EXECUTIVE SUMMARY STUDI KASUS PENDIRIAN GEREJA BEREA DAN GEREJA BKP HOLIS BANDUNG
|
|
- Inge Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EXECUTIVE SUMMARY STUDI KASUS PENDIRIAN GEREJA BEREA DAN GEREJA BKP HOLIS BANDUNG Berdasarkan hasil kajian Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama yang kemudian disosialisasikan oleh H.M. Atho Mudzhar melalui tulisannya dalam buku berjudul: Merayakan Kebhinnekaan Membangun Kerukunan, ada beberapa faktor penyebab ketidakrukunan atau yang dapat menimbulkan konflik. Faktor-faktor dimaksud meliputi faktor keagamaan dan faktor non keagamaan. Faktor-faktor keagamaan selain doktrin keagamaan, yaitu: (1) penyiaran agama; (2) pendirian rumah ibadat; (3) bantuan keagamaan luar negeri; (4) perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda; (5) pengangkatan anak; (6) pendidikan agama; (7) perayaan hari besar keagamaan; (8) perawatan dan pemakaman jenazah; (9) penodaan agama; (10) kegiatan kelompok sempalan; dan(11) transparansi informasi keagamaan. Sedangkan faktor non keagamaan, meliputi: (1) kesenjangan ekonomi; (2) kepentingan politik dan (3) perbedaan nilai budaya (H.M. Atho Mudzhar, 2013: ). Faktor-faktor keagamaan di atas seringkali dijadikan pemicu timbulnya konflik sosial di suatu daerah, yang kemudian disebut konflik sosial bernuansa agama. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan gesekan antarumat beragama di Indonesia adalah masalah pendirian ~ 1 ~
2 rumah ibadat. Dalam rangka proses mewujudkan ketentraman dan ketertiban di masyarakat, proses pendirian rumah ibadat diatur dalam Peraturan Berasama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 9 dan Nomor: 8 tahun 2006 (PBM Tahun 2006). Indonesia adalah bangsa yang multibudaya (multiculture) dan multiagama (multireligious). Oleh karena itu diperlukan pengelolaan kerukunan umat beragama secara baik agar terpelihara persatuan bangsa sehingga pembangunan nasional dapat mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan. Kasus-kasus perselisihan akibat pendirian dan atau penggunaan rumah tinggal sebagai rumah ibadat yang tidak sesuai dengan PBM tahun 2006, dialami oleh semua pemeluk agama, sebagian pada proses pendirian, dan ada pula dalam rangka penertiban, dan atau penutupan oleh berbagai faktor penyebabnya. Di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya hal serupa juga terjadi sebagaimana yang dilaporkan oleh Ketua Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan Kristen (PGPK) Bandung kepada Presiden RI tanggal 19 Januari 2015 lalu ada sebanyak 10 gereja bermasalah di Kota Bandung dan sekitarnya. Dari sepuluh gereja yang dilaporkan bermasalah oleh PGPK Bandung, belum diketahui sejauh mana persoalan yang dihadapi oleh masing-masing pengurus gereja dan sudah sejauh mana tingkat proses yang sudah berjalan dan penanganan oleh pemerintah setempat. ~ 2 ~
3 Untuk mengkaji permasalahan di atas maka dilakukan fact finding menggunakan metode kualitatif dengan bentuk studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan para narasumber atau informan yang dianggap mengetahui persoalan yang didalami (key person) yaitu Pengurus dan Pendeta Gereja Rehoboth Jemaat Barea dan Pengurus dan Pendeta GBKP, Muspika Kecamatan Astanaanyar, Muspika Kecamatan Bandung Kulong, Pembimas Kristen Kanwil Jabar, Pejabat Kemenag Kota Bandung, Kepala KUA dan Penyuluh kedua Kecamatan dan Pengurus Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKUB) Kota Bandung dan Forum Silaturrahim Antarumat Beragama (FSUB) Kedua Kecamatan, di samping telaah dokumentasi yang dilaporkan oleh PGPK Kota Bandung. Oleh karena keterbatasan waktu dan personel yang ditugaskan untuk melakukan fact finding ini maka tidak semua 10 gereja yang dilaporkan dilakukan penelusuran ke lapangan tetapi hanya 2 gereja yang dianggap urgen untuk ditelusuri yaitu: Gereja Rehoboth Jemaat Barea di Jalan Soekarno Hatta No. 405 Bandung dan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Jalan Holis No. 278 B Pasir Koja Bandung. Hasil Temuan 1. Gereja Rehoboth Jemaat Barea Jalan Soekarno Hatta No. 405 Bandung a. Sejarah Keberadaan Gereja Rahoboth Jemaat Barea Jemaat Barea pada awalnya beralamat di Jalan Karasak Utara II No. 12 Rt. 06 Rw. 06 dan telah ~ 3 ~
