PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ABSTRACT MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI. Management of Raw Materials and Processing of Cassava in PT Pematang Agro Lestari Plantation and Tapioca Factory of PT Sinar Mulia I, Lampung. (Taught by Suwarto). This internship in general activities aimed at improving professional skills in students understand and work processes significantly, enhance technical capabilities, managerial, and analytical activities in the field (for a commodity with a commodity plus cassava and oil palm). In particular, this internship activities aim to: (1) study the management of raw materials and processing of cassava in PT Pematang Agri Lestari (PT PAL) and PT Sinar Pematang Mulia I (PT SPM I), Lampung, (2) study the implementation of cassava cultivation techniques in company and the farmers, and (3) analyze the cassava farming. The location of the implementation of an internship that is in PT PAL (plantation) and tapioca factory of PT SPM I, Sub Way Serdang, Mesuji District, Lampung Province.Implementation of internships conducted from February 15 th until June 18 th During an internship at PT PAL, the authors placed as a companion foreman, assistant superintendent partnerships, and cohead of the division I (cassava and palm). At the time of internship in PT SPM I, the author placed on the quality control (QC). Primary data collected during the internship activities are all matters relating to: (1) management of raw materials (2) the cultivation techniques; (3) analysis of farming, and the (4) processing at the plant. The primary data collected through observation, interviews, and discussions. Sample cultivation techniques and analysis of data collected from 20 people farming farmer partners. Secondary data collected from data held by the companies and literature studies. The data examined were: (1) geographical location and administrative (2) climatic and soil conditions, (3) organizational structure, and (4) employment. Data management and processing of raw materials were analyzed using descriptive methods. Data were analyzed using the method of cultivation technique of simple statistics (mean and percentage) and descriptive methods.

3 Cassava farming is analyzed by using extreme conditions of both revenue and cost of issuance. To measure the feasibility to use revenue as the cost ratio (the ratio of R / C). Analysis divided by two, ie without any analysis of the land lease fees, and analyzed with land rental costs. From my observation, the company and the majority of farmers adopting land management pattern twice and ridge. Of cassava varieties grown by farmers and companies namely Kasetsart varieties (UJ5). Cropping pattern is applied monoculture cropping, intercropping, and a combination of intercropping and monoculture. Plant spacing varies. Planting done during the rainy season. There are three common types of fertilizer applied in the company and nine types of fertilizers used by farmers. Weed control by chemical means alone and a combination of manual and chemical. Harvesting is done when the plant aged 914 BST. On average the lowest productivity tonnes / ha, cassava farming feasible during the selling price of cassava at farm level not less than Rp /kg (land rent) and Rp /kg (their own). Processing cassava into starch in PT SPM I've included into the modern processing, because all processing is using the machine. Management by the company not been able to meet the need of raw material for tapioca processing factory. That is because a minimum land area or a minimum of crop productivity is still not achieved. If productivity can be pursued up to tons / ha, at a price of Rp 800/kg, farmers can gain admission into Rp /ha from the previous Rp /ha. Income earned farmers also increased to Rp /ha to Rp /ha from previous income of only Rp /ha to Rp /ha. Thus, farmers can be excited to plant cassava, which needs and continuity of raw materials can be more assured.

4 PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul : PENGELOLAAN BAHAN BAKU DAN PENGOLAHAN UBIKAYU DI PERKEBUNAN PT PEMATANG AGRI LESTARI DAN PABRIK TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I, LAMPUNG Nama : MUHAMMAD RAMDHANI SOMANTRI NIM : A Menyetujui: Pembimbing (Dr. Ir. Suwarto, M.Si) NIP Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr.) NIP Tanggal Lulus:.

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 27 April Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Wawan Diasomantri dan Ibu Nannie Iryani Rahayu. Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Sukasari Indah, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 13 Bandung. Selanjutnya, penulis lulus dari SMAN 8 Bandung pada tahun Tahun 2006 penulis diterima di IPB melaui jalur SPMB. Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB (Kopma IPB) dan Paguyuban Mahasiswa Bandung IPB (Pamaung IPB). Di Kopma IPB penulis pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Unit Usaha Asrama Putra TPB IPB ( ), Staf Departemen Usaha ( ) dan Anggota Pengawas Kopma IPB ( ). Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua Pamaung IPB pada periode

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmatnyalah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus yang diridhoi oleh Allah SWT. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Suwarto, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Herdhata Agusta, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura. 3. Abah, Ambu, serta keluarga yang selalu memberikan dukungan. 4. Seluruh Direksi, Manajemen, dan Karyawan Lambang Jaya Group, PT PAL, dan PT SPM I atas kesempatan magang yang telah diberikan serta bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan kegiatan magang. 5. Mas Raga, Pak Posdin, Pak Tofa, Pak Kir, Om Dimin, Pak Bel, dan Iril yang telah membantu penulis selama penulis berada di Lampung. 6. Rekanrekan AlKahfi, Mohabbat, LC, SupaQ, Yordanov, AGH 43, Kopma IPB, Pamaung IPB, KKP Sumbarang, anak Lampung AGH, serta rekanrekan lain atas doa, dukungan, dan kebersamaannya Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan. Bogor, Januari 2011 Penulis

8 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman v DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vi vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Syarat Tumbuh... 3 Kultivar Unggul... 4 Waktu Tanam... 4 Pola Tanam... 5 Populasi Tanaman... 6 Pemupukan... 7 Pengendalian Gulma... 8 Pengendalian Hama dan Penyakit... 9 Panen Pascapanen Pengolahan Tapioka METODE PELAKSANAAN Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data dan Informasi... 16

9 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan Iklim Keadaan Tanaman dan Produksi Ubikayu Kelapa Sawit Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL Divisi Kebun Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Ubikayu Kelapa Sawit Aspek Manajerial Pendamping Mandor Pendamping Kepala Wilayah PEMBAHASAN Pelaksanaan Budidaya Persiapan Lahan Varietas Penyiapan Bibit Pola Tanam Jarak Tanam Waktu Tanam dan Penanaman Pemupukan Pengendalian Gulma Pengendalian Hama dan Penyakit Panen dan Pascapanen... 60

10 Analisis Usahatani Keadaan Umum Kelayakan Usahatani Pengelolaan Bahan Baku Pengelolaan di Pabrik Kemitraan Pengolahan Ubikayu Kebutuhan Bahan Baku dan Luas Lahan Minimum Upaya Peningkatan Produktivitas KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 84

11 v DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Tingkatan Teknologi Pengolahan Tapioka Keadaan Tanaman dan Produksi Produktivitas Varietas yang Pernah Ditanam Prestasi Kerja Efektivitas Pengolahan Tanah Konservasi dan Produktif Pengolahan Lahan di Perusahaan dan di Petani Mitra Karakteristik Varietas Unggul Daya Tumbuh dan Hasil Ubikayu Berdasarkan Kondisi Bibit Tingkat Naungan dan Penurunan Hasil Variasi Jarak Tanam Ubikayu di Tingkat Petani Jarak Tanam dan Produktivitas Ubikayu Hasil Ubikayu Menurut Cara Tanam dan Pengolahan Tanah yang Berbeda Pengaruh Jumlah Tunas dan Pemanenan Daun Tua Terhadap Hasil Penggunaan Pupuk Dosis Rekomendasi dan Dosis yang Digunakan Periode Bebas Gulma dan Produktivitas Ubikayu Hasil Ubi Segar dan Pati pada Umur Berbeda Stratifikasi Perusahaan Mitra Pola Kemitraan Peningkatan Biaya, Penerimaan, dan Laba Upaya Peningkatan Produktivitas... 77

12 vi DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pohon Industri Ubikayu Pembajakan tanah Pemupukan Penyemprotan Herbisida Cara Penyemprotan Herbisida Hama white scale Pemanenan Tumpang Sari dengan Karet atau Sawit Curah Hujan di PT PAL Kondisi Jalan yang Rusak Proporsi Umur Petani Mitra PT PAL Proporsi Tingkat Pendidikan Petani Mitra PT PAL Pengalaman Bertani Petani Mitra PT PAL Persentase Petani dan Luas Lahan yang Digarap Washer Wet Cake... 73

13 vii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Varietas Ubikayu yang Telah Dilepas Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT PAL, Lampung Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun PT PAL, Lampung Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Pabrik di PT SPM I, Lampung Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas Kemitraan di PT PAL, Lampung Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Wilayah I Divisi Kebun PT PAL, Lampung Hari Hujan dan Curah Hujan di PT PAL Struktur Organisasi PT PAL Struktur Organisasi PT SPM I Analisis Usahatani tanpa Biaya Sewa Lahan Analisis Usahatani dengan Biaya Sewa Lahan Alur Pengolahan Ubikayu Proses Pengolahan Ubikayu Biaya Input untuk Peningkatan Produktivitas Biaya Input Terendah Perbandingan Usahatani

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman ubikayu merupakan tanaman pangan dan bahan baku industri. Sebagai tanaman pangan ubikayu merupakan sumber karbohidrat bagi 500 juta manusia di dunia. Sebagai bahan baku industri ubikayu menghasilkan pati, gaplek, etanol, sorbitol, tepung ubikayu, gula cair, monosodium glutamat, tepung aromatik, dan pellets (Prihandana et al., 2008). Isu diversifikasi pangan dan isu konversi bahan bakar fosil menjadi bahan bakar nabati membuat permintaan ubikayu semakin meningkat. Ratarata pertumbuhan permintaan ubikayu dalam negeri selama tahun mengalami peningkatan. Permintaan untuk konsumsi meningkat sebesar 1.89 persen per tahun, industri meningkat sebesar 1.88 persen per tahun dan untuk pakan sebesar 0.11 persen per tahun. Sebaliknya jumlah yang tercecer (termasuk limbah) semakin menurun dengan ratarata penurunan per tahun 3.25 persen (Hafsah, 2003). Menurut Suryana (2006) kebutuhan ubi segar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang telah ada dan yang akan dikembangkan pada tahun 2025 sekitar 30 juta ton. Untuk ini diperlukan peningkatan produksi ubi segar sekitar 27%. Untuk mencapai target tersebut diperlukan upaya peningkatan produksi secara bertahap dengan pertumbuhan sekitar 5% per tahun. Selain itu, Indonesia pun masih mengimpor kebutuhan tapioka, salah satu produk turunan dari ubikayu. Pada tahun 2009, Indonesia mengimpor tepung tapioka sebanyak ton. Sedangkan produk tapioka yang diekspor hanya ton (BPS, 2009). Produksi ubikayu segar di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton dengan luas panen mencapai ha dan ratarata produktivitas nasionalnya ton/ha. Produksi ubikayu tersebut,

15 2 sebanyak 35.02% berasal dari provinsi Lampung. Produksi ubikayu segar di Lampung pada tahun 2009 mencapai ton dengan luas panen seluas ha dan ratarata produktivitasnya ton/ha (BPS, 2009). Pada industri tapioka, ubikayu yang diperlukan untuk bahan baku yaitu ubikayu yang memiliki kadar tepung tinggi yang dipanen setelah berumur lebih dari 7 bulan (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005). Pengolahan ubikayu menjadi tapioka memerlukan bahan baku dalam jumlah yang cukup, kontinu, dan kualitasnya sesuai dengan yang diinginkan oleh pabrik pengolahan. Oleh karena itu, diperlukan teknik budidaya yang tepat dan pengelolaan bahan baku ubikayu yang baik, agar bahan baku ubikayu dapat tersedia sesuai kriteria, jumlah, dan waktu yang telah ditentukan. Tujuan Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis, manajerial, serta analisis kegiatan di lapangan (untuk komoditas ubikayu ditambah dengan komoditas kelapa sawit). Secara khusus kegiatan magang ini bertujuan untuk: 1. mempelajari pengelolaan bahan baku dan pengolahan ubikayu di PT Pematang Agri Lestari (PT PAL) dan PT Sinar Pematang Mulia I (PT SPM I), Lampung; 2. mempelajari pelaksanaan teknik budidaya ubikayu di perusahaan dan di petani; dan 3. menganalisis usahatani ubikayu.

16 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Ubikayu (Manihot esculenta Crantz atau Manihot utilissima) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah anatara 30 o Lintang Utara dan 30 o Lintang Selatan, yakni daerah dengan suhu ratarata lebih dari 18 o C (Prihandana et al., 2008). Suhu udara minimal sekitar 10 o C. Suhu kurang dari 10 o C dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat. Kelembaban udara optimal sekitar 6065%. Sinar matahari yang dibutuhkan sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan ubinya (BPP IPTEK, 2000). Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubikayu antara m dpl, sedangkan toleransinya antara m dpl. Jenis ubikayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal (BPP IPTEK, 2000). Di ketinggian sampai 300 m dpl tanaman ubikayu dapat menghasilkan ubi dengan baik, tetapi tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubikayu dapat menghasilkan bunga dan biji (Prihandana et al., 2008). Tanah yang paling sesuai untuk ubikayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ubikayu yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya (BPP IPTEK, 2000). Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubikayu adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Derajat keasaman (ph) tanah yang sesuai untuk budidaya ubikayu berkisar antara dengan ph ideal 5.8. Pada umumnya tanah di Indonesia berph rendah (asam),

17 yaitu berkisar , sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubikayu (BPP IPTEK, 2000). 4 Kultivar Unggul Varietas unggul merupakan salah satu komponen utama dalam berbagai program pembangunan pertanian tanaman pangan, baik dalam usaha peningkatan produktivitas, produksi, peningkatan kualitas hasil, maupun penanggulangan berbagai kendala seperti serangan hama penyakit serta cekaman lingkungan (Lingga et al. dalam Hafsah, 2003). Penggunaan varietas unggul berpotensi hasil tinggi mutlak dilakukan guna peningkatan produksi/produktivitas ubi kayu. Selain varietas unggul lama seperti Valenca, Muara, Mangi, SPP yang telah lama berkembang terdapat pula varietas unggul baru yang potensi hasilnya lebih tinggi seperti Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah, UJ3, UJ5, Malang 4, dan Malang 6 (Hafsah, 2003). Varietas ubikayu yang telah dilepas dapat dilihat pada Lampiran 1. Cara lain untuk mendapatkan ubikayu yang berdaya hasil tinggi yaitu dengan menggunakan teknik mukibat. Prinsip dari teknik mukibat sangat sederhana, yaitu jumlah daun diperbanyak, sehingga proses fotosintesis bisa berlangsung lebih sempurna dan ubinya pun bisa berlipat ganda. Dengan prnsip ini, mukibat menyambungkan dua jenis ubikayu. Ubikayu karet (Manihot glaziovii) yang berdaun lebat dijadikan batang atas, sedangkan batang bawahnya menggunakan ubikayu biasa (Manihot esculenta) (Prihandana et al., 2008). Waktu Tanam Pada dasarnya tanaman ubikayu merupakan tanaman yang toleran terhadap kekeringan, terkecuali pada mingguminggu pertama setelah penanaman.

18 5 Penanaman ubikayu harus ditanam pada saat ketersediaan dan suplai air cukup. Oleh karena itu, penanaman ubikayu sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan ( NovemberDesember dan Juni Juli) (Onwueme, 1978; Prihandana et al., 2008). Penerapan waktu tanam ini menyebabkan waktu tanam dan waktu panen hampir serentak di seluruh daerah yang memproduksi ubikayu. Hal ini akan berakibat pada ketidakberlanjutan suplai ubikayu dan akan terjadi penurunan harga pada saat panen raya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menunda umur panen. Penundaan umur panen tidak akan menurunkan kadar pati dalam ubikayu. Penerapan strategi penundaan umur panen dapat dilakukan dengan cara menanam kultivar yang berbeda umur panennya (genjah, sedang, dan dalam) atau dengan mengatur wilayah penanaman sesuai dengan waktu penanaman (Prihandana et al., 2008). Pola Tanam Pola tanam yang biasa digunakan untuk ubikayu yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam tumpang sari. Masingmasing pola memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Penanaman dengan pola tanam monokultur dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan populasi tanaman semakin banyak. Namun penanaman dengan pola ini meningkatkan erosi dan meningkatkan risiko serangan oleh hama dan penyakit tanaman (HPT). Penanaman dengan pola tanam tumpang sari dapat mengurangi serangan hama (Thung dan Cock, 1978), mengurangi serangan penyakit (Moreno, 1978) mengurangi biaya input (Thung dan Cock, 1978; Leihner, 1978), dan limbah panen dapat digunakan sebagai pupuk (Effendi, 1978). Manfaat lain dari pola tanam secara tumpang sari yaitu untuk mengendalikan erosi, meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, memperkecil risiko kegagalan, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, memenuhi kebutuhan pangan, dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kekurangan dari pola tanam secara tumpang sari yaitu

19 dapat menimbulkan efek persaingan dengan tanaman utama (ubikayu) dan biaya tenaga kerjanya pun menjadi lebih besar (Prihandana et al., 2008). 6 Populasi Tanaman Populasi tanaman ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah dan tipe tanaman (Onwueme, 1978; Prihandana et al., 2008). Tanaman yang mempunyai kanopi yang lebih lebar mempunyai jarak tanam yang lebih lebar. Begitu pula pada daerah yang mempunyai kesuburan tanah dan curah hujan yang tinggi, jarak tanamnya harus lebih lebar, karena pada kondisi tersebut daun akan tumbuh sangat lebat (Onwueme, 1978). Pada umumnya petani menggunakan jarak tanam segi empat (100 x 100 cm dan 100 x 80 cm). Namun, jarak tanam model antar barisan (90 x 74 cm) menghasilkan produktivitas 712% lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam segi empat (100 x 100 cm dan 100 x 80 cm). Hal ini disebabkan ruang antar barisan pada model barisan lebih meningkatkan intersepsi cahaya matahari. Pada pola tanam tumpangsari, jarak tanam yang digunakan yaitu 200 x 50 cm atau 250 x 50 cm (Prihandana et al., 2008). Cara tanam yang lain yaitu cara tanam double row. Sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm (160 x 80 x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis, sehingga pembentukan zat pati ubikayu di ubi lebih banyak dan ukuran ubi besar besar. Selain itu, diantara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacangkacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam ubikayu double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit yakni tanaman dibandingkan dengan sistem tanam petani biasa dengan jumlah bibit tanaman (Asnawi dan Arief, 2008).

20 7 Pemupukan Ubikayu merupakan tanaman yang memiliki kemampuan menghasilkan ubi yang tinggi, sehingga ubikayu akan banyak menyerap hara dari tanah. Agar tanah tetap subur dan produktivitas ubikayu tetap tinggi, hara yang telah diambil dari dalam tanah harus dikembalikan dengan pemupukan (Prihandana et al., 2008). Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada keadaan tanah, sejarah lahan, kultivar yang digunakan, kerapatan tanam, dan beberapa faktor lainnya (Onwueme, 1978). Salah satu cara agar dapat menentukan dosis pupuk yang tepat yaitu dengan melakukan analisis tanah sebelum dilakukan pemupukan (Prihandana et al., 2008). Berbeda dengan komoditas lainnya, ubikayu tidak memerlukan pupuk nitrogen terlalu banyak. Pemupukan nitrogen yang terlalu banyak dapat menghambat perkembangan ubi dan meningkatkan kandungan asam sianida. Unsur hara yang cukup banyak diperlukan ubikayu yaitu unsur kalium. Unsur ini berfungsi dalam pembentukan ubi (Onwueme, 1978). Dosis pupuk Urea yang dianjurkan yaitu 200 kg/ha. Jika kandungan bahan organik (BO) rendah (kurang dari 1.5%), dosis pupuk SP36 yang dianjurkan yaitu sebanyak 100kg/ha. Jika BO tinggi (lebih dari 2%), dosis pupuk SP36 yang dianjurkan sebanyak 50 kg/ha. Pupuk KCl diberikan sesuai dengan jenis tanahnya. Untuk di daerah Jawa yang tanahnya berjenis regosol atau alfisol, pupuk KCl tidak mutlak dibutuhkan. Namun, untuk tanahtanah di Sumatera yang berjenis ultisol, pupuk KCl mutlak diperlukan dengan dosis kg/ha (Prihandana et al., 2008). Waktu pemberian pupuk dibagi menjadi dua kali, yaitu pada saat tanam dan pada umur tanaman 23 bulan. Perbandingan dosis pupuk N:P: K pada saat penanaman yaitu 1/3:1:1/3. Perbandingan dosis pupuk pada umur 23 bulan yaitu 2/3:0:2/3 (BPP IPTEK, 2000). Aplikasi BO sangat tergantung pada kandungan C organik tanah. Jika kandungan C organik dalam tanah tinggi (lebih dari 2%), penambahan BO tidak diperlukan. Namun pada tanah dengan BO rendah (kurang dari 1.5%),

21 8 penambahan BO diperlukan dengan dosis minimal 2 ton/ha. Aplikasi bahan organik harus dilakukan setiap kali musim tanam, terutama bila biomassa tanaman (limbah panen) tidak dikembalikan lagi ke tanah. Proses dekomposisi BO di daerah tropika sangat cepat dan mudah hilang karena terurai menjadi CO 2 (Prihandana et al., 2008). Pengendalian Gulma Gulma merupakan pesaing ubikayu, terutama dalam pengambilan unsur hara dan air. Keberadaan gulma dapat menurunkan produktivitas sebsesar 7.5% (Prihandana et al., 2008). Oleh karena itulah gulma di lahan ubikayu harus dikendalikan. Waktu pengendalian gulma yang tepat yaitu pada saat tiga bulan pertama setelah penanaman dan 23 minggu sebelum panen. Pengendalian gulma dilakukan pada saat tiga bulan pertama disebabkan pada periode tersebut tanah belum tertutup sempurna oleh kanopi tanaman yang dapat menyebabkan gulma tumbuh lebat. Pengendalian gulma pada saat menjelang panen dilakukan agar pada saat panen menjadi mudah dan mempermudah pengolahan tanah dan mengurangi populasi gulma pada musim tanam berikutnya. Kemudahan pada saat panen diharapkan dapat mencegah terjadinya kehilangan hasil (Prihandana et al., 2008). Gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat diberantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 23 kali per musim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2.4D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hatihati (BPP IPTEK, 2000). Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (Digitaria ciliaris). Pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan

22 dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi ml/liter (BPP IPTEK, 2000). 9 Pengendalian Hama dan Penyakit Menurut BPP IPTEK (2000), berikut ini merupakan hama dan penyakit yang dapat menyerang ubikayu : A. Hama 1. Uret (Xylenthropus) Hama ini berada dalam akar tanaman. Gejalanya yaitu tanaman mati pada usia muda, karena akar batang dan ubi dirusak. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara membersihkan sisasisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan. 2. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus) Hama ini menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejalanya yaitu daun akan menjadi kering. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak. B. Penyakit 1. Bercak daun bakteri Penyakit ini disebabkan oleh Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG. Gejala yang terlihat yaitu bercakbercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun 2. Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith) Bakteri ini hidup di daun, akar dan batang. Gejala yang terlihat yaitu daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan ubi langsung membusuk. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

23 10 melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat. 3. Bercak daun coklat (Cercospora heningsii) Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala yang terlihat yaitu daun bercakbercak coklat, mengering, lubanglubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun. 4. Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica) Penyebabnya adalah cendawan yang hidup pada daun. Gejala yang terlihat yaitu adanya bercak kecil dan titiktitik, terutama pada daun muda. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun, dan memangkas bagian tanaman yang sakit. Pengendalian dapat juga dilakukan dengan memberikan pestisida. Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit (BPP IPTEK, 2000). Panen Panen yang dihasilkan bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kultivar yang digunakan, cara budidaya, tingkat kesuburan, jenis tanah, jarak tanam, dan iklim (Onwueme, 1978). Umur panen ubikayu fleksibel. Ubikayu dapat dipanen pada saat tanaman berumur 79 bulan dimana kadar pati dalam keadaan optimal (Prihandana et al., 2008). Ciri tanaman yang sudah bisa dipanen yaitu saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok (BPP IPTEK, 2000).

24 11 Di daerah beriklim basah, pemanenan ubikayu dapat ditunda sampai dengan 12 bulan, karena kadar pati cenderung stabil pada umur 79 bulan (Prihandana et al., 2008). Bobot hasil panen ubikayu tidak tergantung pada berapa umur tanaman, tapi lebih tergantung pada berapa bulan pertumbuhan yang vigor berlangsung (Onwueme, 1978). Pascapanen Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Pemilihan atau penyortiran ubi ubikayu sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi ubikayu dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih ubi yang berwarna bersih terlihat dari kulit ubi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya ubi serta bercak hitam atau garisgaris pada daging ubi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di dalam tanah yang diberi alas dan penutup dari jerami atau daundaun (BPP IPTEK, 2000). Pengemasan ubi ubikayu bertujuan untuk melindungi ubi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota atau dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karungkarung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000). Pengolahan Tapioka Ubikayu, selain dapat dimakan secara langsung, dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri (industri pangan dan pakan maupun industri kimia lainnya). Berbagai macam produk olahan ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1. Pada industri pengolahan tapioka, ada beberapa tingkatan teknologi yang digunakan. Tingkatan teknologi tersebut yaitu tradisional atau mekanik sederhana,

25 semi modern, dan full otomate. Perbedaan tingkatan teknologi tersebut dapat dilihat pada Tabel Ubikayu Kulit Makanan ternak Daging Onggok Tapioka Makanan ternak Asam sitrat/ Kalsium sitrat Tapioka pearl Dextrin Maltosa Glukosa Fruktosa Macammacam alkohol Asamasam organik Sorbitol Gaplek Bahan makanan Pellet (Manioc) Senyawa kimia lain Makanan ternak Tepung Ubikayu Bahan makanan Makanan ringan Gambar 1. Pohon Industri Ubikayu Sumber : depperin.go.id Tabel 1. Tingkatan Teknologi Pengolahan Tapioka Proses Tradisional Semi Modern Full Otomate Pengupasan Manual Manual Mesin Pencucian Manual Manual Mesin Pemarutan Mesin Mesin Mesin Pemerasan Mesin Mesin Mesin Pengendapan Manual Manual Mesin Pengeringan Sinar Matahari Oven Mesin Sumber : Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005

26 13 Pengolahan tapioka terdiri dari lima tahap yaitu pembersihan, pencucian, pemarutan, penyaringan dan pengendapan, dan pengeringan (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005). Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan bagianbagian ubi yang tidak berguna dan mengganggu proses pengolahan, misalnya kulit ari luar yang berwarna coklat dan bagian ubi yang keras yang akan menyebabkan parut cepat tumpul. Pencucian dilakukan dengan mengalirkan air ke arah yang berlawanan dengan arah aliran ubi atau dilakukan dalam bak dimana air harus sering diganti (dibutuhkan banyak air). Proses penyaringan bertujuan untuk memecah dinding sel agar butir pati yang ada di dalamnya dapat keluar. Ubi yang telah terparut diaduk/dikocok ditambah air secukupnya sampai terbentuk bubur. Penyaringan dilakukan menggunakan air yang cukup sampai air saringan jernih untuk memisahkan butir tepung pati dari ampas. Pati yang telah tersuspensi dalam air saringan selanjutnya diendapkan sesegera mungkin. Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air sehingga diperoleh tapioka yang kering. Kadar air yang terlalu tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur/cendawan dan menimbulkan bau yang tidak disukai. Seyogyanya kadar air tapioka hasil pengeringan 13%, namun kisaran kadar air % masih dapat diterima dalam perdagangan. Standar mutu tapioka untuk faktor kadar air (maksimal) adalah 17 % (Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan, 2005).

27 METODE PELAKSANAAN Tempat dan Waktu Lokasi pelaksanaan magang yaitu di PT PAL (perkebunan) dan pabrik tapioka PT SPM I, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Propinsi Lampung. Pelaksanaan magang dilakukan mulai tanggal 15 Februari sampai dengan 18 Juni Metode Pelaksanaan Kegiatan magang yang dilakukan penulis dilakukan di dua perusahaan yaitu perkebunan PT PAL dan pabrik tapioka PT SPM I. Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang tergabung dalam Grup Lambang Jaya. Selama magang di PT PAL, penulis ditempatkan sebagai pendamping mandor, pendamping pengawas kemitraan, dan pendamping kepala divisi I (ubikayu dan sawit). Pada saat magang di PT SPM I, penulis ditempatkan di bagian quality control (QC). Kegiatan sebagai pendamping mandor dilakukan selama dua bulan pertama. Kegiatan sebagai karyawan pabrik dilakukan selama satu minggu. Kegiatan sebagai pendamping pengawas kemitraan dilakukan selama lima minggu dan kegiatan sebagai pendamping kepala divisi dilakukan selama tiga minggu. Pada saat menjadi mandor, penulis melakukan kegiatan pengawasan panen, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan pemupukan (Lampiran 2). Selain itu, penulis juga melakukan pemetaan kebun ubikayu menggunakan GPS dan mengaudit kelapa sawit (Lampiran 3). Selama menjadi karyawan pabrik, penulis bertugas di bagian quality control. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan kekentalan, ph, losses, kadar air, residu, dan kecerahan tapioka (Lampiran 4).

28 15 Kegiatan magang sebagai pendamping pengawas kemitraan, penulis mendampingi pengawas lapangan ketika mengunjungi petanipetani mitra. Penulis juga melakukan wawancara dan diskusi dengan petani mitra (Lampiran 5). Tiga minggu terakhir, penulis ditempatkan sebagai pendamping Kepala Divisi I yang membawahi komoditas ubikayu dan kelapa sawit. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengawasan mandor harian, membantu mandor tetap, mempelajari laporan harian, dan mendampingi manajer dan asisten manajer kebun saat melakukan pengontrolan kebun (Lampiran 6). Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang yaitu semua hal yang berhubungan dengan: (1) pengelolaan bahan baku seperti sumber bahan baku, sistem pengadaannya, kecukupan dan kontinuitas, dan ketepatan waktu suplai; (2) teknik budidaya (kultivar yang digunakan, waktu tanam, pola tanam, populasi tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta panen dan pascapanen); (3) analisis usaha tani; dan (4) proses pengolahan di pabrik (kapasitas produksi, kebutuhan bahan baku, proses produksi, dan rendemen). Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan diskusi. Sampel data teknik budidaya dan analisis usahatani dikumpulkan dari 20 orang petani mitra. Data sekunder dikumpulkan dari data yang dimiliki oleh perusahaan dan studi literatur. Data yang dipelajari meliputi : 1. Letak Geografis dan Administratif 2. Keadaan iklim dan tanah 3. Struktur organisasi 4. Ketenagakerjaan

29 16 Analisis Data dan Informasi Data pengelolaan bahan baku dan proses pengolahan dianalisis menggunakan metode deskriptif. Data teknik budidaya dianalisis menggunakan metode statistik sederhana (rataan dan persentase) dan metode deskriptif. Kelayakan usahatani dianalisis dengan menggunakan kondisikondisi ekstrim baik itu penerimaan maupun biaya yang dikeluarkannya. Tujuannya, untuk melihat sejauh mana tingkat laba rugi pada saat biaya tertinggi tetapi hasil minimum dan seberapa besar tingkat keuntungan maksimumnya pada saat biaya rendah tapi hasil maksimum. Untuk mengukur kelayakannya digunakan rasio revenue per cost (rasio R/C). Analisis dibagi dua, yaitu analisis tanpa biaya sewa lahan dan analisis dengan biaya sewa lahan.

30 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT PAL dan PT SPM I merupakan dua perusahaan yang berada dibawah Grup Lambang Jaya. PT PAL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan PT SPM I merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan tapioka dan perdagangan umum. PT PAL dan PT SPM I berada di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung. Lokasi PT PAL dan PT SPM I saling berdekatan, namun berada di wilayah adiministratif yang berbeda. PT SPM I berada di wilayah Desa Rejomulyo (SP2D) dan PT PAL berada di wilayah Desa Suka Agung (SP3D). Lokasi kebun PT PAL tersebar di beberapa desa seperti Desa Rejomulyo, Desa Suka Agung, Desa Hadi Mulyo (SP4D), dan Desa Agung Batin (SP5D). Luas Areal dan Tata Guna Lahan Tanaman yang ditanam oleh PT PAL yaitu tanaman ubikayu dan kelapa sawit. Pada awalnya, perusahaan hanya menanam tanaman ubikayu saja. Namun, karena produktivitas tanaman yang rendah dan biaya semakin meningkat, kondisi tersebut sudah kurang optimal lagi untuk ditanami ubikayu. Agar perusahaan dapat bertahan, sebanyak ha lahan dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit. Sisa lahan yang tetap ditanami ubikayu yaitu sekitar ha. Pengurangan luas areal yang ditanami ubikayu berdampak pada pengurangan pasokan bahan baku ubikayu dari PT PAL ke pabrik (PT SPM I). Oleh karena itu, perusahaan melakukan pengembangan dengan menerapkan pola kemitraan dengan petani. Adanya pengembangan pola kemitraan tersebut dapat meningkatkan luas areal ubikayu yang dipanen. Dari para petani mitra di wilayah I, luas areal sampai dengan bulan April 2010 mencapai ha.

31 18 Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, wilayah di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim C2, dimana terdapat 6 bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan) dan tiga bulan kering (<100 mm/bulan) berturutturut. Curah hujan ratarata selama enam tahun ( ) berkisar antara mm/bulan dengan ratarata hari hujan 215 hari/bulan (Lampiran 7). Keadaan Tanah Berdasarkan data yang dimiliki PT PAL, kedalaman efektif tanah secara umum di areal PT PAL > 100 cm. Struktur tanahnya terdiri dari liat (clay/c), liat berpasir (sandy clay/sc), dan lempung liat berpasir (sandy clay loam/scl). Struktur dan konsistensi tanah pada umumnya remah dan sangat gembur atau gembur. Sehingga, kondisi tanah tersebut sesuai untuk tanaman ubikayu. Permeabilitas tanah bervariasi, mulai dari permeabilitas lambat, sedang, hingga cepat. Warna tanah di PT PAL adalah kuning dan merah. Sebagian besar drainase tanah di areal PT PAL adalah baik, namun pada beberapa areal dijumpai tanahtanah yang berdrainase buruk dengan warna tanah abuabu atau grey. Secara umum tingkat kesuburan tanah di PT PAL, terutama untuk tanah lapisan atas tergolong sangat rendah sampai rendah dengan jenis tanah Ultisol dan Inseptisol. Kandungan bahan organik pada lapisan atas lahan PT PAL mengandung bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan yang terdapat dibawahnya, dan kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Namun pada profil ke1 dan ke3 kandungan bahan organik

32 19 tanah pada lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya. Kandungan karbon organik pada tanah lapisan atas (horizon A) berkisar antara %.. Derajat kemasaman (ph) berkisar antara Bahan induk penyusun tanah adalah batuan liat (clay stone) dan batuan pasir (sand stone). Topografi lahan bervariasi, mulai datar (flat) sampai berombak (undulating) dengan tingkat kemiringan 25%. Ketinggian tempat sekitar 3050 m dpl. Ketinggian tersebut merupakan ketinggian yang ideal untuk tanaman ubikayu. Keadaan Tanaman dan Produksi Ubikayu Ubikayu yang ditanam di PT PAL merupakan ubikayu varietas Kasetsart (UJ5). Selain varietas Kasetsart, terdapat beberapa petak ubikayu sambung (mukibat) sisa percobaan. Jarak tanam yang digunakan yaitu 90 X 60 cm, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih tanaman. Ratarata produktivitas ubikayu Kasetsart di PT PAL dari tahun yaitu ton/ha. Kelapa Sawit Varietas kelapa sawit yang ditanam PT PAL yaitu DXP Marihat dan Socfin. Jarak tanam yang digunakan yaitu jarak tanam segitiga sama sisi dengan jarak 9 x 9 x 9 m, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih 143 tanaman.

33 20 Tanaman kelapa sawit yang ditanam di kebun PT PAL mempunyai tahun tanam yang berbedabeda. Tahun tanam, luasan, produksi, ratarata bobot satu tandan (RBT), dan produktivitas kelapa sawit di kebun PT PAL dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Keadaan Tanaman dan Produksi Tahun tanam TM/TBM Luas (ha) Produksi (ton) RBT (kg) Produktivitas (ton/ha) TM 8 TM 7 TM 6 TM 5 TM 4 TM 3 TM 2 TBM 3 TBM Keterangan: Produksi, RBT, dan produktivitas berdasarkan ratarata selama tiga tahun ( ) Sumber: PT PAL (diolah)

34 21 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL PT PAL dipimpin oleh seorang General Manager (GM) yang membawahi tiga divisi yaitu Divisi Kebun, Divisi Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik. Masingmasing divisi dipimpin oleh seorang manajer. Untuk halhal yang berhubungan dengan keuangan, GM dibantu oleh dua orang staf administrasi dan keuangan. Struktur organisasi PT PAL dapat dilihat pada Lampiran 8. Divisi Kebun Manajer Kebun. Divisi Kebun dipimpin oleh seorang manajer kebun. Tugas dan tanggung jawab manajer kebun yaitu: 1) menyusun, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan operasional kebun secara periodik (tahunan, bulanan, mingguan, dan harian) setiap divisi, 2) mengkoordinasikan dan mengawasi departemen di bawahnya, 3) menetapkan standar kerja dan standar biaya operasional setiap departemen, 4) mendelegasikan dan mengkoordinasikan kepala divisi untuk melaksanakan poin 1, 5) mencari dan membeli bibit apabila kekurangan bibit, sesuai dengan kriteria yang ditentukan, 6) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, dan peralatan kebun, dan 7) menilai prestasi bawahan. Dalam pelaksanaan di lapangan, manajer kebun dibantu oleh asisten manajer kebun. Kepala Wilayah / Divisi. Areal kebun di PT PAL dibagi menjadi dua wilayah. Masingmasing wilayah dipimpin oleh seorang kepala divisi atau kepala wilayah. Untuk wilayah I, ada dua komoditas yang ditanam yaitu ubikayu dan kelapa sawit. Di wilayah II komoditas yang ditanam hanya satu, yaitu kelapa sawit. Tugas dan tanggung jawab dari kepala wilayah yaitu: 1) mengkoordinasikan dan mengawasi bawahannya, 2) melaksanakan jadwal tugas dari atasan, mendelegasikan, dan mengawasi mandormandor secara teratur, 3) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, peralatan kebun, serta penggantian upah harian sesuai dengan wilayah masingmasing, dan

35 22 4) mencari dan meberhentikan tenaga harian atau borongan dengan persetujuan manajer kebun. Mandor. Tugas dan tanggung jawab mandor yaitu : 1) mengawasi dan memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan, 2) ikut aktif dalam upaya mencari tenaga kerja harian dan borongan, 3) membuat laporan permintaan uang untuk upah harian dan borongan, dan 4) membuat laporan areal tanam, pupuk, dan laporan lain yang ditentukan oleh kepala wilayah/divisi masingmasing. Divisi Kemitraan Divisi kemitraan dibentuk dengan fungsi sebagai penyelenggara peningkatan hasil usaha pertanian masyarakat khususnya tanaman ubikayu, kelangsungan industri tapioka khususnya industri tapioka milik Grup Lambang Jaya dan menjadi sasaran kelangsungan usaha PT PAL melalui program kemitraan. Jabatan di divisi kemitraan terdiri atas manajer divisi kemitraan, advisor site kemitraan, legal, kepala wilayah, administrasi dan keuangan, pengawas lapangan kebun, pengawas lapangan pengolahan lahan, dan surveyor kredit. Manajer Kemitraan. Manajer divisi kemitraan mempunyai fungsi pokok untuk menjalankan kebijakan perusahaan untuk mengembangkan tanaman ubikayu dengan pola kemitraan. Tugas dan tanggung jawab manajer kemitraan, yaitu: 1) menyusun dan mengevaluasi program kerja dan anggaran biaya tahunan, bulanan, mingguan maupun harian dan melaporkannya kepada manajer kebun, 2) melakukan koordinasi dengan pihak pabrik dalam hal kebijakan penjualan maupun pembayaran hutang, rafaksi, harga, dan lainlain bagi anggota kemitraan, 3) monitoring pelaksanaan tugas bawahan dan mengevaluasi perkembangan anggota kemitraan, dan 4) bertanggung jawab terhadap pengembalian dana yang telah disalurkan kepada anggota mitra.

36 23 Manajer divisi kemitraan mempunyai wewenang untuk menandatangani setiap suratsurat perjanjian, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan lainnya yang diperlukan setiap anggota kemitraan, serta memberikan dan menetapkan sanksi kepada anggota kemitraan yang melanggar perjanjian. Advisor Site. Tugas pokok dari advisor site kemitraan yaitu melakukan pembinaan terhadap kegiatan divisi kemitraan apakah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan. Advisor site juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengusulkan tindakan perbaikan kepada manajer kebun atau kepala divisi kemitraan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya belum memenuhi sistem dan prosedur yang berlaku. Advisor site mempunyai wewenang untuk memberi arahan dalam pelaksanaan sistem kemitraan yang baik. Legal. Bagian legal di divisi kemitraan mempunyai tugas pokok untuk memberikan informasi mengenai legalitas data permohonan agar tidak timbul perselisihan atau kerugian perusahaan di kemudian hari. Wewenang dari bagian legal yaitu menandatangani surat perjanjian sebagai saksi. Kepala Wilayah. Kepala wilayah mempunyai fungsi pokok untuk mengembangkan dan mengelola kemitraan sesuai dengan wilayah masingmasing. Kepala wilayah berwenang untuk menandatangani persetujuan berita acara hasil survey apabila telah memenuhi syaratsyarat yang telah ditetapkan perusahaan, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan yang diperlukan setiap anggota kemitraan, dan menentukan besarnya angsuran pinjaman anggota mitra. Administrasi dan Keuangan. Fungsi pokok bagian administrasi dan keuangan yaitu membantu kepala wilayah untuk mengumpulkan data dan informasi seluruh kegiatan kemitraan. Administrasi dan keuangan mempunyai wewenang untuk menerima uang penjualan ubikayu anggota mitra dari bagian kasir pabrik untuk selanjutnya dilakukan pemotongan sebagai angsuran pinjaman berdasarkan persetujuan kepala wilayah. Pengawas Lapangan. Pengawas lapangan kebun mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatankegiatan lainnya yang berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanya

37 24 sehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangan kebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan pemanenan. Pengawas Lapangan Pengolahan Lahan. Tugas pokok pengawas lapangan pengolahan lahan yaitu melakukan pengawasan kegiatan pengolahan areal tanaman ubikayu anggota mitra. Wewenangnya yaitu mengatur operator dan mekanik untuk melaksanakan tugas dengan baik. Surveyor Kredit. Surveyor kredit mempunyai tugas pokok melaksanakan survey terhadap personal, areal tanaman, dan agunan calon anggota mitra untuk proses persetujuan permohonan kredit. Surveyor kredit mempunyai wewenang untuk menandatangani surat berita acara hasil survei. Ketenagakerjaan PT PAL mempunyai dua golongan tenaga kerja, yaitu karyawan harian lepas (KHL) dan karyawan tetap (KT). Kedua golongan tersebut tersebar di tiga divisi yang terdiri dari Divisi Kebun, Divisi Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik. Jumlah karyawan harian lepas (KHL) kurang lebih mencapai 300 orang. Jumlah tersebut tidak tetap, karena sewaktuwaktu karyawan bisa masuk maupun keluar. Upah KHL dihitung per hari dan diberikan setiap minggu. Karyawan tetap di PT PAL berjumlah 79 orang. Jumlah tersebut terdiri dari satu orang pimpinan perusahaan (general manager), karyawan Divisi Kebun 53 orang, karyawan Divisi Kemitraan 19 orang, dan karyawan Divisi Pupuk Organik 6 orang. Gaji karyawan tetap diberikan setiap bulan. Tingkat pendidikan di PT PAL berbedabeda. Karyawan di bagian menajemen merupakan lulusan perguruan tinggi. Untuk karyawan lain, tingkat pendidikannya bervariasi, mulai dari SD sampai dengan SMA atau yang sederajat.

38 25 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I Struktur Organisasi Pabrik tapioka PT SPM I dipimpin oleh seorang manajer pabrik (factory manager) yang membawahi lima departemen. Kelima departemen tersebut yaitu Departemen Produksi, Personalia dan Umum, Administrasi dan Keuangan Site, Logistik, dan Purchasing. Secara struktur, tugas manajer pabrik dalam menangani empat departemen (selain Departemen Produksi) dibantu oleh seorang office manager. Karena belum ada staf yang menempati posisi tersebut, manajer pabrik bertanggung jawab langsung terhadap kelima departemen di bawahnya. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 9. Departemen produksi berfungsi sebagai penyelenggara pengelolaan proses produksi untuk mencapai visi, misi, nilai dasar dan tujuan perusahaan. Departemen Produksi dipimpin oleh kepala departemen produksi atau manajer produksi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang asisten. Manajer Produksi. Manajer produksi mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan mengendalikan kegiatan operasional pabrik agar produktivitas dan efisiensi proses produksi dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Kepala Departemen Personalia dan Umum. Kepala Departemen Personalia dan Umum mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan pengendalian ketenagakerjaan atau halhal yang berhubungan dengan perusahaan baik secara internal maupun eksternal demi terciptanya kenyamanan dan kelangsungan usaha. Untuk urusan administrasi, kepala Departemen Personalia dan Umum dibantu oleh staf Administrasi Personalia. Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site. Fungsi pokok kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site yaitu mengelola keuangan dan administrasi site agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar. Untuk pembayaran biayabiaya pembelian bahan dan biaya operasional pabrik, kepala

39 26 Bagian Keuangan dan Administrasi Site dibantu oleh kasir pabrik dan kasir lapak. Urusan administrasi dibantu oleh staf administrasi site. Kepala Bagian Logistik. Fungsi pokok kepala Bagian Logistik yaitu mengatur ketersediaan barang kebutuhan operasional pabrik dan hasil produksi agar kegiatan dan distribusi barang berjalan dengan lancar. Kepala Pembelian Bahan Baku (Purchasing). Fungsi pokok kepala Pembelian Bahan Baku yaitu memenuhi kebutuhan bahan baku yang berkuallitas agar produktivitas pabrik berjalan dengan stabil. Kepala Pembelian Bahan Baku berwenang untuk menetapkan potongan rafaksi dan menandatangani laporan harian pembelian. Ketenagakerjaan Tenaga kerja di PT SPM I dikelompokkan menjadi tiga golongan karyawan. Ketiga golongan tersebut yaitu karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan tetap (KT). Perbedaan gaji ketiga golongan tersebut yaitu terdapat pada sistem penghitungan, waktu pemberian, dan upah lembur. Sistem penghitungan gaji KHL yaitu gaji dihitung berdasarkan jumlah hari karyawan tersebut bekerja dan diberikan setiap minggu. Gaji KHT diberikan setiap bulan dan dilakukan pemotongan sebanyak jumlah hari karyawan tersebut tidak bekerja. Karyawan tetap diberikan gaji tetap, tidak dilakukan pemotongan, dan diberikan setiap bulan. Pada perhitungan upah lembur antara karyawan tetap (karyawan harian tetap dan karyawan tetap) dan karyawan lepas berbeda. Pada karyawan lepas upah lembur dihitung sama dengan upah harian, sedangkan karyawan tetap upah lembur dihitung menggunakan upah lembur.

40 27 Total karyawan PT SPM I adalah 162 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 60 orang KHT yang ditempatkan di bagian bagging dan sortir bonggol, 27 orang KHT yang bekerja di bagian operator, dan sisanya sebanyak 75 orang yang termasuk KT. Persyaratan pendidikan minimal untuk menjadi karyawan tetap (KHT maupun KT) yaitu pendidikannya minimal harus SMA atau yang sederajat, sedangkan untuk KHL tidak ada persyaratan pendidikan minimal.

41 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Ubikayu Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah. Selang waktu pembajakan dengan pembajakan berikutnya kurang lebih selama 23 minggu. Setelah dibajak, tanah kemudian dibentuk guludan. Guludan dibentuk dengan menggunakan bajak dengan alat yang disebut furrow atau ridger. Jarak antar guludan yang terbentuk dengan furrow yaitu kurang lebih 90 cm (Gambar 2). Gambar 2. Pembajakan tanah Persiapan bahan tanam. Bahan yang digunakan yaitu stek bibit. Stek diambil dari batang ubikayu yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan panjang kurang lebih 1 meter. Dari satu batang ubikayu dipotong lagi menjadi lima bagian, sehingga panjang setiap stek kurang lebih sepanjang 20 cm. Pada saat awal penanaman suatu varietas atau pada saat percobaan suatu varietas, bibit biasanya didapatkan dengan cara membeli dari perusahaan lain. Jika

42 29 bibit merupakan varietas yang sudah ditanam, bibit dapat diambil dari petakan yang sudah dipanen. Varietas yang banyak ditanam dikebun PT PAL yaitu varietas Kasetsart. Alasan penggunaan varietas Kasetsart yaitu varietas ini relatif tahan hama dan penyakit, kadar air yang cukup rendah, kadar pati yang cukup tinggi, dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya yang pernah ditanam (Tabel 3). Varietas lain yang pernah ditanam di kebun PT PAL yaitu varietas Thailand, Umas (ubi kayu kuning), M31, M30, Mangu, dan Mukibat (ubikayu sambung). Tabel 3. Produktivitas Varietas yang Pernah Ditanam Varietas Kasetsart (UJ5) Thailand (UJ3) UMAS Mukibat (sambung) Sumber: PT PAL Produktivitas (ton/ha) Penanaman. Pola tanam yang digunakan yaitu monokultur dengan jarak tanam 90 X 60 cm, sehingga populasi per hektarnya kurang lebih tanaman. Penanaman dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan Maret, tergantung kesiapan lahan dan kondisi cuaca. Penanaman pada saat curah hujan cukup tinggi dapat menyebabkan biaya perawatan untuk pengendalian gulma menjadi tinggi, karena pada saat tersebut gulma akan cepat tumbuh dan dapat menyaingi tanaman ubikayu. Penyulaman. Penyulaman tanaman dilakukan pada saat 1530 hari setelah tanam. Jumlah tanaman yang disulam tidak tentu, biasanya sekitar 20%. Tanaman akan disulam jika persentase bibit tidak tumbuh lebih dari 10%. Bibit sulaman menggunakan bibit sisa penanaman yang biasanya disimpan di pinggiran petakan. Pemupukan. Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari satu bulan, pemupukan kedua pada saat tanaman berumur 36 bulan, dan pemupukan

43 30 ketiga pada saat tanaman berumur 7 bulan. Pemupukan ketiga jarang dilakukan, hanya dilakukan jika diperlukan saja. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl. Perbandingan dosis per hektar untuk pupuk I yaitu 100 kg : 100 kg : 50 kg, pupuk II 50 kg : 0 kg : 150 kg, dan pupuk III 0 kg : 0 kg : 100 kg atau 0 kg : 0 kg : 150 kg. Pupuk diaplikasikan dengan cara ditabur di lubang pupuk yang sudah dibuat (Gambar 3). Gambar 3. Pemupukan Selain pemupukan tanah, dilakukan juga pemupukan daun. Pupuk daun dilakukan sebanyak tiga kali pada saat tanaman berumur 24 bulan. Pupuk daun yang digunakan yaitu pupuk daun Saputra Nutrient yang berbentuk serbuk dan cair dengan dosis per hektar masingmasing 1 kg dan 2 liter. Pupuk daun serbuk mengandung unsur Nitrogen, Kalium, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan trace mineral. Pupuk daun cair mengandung prekursor nutrisi esensial (80%), Oligosakarida (12%), trace mineral (2%), dan bahan lain (6%). Kedua pupuk tersebut dicampur dan dilarutkan menggunakan air sebanyak 200 liter. Pupuk diaplikasikan dengan cara disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Pewiwilan. Pewiwilan dilakukan pada saat umur tanaman kurang dari tiga bulan. Jumlah tunas yang disisakan yaitu sebanyak dua buah. Pengendalian Gulma. Gulma yang tumbuh di areal ubikayu bermacammacam, mulai dari gulma berdaun lebar, berdaun sempit, dan teki. Contoh gulma

44 31 yang tumbuh di areal ubikayu yaitu Boreria sp., Chromolaena odorata, Phylantus niruri, Echinocloa colonum, Eleusine indica, Brachiaria mutica,.dll. Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara manual (penyiangan dan cangkul) dan dengan menggunakan herbisida. Pengendalian dilakukan pada saat umur tanaman 03 bulan. Pengendalian terus dilakukan selama gulma masih tumbuh dan kanopi ubikayu belum menutup penuh. Pengendalian diawali dengan pengendalian manual kemudian diikuti dengan pengendalian menggunakan herbisida. Selain pada tiga bulan pertama, pengendalian pun dilakukan ketika menjelang panen. Pengendalian tersebut dilakukan untuk memudahkan pemanenan dan mengurangi pertumbuhan gulma pada musim tanam berikutnya. Herbisida yang digunakan yaitu herbisida dari golongan Glifosat dengan bahan aktif isopropilamina Glifosat 480 g/l atau setara dengan Glifosat 356 g/l. Dosis herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 2.5 l/ha. Gambar 4. Penyemprotan Herbisida Aplikasi herbisida dilakukan dengan cara disemprot menggunakan knapsack sprayer (Gambar 4). Cara penyemprotan herbisida untuk tanaman muda dan tanaman dewasa berbeda. Pada tanaman muda, ujung alat semprot dilengkapi dengan mangkok. Penyemprotan dilakukan dengan posisi mangkok lebih rendah dari tanaman dan hanya menjangkau satu baris alur guludan. Pada tanaman dewasa, ujung alat semprot tidak dilengkapi mangkok. Ketinggian alat semprot diatur agar semprotan dapat menjangkau tiga baris alur guludan (Gambar 5). Hal

45 32 tersebut dilakukan agar herbisida tidak mengenai daun ubikayu. Jika herbisida mengenai daun ubikayu, tanaman tersebut akan mengalami stress (layu) selama beberapa saat. Gambar 5. Cara Penyemprotan Herbisida Pembubunan, pengairan, dan pengendalian hama penyakit biasanya tidak dilakukan. Tanaman yang ditanam bisanya ditanam pada saat awal sampai akhir musim hujan, sehingga tidak diperlukan pengairan. Varietas yang digunakan (Kasetsart) merupakan verietas yang cukup tahan terhadap hama dan penyakit. Meskipun ada beberapa hama yang menyerang seperti ulat dan white scale (Aonidomytillus albus), serangan yang terjadi tidak begitu signifikan (Gambar 6). Gambar 6. Hama white scale Panen. Panen dilakukan pada saat tanaman telah berumur lebih dari 9 bulan dan pada saat kondisi jalan mendukung. Meskipun tanaman telah cukup

46 33 umur, jika kondisi jalan tidak mendukung (rusak, berlumpur, lengket), pemanenan biasanya ditunda, bahkan sampai dengan umur tanaman lebih dari 12 bulan. Pemanenan dilakukan dengan tiga cara yaitu cabut manual menggunakan tangan (Gambar 7), cabut cangkul, dan cabut mekanis (menggunakan traktor dan bajak). Pemanenan dengan cara cabut cangkul atau mekanis dilakukan jika panen dengan cabut manual sulit dilakukan. Hal tersebut dapat terjadi jika ukuran ubi besar, kondisi tanah berat, dan kondisi tanah keras. Setelah panen biasanya masih ada ubi yang tertinggal di dalam tanah. Ubi yang tertinggal ini harus diambil secara menual dengan menggunakan cangkul dan tangan atau disebut dengan leles. Gambar 7. Pemanenan Hasil panen biasanya dijajarkan untuk memudahkan pengangkutan. Hasil panen yang tidak bisa diangkut pada hari yang sama biasanya akan tetap dibiarkan di lahan untuk kemudian diangkut pada hari berikutnya. Jika kendaraan tidak bisa masuk ke dalam petakan, ubi hasil panen diangkut manual, dengan menggunakan karung, ke pinggir jalan atau dikenal dengan istilah langsir.

47 34 Pemanenan biasanya dilakukan dengan sistem borongan dan dihitung berdasarkan bobot hasil panen yang dapat dipanen oleh para pemanen. Biaya borongan biasanya antara Rp Rp /ton, tergantung hasil panen dan kondisi lahan. Apabila hasil panen sedikit dan kondisi lahan banyak bergulma, harga borongan akan semakin mahal. Dari hasil pengamatan, satu hektar ubikayu memerlukan tenaga kerja pemanen sebanyak HK. Dengan kata lain, kapasitas pemanen per orang per harinya yaitu ha atau 90 m 2. Kelapa Sawit Kondisi areal di PT PAL yang ditanami kelapa sawit, berdasarkan kondisi vegetasinya, termasuk areal konversi. Areal tersebut sebelumya merupakan areal yang ditanami ubikayu. Konversi lahan dilakukan segera setelah tanaman ubikayu dipanen. Proses konversi diawali dengan pengajiran untuk menandai titiktitik mana yang akan ditanami kelapa sawit. Pengawetan tanah terdiri dari pengawetan tanah secara fisik dan pengawetan tanah secara biologis. Pengawetan tanah secara fisik disesuaikan dengan kondisi topografi areal. Topografi areal di PT PAL bervariasi, mulai dari datar hingga berombak dengan tingkat kemiringan 25%, sehingga pengawetan secara fisik tidak begitu banyak dilakukan. Pengawetan tanah secara fisik dilakukan dengan membuat parit jalan. Drainase di dalam blok hanya dibuat pada titiktitik dimana air banyak tergenang. Drainase di dalam blok juga sudah terbantu oleh guludanguludan bekas pertanaman ubikayu. Pengawetan secara biologis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah (TPT) atau legume cover crop (LCC). TPT yang digunakan yaitu Peuraria javanica (PJ) dengan dosis 6 kg/ha. Pada saat penanaman, benih PJ dicampur dengan pupuk rock phosphat (RP) dengan perbandingan 1:1. Pembibitan kelapa sawit di PT PAL dilakukan dengan sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan ini terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan awal dilakukan

48 35 selama 2.53 bulan. Pada pembibitan awal di PT PAL, biasanya tanaman tidak diberi naungan. Setelah di pembibitan awal, tanaman dipindahkan ke pembibitan utama. Tanaman dipelihara di pembibitan utama sampai dengan umur 12 bulan. Sebelum kecambah kelapa sawit ditanam di polibag di pembibitan awal, kecambah terlebih dahulu diseleksi dan diberi larutan fungisida. Fungisida yang digunakan yaitu Dithane (Mankozeb 80%) dengan konsentrasi 0.15%. Kecambah ditanam dengan posisi plumula menghadap ke atas. Kecambah yang diafkir yaitu kecambah yang plumula atau radikulanya rusak, bentuk plumula dan radikulanya belum jelas, dan kecambah yang ukuran benihnya kecil. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk majemuk untuk daun dan pupuk organik Essential. Pupuk majemuk yang diberikan yaitu pupuk dalam bentuk serbuk dan dalam bentuk cair. Kedua pupuk majemuk tersebut dicampur dengan campuran 22.5 ml pupuk cair dan 7.5 g pupuk serbuk. Pupuk tersebut dicampur dengan air sebanyak 15 l dan diaplikasikan dengan menggunakan knapsack sprayer. Pupuk organik Essential dilarutkan dengan air dengan konsentrasi 0.05%. Pupuk yang diberikan sebanyak 9 ml per tanaman. Frekuensi pemupukan pupuk majemuk yaitu satu minggu sekali, sedangkan pupuk organik Essential setiap satu bulan sekali. Ketersediaan air di pembibitan utama merupakan faktor yang sangat penting, oleh karena itu letak pembibitan utama PT PAL berada di dekat sumber air. Sistem penyiraman yang digunakan yaitu sistem penyiraman menggunakan sprinkler. Penyiraman dilakukan jika kondisi curah hujan kurang. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari Pemupukan yang diberikan pada saat pembibitan utama yaitu pupuk majemuk dan pupuk tunggal. Dosis pemupukan diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan PT PAL. Hama dan penyakit yang menyerang di pembibitan biasanya yaitu kumbang Apogonia (penggerek daun), ulat, dan jangkrik. Pengendalian Apogonia biasanya menggunakan Bestox, sedangkan jangkrik dapat dikendalikan dengan menggunakan Furadan 3G.

