RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU TAHUN RAK DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BBTKLPP BANJARBARU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU TAHUN RAK DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BBTKLPP BANJARBARU"

Transkripsi

1 RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU TAHUN RAK DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BBTKLPP BANJARBARU

2 i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk-nya, sehingga Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru Tahun dapat diselesaikan. RAK disusun sebagai bahan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan penilaian kurun waktu 5 (lima) tahun. Kami menyadari dalam penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini masih banyak kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan guna penyempurnaan Rencana Aksi Kegiatan ini. Harapan kami semoga Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru dapat direalisasikan secara optimal dengan komitmen dan kesungguhan dalam melaksanakan rencana aksi kegiatan yang telah disusun. Akhirnya kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Rencana Aksi Kegiatan ini. Banjarbaru, 27 Februari 2015 Kepala BTKLPP Banjarbaru, Drs. Sri Wahyudhi, M.Kes NIP Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru i

3 KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BANJARBARU NOMOR : HK.02.04/VIII.4/0459/2015 TENTANG RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BANJARBARU Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan, perlu disusun Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru; b. Bahwa Rencana Aksi Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, telah disusun sebagai satu dokumen perencanaan indikatif yang memuat indikator-indikator kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BBTKLPP Banjarbaru untuk mendukung pencapaian indikator-indikator dalam Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 3) ; 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 585) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik tahun 2013 Nomor 741); 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 266/MENKES/ SK/III/2004 tentang Kriteria Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular; 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2349/MENKES/PER/ XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit; 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: HK.02.02/MENKES/ 52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun ; MEMUTUSKAN Menetapkan : Keputusan Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru Nomor : PR.01.02/ VIII.4/0218/2015 Tentang Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru Tahun

4 Kesatu : Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini; Kedua : Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru tahun sebagaimana dimaksud dalam diktum kesatu digunakan sebagai acuan bagi BBTKLPP Banjarbaru dalam perencanaan tahunan dan penyelenggaraan kegiatan; Ketiga : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan Ditetapkan di : Banjarbaru Pada Tanggal : 27 Februari 2015 Kepala, Drs. Sri Wahyudhi, M.Kes. NIP

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI ii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS A. Visi 12 B. Misi 12 C. Tujuan.. 14 D. Sasaran Strategis.. 15 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI & KERANGKA KELEMBAGAAN A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional.. 16 B. Arah Kebijakan dan Strategi BBTKLPP Banjarbaru C. Kerangka Regulasi D. Kerangka Kelembagaan BAB IV BAB V BAB VI TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN... PEMANTAUAN, PENILAIAN DAN PELAPORAN PENUTUP LAMPIRAN Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru ii

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Target Kinerja Bidang SE. 16 Tabel 4.2 Target Kinerja Bidang ADKL 18 Tabel 4.3 Target Kinerja Bidang PTL 19 Tabel 4.4 Target Kinerja Bagian TU.. 20 Tabel 4.5 Pendanaan Bidang SE. 21 Tabel 4.6 Pendanaan Bidang ADKL 23 Tabel 4.7 Pendanaan Bidang PTL 24 Tabel 4.8 Pendanaan Bagian TU.. 25 Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru iii

7 LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT NOMOR: PR.01.02/VIII.4/0459/2015 TENTANG RENCANA AKSI KEGIATAN BBTKLPP BANJARBARU RENCANA AKSI KEGIATAN BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BANJARBARU TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Arah pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada perikemanusiaan; pemberdayaan dan kemandirian; adil dan merata; serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan ksesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan; (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

8 Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional. Pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotiv preventif dan pemberdayaan masyarakat. Pilar penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sementara itu pilar jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya. B. KONDISI UMUM, POTENSI DAN PERMASALAHAN B.1. Kondisi Umum Dalam upaya meningkatkan kesehatan dengan penekanan pada upaya preventif, BBTKLPP Banjarbaru terus meningkatkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya (TUPOKSI) meliputi : 1)Pelaksanaan surveilans epidemiologi, 2)Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), 3)Laboratorium rujukan, 4)Pengembangan model dan teknologi tepat guna, 5)Uji kendali mutu dan kalibrasi, 6)Penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB/wabah dan bencana, 7)Pendidikan dan pelatihan, 8)Kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra, 9)Ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKLPP. BBTKLPP Banjarbaru memiliki wilayah kerja yang meliputi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur serta Kalimantan Utara dengan kondisi geografis, sungai, rawa dan pegunungan merupakan daerah pertambangan dan perkebunan yang potensial untuk menunjang pembangunan ekonomi. Namun, pembangunan ekonomi tersebut juga berdampak pada perubahan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pembukaan lahan pertambangan dan perkebunan dapat menyebabkan perubahan ekosistem, berubahnya habitat vektor penyakit dan pencemaran lingkungan. Salah satu dampak kondisi lingkungan yang semakin buruk adalah terjadinya climate change. Kajian-kajian terhadap perubahan perilaku ataupun Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

9 bionomik vektor penyakit perlu dilakukan dengan adanya climate change tersebut. Selain timbunya penyakit-penyakit yang baru muncul, penyakit lama juga masih sering terjadi di Kalimantan. Masih tingginya prevalensi rate untuk penyakit diare di Kalimantan Selatan-Tengah dan Timur dimana mencapai 6,0 12,5%. Diare menyumbang angka kematian pada penduduk dengan angka CFR = 0,4 1,5. Daerah yang sering terjadi KLB diare antara lain Kapuas, Palangkaraya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat dan Barito Utara (Provinsi Kalimantan Tengah), Banjarmasin, Kab Banjar, Tapin, Tanah Bumbu dan Kotabaru ( Provinsi Kalimantan Selatan) serta Kota Balikpapan, Samarinda, Bontang, Kutai Kertanegara (Provinsi Kalimantan Timur). Tahun 2014 BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan kegiatan/kajian sesuai tugas pokok dan fungsi yang diemban. Kajian faktor risiko diare yang dilakukan di 4 kabupaten/kota yaitu: Kota Banjarmasin, Kab. Tapin, Kota Samarinda dan Kab. Kotawaringin Timur. Hasilnya faktor risiko diare disebabkan oleh: sumber air minum yang tidak memenuhi syarat, tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat, kebiasaan Ibu yang tidak cuci tangan dengan air dan sabun setelah buang air besar dan kebiasaan Ibu yang tidak cuci tangan sebelum menyuapi balita dengan air dan sabun. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sanitasi juga dapat tergambar dari cakupan penggunaan sarana air bersih, sarana air minum. Cakupan penggunaan sarana air minum di Kalsel, Kalteng, Kaltim masih rendah dibandingkan dengan target indikator penyehatan lingkungan RPJM dan RENSTRA. Dari 20 kab/kota di wilayah Kalsel, Kalteng, Kaltim yang dilakukan kajian Faktor risiko kesehatan lingkungan sebanyak 12 Kabupaten/kota yang masih di bawah indikator nasional. Kabupaten/Kota tersebut terdiri : Kota Samarinda, Kab. Barito selatan Kab Paser, Kab Kapuas, Kab. Pulang Pisau, Kab. Barito Utara, Kab. Kotawaringin Timur, Kab. Tabalog, Kab. Tapin, Kab. Batola, Kab. Banjar dan Kab Hulu Sungai Utara. Delapan kabupaten yang melebihi target indikator kesehatan lingkungan yaitu Kab. Berau, Kab. Gunung Mas, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kota Bontang, Kab. Kutai Timur, Kab. Malinau, Kab Tanah Tidung dan Kota Palangkaraya. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

10 Selain penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh perilaku dan sanitasi yang buruk, di Kalimantan juga timbul penyakit yang diakibatkan bencana kabut asap. Kalimantan dengan kondisi wilayah berupa lahan gambut yang mudah terbakar, hampir setiap tahun terjadi bencana kabut asap. Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan BBTKLPP Banjarbaru selain membagikan masker kepada masyarakat melalui dinas kesehatan juga melakukan pengukuran kualitas udara. Hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan di 3 titik sampling di Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur pada bulan September Nopember 2014 menunjukkan hasil Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada kategori tidak sehat - sangat tidak sehat dengan parameter kritis PM 10. Bila dihubungkan dengan data Dinas Kesehatan setempat menunjukkan adanya peningkatan jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Bagian atas selama 3 bulan terakhir (Agustus - Oktober 2014). Tindakan pengamanan dalam kategori ISPU sangat tidak sehat yaitu penggunaan masker / penutup hidung bila melakukan aktifitas di luar rumah, membatasi aktifitas diluar rumah, mempersiapkan ruang khusus untuk perawatan penderita ISPA/ pneumonia berat di rumah sakit, Puskesmas dan lain-lain. Bagi penderita jantung perlu mengurangi aktifitas fisik. Selain penyakit-penyakit di atas, Kalimantan pada umumnya merupakan daerah endemis malaria, bahkan malaria merupakan satu dari sepuluh jenis penyebab kematian. Kembali merebaknya kasus malaria tersebut salah satu sebab adalah terbentuknya tempat perindukan (breeding places) dari aktivitas tambang/perkebunan. Kejadian luar biasa akibat malaria di daerah ini masih cukup tinggi. Hasil Survei dinamika penularan malaria yang dilakukan di 7 Kabupaten di Kalsel, Kalteng dan Kaltim faktor risikonya disebabkan faktor lingkungan dan kebiasaan masyarakat. Suhu air, ph air, kelembaban udara yang mendukung tumbuhnya jentik vektor penyakit malaria. Faktor kebiasaan BAB dan mandi di malam hari, kebiasaan tidak memakai baju, tidur tidak memakai kelambu dan tidak memakai obat nyamuk, ventilasi udara yang tidak dilengkapi kawat nyamuk, terdapat kubangan air tidak mengalir di sekitar rumah. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

11 Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah termasuk 12 provinsi di Indonesia dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur, daerah yang sering terjadi KLB DBD antara lain adalah Balikpapan, Bontang, Penajam Paser Utara, dan Grogot. Tahun 2012 terdapat kasus DBD di Kabupaten Penajam Paser Utara, sedangkan tahun 2013 ditemukan kasus DBD sebanyak 780 kasus. Meskipun terjadi penurunan kasus di tiap tahunnya, namun kasus DBD ini harus tetap diwaspadai. Tahun 2014 BBTKLPP Banjarbaru melakukan survei faktor risiko kejadian DBD di 4 Kabupaten di Provinsi Kalsel, Kalteng da Kaltim yaitu Kota Banjarmasin, Kab. Tanah Laut, Kab. Penajam Paser Utara dan Kab. Kotawaringin Timur. Faktor risiko kejadian DBD disebabkan kelembaban rumah, penampungan air di luar maupun di dalam rumah yang tidak tertutup, tidak menguras penampungan air, tidak menyikat penampungan saat menguras penampungan, tidak mengubur barang bekas, tidak memakai kelambu saat tidur, tidak menaburkan abate di penampungan air dan kebiasaan menggantung baju di dalam rumah. Di Kalimantan Selatan juga masih terdapat penyakit yang disebabkan oleh cacing. Dari hasil survei, beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi usus manusia antara lain cacing gelang, cacing pita, cacing tambang dan yang paling khas di Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah cacing buski (Fasciolopsis buski). Keberadaan cacing buski tersebut adalah didaerah hamparan rawa di Kecamatan Babirik, Danau Panggang dan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Daerah tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapin di Kecamatan Candi Laras Utara, Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala dan Kecamatan Daha Utara Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Faktor risiko yang berpotensi untuk kecacingan di daerah sekitar, yaitu adanya aliran sungai dari daerah Hulu Sungai Utara ke daerah sekitarnya, kegemaran masyarakat setempat mengkonsumsi sayur yang diambil di daerah rawa seperti kangkung, Supan-supan, dan Genjer serta masih ada masyarakat yang mengkonsumsi air sungai yang belum dimasak khususnya pada anak-anak untuk minum. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

12 Berdasarkan data Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP & PL, dari 42 kabupaten atau kota di wilayah layanan BBTKLPP Banjarabaru, terdapat 20 kabupaten/kota yang perlu dilakukan kegiatan yang terkait dengan penyakit filariasis, baik berupa kegiatan Sentinel/Spot Survei, Baseline survei dan Transmission Assesment Survei. Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah meliputi : Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Utara, Kota Palangka Raya, Kabupaten Murung Maya dan Kabupeten Lamandau. Filariasis masih merupakan masalah utama di wilayah kerja BBTKLPP Banjarbaru. Pada tahun 2007, dari 14 kab / kota yang ada di Kalimantan Tengah, delapan diantaranya merupakan daerah endemis filariasis. Kabupaten Kotawaringin Timur (157 penderita) dan Kabupaten Kotawaringin Barat (28 penderita) merupakan dua kabupaten yang melaporkan jumlah penderita filariasis tertinggi. Dari 601 orang di Kelurahan Kasongan Baru dan Kasongan lama Kabupaten Kasongan Provinsi Kalimantan Tengah yag dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis, ditemukan 5 orang positif filariasis. Upaya preventif terhadap penyakit tidak hanya fokus pada kelompok masyarakat tetapi juga dilakukan terhadap para jamaah haji. Perkembangan jumlah jemaah haji di Kalimantan Selatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Upaya pengendalian diprioritaskan pada penyediaan asrama dan pondokan jemaah haji dengan melakukan pemeriksaan sanitasi dan kualitas air di embarkasi haji Banjarmasin. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari jamaah berasal dari Instalasi Pengolahan air Bersih belum memenuhi syarat untuk parameter bakteriologis. Hasil pengujian sampel makanan dan minuman yang diambil di Asrama Haji Antara Palangka Raya, dari 12 makanan yang diuji terdapat 1 makanan (tahu goreng) yang positif bakteri Staphylococcus, dan 5 makanan (sop ayam, mie goreng, bolu kukus,ayam panggang, tahu goreng) positif Escherichia coli. Minuman sirup leci positif coliform dengan angka 39 MPN/100 ml. Direkomendasikan untuk meningkatkan kebersihan ruang dapur tempat pengolahan makanan dan ruang makan. Pihak pengelola makanan Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

13 (katering) perlu menerapkan 10 prinsip pokok keamanan makanan (WHO Golden Rule). Wilayah Kalimantan Selatan juga sering terjadi Kejadian Luar Biasa. Kasus-kasus KLB yang dilaporkan kepada BBTKLPP Banjarbaru dan dapat direspon < 24 jam tahun 2014 adalah: KLB Diare di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra, Desa Cindai Alus Kec. Martapura, Kab. Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, KLB Difteri di Kelurahan Mandomai Kec. Kapuas Barat Kab. Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, KLB Leptospirosis di Desa Pulau Kerasian Kec. Pulau Laut Kepulauan Kab. Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan dan KLB Keracunan Makanan Buka Puasa Bersama di Langgar Raudatul Mukaromah di Kec. Cempaka Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. KLB diare di pondok pesantren berhubungan dengan hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Hal ini yang mengakibatkan mudahnya tertularnya penyakit antar santri. Pada Januari 2014 terjadi peningkatan kasus diare, dengan jumlah penderita sebanyak 25 kasus (CFR = 0 %). Perilaku hidup bersih serta penurunan kualitas air bersih dan air minum, merupakan faktor risiko penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di Ponpes tersebut. Berdasarkan pengamatan, umumnya santri santri di Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan. Kebiasaan santri membuang sampah sembarangan menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit. Air irigasi dan air sumur bor yang menjadi sumber air bersih tercemar bakteri coliform dan coli tinja. Air depot pesantren sebagai air minum santri tercemar bakteri coliform. Untuk itu direkomendasikan: peningkatan pelaksanaan pengawasan hygiene dan sanitasi lingkungan, meningkatkan kebersihan tempat-tempat umum, menyediakan sarana hygiene sanitasi seperti penyediaan sabun cuci tangan, tissue dan tempat sampah tertutup, penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada pengelola/petugas dan santri di lingkungan. KLB leptospirosis yang terjadi di Desa Pulau Kerasian adalah KLB Leptospirosis pertama yang terjadi di provinsi Kalsel. Desa Pulau Kerasian berupa pulau yang dikelilingi laut. Kondisi sanitasi lingkungan buruk dan banyak ditemukan tikus berkeliaran di rumah dan di lingkungan sekitar. Faktor Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

14 risiko terjadinya kasus dari air sumur yang tercemar kencing tikus dan sisa genangan air pasang yang terkontaminasi air kencing tikus, lingkungan yang kotor, kebiasaan mengkonsumsi air minum tanpa dimasak dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penduduk masih kurang. Tahun 2014 BTKLPP Banjarbaru melaksanakan survey factor risiko Diabetes Melitus (DM). Survei yang dilakukan Puskesmas Pembantu Mendawar Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur, Obesitas dengan kejadian Diabetes Melitus. Berbeda dengan kajian yang dilakukan di 3 lokasi yaitu di wilayah Puskesmas Haruai Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, Puskesmas Kuin Raya Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dan Puskesmas Palingkau Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah didapat hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga, obesitas, tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar asam urat tinggi, kadar kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dengan kejadian diabetes melitus. B.2. Potensi Berbagai kegiatan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di wilayah kerja telah dilakukan oleh BBTKLPP Banjarbaru. Dalam penyelenggaraan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dan menjalankan peran sebagai regional center of excellent dalam surveilans epidemiologi berbasis laboratorium telah didukung oleh laboratorium yang terakreditasi dan teregistrasi sebagai laboratorium lingkungan. Laboratorium mampu memberikan data yang benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun hukum. Selain itu potensi lain yang dimiliki BBTKLPP Banjarbaru adalah SDM yang relatif masih muda, sumberdaya peralatan yang memadai, lokasi yang strategis dan anggaran yang mendukung. Adapun peluang yang ada di BBTKLPP adalah adanya peraturan dan undang-undang yang mendukung, keberadaan BBTKLPP Banjarbaru dibutuhkan di wilayah regional, masih banyak masalah kesehatan lingkungan di wilayah regional akibat transisi epidemiologi, adanya kebijakan Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

15 di bidang kesehatan terkait pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. B.3. Permasalahan BTKLPP Banjarbaru dalam penyelenggaraan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium menemui berbagai kendala dan hambatan. Keterjangkauan wilayah belum optimal mengingat wilayah kerja yang luas, kondisi geografis wilayah kerja dengan medan yang cukup berat. Salah satu masalah yang dihadapi dalam melaksanakan peran pengembangan survailans epidemiologi berbasis laboratorium adalah lemahnya jejaring surveilans epidemiologi di daerah sehingga arus pertukaran data dan informasi tentang penyakit, faktor risiko, SKD KLB, situasi dan kejadian matra belum berjalan secara optimal serta jejaring kerja dan kemitraan dengan instansi daerah belum terintegrasi dengan baik. Euphoria desentralisasi yang masih berlebihan mengakibatkan tata hubungan kerja dan kemitraan belum terjalin dengan baik karena lebih mementingkan kewenangan daripada pelaksanaan urusan pemerintahan yang bersifat kongruen. Akibatnya belum seluruh kejadian penyakit maupun pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan direspon sesuai prosedur yang berlaku yang mengakibatkan penyakit makin menyebar dan menimbulkan korban karena ego sektoral. Belum terbentuknya mekanisme operasional di lapangan berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing menyebabkan koordinasi dan komunikasi dalam penyelesaian masalah kejadian penyakit menjadi berlarut-larut. Situasi epidemiologi masih berkisar pada permasalahan pengendalian penyakit menular dan munculnya kembali (re-emerging diseases) seperti penyakit malaria. Terjadi endemisitas penyakit dibeberapa wilayah seperti endemisitas filaria. Terdapat 8 kabupaten/kota daerah endemis filaria di Provinsi Kalimantan Selatan. Terdiri dari Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Barito Kuala, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

16 Ada 11 kabupaten di Kalimantan Tengah yang endemis filaria yaitu Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Seruyan, Lamandau dan Sukamara. Daerah endemis filaria di Provinsi Kalimantan Timur ada 8 kabupaten/kota. Terdiri dari Paser, Kutai Barat, Mahakam Hulu, Kutai Kartanegara, Balikpapan, Kutai Timur, Penajem Paser Utara dan Berau. KLB DBD juga masih sering terjadi di wilayah Kalteng, di Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Timur, kabupaten Barito Utara, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kapuas, dan Kabupaten Kotawaringin Barat. Wilayah Kaltim yang sering terjadi KLB DBD adalah Balikpapan, Bontang, Penajam Paser Utara dan Grogot. Penyakit Fasciolopsi buski hanya ditemukan di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan untuk wilayah Indonesia. Ditemukan 3 kecamatan endemis Fasciolopsis yaitu Kec. Babirik, Kec. Danau Panggang dan Kec. Sungai Pandan, dilain pihak penyakit tidak menular termasuk cidera dan kecelakaan semakin meningkat insiden dan prevalensinya. Hal ini menjadi beban ganda karena semakin kompleks dan meluasnya penyebaran penyakit menular antar wilayah maupun antar negara termasuk munculnya penyakit baru yang berpotensi wabah dan menjadi masalah emergensi internasional. Seiring dengan meningkatnya permasalahan lingkungan, muncul pula tambang-tambang rakyat yang berpotensi menimbulkan pencemaran air dan udara. Ada beberapa lokasi tambang emas rakyat di Kabupaten Kotabaru provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kapuas provinsi Kalimantan Tengah. BBTKLPP Banjarbaru dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, berkomitmen untuk meningkatkan jangkauan pelaksanaan program, sehingga dapat memberikan gambaran kondisi wilayah kerja secara menyeluruh. Meskipun disadari bahwa jangkauan program dan pelayanan masih belum optimal karena berbagai kendala, hambatan dan keterbatasan sumber daya, namun secara terus-menerus dilakukan upaya peningkatan terhadap kinerja sumber daya manusia yang Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

17 ada melalui perekrutan tenaga baru maupun peningkatan ketrampilan teknis dan manajemen terhadap SDM yang ada. Peralatan esensial terus dilakukan peningkatan kapasitas, pembaharuan teknologi dan kelengkapannya. Demikian juga kemampuan pengelolaan anggaran terus ditingkatkan sesuai dengan fungsi secara optimal. Dari uraian di atas BBTKLPP Banjarbaru dengan potensi sumber daya yang tersedia dan tantangan permasalahan yang dihadapi memandang perlu untuk semakin meningkatkan profesionalisme SDM yang ada, peralatan esensial, sarana transpotasi dan jangkauan pelayanan program untuk mencapai sasaran strategis yang ditetapkan melalui pengembangan jejaring kerja dan kemitraan dalam kinerja surveilans epidemiologi berbasis laboratorium, meningkatkan kemampuan pengembangan teknologi tepat guna, serta memperkuat jejaring dengan pemerintah daerah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Diperlukan pula dukungan anggaran yang memadai agar seluruh tugas pokok dan fungsi serta peran BBTKLPP Banjarbaru dapat terlaksana secara optimal. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

18 BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS A. VISI BBTKLPP Banjarbaru dalam Rencana Aksi Kegiatan mendukung visi dan misi pemerintah, yaitu : TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG B. MISI Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu: 1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulaan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungaan dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Sembilan (9) agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada kabinet kerja yakni : 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara. 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

19 4. Menolak negara lemah dengan melakukan dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. 6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa. 9. Memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru merupakan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal PP & PL, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No tanggal 22 November 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. BBTKLPP Banjarbaru mempunyai tugas melaksanakan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan fungsi: a. Pelaksanaan surveilans epidemiologi, b. Pelaksanaan analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL) c. Pelaksanaan laboratorium rujukan d. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna e. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi f. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini dan penganggulangan KLB/wabah dan bencana Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

20 g. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan h. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra i. Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut di atas BBTKLPP Banjarbaru dilengkapi dengan 10 instalasi, yaitu Instalasi Laboratorium Kimia Air, Instalasi Laboratorium Kimia Fisika Gas, Instalasi Laboratorium Biologi, Instalasi Laboratorium Entomologi, Instalasi Laboratorium PPTM (Pengendalian Penyakit Tidak Menular), Instalasi Pengendalian Mutu dan Kalibrasi, Instalasi Teknologi Tepat Guna, Instalasi Pelayanan Teknis, Instalasi Pendidikan dan Pelatihan, Instalasi Media dan Informasi. Berdasarkan Lampiran IV Keputusan Menteri Kesehatan No. 267/ Menkes/ SK/ III/ 2004, tempat kedudukan BBTKLPP Banjarbaru adalah di Banjarbaru dengan wilayah kerja Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Tengah. C. TUJUAN Terdapat 2 tujuan Kementerian Kesehatan tahun yaitu : 1. Meningkatnya status kesehatan masyarakat; 2. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risikososial dan finansial di bidang kesehatan. Dukungan Ditjen PP dan PL terhadap Kementerian Kesehatan dalam meningkatkan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan pencapaian tujuan Ditjen PP dan PL yaitu terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui: 1. Pembinaan surveilans, imunisasi,karantina dan kesehatan matra 2. Pengendalian penyakit menular langsung 3. Pengendalian penyakit bersumber binatang 4. Pengendalian penyakit tidak menular 5. Penyehatan lingkungan Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

21 6. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program PP dan PL. Dalam mendukung tujuan Kementerian Kesehatan serta Ditjen PP dan PL, BBTKLPP Banjarbaru melaksanakan tugas melalui kegiatan surveilans epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) di bidang pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra. Tujuan BBTKLPP Banjarbaru adalah terselenggaranya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. D. SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis BBTKLPP Banjarbaru adalah: Meningkatnya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium. Dalam upaya mencapai sasaran strategis melalui peningkatan kinerja bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), bidang Surveilans Epidemiologi (SE), Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium (PTL) dan Bagian Tata Usaha (TU). Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

22 BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJK) , yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Dalam RPJMN , sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Strategi nasional Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dalam pembangunan kesehatan adalah meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan melalui : 1. Peningkatan surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit; 2. Peningkatan upaya preventif dan promotif termasuk pencegahan kasus baru penyakit dalam pengendalian penyakit menular terutama TB, HIV dan malaria dan penyakit tidak menular; 3. Pelayanan kesehatan jiwa; 4. Pencegahan dan penanggulangan kejadian luar biasa/wabah 5. Peningkatan mutu kesehatan lingkungan; 6. Penatalaksaan kasus dan pemutusan rantai penularan; Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

23 7. Peningkatan pengendalian dan promosi penurunan faktor risiko biologi (khususnya darah tinggi, diabetes, obesitas), perilaku (khusunya konsumsi buah dan sayur, aktivitas fisik, merokok, alkohol) dan lingkungan; 8. Peningkatan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; 9. Peningkatan kesehatan lingkungan dan akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan perilaku hygiene; dan 10. Pemberdayaan dan peningkatan peran swasta dan masyarakat dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BBTKLPP BANJARBARU Arah kebijakan dan strategi BBTKLPP Banjarbaru didasarkan pada arah kebijakan dan strategi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang lebih difokuskan pada penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian penyakit berbasis laboratorium. Arah kebijakan tersebut dilaksanakan melalui peningkatkan kemampuan surveilans berbasis laboratorium, peningkatan kemampuan analisis dampak kesehatan lingkungan, peningkatan kemampuan pengembangan teknologi dan laboratorium meliputi ; (1) Meningkatkan kemampuan sebagai laboratorium rujukan; (2) Meningkatkan kemampuan kendali mutu dan kalibrasi dan (3) Mengembangkan model dan TTG serta meningkatkan dukungan manajemen dan pembiayaan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan strategi yang matang. Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Surveilans Epidemiologi adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan jejaring dan kemitraan dengan lintas program maupun lintas sektor. 2. Mengembangkan kemampuan deteksi dini dan respon cepat terhadap KLB. 3. Melaksanakan respon cepat dan penanggulangan KLB 4. Melaksanakan diseminasi informasi dan advokasi kepada sektor terkait. Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan jejaring dan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor. 2. Melaksanakan kajian kesehatan lingkungan. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

24 3. Melaksanakan kajian pengendalian penyakit. 4. Mengembangkan kemampuan SDM. Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan Teknologi dan Laboratorium adalah sebagai berikut : 1. Melaksanakan jejaring dan kemitraan laboratorium 2. Melaksanakan pengembangan SDM, 3. Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana 4. Melaksanakan pemutakhiran metode pengujian 5. Melaksanakan kalibrasi alat 6. Melaksanakan quality control 7. Melaksanakan pengembangan model 8. Melaksanakan pengembangan teknologi 9. Melaksanakan monev penerapan teknologi Strategi yang digunakan untuk mendukung pencapaian kegiatan bagian Tata Usaha adalah sebagai berikut ; 1. Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan 2. Melaksanakan pengelolaan keuangan, kepagawaian dan kerumahtanggan. 3. Melaksanakan pengelolaan informasi, evaluasi dan laporan. C. KERANGKA REGULASI Pelaksanaan program dan kegiatan akan berjalan dengan baik bila didukung dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan regulasi disesuaikan dengan tantangan global, regional dan nasional. Kerangka regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan peraturan pemerintah, peraturan presiden dan peraturan menteri yang terkait, termasuk dalam rangka menciptakan sinkronisasi, integrasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah. BBTKLPP Banjarbaru sebagai sebagai Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal PP & PL dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di wilayah layanan regional Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara akan selalu mengikuti regulasi-regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

25 D. KERANGKA KELEMBAGAAN Melayani kepentingan rakyat merupakan fungsi pemerintah yang sangat mendasar. Kementerian Kesehatan akan membentuk pemerintahan yang efektif melalui desain organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing), menghilangkan tumpang tindih tugas dan fungsi dengan adanya kejelasan peran, tanggung jawab dan mekanisme koordinasi (secara horisontal dan vertikal) dalam menjalankan program-program Renstra Kerangka kelembagaan untuk mendukung program PP dan PL disusun sesuai dengan kebijakan pemerintah dan kementerian Kesehatan, dimana Ditjen PP dan PL akan berperan aktif terhadap upaya-upaya perbaikan yang akan dilakukan untuk memastikan kerangka kelembagaan sesuai dengan tantangan dan kebutuhan Program PP dan PL. BBTKLPP Banjarbaru akan selalu mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh Ditjen PP dan PL dalam menyusun kerangka kelembagaan sesuai dengan kebutuhan. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

26 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Memperhatikan Rencana Aksi Program Ditjen PP dan Pl, tujuan, arah kebijakan dan strategi Ditjen PP dan PL sebagaimana diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah target kinerja dan kerangka pendanaan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Banjarbaru A. TARGET KINERJA Target kinerja merupakan target yang akan dicapai selama 5 tahun mulai dari tahun 2015 sampai tahun Target kinerja diukur ataupun dilakukan penilaian penilaian pencapaiannya, diukur secara berkala dan dievaluasi pada setiap akhir tahun. Sasaran kinerja BBTKLPP Banjarbaru ditetapkan dengan merujuk pada sasaran yang ditetapkan oleh Ditjen PP dan PL serta memperhatikan tugas pokok dan fungsi BBTKLPP Banjarbaru sebagaimana didistribusikan pada bagian dan bidang. Sasaran strategis BBTKLPP Banjarbaru adalah: Meningkatnya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan berbasis laboratorium. Untuk mencapai sasaran strategis melalui peningkatan kinerja bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL), bidang Surveilans Epidemiologi (SE), Bidang Pengembangan Teknologi Laboratorium (PTL) dan Bagian Tata Usaha (TU). Dalam rangka mempermudah penentuan target kinerja BBTKLPP Banjarbaru ditetapkan indikator satker sebagai berikut : 1) Jumlah SKD dan KLB, bencana dan kondisi matra di wilayah layanan 2) Jumlah kajian pengendalian penyakit bersumber binatang 3) Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung 4) Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak menular. 5) Jumlah desimenasi dan advokasi 6) Jumlah kajian kualitas air minum 7) Jumlah kajian sanitasi TTU 8) Jumlah kajian sanitasi TPM 9) Jumlah kajian penyehatan lingkungan 10) Jumlah TTG penyehatan lingkungan 11) Jumlah TTG penunjang kegiatan SIMKARKES Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

27 12) Jumlah TTG pengendalian penyakit bersumber binatang 13) Jumlah alat kesehatan penunjang tupoksi 14) Jumlah pengujian laboratorium 15) Jumlah dokumen data dan informasi 16) Jumlah Laporan Keuangan 17) Jumlah laporan target dan pagu PNBP 18) Jumlah layanan kerumahtanggaan dan pengelolaan BMN 19) Jumlah layanan administrasi kepegawaian 20) Jumlah fasilitas pendukung perkantoran 21) Jumlah SDM yang dilatih B. KERANGKA PENDANAAN Kerangka pendanaan Kementerian Kesehatan meliputi peningkatan pendanaan dan efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan dilakukan melalui peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara signifikan sehingga mencapai 5% dari APBN pada tahun Peningkatan pendanaan kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun cukai. Guna meningkatkan efektifitas pendanaan pembangunan kesehatan maka perlu mengefektifkan peran dan kewenangan Pusat-Daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan Pusat-Daerah dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran. Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan maka pendanaan kesehatan diutamakan untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jaminan Kesehatan Nasional, penguatan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, kepulauan dan perbatasan, penguatan sub-sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional untuk mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita, peningkatan gizi masyarakat dan pengendalian penyakit dan serta penyehatan lingkungan. Untuk mendukung upaya kesehatan di daerah, Kementerian Kesehatan memberikan porsi anggaran lebih besar bagi daerah melalui DAK, TP, Dekonsentrasi, Bansos dan kegiatan lain yang diperuntukkan bagi daerah. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

28 Pendanaan Program PP dan PL diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (anggaran) untuk mencapai target indikator program PP dan PL yang ditetapkan. Pengalokasian anggaran program dilakukan pada tingkat pusat, daerah dan UPT dengan memperhatikan kewajiban dan kewenangan masing masing serta memperhatikan asas efektifitas dan efisiensi penganggaran. Sumber pendanaan program PP dan PL dalam kurun waktu 5 tahun mendatang masih tertumpu pada APBN (rupiah murni) disertai dengan optimalisasi pemanfaatan anggaran bersumber PNBP. Pendanaan bersumber PHLN akan dilakukan secara selektif dan dilakukan hanya untuk mencapai target indikator program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Pendanaan BBTKLPP Banjarbaru bersumber dari rupiah murni dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Anggaran BBTKLPP berasal dari anggaran Direktorat Jenderal PP dan PL yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan : Surveilans dan Karantina kesehatan, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

29 BAB V PEMANTAUAN, PENILAIAN DAN PELAPORAN Pemantauan dimaksudkan untuk mensinkronkan kembali keseluruhan proses kegiatan, agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila ada ketidaksesuaian dapat segera diperbaiki, sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya penyimpangan ataupun ketidaksesuaian yang berpotensi mengurangi bahkan menimbulkan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Pemantauan kinerja BBTKLPP Banjarbaru dilakukan setiap triwulan, semester dan tahunan. Pemantauan triwulan, semester dan tahunan dilakukan dengan rapat seluruh pejabat struktural. Dalam rapat tersebut masing-masing penanggungjawab kegiatan memaparkan kemajuan dan kendala yang ditemukan pada saat pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya sharing antar pejabat struktural untuk mengatasi kendala-kendala dimaksud. Penilaian Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan kegiatan yang telah direncanakan. Penilaian dimaksudkan untuk memberikan bobot atau nilai terhadap hasil yang dicapai dalam keseluruhan pentahapan kegiatan. Untuk itu penilaian diarahkan guna mengkaji efektifitas dan efisiensi pengelolaan kegiatan. Mekanisme penyusunan laporan : dibuat oleh masing-masing pejabat fungsional pelaksana kegiatan, dikoreksi Kepala Seksi/Kepala Subbag, dikoreksi dan diparaf oleh Kepala Bidang/Kepala Bagian, dikoreksi dan ditandatangani oleh Kepala BBTKLPP Banjarbaru. Format pelaporan kegiatan dibedakan antara format laporan untuk kegiatan situasi khusus dan format laporan kajian. Situasi khusus yang dimasud diantaranya Kejadian Luar Biasa, Bencana alam, dll. Adapun format laporan adalah sebagai berikut: Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

30 FORMAT LAPORAN UNTUK SITUASI KHUSUS I. Pendahuluan 1. Latar Belakang (Berisi gambaran umum, analisis situasi) 2. Tujuan 3. Sasaran 4. Waktu dan tempat II. Hasil Kegiatan (Termasuk masalah yang dihadapi) III. Rekomendasi/ Rencana Tindak Lanjut Abstrak FORMAT LAPORAN KAJIAN BAB I. BAB II. BAB III. BAB IV. BAB V. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ( Berisi gambaran umum, analisis situasi ) 1.2. Tujuan 1.3. Ruang Lingkup ( Berisi 5 W + 1 H ) 1.4. Dasar Hukum TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN DAN SARAN (Menjawab tujuan/ merupakan rekomendasi) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

31 BAB VI PENUTUP Rencana aksi kegiatan disusun dalam periode waktu yang merupakan acuan dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan penilaian kurun waktu 5 (lima) tahun. Diharapkan melalui penyusunan rencana aksi kegiatan ini, BBTKLPP Bajarbaru dapat lebih meningkatkan kinerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru mendukung target kinerja Ditjen PP dan PL. Apabila ada perubahan pada Rencana Aksi Program PP dan PL, maka Rencana Aksi Kegiatan juga akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya. Harapan kami mudah-mudah Rencana Aksi Kegiatan (RAK) BBTKLPP Banjarbaru dapat direalisasikan secara optimal dengan komitmen dan kesungguhan dalam melaksanakan RAK yang telah disusun. Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

32 MATRIK RENCANA KINERJA LAMPIRAN 1 INDIKATOR OUTPUT TARGET KEGIATAN Jumlah Investigasi & Penanggulangan KLB 21 dokumen Jumlah Lokasi yang Jumlah SKD dan melaksanakan Pengendalian Faktor 9 Dokumen KLB, bencana dan Risiko Pada Kondisi kondisi matra di Matra wilayah layanan Jumlah Kajian bidang 58 Dokumen 58 Dokumen 59 Dokumen 55 Dokumen Surveilans dan Karkes Jumlah surveilans pembinaan Surveilans 10 Dokumen 10 Dokumen 10 Dokumen 10 Dokumen dan Karkes berbasis lab Jumlah desimenasi Jumlah desimenasi dan dan advokasi advokasi 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali Jumlah Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan 6 Dokumen efektivitas intervensi DBD Jumlah Kajian dan monitoring faktor risiko sumber penular dan 12 dokumen efektivitas intervensi malaria Jumlah lokasi survei Jumlah kajian 8 Dokumen penilaian mikrofilaria pengendalian Jumlah Pengamatan penyakit faktor risiko dan sumber bersumber 1 Dokumen penular leptospirosis di binatang wilayah kerja Jumlah survei schistosomiasis yg 4 Dokumen dilaksanakan Jumlah kajian bidang pengendalian penyakit 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen 2 Dokumen tular vektor dan zoonotik Jumlah surveilans pengendalian penyakit 9 Dokumen 9 Dokumen 9 Dokumen 9 Dokumen tular vektor dan zoonotik berbasis laboratorium Jumlah Kajian pengendalian penyakit menular langsung Jumlah Kab/kota yang melakukan sosialisasi dan atau advokasi ttg Tifoid Jumlah kajian bidang pengendalian penyakit menular langsung Jumlah survailans pengendalian penyakit menular langsung berbasis laboratorium 4 Dokumen 4 Dokumen 11 Dokumen 12 Dokumen 12 Dokumen 2 Dokumen 11 Dokumen 12 Dokumen 12 Dokumen Jumlah Kajian pengendalian penyakit tidak menular Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan Monitoring faktor risiko PTM melalui kegiatan Posbindu PTM pada kelompok masyarakat khusus Jumlah Penduduk usia >15 th yang melakukan pemeriksaan gula darah Jumlah surveilans pengendalian penyakit tidak menular berbasis 4 Dokumen 5 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 15 Dokumen 26 Rencana Aksi Kegiatan BBTKLPP Banjarbaru

LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU

LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BBTKLPP BANJARBARU ii IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja secara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.878, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. UPT Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2349/MENKES/PER/XI/2011

Lebih terperinci

2015 LAPORAN TAHUNAN

2015 LAPORAN TAHUNAN 2015 LAPORAN TAHUNAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BBTKLPP) BANJARBARU

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN PUSAT DATA DAN INFORMASI TAHUN 2015 2019 KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PP DAN PL BBTKLPP BANJARBARU 2015

LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PP DAN PL BBTKLPP BANJARBARU 2015 LAPORAN KINERJA BBTKLPP BANJARBARU 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PP DAN PL BBTKLPP BANJARBARU 2015 ii IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Kinerja secara garis besar berisikan

Lebih terperinci

LAKIP 2014 BBTKLPP SURABAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN

LAKIP 2014 BBTKLPP SURABAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN LAKIP 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BBTKLPP SURABAYA LAKIP BBTKLPP SURABAYA TAHUN 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana strategis pembangunan kesehatan jangka menengah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN OLEH: DR.DR.H.RACHMAT LATIEF, SPPD-KPTI., M.KES., FINASIM KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN WORSHOP LS DAN

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE-57 25 JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN i R e n c a n a A k s i K e g i a t a n RENCANA AKSI KEGIATAN 2015-2019 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN

RENCANA AKSI KEGIATAN i R encana Aksi Kegiatan RENCANA AKSI KEGIATAN 2015-2019 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP

RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP RANCANGAN INDIKATOR RENCANA AKSI KEGIATAN UPT BTKLPP SISTEMATIKA PENYAJIAN RENCANA AKSI PROGRAM (RAP) RANCANGAN INDIKATOR RAK BTKLPP SISTEMATIKA RAK PERJANJIAN KINERJA MONITORING CAPAIAN RAK RENCANA TINDAK

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEBIJAKAN PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN KEBIJAKAN INDONESIA SEHAT 2010 PROGRAM PENYEHATAN LINGKUNGAN Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan 1 Regulasi Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN BIRO KOMUNIKASI DAN PELAYANAN MASYARAKAT TAHUN 2016-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan menjadi bagian yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari tiga dasawarsa, derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan angka kematian bayi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Berdasarkan visi dan misi pembangunan jangka menengah, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan pada masing-masing

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala BTKLPP Kelas I Batam. Slamet Mulsiswanto NIP

KATA PENGANTAR. Kepala BTKLPP Kelas I Batam. Slamet Mulsiswanto NIP i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dokumen Rencana Aksi Kegiatan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Batam Tahun 2015-2019 ini dapat disusun untuk menjadi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Tahun 2015 BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP) KELAS I MAKASSAR DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (DITJEN

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2014 KEMENKES. Kantor Kesehatan. Pelabuhan. Klasifikasi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI KANTOR KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD UPT KESMAS TAMPAKSIRING 1. Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada masalah

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1775, 2015 KEMENKES. Penyakit Tidak Menular. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

RENCANA AKSI KEGIATAN sd Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan RENCANA AKSI KEGIATAN 2015 sd. 2019 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Kerangka Konsep Penelitian Variabel Penelitian Pelaku kebijakan

BAHAN DAN METODE Kerangka Konsep Penelitian Variabel Penelitian Pelaku kebijakan 21 BAHAN DAN METODE Kerangka Konsep Penelitian Menurut Dunn (2011) analisa kebijakan strategis terdiri dari kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan dan oleh pemikiran peneliti dapat

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, -1- KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/312/2016 TENTANG TIM KESEHATAN PADA ARUS MUDIK LEBARAN DAN NATAL TAHUN 2016, SERTA TAHUN BARU TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/76/2015 TENTANG TIM KOORDINASI PASCA KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN 2015-2019 Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenkes Disampaikan pada: RAPAT KONSULTASI NASIONAL PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES PALU, 31 MARET 2015 VISI PRESIDEN Terwujudnya

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/543/2016 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA BULAN PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL DALAM RANGKA ELIMINASI FILARIASIS TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 266/MENKES/SK/III/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 266/MENKES/SK/III/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 66/MENKES/SK/III/00 TENTANG KRITERIA KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR MENTERI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA - 1- PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MURUNG RAYA SEHAT 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Mandiri di bidang ekonomi;

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 288/MENKES/SK/III/2003 TENTANG PEDOMAN PENYEHATAN SARANA DAN BANGUNAN UMUM MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN LELANG PENGADAAN PERUSAHAAN PENYEDIA JASA TENAGA ALIH DAYA BPJS KESEHATAN WILAYAH KERJA DIVISI REGIONAL VIII. Nomor : 01/PLTAD/0117

PENGUMUMAN LELANG PENGADAAN PERUSAHAAN PENYEDIA JASA TENAGA ALIH DAYA BPJS KESEHATAN WILAYAH KERJA DIVISI REGIONAL VIII. Nomor : 01/PLTAD/0117 PENGUMUMAN LELANG PENGADAAN PERUSAHAAN PENYEDIA JASA TENAGA ALIH DAYA BPJS KESEHATAN WILAYAH KERJA DIVISI REGIONAL VIII Nomor : 01/PLTAD/0117 Diumumkan bahwa BPJS Kesehatan Divisi Regional VIII akan mengadakan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan Prioritas Nasional 2. Isu-isu Penting dalam Prioritas Nasional (PN)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN CC: KKP Kelas I batam MENTERI KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa semakin meningkatnya aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasioanal dan Provinsi Telaahan terhadap kebijakan Nasioanal dan provinsi menyangkut arah kebijakan dan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG - 2021 i KATA PENGANTAR Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi. Berbasis Masyarakat. Total. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN 1 KEPUTUSAN NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa peningkatan dan perkembangan peran pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 97 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN KUALITAS MAKANAN SIAP SAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 2. URUSAN KESEHATAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.344, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Strategi Adaptasi. Perubahan Iklim. Kesehatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.344, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Strategi Adaptasi. Perubahan Iklim. Kesehatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.344, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Strategi Adaptasi. Perubahan Iklim. Kesehatan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1018/MENKES/PER/V/2011 TENTANG STRATEGI

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS II PROBOLINGGO TAHUN 2014 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK) TAHUN 2017 Kementerian Kesehatan RI Ditjen Pencegahan dan KKP Kelas I Soekarno-Hatta Area Perkantoran Bandara Soekarno-Hatta Email: kkp.soekarnohatta@yahoo.co.id ; www.kkpsoetta.com

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1018/MENKES/PER/V/2011 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1018/MENKES/PER/V/2011 TENTANG - 1 - PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1018/MENKES/PER/V/2011 /Menks/SK/V/2009 TENTANG STRATEGI ADAPTASI SEKTOR KESEHATAN TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2009

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2009 BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/498/2017 TENTANG TIM PENANGGULANGAN MALARIA TERPADU BUKIT MENOREH DI KABUPATEN PURWOREJO DAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

Lebih terperinci