4 melakukan kegiatan ibadat sejak Desember Jemaat ini di bawah naungan Gereja Rehoboth Pusat yang beralamat di Jalan Dewi Sartika Bandung dan telah terdaftar di Kementerian Agama (Dirjen Bimas Kristen) No. 180 tanggal 16 Oktober Sejak tahun 2004, Pdm. Ir. Lukas Lazuardi diangkat menjadi Gembala Sidangnya berdasarkan Surat Keputusan MPP Sinode Gereja Rehoboth No. 72/MPP- SGR/IV/2004. Gereja ini memiliki tempat Pembinaan Iman bagi Jemaatnya bertempat di Jalan Soekarno Hatta No. 405 yang dipimpin juga oleh Pdm. Ir. Lukas Lazuardi dengan jumlah jemaat sebanyak 299 orang dan keberadaan tempat Pembinaan Iman ini ada sejak tahun (Surat Keterangan Tanda Lapor No. Kw.10.7/BA.01.1/0975/2011) yang dikeluarkan oleh Pembimbing Masyarakat Kristen Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat. Sejak tahun 2010 bulan September, jemaat yang semula beribadat di Jalan Karasak Utara II pindah ke Jalan Soekarno Hatta No. 405 setelah mendapat izin beribadat sementara dari Camat Astana Anyar sesuai dengan PBM Tahun b. Kronologis Perizinan dan Penolakan Warga Selama tahun 2010 sd kegiatan beribadat Gereja Rehoboth Jemaat Barea Jalan Soekarno Hatta ini berjalan normal tidak ada gangguan sedikitpun. ~ 4 ~
5 Mengingat karena izin sementara hanya berlaku 2 tahun, maka pengurus gereja pada akhir tahun 2011 mengajukan permohonan izin beribadat permanen dan mulai mengurus persyaratan pendirian rumah ibadat sesuai PBM tahun 2006 dengan mengajukan pengesahan foto copy KTP baik calon pengguna (90) orang dan persetujuan warga sekitar (60) orang yang disahkan oleh Lurah maupun Camat. Oleh karena gedung yang digunakan masih berstatus sertifikat atasnama perorangan dan IMB atasnama rumah kantor maka perubahan perlu dilakukan sebagai persyaratan adminstrasi penggunaan bangunan gedung. (wawancara dg Pdm. Ir. Lukas Lazuardi, 15 April 2015). Proses pengurusan perubahan status ini cukup memakan waktu lama, sementara izin sementara beribadatnya sudah habis dan tidak diperpanjang (karena ketidaktahuan dan tidak mendapat info bahwa perpanjangan perizinan sementara dimungkinkan menurut PBM tahun 2006 pen.) maka mulai muncul protes-protes warga. c. Kondisi Faktual Lapangan 1) Pertemuan dengan pengurus Gereja Rebohoth Jemaat Barea a) Jemaat Barea sudah cukup sabar menanti rekomendasi baik dari Kementerian Agama maunpun FKUB. ~ 5 ~
6 b) Pada tahun Jemaaat Barea mendapatkan izin sementara untuk beribadat di gedung rukan ini, ketika izinnya tinggal 1 tahun maka mereka mulai mengurus untuk izin permanen namun terganjal oleh keharusan merubah izin peruntukan gedung kantor menjadi gedung rumah ibadat. c) Adapun kegiatan beribadat Jemaat Barea ini dilakukan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya diantaranya adalah di Hotel- Hotel, Lapangan Basket dan beberapa rumah makan. (wawancara dengan Pdm. Lukas dan beberapa pengurus lainnya pada tanggal 15 April 2015) Beberapa alasan yang pihak gereja terima berkenaan dengan belum keluarnya rekomendasi dari Kemenag maupun FKUB: a) Dari pihak Kemanag misalnya masih mempertanyakan tentang format daftar nama yang diajukan baik yang 90 orang pengguna maupun dari 60 orang pendukung. b) Sedangkan dari pihak FKUB alasan belum dikeluarkannya rekomendasi disebabkan karena Kantor Kementerian Agama belum mengeluarkan rekomendasi. c) Alasan lain Kemenag belum mengeluarkan rekomendasi karena disebabkan oleh masih ~ 6 ~
7 ada seseorang dan atau sekelompok orang yang masih keberatan dengan keberadaan Gereja Barea walaupun secara administrasi telah memenuhi syarat sebagaimana PBM tahun ) Pertemuan dengan Camat Astanaanyar Kota Bandung a) Proses di tingkat kelurahan dan kecamatan sebenarnya sudah selesai, segala persyaratan sudah terpenuhi, memang pernah terjadi demonstrasi yang cukup besar dari masyarakat yang sebenarnya bukan masyarakat dari wilayah dimana Gereja Barea berada. b) Pihak kelurahan dan kecamatan telah memfasilitasi dengan adanya pengesahan KTP baik calon pengguna maupun pendukung dari wilayah sekitar. 2. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Jalan Holis No. 278 B Pasir Koja Bandung a. Keberadaan Jemaat GBKP Jemaat ini berada terletak di Jalan Holis No. 278 B Pasir Koja Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung. Pada tahun peletakan batu pertama pembangunan gedung rencananya untuk rumah ibadat di lahan seluas 600 m2 dan sekaligus mengurus perizinan sesuai peraturan pemerintah ~ 7 ~
8 tatapi gagal. Sejak tahun 2005 dibangunlah rumah tinggal dan ruang konsisitori seluas 300 m2 dan sisa tanah seluas 300 m2 dibuat tenda untuk tempat beribadat dan sisanya untuk parkir. Saat ini tahun 2015 jumlah Jemaat GBKP sebanyak 132 KK, termasuk pemuda/pemudi berjumlah 80 orang dan anak kecil/remaja sekitar 120 orang dengan jumlah total warga GBKP Bandung Barat sebanyak 464 orang. Sedangkan wilayah jemaat GBKP Bandung Kulon/Barat melingkupi Kota Bandung bagian Barat, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat. Jemaat GBKP saat ini tetap beribadat namun berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. (wawancara dengan Panitua Ginting tanggal 17 April 2015). Persoalan mulai muncul ketika satu saat Gereja BNKP (Gereja Nias) yang terletak bersebelahan dan hanya dipisahkan oleh 1 gedung pergudangan mendapatkan izin sementara dari camat Kecamatan Bandung Kulon yang disinyalir tidak melalui prosedur yang sesuai dengan PBM tahun Protes terhadap keberadaan Gereja BNKP inilah berimbas pada pelaksanaan kebaktian Jemaat GBKP yang selama bertahun-tahun berjalan dengan baik tidak ada satupun warga sekitar yang memperotes. ~ 8 ~
9 b. Pertemuan dengan Muspika Kecamatan 1) Secara umum kondisi kehidupan beragama dan bermasyarakat di Kecamatan Bandung Kulon sangat kondusif saling harga menghargai walaupun berbeda-beda agama, etnis dan budaya. 2) Pihak Muspika membenarkan bahwa pernah terjadi demonstrasi besar oleh masyarakat dan beberapa Ormas yang menuntut dihentikannya peribadatan yang dilaksanakan tidak pada tempatnya karena tempat yang digunakan adalah rumah tinggal izinnya walaupun disainnya dapat digunakan sebagai tempat beribadat. 3) Lurah Caringin menyatakan bahwa selama ini (sebelum Demo tahun 2013) sudah hampir 23 tahun tempat rumah tinggal dijadikan tempat ibadat, masyarakat tidak pernah protes dan dibiarkan berjalan aman, beribadat adalah hak setiap orang maka dipersilahkan namun ketika ingin membangun rumah ibadat maka harus memenuhi persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam PBM tahun ) Dari pihak kepolisian sektor Bandung Kulon menambahkan bahwa sebelum ada pemasangan Plang Nama, warga tidak pernah melakukan protes, selain itu juga protes warga awalnya ditujukan kepada Gereja Nias yang terletak hanya beberapa meter saja namun imbasnya juga dirasakan oleh GBKP. ~ 9 ~
10 5) Dari pihak Pembimbing Masyarakat Kristen Kantor Wilayah Propinsi Jawa Barat juga menyampaikan bahwa persoalan kedua Gereja baik GBKP maupun Gereja Nias belum dilaporkan kepada pihak Pembimas di Kantor Wilayah Kemenag Jabar. Pembahasan Sebagaimana disebut di atas penyebab terjadinya perselisihan (konflik) antar dua kelompok yang berbeda agama disebabkan oleh berbagai faktor yang antara satu dengan lainnya berbeda-beda dan tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Diantaranya banyak kasus konflik bernuasa agama disebabkan oleh persoalan pendirian rumah ibadat yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan, seperti beribadat di tempat bangunan yang bukan diperuntukkan untuk rumah ibadat dan pendirian rumah ibadat yang tidak dilengkapi dengan izin membangun rumah ibadat. Kejadian seperti ini terus menerus berulang dan belum ada model penyelesaian yang dapat diterima semua pihak. Kasus yang terjadi di Bandung dan sekitar misalnya terjadi disebabkan juga oleh berbagai faktor terutama ada pihak-pihak tertentu yang menganggap bahwa pendirian rumah ibadat atau penggunaan rumah tinggal untuk tempat beribadat secara kolektif merupakan ekpresi kebebasan beragama, sehingga tidak memerlukan izin. Di sisi lain, ada pihak yang beranggapan, bahwa perturan perundangan ~ 10 ~
11 tentang pendirian rumah ibadat hanya merupakan Peraturan Bersama Menteri, yang dinilai tidak memiliki kekuatan hukum, karena tidak masuk dalam hirarki perudangan di Indonesia. Dengan demikian peraturan ini tidak harus ditaati. Sementara itu, kini masih terjadi kelemahan sebagian aparat negara dan anggota FKUB di daerah dalam memahami dan melaksanakan peraturan tentang pendirian rumah ibadat ini. PBM tahun 2006 segera setelah ditanda-tangani oleh 2 Menteri yaitu Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri hasil kesepakatan Majelis-majelis Agama pada tanggal 21 Maret 2006, maka PBM ini langsung di sosialisasikan kepada aparat pemerintah dearah (Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati/Walikota, Wakil Bupati/Walikota Kepala Kesbangpol Provinsi maupun Kabupaten/Kota termasuk Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, agar pemahaman terhadap PBM ini sedapat mungkin dapat sama. Namun dengan bergulirnya waktu dan pergantian aparatur pemerintah daerah maupun anggota FKUB Provinsi maupun Kabupaten/Kota, maka pemahaman terhadap PBM tahun 2006 ini menjadi relative bervariasi antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga implementasi dilapangan berbeda-beda dan seringkali menimbulkan persoalan baru. Persoalan ini nampaknya yang terjadi di kalangan anggota FKUB Kota Bandung yang selama ini memahami bahwa rekomendasi dari FKUB sebagai persyaratan khusus ~ 11 ~
12 pengajuan izin rumah ibadat diberikan setelah Kantor Kementerian Agama setempat mengeluarkan rekomendasi berdasarkan urutan letak dalam PBM Bab. IV pasal 14 ayat 2. Pemahaman ini tidak tepat karena yang menjadi tugas kedua institusi ini berbeda. FKUB bertugas untuk melakukan verifikasi terhadap 90 orang calon pengguna dan 60 orang pendukung yang disahkan oleh pejabat yang berwenang yaitu Lurah dan Camat. Sedangkan Kementerian Agama lebih kepada tugas memverifikasi kelompok calon pengguna rumah ibadat apakah bermasalah atau tidak dan memberikan pertimbangan tentang kondisi kerukunan di daerah yang akan dibangun rumah ibadat dimaksud. Persoalan di seputar pendirian rumah ibadat menjadi persoalan yang pelik. Hal ini disebabkan juga oleh perbedaan dalam konsep keumatan antara Islam dan non-islam khususnya Kristen. Bagi umat Islam yang datang dari berbagai latar belakang aliran, organisasi dan mazhab dapat melakukan ibadat shalat secara bersama di masjid atau mushalla tanpa melihat perbedaan ras, suku, bahasa maupun organisasi. Sedangkan bagi umat Kristen sangat berbeda yang masing-masing denominasi/senode, bahkan dalam satu denominasi / senode tetapi berlainan jemaat maka berbeda pula gerejanya / tempat beribadatnya. Di Bandung sudah terdapat kurang lebih 400an gereja, yayasan dan atau perkumpulan yang tergabung dalam organisasi bernama Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan Kristen-PGPK Bandung (menurut penuturan ~ 12 ~
