya Balai Pengobatan dan Rumah Sakit PTPN yang berlokasi di Subang kota. Kemudahan buruh sadap karet dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan 1. Mudah ,3 2. Sedang ,7 3. Sulit Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan suatu bentuk sarana kesehatan yang digunakan untuk pencegahan dan penanganan penyakit. Seperti yang tertera pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 (2013) tentang jaminan kesehatan yang menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat. Fasilitas kesehatan yang diberikan PTPN VIII Wangunreja berupa Balai Pengobatan dan Rumah Sakit merupakan fasilitas kesehatan yang biasa digunakan oleh masyarakat penyadap karet untuk berobat. buruh sadap karet kurang dari setenganya mudah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 43,3 %, sedangkan sebagian kecil dari buruh sadap karet sulit mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 25%. Kesulitan mendapatakan pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh buruh sadap karet ini lebih diakibatkan karena jarak tempuh dari rumah buruh sadap ke tempat pelayanan kesehatan cukup jauh dan akses yang cukup sulit karena jalannya rusak dan tidak ada kendaraan umum. Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya. Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas kerja. Kemudahan menyekolahkan anak dapat dilihat pada tabel 7.
11 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April Tabel 7 Kemudahan Menyekolahkan Anak 1. Mudah ,4 2. Sedang ,3 3. Sulit , Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Seperti yang dijeaskan oleh Mulyadi (2003) bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan. Masyarakat buruh sadap karet sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya dimasa depan, hal tersebut terlihat dari tingkat pendidikan anak pada masyarakat buruh sadap karet setingkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan orangtuanya. Lebih dari setengahnya masyarakat buruh sadap karet mudah dalam menyekolahkan anaknya yaitu sebanyak 68,6%. Sebagian kecil masyarakat buruh sadap karet ini merasa kesulitan untuk menyekolahkan anaknya sebanyak 13,3%. Kesulitan tersebut karena tidak adanya biaya untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan jarak yang jauh antara rumah ke sekolah karena rata-rata lokasi sekolah yang mereka tempuh lebih dari 3 Km terutama untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Fasilitas trasnportasi merupakan sarana yang digunakan buruh sadap karet untuk memudahkan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Selain fasilitas transportasi umum seperti angkutan umum dan ojeg, kepemilikan trasportasi pribadi menunjukan adanya tingkat kesejahteraan yang baik. Tabel 8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi 1. Mudah Sedang ,3 3. Sulit , Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Seperti yang dijeaskan oleh Mulyadi (2003) bahwa pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia yang selanjutnya akan mendorong peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan. Masyarakat buruh sadap karet sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya dimasa depan, hal tersebut terlihat dari tingkat pendidikan anak pada masyarakat buruh sadap karet setingkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan orangtuanya. Lebih dari setengahnya
12 12 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara masyarakat buruh sadap karet mudah dalam menyekolahkan anaknya yaitu sebanyak 68,6%. Sebagian kecil masyarakat buruh sadap karet ini merasa kesulitan untuk menyekolahkan anaknya sebanyak 13,3%. Kesulitan tersebut karena tidak adanya biaya untuk menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan jarak yang jauh antara rumah ke sekolah karena rata-rata lokasi sekolah yang mereka tempuh lebih dari 3 Km terutama untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA). Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang selalu diharapkan semua Tabel 9 Tingkat Kesejahteraan Buruh sadap Karet No. Kategori Skor masyarakat. Perbedaan tingkat kesejahteraan tersebut diukur berdasarkan indikator dari Badan Pusat Statistika tahun 2005 yang meliputi pendapatan, pengeluaran rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak, dan kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan pada tabel 9 berikut ini. Responden 1. Tingkat Kesejahteraan Tinggi ,3 2. Tingkat Kesejahteraan Sedang Tingkat kesejahteraan Rendah , Keluarga dikatakan sejahtera apabila keluarga tersebut dapat memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya. Seperti yang dijelaskan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (dalam Rinawati, 2010) sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan mutu sandang, KESIMPULAN % pangan, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya. Tabel 9 di atas menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang yaitu sebanyak 80%, dan sebagian kecil termasuk ke dalam tingkat kesejahteran rendah sebanyak 16,7% dan kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%. Sistem kerja diketahui dari jam kerja dan