BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
|
|
- Hartanti Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat diukur dari sebuah persentase peningkatan sektor industri yang terus tumbuh dari tahun terdahulu, negara akan mendapatkan profitibilitas dari kemajuan sektor industri yang terus berkembang selain dari kemampuan negara mendatangkan calon investor tentu negara akan semakin berkembang menjadi negara maju dikarenakan sektor industri yang semakin meluas dan berkembang, memperkuat pertumbuhan industri, pemerintah harus memperkuat basis industri dalam negeri dengan mengurangi impor (Aviliani, 2012). Kebutuhan energi akan semakin meningkat seiring adanya pembangunan berbagai industri sesuai dengan amanah Perpres 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Hingga saat ini sektor industri merupakan sektor yang mendominasi konsumsi energi di Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan energi yang memadai akan menentukan keberhasilan dalam pengembangan industri nasional ke depan. Sektor industri hingga saat ini merupakan sektor yang mendominasi konsumsi energi di Indonesia, di mana porsinya mencapai 49,4 persen dari total konsumsi energi nasional (Kementerian ESDM, 2012). Dalam sektor industri itu sendiri, terdapat beberapa industri yang dinilai paling padat menggunakan energi, baik yang digunakan sebagai bahan bakar ataupun yang digunakan sebagai bahan baku. Diantaranya adalah industri baja, industri semen, industri pupuk, industri keramik, industri pulp dan kertas, industri tekstil dan industri pengolahan kelapa sawit. Jika dibandingkan dengan faktor input yang lain, biaya energi pada tujuh (7) industri tersebut bahkan lebih besar dari biaya tenaga kerja, serta menempati peringkat kedua setelah biaya bahan baku. hasil analisis menunjukkan bahwa pada 2012 dari 7 industri yang menjadi fokus kajian, industri pupuk merupakan subsektor industri yang paling padat menggunakan energi. Diikuti dengan industri pulp dan kertas, industri tekstil, industri semen, industri baja, industri keramik, dan industri pengolahan kelapa sawit. Jika skenario akselerasi dan akselerasi disertai efisiensi dapat dilakukan maka pada 2025 industri pupuk tetap menjadi pengkonsumsi energi terbesar, namun urutan kedua ditempati industri tekstil dan ketiga industri pulp dan kertas, untuk peringkat keempat industri lain urutannya tetap. Industri pupuk menjadi pengguna energi yang terbesar karena lebih banyak 1
2 2 menggunakan gas sebagai bahan baku. Sementara Industri pengolahan kelapa sawit menjadi pengguna energi terkecil karena sebagian besar energi yang dibutuhkan dipenuhi dari biomassa. Dari sekian banyak bahan bakar energi yang digunakan oleh industri-industri tersebut, BBM (solar), listrik dan batubara merupakan jenisbahan bakar yang paling banyak digunakan. Namun, belakangan gas telah menjadi jenis bahan bakar yang semakin banyak digunakan oleh industri. Tetapi dalam mendapatkan gas tersebut, industri masih menghadapi berbagai kendala dalam mengakses bahan bakar gas tersebut. Karawang merupakan daerah yang berkembang pesat karena perkembangan pada sektor industri dalam skala besar ( kawasan industri ), sedang dan kecil ( zona industri ). Luas lahan industri dikabupaten karawang, seluruhnya berjumlah ±19.005,1 Ha terdiri dari : kawasan industri 5.837,5 Ha, Kota industri Ha, Zona industri 5,117,6 Ha. Adanya alokasi lahan industri dengan jumlah yang cukup besar tersebut menjadi daya Tarik bagi masuknya investor dan tenaga kerja dari dalam maupun luar daerah kabupaten karawang. Perekonomian tangerang didominasi oleh industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran. Kabupaten tangerang adalah salah satu pusat industri Indonesia. Terutama karena keberadaaanya memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah dalam wilayah Jabodetabek. Di sektor pertanian, tangerang dikenal sebagai lumbung padi. Namun setelah lahan-lahan persawahan berubah menjadi lahan industri dan pemukiman, produksi pertanian dikembangkan dengan penerapan teknologi budidaya dan industri pengolahan hasil tepat guna. Selanjutnya kawasan industri yang lain adalah Bekasi. Bekasi adalah daerah yang memiliki kawasan industri yang terkait dengan jaringan kawasan industri seperti Kawasan Industri Jababeka, EJIP ( East Jakarta Industrial Park ), MM2100, Delta Sillicon Industrial Park, Hyundai Industrial Park, BIIE ( Bekasi International Industrial Estate ) dan beberapa kawasan industri yang lebih kecil. Dengan adanya begitu banyaknya potensi perkembangan lingkungan industri yang begitu luas maka potensi permintaan akan enerji sebagai bagian dari kebutuhan operasional industri seperti bahan bakar minyak solar industri semakin besar untuk didapatkan oleh perusahaan transportir bahan bakar minyak untuk mendapat pendapatan yang lebih banyak mengingat pertumbuhan perusahaan yang cukup besar. PT.BERDIKARI CITRA SEJAHTERA yang bergerak pada bidang transportir bbm industri yang berkerja sama dengan pihak patraniaga selaku penyedia bbm industri, adalah perusahaan yang menyalurkan bbm industri kepada pihak
3 3 industri. Penyaluran dilakukan dengan rit yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan pihak pembeli(industri) dengan menggunakan kendaraan angkutan berjenis hino. PT Berdikari Citra Sejahtera atau yang disingkat PT. BCS.Tbk adalah sebuah perusahaan yang beroperasi sebagai penyalur minyak yang diperjual-belikan di PT. Patra Niaga selaku anak perusahaan dari PT. Pertamina ( Persero ). Dalam perkembangannya PT. Berdikari Cita Sejahtera mendapatkan kepercayaan dari PT. Pertamina sebagai sebuah perusahaan yang ditunjuk oleh Pertamina sebagai Transportir BBM Sektor Industri Pertamina. Dan kemudian juga menjadi Agen Resmi Pertamina untuk seluruh produk Bahan Bakar Minyak Pertamina hingga mampu mencapai 10 besar Agen Pertamina di UPMS III. Selain itu pula PT. Berdikari Cita Sejahtera mendapatkan kepercayaan menjadi Agen Resmi Bahan Bakan Minyak dari PT. Patra Niaga yang merupakan anak perusahaan dari PT. Pertamina dengan misi mengembalikan pelanggan PT. Pertamina yang telah beralih kepada kompetitor dengan program Wind Back Pertamina. Kondisi perusahaan yang dimiliki oleh PT. BCS dikategorikan cukup memadai dengan tersedianya Kantor dan lahan parkir yang dimiliki sendiri dengan luas area lebih dari meter persegi, serta armada transportir truk tangki minyak pada tahun 2001 sampai 2007 sebanyak 36 unit armada. Namun dengan syarat yang diajukan oleh patra niaga bahwa kendaraan yang diperbolehkan beroperasi berumur selama 10 tahun lamanya, sedangkan kendaraan yang telah habis masa berlakunya berjumlah 23 armada tersisa sebanyak 12 armada truk tangki minyak yang siap melakukan pengiriman minyak untuk periode 2010 sampai dengan 2012 dan pada tahun 2013 sampai 2014 tersisa hanya 6 unit armada. Tentu hal ini merugikan PT. BCS dikarenakan kekurangan daya operasional karena tersisa hanya 6 unit armada untuk tahun Agar dapat bersaing tentunya PT. BCS harus melakukan pengembangan fasilitas yaitu dengan melakukan penambahan kendaraan operasional pengangkut minyak yang memadai demi tercapainya target operasional yang ditetapkan oleh PT.BCS maka dari itu diperlukan sebuah perencanaan yang terencana dan terukur agar perusahaan tidak mengalami kerugian dalam penamambahan armada transportasi. Dapat dilihat data historic PT.Berdikari Citra Sejahtera yang dimulai dari tahun 2010 s.d 2013 terdapat perubahan jumlah truk, jumlah penjualan (liter) per tahun, biaya perbaikan, Jumlah order yang dipenuhi, serta jumlah order yang tidak bisa dipenuhi oleh PT.Berdikari Citra Sejahtera sebagai acuan dalam menentukan
4 4 rencana penambahan armada transportasi truk karoserin sebagai media pengangkut bahan bakar minyak solar dari patraniaga ke end-user. Tabel 1.1 : Data Historic PT.BCS TAHUN JUMLAH TRUK JUMLAH PENJUALAN 1,106,900 1,123, ,300 1,071,600 (LITER) PER TAHUN BIAYA PEMELIHARAAN Rp. 6,000,000 Rp. 7,440,000 Rp. 4,320,000 Rp. 5,100,000 TRUK JUMLAH ORDER YANG BISA DIPENUHI JUMLAH ORDER YANG TIDAK BISA DIPENUHI Sumber : PT. BCS ( diolah ) tahun 2014 Dilihat dari data tabel 1.1 adanya penurunan penjualan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun penurunan terbesar terjadi pada tahun 2012 yang kehilangan jumlah penjualan liter sebanyak 332,000 liter dibandingkan dengan penjualan di tahun Dari biaya pemeliharaan truk dapat dilihat untuk kurun waktu 2010 s.d 2013 terjadi peningkatan biaya terjadi antara tahun 2010 s.d 2011 dan setelah terjadi pemotongan jumlah armada transportasi menjadi 6 kendaraan juga terjadi peningkatan biaya pemeliharaan truk di tahun 2012 s.d 2013 yang dikarenakan jumlah kendaraan semakin tua sehingga membutuhkan biaya penambahan untuk melakukan pemeliharaan terhadap truk. Dari jumlah order terdapat order yang tidak dapat dipenuhi oleh PT.Berdikari Citra Sejahtera dari tahun 2010 s.d 2013 dikarenakan ketidakmampuan kendaraan operasional yang bekerja secara maksimal terpaut dengan usia kendaraan yang sudah mendekati masa habis pakai operasional selama 10 tahun, yang dimana hal ini menyebabkan hilangnya order yang seharusnya bisa dilaksanakan oleh PT.Berdikari Citra Sejahtera selaku perusahaan transportir bahan bakar minyak solar industri. Tabel 1.2 : Jumlah kehilangan pendapatan potensial PT.BCS TAHUN Order yang ditolak Jumlah order ( liter ) Margin Pendapatan potensial yang hilang ,000 Rp. 550 Rp. 88,000, ,000 Rp. 550 Rp. 70,400, ,000 Rp. 550 Rp. 136,000, ,000 Rp. 550 Rp Sumber : PT. BCS ( diolah ) tahun 2014
5 5 Dilihat dari tabel 1.2 dalam kurun waktu 4 tahun PT.Berdikari Citra Sejahtera kehilangan pendapatan potensial sebesar Rp atau sama dengan setiap tahunnya PT. Berdikari Citra Sejahtera kehilangan pendapatan potensial sebesar Rp jumlah ini akan diprediksikan bertambah dengan seiringnya jumlah kendaraan yang sudah mulai menunjukan penurunan kemampuan daya operasi dan kendaraan yang mendekati masa akhir tahun operasional kendaraan. Sehingga potensi peningkatan order yang ditolak perusahaan akan bertambah seiring dengan kurangnya kemampuan kendaraan operasional saat ini yang beroperasi di PT. Berdikari Citra Sejahtera. Oleh karena itu studi kelayakan investasi di PT.BCS dalam penambahan jumlah armada transportasi pengangkut minyak perlu dilakukan untuk menentukan apakah langkah menginvestasikan dana dalam penambahan jumlah armada transportasi sudah layak dilakukan atau tidak layak dilakukan sehingga beralih kepada peminjaman kendaraan transportir dari pihak lain, dikarenakan banyaknya surat penawaran yang ditolak dan diberikan kepada perusahaan pesaing dikarenakan kurangnya kemampuan dalam melakukan pengiriman bmm. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis ungkapkan. Maka penulis ingin melakukan penelitian yang dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI TERHADAP PENAMBAHAN ARMADA TRANSPORTASI PADA PT.BERDIKARI CITRA SEJAHTERA 1.2 FORMULASI MASALAH Berdasarkan atas akan dilaksanakannya sebuah rencana investasi dalam penambahan jumlah armada transportasi di PT.BCS maka masalah yang akan dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang dimiliki PT.Berdikari Citra Sejahtera yang mendukung investasi penambahan armada transportasi? 2. Bila menggunakan kriteria-kriteria di dalam studi kelayakan bisnis apakah penambahan armada transportasi dapat direkomendasikan?
6 6 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Analisis faktor-faktor pasar dan pemasaran, manajamen dan operasi, analisis dampak lingkungan hidup (amdal), hukum, ekonomi dan sosial, operasional dan keuangan untuk studi kelayakan investasi penambahan armada trasnportasi di PT. Berdikari Citra Sejahtera. 2. Menentukan rekomendasi kelayakan investasi penambahan armada transportasi di PT. Berdikari Citra Sejahtera. 1.4 RUANG LINGKUP 1. Tujuan penelitian ini hanya untuk rencana perusahaan yaitu penambahan armada transportasi 2. Faktor-faktor yang dianalisis adalah faktor-faktor pasar dan pemasaran, manajemen dan operasional, analisis dampak lingkungan hidup (amdal), hukum, ekonomi dan sosial, operasional, dan keuangan. Kecuali faktor politik karena diasumsikan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan investasi penambahan armada transportasi 3. Penelitian memfokuskan kepada penjualan utama yaitu solar industri 4. Area industri penelitian meliputi Depotabek.
7 7 1.5 STATE OF THE ART Nama Pengarang Febri Muhammad Rachadian, Ereika Arie Agassi, Wahyudi Sutopo Jonny Michael Poff, P.E, Aaron Bass, Rachel Sweeney, Kenneth Bahlinger, Naury Chatellier Judul Jurnal ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN FRAIS BARU PADA CV.XYZ Undip, Vol VIII, No 1,Januari 2013 (Jurnal Utama) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PERLUASAN PABRIK DENGAN METODE COST- VOLUME-PROFIT DAN INCREMENTAL PADA PT XYZ, JAKARTA ComTech Vol.3 No. 1 Juni 2012: Feasibility Study Analysis for Riverine Sand Mining/ Scofield Island. Journal Of Coastal Research, Special Issue, No. 59, pp West Palm Beach (Florida), ISSN (2011) Hasil penelitian Analisis kelayakan investasi dapat digunakan untuk membuktikan usulan penggantian mesin produksi yang baru memberikan manfaat lebih bagi perusahaan. Perusahaan dapat menekan waktu produksi sehingga produktivitas perusahaan meningkat. Perusahaan mendapatkan keuntungan karena biaya untuk produksi serta perawatan mesin lebih murah. Perusahaan dapat mempertimbangkan alternatif penggantian mesin baru dengan mengusulkan skim pembiayaan yang sesuai. Setelah dilakukan penggantian mesin, perusahaan dapat memperbaiki sistem operasi dengan mengacu pada mesin baru yang dibeli. Dengan menggunakan metode perhitungan finansial IRR, PI, NPV Perhitungan analisis kelayakan investasi menggunakan metode perhitungan menggunankan analisis cvp dan metode perhitungan net present value atau ( NVP) Sebuah kelayakan rinci dilakukan untuk mengevaluasi pertambangan dan pengangkutan pasir dari Sungai Mississippi untuk memulihkan pulau Scofield, sebuah pulau di Louisiana. Proyek ekosistem yang diusulkan meliputi proyek restorasi termasuk merekonstruksi pantai dan bukit pasir melampaui kerangka pulau yang tersisa dan menutup pelanggaran yang ada dengan pasir sungai
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI TERHADAP PENAMBAHAN ARMADA TRANSPORTASI PADA PT.BERDIKARI CITRA SEJAHTERA TENGKU RIZKI SYAHPUTRA
1 ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI TERHADAP PENAMBAHAN ARMADA TRANSPORTASI PADA PT.BERDIKARI CITRA SEJAHTERA TENGKU RIZKI SYAHPUTRA Bina Nusantara University, Jl. Kelapa Hibrida II, Pondok kelapa, Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota yang semakin pesat saat ini harus dapat berjalan seiring dengan peningkatan usaha pemenuhan kebutuhan hidup penduduk kota itu sendiri. Meningkatnya
Lebih terperinciPOINTERS MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Dialog Energi Media Indonesia Indonesia & Diversifikasi Energi Menentukan Kebijakan Energi Indonesia 14 April 2015
POINTERS MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Dialog Energi Media Indonesia Indonesia & Diversifikasi Energi Menentukan Kebijakan Energi Indonesia 14 April 2015 Yang Saya Hormati: 1. Pimpinan Media Indonesia; 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki total konsumsi bahan bakar minyak yang cukup tinggi. Konsumsi bahan bakar tersebut digunakan untuk menjalankan kendaraan seperti kendaraan bermotor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Premium merupakan jenis bahan bakar minyak yang digunakan pada sektor transportasi, khususnya transportasi darat baik itu digunakan pada kendaraan pribadi maupun kendaraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data outlook pengelolaan energi nasional tahun
Lebih terperinci50001, BAB I PENDAHULUAN
Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia modern, bahkan akan terus meningkat akibat semakin banyaknya populasi penduduk
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut William F.S. yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2003:p5) Investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR
BADAN PUSAT STATISTIK No. 24/04/Th. XIII, 1 April PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR FEBRUARI HARGA GROSIR NAIK 0,04 PERSEN, HARGA GROSIR BAHAN BAKU NAIK 0,05 PERSEN Pada bulan Indeks harga grosir/agen
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011
No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso
Lebih terperinciBAB V SUMBER DAYA ALAM
BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas
Lebih terperinciPusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian
GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia sudah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Di satu sisi konsumsi masyarakat (demand) terus meningkat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014
No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN FRAIS BARU PADA CV. XYZ
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENAMBAHAN MESIN FRAIS BARU PADA CV. XYZ Febri Muhammad Rachadian 1), Ereika Arie Agassi 2), Wahyudi Sutopo 3) 1,2) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan
Lebih terperinciSecara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,
41 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah data ekonomi, kependudukan dan data pemakaian energi. Berikut adalah daftar data yang diperlukan sebagai
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014
No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Batu bara merupakan salah satu sumber daya energi yang sudah sejak lama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batu bara merupakan salah satu sumber daya energi yang sudah sejak lama digunakan, terutama untuk kegiatan produksi pada industri dan pembangkit listrik. Sebagai salah
Lebih terperinciPERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI
PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Oleh: Agus Sugiyono *) M. Sidik Boedoyo *) Abstrak Krisis ekonomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ketergantungan industri dan masyarakat
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara
Lebih terperinciTABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN
TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang
Lebih terperinciASPEK FINANSIAL Skenario I
VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciSURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012
No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011
No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.399, 2014 BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciMK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11
MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis (07.00-10.00) Kelompok : 11 MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT NYAMPLUNG DENGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL Disusun
Lebih terperinciRencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi
Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciA Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*
A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya
Lebih terperinciKAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA
KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA KAJIAN PERKEMBANGAN SEKTOR JASA dan SERAPAN TENAGA KERJA di DKI JAKARTA Oleh : Novita Delima Putri 1 Fadillah Hisyam 2 Dosen Universitas
Lebih terperinciVII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL
VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad ini seperti yang kita ketahui dunia ekonomi dan teknologi berkembang dengan pesat. Dunia bisnis pun terpengaruh dengan adanya perkembangan teknologi itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi oleh
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 76/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR OKTOBER HARGA GROSIR TURUN 0,07 PERSEN Pada bulan Oktober Indeks harga grosir/agen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batam adalah salah satu kota industri di Indonesia. Pada dekade 1970-an sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Berdasarkan Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Juli 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah
Lebih terperinciBOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)
BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar
Lebih terperinciAnalisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda
Reka racana Teknik Sipil Itenas No.x Vol.xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2014 Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda GLEN WEMPI WAHYUDI 1, DWI PRASETYANTO 2, EMMA AKMALAH
Lebih terperinciPenentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo
Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)
Lebih terperinciEnergy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013
No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI
DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam pengembangan suatu kota, lahan memiliki peranan yang sangat penting, yakni sebagai wadah yang menampung berbagai aktivitas-aktivitas perkotaan yang kompleks. Karakter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, harus diimbangi dengan peningkatan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan pokok makanan. Kebutuhan yang
Lebih terperinciBAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat semakin banyaknya kendaraan di Indonesia mengakibatkan kebutuhan akan bahan bakar di Indonesia juga meningkat, oleh karena itu dibutuhkan pula penambahan
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani
Lebih terperincidan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN 5.1 Temuan Studi
BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan penutup dari studi yang dilakukan dimana akan dipaparkan mengenai temuan studi yang dihasilkan dari proses analisis terutama untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011
No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar
Lebih terperinci