13 Pdt. Recardo - pen), sedangkan dalam catatan Kemenag Kota Bandung dalam data keagamaannya ada 69 Gereja Kristen. Sebagian besar masyarakat muslim tidak/belum memahami banyaknya denominasi dan banyaknya perbedaan dalam Kristen sehingga tidak dapat membedakan antara satu dengan lainnya, yang terlihat adalah sudah ada gereja disatu tempat kemudian ada lagi yang lain, bahkan jemaat gerejanya datang dari tempat yang jauh dan berbeda karena mereka terdaftar dalam gereja tersebut. Hal inilah yang sering memicu protes/demontrasi penolakan dan terjadi perselisihan antarumat beragama. Sampai saat penelitian ini dilakukan di Kota Bandung sudah 27 buah rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan FKUB untuk pengajuan izin rumah ibadat, baik yang alih pungsi dan atau pendirian rumah ibadat baru. Dari 27 buah rekomendasi dimaksud 26 diantaranya sudah mendapatkan IMBnya dari Pemerintah Kota Bandung. Sedangkan pengajuan untuk penggunanya dari 27 buah rekomendasi 25 buah rekomendasi untuk Gereja (1 Gereja Katolik dan 24 Gereja Kristen). Banyaknya rekomendasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama maupun FKUB ini menunjukkan bahwa tidak ada diskriminasi dan penghambatan terhadap kegiatan keagamaan oleh agama manapun sepanjang telah memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam PBM tahun Yang menjadi pertanyaan adalah sebanyak 27 rekomendasi itu tidak terdapat satupun untuk pembangunan masjid. Apakah selama 9 tahun terakhir ~ 13 ~
14 ini di Kota Bandung tidak ada penambahan bangunan masjid atau karena di tempat mayoritas penduduknya bergama tertentu maka tidak diperlukan rekomendasi dan bahkan IMB rumah ibadat?. Selain persoalan di atas masalah adminstratif lainnya perlu menjadi perhatian bersama khususnya bagi aparat yang ikut terlibat dalam melayani dan menyelesaikan perselisihan yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya ketika ada pertemuan dalamrangka membahas bagaimana penyelesaian perselisihan maka apapun kesepakatan yang diputuskan hendaknya ada dokumen lengkap yang bisa dijadikan bahan bukti ketika ada pertanyaan dan bahkan gugatan. Hal lain yang sangat perlu diperhatikan adalah ketika memberikan jawaban tertulis terhadap surat-surat permohonan pihak pengusul agar betul-betul memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku dan tidak memberikan jawaban yang dapat memungkinkan pihak lain menggugat misalnya dengan merujuk kepada seseorang atau sekelompok orang hal ini menunjukkan bahwa negara/pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal jika jawabannya normatif dan merujuk kepada peraturan perundangan yang ada, dengan merujuk kepada situasi dan kondisi saat itu yang belum memungkinkan maka dapat terhindar dari pertanyaan banyak pihak dan memang sesuai dengan PBM tahun ~ 14 ~
15 Dalam banyak kesempatan sebagian pelapor juga mempertanyakan keberadaan PBM tahun 2006 yang dianggap membatasi umat agama tertentu menjalankan ibadatnya. Perlu dijelaskan bahwa PBM ini tidak membatasi kebebasan beragama seseorang dan juga tidak membatasi seseorang untuk mendirikan rumah ibadat. Adanya persyaratan calon pengguna 90 orang dewasa untuk pendirian sebuah rumah ibadat semata-mata untuk mengadministrasikan dan mengetahui siapa saja yang hendak menggunakan suatu rumah ibadat yang hendak dibangun. Tidak adanya larangan dalam mendirikan rumah ibadat ditegaskan dalam Pasal 13 yang mengatakan bahwa kalau syarat jumlah calon pengguna 90 orang itu tidak dapat dipenuhi di tingkat desa, maka perhitungan dapat dilakukan di tingkat kecamatan, kabupaten atau provinsi. Bahkan jika sekelompok umat beragama belum memiliki sebuah rumah ibadat permanen maka mereka diperbolehkan menggunakan bangunan bukan rumah ibadat sebagai tempat-ibadatsementara setelah mendapat izin dari bupati. Jadi, pengaturan oleh PBM ini adalah semata-mata masalah pengadministrasian. Kesimpulan 1. Kondisi Kota Bandung saat dilakukan penelitian kasus keagamaan ini sangat kondusif tidak ada riak-riak perselisihan baik intern agama maupun antarumat beragama dan sedang berbenah untuk menyambut peringatan Konferensi Asia Afrika ke 60; ~ 15 ~
16 2. Pada awal tahun 2013 lalu pernah terjadi demonstrasi masyarakat dan beberapa ormas Islam di 2 tempat Kecamatan Astanaanyar dan Kecamatan Bandung Kulon. Demonstrasi dilakukan terhadap penyalahgunaan rumah tinggal dan atau rumah kantor menjadi tempat beribadat misalnya Gereja BNKP yang mendapatkan izin sementara disinyalir tidak melalui prosedur yang sesuai dengan PBM berimbas pula pada gereja GBKP yang terletak sangat dekat bersebelahan dipisahkan oleh 1 bangunan. Sedangkan untuk Gereja Rehoboth Jemaat Barea izin sementara yang mereka miliki sudah habis berimbas dari protes warga terhadap Gereja Raja Kemulyaan yang hanya berjarak kurang dari 50 meter dan belum ada izin. 3. Hasil fact finding 2 gereja di Bandung yang berbeda kasus dan proses yang telah dilalui: a. Gereja Rehoboth Jemaat Barea secara adminstratif untuk mendapat IMB rumah ibadat sudah terpenuhi, hanya saja masih mendapat penangguhan dari Kementerian Agama Kota Bandung disebabkan oleh masih ada yang protes saat itu, sedangkan dari FKUB belum keluar karena menurut pemahaman pengurus FKUB rekomendasi bisa dikeluarkan jika dari Kementerian Agama sudah selesai ini pemahaman yang kurang tepat. b. Untuk Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sedang dilakukan pengurusan untuk mendapatkan persetujuan warga 60 orang dan belum terpenuhi, ~ 16 ~
17 sementara jemaat tidak diperkenankan beribadat di bangunan Jl. Holis No. 278 B karena tempat dimaksud izin peruntukannya untuk rumah tinggal dan pengurus gereja GBKP pada tahun 2013 awal telah menandatangani surat pernyataan yang menyebutkan untuk menggunakan tempat dimaksud sesuai dengan izin peruntukan. 4. Kantor Kementerian Agama, FKUB dan pemerintah daerah senantiasa siap melayani, memfasilitasi dan memenuhi setiap pengajuan permohonan izin rumah ibadat baik sementara maupun permanen sepanjang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, sampai saat ini sebanyak 27 permohonan rekomendasi untuk mendapatkan IMB sudah dikeluarkan. Rekomendasi Sejalan dengan kesimpulan di atas, direkomendasikan beberapa hal berikut: 1. Pemerintah daerah (Muspika dan Lurah) perlu menjaga kesinambungan kondusifitas Kota Bandung dengan tetap melayani setiap kebutuhan warga dalam hal administrasi termasuk pelayanan terhadap kebutuahn izin tempat ibadat sepanjang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 2. Mengantisispasi terjadinya protes warga khususnya soal pendirian rumah ibadat perlu dilakukan sosialisasi PBM tahun 2006 kepada masyarakat, aparat pemerintah ~ 17 ~
18 daerah pengurus FKUB dan tokoh agama sampai pada tingkat kelurahan; 3. Kementerian Agama dan FKUB Kota Bandung: a. dapat mempertimbangkan kembali untuk mengeluarkan rekomendasi untuk Gereja Rehoboth Jemaat Barea setelah ditangguhkan kerena mengingat kondisi sudah cukup kondusif dan secara adminstrasi sudah memenuhi syarat; b. untuk Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) bersifat menunggu karena proses masih di tingkat kelurahan dan Kecamatan. 4. Pengurus Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan Kristen-PGPK Bandung perlu lebih cermat dan hati-hati menerima tawaran pihak ketiga yang berjanji untuk membantu menyelesaikan perselisihan yang terjadi di lingkungan gereja-gereja Kristen. ~ 18 ~
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAT DI KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN
Lebih terperinciAssalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2006/NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN RUMAH IBADAH GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM Mimbang : a. bahwa hak beragama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terkenal kaya akan keanekaragamannya. Keanekaragaman tersebut ditunjukkan dengan adanya berbagai suku, agama, ras, dan kebudayaan.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI,
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA NOMOR 9 TAHUN 2006 DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,
Lebih terperinciSekitar 200-an orang dengan membawa serta anak-anak, melakukan orasi menolak keberadaan GBKP Bandung Timur. Padahal syarat administratif telah tuntas.
Sekitar 200-an orang dengan membawa serta anak-anak, melakukan orasi menolak keberadaan GBKP Bandung Timur. Padahal syarat administratif telah tuntas. Ibadah pagi pukul 07.30 WIB di Gereja Batak Karo Protestan
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG
PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT
Lebih terperinciNASKAH SOSIALISASI PERAT A URAN A B ERSAM A A
NASKAH SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN
Lebih terperinciPROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT. Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I
PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH IBADAT Pusat Kerukunan Umat Beragama Sekretariat Jenderal Kementerian Agama R.I OUTLINE A. Latar Belakang 1. Tinjauan Historis 2. Peraturan Pendirian Rumah Ibadat B. Usulan Pendirian
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006
TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006 BAB I KETENTUAN UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama? Kerukunan umat beragama adalah keadaan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI AGAMA
SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2006/ NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Lebih terperinciRaffles City Hotel 5-7 September 2013
Raffles City Hotel 5-7 September 2013 Nama : Drs. H. Mulya Hudori, M.Pd Tgl Lahir : Bandung, 5 Nopember 1963 Pangkat/Gol : Pembina Tk 1 / IV/b Pendididikan : 1. S.1: IAIN Bandung tahun 1988 2. S.2 : Universitas
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DAN DEWAN PENASIHAT FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM Mimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DAN DEWAN PENASEHAT FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (DPFKUB) PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.bahwa Pemerintah
Lebih terperincid. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciIzin Mendirikan Bangunan
Izin Mendirikan Bangunan Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Izin Mendirikan Bangunan atau biasa dikenal dengan IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN RUMAH TOKO MENJADI RUMAH PERIBADATAN (STUDI DI KOTA SAMARINDA)
Abstrak JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN RUMAH TOKO MENJADI RUMAH PERIBADATAN
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT
1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAH DALAM WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciRUU KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Naskah Sekretariat DPR RI) Dr. Rudi Subiyantoro, M.Pd PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI
RUU KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (Naskah Sekretariat DPR RI) Dr. Rudi Subiyantoro, M.Pd PUSAT KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KEMENTERIAN AGAMA RI PENDAHULUAN RUU KUB adalah naskah yang disiapkan oleh Sekretariat DPR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 21 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FORUM
Lebih terperinciGubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT
Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 TAHUN 2012 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA (FKUB) DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang GUBERNUR JAWA BARAT, : a.
Lebih terperinciBAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar
48 BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar berdirinya FKUB, Peran FKUB dalam membina kerukunan umat beragama serta kendala yang dihadapi.
Lebih terperinciTUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH
TUGAS AKHIR MATA KULIAH PANCASILA IMPLEMENTASI SILA PERTAMA TERHADAP PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Disusun oleh: Nama : Arif Purniawanto Nim : 11.11.4767 Kel : C Dosen : Drs. tahajudin
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH,
PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cenderung kepada kelezatan jasmaniah). Dengan demikian, ketika manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara universal (tanpa dipandang suku, etnis, stratifikasi sosial maupun agamanya) merupakan salah satu makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
Lebih terperinciG U B E R N U R JAMB I
G U B E R N U R JAMB I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN RUMAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2014 BNPB.Bantuan. Duka. Cita.Besaran. Pemberian Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa hak beragama
Lebih terperinciPEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
BAHAN PAPARAN [ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA S U M A T E R A K A L I M A N T A N I R I A N J A Y A J A V A Ps 28E (1) setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
Lebih terperinci-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH
-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 27 /KPTS/013/2016 TENTANG DEWAN PENASEHAT FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciNomor 72 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 72 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG
1 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 72 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2010 TENTANG PENYEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK UNTUK FASILITAS UMUM WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan perlindungan,
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Penyebab Terjadinya Konflik Pendirian Rumah Ibadah. pendirian rumah ibadat yang tidak memenuhi syarat.
46 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyebab Terjadinya Konflik Pendirian Rumah Ibadah Konflik pendirian rumah ibadah yang terjadi di Desa Mulung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik ini, awalnya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada
189 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dengan merujuk pada beberapa pertanyaan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tokoh masyarakat
Lebih terperinciSOSIALISASI PBM & TANYA JAWABNYA
SOSIALISASI PBM & TANYA JAWABNYA (EDISI TANYA JAWAB YANG DISEMPURNAKAN) DILENGKAPI DENGAN SAMBUTAN MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI DALAM ACARA SOSIALISASI PERATURAN BERSAMA DI DEPDAGRI TANGGAL 17
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN BARAT
S A L I N A N GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBAURAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,
Lebih terperinciGubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA FORUM KERUKUNAN UMAT
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018
(KAK) RAPAT KOORDINASI FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beragama adalah hak asasi setiap warga negara dimana setiap orang bebas
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2008 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi jasmani-rohani dan duniawi-ukhrawi. Pembangunan nasional
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG
1 PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang : a. bahwa administrasi
Lebih terperinciSOSIALISASI Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan Nomor 8 tahun 2006 Bagi masyarakat Hindu Jawa Barat di
SOSIALISASI Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan Nomor 8 tahun 2006 Bagi masyarakat Hindu Jawa Barat di Bandung 27 September 2008 (Suherman) MANUSIA MEMPUNYAI
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DIREKTORAT KETAHANAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA
ARAH KEBIJAKAN DIREKTORAT KETAHANAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Disampaikan Oleh DIREKTUR KETAHANAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA pada : RAPAT KOORDINASI NASIONAL DALAM RANGKA PEMBINAAN POLITIK DAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 66 /KPTS/013/2013 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 66 /KPTS/013/2013 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sesuai Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KATINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan
Lebih terperinciGereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA _ Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) Oleh : Ruth Dwi Rimina br Ginting 712007058
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N
24 PEBRUARI 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N SERI E NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN
Lebih terperinciOleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.
PENDIRIAN RUMAH IBADAT MENURUT PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 8 DAN 9 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAT (Studi Kasus Kota Pekanbaru) Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 43 TAHUN 2009 NOMOR: 41 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KEPADA PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 217 /KPTS/013/2015 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 217 /KPTS/013/2015 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sesuai Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi berbagai konflik sosial baik secara intern maupun ekstern, oleh karena itu, telaah ulang dan reformasi pemahaman
Lebih terperinciGUBERNUR BENGKULU. atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;
GUBERNUR BENGKULU PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN DEWAN PENASEHAT FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI BENGKULU DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia
Lebih terperinciLEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR
LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR A. FAKTA HUKUM 1. Bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung
Lebih terperinci[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN TENTANG JUMAT KHUSYU. [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda.
[2013] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG JUMAT KHUSYU [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda. Bima PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG JUM
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk memberikan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013
LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b.
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 412 /KPTS/013/2016 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 412 /KPTS/013/2016 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sesuai Peraturan
Lebih terperinci2017, No tentang Pedoman Kerja Sama Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dengan Organisasi Kemasyarakatan dalam Bidang Kesatuan Bangs
No.1053, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Kerja Sama Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah dengan Organisasi Kemasyarakatan dan Badan atau Lembaga Dalam Bidang Politik dan Pemerintahan
Lebih terperinciK E P E N D U D U K A N
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG K E P E N D U D U K A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk kelancaran, ketertiban
Lebih terperinciBUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan kependudukan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,
BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN KABUPATEN LANDAK
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 7 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN PADA SEKRETARIAT
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 65 /KPTS/013/2017 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 65 /KPTS/013/2017 TENTANG FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA PROVINSI JAWA TIMUR MASA BHAKTI 2017-2021 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sesuai
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG
1 JURNAL ILMIAH EFEKTIVITAS PASAL 14 PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2006/ NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang
Lebih terperincidalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan BUPATI BANTUL
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 61 a TAHUN 2016 '-) (-l TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciTANYA JAWAB BAB I KETENTUAN UMUM
1 2 TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006 BAB I KETENTUAN UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan kerukunan umat beragama? Kerukunan umat beragama adalah
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN PERSAYARATAN PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG
BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT KEPUTUSAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 28 TAHUN 2002 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG KEPENDUDUKAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 16 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN 1 : DOKUMENTASI PENELITIAN. Keterangan: Peta Kelurahan Tigabinanga. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : DOKUMENTASI PENELITIAN Keterangan: Peta Kelurahan Tigabinanga 147 Keterangan: Salah satu kegiatan bersama antara umat beragama Kristen dengan umat beragama Islam yaitu di pesta adat
Lebih terperinciPROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.232, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAHAN. Warga Negara. Administrasi. Kependudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5475) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciMEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 03/BPMS-BNKP/2008 tentang R E S O R T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian
Lebih terperinci