perolehan upah. Buruh sadap karet bekerja selam 8 jam setiap harinya. Perolehan upah buruh sadap karet rata-rata sebesar Rp dari hasil menyadap selama satu bulan, pendapatan tersebut tergolong rendah karena masih di bawah UMR Kabupaten Subang yaitu Rp , pendapatan yang diperoleh tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang sebagian besar terdiri dari 3-4 orang, sehingga mengharuskan para buruh sadap untuk melakukan pekerjaan sampingan serta mengajak anggota keluarga yang lain seperti anak dan istri untuk bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Kondisi sosial ekonomi buruh sadap dapat diketahui dari tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan fasilitas transportasi. Sebagian besar buruh sadap karet tinggal di rumah permanen dengan fasilitas yang kurang lengkap. Buruh sadap karet memiliki kesehatan yang baik, akan
13 Antologi Pendidikan Geografi, Volume 3, Nomor 1, April tetapi kesadaran akan pentingnya kesehatan masih rendah karena buruh sadap karet tidak pernah melakukan cek kesehatan. Pendidikan buruh sadap karet tergolong rendah tapi kesadarannya akan pentingnya pendidikan anak cukup baik. Dalam hal fasilitas transportasi, buruh sadap karet mengalami kesulitan untuk mendapatkan kendaraan umum karena akses yang sulit seperti jalan yang rusak dan jarak yang jauh ke jalan raya. Tingkat kesejahteraan masyarakat buruh sadap karet dari delapan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005, sebagian besar termasuk ke dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak sebanyak 80%, dan sebagian kecil termasuk ke dalam tingkat kesejahteran rendah sebanyak 16,7% dan kesejahteraan tinggi sebanyak 3,3%. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis mengajukan beberapa rekomendasi untuk pihak PTPN VIII Wangunreja dan masyarakat buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja yaitu sebagai berikut : Bagi pemerintah agar ada upaya perbaikan aksesibilitas seperti memerbaiki jalan dan sarana transportasi untuk mendukung kemudahan masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya serta memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan Bagi masyarakat buruh sadap karet agar memanfaatkan waktu luangnya untuk usaha sampingan agar memperoleh penghasilan tambahan selain dari hasil menyadap seperti berjualan bahan pokok makanan, karena di daerah penelitian sangat sulit ditemui warung dan akses ke pasar cukup sulit. Untuk peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang hubungan kontribusi setiap indikator kesejahteraan dengan tingkat kesejahteraan buruh sadap karet PTPN VIII Wangunreja di Kabupaten Subang, serta dapat menjadi bahan masukan dalam rangka melengkapi penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardjo Teori-teori Pembangunna Ekonomi (Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah). Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BPS Kementrian Pertanian Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. Mulyadi. S Ekonomi Sumber Daya manusia (Dalam Perspektif Pembangunan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Peraturan Menteri PU No Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sangat Sederhana. Peraturan Presiden Republik Indonesia No Tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta Rinawati Tingkat kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon. Bandung: Skripsi FPIPS UPI. Sastraatmadja, Entang Ekonomi Pertanian Indonesia. Bandung: Angkasa. Soetrisno, Loekman Paradigma Baru Pembangunan Pertanian
14 14 Kanah, dkk. Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta: Kanisius Sunarti, Euis. (2006). Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan, Evaluasi, Dan Keberlanjutannya. Naskah Akademik, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tentang Perkebunan. Yogyakarta: Aditya Media Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tentang Kesehatan. Jakarta Yudhohusodo S Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan Padamu Negri.
TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PTPN VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG
Kanah, dkk., Tingkat Kesejahteraan Buruh Sadap Karet... 73 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PTPN VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG Kanah 1, Epon Ningrum 2, Bagja Waluya 3 Departemen
Lebih terperinci2014 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian di Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian nasional. Hal tersebut ditunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian. Lokasi Penelitian Kecamatan Dawuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Letak geografis berdasarkan
Lebih terperinciTINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI PERKEBUNAN TEH RAKYAT DI KECAMATAN DARANGDAN KABUPATEN PURWAKARTA
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus, 2016 1 TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI PERKEBUNAN TEH RAKYAT DI KECAMATAN DARANGDAN KABUPATEN PURWAKARTA Oleh : Achmad Ginanjar *), 1 Epon Ningrum
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.
Lebih terperinciDESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012
DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012 Nurmeitama Indah Wiladatika, Yarmaidi*, Edy Haryono** Abstract
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Sektor perkebunan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Desa Asam Jawa merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah ini memiliki ketinggian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciKontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)
Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya
Lebih terperinciJurnal Buana Vol-2 No-1 tahun 2018
PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN ANTARA PETANI SAWIT PLASMA DAN NON PLASMA DI DESA SINUNUKAN IV KECAMATAN SINUNUKAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Lila Susiarti 1, Paus Iskarni 2,Yudi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Selo Ngisor, Desa Batur, Kecamatan getasan terletak sekitar 15 km dari Salatiga, dibawah kaki gunung Merbabu (Anonim, 2010). Daerah ini
Lebih terperinciKEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI
KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, membentang dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa, membentang dari barat sampai timur, panjangnya tidak kurang dari 5000 km, maka tidak salah jika Indonesia disebut
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN
HUBUNGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENAMBANG PASIR DESA KENDALSARI KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN E-JURNAL TUGAS AKHIR SKRIPSI (TAS) Disusun oleh: Rika Parmawati
Lebih terperinciPERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciSTRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)
STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan) Fritz Mesakh Tarigan Silangit *), Tavi Supriana **),
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah.....
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN
7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman
Lebih terperinciUtomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.
Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. 1992. Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung. Wiradi, Gunawan. 2000. Reforma Agraria: Perjalanan Yang Belum Berakhir. Yogyakarta:
Lebih terperinciVII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN. 7.1 Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha
VII. ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN PEDAGANG DI TAMAN MARGASATWA RAGUNAN 7. Pengaruh TMR terhadap Terciptanya Lapangan Usaha Keberadaan pariwisata memberikan dampak postif bagi pengelola, pengunjung, pedagang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan penyokong utama perekonomian rakyat. Sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciTHE EFFECT OF SULPHUR MINERS INCOME TO THE FAMILY NEEDS FULFILLMENT (Case Study In Crater Ijen Banyuwangi Regency)
1 PENGARUH PENDAPATAN PENAMBANG BELERANG TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN POKOK KELUARGA (Studi Kasus Pada Penambang Belerang Di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi THE EFFECT OF SULPHUR MINERS INCOME TO THE FAMILY
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk sektor perkebunan sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Asahan dikenal dengan daerah yang memiliki potensi akan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di sektor pertanian adalah, tanaman
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)
58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi Lampung, sebagai dasar perekonomian dan sumber pemenuh kebutuhan hidup. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciTHE EFFECT OF AGRICULTURE LAND CONVERSION ON THE WELFARE OF FARMERS IN GEMPOL SUB DISTRICT OF CIREBON DISTRICT
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 1 PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI DI KECAMATAN GEMPOL KABUPATEN CIREBON Oleh : Ratih Fikriyanti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki
Lebih terperinciKeywords : Condition, Social Economy, Income, Education, Needs, Casual Worker
KONDISI SOSIAL EKONOMI BURUH HARIAN LEPAS DI NAGARI KAMBANG KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Yelly Nopitri 1, Erna Juita 2, Rika Despica 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana
BAB I. PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Pembangunan pedesaan merupakan pembangunan yang berbasis desa dengan mengedepankan seluruh aspek yang terdapat di desa termasuk juga pola kegiatan pertanian yang
Lebih terperinciCONDITION OF PROSPERITY OF FARMER OF PADDY RICE FIELD [IN] KENAGARIAN BARUNG-BARUNG BELANTAI DISTRICT OF KOTO XI TARUSAN
CONDITION OF PROSPERITY OF FARMER OF PADDY RICE FIELD [IN] KENAGARIAN BARUNG-BARUNG BELANTAI DISTRICT OF KOTO XI TARUSAN Widia Prestika 1, Ridwan Ahmad 2, Ade Irma Suryani 2 Widia Prestika ( NPM:10030209),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh. Susi Novela
ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET YANG ANAKNYA TIDAK MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI (JURNAL) Oleh Susi Novela FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Analisis Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai Negara yang mempunyai iklim tropis memiliki keragaman hayati dan nonhayati.indonesia sebagai
Lebih terperinciPOTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN
POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN (FARMER CAPITAL POTENCIES FOR REPLANTING RUBBER PLANTATION IN MUSI RAWAS REGENCY SOUTH SUMATERA) Maya Riantini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang
Lebih terperinciPada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan
Lebih terperinciANALISIS POLA KONSUMSI KELUARGA BURUH TANI SINGKONG DAN BURUH PENYADAP KARET (JURNAL) Oleh Ivory Rizky Dianita
ANALISIS POLA KONSUMSI KELUARGA BURUH TANI SINGKONG DAN BURUH PENYADAP KARET (JURNAL) Oleh Ivory Rizky Dianita FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 Analisis Pola
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),
Lebih terperinciPENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN Kata kunci : Nilai Tukar Petani, Fluktuasi Harga, Subsektor.
PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2017 Markus Patiung markuspatiung@uwks.ac.id ABSTRAK Judul Penyusunan Nilai Tukar Petani Kabupaten Bondowoso Tahun 2017 dengan tujuan (1) Mengetahui
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI
AGRISE Volume XV No. 2 Bulan Mei 2015 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI (MARKETING
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga akhir tahun 2000 yang ditunjukkan dengan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman karet merupakan salah satu komoditi yang menduduki posisi cukup penting sebagai devisa non-migas dan menunjang pembangunan ekonomi Indonesia, sehingga memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Teh merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia, apalagi pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor enam di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi sektor usaha unggulan yang
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP MASYARAKAT TANI DI JORONG KAYU MERANTING KECAMATAN LINTAU BUO UTARA
STUDI TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP MASYARAKAT TANI DI JORONG KAYU MERANTING KECAMATAN LINTAU BUO UTARA JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
Lebih terperinci226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN
226 ANALISIS USAHA TANI KELAPA SAWIT DI DESA HAMPALIT KECAMATAN KATINGAN HILIR KABUPATEN KATINGAN (Analysis of oil palm farming in Hampalit Village, Katingan Hilir Sub district, Katingan District) Asro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian di Indonesia tidak bisa dipungkiri salah satunya didorong oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT
ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Desa Kampung Dalam, Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten Labuhan Batu ) Cindi Melani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menjadikan sektor pertanian sebagai basis perekonomiannya. Walaupun sumbangan sektor pertanian dalam sektor perekonomian diukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen
Lebih terperinciKONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)
Lebih terperinciANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR
ANALISIS CURAHAN WAKTU KERJA WANITA PENGUSAHA AGROINDUSTRI MAKANAN SKALA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR THE ANALYSIS OF WORKING HOURS OF WOMEN ENTREPRENEURS AGRO-INDUSTRY FOOD SCALE HOUSEHOLD
Lebih terperinciKeywords: farmer combined group, performance, trend of production, welfare, planters
DAMPAK KINERJA GABUNGAN KELOMPOK TANI TERHADAP TREND HASIL PRODUKSI KOMODITAS PERKEBUNAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PEKEBUN DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 (Sebagai Pengayaan Materi Ajar
Lebih terperinciProf. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN LOGO UNIVERSITAS JAMBI
Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI PERANAN SEKTOR PERTANIAN Luas lahan pertanian Sebagian besar lahan di Indonesia digunakan untuk pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu sub sistem pembangunan nasional harus selalu memperhatikan dan senantiasa diupayakan untuk menunjang pembangunan wilayah setempat.
Lebih terperinciPENGARUH LUAS LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA PULAU INGU KPECAMATAN BENAI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
1 PENGARUH LUAS LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA PULAU INGU KPECAMATAN BENAI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Desi Gustina 1, Rina Selva Johan 2, Riadi Armas 3 Email : desi.dc98@gmail.com/085365048785
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor Pertanian mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor Pertanian mampu berperan sebagai salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
o. 04/04/62/Th. I, 2 April 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 03 / 11 / 62 /Th.V, 1 November 2011 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Pada Oktober 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
o. 04/04/62/Th. I, 2 April 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 04 / 01 / 62 /Th.IV, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI Pada Nopember 2010, Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Tengah tercatat
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PEMANEN SAWIT PADA PT. BIO NUSANTARA TEKNOLOGI, BENGKULU (FACTORS - FACTORS AFFECTING PALM HARVESTERS PRODUCTIVITY IN PT BIO NUSANTARA TECHNOLOGY,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Menurut Nawawi dalam Tika (2005, hlm. 2) mendefiniskan bahwa metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH
PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi
13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan isu globalisasi berimplikasi
Lebih terperinci