BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. jawab moral terhadap peneliti yang terdahulu. Penelitian terhadap Babad Buleleng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. jawab moral terhadap peneliti yang terdahulu. Penelitian terhadap Babad Buleleng"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Penulisan ilmiah terlebih sebuah penelitian perlu di dukung oleh kajian kepustakaan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh para ahli telah membicarakan objek yang dianalisis, sekaligus sebagai tanggung jawab moral terhadap peneliti yang terdahulu. Penelitian terhadap Babad Buleleng dari segi struktur dan semiotika dalam bentuk proposal sepanjang pengamatan penulis belum pernah dilakukan, maka untuk menambah pengetahuan dan menguatkan hasil penelitian, penelitian ini akan mengacu pada penelitian atau tulisan sebelumnya. Tulisan-tulisan tersebut sangat bermanfaat dan membantu dalam memberikan gambaran yang berhubungan dengan masalah struktur dan semiotik pada karya sastra babad dalam kehidupan masyarakat Bali. Adapun beberapa tulisan atau penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Sudira (1994) dalam skripsinya yang berjudul Perunutan Geguritan Panji Sakti Wijaya dengan Babad Buleleng. Dalam penelitian ini mengkaji mengenai geguritan Panji Sakti Wijaya yang kemudian ditransformasi (saduran) ke dalam babad Buleleng. Jadi penelitian yang dilakukan lebih menekankan pada struktur dalam geguritan Panji Sakti Wijaya tersebut yang kemudian dibandingkan dari segi alur cerita dengan isi dari teks Babad Buleleng tersebut yang menyebabkan terjadinya persamaan dan perbedaan versi cerita dari kedua karya sastra tersebut. Sedangkan dalam penelitian Wacana Sakti Ki Gusti Ngurah Panji Sakti

2 dalam Babad Buleleng ini lebih menekankan pada segi struktur susastra babad yang terdapat dalam teks Babad buleleng dan peneliti juga mengkaji tentang semiotik yakni menafsirkan makna melalui simbolsimbol sakti yang dimiliki oleh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. 2) Septiani (2012) dalam skripsinya yang berjudul Wacana Kesetiaan dan Cinta Kasih Dalam Geguritan Luh Raras Analisis Semiotik. Dalam penelitian ini maupun yang peneliti lakukan terdapat persamaan dalam hal pengkajiannya yakni segi semiotik, namun dalam objek sasaran yang diteliti berbeda. Dalam penelitian ini juga digubah struktur yang ada dalam geguritan Luh Raras. Namun perbedaannya sendiri terletak pada karya sastra yang digunakan sebagai objek kajian yang akan diteliti. Peneliti meneliti karya sastra Babad namun saudari Ni Kadek Septiani ini meneliti tentang karya sastra geguritan. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis terbantu dengan pengkajian dari segi semiotiknya. 3) Candrika (2012) dalam skripinya yang berjudul Siwa Tatwa Dalam Babad Nusa Penida Analisis Semiotik. Dalam penelitian ini mengkaji tentang Babad Nusa Penida yang menggubah struktur babad yang ada di dalamnya. Selain itu pula penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tafsir simbolik terhadap Siwa Tatwa yang menyebabkan timbulnya maknamakna sebagai filsafat siwa. Sedangkan penelitian Babad Buleleng memiliki persamaan yakni untuk merebut makna yang ada dari dalam teks yang ditafsirkan melalui simbol-simbol. Tafsir simboliknya yang dimaksudkan dari kedua penelitian ini memiliki perbedaan yakni dari segi Siwa tatwa dan pada penelitian Babad Buleleng dari segi Saktinya.

3 Berdasarkan penjelasan dari Candrika mengenai kajian semiotik ini, penulis juga merasa terbantu dalam menganalisis Babad Buleleng karena untuk mengetahui makna yang terkandung melalui tanda dan simbol yang ditimbulkannya dengan menggunakan tafsir simbolik. 4) Coryna (2014) dalam skripsinya yang berjudul Wacana Kelestarian Alam Cerita Lipi Selan Bukit Pada Masyarakat Adat Tenganan Pegeringsingan menyajikan tentang penelitian cerita prosa rakyat yang disajikan dengan kajian bentuk, fungsi dan makna. Kajian bentuk meliputi: prosa, ragam bahasa, gaya bahasa. Bentuk satuan naratif terdiri dari alur, insiden, latar, tema dan tokoh. Fungsi dan Makna pun dijelaskan dengan mendetail. Sedangkan pada penelitian tentang Wacana Sakti Ki Gusti Ngurah Panji Sakti dalam Babad Buleleng objek yang diteliti adalah babad. Bentuk kajiannya meliputi struktur dan semiotik. Struktur yang digubah adalah struktur pada babad, selain itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tafsir simbolik terhadap sakti yang dimiliki oleh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti yang menyebabkan timbulnya makna-makna di dalamnya. Berdasarkan penjelasan Coryna, penulis sangat terbantu dengan kajian semiotik dan wacana yang dipaparkan dalam objek kajian yang mengacu terhadap prosa rakyat sedangkan penulis tentang babad. Dengan demikian, jika di simak referensi di atas tampak menekankan pada usaha untuk menggali, melestarikan, dan mengangkat kembali teks karya-karya sastra tradisional yang semakin lama mulai ditinggalkan peminatnya. Tulisan dan penelitian di atas dapat membantu memberikan inspirasi terhadap penelitian Babad Buleleng. Dengan diperkenalkan kembali karya sastra di atas termasuk

4 Babad Buleleng, maka diharapkan masyarakat tidak mengadopsi begitu saja isinya tanpa melewati suatu proses kritik namun melalui kesadaran kritis. 2.2 Konsep Budiono (2005 : 284) dalam "Kamus Bahasa Indonesia" mengartikan konsep adalah rancangan. Konsep atau konseptualisasi merupakan unsur pokok dalam suatu penelitian. Konsep dapat didefinisikan sebagai abstraksi dari sekelompok fakta atau gejala dalam bentuk ide-ide atau gagasan mental. Adapun konsep yang akan diuraikan dalam penelitian ini yaitu konsep babad, Babad Buleleng, wacana, sakti, dan simbolik. Uraian ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap konsep dasar yang diterapkan dalam penelitian ini, sebagai bingkai pemikiran di dalam penyelesaian pada tahap analisis Konsep Babad Babad bukanlah barang baru bagi para sarjana, karena babad sudah lama mendapat perhatian yaitu mulai abad XIX hingga sekarang. Walaupun demikian, sampai sekarang pun belum ada kesatuan pendapat mengenai asal-usul kata babad atau belum dimiliki batasan babad secara pasti. Menurut Kamus Besar Bali- Indonesia ada dua pengertian babad tersebut, yaitu (1) babad berarti selaput rongga perut dalam hewan, dan (2) babad berarti merabas, tebas, pangkas, rambah. Babad sebagai karya sastra sejarah ditulis oleh seorang pujangga yang disebut pratisentana, turunan masing-masing klen. Adapun tujuannya untuk memuliakan leluhur suci yang dipujanya dan dibanggakan yang diangkat dalam cerita itu (Suarka, 1989 : 9). Menurut Suarka (1989 : 10) tradisi penulisan babad oleh seorang anggota warga dengan berbagai tujuan adalah memberikan semacam

5 peluang bagi si penulis dalam menyelipkan imajinasi, tafsiran fakta, alam pikiran, kepercayaan serta unsur-unsur fiktif yang senantiasa dihubungkan dengan ketinggian derajat leluhurnya. Babad memiliki ciri yang berbeda dari karya sastra yang lain, yaitu : (1) berisikan riwayat keturunan (genealogi), (2) disajikan dengan mengaitkannya pada mitos dan legenda (mitologis dan legendaries), (3) babad di Bali ceritanya sekemudian mengacu pada peranan seorang raja atau pemimpin sebagai penguasa sehingga sifatnya rajasentris, (4) lingkungan tempat tinggal penulis biasanya di puri atau kraton (kraton sentries), (5) selalu dikaitkan dengan hal-hal yang mistik dan religious (mistik-religius) (Sidemen, 2009 : 60 dalam Candrika, 2012: 17) Babad sebagai karya sejarah, adalah babon dari sejarah. Babad sebagai karya sejarah, maksudnya adalah babad memiliki nilai (sejarah) dan sifat (sastra). Apabila dilihat nilai sastra yang terkandung di dalamnya, terdapat unsur keindahan (estetika) dan sifat sastranya adalah imajinatif. Apabila dilihat dari nilai sejarahnya, terdapat unsur sejarah dengan sifatnya yang faktual. Oleh karena itu, babad dikatakan sebagai karya sastra sejarah yang saling melengkapi. Babad sebagai karya sastra sejarah ditulis oleh seorang pujangga yang sebagian besar merupakan keturunannya. Adapun tujuannya untuk memuliakan leluhur suci yang dipujanya dan dibanggakan, serta diangkat dalam teks tersebut. Tradisi penulisan babad untuk Si-penulis dalam menyelipkan imajinasi, tafsiran fakta, alam pikiran, kepercayaan serta unsur-unsur fiktif yang senantiasa dihubungkan dengan ketinggian derajat leluhurnya (Putra, 2012: 1 dalam Candrika, 2012; 18). Babad pada umumnya tergolong jenis sastra prosa, karena itu pada sebuah babad akan didapatkan unsur-unsur yang membangun karya tersebut yang

6 didalam pengertian modern dikenal sebagai unsur-unsur cipta sastra prosa, seperti tema, insiden, alur, penokohan dan perwatakan, latar, motif, tendens, amanat, teknik cerita dan gaya. Tema babad biasanya terdiri atas pengangungan, pengeramatan, pengesahan, pengukuhan, peperangan (untuk babad jenis uwug). Sedangkan untuk konvensi sastra babad yang lebih spesifik termasuk di dalamnya unsur historis dan genealogis serta aspek fiktif. Unsur-unsur historis dan genealogis mencirikan bahwa babad tergolong karya sastra sejarah; maksudnya unsur-unsur sejarah dan genealogis itu dapat dirasakan dalam struktur isinya yang berupa pelaku pemegang peranan yang biasanya dirangkaikan dalam jalinan silsilah, maupun peristiwa-peristiwa yang diceritakan bertalian dengan pelaku tersebut atau pun gambaran alam pikiran, kehidupan kebudayaan, susunan tata pemerintahan, kebiasaan adat istiadat, dan keadaan masyarakat. Sedangkan aspek fiktifnya merupakan pola unsur sastra babad yaitu berupa unsur-unsur sastra yang mengandung mitologi dalam jalinan genealogi yang dihubung-hubungkan dengan dewa-dewa, bidadari, tokoh-tokoh wayang, nabi-nabi, resi dan diselingi legenda yang bertalian dengan pola dasar alam pikiran pokok kehidupan yang cukup lama mengandung unsur air, tanah, api dan udara. Kadangkala diperkuat lagi dengan simbolisme yang berwujud lambanglambang sinar berkelarat di angkasa yang disebut wahyu, daru, pulung atau berwujud benda-benda pusaka keramat dan kata-kata kiasan Babad Buleleng Babad Buleleng sebagai salah satu karya sastra, terbangun atas struktur yang membentuk dan membangunnya, sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat (utuh). Pola struktur tersebut terdiri dari alur (plot), tema, dan tokoh yang

7 didukung oleh unsur-unsur pembangunan babad yaitu, mitologi, legenda, hagiografi, simbolis, dan sugesti sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi. Karya sastra menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan seluruhnya (Luxemburg, 1984: 38). Pada kerangka konseptual babad Buleleng awalnya akan dikupas struktur karya sastra babad. Sesuai perkembangannya, pada struktur babad Buleleng yang telah dikaji dari segi struktur akan dilanjutkan mengenai tanda yang terdapat di dalam teks dengan teori semiotik untuk penyempurnaan akan pemahaman terhadap teks. Karya sastra ini menceritakan tentang asal-usul suatu wilayah yang erat kaitannya dengan mitos serta legenda dari wilayah Den Bukit atau yang sekarang disebut Buleleng. Selain itu, terdapat tokoh sentral yang sangat berpengaruh terhadap wilayah tersebut yaitu Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Beliau merupakan seorang raja yang tangguh dalam medan peperangan sehingga beliau membentuk wilayah kekuasaan yang diberi nama salah satunya adalah Buleleng. Bentuk penyajiannya, yaitu fragmentaris, karena episode-episode yang disajikan di dalam cerita dibatasi oleh masa-masa pemerintahan para tokoh yang sedang berkuasa. Namun, tokoh-tokoh tersebut masih menjadi suatu kesatuan dalam cerita yang merupakan kesatuan silsilah atau keluarga keturunan Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Pengalihan kekuasaan dari seorang ayah kepada anak atau keturunannya amat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakatnya. Menurut Jonathan Culler ( melalui Atmaja, 1986: 2-3 dalam Putra, 1987: 12-13) bahwa dengan adanya sistem struktur karya sastra memberikan indikasi adanya unsur-unsur yang berhubungan secara fungsional. Pada karya sastra yang koheren minimal dituntut adanya tiga unsur, yaitu tema, alur, dan penokohan. Penjelasan lebih lanjut, ide

8 dasar atau tema penulisan Babad Buleleng dijelaskan melalui dua tema, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema dimaksudkan sebagai dasar penciptaan yang didahului dengan proses kreatif sehingga terwujudlah karya sastra (Goenawan, 1973: 40 dalam Putra, 1987: 31). Tema mayor pada penelitian Babad Buleleng ini dimaksudkan sebagai ide dasar dari penulisan Babad Buleleng, sedangkan tema minor adalah beberapa ide lain atau bentuk yang lain dalam rangka menguatkan dan mendukung tema mayor dari Babad Buleleng. Tema mayor atau ide dasar dari penulisan Babad Buleleng adalah memberikan pengesahan secara tertulis tentang makna suatu hal atau kausalitas suatu peristiwa (alur) yang berhubungan dengan silsilah atau golongan tertentu (tokoh). Dan tema minor adalah sebagai pengagungan, pengukuhan, dan pengeramatan. Tema-tema minor tersebut berupa kisah-kisah di seputar tokohtokoh dalam bentuk mitos, legenda, simbolisme, hagiografi, dan sugesti. Disebutkan, bahwa silsilah atau riwayat leluhur tersebut dihubungkan dengan kisah mitologi, yang bermula dari kelahiran para dewa, bidadari dan nabi-nabi besar (Putra, 1987: 40) Konsep Wacana Secara etimologis wacana berasal dari vacana (Sansekerta), artinya katakata, cara berkata, ucapan, pembicaraan, perintah, dan nasihat. Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian

9 kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau lisan dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori yang termasuk di dalamnya. Wacana kadang kala sebagai bidang dari semua pernyataan, kadang sebagai sebuah individualitas kelompok dan kadang kala sebagai praktik regulatif yang dilihat dari jumlah pernyataan (Eriyanto, 2001 : 2). Wacana berfungsi untuk menyampaikan berbagai bentuk informasi, membangun ilmu pengetahuan, meraih kekuasaan, dan alih teknologi. Wacana juga merupakan satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau tersebar dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 1984 : 208). Menurut Tarigan (1986 : 27) wacana adalah satuan bahasa lengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana sakti Ki Gusti Ngurah Panji Sakti dalam Babad Buleleng merupakan implementasi dari tokoh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Hal ini dikarenakan tokoh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti merupakan pendiri dari Kerajaan Buleleng. Beliau adalah seorang raja yang tangguh yang tidak terkalahkan oleh siapapun, sehingga beliau mendapat julukan sakti yang diberikan oleh rakyatnya karena kesaktian yang dimilikinya. Tidak saja di Den Bukit/Buleleng, Ki Gusti

10 Ngurah Panji Sakti sudah terkenal di berbagai daerah di Bali maupun di luar Bali. Daerah kekuasaan beliau saat menjadi seorang raja pun sangat luas. Kata sakti memiliki arti mampu (kuasa) berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam atau mempunyai kesaktian (kamus besar bahasa Indonesia, 2005 : 982). Sejak lahir Ki Gusti Ngurah Panji Sakti sudah memiliki kelebihan dari dalam dirinya yakni ketika lahir dari ubun-ubun beliau mengeluarkan sinar. Hal itu dijadikan suatu pertanda bahwa nantinya beliau akan menjadi seorang calon pemimpin yang sakti serta unggul dalam peperangan. Setelah beliau dewasa, pertanda itu pun terjadi Ki Gusti Ngurah Panji Sakti menjadi seorang raja yang sangat sakti dan unggul dalam peperangan. Sakti yang beliau miliki sejak lahir diperkuat juga dengan sakti yang lain yakni senjata keris Ki Semang dan tombak Ki Pangkajatatwa yang diberikan oleh ayah beliau Dalem Sagening. Senjata tersebut beliau digunakan untuk membantu rakyatnya serta merebut daerah kekuasaan musuhnya dalam peperangan. Tanda lahir dan senjata yang beliau miliki dapat dijadikan suatu simbol sakti yang dimiliki oleh seorang tokoh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Wacana Sakti Ki Gusti Ngurah Panji Sakti dalam babad Buleleng merujuk pada kata sakti. Sakti dalam babad Buleleng terrefleksi dari tokoh sentral dalam Babad Buleleng yaitu Ki Gusti Ngurah Panji Sakti. Tokoh Ki Gusti Ngurah Panji sakti sebagai pemimpin kerajaan Sukasada di Den Bukit/Buleleng dikenal sebagai sosok pemimpin rakyat yang menjadi panutan pada masanya Konsep Sakti Sakti berarti mampu (kuasa) berbuat sesuatu yang melampaui kodrat alam atau mempunyai kesaktian (kamus besar bahasa Indonesia, 2005 : 982). Sakti juga

11 memiliki arti mempunyai kuasa yang bersifat gaib (kamus besar bahasa Indonesia, 2005 : 982). Dalam Kamus Bahasa Bali-Indonesia, 1990 : 598) Sakti berarti : 1. Balian-dukun sakti; 2. Maha Kuasa; Asta- delapan kemahakuasaan Tuhan. Dalam ajaran Agama Hindu konsep sakti erat kaitannya dengan Tri Murti. Agama Hindu mengajarkan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah Tunggal. Tuhan itu hanya satu tidak ada Tuhan yang kedua. Tetapi orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama. Bukan saja banyak nama, tetapi juga banyak wujud atau manifestasi Nya. Satu di antaranya adalah bahwa Tuhan itu diwujudkan sebagai Tri Murti. Tri Murti itu merupakan tiga perwujudan utama Tuhan. Istilah lain yang disamakan artinya dengan Tri Murti adalah Tri Sakti. Menurut Kamus Jawa Kuno-Indonesia (Zoetmulder, 1997 : 683,986 dan 1274), Tri artinya tiga, Murti berarti manifestasi, bentuk, wujud atau inkarnasi, sedangkan Sakti diartikan sebagai kekuasaan, kekuatan, kemampuan atau kekuasaan agung. Dengan demikian, Tri Murti atau Tri Sakti dapat diartikan sebagai tiga manifestasi atau tiga perwujudan kekuatan, kemampuan, kekuasaan atau kesaktian yang maha besar dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ketiga wujud kemampuan, kekuatan, kekuasaan dan kesaktian Tuhan itu adalah : (1) Tuhan sebagai pencipta yang disebut Brahma; (2) Tuhan sebagai pemelihara yang disebut Wisnu; dan (3) Tuhan sebagai pelebur yang disebut Siwa.Dari ketiga perwujudan Ida Sang Hyang Widhi Wasa ini memiliki wujud saktinya masingmasing. Dengan dimilikinya kesaktian, maka Tuhan dinamakan juga Tri Sakti (Suhardana, 2008 : 1-2) Dalam wujudnya sebagai Tri Murti, Tuhan dikatakan memiliki kekuatan, kemampuan dan kekuasaan yang maha besar untuk mencipta, memelihara dan

12 melebur. Dan sebagai Tri Sakti, Tuhan dinyatakan mempunyai kesaktian yang luar biasa besarnya. Kemampuan, kekuatan dan kekuasaan Nya sebagai Tri Murti dan kesaktian Nya sebagai Tri Sakti itu tidak dapat dipisahkan. Hubungan yang tak terpisahkan itu, maka Tri Murti dan Tri Sakti itu diibaratkan seperti suami isteri. Brahma, Wisnu dan Siwa lalu dikiaskan masing-masing mempunyai isteri dalam pengertian mempunyai kekuatan, kemampuan, kekuasaan atau kesaktian. Dalam bahasa agama hindu isteri tersebut dinamakan sakti, karena itu Brahma dikatakan mempunyai sakti bernama Dewi Saraswati, Wisnu mempunyai sakti bernama Dewi Sri atau Dewi Laksmi dan Siwa mempunyai sakti bernama Dewi Durgha atau Dewi Uma. Dewi Uma disebut pula sebagai Dewi Parwati (Suhardana, 2008: 39). Dalam agama hindu ilmu mengenai kepemimpinan di kenal dengan nama Niti Sastra. Maharesi Canakya adalah seorang maharesi yang memperkenalkan Niti Sastra sebagai suatu etika dan moralitas. Niti Sastra bertujuan untuk membangun suatu negara, baik dari segi tata negara, tata pemerintahan maupun tata kemasyarakatan. Niti Sastra mengajarkan kepatuhan warga negara terhadap hukum dan kebijaksanaan pemerintah, dengan kata lain mengajarkan warganya untuk selalu ikut dalam pembinaan negara. Niti Sastra sebagai ilmu etika dan moralitas banyak mengajarkan ilmu pengetahuan bagi seorang pemimpin tentang etika dan moralitas, budi pekerti serta tata pergaulan hidup dengan semua mahluk (Suhardana, 2008: 6). Jika dihubungkan dengan sakti yang terdapat dalam Wacana Sakti Ki Gusti Ngurah Panji Sakti dalam Babad Buleleng adalah sebagai bentuk simbol kekuatan atau keunggulan yang dimiliki oleh tokoh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti

13 sebagai seorang raja. Sakti dimaksudkan juga sebagai sebuah karakter seorang pemimpin dalam menjalankan pemerintahannya berdasarkan etika dan moral kepemimpinan sehingga terbentuknya suatu keselarasan. Kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan merupakan persyaratan sebagai seorang pemimpin. Seperti yang diketahui Ki Gusti Ngurah Panji Sakti merupakan suatu simbol tokoh seorang raja yang sangat tangguh dan unggul dalam peperangan. Sakti yang akan dibahas di sini merupakan kesaktian yang dimiliki oleh Ki Gusti Ngurah Panji Sakti berupa tanda lahir dan senjata yang beliau miliki yang diberikan oleh ayah beliau Dalem Sagening. Jadi jika dihubungkan dengan penjabaran di atas sakti yang dimaksudkan di sini yakni seorang tokoh yang bernama Ki Gusti Ngurah Panji Sakti yang memiliki sakti mempunyai kesaktian yang tidak semua orang mempunyai itu berupa sakti yang dibawa sejak lahir dan sakti berupa senjata yang mempunyai kekuatan gaib Konsep Simbolik Tanda simbolis yang paling penting dalam teks sastra adalah tanda bahasa, tanda bahasa adalah tanda yang dihubungkan dengan denotatum berdasarkan kesepakatan. Avant-gardistis sebagai perintis pada makrostruktural menyatakan bahwa tanda bahasa dalam sebuah teks sastra tentunya sangat banyak dan beragam. Tanda baca biasa pun termasuk ke dalam tanda bahasa, kata-kata atau bagian-bagiannya (morfem) juga merupakan tanda simbolis. Demikian pula dengan kelompok kata (frasa, anak kalimat, sekuen, dan sebagainya). Tanda-tanda simbolis dalam sebuah teks dapat dikategorisasikan dengan berbagai macam cara yang tidak terhitung banyaknya (Zoest, 1993 : 77). 2.3 Landasan Teori

14 Teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Maka itu, teori yang digunakan haruslah sesuai dengan objek dan tujuan penelitian sehingga tidak terjadi suatu penyimpangan materi dan teori yang digunakan. Teori adalah 'alat', yang melaluinya dalam suatu penelitian dapat dilakukan secara lebih maksimal. Oleh karena itu, dalam suatu penelitian dimungkinkan menggunakan lebih dari satu teori. Tujuannya sangatlah jelas untuk dapat membandingkan teori satu dengan lainnya dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap objek penelitian (Ratna, 2006 : 6-7). Dalam sebuah penelitian landasan teori sebagai salah satu langkah untuk mendapatkan hasil yang maksimal mutlak diperlukan. Sebagai bentuk kegiatan yang ilmiah, teori berfungsi sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Teori yang dipergunakan haruslah sesuai (relevan) dengan objek analisis dalam suatu penelitian. Secara teoritis penelitian ini menggunakan dua acuan teori yaitu teori struktural dan teori semiotika Teori Struktural Secara etimologis struktur berasal dari kata structura (bahasa latin) yang berarti bentuk atau bangunan (Ratna, 2006 : 88). Penelitian suatu karya sastra tidak dapat terlepas dari struktur yang membangunnya. Menurut Teeuw (1984 : 135) analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, teliti, semendetail, dan mendalam mungkin ketertkaitan dan keterjalinan semua anasir serta aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya sastra. Setiap karya sastra baik karya sastra dengan jenis yang sama atau berbeda memiliki unsur-unsur yang berbeda. Artinya, disatu

15 pihak unsur-unsur yang dibicarakan itu tergantung dari dominasi unsur-unsur, di pihak lain tergantung dari tujuan analisis (Ratna, 2006 : 93-94). Menurut Endraswara (2011 : 49) pada dasarnya strukturalisme merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Menurut Atmazaki (dalam Purwanti, 2008 : 7) menyebutkan bahwa komposisi sebuah struktur, yaitu : alur, penokohan, perwatakan, pusat pengisahan/sudut pandang, dan gaya bahasa. Beberapa pandangan tentang struktur di atas merupakan suatu kombinasi yang dapat dilakukan dalam melakukan kerangka kerja yang meliputi: insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Sebuah karya sastra dan peristiwa di dalam masyarakat menjadi satu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dengan keseluruhan. Kesatuan struktural mencakup setiap bagian dan sebaliknya bahwa setiap bagian menunjukkan kepada keseluruhan isi dan bukan yang lain (Luxemburg, 1986 : 3). Akan tetapi analisis struktur tidak harus diarahkan oleh ciri khas karya sastra yang hendak di analisis (Teeuw, 1984 : ). Menurut Jonathan Culler (melalui Atmaja, 1986: 2-3 dalam Putra, 1987: 12-13) menyatakan bahwa dengan adanya suatu sistem struktur karya sastra memberikan indikasi adanya unsur-unsur yang berhubungan secara fungsional. Sastra yang koheren minimal dituntut adanya tiga unsur, yaitu tema, alur, dan penokohan. Darusuprapta mengemukakan bahwa pola unsur struktur sastra

16 sejarah yaitu mitologi, legenda, hagiografi, simbolisme, dan sugesti (Putra, 1987: 13-14). Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Jonathan Culler serta dipadukan dengan teori yang dikemukakan oleh Darusuprapta. Kedua teori tersebut akan digunakan dalam penelitian ini mengenai aspek sastra meliputi: tema, alur, tokoh, mitologi dengan jalinan legenda, hagiografi, simbolisme, dan sugesti Teori Semiotika Pada perkembangan semiotika, baik yang bersifat strukturalis maupun pragmatis sesungguhnya mengarahkan pengkajiannya tentang kebudayaan karena hal tersebut tidak dapat dihindarkan. Pada akhirnya yang memberi makna pada tanda adalah manusia yang berada dalam lingkungan sosial budayanya. Jadi semiotik melihat kebudayaan sebagai sistem tanda yang oleh anggota masyarakatnya diberi makna sesuai dengan konvensi yang berlaku (Hoed, 2008 : 3). Pengkajian tanda-tanda yang terdapat di dalam teks akan dilakukan melalui teori semiotik. Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya semua yang hadir di dalam kehidupan kita lihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna. Berdasarkan pendapat tersebut, pada hakekatnya ilmu ini lahir bersamaan oleh dua orang ahli, yakni Ferdinand de Saussure dan Carles Sanders Peierce. Semiotik atau istilah lainnya, yakni semiologi yang merujuk pada Ferdinand de Saussure melihat tanda sebagai pertemuan antara bentuk dan makna. Kaitan keduanya diistilahkan dengan

17 significant penanda dengan signifie petanda. Dengan demikian, de Saussure melihat tanda sebagai suatu yang menstruktur dan tersturktur dalam kognisi manusia,sehingga disebut sebagai kaum strukturalis. Segala yang ada dalam kehidupan manusia kita lihat sebagai bentuk yang mempunyai makna. Konsep beliau ini sering dinamakan dikotomis (Hoed, 2008 : 3). Pradopo (1994 : 96) menyatakan bahwa untuk mempermudah kajian semiotik, perlu diperhatikan konvensi penting dalam karya sastra, yang meliputi konvensi ketidaklangsungan ekspresi dan konvensi hubungan antar teks. Lebih lanjut Pradopo (1994 : ) menyatakan untuk lebih memudahkan pendekatan karya sastra dengan pendekatan semiotik hal pertama yang harus dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik merupakan pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya, atau jika diibaratkan secara semiotik berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama, dan pembacaan hermeneutik adalah pembacaan berulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memperhatikan konvensi sastra. Tanda sebaiknya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berdasarkan konvesi sosial yang telah ada sebelumnya, dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Dengan kata lain sesuatu dapat menjadi tanda hanya karena ia dapat ditafsirkan sebagai tanda sesuatu oleh beberapa penafsir. Oleh karena itu, semiotika tidak berkaitan dengan studi-studi atas jenis objekobjek tertentu, akan tetapi objek-objek biasa sejauh (dan hanya sejauh) dia terlibat di dalam semiosis. Menurut Pierce (dalam Septiani, 2012 : 20) menyebutkan bahwa semiotika melihat tanda sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa hal kongkret (dapat di lihat oleh panca indra manusia)

18 yang kemudian melalui suatu proses mewakii sesuatu yang ada dalam kognisi manusia. Pierce menambahkan bahwa tanda bukanlah suatu struktur melainkan suatu proses kognitif yang berasal dari apa yang di tangkap panca indra. Secara garis besar pemaknaan suatu tanda terjadi dalam bentuk proses semiosis dari yang kongkret ke dalam kognisi manusia yang hidup bermasyarakat karena sifatnya yang mengaitkan tiga segi yakni : representament, object, dan interpretant. Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik oleh Carles Sanders Peirce. Dengan menggunakan teori Peirce diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga didapatkan hasil yang diinginkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babad merupakan salah satu karya sastra sejarah. Adanya tradisi karya sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra dengan penyambutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tentang geguritan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Tinjauan pustaka dalam menunjang kajian ini dikelompokkan menjadi dua jenis pustaka. Kajian pertama adalah hasil penelitian yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian-penelitian sebelumnya, sudah banyak penelitian yang dilakukan mengenai babad, yang dilakukan oleh peneliti dari jurusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Moral, kebudayaan, kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki ruang lingkup yang luas di kehidupan masyarakat, sebab sastra lahir dari kebudayaan masyarakat. Aspek

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007:588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Syamsun (2014:52) metodologi penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis dilaksanakan secara rasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat suatu uraian sistematis mengenai teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan baru. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta serta hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. Parwa berarti bagian buku/cerita (Mardiwarsito, 1986:410). Parwa juga dikatakan sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah Seni. Dalam seni banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk memperkuat dan mengubah kognisi dalam menciptakan sejumlah makna-makna konotatif. Namun bahasa tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa karya sastra lama. Nilai-nilai budaya suatu bangsa yang dalam kurun waktu tertentu sangat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Hal itu, terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, cerpen, dan drama. Semua

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. dalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. dalam penulisan proposal. Semua referensi yang tertulis dalam kajian pustaka harus 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 1.2 Kajian Pustaka Kajian Pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti buku, jurnal, paper, artikel, skripsi, tesis, disertasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kegiatan mempelajari, memahami, dan mengutip berbagai teori, pandangan, pendapat, pernyataan dari para ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Sebagaimana yang dikutip Sudjiman dalam Memahami Cerita Rekaan (1991: 12) menurut Horatius karya sastra memang bersifat dulce et utile (menyenangkan dan bermanfaat).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Strategi Penelitian Jenis penelitian dalam mengkaji novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra merupakan aktivitas siswa dan guru untuk menciptakan peristiwa dan kegiatan yang berisi kegiatan memahami, menghayati dan memberikan tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta 1 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan. Pikiran, perasaan, kreativitas, serta imajinasi adalah alat. Sastrawan menggunakan media lingkungan sosial sekitar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci