Oleh : Yan Yan Sunarya Program Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain, Program Pasca Sarjana ITB, 2009
|
|
- Sucianty Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain Artikel Tidak Dipublikasikan Oleh : Yan Yan Sunarya Program Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain, Program Pasca Sarjana ITB, 2009 Sebelum menguraikan jawaban dari topik di atas, terlebih dulu saya ambil posisi bahwa pertelaan yang akan saya jelaskan bertumpu pada sudut pandang historis bidang desain yang bertautan dengan bidang filsafat. Bukan menjelaskan antara pertautan suatu teori di antara keduanya, - - walaupun ada, namun membutuhkan telaah intensif; melainkan pertautan fenomena konseptual substansial sebagai wujud titik temu di antara kedua bidang tersebut. Diawali dengan pemahaman tentang dunia desain, adalah bukan menyimak karya desain sebagai artefak belaka, tetapi merupakan kupasan terpadu, meliputi nilai- nilai budaya dan pemikiran, serta perubahan sosial- ekonomi yang menyertainya. Desain bukan suatu hasilan yang berdiri sendiri; melainkan sebagai suatu tatanan peradaban yang hidup. Bahkan para ahli sejarah berpendapat, bahwa desain adalah suatu bentuk gabungan interaktif- sinergis antara manusia, alam, dan lingkungan sosialnya dalam arti yang luas dan substansial (Walker, 1989). Desain, sebagai inti karya budaya fisik, lahir dari berbagai pertimbangan pikir, gagas, rasa, dan jiwa penciptanya, yang didukung oleh faktor temuan di bidang ilmu dan teknologi, lingkungan sosial, tatanilai, budaya, kaidah estetika, kondisi ekonomi dan politik, hingga proyeksi terhadap perkembangan yang terjadi di masa depan. Desain, menurut pandangan dunia modern, secara substantif tidak bisa dilepaskan dari dunia gagas manusia, yaitu: unsur akal (rasio, logika, pikiran, ide, dst.) dan unsur rasa (kreativitas, intuisi, ilham, selera, nilai- nilai, dst.). Oleh karena itu, dalam menyimak desain dan perkembangannya, tidak terlepas dari akar dunia berpikir (filsafat) dan sejarah keseniannya. Apabila saya tarik ke hulu, maka keberkaitan dunia desain dengan filsafat adalah bermula dari logika dan estetika Yunani Kuno (Sachari, 1999). Kebudayaan Yunani Kuno dinilai oleh para ahli sejarah sebagai peletak dasar peradaban Barat hingga kini, terutama sebagai cikal- bakal kelahiran pemikiran modern. Dalam kerangka historis yang menyangkut dunia desain, ada dua fenomena yang menjadi landasan yaitu: (1) proses berpikir desainer yang kemudian melahirkan metodologi desain modern, tidak terlepas dari dinamika filsafat keilmuan dan pola pikir rasional; (2) proses penciptaan yang bermuatan nilai- nilai estetika modern, juga tidak bisa terlepas dari dinamika sejarah kesenian Barat sejak zaman Yunani Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
2 Kuno. Walaupun dalam perkembangannya terjadi proses simbiosis dan inkulturasi dengan dinamika besar kebudayaan kuat lainnya. Namun hakikatnya, proses terbentuknya kebudayaan modern, tidak bisa terlepas dari dasar- dasar logika yang telah berkembang sejak zaman Yunani Kuno (Sachari, 1995). Yunani Kuno dikenal sebagai peletak sumber kelahiran pemikir- pemikir besar yang membentuk pikiran Barat modern. Alam pikiran Yunani kemudian dikenal sebagai dunia filsafat (philosophia) atau dalam pandangan modern disebut sebagai dunia keberpikiran yang memiliki kebijaksanaan dan keluhungan (Bertens, 1981). Ada tiga faktor utama yang mendasari terbentuknya alam filsafat Yunani, yakni : a. Dunia mitologi; tumbuh dalam masyarakat Yunani, sebagai wahana pemberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam sanubari manusia sepanjang masa. Misal: Siapa pencipta alam semesta? Darimana asal diri kita? dst. Bangsa Yunani kemudian mencoba menyusunnya secara sistematis dan berusaha menghilangkan mitos- mitos lain yang bertentangan. Kenyataan itu, oleh para pemikir modern dianggap sebagai cerminan sifat rasional bangsa Yunani; b. Kesusastraan; sebagian besar berisi tentang ihwal yang berhubungan dengan legenda, amsal, dongeng, mitos, teka- teki, syair, dst., yang juga banyak digunakan sebagai alat pendidikan; c. Ilmu pengetahuan; bangsa ini mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dengan tingkat keilmiahan tinggi. Walaupun untuk itu, mereka menyadur dari bangsa Mesir untuk bidang ilmu hitung dan ukur (Geometria). Ilmu pengetahuan dan filsafat tumbuh di polis- polis, disebabkan rakyat bebas berpendapat dan menciptakan iklim yang membentuk sikap ilmiah. Hal lain yang menyebabkan dunia gagas Yunani tumbuh, disebabkan oleh: a. Berkembangnya logos (rasio, bahasa, pikiran, gagas); bukan sekadar bahasa keramat keagamaan, sebagaimana dijumpai pada dunia kepercayaan primitif, melainkan berperan sebagai alat komunikasi politik, diskusi, pengadilan, pidato, dst. Pada tahap berikut logos berkembang/berhasil membangun ilmu retorika (Wuwur, 1995), logika sistematis, dan sofisme (Hadiwijono, 1994). b. Keterbukaan; dalam semua aspek kehidupan sosial dan pengutamaan kepentingan negara daripada pribadi, menumbuhkan sikap yang positif di kalangan masyarakat; terbuka terhadap kritik; serta lintas informasi kala itu telah terbina baik. Hal itulah yang menciptakan suasana dan sikap ilmiah; c. Kesederajatan; setiap warga berhak mengambil bagian dalam urusan kenegaraan. Hal itu yang memicu pengembangan bakat dan profesionalisme. Suasana di atas, dianggap menumbuhkan kegairahan dunia pikir (filsafat) menuju kepada suatu yang rasional, ilmiah, demokratis, bebas, dan berkembang seluas- luasnya menurut pandangan manusia modern. Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
3 Kembali pada hal logika, Aristoteles dianggap tokoh yang paling sistematis dalam menguraikannya, kemudian dikenal dengan istilah analitika untuk argumentasi yang diyakini kebenarannya; dan dialektika untuk argumentasi berupa hipotesis yang belum diyakini kebenarannya; keduanya ini, kemudian dikenal sebagai logika. Aristoteles membagi logika atas: (1) mempertimbangkan, (2) menarik kesimpulan, dan (3) membuktikan argumentasinya. Dari semua itu, substansilah yang menjadi intinya; sedangkan yang lain ialah unsur penyebut, pelengkap, atau penentu. Pernyataan kita dapat dianggap benar jika isinya sepadan dengan kenyataan; sedangkan suatu pernyataan dianggap salah, jika terjadi pemisahan antara isinya dengan keadaan objektif (Hatta, 1989). Menurut Aristoteles, pengetahuan baru dapat dihasilkan melalui dua jalan, yaitu : a. Induksi; pengetahuan yang bertolak dari kasus khusus yang mengarah kepada pengetahuan yang bersifat umum. Proses ini dilakukan dengan cara mengkaji beberapa contoh soal. Dan atas dasar itu dipakai dasar untuk menyimpulkan hukum yang bersifat umum, termasuk kasus yang belum diselidiki. Contoh dalam disertasi bidang ilmu desain, Imam Santosa (2006), Kajian Estetika dan Unsur Pembentuknya pada Keraton Surakarta, sbb :... Mengingat perannya tersebut, maka timbul sejumlah pertanyaan pokok dan dugaan terhadap estetika desain Keraton Surakarta sebagai berikut : 1. Bagaimana proses ide- ide, gagasan- gagasan, nilai- nilai, norma- norma, konsep- konsep serta peraturan- peraturan dalam sistem budaya Jawa melandasi perwujudan visual desain Keraton Surakarta (reperesentasi)? 2. Sejauhmana fungsi- fungsi pragmatik dan utilitarian melandasi perwujudan visual desain Keraton Surakarta (forms follows function)? 3. Apa peran dan makna estetik serta posisi desain bagi Keraton Surakarta khususnya serta budaya Jawa pada umumnya (estetika)? Dari pertanyaan (1), (2), (3) bisa dikategorikan menjadi 2 pertanyaan utama : 1. Bagaimanakah kedudukan dan peran estetika pada desain Keraton Surakarta dalam konteks representasi atas sejumlah nilai, norma dan aturan Jawa serta Keraton Surakarta sebagai artefak kebudayaan Jawa? 2. Bagaimanakah budaya Jawa mengalami proses pembelajaran budaya (enkulturasi) dari budaya- budaya asing, dan sejauhmana budaya- budaya asing tersebut turut membentuk ciri visual pada desain Keraton Surakarta? Atas dasar ke dua pertanyaan di atas, maka hipotesis yang diajukan sbb : 1. Budaya Keraton Surakarta, mempunyai metoda khusus untuk merefleksikan sejumlah nilai, norma dan aturan ke dalam wujud visual desainnya; 2. Berdasarkan faktor- faktor politik, sosial dan ekonomi, budaya Keraton mengalami proses enkulturasi dari budaya asing. Proses tersebut turut memberikan ciri visual khusus terhadap wujud desain Keraton Surakarta. Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
4 Penalaran semacam itu, memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis, mengarah kepada pernyataan yang semakin fundamental (Suriasumantri, 1996). b. Deduksi; pengetahuan bertolak dari dua kebenaran yang tak disangsikan, dan atas dasar itu kemudian menyimpulkan kebenaran ketiga. Jika induksi amat bergantung pada pengetahuan inderawi, maka nalar dalam proses deduksi sama sekali lepas dari pengetahuan inderawi (Bertens, 1981). Kumpulan hukum yang digunakan sebagai eksplanans sifatnya umum dari eksplanadum; sedangkan eksplanadum adalah akibat logis dari premis penjelasan itu (Andi Hakim, 1988). Deduksi merupakan pandangan umum yang diakui kebenarannya dalam menyimpulkan kebenaran khusus. Cara Aristoteles mempraktekkan berpikir deduksi, dikenal sebagai silogisme, merupakan argumentasi yang terdiri atas tiga putusan yang dibedakan atas dua unsur: (1) hal tentang apa, bahwa sesuatu diungkap (subjek) dan (2) apa yang akan diungkap (predikat). Contoh dalam disertasi bidang ilmu desain, Agus Sachari (2004), Peran Nilai Estetis Modern Dalam Perkembangan Desain Abad ke- 20 di Indonesia, sbb :... Dalam mengamati perkembangan desain selama abad ke- 20 dijumpai sejumlah penggunaan istilah dengan pengertian yang tumpang tindih, pengertian tersebut dalam rentang historis mengalami pergeseran makna dikarenakan penggunaan istilah desain yang beragam, maka istilah desain yang dirujuk sebagai pedoman dasar adalah pengertian desain secara umum (Oxford Dictionary) sebagai berikut : Desain : reka bentuk, reka rupa, tatarupa, perupaan, anggitan, rancangan, bangunan, rekayasa, perencanaan, kerangka, sketsa ide, gambar, busana, keterampilan, kerajinan, kriya, teknik presentasi, penggayaan, komunikasi rupa, denah, layout, ruang, bangunan, benda yang bagus, seni rupa, ilustrasi, susunan rupa, bentuk, komposisi warna, ukiran, motif, ornamen, karya grafis, dekorasi (kata benda); menata, mengkomposisi, merancang, merencana, menghias, memadu, menyusun, mencipta, berkreasi, menenun, menggambar, meniru gambar, memecahkan masalah, menghias, membuat benda, menyusun pola, membuat model (kata kerja). Penggunaan istilah desain di awal abad ke- 20 di Indonesia, belum populer, meski aktifitasnya ada. Dalam konteks waktu tersebut penggunaan praktis istilah desain berpadanan dengan kata kerajinan, bangunan, perkotaan, gambar, dekorasi, rekayasa, keterampilan, sebagai wujud rupa sebuah karya. Istilah desain secara keilmuan formal baru dipakai dan diterapkan pada pendidikan tinggi seni rupa di ITB 1971 untuk nama bidang keahlian desain interior, produk, grafis, dan tekstil. Penggunaan istilah desain lalu mengalami pemantapan saat diresmikannya Fakultas Seni Rupa dan Desain Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
5 1984 dan dibukanya Jurusan Desain dengan beberapa prodi desain (desain interior, produk, tekstil, grafis), serta tidak tertutup kemungkinan istilah desain dalam dunia teknologi/rekayasa telah dipergunakan jauh sebelum istilah desain diformalkan menjadi nama keilmuan ataupun profesi. Jadi, terminologi yang diacu dalam penelitian ini, Desain : (1) wujud ekspresi manusia yang didasari kekuatan berpikir, implementasinya berbentuk karya estetik, sains, sebuah proses atau sebuah produk dan dipercaya sebagai sesuatu yang mengandung nilai kebenaran (Margolin, 1986 : 28); (2) salah satu manifestasi kebudayaan yang berujud dan merupakan produk nilai- nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu. Sebagai produk kebudayaan, desain tidak terlepas dari fenomena kebudayaan yang lain, serta tidak terlepas dari nilai- nilai yang sifatnya abstrak dan spiritual, desain selalu terkait dengan sistem ekonomi dan sistem social (Widagdo, 1993 : 1). Keberlanjutan pemikiran Yunani Kuno, pernah mengalami stagnasi pada Masa Kegelapan Eropa. Lantas beberapa abad kemudian, Eropa dikejutkan oleh Zaman Pencerahan yang menandai proses transformasi baru dalam dunia berpikir. Perubahan itu dikenal sebagai Copernican Revolution, mengetengahkan konsep berpikir berdasar metode eksperimental dan amatan. Lalu kemunculan Galilei dan Newton; menguraikan teori gravitasi, konsep astronomi baru, dan berbagai rumus mekanika baru, untuk menyangkal pendapat sebelumnya, yang semuanya akan menjadi dasar dari Natural Science dan Technology. Pada abad ke- 20, semua perkembangan berpikir di atas disangkal oleh Karl Popper. Bagi Popper, ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan lainnya tidak berkembang karena suatu induksi, melainkan terus- menerus terbuka akan azas falsifikasi. Ilmu pengetahuan hanya suatu hipotesis, dan selama hipotesis itu berpeluang dengan kesalahan, maka ilmu akan berkembang dan disempurnakan. Runtutan perkembangan pemikiran sejak zaman Yunani Kuno hingga kini, adalah dasar terbentuknya pola pikir masyarakat Barat modern yang rasional. Pola pikir tersebut, kemudian mewarnai peradaban Barat di dunia, termasuk iptek, desain, bahkan nilai estetiknya. Hal itu dapat kita amati pada beberapa pemikiran terhadap perkembangan desain Barat modern seperti yang akan diuraikan di bawah ini. Jones berpendapat, bahwa ada dua cara desainer dalam memecahkan masalahnya : a. Model black- box; bahwa proses desain yang utama sebenarnya terletak di dalam proses berpikir melalui tukar pikiran (brainstorming) secara bebas, kemudian ditransformasikan secara sistemik. Atau dapat pula dilakukan secara sinektik yang mengkaji permasalahan sebagai umpan, kemudian mengalami proses penganalogian sistematis dalam black- box, dan menghasilkan keluaran yang telah diolah berdasarkan pengalaman; Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
6 b. Model glass- box, bahwa proses desain dilakukan secara rasional dan sistemik. Seperti halnya pada komputer, yang menerima umpan permasalahan, kemudian dikaji secara terencana, analitis, sintetis, dan evaluatif, sehingga kita akan mendapatkan optimasi pemecahan yang mungkin dilakukan. Bryan Lawson sejalan dengan Jones, bahwa proses analisis- sintesis- evaluasi penting dilakukan dalam proses desain. Namun begitu, Lawson menekankan aspek umpan balik dalam setiap langkah berpikir. Lain halnya dengan Bruce Archer, secara terinci mengungkapkan bahwa proses nalar induktif secara lebih luas, harus diterapkan pada tahap awal proses desain. Sedangkan nalar deduktif dianjurkan untuk ditekankan pada tahap analisis- sintesis- pengembangan (Lawson, 1980). Perkembangan metode desain modern sebagai proses berpikir logis, secara historis tidak terlepas dari tradisi berpikir sejak Aristoteles. Meskipun pada akhir abad ke- 20, proses berpikir logis ini digantikan oleh otak buatan yang dijalankan komputer, tetapi prinsip dasarnya tetap mengacu kepada perkembangan logika tradisional yang dirintis sejak zaman Yunani Kuno. Otak buatan mampu mereduksi waktu berpikir manusia yang konvensional, terutama penguasaan kemahiran aritmatik, ingatan dalam skala besar, dan kecepatan menganalisis, tapi belum mampu menciptakan dunia kreativitas dan imajinasi manusia yang kaya. Walaupun demikian, pergeseran itu mampu menciptakan percepatan pekerjaan desain, terutama setelah meluasnya penggunaan komputer grafik berkemampuan tinggi. Berbicara tentang rasionalisme logis sebagai runtut dinamika dari alam pikiran Yunani Kuno hingga Revolusi Cartesian, membawa dampak lanjut terhadap pola pikir masyarakat Barat, yaitu: ditandai dengan munculnya tokoh pemikir yang mengutamakan akal dalam setiap kegiatan hidup. Tokoh peletak dasar berpikir rasional adalah Rene Descartes ( ), ia kemudian dianggap sebagai bapak filsafat modern. Descartes beranggapan, bahwa dalam bidang ilmiah tidak ada sesuatu yang dianggap pasti, semuanya dapat dipersoalkan, kecuali ilmu pasti; agar filsafat ilmu pengetahuan dapat diperbarui dan berkembang, perlu metode yang baik. Descartes sendiri telah memikirkan metodenya, yaitu dengan menyangsikan segala yang ada. Kesangsian yang radikal itulah, yang harus menjadi dasar bagi seluruh ilmu pengetahuan. Penyangsian Descartes yang terkenal adalah ungkapan Cogito ergo sum: Saya yang menyangsikan (berpikir, menyadari), maka saya ada. Diri kita yang berpikir jelas dan sistematis, adalah suatu cara untuk mencapai kebenaran mutlak. Yang dimaksud Descartes, bahwa eksistensi personal saya yang penuh diberikan kepada saya di dalam kegiatan meragukan (Hadiwijono, 1995). Filsuf pengkritik Descartes adalah Leibniz ( ), bahwa cogito (substansi) yang ditawarkan Descartes, sebenarnya bersifat tertutup. Bagi Leibniz, hanya jiwa - lah yang dapat membuka realitas secara mutlak. Filsuf lainnya Thomas Hobbes ( ), bahwa justru pengalaman inderawi - lah yang lebih penting daripada pendekatan ilmu pasti. Pernyataan ini mengawali kelahiran Empirisme di Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
7 Inggris (Hadiwijono, 1995). Selain itu, bahwa manusia sebagai makhluk sosial, cenderung mempertahankan keberadaannya sebagai egoisme yang radikal. John Locke ( ), menilai manusia harus dianggap sebagai kertas putih yang bersih, sedangkan isinya didapat dari pengalaman hidup; pengalaman manusia terbagi atas dua, yaitu: pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman batiniah (reflexion), keduanya melahirkan gagas tunggal yang menyatu. Ia berusaha menggabungkan teori Empirisme dengan ajaran Rasionalisme. Menurutnya, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Akal (rasio) adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri (Ibid, 1995). Gagasan ini, kemudian dikenal sebagai Rasionalisme Empiris. Namun Rasionalisme Empiris kemudian dikritik oleh Berkeley ( ), bahwa sebenarnya tidak ada substansi material dalam pengalaman inderawi, yang ada hanya ciri yang diamati. Hal itu artinya, yang kita miliki dan kita lihat hanya merupakan pengalaman rohani (sebagai idea), bukan kenyataan hakiki. Aliran ini memuncak pada masa David Hume ( ), dengan terapan radikal berupa penolakan terhadap substansi dan kausalitas, karena bagi Hume di setiap substansi sebenarnya mengandung substansi tetap yang lain. Di Inggris, Abad Pencerahan dalam dunia berpikir dikenal sebagai Enlightenment manusia mencari cahaya baru melalui rasionya. Immanuel Kant ( ), bahwa manusia harus keluar dari kegelapan melalui Aufklarung, yaitu menembus kegelapan melalui rasio. Hal yang terpenting dari pencerahan itu adalah manusia harus berani berpikir sendiri untuk kemajuan dirinya, dan ini dianggap sebagai tahap baru setelah era Renaissance dan Reformasi di Inggris (Ibid, 1995). Hegel berpendapat, bahwa semua yang nyata selalu bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat nyata. Pernyataan ini hakikatnya bermaksud menyamakan luasnya rasio sama dengan luas realitas. Rasionalisme memuncak setelah terjadinya Revolusi Industri di Eropa melalui Positivisme August Comte ( ). Pada saat inilah, ilmu pengetahuan diangkat menjadi sesuatu yang harus empiris. Oleh karena itu, pengetahuan tidak boleh melampaui fakta- faktanya, meskipun perkembangan Empirisme di Inggris hakikatnya terbuka menerima pengalaman subjektif. Peluang masuknya pengalaman subjektif ini, dikarenakan industrialisasi yang terjadi di Inggris kemudian menimbulkan aneka permasalahan kemanusiaan baru. Tetapi sejalan dengan itu, filsafat Positivisme yang berpengaruh pada masa industrialisasi awal, juga dianggap tak memberi tempat bagi metafisika (pengalaman subjektif). Kegersangan itu, kemudian memunculkan Materialisme yang membuka peluang tempat bagi metafisika (Bertens, 1981). Mengenai perkembangan beberapa falsafah di atas, maka dasar kesemuanya merupakan konsep pengagungan akal (rasio), meskipun ada kesadaran untuk menerima jiwa. Namun begitu, pengaruh Rasionalisme beberapa dekade sesudahnya, merupakan cikal- bakal lahirnya faham untuk menggali dan Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
8 memanfaatkan alam secara besar- besaran dengan kemampuan rasio. Munculnya industri di Eropa, sebagai tahap lanjut Revolusi Industri Awal, merupakan implementasi praktis masyarakat Barat menerima teknologi sebagai bagian dari Rasionalisme Empiris. Kerja tangan yang melelahkan, kemudian digantikan oleh mesin bertenaga air dan uap. Demikian pula pekerjaan berat lain, mulai digantikan oleh teknologi yang praktis dan murah. Walaupun berakibat pada tenaga manusia yang besar jumlahnya itu menjadi pengangguran. Pengrajin dan buruh kasar, secara bertahap kehilangan mata pencaharian. Kemiskinan dan pengangguran ini, kemudian meledak menjadi gerakan anti- industri, sebagai ungkapan kemarahan para seniman dan pengrajin yang tergeser perannya oleh mesin. Perkembangan desain modern sejak paro abad ke- 19 hingga akhir abad ke- 20, terlihat bahwa karya desain dan aktivitasnya, secara hakikat tidak terlepas dari pola pikir dan konteks sosialnya. Hal itu terlihat dari runtut pemikiran sejak para filsuf Yunani Kuno yang mengenalkan: logika dan estetika yang menjadi inspirasi peradaban dunia. Walaupun peradaban intelektual ini mengalami masa kegelapan akibat berkembangnya peradaban di wilayah lain, namun semangatnya mampu menghidupkan dan menciptakan pencerahan di Abad Pertengahan hingga menjadi titik tolak kehidupan modern dengan percepatan teknologi seperti kini. Sejak Descartes menyadarkan masyarakat Barat, bahwa berpikir dan akal sebagai inti untuk mendunia merupakan kunci dalam membangun peradaban, maka saat itu pula metode berpikir rasional menjadi ideologi berpikir di semua aktivitas kehidupan, termasuk dalam bidang desain. Iklim pencerahan itu, memicu seniman Renaissance mengintegrasikan antara berpikir rasional, berolah rasa, dan berkarya dengan keterampilan tinggi yang menjadi kekuatan mengubah tatanan dunia. Sejalan dengan itu, kesadaran ruang mulai terkuak dengan ditemukannya ilmu perspektif dalam gambar (disegno). Perkembangan Rasionalisme pun mempengaruhi metode desain, yang sebelumnya bersifat craftmanship. Berkembangnya gerakan Machine Art dan temuan penting dalam bidang sains, lalu membangun faham yang mengutamakan konsep berpikir dalam berekspresi, mencoba menjembatani keterpisahan antara seni dan teknik yang diusung gerakan Anti- Industri. Implementasinya, adalah dengan kemunculan Modernisme yang mengutamakan bentuk rasional serba geometris. Fanatisme terhadap Rasionalisme, tercermin pada pengagungan fungsi di setiap gagas desain. Fase penting gerakan ini, adalah dengan lahirnya Bauhaus (1919) lembaga yang menerapkan Rasionalisme Empiris secara pragmatis pada pendidikan seni rupa dan desain, serta mempraktekkan keilmuan dan keterampilan, berjalan bersamaan. Berbagai gaya baru sebagai bagian Modernisme, sebenarnya merupakan sempalan rasa ketidakpuasan gaya utama yang terlalu mekanistik dan rasional. Sebagaimana ditunjukkan oleh Art Deco berunsur rupa dekoratif- rasional, merupakan paduan antara bahasa rupa Art Nouveau dan Modernisme. Namun gerakan itu segera Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
9 menyurut setelah muncul Streamlining, sebagai gaya yang merupakan wahana yang dapat menampung aspirasi dan ekspresi para desainer dan insinyur kala itu. Rekonstruksi usai perang di berbagai negara, mengakibatkan kemajuan luar biasa dalam dunia arsitektur dan desain produk industri. Modernisme Lanjut, dengan beragam wajah (Pop Modernisme, International Style, Hi- Tech, dst.), kemudian menjadi primadona keberhasilan negara- negara Barat dalam dunia desain. Keunggulan ini sejalan dengan imperialisme budaya yang diekspor ke seluruh dunia, memunculkan gaya tunggal dunia. Namun sejalan dengan waktu, kehidupan yang serba monoton, instan, rasional, dan kering itulah, kemudian menjadi pemicu krisis Modernisme. Krisis ini berkembang menjadi krisis sosial yang meluas di tengah derasnya arus konsumerisme dan kemanusiaan. Hal itu ditandai oleh pemunculan gerakan Pop yang mengkritik habis- habisan Modernisme, serta dihujat sebagai biang keladi kesenjangan nilai- nilai, ekonomi, budaya, dan pengangguran yang menciptakan kekeringan jiwa berkepanjangan. Kehidupan seni dunia dirasakan semakin jauh, didikte oleh kemajuan teknologi yang serba instan dan rasional. Dari segi intelektual, para pengamat sosial menilai, bahwa pemicunya adalah pemikir mazhab Frankfurt yang radikal, sedangkan dari segi praktis dilakukan oleh kaum muda melalui budaya Pop. Charles Jencks, kemudian mengumandangkan kematian Modernisme, sekaligus membuka pintu bagi Posmodernisme; khususnya dalam dunia perancangan secara umum. Namun hal itu sebenarnya belum mengubah nilai- nilai hakiki dari Modernisme yang berlangsung terus dalam semua lini kehidupan masyarakat dunia. Sejalan dengan itu, koreksi terhadap Strukturalisme dalam dunia filsafat skeptik, dilakukan oleh kaum Pos- strukturalisme dan Dekonstruksi(isme), serta berkembangnya pemikiran Rasionalisme Kritis sebagai kritik terhadap Rasionalisme Empiris yang dianggap sebagai kebenaran sempurna. Proyeksi desain ke depan, merupakan fenomena yang berkecenderungan terjadinya perubahan berpikir ke arah Rasionalisme Digital, menggejala hampir di semua lini kehidupan. Hal ini, tampaknya akan menjadi tonggak penting dalam perkembangan metodologi desain. Gejala itu mulai tampak jelas, tatkala sejumlah industri dan biro konsultan mengurangi meja gambar dan beralih ke layar monitor. Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan desain, mahasiswa mulai meninggalkan mesin tik dan rapido untuk beralih ke PC dan mesin printer; pun informasi keilmuan melalui buku mulai beralih ke internet. Para mahasiswa desain, tidak perlu lagi membuat model dengan tanah liat atau membuat rendering dengan spidol sebagai bukti kebenaran eksperimennya, tetapi cukup disajikan secara virtual dalam layar monitor. Kenyataan itulah yang menjadi ciri, bahwa dunia keberpikiran empiris bergeser ke arah dunia keberpikiran virtual yang mampu menyajikan simulasi real- time, gambar tembus dinamik, rendering photo- realistik, animasi digital dan multi media yang dalam waktu singkat menjadi pemandangan lumrah. Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
10 Dari akhir uraian uraian panjang- lebar di atas yang dijelaskan bertumpu pada sudut pandang historis antara bidang filsafat dengan bidang desain, pada akhirnya memiliki pertautan fenomena konseptual substansial sebagai wujud titik temu di antara keduanya. Paradigma perubahan pola pikir, hakikatnya amat berpengaruh, baik pada hasilan desain, falsafah perancangan, maupun bahasa rupa yang dipergunakan; yang kemudian pendekatannya tidak cukup berupa pendekatan kronologis, melainkan didasarkan kepada paradigma perubahan sosial yang terjadi pada bidang desain. Hal ini terjadi, mengingat desain bukan semata merupakan otobiografi yang berisi peristiwa dan waktunya akurat (bahkan ada yang masih berlangsung terus), melainkan merupakan transparansi dari beragam fenomena pemikiran yang saling tumpang tindih dan kompleks. Daftar Pustaka Conway, Hazel, 1987, Design History, London: Allen & Unwin; Dormer, Peter, 1990, The Meaning of Modern Design, London: Thames and Hudson; Hadiwijono, Harun, Dr., 1994, Sari Sejarah Filsafat Barat 1, Yogyakarta: Kanisius;, 1995, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, ; Hatta, Mohammad, 1989, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: PT Jambatan, Jakarta; Heskett, John, 1986, Desain Industri, Terjemahan, Bandung: INDDES ITB & PT Rajawali; K., Bertens, 1981, Filsafat Barat dalam Abad XX, Jilid I, Jakarta: PT. Gramedia; Lawson, Bryan, 1980, How Designers Think, London: The Architectural Press Ltd.; Sachari, Agus, 1995, "Sejarah Desain Modern", Diktat, Bandung: Jurusan Desain FSRD ITB;, Sunarya, Yan Yan, 1999, Modernisme: Tinjauan Historis Desain Modern, Jakarta: PT. Balai Pustaka;, NIM: , 2004, Peran Nilai Estetis Modern Dalam Perkembangan Desain Abad ke- 20 di Indonesia, Disertasi, karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari ITB, Bandung: Program Pascasarjana ITB; Santosa, Imam, NIM: , 2006, Kajian Estetika dan Unsur Pembentuknya pada Keraton Surakarta, Disertasi, karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari ITB, Bandung: Program Pascasarjana ITB; Stangos, Nikos, 1994, Concepts of Modern Art, from Fauvism to Postmodernism, London: Thames & Hudson; Suriasumantri, Jujun S., 1996, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; Walker, John A., 1989, Design History and the History of Design, London: Pluto Press; Wuwur, Hendrikus Dori, 1995, Retorika, Yogyakarta: Kanisius. Relevansi dan Titik Temu Filsafat Ilmu Pengetahuan Bagi Bidang Desain, Yan Yan Sunarya
KRITIK DAN TINJAUAN KARYA DESAIN Pokok Bahasan - II
BAHAN AJAR II : Kritik dan Tinjauan Karya Nama Mata Kuliah : Tinjauan Desain Program Studi DKV FSRD UNTAR Desain Komunikasi Visual. FSRD UNIVERSITAS TARUMANAGARA Tahun Akademik : Agustus-Desember/Ganjil
Lebih terperinciSek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara
Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan
Lebih terperinciBAHAN PERKULIAHAN DASAR SENI DAN DESAIN (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds
BAHAN PERKULIAHAN DASAR SENI DAN DESAIN (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciSuatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu
CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan
Lebih terperinciAkal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)
Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi
Lebih terperinciKata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas.
DESAIN DENGAN CITRA SIMULASI, SEBUAH INTEGRASI TEKNOLOGI SECARA ESTETIK Oleh I Gede Mugi Raharja Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Sejak
Lebih terperinciFilsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinciFILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd
FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia
Lebih terperinciPROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan
PROSES BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGI: Revolusi Gaya Arsitektur dalam Evolusi Kebudayaan Mashuri Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur- Universitas Tadulako Abstrak Salah satu
Lebih terperinciILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.
ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Definisi multimedia menurut Suyanto (2003) dalam bukunya Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, Multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi
Lebih terperincihttp://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id Mengapa Filsafat Eropa.? KEBUDAYAAN YUNANI (PLATO DAN ARISTOTELES) ==> ALEXANDER AGUNG (ROMAWI) PENYEBARAN HELLENISME PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN 1. ZAMAN YUNAN-_ROMAWI
Lebih terperinciETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS
Lebih terperinciTUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU
TUGAS UTS DASAR DASAR LOGIKA PENGERTIAN PENGERTIAN FILSAFAT, LOGIKA, ETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT ILMU Sumber Dilampirkan Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Slamet Widodo, MS., MM. OLEH NAMA : TOMMY LIM NIM : 07011281520163
Lebih terperinciMEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL
MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya
Lebih terperinciRenaissance. Encep Supriatna
Renaissance Encep Supriatna Pengertian Lahir kembali budaya Yunani-Romawi kuno Enligtenment menjunjung tinggi reason, Metode Ilmiah,dan Kemampuan Manusia untuk menyempurnakan dirinya dan masyarakat sekitarnya.
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior
Lebih terperinciMAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Dalam Bab III, Tinjauan Pustaka, penulis akan menerangkan tentang penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan dengan pembuatan design 3D interior
Lebih terperincimakalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis
makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of
Lebih terperinciFilsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU
RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman
Lebih terperinciSebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika
Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada
Lebih terperinciBAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN
BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada
Lebih terperinciMAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA
Lebih terperinciPeranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa
Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Modul ke: Filsafat Ilmu dan Logika Pokok Bahasan: Cabang-cabang Filsafat Fakultas Fakultas Masyhar zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Cabang-cabang Filsafat Pokok Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinciKEBANGKITAN PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 KEBANGKITAN PERADABAN EROPA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Zaman Kegelapan dan Dominasi Gereja Dalam Kehidupan Masyarakat Zaman Renaisans, Pencerahan, dan Aufklarung
Lebih terperinciEPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT
EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang
BAB VIII PENUTUP Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang telah disajikan pada Bab V, Bab VI, dan Bab VII. Pada bab ini juga dicantumkan saran yang ditujukan kepada Pemerintah
Lebih terperinciBab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA
Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa
Lebih terperinciTugas Filsafat. Mohamad Kashuri M
Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd
FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine
Lebih terperinciGalileo and the Science of Mechanics
Galileo and the Science of Mechanics Galileo and the Science of Mechanics http://www.google.co.id/imgres?q=galileo+and+the+science+of+mechanic/ ILMU astronomi dikaitkan dengan imamat dan tradisi ilmiah
Lebih terperinciDESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI
DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI Oleh I Gede Mugi Raharja Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Perkembangan teknologi komputer desain
Lebih terperinci7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis
7.4 Avant Garde Avant Garde buka suatu aliran dalam seni lukis, melainkan gaya yang berkembang dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis Avant Garde dalam bahasa Perancis berarti "garda terdepan"
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU PENGERTIAN ILMU KARAKTERISTIK ILMU Ernest van den Haag JENIS JENIS ILMU
DASAR-DASAR ILMU Ilmu adalah hal mendasar di dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat dirinya dan dunia sekitarnya. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis
Lebih terperinciFilsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah
Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Pendahuluan Sudah menjadi suatu hal yang lazim dalam pembahasan sebuah konsep dimulai dari pemaknaan secara partikuler dari masing-masing
Lebih terperinciALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Isti Yunita, M. Sc isti_yunita@uny.ac.id FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 1 Ciri makhluk hidup (manusia) 2 Sifat keingintahuan Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dari jaman dahulu komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat memberikan suatu informasi
Lebih terperinciPERTEMUAN 1. Irnin Agustina D.A.,M.Pd
PERTEMUAN 1 Irnin Agustina D.A.,M.Pd PENGETAHUAN??? Irnin Agustina D.A.,M.Pd Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang diketahui tentang objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu (Jujun S
Lebih terperinciA. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU
KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciTINJAUAN DESAIN. Rudi Irawanto
TINJAUAN DESAIN Rudi Irawanto Apakah TINJAUAN DESAIN itu? Apakah TINJAUAN DESAIN sama dengan SEJARAH DESAIN? Apakah yang disebut dengan DESAIN? Apakah DESAIN sama dengan SENI? Apa sajakah lingkup TINJAUAN
Lebih terperinci14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.
Teori Seni 3 Part 5 1. Bagian utama dari ilmu-ilmu seni adalah filsafat seni. Pada mulanya, ilmu ini memang merupakan bagian dari kajian filsafat yang spekulatif. Tetapi dalam perkembangannya, kedudukannya
Lebih terperinciPara Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan
Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates
Lebih terperinciKELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2
KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di
Lebih terperinciDr. Abdul Kadir POSTMODERNISM POSTMODERNISME
Dr. Abdul Kadir POSTMODERNISM E MODERNISME POSTMODERNISME PENGERTIAN POSTMODERNISME 1. Postmodernisme adalah lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern (Lyotard).
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN
Lebih terperinciPENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERKEMBANGAN DESAIN MODERN. Didiek Prasetya M.Sn
PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI TERHADAP PERKEMBANGAN DESAIN MODERN Didiek Prasetya M.Sn Sejarah Perkembangan Desain Setelah Revolusi Industri Arts and Crafts Movement (1850-1900) Revolusi Industri yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:
Lebih terperinciSILABUS : FILSAFAT ILMU
SILABUS MK FILSAFAT ILMU Fakultas : SENI PERTUNJUKAN ProgramStudi : SENI TARI Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU Kode Mata Kuliah : MKK 03108 Bobot : 2 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Setelah menyelesaikan
Lebih terperinciFungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa
Kegiatan Pembelajaran 3 Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting dalam pendidikan seni rupa adalah
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya
Lebih terperinciTINJAUAN DKV 1. PENDAHULUAN. Taufik Murtono, M.Sn.
TINJAUAN DKV 1. PENDAHULUAN Taufik Murtono, M.Sn. Overview Istilah Desain Komunikasi Visual sering disamakan dengan istilah Desain Grafis dan Grafis Komunikasi, walaupun sebenarnya ada sedikit perbedaan
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR
EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009
BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta
Lebih terperinciDCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN
DCH2G3 TEKNIK PRESENTASI DAN PELAPORAN Tujuan Khusus Pembelajaran Setelah interaksi pembelajaran, diharapkan mahasiswa dapat: 1. Mengenal metoda ilmiah penelitian 2. Mengetahui mencari ide penelitian 3.
Lebih terperinciBAB III KERANGKA TEORI ANALISIS
BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata Desain merupakan hal yang sangat lumrah dikalangan para graphic desainer. dalam bahasa Inggris desain diambil dari bahasa Latin (designare) yang artinya merencanakan
Lebih terperinciKE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian
Lebih terperinciPengantar Studi Seni Rupa
PERTEMUAN X Desain? Design (english) Merancang Rancang bangun Designo (itali) = gambar Art & craft perpaduan seni dan ketrampilan Reka bentuk, reka rupa, sketsa ide, pemecahan masalah rupa, berkreasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN
PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan.
Lebih terperinciNATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme
NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik
Lebih terperinciDESAIN DAN UU HAKI. Artikel HU Pikiran Rakyat, Oleh: Yan Yan Sunarya
DESAIN DAN UU HAKI_Yan Yan Sunarya --- 1 DESAIN DAN UU HAKI Artikel HU Pikiran Rakyat, 2000 Oleh: Yan Yan Sunarya Dewasa ini pemerintah telah meningkatkan mutu desain produk unggulan, melalui pengembangan
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa tentang asal kata filsafat dan pengertiannya. Pada bab isi makalah ini, kami mencoba menggali apa yang dimaksud dari
Lebih terperinciPERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK
31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
: Gambaran Umum Perkuliahan 1. Mahasiswa memahami Teknis umum penyelenggaraan perkuliahan dasar seni dan desain 1. Silabus perkuliahan 2. Tujuan dan ruang lingkup perkuliahan 3. Buku yang dipergunakan
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.
M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan
Lebih terperinciMata Kuliah Persepsi Bentuk
Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal ada dua struktur,
Lebih terperinciOleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si
Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami
Lebih terperinciFilsafat Manusia (PERKULIAHAN)
Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke: Manusia mengakui diri dan yang-lain sebagai substansi dan subjek Fakultas Psikologi Firman Alamsyah Ario Buntaran Program Studi S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu kehidupan, bentuk materi maupun non-materi mengalami sebuah siklus perubahan yang natural terjadi dalam segala aspek kehidupan yang mencakup mulai dari
Lebih terperinciOLEH ENCEP SUPRIATNA
TRADISI INTELEKTUAL BANGSA YUNANI-ROMAWI OLEH ENCEP SUPRIATNA FAKTOR PENDORONG: FAKTOR GEOGRAFIS; SEMENANJUNG YUNANI YANG BERBUKIT-BUKIT, LAHAN SEMPIT, REKATIF SUBUR, BERPINDAH-----PINDAH PELAUT/MARITIM
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan
Lebih terperinciWATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam
WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN Manusia perenealis dan manusia modern memiliki perbedaan dalam menjalani hidup. Dari masa perenealis hingga masa skolastik, manusia cenderung mencari segala
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan
533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan. identitas nasional dalam lingkungan yang kolaboratif.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa-bangsa yang pada masa lalu dibangun sebagian besar akibat penindasan bangsa lain, pada era global ini harus mempertahankan identitas nasional dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah akar kehidupan dimana semua aspek kehidupan dapat dipelajari dan dipahami. Dari pendidikan maka tercipta banyak hal-hal menakjubkan, seperti
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciMAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU
Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Raymond Williams dalam Komarudin (2007: 1).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akibat dari pesatnya arus industri dan urbanisasi yang menuju pada modernitas, kebudayaan telah mengalami perubahan perkembangan, serta pergeseran dalam wujud,
Lebih terperinciI. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik
Lebih terperinciALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA. Sulistyani, M.Si.
ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Ciri-Ciri Manusia Organ tubuhnyakompleks dan sangat khusus terutama otaknya Mengadakan metabolisme Tanggap terhadap rangsang
Lebih terperinciSejarah Perkembangan Ilmu
Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat
Lebih terperinci