49 36 Sebelum bibit ditanam, bibit diseleksi terlebih dahulu. Proses seleksi bibit sudah dimulai sejak di pembibitan awal. Bibit yang diseleksi yaitu bibit yang abnormal dan bibit yang terserang penyakit. Bibit yang abnormal yaitu bibit yang tumbuh tegak dan kaku, sudut pelepah dengan batang kecil, pelepah muda lebih pendek dari pelepah tua, bibit tumbuh lemah, dan bentuk anak daun tidak sempurna. Pemeliharaan pada TBM terdiri dari konsolidasi tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan pohon, pemeliharaan tanaman penutup tanah, pemupukan, kastrasi, dan pengendalian hama dan penyakit. Pada TM pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, dan pemeliharaan jalan. Pemeliharaan piringan pada TBM dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara kimia. Cara manual dilakukan dengan menggaruk kacangan dan gulma yang ada di piringan dengan menggunakan pacul dan atau penyiangan. Jarijari piringan yang harus bersih minimal sepanjang jarijari proyeksi daun. Pengendalian piringan dengan cara kimia merupakan alternatif yang dipilih jika terjadi kesulitan tenaga kerja. Kesulitan tenaga kerja biasanya terjadi pada saatsaat musim penghujan. Herbisida yang dipakai biasanya herbisida dengan bahan aktif Glifosat. Konsentrasi yang digunakan 100 ml/tangki semprot (15 l) atau sekitar 0.67%. Rotasi perawatan piringan dilakukan setiap 34 kali dalam setahun. Pemeliharaan pada tanaman penutup tanah terdiri dari dongkel anak kayu dan aplikasi herbisida. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan dengan cara wiping dan spot. Konsentrasi herbisida untuk spot yaitu sekitar 0.67%, sedangkan untuk wiping menggunakan konsentrasi yang lebih rendah yaitu %. Pada tanaman yang sudah berbunga tapi buahnya masih belum memenuhi kriteria panen perlu dilakukan kastrasi, agar pada saat tanaman memasuki TM buah yang dihasilkan sudah memenuhi kriteria. Kriteria areal yang sudah bisa dipanen yaitu sebanyak 60% dari areal yang hidup sudah mencapai matang panen, sebagian buah sudah memberondol secara alamiah, dan bobot tandan ratarata

50 37 sudah mencapai 3 kg. Selain itu, kastrasi juga perlu dilakukan untuk mencegah serangan penyakit busuk tandan Marasmius (Marasmius bunch rot). Rotasi kastrasi yang dilakukan yaitu satu sampai dua bulan sekali dan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja. Kastrasi dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni. Setelah bulan Juni, bunga dipersiapkan untuk memasuki masa TM. Hama menyerang TBM diantaranya yaitu ulat api, ulat kantung, tikus, dan belalang. Pengendalian ulat dan belalang dilakukan sesuai dengan tingkat serangan. Jika tingkat serangan melebihi 20%, pengendalian dilakukan dengan menggunakan insektisida. Dosis dan jenis insektisida disesuaikan dengan jenis hamanya. Pada ulat api, jika tingkat serangan kurang dari 20%, pengendalian dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan diambil menggunakan tangan atau handpicking. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memberikan racun tikus Klerat. Penyakit yang menyerang TBM di PT PAL yaitu Crown Disease. Penyakit ini merupakan penyakit genetis. Tanaman yang terjangkit penyakit ini biasanya dibiarkan sampai tumbuh besar. Pada saat tanaman sudah besar biasanya tanaman akan normal kembali. Jika tanaman tetap tidak tumbuh normal, tanaman terpaksa harus dicabut. Pada TM pemeliharaan yang dilakukan yaitu pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama dan penyakit, pengawetan tanah dan air, pemupukan, dan pemeliharaan jalan. Pengendalian gulma pada TM biasanya dilakukan di piringan dan di gawangan. Perawatan piringan pada TM biasanya dilakukan untuk mempermudah panen dan pengutipan brondolan. Diameter piringan yang harus bersih yaitu 1.5 m. Rotasi perawatan piringan TM yaitu 23 kali setahun. Cara perawatan sama dengan perawatan piringan pada TBM. Salah satu tujuan perawatan gawangan yaitu untuk mengendalikan pesaing berat tanaman kelapa sawit seperti alangalang (Imperata cylindrica) dan gulmagulma berkayu (Melastosoma malabatricum dan Lantana camara). Pengendalian dapat dilakukan secara kimia maupun manual. Pengendalian dengan cara manual biasanya dilakukan dengan mencampur herbisida Glifosat dan

51 38 Mesulfuron methyl dengan dosis masingmasing 12 l/ha dan 20 g/ha. Pengendalian dengan cara manual dengan cara dicabut atau didongkel. Rotasi perawatan gawangan yaitu dua kali setahun. Penunasan atau pruning pada TM di PT PAL dilakukan setiap 8 bulan sekali. Jumlah daun yang disisakan yaitu songgo dua atau songgo tiga dengan jumlah pelepah antara 4864 pelepah. Pada TM yang sudah besar biasanya digunakan songgo dua. Hama yang menyerang TM di kebun PT PAL yaitu tikus. Jika gawangan bersih, biasanya pengendalian tikus jarang dilakukan. Jika dilakukan pengendalian, pengendalian dilakukan dengan memberikan rodentisida Klerat. Pada kelapa sawit, pemupukan TBM dan TM berbeda. Pada TBM pemupukan dilihat dari jenis tanahnya, tanah mineral atau tanah gambut. Keadaan tanah di kebun PT PAL merupakan tanah mineral, sehingga dosis pemupukan yang diberikan disesuaikan dosis anjuran untuk TBM di tanah mineral. Pada TM, dosis pemupukan didasarkan hasil analisis daun. Hasil analisis daun digunakan sebagai dasar pemberian dosis pemupukan untuk satu tahun. Tempat pemupukan pada TM disesuaikan dengan jenis pupuknya. Pupuk yang mudah larut seperti Urea diaplikasikan dengan cara disebar di dalam piringan. Pupuk yang tidak mudah larut seperti KCl disebar di sekitar gawangan mati. Pengawetan tanah di PT PAL tidak banyak dilakukan, karena topografi areal PT PAL yang datar sampai berombak. Perbaikan jalan dilakukan pada titiktitik jalan yang rusak, terutama pada saat musim hujan. Perbaikan dilakukan dengan cara meratakan jalan dengan alat berat Grader. Sistem panen kelapa sawit ada dua, yaitu ancak panen tetap dan giring. Penetapan sistem panen di PT PAL disesuaikan dengan kebijakan masingmasing mandor panen, karena pada dasarnya penentuan sistem panen didasarkan pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja. Rotasi panen setiap 1015 hari, tergantung keadaan cuaca dan ketersediaan tenaga kerja. Pada saat curah hujan cukup banyak, rotasi semakin cepat karena

52 39 proses pemasakan buah semakin cepat. Meskipun begitu, jika ketersediaan tenaga kerja panen tidak mencukupi, rotasi panen bisa terlambat. Pada saat musim buah sedang banyak, panen dilakukan dengan sistem borongan. Harga setiap tandan berbeda tergantung dari umur tanaman. Pada saat musim buah sedang sedikit (trek) panen dilakukan dengan sistem target dan dibayar dengan upah harian. Aspek Manajerial Pendamping Mandor Mandor mempunyai tugas dan tanggung jawab utama untuk mengawasi dan memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan. Tugas dan tanggung jawab lain dari seorang mandor yaitu membuat laporan kegiatan di lapangan, membantu mencari tenaga kerja harian, dan membuat pengajuan upah karyawan harian. Pelaksanaannya di lapangan, seorang mandor biasanya dibantu oleh ketuaketua rombongan atau mandormandor harian. Setelah kegiatan di lapangan selesai, para ketua rombongan atau harian membuat laporan hasil pekerjaan. Laporan hasil pekerjaan berisi jumlah tenaga kerja, jumlah HK, dan jumlah saprodi yang digunakan. Laporan ini diserahkan kepada mandor untuk direkap dan diserahkan kepada kepala wilayah untuk selanjutnya dilaporkan kepada manajer/asisten manajer kebun dan bagian administrasi dan keuangan. Pada saat magang, penulis bekerja sebagai pendamping mandor selama dua bulan. Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu membantu mengawasi tenaga kerja harian dan mempelajari pembuatan laporan. Selain itu, penulis juga mendapat tugas tambahan untuk mebuat peta kebun ubikayu menggunakan GPS dan membantu mengaudit kebun sawit.

53 40 Kegiatan yang diawasi selama menjadi pendamping mandor yaitu kegiatan panen, penyiangan, penyemprotan herbisida, dan pemupukan. Hasil pengamatan pada saat pengawasan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Prestasi Kerja Kegiatan Ratarata prestasi kerja (HK/ha) Standar (HK/ha) Penyemprotan herbisida Pemupukan II Sumber: Data Primer Kegiatan pemupukan mempunyai prestasi kerja ratarata yang cukup bagus, karena HK yang dicapai di bawah standar HK perusahaan. Pada kegiatan penyemprotan herbisida, prestasi kerjanya kurang bagus. Ratarata jumlah HK penyemprotan tidak dapat mencapai standar yang ditetapkan perusahaan. Hal ini akan berdampak pada membengkaknya anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sistem upah penyemprotan herbisida biasanya dilakukan dengan harian target. Satu hari kerja dihitung jika pekerja telah mencapai target luasan tertentu. Berdasarkan pengamatan selama magang, target yang diberikan untuk satu orang pekerja dalam satu harinya berkisar antara ha/orang, dengan ratarata target 0.60 ha/orang. Agar standar HK dapat tercapai, sebaiknya target satu orang ditingkatkan menjadi 0.93 ha/orang. Kegiatan penyiangan tidak bisa dilakukan pembandingan, karena pengawasan tidak dilakukan secara penuh. Untuk kegiatan panen, tidak ada standar dari perusahaan karena dilakukan dengan sistem borongan. Pendamping Kepala Wilayah Tugas dan tanggung jawab utama kepala wilayah yaitu melaksanakan jadwal tugas dari atasan untuk selanjutnya didelegasikan kepada mandormandor.

54 41 Selain itu, kepala wilayah juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengawasi dan mengevaluasi kerja mandormandor. Pelaksanaan di lapangan, kepala wilayah tidak hanya bertanggung jawab langsung terhadap mandormandor yang ada di bawahnya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap ketuaketua rombong karyawan harian lepas. Penulis melakukan magang sebagai pendamping wilayah selama tiga minggu. Penulis ditempatkan di wilayah I yang membawahi kebun ubikayu dan kelapa sawit. Selama menjadi kepala wilayah, penulis juga diperbantukan untuk membantu mandor dan ikut mengontrol kebun bersama manajer kebun dan atau asisten manajer kebun. Mandor yang diawasi selama menjadi kepala wilayah yaitu mandor perawatan piringan, mandor pupuk, mandor kastrasi, mandor kutip brondol, dan mandor aplikasi herbisida. Berikut ini hasil evaluasi pengawasan terhadap mandor selama kegiatan magang: 1) Kontrol mandor pada kegiatan perawatan piringan masih kurang, masih ada beberapa titik yang kebersihannya kurang. 2) Pengawasan mandor pada kegiatan pemupukan kurang begitu signifikan, karena mandor biasanya bertugas juga untuk mengecer pupuk. Meskipun begitu, para pekerja pemupukan pada umumnya sudah terampil. Hasil pemupukan pada umumnya cukup bagus, tersebar merata di dalam piringan. 3) Hasil kegiatan kastrasi cukup bagus, bunga yang sudah dikastrasi dibuang di luar piringan. 4) Pengawasan mandor terhadap kegiatan kutip brondol masih kurang, masih banyak brondolan yang tertinggal di kebun. 5) Wawasan mandor dan pekerja terhadap penggunaan herbisida masih kurang. Perlu dilakukan semacam pelatihan terhadap mador aplikasi herbisida agar aplikasi yang dilakukan dapat tepat cara, tepat sasaran, tepat dosis, dan aman bagi para pekerja maupun bagi tanaman.

55 PEMBAHASAN Pelaksanaan Budidaya Persiapan Lahan Menurut Wargiono et al. (2006), tujuan utama pengolahan tanah adalah (1) memperbaiki struktur tanah, (2) menekan pertumbuhan gulma, dan (3) menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Tanah yang baik untuk budidaya ubikayu memiliki struktur remah atau gembur yang dapat bertahan sejak fase awal pertumbuhan sampai panen. Kondisi tersebut dapat menjamin sirkulasi O 2 dan CO 2 di dalam tanah, terutama pada lapisan olah, sehingga aktivitas jasad renik dan fungsi akar optimal dalam penyerapan hara. Kondisi ini dapat memacu pertumbuhan daun dan batang sebagai sumber energi untuk tumbuh (source) dan menghasilkan fotosintat secara maksimal untuk ditranslokasikan ke ubi (sink). Translokasi fotosintat secara maksimal teraktualisasi dalam bentuk hasil yang tinggi. Pengaruh cara pengolahan tanah terhadap hasil ubikayu dan erosi tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Efektivitas Pengolahan Tanah Konservasi dan Produktif Perlakuan a Hasil ubi segar (ton/ha) a Tanah tererosi (ton/ha/tahun) a Erosi yang dapat ditoleransikan (ton/ha/tahun) pada tanah dengan permeabilitas b rendah sedang tinggi Olah tanah minimal Cangkul 1 kali Bajak traktor 7 disc kali (tanpa gulud) Bajak traktor 7 disc 1 kali + guludan kontur Sumber: a ) Suparno et al. (1990) dalam Wargiono et al. (2006); b ) Arsyad (2006)

56 43 Dari Tabel 5 dapat dilihat efektivitas masingmasing perlakuan lahan terhadap hasil ubikayu dan tanah tererosi. Pada perlakuan olah tanah minimal dan cangkul satu kali menghasilkan hasil ubi yang rendah tapi cukup efektif dalam mengendalikan erosi. Tanah yang dibajak dan tidak digulud memberikan hasil yang lebih baik, tetapi tanah yang tererosinya cukup besar. Pembajakan yang disertai pengguludan dapat meningkatkan hasil sebanyak 34% dan menurunkan tingkat erosi sebanyak 54%. Pengolahan lahan yang dilakukan di perusahaan yaitu dengan cara dibajak dua sampai tiga kali, kemudian digulud. Pengolahan lahan oleh petani ada empat pola yaitu bajak satu kali, bajak dua kali, bajak satu kali dan gulud, serta bajak dua kali dan gulud. Pengolahan lahan di perusahaan dan petani dapat dilihat pada Tabel 6. Petani yang lahannya tidak digulud biasanya dikarenakan kondisi modal yang tidak mencukupi, dan ketidaktersediaan alat untuk membuat gulud (ridger/furrower). Petani yang melakukan satu kali pembajakan, selain karena faktor modal, mempunyai pendapat bahwa lahan yang sudah bagus (sudah pernah diolah atau ditanami ubikayu dan gulmanya sedikit) cukup dilakukan satu kali. Beberapa petani yang melakukan satu kali pembajakan melakukan aplikasi herbisida, sebelum dan atau sesudah pembajakan, untuk mengurangi pertumbuhan gulma. Tabel 6. Pengolahan Lahan di Perusahaan dan di Petani Mitra Perlakuan Bajak 1 kali Bajak 2 kali Bajak 1 kali + gulud Bajak 2 kali + gulud Bajak 3 kali + gulud Sumber: Data Primer Diterapkan di perusahaan Tidak Tidak Tidak Ya Ya Persentase petani yang melakukan (%) Jika disimpulkan, perusahaan dan sebagian besar petani menerapkan cara pengolahan lahan dengan pola bajak 2 kali dan digulud (Tabel 6). Pembajakan sebaiknya menggunakan pola bajak 1 kali dan digulud. Tingkat erosi dari pola

57 44 tersebut masih melebihi batas erosi yang dapat ditoleransi, namun lebih baik daripada pola bajak tanpa gulud (Tabel 5). Menurut Wargiono et al. (2006), pada lahan miring atau peka erosi, tanah perlu dikelola dengan sistem konservasi, yaitu (1) tanpa olah tanah, (2) pengolahan minimal, dan (3) pengolahan sempurna sistem guludan kontur. Pengolahan minimal (secara larik atau individual) efektif mengendalikan erosi, tetapi hasil ubikayu seringkali rendah dan biaya pengendalian gulma relatif tinggi. Pengolahan sempurna didasarkan kepada pencapaian hasil yang tinggi, biaya pengolahan tanah dan pengendalian gulmanya rendah, dan tingkat erosi minimal. Dalam hal ini tanah dibajak (dengan traktor 37 singkal piring atau hewan tradisional) dua kali atau satu kali yang diikuti oleh pembuatan guludan (ridging). Untuk lahan peka erosi, guludan juga berperan sebagai pengendali erosi, sehingga guludan dibuat searah kontur (Tabel 5). Varietas Varietas ubikayu yang ditanam oleh petani maupun perusahaan yaitu varietas Kasetsart (UJ5). Varietas tersebut merupakan salah satu varietas unggul yang memiliki sifat berkadar pati tinggi, mempunyai potensi hasil yang tinggi, tahan atau toleran terhadap hama dan penyakit, dan daunnya tidak cepat rontok (Tabel 7). Varietas Tabel 7. Karakteristik Varietas Unggul Kadar pati (%) Potensi hasil (t/ha) Kadar HCN Hama Kutu Merah Toleran/tahan terhadap Penyakit Bakteri ph rendah ph tinggi Sesuai untuk tumpang sari Daun tidak cepat rontok Adira Tinggi Tahan Tahan Toleran Toleran Sesuai Ya Malang Tinggi Toleran Tahan Toleran Toleran Sesuai Ya UJ Tinggi Toleran Tahan Toleran Toleran Sesuai Kurang UJ Tinggi Toleran Tahan Toleran Toleran Sesuai Ya Sumber: Wargiono et al. (2006)

58 45 Alasan perusahaan menggunakan varietas Kasetsart yaitu varietas Kasetsart mempunyai hasil yang lebih tinggi dibandingkan varietas lain yang pernah ditanam (Tabel 3). Selain itu, pihak pabrik pun lebih menyukai Kasetsart karena kadar patinya yang lebih tinggi dan pabrik pun menerapkan rafaksi yang lebih rendah untuk Kasetsart. Kadar pati Kasetsart berkisar antara 1629%, sedangkan kadar pati varietas lain berkisar antara 1323%. Rafaksi untuk Kasetsart yaitu 57 %, sedangkan untuk varietas lain sekitar 815%, tergantung umur panen dan kebersihannya. Oleh karena itu, para petani pun menanam varietas Kasetsart. Penyiapan Bibit Penyiapan bibit merupakan hal yang sangat penting, kondisi bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan hasil ubikayu (Tabel 8). Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa bibit yang dianjurkan untuk ditanam merupakan bibit yang berasal dari bagian tengah batang, diameter stek 23 cm, panjang stek 20 cm (12 mata), dan tanpa penyimpanan. Wargiono et al. (2006) menyebutkan bahwa ukuran stek dan kondisi bibit yang akan ditanam mempengaruhi laju tunas dan akar pada fase awal tumbuh. Bibit awal ubikayu yang ditanam petani atau perusahaan biasanya didapatkan dari sesama petani atau perusahaan lain. Untuk pertanaman berikutnya, petani maupun perusahaan tidak menyiapkan lahan khusus untuk pembibitan. Bibit cukup didapatkan dari batang sisa panen. Bibit yang ditanam oleh perusahaan sudah memperhatikan kriteria bibit yang baik (Tabel 8). Bibit diambil dari bagian tengah batang. Diameter bibit yang digunakan berkisar 23 cm dengan panjang bibit kurang lebih 20 cm. Bibit yang sudah siap, diusahakan langsung ditanam tanpa penyimpanan. Daya tumbuh bibit di perusahaan sekitar 80%. Pada dasarnya, para petani mengetahui kriteria bibit yang baik (Tabel 8). Namun, dalam pelaksanaannya, penggunaan bibit oleh petani disesuaikan dengan kondisi ketersediaan bibit. Beberapa petani juga melakukan penyimpanan bibit.

59 46 Penyimpanan dilakukan dengan cara bibit yang belum dipotongpotong, dikumpulkan, diikat, dan disimpan di tempat yang teduh dengan cara diberdirikan atau ditidurkan. Penyimpanan bibit oleh petani disesuaikan dengan kesiapan lahan untuk ditanam. Petani dapat menyimpan bibit satu sampai dengan dua bulan. Adanya penyimpanan ini membuat daya tumbuh bibit menurun hingga 50%. Jika kondisi bibit bagus, kelembaban tanah cukup, dan tanpa penyimpanan, daya tumbuh bibit di petani dapat mencapai 100%. Tabel 8. Daya Tumbuh dan Hasil Ubikayu Berdasarkan Kondisi Bibit Kondisi bibit Daya Tumbuh (%) Hasil (%) 1. Bagian batang Tengah Pangkal Pucuk 2. Diameter stek < 2 cm 23 cm >3 cm 3. Panjang stek 2 mata 3 mata 20 cm (12 mata) 4. Lama penyimpanan 0 minggu 4 minggu 8 minggu Sumber: Tongglum et al. (2001), Wargiono et al. (2001) Pola Tanam Pola tanam yang diterapkan perusahaan yaitu pola tanam monokultur, sedangkan pola tanam yang diterapkan petani berbedabeda. Sebanyak 60% petani menerapkan pola tanam monokultur, 25% menerapkan pola tanam tanam tumpang sari, dan 15% menerapkan pola tanam tumpang sari dan monokultur. Pola tanam tumpang sari yang dilakukan bukan tumpang sari tanaman ubikayu dengan tanaman palawija lain. Tumpang sari yang dilakukan yaitu

60 47 tumpang sari tanaman ubikayu dengan tanaman tahunan yang masih muda seperti karet atau sawit (Gambar 8). Tumpang sari ubikayu dengan tanaman tahunan mempunyai risiko penurunan hasil. Selain pengurangan populasi, tumpang sari dengan tanaman tahunan dapat memberikan efek naungan. Gambar 8. Tumpang Sari dengan Karet atau Sawit Dalam kondisi ternaungi, pembentukan ubi tiga minggu lebih lambat, terjadi penurunan jumlah ubi per tanaman dan laju asimilasi neto (LAN/NAR) sehingga hasil dapat menurun (Okoli dan Wilson, 1986). Efek naungan terhadap penurunan hasil dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Naungan dan Penurunan Hasil Tingkat Naungan (%) Penurunan hasil (%) Sumber: Okoli dan Wilson (1986)

61 48 Jarak Tanam Jarak tanam yang digunakan oleh perusahaan yaitu 90 x 60 cm, sedangkan jarak tanam yang digunakan oleh para petani bervariasi. Jarak tanam dan populasi yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil penelitian yang dilakukan Tongglum di Thailand dengan tiga lokasi berbeda (Rayong, Khon Kaen, dan Banmai Samrong) yang menggunakan varietas Rayong2 menunjukkan bahwa perbedaan jarak tanam memberikan hasil yang berbeda terhadap hasil ubi segar (Tabel 11). Wargiono et al. (2006) menambahkan bahwa populasi dan jarak tanam yang optimal berpengaruh terhadap pemaksimalan pemanfaatan hara dan cahaya surya (matahari) oleh tanaman dengan indeks luas daun mencapai 3.5 m 2 /m 2 lahan. Tabel 10. Variasi Jarak Tanam Ubikayu di Tingkat Petani Jarak tanam (cm) 25 x x x x x x x x x x x x 80 Sumber: Data Primer Populasi tanaman/ha Kondisi populasi dan jarak tanam yang optimal tersebut dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, sistem tanam, dan tipe kanopi tanaman (Onwueme, 1978; Wargiono et al., 2006). Pada lahanlahan yang tingkat kesuburannya rendah ukuran kanopi daun akan lebih kecil dibandingkan dengan lahan subur, sehingga jarak tanam dapat dipersempit dan populasi tanaman dapat diperbanyak.

62 49 Tabel 11. Jarak Tanam dan Produktivitas Ubikayu Jarak tanam (cm) Populasi tanaman/ha Hasil ubi segar (ton/ha) 100 x x x x x x x x Sumber: Tongglum et al. (2001) Tingkat kesuburan tanah di PT PAL termasuk sangat rendah sampai dengan rendah. Menurut Wargiono et al. (2006), pada kondisi tanah yang kurang subur sebaiknya jarak tanam yang digunakan yaitu 100 x 66 cm atau 125 x 64 cm dengan populasi per hektarnya antara sampai dengan tanaman. Jika tanah yang digunakan termasuk tanah yang subur, sebaiknya menggunakan jarak tanam 125 x 80 cm dengan populasi per hektarnya kurang lebih tanaman. Waktu Tanam dan Penanaman Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, wilayah di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim C2, dimana terdapat 6 bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan) dan tiga bulan kering (<100 mm/bulan) berturutturut (Gambar 9). Curah hujan ratarata selama enam tahun ( ) berkisar antara mm/bulan dengan ratarata hari hujan 215 hari/bulan (Lampiran 7). Penanaman di PT PAL biasanya dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Maret, sedangkan petani biasanya menanam dari bulan Juli sampai dengan Maret. Meskipun periode penanaman antara perusahaan dan petani berbeda, tapi pada prinsipnya sama. Baik perusahaan maupun petani melakukan penanaman pada saat musim hujan.

63 50 Menurut Fauzan dan Puspitorini (2001), bulan kering yang terjadi pada 37 BST merupakan periode kritis yang dapat menurunkan hasil panen maupun kadar pati ubikayu. Selain itu periode kering selama 13 bulan sebelum panen menghasilkan kadar pati yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa bulan kering. Jika diasumsikan tanaman dipanen pada umur 912 BST, ubikayu di sekitar PT PAL akan menghasilkan hasil panen dan kadar pati lebih tinggi pada tanaman yang ditanam pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Sumber: PT PAL Gambar 9. Curah Hujan di PT PAL Bibit yang ditanam tidak semuanya tumbuh. Di perusahaan persentase kematian bibit sekitar 20%. Di petani, persentase kematian bibit berkisar antara 050%. Selain itu, petani berpendapat bahwa curah hujan pun mempunyai pengaruh terhadap daya tumbuh stek. Penanaman pada saat curah hujan tinggi dapat menyebabkan stek busuk, sebaliknya penanaman pada saat curah hujan rendah atau kelembaban tanah kurang dapat menyebabkan stek menjadi kering.

64 51 Sejalan dengan hal tersebut, Wargiono et al. (2006) menyarankan penanaman stek ubikayu dilakukan pada saat tanah dalam kondisi yang gembur dan lembab atau ketersediaan air pada lapisan olah sekitar 80% dari kapasitas lapang. Tanah dengan kondisi tersebut akan dapat menjamin kelancaran sirkulasi O 2 dan CO 2 serta meningkatkan aktivitas mikroba tanah, sehingga dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal dan ditranslokasikan ke dalam ubi secara maksimal pula. Selain karena faktor kriteria bibit yang digunakan dan keadaan tanah, hal lain yang berpengaruh terhadap daya tumbuh tanaman ubikayu yaitu ketersediaan nutrisi di dalam stek ubikayu, bagian stek yang tetap segar di dalam tanah, dan jumlah hara yang diserap akar tanaman. Nutrisi dalam stek merupakan sumber energi pada fase awal pertumbuhan akar dan tunas. Kesegaran stek dalam tanah berkaitan dengan kelembaban tanah. Fase berikutnya, pertumbuhan ubikayu bergantung pada jumlah hara yang dapat diserap akar tanaman. Hal tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan hara di tanah dan volume akar yang berfungsi menyerap hara. Efektivitas akar (fiber roots) menyerap hara dipengaruhi oleh volume akar di tanah dan penyebaran akar di lapisan olah. Sebaran akar dipengaruhi oleh luas permukaan dan posisi dari bagian stek di lapisan olah (Tabel 12). Bibit yang mati perlu dilakukan penyulaman agar populasi tanaman tidak berkurang. Meskipun begitu tidak semua petani melakukan penyulaman. Sebanyak 90 % petani melakukan penyulaman. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam melakukan penyulaman yaitu kondisi modal dan persentase bibit yang mati. Jika persentase bibit yang mati rendah, biasanya bibit tidak perlu disulam. Penyulaman biasanya dilakukan sebelum pemupukan pertama, yaitu sebelum 26 MST.

65 52 Tabel 12. Hasil Ubikayu Menurut Cara Tanam dan Pengolahan Tanah yang Berbeda Cara tanam dan pengolahan tanah Posisi stek Vertikal Miring (45 o ) Horizontal Kedalaman tanam 10 cm 15 cm Cara pengolahan tanah Guludan Tanpa guludan Musim hujan Daya tumbuh relatif (%) Hasil relatif (%) Musim kemarau Daya tumbuh relatif (%) Hasil relatif (%) Sumber: Tongglum et al. (2001) Perempelan atau pemangkasan berfungsi agar batang dapat digunakan sebagai bibit untuk musim tanam berikutnya (BPP IPTEK, 2000). Selain itu, perempelan atau pemangkasan merupakan salah satu cara untuk memperoleh indeks luas daun optimal dengan cara mempertahankan dua tunas tanaman sejak awal pertumbuhan hingga panen (Wargiono et al., 2006). Jika tidak dilakukan perempelan atau tunas yang disisakan kurang, indeks luas daun tidak dapat optimal, sehingga hasil panen pun menjadi tidak optimal (Tabel 13). Perempelan yang dilakukan perusahaan yaitu dengan menyisakan dua tunas. Perempelan dilakukan pada saat tanaman berumur kurang dari dua bulan. Untuk petani, tidak semua petani melakukan perempelan. Hanya 70% petani yang melakukan perempelan. Alasannya, selain menghemat biaya, jumlah tunas varietas Kasetsart biasanya tidak terlalu banyak, hanya dua sampai tiga tunas. Oleh karena itu, tidak semua petani melakukan perempelan. Waktu perempelan yang dilakukan petani bervariasi, berkisar saat umur tanaman kurang dari 4 sampai dengan 16 MST. Jumlah tunas yang disisakan sudah tepat, yaitu sebanyak dua buah. Dua buah tunas yang disisakan mempunyai hasil ubi segar yang lebih baik jika dibandingkan dengan satu atau tiga tunas (Tabel 13).

66 53 Tabel 13. Pengaruh Jumlah Tunas dan Pemanenan Daun Tua Terhadap Hasil Pemeliharaan jumlah tunas / panen daun tua Jumlah tunas / tanaman 1 tunas 2 tunas 3 tunas Daun tua yang dipanen 0% 25% 50% 75% Sumber: Wargiono et al. (2001) Hasil ubi segar (ton/ha) Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan indeks luas daun yaitu dengan melakukan pemanenan atau pemangkasan daun yang telah tua sekitar 25% dari jumlah daun untuk setiap tanaman pada saat berumur 67 bulan, bila pertumbuhan daun rimbun (Wargiono et al, 2006). Perusahaan maupun petani tidak melakukan kegiatan khusus untuk memangkas atau memanen daun yang sudah tua, akan tetapi biasanya para peternak sering datang ke lahan ubikayu untuk memetik daunnya. Pemupukan Hara yang hilang terbawa panen untuk setiap ton hasil ubi segar ubikayu adalah 6.54 kg N; 2.24 kg P 2 O 5 ; dan 9.32 kg K 2 O/ha/musim, dimana 25% N, 30% P 2 O 5, dan 26% K 2 O terdapat di dalam ubi (Wichmann, 1992 dalam Wargiono et al., 2006). Oleh karena itu, pemberian pupuk mutlak diperlukan agar kesuburan tanah tetap terjaga. Ada tiga jenis pupuk yang biasa diaplikasikan di perusahaan dan sembilan jenis pupuk yang digunakan oleh petani (Tabel 14). Pupuk yang biasa digunakan oleh perusahaan yaitu pupuk Urea, TSP, dan KCl. Pemberian bahan organik pada lahan di perusahaan masih sedang diujicobakan.

67 54 Penggunaan pupuk di petani berbedabeda. Untuk pupuk N, semua petani menggunakan pupuk Urea dan ada 5% petani yang mengkombinasikannya dengan pupuk ZA. Pupuk P yang digunakan oleh petani ada tiga macam yaitu pupuk TSP, SP18, dan SP36, masingmasing dengan kandungan P 2 O 5 yang berbedabeda (46%, 18%, dan 36%). Penggunaan pupuk KCl dan pupuk organik oleh petani, yaitu sebanyak 25%. Penggunaan pupuk majemuk Phonska oleh petani cukup banyak, yaitu sebanyak 80%. Pupuk ini dipilih petani karena mempunyai kandungan hara yang lengkap (15% N, 15% P 2 O 5, dan 15% K 2 O) dan termasuk pupuk bersubsidi. Penggunaan pupuk Dolomit oleh petani merupakan salah satu upaya petani untuk mengurangi terjadinya busuk ubi. Hal ini dilakukan petani untuk menaikkan ph tanah dengan maksud mengurangi terjadinya ubi busuk. Hasilnya bervariasi, ada yang menyatakan pemberian dolomit mampu mengurangi terjadinya ubi busuk dan ada juga yang menyatakan tidak berpengaruh. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengaruh penggunaan Dolomit dalam pencegahan terjadinya ubi busuk. Tabel 14. Penggunaan Pupuk Jenis Pupuk Urea TSP SP18 SP36 KCl Phonska ZA Organik Dolomit Sumber: Data Primer Diaplikasikan di perusahaan Ya Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Sedang dicoba Tidak Persentase petani pengguna (%) Penggunaan dosis pupuk Urea didasarkan pada kandungan bahan organik tanah (Prihandana et al., 2008). Tanah di lahan perusahaan memiliki kandungan bahan organik berkisar antara %. Jika kandungan bahan organik kurang

68 55 dari 1.5%, dosis pupuk Urea yang dianjurkan yaitu sebanyak 200 kg/ha (Prihandana et al., 2008). Penggunaan dosis pupuk Urea di perusahaan masih di bawah rekomendasi, yaitu 150 kg/ha. Sebaliknya, penggunaan dosis pupuk Urea di petani cukup tinggi, yaitu kg/ha (Tabel 15). Dosis tersebut melebihi dosis yang direkomendasikan. Menurut Onwueme (1978), dosis pupuk Urea atau pupuk N yang terlalu tinggi dapat menghambat perkembangan ubi dan meningkatkan kandungan asam sianida. Oleh karena itu, pupuk N atau pupuk Urea yang diberikan sebaiknya tidak melebihi dosis yang direkomendasikan. Dosis pupuk TSP yang digunakan oleh perusahaan maupun petani sudah cukup tinggi, yaitu 100 kg/ha dan kg/ha jika dibandingkan dengan dosis yang direkomendasikan yaitu 3978 kg/ha. Dosis pupuk SP18 masih di bawah dosis rekomendasi, sedangkan dosis SP36 yang digunakan sudah cukup (Tabel 15). Unsur hara yang cukup banyak diperlukan ubikayu yaitu unsur kalium (K). Unsur ini berfungsi dalam pembentukan ubi (Onwueme, 1978). Pemberian pupuk Kalium dalam bentuk KCl untuk tanahtanah di pulau Jawa yang berjenis Regosol tidak mutlak diberikan. Sedangkan untuk tanahtanah di Sumatra, termsuk Lampung, yang berjenis Ultisol pemberian pupuk KCl mutlak diberikan (Prihandana et al., 2008). Dosis pupuk KCl yang direkomendasikan yaitu kg/ha. Dosis pupuk yang digunakan perusahaan dan petani sudah cukup tinggi, yaitu kg/ha dan kg/ha (Tabel 15). Pupuk organik penting diberikan untuk tanaman. Menurut George et al. (2001) pemberian pupuk NPK yang disertai bahan organik pun dapat meningkatkan produksi hingga 39%. Wargiono et al. (2006) menambahkan bahwa pupuk organik penting diberikan untuk (1) meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, (2) mengoptimalkan fungsi mikroba tanah, (3) meningkatkan daya pegang partikel terhadap air, (4) mencegah terjadinya antagonis antar kation di tanah, dan (5) meningkatkan kadar N tanah. Pupuk organik perlu diberikan dengan dosis 210 ton/ha (Tongglum et al., 2001; George et al., 2001; Prihandana et al. 2008). Pupuk organik dapat digantikan dengan pupuk kandang kg/ha/musim tanam dan atau

69 56 dengan mengembalikan seluruh limbah sisa panen ke tanah setiap musim (Tongglum et al., 2001; Wargiono et al., 2006). Dosis pupuk organik yang digunakan oleh petani masih rendah, yaitu kg/ha (Tabel 15). Di perusahaan, pemberian bahan organik sedang diujicobakan. Bahan organik yang diberikan yaitu limbah padat sisa pengolahan pabrik tapioka. Karena limbah yang diberikan belum terdekomposisi secara sempurna, limbah tersebut menyebabkan ubi banyak yang mengalami kebusukan. Tabel 15. Dosis Rekomendasi dan Dosis yang Digunakan Jenis pupuk Dosis yang b Dosis ratarata yang digunakan (kg/ha) direkomendasikan (kg/ha) a Perusahaan Petani Urea TSP* SP18* SP36 KCl Phonska ZA** Organik Dolomit Keterangan: *) Dosis rekomendasi berasal dari hasil konversi kandungan P 2 O 5 SP36 **) Dosis rekomendasi berasal dari hasil konversi kandungan N Urea Sumber: a ) Tongglum et al. (2001); George et al. (2001); Wargiono et al. (2006); Prihandana et al. (2008); dan b ) Data Primer Frekuensi pemupukan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu dua sampai dengan tiga kali. Di petani, frekuensi pemupukannya berbedabeda. Sebanyak 80% petani melakukan pemupukan sebanyak dua kali, sedangkan 20% lagi hanya melakukan pemupukan sebanyak satu kali. Waktu aplikasi pupuk di perusahaan untuk pemupukan pertama yaitu kurang dari 1 BST, pemupukan kedua 36 BST, dan pemupukan ketiga 7 BST. Di petani, waktu aplikasi untuk pemupukan pertama yaitu 0.52 BST dan pemupukan kedua dilakukan pada saat 26 BST. Pupuk organik biasanya diberikan oleh petani pada saat pembajakan atau setelah penanaman.

70 57 Pengaturan cara dan waktu pemberian pupuk perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat membantu meningkatkan efisiensi pemupukan (Wargiono et al., 2006). Pemupukan pertama sebaiknya dilakukan saat pembuatan guludan atau saat penanaman. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk organik, pupuk phosphat (TSP, SP36, atau SP18), 1/3 Urea, dan 1/3 KCl. Sisanya diberikan pada saat pemupukan kedua, yaitu 24 BST (Wargiono et al., 2006; Prihandana et al., 2008). Jika disimpulkan, penggunaan jenis pupuk di perusahaan sudah cukup. Agar menjadi lebih efisien, dosis pupuk TSP dan KCl bisa dikurangi dan ditambahkan pupuk organik. Di petani, pemberian pupuk phosphat (TSP, SP36, atau SP18), kalium (KCl), dan pupuk organik masih jarang dilakukan. Padahal pemberian pupuk tersebut sangat penting karena ketersediaannya di dalam tanah rendah sampai dengan sangat rendah. Meskipun begitu, banyak petani yang menggunakan pupuk majemuk Phonska. Pemberian pupuk majemuk dapat membantu memenuhi kebutuhan tanaman, meskipun kandungannya tidak sebanyak pupuk tunggal. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di perusahaan dilakukan selama tiga bulan pertama. Pengendalian dilakukan dengan cara penyiangan manual kemudian diikuti dengan pengendalian secara kimia (menggunakan herbisida). Jenis herbisida yang digunakan yaitu herbisida Glifosat dengan dosis 2.5 l/ha. Pengendalian gulma di petani ada dua cara. Sebanyak 30% petani melakukan pengendalian secara kimia saja, sedangkan 70% petani melakukan pengendalian dengan penyiangan manual dan secara kimia (herbisida). Pengendalian manual dengan cara penyiangan dilakukan sebanyak satu sampai dengan tiga kali, tergantung kondisi modal petani. Tetapi pada umumnya petani hanya melakukan sebanyak satu kali, karena biaya pengendalian gulma dengan penyiangan relatif cukup mahal. Penyiangan baisanya dilakukan pada umur 16 BST, tergantung pertumbuhan gulma.

71 58 Pengendalian secara kimia dilakukan sebanyak satu sampai dengan tiga kali. Waktu pengendalian berbedabeda. Pengendalian pertama dilakukan pada saat sebelum bajak, sebelum tanam, saat tanam, atau setelah tanam sampai dengan umur 4 BST. Jika dilakukan tiga kali pengendalian kimia, pengendalian dilakukan pada saat setelah tanam, setelah penyiangan, atau pada umur 34 BST. Pengendalian terakhir dilakukan pada saat 4 BST sampai dengan menjelang dilakukan pemanenan. Herbisida yang umum digunakan petani yaitu herbisida Glifosat dengan dosis 16 l/ha. Selain Glifosat, herbisida lain yang digunakan petani yaitu herbisida 2.4D dan Diuron masingmasing dengan dosis l/ha dan 1 kg/ha. Dosis herbisida cair yang dianjurkan yaitu l/ha. Untuk herbisida yang berbentuk serbuk, dosis yang dianjurkan yaitu kg/ha (Pane et al., 2009). Dosis yang digunakan perusahaan yaitu 2.5 l/ha. Dosis tersebut sudah sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Dosis yang digunakan petani berada di bawah dosis anjuran sampai dengan yang lebih tinggi dari anjuran. Pengendalian dengan cara penyiangan maupun secara kimia mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing. Oleh karena itu, cara pengendalian disesuaikan dengan kebiasaan masingmasing, terutama dari kondisi modal masingmasing petani. Pengendalian dengan cara penyiangan merupakan pengendalian yang (1) ramah lingkungan, (2) tidak selektif, (3) tidak bergantung ketersediaan modal untuk membeli herbisida, (4) dapat dilakukan oleh tenaga kerja keluarga, dan dapat memperbaiki struktur tanah (Pane et al., 2009). Pengendalian dengan cara kimia mempunyai kelebihan, seperti (1) menghemat tenaga kerja dan waktu, (2) lahan yang digarap menjadi lebih luas, (3) tidak merusak sistem perakaran ubikayu secara mekanis, dan (4) gulma yang mati langsung berfungsi sebagai mulsa (Bangun dan Pane, 1984 dalam Pane et al., 2009). Pengendalian secara kimia juga mempunyai kelemahan. Kelemahannya yaitu (1) gangguan kesehatan penyemprot, (2) keracunan karena residu yang termakan, (3) keracunan pada tanaman dan hewan, (4) pencemaran lingkungan,

72 59 dan lebih mahal dibandingkan dengan cara manual (Bangun dan Pane, 1984 dalam Pane et al., 2009; Tongglum et al., 2001). Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan pada periode kritis dan menjelang panen. Periode kritis persaingan gulma terjadi sampai umur 34 bulan pertama. Pada periode tersebut pertumbuhan tanaman ubikayu relatif lambat, sehingga permukaan tanah tidak tertutup secara sempurna oleh tanaman ubikayu. Kanopi yang belum tertutup secara sempurna menyebabkan intersepsi cahaya masuk ke tanah dan memberikan peluang bagi gulma untuk tumbuh lebih cepat (Pane et al., 2009). Periode kritis pada musim kemarau biasanya lebih lama, karena pertumbuhan kanopi ubikayu yang lebih lambat jika dibandingkan dengan musim hujan. Pada musim hujan, intersepsi cahaya surya yang diterima oleh gulma lebih sedikit dibandingkan dengan musim kemarau. Oleh karena itu, pengendalian gulma pada pertanaman ubikayu musim kemarau masih diperlukan pada bulan ketiga (Pane et al., 2009). Periode bebas gulma pada musim hujan dan kemarau dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Periode Bebas Gulma dan Produktivitas Ubikayu Periode bebas gulma (bulan) Tidak bebas gulma Bebas gulma: 2 bulan 3 bulan 4 bulan Petani Keterangan: *) Ratarata dua tahun Sumber: Tongglum et al. (2001) Hasil ubi segar (ton/ha)* Musim hujan Musim kemarau Kondisi bebas gulma pada saat panen dapat menurunkan tingkat kesulitan panen, sehingga kehilangan hasil dapat dicegah. Kondisi bebas gulma juga dapat mempermudah pengolahan tanah dan mengurangi populasi gulma pada musim tanam berikutnya (Wargiono et al., 2006).

73 60 Pengendalian Hama dan Penyakit Ubikayu varietas Kasetsart relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Meskipun ada beberapa hama yang menyerang seperti ulat dan white scale (Aonidomytillus albus), serangan yang terjadi tidak begitu signifikan. Permasalahan yang sering dikeluhkan, baik oleh petani maupun perusahaan, yaitu dalam beberapa tahun terakhir ini banyak ubi yang mengalami kebusukan, sehingga menurunkan hasil panen. Gejala yang timbul yaitu bagian tajuk utuh, tetapi ubi menjadi busuk, terutama pada ubi yang siap dipanen. Penyakit ini diduga merupakan penyakit busuk akar. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab terjadinya ubi busuk dan cara menanganinya. Panen dan Pascapanen Varietas Kasetsart dapat dipanen pada umur 910 BST. Pemanenan di perusahaan biasanya dilakukan pada saat tanaman berumur 9 bulan. Jika kondisi jalan sulit dilewati, waktu panen dapat ditunda, bahkan sampai dengan umur tanaman lebih dari 12 BST. Waktu panen yang dilakukan petani ratarata yaitu pada saat umur 914 BST, sedangkan waktu panen tercepat dan terlama yaitu umur 6 BST dan 18 BST. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan petani dalam melakukan pemanenan, yaitu: (1) kebutuhan, (2) harga, (3) cuaca, dan (4) kemungkinan gagal panen. Umur panen yang lebih cepat biasanya disebabkan karena faktor kebutuhan, harga, dan kemungkinan gagal panen. Contohnya seperti kebutuhan mendesak menjelang hari raya, harga sedang tinggi dan dikhawatirkan turun, dan gejala ubi busuk yang dikhawatirkan akan menyebabkan gagal panen jika tidak segera dilakukan pemanenan. Penundaan umur panen menjadi lebih lama biasanya disebabkan karena faktor cuaca dan harga. Contohnya yaitu jika curah hujan terlalu tinggi biasanya akan menyebabkan akses jalan menjadi rusak, sehingga waktu panen harus

74 61 ditunda, meskipun umur tanaman sudah mencukupi. Seperti akses jalan dari daerah Moroseneng menuju pabrik (Gambar 10). Sebaliknya jika curah hujan terlalu rendah dapat menyebabkan tanah menjadi sangat keras, sehingga menyulitkan pemanenan. Faktor harga pun berpengaruh. Jika harga jual rendah, meskipun tanaman sudah bisa dipanen, beberapa petani biasanya akan menunda pemanenan sampai dengan harga jual kembali tinggi. Gambar 10. Kondisi Jalan yang Rusak Pada daerah beriklim basah, penundaan umur panen ubikayu tidak begitu masalah karena bobot ubi segar meningkat sejalan dengan umur, sedangkan kadar pati cenderung stabil, setelah berumur 8 bulan (Tabel 17). Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa ubikayu dapat dipanen mulai umur 7 bulan atau ditunda sampai umur lebih dari 12 bulan dengan kuantitas hasil pati meningkat sejalan dengan umur dan kualitasnya tidak menurun (Wargiono et al., 2006). Sebaliknya, ubikayu yang dipanen lebih cepat memiliki bobot dan kadar pati yang masih rendah. Setelah dilakukan pemanenan, baik petani maupun perusahaan, tidak melakukan penanganan pascapanen secara khusus. Ubikayu yang telah dipanen langsung didsitribusikan menuju pabrik tapioka.

75 62 Tabel 17. Hasil Ubi Segar dan Pati pada Umur Berbeda Umur panen (bulan) Hasil ubi segar (ton/ha) Hasil pati (ton/ha) Sumber: Tongglum et al. (2001) Analisis Usahatani Keadaan Umum Dari segi umur, umur petani mitra berkisar antara 30 sampai dengan 60 tahunan. Sebagian besar petani mitra berumur antara 3140 tahun dengan persentase sebanyak 60% (Gambar 11). Gambar 11. Proporsi Umur Petani Mitra PT PAL Tingkat pendidikan petani berbedabeda. Tingkat pendidikan petani terdiri dari petani yang tidak bersekolah, SD, SMP, dan SMA atau SMK. Sebagian besar petani, sebanyak 40%, mengenyam pendidikan sampai

76 dengan tingkat SMA atau SMK. Petani yang tidak mengenyam pendidikan hanya sebanyak 5% (Gambar 12). 63 Gambar 12. Proporsi Tingkat Pendidikan Petani Mitra PT PAL Pengalaman bertani petani berkisar antara 1 tahun sampai dengan lebih dari 50 tahun. Sebanyak 40% petani mempunyai pengalaman bertani antara 110 tahun dan sebesar 35% petani mempunyai pengalaman bertani sekitar 1120 tahun (Gambar 13). Gambar 13. Pengalaman Bertani Petani Mitra PT PAL Luas lahan petani, baik milik sendiri maupun bagi hasil atau sewa, berkisar antara 1.5 ha sampai dengan 250 ha. Sebagian besar petani, sebanyak 35%,

77 64 menggarap lahan kurang dari 10 ha. Persentase petani dan luas lahan yang digarap dapat dilihat pada Gambar 14. Kepemilikan lahan dibagi menjadi empat kelompok yaitu lahan milik sendiri, sewa, bagi hasil, dan lahan milik sendiri dan sewa. Persentasenya masingmasing 40%, 40%, 5%, dan 15%. Persentase 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Golongan luas lahan Keterangan: Golongan 1 = 1,110,9 ha 2 = 11,020,9 ha 3 = 21,030,9 ha 4 = 31,040,9 ha 5 = 41,050,9 ha 6 = 50,060,9ha 7 >= 60,0 ha Gambar 14. Persentase Petani dan Luas Lahan yang Digarap Kelayakan Usahatani Hasil ratarata panen terendah yang dicapai petani yaitu ton dan hasil ratarata hasil tertingginya sebanyak ton. Harga jual yang digunakan yaitu harga pada awal Mei 2010 Rp 800 per kilogram. Biaya panen dan angkut terendah Rp per ton dan tertinggi Rp per ton. Biaya sewa terendah yaitu Rp /ha/tahun atau panen, sedangkan biaya sewa tertingginya Rp /ha/tahun atau panen. Sebagai catatan, besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dalam analisis ini belum tentu berkorelasi dengan hasil yang didapat. Karena menurut para petani, hasil panen yang didapat tergantung dari perawatan yang dilakukan. Ubikayu yang tidak dirawat dengan baik, hasil panennya pun akan rendah dan begitu pula sebaliknya.

78 65 Dari hasil analisis tanpa biaya sewa lahan, keuntungan minimum yang didapatkan yaitu sebanyak Rp dengan rasio R/C 1.42, sedangkan keuntungan maksimumnya Rp dengan rasio R/C 3.69 (Lampiran 10). Jika ditambahkan biaya sewa lahan, keuntungan minimum yang didapat yaitu Rp dengan rasio R/C 1.21 dan keuntungan maksimumnya Rp dengan rasio R/C 3.42 (Lampiran 11). Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga jual Rp 800 per kilogram usahatani ubikayu termasuk layak (rasio R/C >1), meskipun hasil panen rendah dan biaya yang digunakan cukup tinggi. Break event point (BEP) pada analisis dengan sewa lahan dicapai pada tingkat harga Rp per kilogram, sedangkan pada analisis tanpa biaya sewa lahan BEP dicapai pada tingkat harga Rp per kilogram. Pengelolaan Bahan Baku Pengelolaan di Pabrik Pada awalnya, kebun ubikayu PT PAL merupakan kebun inti untuk mensuplai bahan baku bagi pabrik tapioka PT SPM I. Namun karena kondisi lahan sudah tidak optimum lagi, sebagian besar lahan PT PAL dikonversi menjadi kelapa sawit. Untuk membantu mensuplai bahan baku, ha lahan PT PAL tetap ditanam ubikayu. Selain itu, PT PAL juga mengembangkan pola kemitraan dengan petani ubikayu untuk membantu memasok kebutuhan bahan baku. Selain dari kebun PT PAL dan petani mitra, bahan baku juga didapatkan dari petani umum. Untuk mendapatkan bahan baku dari petani umum, PT SPM I menerapkan strategi jemput bola dengan cara mendirikan lapak di sentrasentra ubikayu. Lapak ini berfungsi untuk menampung ubikayu yang berasal dari petani di sekitar lapak, baik itu petani mitra maupun petani umum. Adanya lapak atau tempat penampungan hasil (TPH) ini membuat petani tidak perlu mengeluarkan

79 66 biaya transportasi yang besar untuk menjual hasil panennya ke pabrik. Harga jual di lapak yang dekat, sama dengan harga jual di pabrik. Untuk lapak yang lokasinya agak jauh, ada potongan harga berkisar antara Rp 1040/kg, tergantung seberapa jauh lokasi lapak. Petani mitra yang menjual langsung ubikayunya di pabrik mendapatkan tambahan harga sebesar Rp 5/kg. Jika dijual di lapak, harga jualnya sama dengan harga jual petani umum. Setelah ditampung di lapak, ubikayu kemudian diangkut oleh truktruk PT SPM I untuk dikirim ke pabrik. Upayaupaya yang dilakukan untuk mendapatkan bahan baku masih belum menjamin kecukupan dan kontinuitas. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti cuaca, luas areal yang ditanami ubikayu semakin berkurang, dan semakin banyaknya pesaing. Cuaca berpengaruh terhadap akses jalan dan kemudahan saat pemanenan. Akses jalan menuju kebun biasanya merupakan jalan tanah, sehingga pada saat curah hujan tinggi, jalan sulit dilalui oleh kendaraan. Pada saat curah hujan yang rendah, tanah akan mengeras, sehingga ubikayu sulit dipanen. Jumlah pesaing yang bertambah menyebabkan masingmasing pabrik berebut untuk mendapatkan bahan baku. Selain itu, agar dapat bertahan, perusahaan dituntut untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu upaya yang dilakukan PT SPM I untuk meningkatkan efisiensi yaitu memanfaatkan limbah cair untuk diolah menjadi biogas. Biogas ini digunakan untuk membangkitkan listrik di pabrik sehingga dapat mengurangi pemakaian solar untuk generator listrik. Tindakan lain untuk mengatasi permasalahan kecukupan dan kontinuitas bahan baku yaitu dengan mengatur proses produksi. Pada saat bahan baku belum mencukupi, pabrik akan menghentikan proses produksi, dan memanfaatkannya untuk melakukan perawatan mesin. Proses produksi akan dilakukan jika bahan baku telah tersedia minimal sebanyak 700 ton. Sistem tersebut memungkinkan penyimpanan ubikayu lebih dari 4 hari, sehingga kualitas ubikayu dapat menurun.

80 67 Kemitraan Divisi kemitraan PT PAL dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah I dan wilayah II. Masingmasing wilayah dipimpin oleh kepala wilayah. Divisi kemitraan wilayah I berfungsi untuk membantu mensuplai kebutuhan bahan baku PT SPM I. Sedangkan divisi kemitraan wilayah II berfungsi untuk membantu kebutuhan bahan baku PT SPM II. A. Mekanisme Kemitraan Menurut Sumardjo et al. (2004) ada lima jenis kemitraan usaha, yaitu 1) pola inti plasma, 2) pola subkontrak, 3) pola dagang umum, 4) pola keagenan, dan 5) pola kerjasama operasional agribisnis (KOA). Sumardjo et al. menambahkan, berdasarkan polapola tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga stratifikasi perusahaan mitra. Tiga stratifikasi perusahaan mitra tersebut yaitu perusahaan inti atau pembina, perusahaan pengelola, dan perusahaan penghela. Untuk memudahkan mengidentifikasi stratifikasi perusahaan mitra serta hubungan pola kemitraan, dapat menggunakan Tabel 18 dan Tabel 19. No. Tabel 18. Stratifikasi Perusahaan Mitra Perusahaan Mitra Usaha Budidaya/ Lahan Unit Pengolahan Ada Tidak Ada Pembinaan/ Pelayanan Teknologi,Penampungan,dan Pemasaran 1 Perusahaan V V V inti/pembina 2 Perusahaan V V pengelola 3 Perusahaan penghela V Sumber : Tim Fakultas Pertanian IPB,1999 dalam Sumardjo et al., 2004

81 68 Tabel 19. Pola Kemitraan No. Pola Kemitraan Inti Pengelola Penghela 1 IntiPlasma V V 2 Subkontrak V V V 3 Dagang umum V 4 Keagenan V 5 KOA V V V Sumber : Hasil Penelitian Tim Faperta IPB,1999 dalam Sumardjo et al., 2004 Pola kemitraan yang dilakukan PT PAL tergolong ke dalam pola kemitraan KOA dengan stratifikasi sebagai perusahaan inti. Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Perusahaan inti merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan budidaya, pengolahan pascapanen, penampungan hasil produksi usaha kecil mitra, memberikan pembiayaan, memberikan pelayanan teknologi dan memasarkan kepada konsumen (Sumardjo et al., 2004). PT PAL sebagai perusahaan inti memiliki lahan sendiri untuk melakukan usaha budidaya ubikayu. PT PAL juga menyelenggarakan kemitraan dengan memberikan pelayanan teknologi dan pembiayaan. Penampungan hasil dilakukan oleh PT SPM I dan PT SPM II sebagai pihak pabrik yang memerlukan bahan baku ubikayu untuk diolah menjadi tapioka. B. Manfaat bagi Pelaku Kemitraan Menurut Hafsah (2000) ada enam manfaat yang dapat diperoleh dari adanya kemitraan. Keenam manfaat tersebut, yaitu : 1) produktivitas, 2) efisiensi,

82 69 3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, 4) risiko, 5) sosial, 6) dan ketahanan ekonomi nasional. Produktivitas. Secara umum produktivitas didefinisikan dalam model ekonomi sebagai output dibagi dengan input. Dengan kata lain produktivitas akan meningkat apabila dengan input yang sama dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi atau sebaliknya dengan tingkat hasil yang sama hanya membutuhkan input yang lebih rendah (Schonberger and Knod,1991; Chase and Aquilano, 1992 dalam Hafsah, 2000). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), produktivitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Bagi para petani mitra, adanya pinjaman berupa saprodi dari perusahaan mitra dapat membantu petani mitra untuk menambah unsur input. Unsur input yang diberikan diharapkan dapat memberikan output yang berlipat, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu, penyediaan fasilitas traktor oleh perusahaan mitra dapat membantu petani mitra meningkatkan produktivitas dengan cara mengurangi biaya input untuk pengolahan lahan. Efisiensi. Efesiensi dan produktivitas sama halnya seperti mata uang dengan sisi yang berbeda keduanya dapat ditingkatkan dengan meminimalkan pengorbanan (input). Dalam hal efisiensi input tersebut dapat berbentuk waktu dan tenaga (Hafsah, 2000). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), efisiensi merupakan ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuangbuang waktu, tenaga, biaya). Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan menjankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuangbuang waktu tenaga dan biaya). Penerapannya pada kemitraan di PT PAL, PT PAL dapat menghemat tenaga untuk mendapatkan ubikayu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh para petani mitra. Dengan tenaga kerja yang lebih sedikit, PT PAL memiliki areal panen yang lebih luas. Petani mitra pun samasama mendapat keuntungan. Penyediaan alsintan, seperti traktor, oleh perusahaan mitra dapat menghemat waktu petani mitra dalam melakukan pengolahan lahan. Dalam hal pemasaran, petani mitra tidak perlu lagi

83 70 sulit mencari konsumen yang akan membeli hasil panennya. Meskipun dalam praktiknya, masih ada petani mitra yang nakal dengan menjual hasil panennya pada perusahaan yang bukan perusahaan mitra. Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas. Menurut Hafsah (2000), produk akhir dari suatu kemitraan ditentukan oleh dapat tidaknya diterima pasar. Indikator diterimanya suatu produk oleh pasar adalah adanya kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen (market driven quality atau consumer driven quality). Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan kualitas mutu dari suatu produk. Tercapainya jaminan mutu dalam kenyataan di lapangan tidak berarti selesainya semua persoalan yang berkaitan dengan masalah mutu. Kasuskasus pelanggaran ketetapan standar mutu sering kali diakibatkan oleh faktorfaktor di luar kemampuan pihakpihak yang bermitra, seperti perubahan kondisi alam, adanya pesaing baru bagi perusahaan inti. Faktorfaktor yang berada diluar kendali tersebut menyebabkan jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas tidak dapat sepenuhnya terpenuhi oleh penyelenggaraan kemitraan. Sebagai contoh, pada saat curah hujan terlalu tinggi, petani mitra tidak bisa memanen tanamannya karena akses jalan yang sulit dilalui, padahal umur tanaman sudah cukup untuk dipanen. Begitu pula sebaliknya, pada saat curah hujan terlalu rendah, tanah menjadi keras, sehingga tanaman sulit untuk dipanen. Kasus lain yang terjadi yaitu ketika tanaman petani mitra terkena wabah ubi busuk. Tanaman petani mitra terpaksa harus dipanen muda untuk mencegah kerugian karena tidak ada ubi yang bisa dipanen. Pihak perusahaan terpaksa menerima ubi yang masih muda, meskipun dengan risiko rendemen akan menjadi turun. Meskipun begitu, adanya kemitraan tetap dapat membantu terjaminnya pasokan bahan baku ke pabrik. Dengan adanya kemitraan, petani terikat untuk menjual hasil panennya ke pihak perusahaan mitra. Sehingga perusahaan tetap mendapat jaminan adanya pasokan bahan baku.

84 71 Risiko. Dengan kemitraan diharapkan risiko yang besar dapat ditanggung bersama (risk sharing). Tentunya pihakpihak yang bermitra akan menanggung risiko secara proporsional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh (Hafsah, 2000) Bagi para petani mitra, adanya kemitraan dapat membantu menjamin penyerapan hasil produksi. Sehingga risiko tidak terserapnya hasil produksi menjadi berkurang. Bagi pihak perusahaan mitra, adanya kemitraan dapat membantu terjaminnya pasokan bahan baku. Sosial. Adanya program kemitraan dapat membantu mengurangi terjadinya kecemburuan sosial. Adanya kemitraan dapat membantu para petani disekitar perusahaan mitra untuk meningkatkan kesejahteraan. Pinjaman input yang diberikan dapat membantu para petani untuk meningkatkan produktivitas tanamannya, sehingga hasil panen menjadi meningkat dan pendapatan petani pun meningkat. Ketahanan Ekonomi Nasional. Menurut Hafsah (2000), pokok permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan adalah upaya pemberdayaan partisipan kemitraan yang lemah, yaitu pengusaha kecil, atau dengan kata lain terciptanya kesetaraan dalam posisi tawar antar pelaku maka perlu adanya usaha konkret yang mendorong terlaksananya kemitraan usaha sekaligus sebagai model terciptanya kemitraan usaha. Dalam mendorong terciptanya kemitraan usaha yang sering dilakukan adalah dengan menciptakan iklim kondusif berupa peraturan, mewujudkan model atau pola kemitraan yang sesuai, yaitu dengan menyediakan prasarana penunjang (listrik, sarana transportasi, telepon, dan lainnya). Dengan adanya upaya dan fasilitas fisik diharapkan akan terwujud kemitraan. Produktivitas, efektifitas, dan efisiensi akan meningkat yang akhirnya akan bermuara pada meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan para pelaku kemitraan. Dengan adanya peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik otomatis akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan usaha yang pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

85 72 Pengolahan Ubikayu Pengolahan ubikayu di PT SPM I termasuk ke dalam pengolahan modern / full otomate, karena semua proses pengolahan menggunakan mesin. Proses pengolahan diawali dengan penimbangan berat ubikayu yang dikirim oleh petani. Penimbangan dilakukan di jembatan timbang. Setelah ditimbang, ubikayu disimpan di tempat penampungan bahan baku. Proses produksi akan dilanjutkan jika total persediaan bahan baku telah mencapai 700 ton. Proses berikutnya, ubikayu dimasukkan ke dalam hopper bahan baku. Dari hopper, bahan baku diproses di screwpeller atau molen ubikayu. Proses ini berfungsi untuk membersihkan bahan baku dari kotorankotoran seperti tanah. Kotorankotoran dan kulit ari yang masih melekat akan dibersihkan pada proses pencucian di bak pancucian (washer) (Gambar 15). Proses pencucian berlangsung dalam dua tahap. Gambar 15. Washer Limbah dari pencucian diproses lagi di molen limbah untuk dipisahkan antara limbah padat dan limbah cairnya. Limbah padat yang berupa kulit ari dapat digunakan kembali untuk pakan ternak. Sedangkan limbah cairnya diproses lebih lanjut untuk dijadikan biogas. Ubikayu yang telah dicuci akan dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil di dalam chopper. Sebelum ubikayu dicacah didalam chopper, ubikayu disortir terlebih dahulu. Penyortiran bertujuan untuk memotong bonggol ubikayu yang

86 73 masih menempel dan untuk membuang bahanbahan lain yang tidak diinginkan (seperti batu, batang kayu, dll) yang terbawa selama proses pembersihan. Setelah dicacah di dalam chopper, bahan baku masuk ke dalam rasper melalui screwfeeder. Di rasper ubikayu diparut menjadi ukuran yang lebih halus. Hasil parutan ubikayu diekstrak di dalam extractor. Di dalam extractor parutan ubikayu dipisahkan antara starch mill dan ampasnya (onggok). Proses pengekstrakan berlangsung dalam tiga tahap. Strarchmill dimurnikan kembali untuk membersihkan sisa fiber dan kotoran dengan menggunakan separator. Hasil pemurnian dari separator yaitu strarchmill yang mempunyai kekentalan tinggi dengan standar kekentalan 1920 o be. Tahap selanjutnya, starchmill dikeringkan dan dipisahkan airnya di centerfuge. Proses centerfuge menghasilkan wet cake atau tapioka basah dengan kadar air 3035% (Gambar 16). Tapioka basah ini dikeringkan di oven atau dryer dengan suhu antara o C. Kadar air tapioka yang telah dikeringkan berkisar antara %. Gambar 16. Wet Cake Tapioka yang telah dikeringkan disaring dengan menggunakan saringan berukuran 80 mikron di dalam shifter bagging. Setelah disaring, tapioka masuk ke dalam bagger untuk dikemas. Dari 700 ton bahan baku dapat dihasilkan ton tepung tapioka (kadar pati kurang lebih 1629%). Alur pengolahan dan proses pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13.

87 74 Kebutuhan Bahan Baku dan Luas Lahan Minimum Jika diasumsikan kebutuhan minimal bahan baku setiap harinya sebanyak 700 ton ubikayu dan jumlah hari kerja dalam satu bulan sebanyak 25 hari, maka kebutuhan bahan baku untuk satu tahun yaitu sebanyak ton ubikayu segar. Dengan asumsi produktivitas ratarata terendah sebesar ton/ha, maka kebutuhan tersebut dapat ditopang oleh lahan seluas ha. PT PAL mempunyai lahan seluas ha dan ditambah luas lahan dari petani mitra seluas ha, sehingga luas lahan total yaitu ha. Jika asumsi produktivitasnya ton/ha, agar kebutuhan bahan baku dapat tercapai, maka diperlukan penambahan lahan seluas ha. Selain melakukan penambahan luas lahan, pencapaian kebutuhan bahan baku dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi sehingga produktivitas ratarata minimalnya harus dapat mencapai ton/ha. Upaya Peningkatan Produktivitas Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara melakukan pengolahan lahan yang baik, penggunaan bibit yang baik, pola tanam tanpa naungan, jarak tanam yang tepat, melakukan perawatan (pemupukan, pengendalian gulma, perempelan atau pewiwilan, dan pemanenan daun tua) sesuai anjuran. Pengolahan lahan yang baik yaitu pengolahan lahan dengan cara dibajak satu kali, kemudian dibuat guludan kontur. Jika dibandingkan pengolahan lahan yang hanya dibajak saja, pengolahan lahan yang disertai guludan ini dapat meningkatkan hasil hingga 9% (Tabel 12). Penggunaan bibit yang baik dan cara tanam yang tepat dapat meningkatkan daya tumbuh menjadi 98% hingga 100% (Tabel 8 dan Tabel 12). Jika daya tumbuh bibit tinggi, maka tidak perlu dilakukan penyulaman, sehingga dapat menghemat biaya. Penggunaan jarak tanam yang tepat, 100 x 66 cm atau

88 x 64 cm, dan pola tanam tanpa naungan dapat membantu mengoptimumkan hasil panen (Tabel 11 dan Tabel 9). Pemberian pupuk NPK yang disertai bahan organik dapat meningkatkan produksi hingga 39% (George et al., 2001). Agar lebih murah, pemberian pupuk organik dapat digantikan dengan pupuk kandang. Untuk upaya meningkatkan produktivitas, dosis pupuk yang digunakan yaitu Urea 200 kg/ha, TSP 78 kg/ha, KCl 150 kg/ha, dan pupuk kandang kg/ha. Pemberian pupuk displit dalam dua kali pemupukan. Pemupukan pertama sebaiknya dilakukan saat pembuatan guludan atau saat penanaman. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk organik, pupuk phosphat (TSP), 1/3 Urea, dan 1/3 KCl. Sisanya diberikan pada saat pemupukan kedua, yaitu 24 BST (Wargiono et al., 2006; Prihandana et al., 2008). Waktu pengendalian gulma yang tepat yaitu pada saat tiga bulan pertama setelah penanaman dan 23 minggu sebelum panen. Pengendalian gulma tersebut dapat meningkatkan produktivitas hingga %, jika dibandingkan dengan pengendalian yang dilakukan petani (Tabel 16). Frekuensi pengendalian disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Dalam analisis peningkatan produktivitas, asumsi yang digunakan yaitu pengendalian dengan cara manual (disiang atau dikored) dilakukan sebanyak satu kali pada 1 BST. Pengendalian secara kimia dilakukan sebanyak 3 kali (2 BST, 3 BST, dan sebelum panen). Herbisida yang digunakan yaitu herbisida berbahan aktif Glifosat dengan dosis 3.75 l/ha. Upaya lain yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas yaitu dengan melakukan perempelan dan pemanenan daun tua. Tunas yang dibiarkan tumbuh yaitu dua tunas dan daun tua yang dipanen kurang lebih sebanyak 25%. Perempelan dengan menyisakan dua tunas dapat meningkatkan hasil sebanyak 13.59%, jika dibandingkan dengan membiarkan tumbuh tiga tunas. Pemanenan daun tua sebanyak 25% dapat meningkatkan hasil sebanyak 5.51%, jika dibandingkan dengan tanpa pemanenan daun tua (Tabel 13). Jika digunakan asumsi ratarata produktivitas terendah ditingkat petani sebesar ton/ha, perkiraan peningkatan produktivitas dari upayaupaya tersebut dapat dilihat pada perhitungan berikut ini:

89 76 1. Pengolahan lahan dengan cara bajak satu kali dan gulud kontur (peningkatan produksi hingga 9%). Perkiraan hasil produksi = (9% x 15.50) = ton/ha 2. Pemupukan NPK + pupuk kandang (peningkatan produksi hingga 39%). Perkiraan hasil produksi = (39% x 16.90) = ton/ha 3. Pengendalian gulma (peningkatan produksi hingga 20.32%). Perkiraan hasil produksi = (20.32% x 23.49) = ton/ha 4. Perempelan (peningkatan produksi hingga 13.59%). Perkiraan hasil produksi = (13.59% x 28.26) = ton/ha 5. Pemanenan daun tua (peningkatan produksi hingga 5.51%). Perkiraan hasil produksi = (5.51% x 32.10) = ton/ha Perkiraan hasil produksi yang dicapai yaitu ton/ha. Sebagai catatan, hasil tersebut bukan hasil sebenarnya, tapi perkiraan untuk mempermudah dalam perhitungan. Asumsi yang digunakan untuk menghitung biaya input untuk peningkatan produktivitas yaitu biaya saprodi dan tenaga kerja termahal, serta input yang maksimum. Total biaya input (saprodi dan tenaga kerja) per hektar yang diperlukan yaitu Rp (Lampiran 14). Sebagai pembanding, biaya input pembanding yang akan digunakan yaitu biaya input pada saat biaya dan hasil terendah (15.50 ton/ha), yaitu Rp (Lampiran 10 dan Lampiran 15). Tingkat harga yang digunakan yaitu Rp 800/kg dengan biaya panen dan angkut termurah Rp /ton dan termahal Rp /ton. Biaya sewa terendah yaitu Rp /ha/tahun atau panen, sedangkan biaya sewa tertingginya Rp /ha/tahun atau panen. Dari hasil perbandingan analisis usahatani, upaya peningkatan produktivitas dapat meningkatkan penerimaan petani menjadi Rp /ha dari sebelumnya Rp /ha atau meningkat 119%. Laba pun meningkat menjadi Rp /ha hingga Rp /ha dari laba sebelumnya yang hanya Rp /ha hingga Rp /ha atau meningkat %. Peningkatan biaya hanya berkisar antara

90 77 Rp /ha hingga Rp /ha atau 73102% (Lampiran 16 dan Tabel 20). Matriks upaya peningkatan produktivitas dan hambatannya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20. Peningkatan Biaya, Penerimaan, dan Laba Biaya Panen dan Angkut Tanpa Sewa Termurah Termahal Peningkatan Biaya 94% 102% Peningkatan Penerimaan 119% 119% Peningkatan Laba 136% 147% Dengan Sewa Termurah Peningkatan Biaya 86% 96% Peningkatan Penerimaan 119% 119% Peningkatan Laba 147% 165% Dengan Sewa Termahal Peningkatan Biaya 73% 86% Peningkatan Penerimaan 119% 119% Peningkatan Laba 173% 220% Sumber: Data Primer Tabel 21. Upaya Peningkatan Produktivitas Kegiatan Rincian Potensi Hambatan Pengolahan Lahan Bajak 1 X Modal Gulud kontur 1x Ketersediaan alat Penanaman dan Penyulaman Bibit yang sesuai kriteria Jarak tanam dengan populasi Modal Ketersediaan bibit Pemupukan Pengendalian Gulma tanaman/ha Urea 200 kg/ha TSP 78 kg/ha KCl 150 kg/ha Organik kg/ha Aplikasi displit 2 kali Manual (kored) 1 BST Kimia (herbisida) 2 BST, 3 BST, dan sebelum panen Modal Ketersediaan pupuk Modal Pewiwilan Menumbuhkan dua tunas Modal Pemanenan daun tua Memanen 25% daun tua Modal

91 78 Hambatan ketersediaan alat dapat diatasi dengan cara menyewa pada perusahaan atau pada petani yang memiliki peralatan pengolahan lahan. Bibit bisa didapat dengan cara membeli ke petani lain, perusahaan, ataupun ke Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbiumbian (Balitkabi) Malang. Jika pupuk tidak tersedia di kios pupuk, pupuk dapat dibeli di perusahaan. Namun, pupuk di perusahaan merupakan pupuk tidak bersubsidi, sehingga harganya cukup mahal. Hambatan dalam ketersediaan modal dapat diupayakan dengan memanfaatkan kredit usaha rakyat (KUR) ataupun kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE). Kreditkredit tersebut bisa didapatkan di bankbank penyalur seperti bank BRI, BNI, Bukopin, Mandiri, Syariah Mandiri, dan BTN. Selain mengupayakan untuk mendapatkan modal tambahan dari KUR maupun KKPE, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk melakukan penghematan. Kegiatan pewiwilan dapat digabungkan dengan kegiatan kored pada 1 BST. Kegiatan pemanean daun tua cukup dilakukan dengan 1 HK/ha. Jika ingin menghemat biaya, bisa bekerjasama dengan para peternak, dengan syarat daun yang dipanen hanya sebanyak 25% dari daun tua saja. Dengan cara tersebut petani tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan dan peternak bisa mendapatkan pakan untuk ternak mereka. Jika gulma tidak terlalu subur, frekuensi pengendalian gulma dapat dikurangi, sehingga biaya pengendalian gulma bisa dikurangi.

92 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengelolaan yang dilakukan perusahaan belum mampu mencukupi kebutuhan bahan baku untuk pabrik pengolahan tapioka. Hal tersebut dikarenakan luas lahan minimal atau produktivitas minimal tanamannya masih belum tercapai. Selain bahan baku yang masih kurang, kekontinuan suplai pun masih sering terhambat karena faktor cuaca yang menyebabkan akses jalan sulit dilalui. Pengolahan ubikayu menjadi tepung tapioka di PT SPM I sudah termasuk ke dalam pengolahan modern, karena semua proses pengolahan sudah menggunakan mesin. Dari 700 ton bahan baku dapat dihasilkan ton tepung tapioka (kadar pati kurang lebih 1629%), dengan kadar pati potensial untuk varietas Kasetsart sekitar 2538%. Dari pelaksanaan teknik budidaya masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama dalam hal pengendalian erosi, pola tanam, dan pemupukan. Untuk usahatani, dengan ratarata produktivitas terendah ton/ha, usahatani ubikayu layak dilakukan selama harga jual ubikayu di tingkat petani tidak kurang dari Rp /kg (lahan sewa) dan Rp /kg (milik sendiri). Apabila produktivitas dapat diupayakan hingga ton/ha, pada tingkat harga Rp 800/kg, petani dapat memperoleh penerimaan menjadi Rp /ha dari sebelumnya Rp /ha. Laba yang didapat petani pun meningkat menjadi Rp /ha hingga Rp /ha dari laba sebelumnya yang hanya Rp /ha hingga Rp /ha Dengan demikian, petani dapat bergairah untuk menanam ubikayu, sehingga kebutuhan dan kekontinuan bahan baku dapat lebih terjamin.

93 80 Saran 1. Agar kebutuhan baku pabrik tapioka dapat tercapai, perlu dilakukan penambahan luas lahan seluas ha atau peningkatan produktivitas tanaman sehingga produktivitas ratarata minimalnya harus dapat mencapai ton/ha. 2. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan budidaya sesuai dengan standar yang direkomendasikan. Untuk dapat menerapkan perbaikan budidaya tersebut perlu adanya dukungan modal untuk tambahan biaya. Tambahan modal petani dapat diupayakan dengan memanfaatkan program kredit usaha rakyat (KUR) atau kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE). 3. Perusahaan bersamasama dengan pemerintah, petani, dan masyarakat perlu juga mengupayakan untuk dilakukannya perbaikan jalan. Sehingga kegiatan pengangkutan hasilhasil pertanian, kegiatan masyarakat, dan kegiatan ekonomi lain dapat berjalan dengan lancar. 4. Agar kesuburan tanah tetap terjaga, perlu dilakukan upayaupaya pengendalian erosi dan pemberian bahan organik ke tanah. 5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan adanya kejadian ubi busuk.

94 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 396 hal. Asnawi, R. dan R.W. Arief Teknologi Budidaya Ubikayu. pdf [12 Januari 2010] BPP IPTEK Ketela Pohon/Ubikayu (Manihot utilissima Pohl). [22 Juni 2009] BPS Luas Panen Produktivitas Produksi Tanaman Ubikayu Seluruh Provinsi. [5 Januari 2011] Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Deptan Pengembangan Usaha Pengolahan Tepung Tapioka. [15 Januari 2010] Effendi, S Cassava Intercropping Patterns and Management Practices in Indonesia. Intercropping with Cassava. International Development Research Centre. Trivanarum Fauzan and P. Puspitorini Effect of Date of Planting and Rainfall Distribusion on the Yeld of Five Cassava Varieties in Lampung Indonesia. Proc. of the Sixth Regional Workshop, Cassava's Potential in Asia in the 21st Century: Present Situation and Future Research and Development Needs. Centre of Tropical Agriculture (CIAT). Ho Chi Minch City, Vietnam George, J., C.R. Mohankumas, G.M. Nair, and C.S. Ravindran Cassava Agronomy Research and Adoption of Improved Practices in India, Major Achievements During the Past 30 years. Proc. of the Sixth Regional Workshop, Cassava's Potential in Asia in the 21st Century: Present Situation and Future Research and Development Needs. Centre of Tropical Agriculture (CIAT). Ho Chi Minch City Hafsah, M.J Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 246 hal.

95 Hafsah, M.J Bisnis Ubikayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 263 hal. 82 Leihner, D. E Agronomic Implications of Cassavalegume Intercropping Systems. Intercropping with Cassava. International Development Research Centre. Trivanarum Moreno, R.A Crop Protection Implication of Cassava Intercropping. Intercropping with Cassava. International Development Research Centre. Trivanarum Okoli, P.S.O and G.F. Wilson Response of cassava (Manihot esculenta Crantz) to shade under field conditions. Field Crops Research. 14: Onwueme, I. C The Tropical Tuber Crops. John Wileys & Sons Ltd. Chichester. 234p. Pane, H., B. Santoso, dan Kartika Pengendalian gulma, hal Dalam J. Wargiono, Hermanto, Sunihardi, (Eds). Ubikayu: Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Prihandana, R., K. Noerwijan, P.G. A. Nurani, D. Setyaningsih, S.Setiadi, dan R.Hendroko Bioetanol Ubikayu: Bahan Bakar Masa Depan. Agromedia. Jakarta. 194 hal. Soetanto, N.E Tepung Kasava & Olahannya. Kanisius. Yogyakarta. 81 hal. Sumardjo, J. Sulaksana, dan W. Aris Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal. Suryana, A Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Ubi Kayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Prospek, Strategi, dan Teknologi Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. 119.

96 Thung, M. and Cock, J. H Multipple Cropping and Field Beans: Status of Present Work at the Intenational Centre of Tropical Agriculture (CIAT). Intercropping with Cassava. International Development Research Centre. Trivanarum Tongglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler Cassava Agronomy Research and Adoption of Improved Practices in Thailand, Major Achievement During the Past 35 years. Proc. of the Sixth Regional Workshop, Cassava's Potential in Asia in the 21st Century: Present Situation and Future Research and Development Needs. Centre of Tropical Agriculture (CIAT). Ho Chi Minch City Wargiono, J., Y. Widodo, dan W.H. Utomo Cassava Agronomy Research and Adoption of Improved Practices in Indonesia, Major achievements During the Past 30 years. Proc. of the Sixth Regional Workshop, Cassava's Potential in Asia in the 21st Century: Present Situation and Future Research and Development Needs. Centre of Tropical Agriculture (CIAT). Ho Chi Minch City Wargiono J., A. Hasanuddin, dan Suyamto Teknologi Produksi Ubikayu Mendukung Industri Bioethanol. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 42 hal.

97 LAMPIRAN

98 No. Lampiran 1. Varietas Ubikayu yang Telah Dilepas Varietas Tahun Pelepasan Umur (Bulan) Warna Potensi Hasil (ton/ha) Rasa Kadar Tepung (%) 1 Gading 78 Putih 1520 Manis <45 2 Valenca 8 Putih 1520 Manis <45 3 SPP 1011 Putih 2030 Pahit >100 4 Bogor 810 Putih 2030 Pahit >100 5 Muara 710 Putih 2030 Pahit >100 6 Adira Kuning 22 Sedang 45 27,5 7 Adira Kuning 21 Sedang Adira Putih 35 Agak Pahit Malang Putih 36.5 Manis 3236 <40 Kekuningan 10 Malang Kuning Muda 31.5 Manis 3236 <40 11 Darul Putih 102 Kenyal seperti 2531,5 <40 Hidayah Ketan 12 UJ Putih 2035 Pahit 2027 >100 Kekuningan 13 UJ Putih 2538 Pahit 1930 > Malang Putih Malang Putih 36.4 Sumber : Balitkabi Malang dalam Hafsah (2003) Kadar HCN (mg/kg) 85

99 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT PAL, Lampung 86 Tanggal 15/5/ /5/ /5/ / / / /2/ /2/ /2/ /2/ /2/ /2/2010 1/3/2010 2/5/2010 3/3/2010 4/5/2010 5/5/2010 6/3/2010 Uraian Kegiatan Tiba di kantor pusat Tiba di kantor kebun Orientasi kebun Orientasi kebun Orientasi kebun Orientasi kebun Panen Panen Panen Penyiangan Panen Panen Leles Penyemprotan Herbisida (Hujan) Penyemprotan Herbisida (Hujan) (Hujan) Penyemprotan Herbisida Jml yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi Bandar Lampung Mesuji Kebun PAL Kebun PAL Kebun PAL Kebun PAL A2 A2 A2 B5 A2 A2 A2 B7 dan B5 B4 dan B9 A26 dan A27 9/3/ /3/ /3/ /3/2010 Penyemprotan Herbisida Pupuk II Pupuk II Pupuk II A22 dan A23 A6 B6 dan B5 B5

100 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT PAL, Lampung (lanjutan) 87 Tanggal 15/3/ /3/ /3/ /3/ /3/ /3/ /3/2010 1/4/2010 3/4/2010 5/4/2010 6/4/2010 7/4/2010 8/4/2010 9/4/ /4/ /4/ /4/2010 Uraian Kegiatan Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Pupuk II Izin Cuti Izin Cuti Izin Cuti Supervisi Jml yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi B5 dan B4 B4 dan B3 B3 dan B2 B2 dan B1 A14 B9 A15 A26 B15 dan B16 B13 dan B14 B13 B17 B5 dan B6

101 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun PT PAL, Lampung Tanggal Kegiatan Lamanya Lokasi Kegiatan (jam) 10/3/2010 Penanaman Benih 5 Areal Pembibitan Sawit 19/3/2010 Pemetaan GPS 8.5 A14, A15, dan A16 20/3/2010 Pemetaan GPS 7 B1, B2, B3, B4, A1, A2,A3, dan A4 22/3/2010 Pemetaan GPS 8.5 A12, A13, A15, A16, A19, A20, A21, dan A30 23/3/2010 Pemetaan GPS 7.5 A6, A7, A8, A9, A10, A11, A22, A23, dan A24 24/3/2010 Pemetaan GPS 7 A26A29 dan B5 25/3/2010 Pemetaan GPS 4 B5B13 dan B15 30/3/2010 Pemetaan GPS 9.5 Sawit Kecil 31/3/2010 Pemetaan GPS 8 Jembatan 13/4/2010 Audit Sawit 9 Areal Pak Romli & Pak Wagiman 14/4/2010 Audit Sawit 8 Areal Pak Suparman 23/4/2010 Pemetaan GPS 8 Pabrik dan Kebun Sawit 88

102 Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Pabrik di PT SPM I, Lampung Tanggal Kegiatan Lamanya Lokasi Kegiatan (jam) 26/4/2010 Orientasi Pabrik dan 7 Pabrik Diskusi 27/4/2010 Orientasi kegiatan Quality 8 Pabrik dan Lab 28/4/ /4/ /4/2010 1/5/2010 Control Quality Control Quality Control Quality Control Quality Control Pabrik dan Lab Pabrik dan Lab Pabrik dan Lab Pabrik dan Lab 89

103 Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas Kemitraan di PT PAL, Lampung Tanggal Kegiatan Lamanya Lokasi Kegiatan (jam) 16/4/2010 Penjelasan Kegiatan 4 Kantor Div. Mitra 17/4/2010 Pengawas Kemitraan 9 Moroseneng, SPUD 19/4/2010 Pengawas Kemitraan 8 Simpang Pematang dan Kantor 20/4/2010 Pengawas Kemitraan 10 Muara Tenang (pengukuran lahan mitra) 21/4/2010 Pengawas Kemitraan 8 Simpang Pematang 23/4/2010 Pengawas Kemitraan 8 Brabasan dan Kantor 3/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Simpang Pematang dan Talang Gunung 4/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 SPUD 5/5/2010 Pengawas Kemitraan 9 Brabasan, Gd.Ram, dan Muara Tenang 6/5/2010 Pengawas Kemitraan 9 Sidomulyo dan Gd.Ram 7/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Buko Poso dan SPUD 8/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Brabasan dan Gd.Ram 10/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 SP2D dan Kantor 11/5/2010 Pengawas Kemitraan 10 Unit 4 12/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Kantor 13/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Simpang Pematang dan Budi Aji 14/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Unit II 15/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Kantor 17/5/ /5/ /5/ /5/ /5/ /5/2010 Pengawas Kemitraan Pengawas Kemitraan Menengok Manajer Kemitraan Pengawas Kemitraan Pengawas Kemitraan Pengawas Kemitraan Kantor Etanol RS di Unit II Brabasan, Muara Tenang, dan Gd,Ram. Kantor Moroseneng, SPUD, dan Buko Poso

104 Lampiran 5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas Kemitraan di PT PAL, Lampung (lanjutan) Tanggal Kegiatan Lamanya Kegiatan (jam) Lokasi 24/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Buko Poso 25/5/2010 Pengawas Kemitraan 11 Moroseneng dan Bukoposo 26/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Wonorejo dan SP2D 27/5/2010 Pengawas Kemitraan 10 SP3D dan Moroseneng 28/5/2010 Libur Waisak 29/5/2010 Pengawas Kemitraan 8 Kantor 91

105 Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Wilayah I Divisi Kebun PT PAL, Lampung 92 Tanggal 31/5/2010 1/6/2010 2/6/2010 3/6/2010 4/6/2010 5/6/2010 Uraian Kegiatan Perawatan piringan Sakit (kendaraan rusak) Perawatan piringan Panen ubikayu Pupuk Urea Kontrol kebun Wiping dan spot spray Kontrol kebun 7/6/2010 Pupuk RP Perawatan Piringan Wiping dan Spot Spray 8/6/2010 Pupuk RP Wiping dan Spot Spray Kastrasi 9/6/2010 Panen ubikayu 10/6/2010 Kontrol Kebun 11/6/2010 Panen sawit Kutip brondol 12/6/2010 Spot spray Isi polibag Jml Mandor yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi J9 dan J10 I2 dan I5 B6 J18 Kebun PAL I1 dan I2 Kebun PAL 8 I5 I I B4 I1 8 J11 I3 4 SP4D (4A,4B,4C,4D) C G11,G12,G J6 Main nursery

106 Tanggal Lampiran 6. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Kepala Wilayah I Divisi Kebun PT PAL, Lampung (lanjutan) Uraian Kegiatan 14/6/2010 Panen ubikayu Kontrol kebun 15/6/2010 Penen ubikayu Jml Mandor yang Diawasi (orang) Prestasi Kerja Penulis Luas Areal yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam) Lokasi B4 93 Kebun PAL Kastrasi 5 KHL I5 16/6/2010 Pupuk RP 34 KHL I10,I11,I12 17/6/2010 (Hujan) 18/6/2010 Bantu Mandor B4 6 KHL I6, I7

107 Lampiran 7. Hari Hujan dan Curah Hujan di PT PAL Ratarata per bulan HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Keterangan: HH = hari hujan (hari) CH = curah hujan (mm) Sumber: PT PAL (2009) 94

108 Lampiran 8. Struktur Organisasi PT PAL 95

109 Factory Manager Office Manager Manajer Produksi Personalia & Umum Adm&Keu. Site Purchasing Logistik & Kendaraan Asst.Manajer Produksi Adm. Personalia Adm.Site Staff Purchasing Adm Adm.Produksi QC Cleaning Service Kebersihan Lingkunga n Pelaksana Lapangan Komandan Satpam Kasir Kerani Singkong Opr. Timbangan Mek.Kend. Helper Mek.Kend Gudang Sagu Kebersihan Gudang Gudang Kend.Sagu Driver Kend.Sagu Cleaning Service & Kebersihan Produksi Anggota Satpam Test Kadar Aci Ka.Shift I Ka.Shift II Ka.Shift III Kasie Genset Operator &Driver Operator &Driver Operator &Driver Operator &Driver Lampiran 9. Struktur Organisasi PT SPM I 96

110 97 Lampiran 10. Analisis Usahatani tanpa Biaya Sewa Lahan Ratarata panen terendah Ratarata panen tertinggi Biaya terendah Biaya tertinggi Biaya terendah Biaya tertinggi Biaya saprodi Biaya TK Total (a) Biaya panen &angkut (b) a+b (c ) Pendapatan (d) L/R (dc) R/C Sumber: Data Primer Lampiran 11. Analisis Usahatani dengan Biaya Sewa Lahan Ratarata panen terendah Ratarata panen tertinggi Biaya terendah Biaya tertinggi Biaya terendah Biaya tertinggi Biaya Saprodi Biaya TK Biaya Sewa Total (a) Biaya panen &angkut (b) a+b (c ) Pendapatan (d) L/R (dc) R/C Sumber: Data Primer

111 98 Bahan baku ubi segar Penimbangan Weighing bridge 700 ton? ya tidak Penyimpanan Sudah 700 ton Pembersihan Screwpeller Pencucian Washer Limbah padat (tanah, kulit ari, dll) Limbah padat Pakan Sortir bonggol Pencacahan Chopper Limbah cair Biogas Pemarutan Rasper Pengekstrakan Extractor Pemurnian Separator Pengendapan Centerfuge Pengeringan Oven Pengayakan Shifter Pengemasan (Bagger) kemasan 25 kg, 50 kg, 800 kg Gudang Penyimpanan Starchmill encer Starchmill kental Tapioka basah (KA 3035%) Tapioka kasar (KA %) Tapioka halus (80 mikron) Lampiran 12. Alur Pengolahan Ubikayu ton tepung tapioka (kadar pati 1629%)

112 Jembatan timbang Bongkar muatan 4 3 Screwpeller Hoper 5 6 Washer Sortir bonggol 7 Lampiran 13. Proses Pengolahan Ubikayu

113 Rasper Chopper 9 10 Extractor Separator Oven Centerfuge Lampiran 13. Proses Pengolahan Ubikayu (lanjutan)

114 Shifter bagger Tapioka yang sudah dikemas Lampiran 13. Proses Pengolahan Ubikayu (lanjutan)

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT PAL dan PT SPM I merupakan dua perusahaan yang berada dibawah Grup Lambang Jaya. PT PAL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan PT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Ubikayu (Manihot esculenta Crantz atau Manihot utilissima) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah anatara 30 o Lintang Utara

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan KEADAAN UMUM Letak Geografis dan Administratif PT PAL dan PT SPM I terletak di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung Timur. Lokasi kebun PT PAL dan PT SPM I berjarak 220 km dari kota Bandar

Lebih terperinci

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional.

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Luas sawah yang relatif tetap bahkan cenderung berkurang,

Lebih terperinci

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis sejalan dengan perkembangan teknologi pengolahan, a.l.

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Panen dan Pasca Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Panen dan Pasca Panen TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Panen dan Pasca Panen Manajemen adalah rangkaian dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk

DAFTAR GAMBAR. optimal, dan yang tidak dipupuk DAFTAR ISI DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL.... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.... ix PRAKATA... xi KATA PENGANTAR... xiii I. PENDAHULUAN... 1 II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI... 5 Iklim... 5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Singkong (Manihot utillisima L.) tahunan, ubi kayu tumbuh setinggi 1-4 m dengan daun besar yang menjari dengan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Singkong (Manihot utillisima L.) tahunan, ubi kayu tumbuh setinggi 1-4 m dengan daun besar yang menjari dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Singkong (Manihot utillisima L.) Singkong adalah tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil patinya yang sangat layak cerna. Sebagai tanaman semak belukar tahunan,

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas yang menjadi salah

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas yang menjadi salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan komoditas yang menjadi salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Ubikayu menempati urutan ketiga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Ubi Kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Ubi Kayu 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubi Kayu Ubi kayu berasal dari belahan bumi barat, pusat asal tanaman ini adalah bagian utara Amazon di wilayah Brasil (Rubatzky dan Yamaguchi,1998). Penyebaran tanaman ini antara

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I ELIZABET SAGALA A24070076 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kegunaan utama rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sebagai bahan baku obat, karena dapat merangsang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase.

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase. 1. Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor) mempunyai potensi penting sebagai sumber karbohidrat bahan pangan, pakan, dan komoditi ekspor. Selain memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, tanaman sorgum, mempunyai

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu tantangan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional adalah masalah sensitif yang selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat cocok sebagai media tanam untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi kayu merupakan komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan terus menuntut pemenuhan kebutuhan dasar terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada krisis

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU Pemilihan varietas yang akan ditanam tergantung tujuan. Ubi kayu dengan rasa enak (tidak pahit, HCN 40 mg/kg umbi segar) dan tekstur daging umbi lembut sangat sesuai untuk pangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ANALYSIS EFFECT OF INPUT PRODUCTION FOR CASSAVA FARMING IN SUKASARI

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Limbah Pertanian. menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Pengomposan merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif stabil dan lazim disebut kompos. Pengomposan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD PRAKATA Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatera Utara.

Lebih terperinci

Dairi merupakan salah satu daerah

Dairi merupakan salah satu daerah Produksi Kopi Sidikalang di Sumatera Utara Novie Pranata Erdiansyah 1), Djoko Soemarno 1), dan Surip Mawardi 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118. Kopi Sidikalang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar Kompos merupakan bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daundaunan, jerami, alang-alang, rerumputan, serta kotoran hewan. Di lingkungan alam,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci