LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014 DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014 DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2010"

Transkripsi

1 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2014 DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah selesai menyusun Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) tahun Buku laporan ini disusun sebagai sarana pemberian informasi tentang kondisi lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta kepada publik, pemerintah, organisasi non pemerintah, serta pengambil keputusan. Buku laporan ini berisi tentang analisa data dan dokumentasi kebijakan yang meliputi : kualitas lingkungan hidup berdasarkan media air, udara dan lahan; kualitas dan kuantitas sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati; serta kualitas penduduk dan sosial ekonomi. Atas tersusunnya buku ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini, dengan harapan, buku laporan ini bermanfaat, serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo. Kulon Progo, Maret 2014

3

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iii Daftar Gambar iv Daftar Grafik v Bab I Pendahuluan 1 Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan 7 B. Keanekaragaman Hayati 9 C. Air 13 D. Udara 19 E. Laut, Pesisir dan Pantai 33 F. Iklim 41 G. Bencana Alam 42 Bab II Tekanan Terhadap Lingkungan

5 A. Kependudukan 46 B. Permukiman 47 C. Kesehatan 51 D. Pertanian 52 E. Industri 54 F. Pertambangan 56 G. Energi 59 H. Transportasi 61 I. Pariwisata 63 J. Limbah B3 64 Bab III Upaya Pengelolaan Lingkungan A. Rehabilitasi Lingkungan 66 B. Amdal 69 C. Penegakkan Hukum 70 D. Peran Serta Masyarakat 71 E. Kelembagaan 73 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jenis Ikan yang Terdapat di Waduk Sermo Tabel 2 : Persentase Luas Ekosistem yang Terdapat di Kabupaten Kulon Progo

6 Tabel 3 : Jenis dan Jumlah Sumber Pencemar di Sub DAS Serang Tabel 4 : Data Koordinat Titik Pengambilan Sampel Sungai Serang Tabel 5 : Lokasi Titik Pantau dan Pembagian Kelas Air Sungai Serang Tabel 6 : Tingkat Kebisingan (dba) Bulan April Mei Tahun 2010 Tabel 7 : Jumlah Kendaraan di Lokasi Pemantauan Udara (4 titik) Bulan April - Mei Tahun 2010 Tabel 8 : Konsentrasi CO (µg/m 3 ) Bulan April Mei Tahun 2010 Tabel 9 : Konsentrasi O3 (µg/m 3 ) Bulan April Mei Tahun 2010 Tabel 10 : Konsentrasi HC (µg/m 3 ) Bulan April Mei Tahun 2010 Tabel 11 : Konsentrasi Pb (µg/m 3 ) Bulan April Mei Tahun 2010 Tabel 12 : Konsentrasi Debu 10µm (PM 10) Bulan April Mei Tahun 2010 Tabel 13 : Hasil Perhitungan Nilai Indeks Standar Pencemar Udara Parameter PM 10 Tahun 2010 Tabel 14 : Hasil Perhitungan Nilai Indeks Standar Pencemar Udara Parameter CO Tahun 2010 Tabel 15 : Hasil Perhitungan Nilai Indeks Standar Pencemar Udara Parameter Ozon Tahun 2010 Tabel 16 : Sebaran Industri Kecil di Kabupaten Kulon Progo Tabel 17 : Daftar Rincian Jenis dan Lokasi Bahan Galian di Kab Kulon Progo Tabel 18 : Pengaduan Masalah Lingkungan Hidup dan Status Masalah di Kabupaten Kulon Progo DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Peta Rawan Longsor Kabupaten Kulon Progo Gambar 2 : Gambar 3 Dimensi DAS Serang Gambar 3 : Peta Potensi Kerusakan Lahan Kabupaten Kulon Progo DIY

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 : Lahan Kritis di Kabupaten Kulon Progo Grafik 2 : Status Mutu Air Sungai Serang Tahun 2010 Grafik 3 : Status Mutu Air Sungai Serang Tahun 2010 dengan Metode Storet Grafik 4 : Tingkat Kebisingan di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo

8 Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 5 : Konsentrasi CO di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 6 : Konsentrasi Ozon (O3) di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 7 : Konsentrasi HC di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 8 : Konsentrasi Pb di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 9 : Konsentrasi Debu (PM10) di 4 Lokasi Kabupaten Kulon Progo Pada Pemantauan Kualitas Udara Ambien Tahun 2010 Grafik 10 : Konsentrasi Minyak & Lemak dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 11 : Konsentrasi Nitrat dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 12 : Konsentrasi Fosfat dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 13 : Konsentrasi Timbal (Pb) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 14 : Konsentrasi Kadmium (Cd) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 15 : Konsentrasi Tembaga (Cu) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 16 : Konsentrasi Seng (Zn) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 17 : Konsentrasi Faecal Coli (Coli Tinja) dalam Air Laut di Pantai Kabupaten Kulon Progo Grafik 18 : Konsentrasi Nikel (Ni) dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo Grafik 19 : Konsentrasi Coliform Total dalam Air Laut di Pantai Kab. Kulon Progo

9 Grafik 20 : Konsentrasi Krom (Cr) dalam Air Laut di Pantai Kab Kulon Progo Grafik 21 : Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010 Grafik 22 : Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010 Grafik 23 : Jumlah Rumah Tangga dan Penggunaan Bahan Bakar Untuk Memasak di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2010 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Kebijakan / Peraturan Bidang Kehutanan Lampiran 2 : Luas Wilayah Administratif Kabupaten Kulon Progo; Luas Lahan Berdasarkan Penggunaan;

10 Luas Hutan Negara Berdasarkan Fungsinya; Luas Hutan Rakyat Data Lahan Kritis; Data Populasi Tanaman Kehutanan ; Data Luas dan Kemiringan Lereng pada DAS; Lampiran 2 : Data Pemanfaatan Air Sungai Lampiran 3 : SK Penetapan Pembangunan Sumur Resapan; Lampiran 4 : Lampiran 5 : SK Bupati No... Lampiran 6 : Lampiran 7 : Data Bangunan Sipil Teknis Konservasi Tanah dan Air; Tentang Perizinan Pengambilan Air Tanah Data Pemanfaatan Air Tanah Lampiran 8 : Data Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pantai; Perkembangan Tanaman Mangrove; Kelompok Tani Hutan Pemegang IUPHKm; Lokasi dan Luas Hutan Kota; Peraturan Bupati... ttg Penetapan Hutan Kota; Lampiran 9 : Kegiatan yang Bersumber Dana Swadaya Masyarakat & CSR; dalam Peran Serta dan Kerjasama serta Dukungan Pihak Ketiga Pembangunan Kehutanan; Lokasi Pembibitan Trembesi Kab. Kulon Progo; Luas Panen dan Produksi Biofarmaka Data Produksi Aneka Usaha (Hasil Hutan Bukan Kayu) Data Prestasi dan Penghargaan bidang Kehutanan dan LH Lampiran 10 : Data Pemantauan Kualitas Air Sungai Tahun 2009 Lampiran 11 : Data Rakyat Miskin

11 Lampiran 12 : Lampiran 13 : Lampiran 14 : Lampiran 15 : Surat Edaran Bupati ttg... Kebakaran Hutan Perbup ttg HKm... Perda ttg RT RW Peta Perda ttg. SOTK Dinas Pertanian & Kehutanan; Dinas Kelautan Perikanan & Peternakan; Dinas Pekerjaan Umum; Kantor Lingkungan Hidup; Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Perikanan Dan Kehutanan Lampiran 16 : Lampiran 17 : Peta Kerusakan Lahan Foto-foto Kegiatan LAMPIRAN 1 Kebijakan / Peraturan

12 - Perda Kab. Kulon Progo No. 1 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun ; - Peraturan Daerah Kab. Kulon Progo No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-Daerah) Tahun ; - Peraturan Bupati Kulon Progo No. 4 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Air Tanah; - Peraturan Bupati Kulon Progo No. 57 Tahun 2006 tentang Surat Keterangan Asal Usul; - Peraturan Bupati Kulon Progo No. 45 Tahun 2007 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan; - Peraturan Bupati Kulon Progo No. 49 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Perbup Kulon Progo No. 57 Tahun 2006 tentang Surat Keterangan Asal Usul; - Keputusan Bupati Kulon Progo No. 448 (dst sampai dengan no. 454) Tahun 2007 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) Kepada Kelompok Tani Hutan... (di wilayah Kab. Kulon Progo); - Keputusan Bupati Kulon Progo No. 113 Tahun 2009 tentang Pembentukan Komisi penyuluhan Bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; - Keputusan Bupati Kulon Progo No. 204 Tahun 2009 tentang Penetapan Areal Hutan Kota di Kawasan Perkotaan Wates; - Keputusan Bupati Kulon Progo No. 27 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu; - Instruksi Bupati Kulon Progo No. 3 Tahun 2010 tentang Gerakan Kebersihan, Keteduhan dan Keindahan; - Surat Edaran Bupati Kulon Progo No. 522/1524 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan; - Surat Edaran Gubernur DIY No. 360/3161 tentang Peningkatan Kewaspadaan Menghadapi Musim Kemarau Panjang (Fenomena El Nino); - Keputusan Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kab. Kulon Progo, No. 188/092 tentang Penunjukan dan Penetapan Pejabat Penerbit Surat Keterangan Asal Usul (SKAU);

13 - Keputusan Kepala Kantor LH Kab. Kulon Progo No. 11 Tahun 2010 tentang Penetapan Calon Penerima Bantuan Alat Biodigester Tahun 2010; - Nota Perjanjian Kerjasama No. 78/V/BPTH.JM-1/2009 dan No. 05/BM/VI/2009 antara Kepala Balai pembenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura dengan Kelompok Tani Bina Mandiri tentang Pembangunan Model Seed For People (Benih untuk Rakyat) di Desa Sendangsari, Pengasih, Kulon Progo; - Nota Kesepakatan Bersama No. 02/MoU.KP/2009 dan No. 01ª/PK/UBH- KPWN/I/2009 antara Pemerintah Kab. Kulon Progo dengan Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara tentang Pengembangan Usaha Tani melalui Budidaya Tanaman Jati Unggul dengan Pola Bagi Hasil di Kab. Kulon Progo. LAMPIRAN 8

14 Varietas Unggul - Keputusan Menteri Pertanian RI No. 1690/Kpts/SR.120/12/2008 tentang Pelepasan Populasi Kelapa Dalam Bojong Bulat (DBB) sebagai Varietas Unggul; (DBB berasal dari Desa Bojong Kecamatan Panjatan Kab. Kulon Progo) - Tanda Daftar Varietas Lokal untuk Durian Menoreng Kuning dari Departemen Pertanian, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman; LAMPIRAN 10 Foto / Dokumentasi Kegiatan

15 - Gerakan Penanaman One Man One Tree Tahun 2009; - Kegiatan Kagama di Kecamatan Pengasih Tahun 2009; - Gerakan Aksi Penanaman Serentak Indonesia dan pecan Pemeliharaan Pohon Tahun 2008; - Gerakan Cinta Hutan Tahun 2009; - Gerakan OMOT dalam rangka Hari Bakti Rimbawan dan Hari Bumi Tahun 2009 di Terminal Wates; - Gerakan Penanaman Perindang Jalan di Sepanjang Jalan Alternatif Sentolo- Wates Tahun 2009; - Kegiatan Penanaman Waru sebagai Tapal Batas Kab. Kulon Progo dan Kab. Bantul Tahun 2010; - Kegiatan Konservasi dengan Vegetatif; - Kegiatan Konservasi dengan Bangunan Sipil Teknis; - Pengembangan Aneka Usaha Hutan; - Kegiatan PPSJ : Evakuasi Satwa dan Release Satwa; - Pendidikan Lingkungan untuk Anak (Usia Dini); - Membangun Arboretum Partisipatif; - Konservasi Lahan Kritis dengan Tanaman Aren; - Desa Wisata Konservasi Sendangsari dan Nglingo.

16 LAMPIRAN 4 - Seremonial Kehutanan terkait Gerakan Penanaman;

17 - Data Tanaman Kehutanan dalam Rangka Satu Juta Pohon Hidup; - Lampiran Perhitungan Biaya Bibit dan Pemeliharaan; - Kegiatan yang bersumber Dana Swadaya Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (CSR) Kegiatan Masyarakat (Swadaya Masrakat Bidang Konservasi Lahan dan Air) - Peran serta dan Kerjasama serta Dukungan Pihak Ketiga dalam Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Kulon Progo. - Lokasi Pembibitan Trembesi Kabupaten Kulon Progo - Luas Panen dan Produksi Biofarmaka Kabupaten Kulon Progo Tahun Data Produksi Aneka Usaha Kabupaten Kulon Progo (Hasil Hutan Bukan Kayu / HHBK) LAMPIRAN 3 - Potensi Cekungan Wates; - Volume Pemakaian Air Tanah Rata-Rata per Bulan;

18 - Data Cadangan Air Bawah Tanah Kab. Kulon Progo Tahun 2007/2008; - Data Mata Air di Kab. Kulon Progo Tahun 2010; - Daftar Lokasi Sumur Resapan Tahun 2010; - Peta Cekungan Air Tanah di Provinsi DIY; - Data Lubang Biopori LAMPIRAN 4

19 - Seremonial Kehutanan terkait Gerakan Penanaman; - Data Tanaman Kehutanan dalam Rangka Satu Juta Pohon Hidup; - Lampiran Perhitungan Biaya Bibit dan Pemeliharaan; - Kegiatan yang bersumber Dana Swadaya Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (CSR) Kegiatan Masyarakat (Swadaya Masrakat Bidang Konservasi Lahan dan Air) - Peran serta dan Kerjasama serta Dukungan Pihak Ketiga dalam Pembangunan Kehutanan di Kabupaten Kulon Progo. - Lokasi Pembibitan Trembesi Kabupaten Kulon Progo - Luas Panen dan Produksi Biofarmaka Kabupaten Kulon Progo Tahun Data Produksi Aneka Usaha Kabupaten Kulon Progo (Hasil Hutan Bukan Kayu / HHBK) LAMPIRAN 9 PETA - Peta Kondisi Umum Wilayah Kab. Kulon Progo; - Peta Administratif Kab. Kulon Progo; - Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Tahun Kab. Kulon Progo; - Peta Kawasan Lindung Kab. Kulon Progo;

20 - Peta Prasarana dan Sarana Lain- Terminal, Pelabuhan Laut dan Jaringan Irigasi Kab. Kulon Progo; - Peta Ancaman Bencana Banjir Kab. Kulon Progo; - Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Kab. Kulon Progo; - Peta Ancaman Bencana Kekeringan Kab. Kulon Progo; - Peta Potensi Kerusakan Lahan di Kab. Kulon Progo; - Peta Tutupan Lahan Kab. Kulon Progo; - Peta Hutan Lindung, Hutan Konservasi, Kelas Lereng, Sempadan dan Ketinggian Kab. Kulon Progo LAMPIRAN - Peta Kondisi Umum Wilayah Kab. Kulon Progo; - Peta Administratif Kab. Kulon Progo;

21

22

23

24 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii vi Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah 4 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo 10 D. Analisa SPR terhadap Isu Prioritas Bab II Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan 15 B. Keanekaragaman Hayati 32 C. Air 36 D. Udara 59 E. Laut, Pesisir dan Pantai 73 F. Iklim 90 G. Bencana Alam 94 Bab III Tekanan Terhadap Lingkungan A. Kependudukan 99 B. Permukiman 105 C. Kesehatan 111 D. Pertanian 113 E. Industri 119 F. Pertambangan 129 G. Energi 134 H. Transportasi 136 I. Pariwisata 139 J. Limbah B3 143 Bab IV Upaya Pengelolaan Lingkungan A. Rehabilitasi Lingkungan 144 B. Amdal 148 C. Penegakkan Hukum 150 D. Peran Serta Masyarakat 152 E. Kelembagaan 155 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

25 DAFTAR TABEL Tabel Penggunaan Lahan di Kulonprogo Tahun II. 1 Tabel Hasil Pemantauan Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Kulonprogo Tahun 2014 II. 4 Tabel Luas Hutan Rakyat Kabupaten Kulonprogo Tahun II. 12 Tabel Luas Lahan Kritis Kabupaten Kulonprogo Tahun II. 15 Tabel Jenis Ikan di Waduk Sermo II. 20 Tabel Persentase Luas Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo II. 21 Tabel Luas DAS di Kulonprogo II. 22 Tabel Jenis dan Jumlah Sumber Pencemar di Sub DAS Serang II. 25 Tabel Data Koordinat Titik Pengambilan Sampe Sungai Serang II. 28 Tabel Lokasi Titik Pantau dan Pembagian Kelas Air Sungai Serang II. 30 Tabel Hasil Uji Kualitas Sungai Serang I II. 31 Tabel Hasil Uji Kualitas Sungai Serang II II. 32 Tabel Hasil Uji Kualitas Sungai Serang III II. 33 Tabel Hasil Analisis Status Mutu Air S Serang dengan Metode Storet II. 39 Tabel Debit Sungai Serang Tahun 2014 II. 42 Tabel Hasil Uji Kualitas Air Sumur Kab Kulonprogo Tahun 2014 II. 43 Tabel Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2014 II. 47 Tabel Tingkat Kebisingan Rata-rata di Kab Kulonprogo II. 49 Tabel Konsentrasi CO Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 50 Tabel Konsentrasi O3 Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 52 Tabel Konsentrasi HC Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 53 Tabel Konsentrasi Pb Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 55 Tabel Konsentrasi Debu PM-10 Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 56 Tabel Konsentrasi NO2 Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 57 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

26 Tabel Konsentrasi SO2 Udara Ambien di Kab Kulonprogo II. 59 Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter PM-10 Tahun 2014 II. 60 Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter CO Tahun 2014 II. 60 Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter O3 Tahun 2014 II. 61 Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter SO2 Tahun 2014 II. 61 Tabel Hasil Uji Kualitas Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 64 Tabel Kekeruhan Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 66 Tabel Temperatur Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 68 Tabel Warna Air Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 69 Tabel TSS Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 70 Tabel ph Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 71 Tabel Kadar Salinitas Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 72 Tabel Kadar Nitrat Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 74 Tabel Kadar BOD Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 76 Tabel Kadar DO Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 76 Tabel Kadar Fosfat Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 78 Tabel Kadar Fenol Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 80 Tabel Kadar Minyak dan Lemak Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 82 Tabel Kadar Asam Sulfat Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 83 Tabel Kadar Detergen Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 83 Tabel Kadar Amoniak Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 84 Tabel Kadar Bakteri Koli Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 85 Tabel Kadar Total Koli Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 87 Tabel Kadar Arsen Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 88 Tabel Kadar Krom Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 89 Tabel Kadar Cu Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 90 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

27 Tabel Kadar Pb Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 90 Tabel Kadar Cd Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 92 Tabel Kadar Ni Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 93 Tabel Kadar Zn Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 94 Tabel Kadar Hg Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 94 Tabel Luas dan Kerapatan Mangrove Kulonprogo II. 96 Tabel Data Suhu Bulanan di Kulonprogo Tahun 2014 II. 98 Tabel Curah Hujan Rata-rata di Kulonprogo Tahun 2014 II. 99 Tabel Kejadian Bencana di Kulonprogo Tahun 2014 II. 101 Tabel Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kab Kulonprogo Tahun Tabel Tingkat Kepadatan Penduduk Kab Kulonprogo Tahu Tabel Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kab Kulonprogo Tahun 2014 Tabel Komposisi Penduduk Berdasar Struktur Usia Kab Kulonprogo Tahun 2014 Tabel Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kab Kulonprogo Tahun 2014 Tabel Jumlah RT/KK Menurut Kecamatan Kab Kulonprogo Tahun 2014 Tabel Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kab Kulonprogo Tahun 2014 III. 1 III. 2 III. 3 III. 4 III. 6 III. 7 III. 7 Tabel TPA dan TPST 3R di Kab Kulonprogo Tahun 2014 III. 12 Tabel Data Bank Sampah di Kab Kulonprogo Tahun 2014 III. 13 Tabel Tabel Indikator Pembangunan Kesehatan Kab Kulonprogo Tahun Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kab Kulonprogo Tahun III. 17 III. 21 Tabel Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kab Kulonprogo III. 23 Tabel Industri Kecil di Kab Kulonprogo III. 24 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

28 Tabel Jumlah Sumber Pencemar Air Berdasar Jenisnya di Kab Kulonprogo Tahun 2014 III. 25 Tabel Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014 III. 27 Tabel Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kab Kulonprogo III. 29 Tabel Potensi Bahan Mineral di Kab Kulonprogo III. 32 Tabel Data Biogas Kulonprogo III. 37 Tabel Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kab Kulonprogo Tahun 2014 III. 40 Tabel Perkembangan Kunjungan Wisatawan III. 43 Tabel Jumlah Dokumen Lingkungan Menurut Jenis Usaha Tahun 2014 IV. 6 Tabel Hasil Pengawasan Kegiatan/Usaha Tahun 2014 IV. 8 Tabel Pengaduan Masalah dan Status Masalah LH Tahun 2014 IV. 9 Tabel Jumlah Aduan Kasus LH Tahun IV. 10 Tabel Kegiatan Konservasi Lingkungan oleh Pihak Ketiga Tahun 2014 IV. 13 Tabel Anggaran Pengelolaan LH Kab Kulonprogo Tahun IV. 16 Tabel Jumlah Pegawai KLH Kulonprogo Berdasar Tingkat Pendidikan IV. 17 DAFTAR GAMBAR Gambar Peta Administrasi Kab Kulonprogo I. 3 Gambar Peta Penggunaan Lahan Kulonprogo Tahun 2013 II. 2 Gambar Foto Pengambilan Sampel Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 3 Gambar Grafik Ketebalan Solum Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 5 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

29 Gambar Grafik Kebatuan Permukaan Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 6 Gambar Grafik Komposisi Fraksi Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 7 Gambar Grafik Berat Isi Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 7 Gambar Grafik Porositas Total Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 8 Gambar Grafik Derajat Pelulusan Air Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 8 Gambar Grafik Derajat Keasaman Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 9 Gambar Grafik DHL Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 10 Gambar Grafik Redoks Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 10 Gambar Grafik Jumlah Mikroba Tanah di Nanggulan Tahun 2014 II. 11 Gambar Grafik Peningkatan Luas Hutan Rakyat Tahun II. 12 Gambar Peta Kawasan hutan di Kab Kulonprogo II. 14 Gambar Grafik Penurunan Luas Lahan Kritis di Kab Kulonprogo Tahun II. 16 Gambar Peta Lahan Kritis dan Penghijauan di Kab Kulonprogo II. 17 Gambar Keanekaragaman Hayati di Pantai Selatan Kulonprogo II. 19 Gambar Peta DAS II. 23 Gambar Gambaran 3 Dimensi DAS Serang II. 24 Gambar Peta Sumber Pencemar dan Titik Pemantauan S Serang II. 26 Gambar Grafik Sumber Pencemar Sub DAS Serang Tahun 2007,2013,2014 II. 27 Gambar Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air S Serang Tahun 2014 II. 29 Gambar Grafik Pengukuran DO Sungai Serang Tahun 2014 II. 34 Gambar Grafik Pengukuran BOD Sungai Serang Tahun 2014 II. 35 Gambar Grafik Pengukuran COD Sungai Serang Tahun 2014 II. 35 Gambar Grafik Pengukuran Nitrit Sungai Serang Tahun 2014 II. 36 Gambar Grafik Pengukuran Sulfida Sungai Serang Tahun 2014 II. 36 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

30 Gambar Grafik Pengukuran Krom Sungai Serang Tahun 2014 II. 37 Gambar Grafik Pengukuran Koli Tinja Sungai Serang Tahun 2014 II. 38 Gambar Grafik Pengukuran Total Koli Sungai Serang Tahun 2014 II. 38 Gambar Peta Status Mutu Air Sungai Serang Tahun 2014 II. 41 Gambar Foto Pengukuran Debit Sungai Serang II. 42 Gambar Grafik Hasil Pengujian ph Air Sumur Kulonprogo 2014 II. 44 Gambar Grafik Hasil Pengujian Coliform Air Sumur Kulonprogo 2014 II. 45 Gambar Grafik Hasil Pengujian Coli Tinja Air Sumur Kulonprogo 2014 II. 45 Gambar Waduk Sermo Kulonprogo II. 46 Gambar Waduk Mini Tonegoro Kalibawang II. 46 Gambar Grafik Tingkat Kebisingan Rata-rata Kulonprogo II. 50 Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Grafik Tingkat Konsentrasi CO Udara Ambien Kulonprogo Grafik Tingkat Konsentrasi O3 Udara Ambien Kulonprogo Grafik Tingkat Konsentrasi HC Udara Ambien Kulonprogo Grafik Tingkat Konsentrasi Pb Udara Ambien Kulonprogo Grafik Tingkat Konsentrasi Debu PM10 Udara Ambien Kulonprogo Grafik Tingkat Konsentrasi NO2 Udara Ambien Kulonprogo Grafik Tingkat Konsentrasi SO2 Udara Ambien Kulonprogo II. 51 II. 52 II. 54 II. 55 II. 57 II. 58 II. 59 Gambar Lokasi Pantai Glagah II. 63 Gambar Lokasi Pantai Trisik II. 63 Gambar Grafik Kekeruhan Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 67 Gambar Grafik Konsentrasi TSS Air Laut Kulonprogo Tahun 2014 II. 70 Gambar Grafik Fluktuasi ph Air Laut Kulonprogo Tahun II. 72 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

31 Gambar Grafik Fluktuasi Salinitas Air Laut Kulonprogo II. 74 Gambar Grafik Konsentrasi NO3 Air Laut Kulonprogo II. 75 Gambar Grafik Konsentrasi BOD Air Laut Kulonprogo 2014 II. 76 Gambar Grafik Konsentrasi DO Air Laut Kulonprogo 2014 II. 77 Gambar Grafik Fluktuasi Fosfat Air Laut Kulonprogo II. 79 Gambar Grafik Fluktuasi Fenol Air Laut Kulonprogo 2014 II. 81 Gambar Grafik Kadar Minyak dan Lemak Air Laut Kulonprogo 2014 II. 82 Gambar Grafik Detergen Air Laut Kulonprogo 2014 II. 84 Gambar Grafik Kadar Amoniak Air Laut Kulonprogo 2014 II. 85 Gambar Grafik Fluktuasi Bakteri Koli Air Laut Kulonprogo II. 86 Gambar Grafik Fluktuasi Total Koli Air Laut Kulonprogo II. 87 Gambar Grafik Kadar Pb Air Laut Kulonprogo 2014 II. 91 Gambar Grafik Kadar Kadmium Air Laut Kulonprogo 2014 II. 92 Gambar Grafik Kadar Nikel Air Laut Kulonprogo 2014 II. 93 Gambar Grafik Konsentrasi Hg Air Laut Kulonprogo 2014 II. 95 Gambar Tanaman Mangrove di Sempadan Sungai Temon II. 96 Gambar Peta Penggunaan Lahan Desa Jangkaran Temon II. 97 Gambar Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun II. 99 Gambar Peta Pola Curah Hujan di Kab Kulonprogo II. 100 Gambar Grafik Kejadian Bencana Tahun II. 101 Gambar Peta Ancaman Bencana Banjir di Kulonprogo II. 103 Gambar Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kulonprogo II. 105 Gambar Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kulonprogo II. 107 Gambar Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kab Kulonprogo Gambar Grafik Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kab Kulonprogo Tahun III. 2 III. 3 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

32 Gambar Grafik Komposisi Penduduk Menurut Usia Kab Kulonprogo Tahun 2014 Gambar Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kab Kulonprogo Tahun 2014 Gambar Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun Gambar Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014 Gambar Grafik Jumlah RT dan Sumber Air Minum di Kulonprogo 2014 III. 5 III. 6 III. 9 III. 10 III. 11 Gambar Grafik Jumlah Timbulan Sampah di Kulonprogo III. 12 Gambar Grafik Tempat BAB di Kulonprogo Tahun III. 15 Gambar Grafik Usia Harapan Hidup di Kulonprogo Tahun III. 16 Gambar Grafik Penyakit Utama di Kulonprogo III. 18 Gambar Grafik Penggunaan Pupuk Tahun III. 20 Gambar Grafik Populasi Terbesar Hewan Ternak Kulonprogo III. 22 Gambar Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kulonprogo III. 26 Gambar Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kulonprogo III. 30 Gambar Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014 III. 30 Gambar Peta Potensi Mineral di Kulonprogo III. 33 Gambar Gambar Gambar Gambar Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun Grafik Penggunaan Bahan Bakar untuk Keperluan RT di Kulonprogo Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kulonprogo Tahun Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kulonprogo 2014 III. 35 III. 37 III. 43 III. 44 Gambar Grafik Volume Sampah Harian pada ObyekWisata 2014 III. 44 Gambar Grafik Perbandingan Hotel/Penginapan III. 46 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

33 Gambar Penanaman Pohon Durian oleh Masyarakat IV. 1 Gambar Grafik Jumlah Dokumen UKL-UPL Berdasarkan Jenis Usaha/Kegiatan Tahun IV. 7 Gambar Grafik Aduan Kasus LH di Kulonprogo Tahun IV. 11 Gambar Penanganan Kasus Dugaan Pencemaran Akibat Pembuangan Tinja di Persawahan Panjatan IV. 11 Gambar Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan LH IV. 14 Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Page ix

34 BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari 5 (lima) kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di bagian barat. Batas administrasi Kabupaten Kulonprogo adalah sebagai berikut : 1) Sebelah timur : Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman 2) Sebelah barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah 3) Sebelah utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah 4) Sebelah selatan : Samudera Hindia. Kabupaten Kulonprogo yang beribukota di Wates memiliki luas wilayah ,51 Ha (586,28 km²) terdiri atas 12 kecamatan, 87 desa dengan 918 dusun dan 1 kelurahan dengan 38 RW. Luas wilayah tersebut belum termasuk luas laut yang menjadi kewenangan kabupaten, yaitu seluas Ha (158,72 km 2 ). Sedangkan dilihat dari posisi geostrategic, Kabupaten Kulonprogo yang terletak di bagian barat DIY dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, merupakan pintu gerbang Daerah Istimewa Yogyakarta yang menghubungkan DIY dengan pusat-pusat ekonomi dan pemerintahan yang terletak di bagian barat P Jawa dan utara P Jawa. Selain itu posisi Kabupaten Kulonprogo yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia juga dapat menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan negara tetangga yang terletak di bagian selatan Indonesia seperti Australia. Posisi geostrategic Kabupaten Kulonprogo tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perkembangan wilayah kabupaten tersebut maupun perkembangan wilayah DIY. Kabupaten Kulonprogo terletak diantara 110 o 1' 37" o 16' 26" Bujur Bab I-1

35 Timur dan antara 7 o 38' 42" - 7 o 59' 03" Lintang Selatan, dan memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian antara meter diatas permukaan air laut, yang terbagi menjadi 3 wilayah meliputi : a. Bagian Utara, merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. b. Bagian Tengah; merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo, Pengasih dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 15%, tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan. c. Bagian Selatan; merupakan dataran rendah dengan ketinggian meter dari permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0 2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km. Berdasarkan data dari Kabupaten Kulonprogo Dalam Angka, sebagian besar wilayah Kabupaten Kulonprogo masuk dalam wilayah dengan kemiringan lereng <2 0. Berdasarkan data tersebut 40,11% luas wilayah Kabupaten Kulonprogo masuk dalam wilayah dengan kemiringan lereng <2%. Sedangkan luas wilayah yang masuk dalam kemiringan lereng >40 0 adalah seluas 18,73% dari luas wilayah total Kabupaten Kulonprogo. Berikut peta administrasi Kabupaten Kulonprogo : Bab I-2

36 Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Kulonprogo Bab I-3

37 2. Visi dan Misi Pembangunan Berkelanjutan a. Visi Rumusan Visi dan Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulonprogo didasarkan pada isu strategis daerah. Selain itu juga memperhatikan Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagai acuan bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kulonprogo tahun yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kulonprogo adalah Terwujudnya Kabupaten Kulonprogo yang sehat, mandiri, berprestasi, adil, aman dan sejahtera berdasarkan iman dan taqwa Visi Kabupaten Kulonprogo merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi seluruh elemen masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Pernyataan visi Kabupaten Kulonprogo tersebut mempunyai pemahaman sebagai berikut : - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan mampu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, baik sehat jasmani, rohani maupun sehat dalam pengertian masyarakat mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan hidupnya dalam lingkungan yang bersih dan nyaman. Sehat dalam bidang ekonomi, sehat birokrasi, sehat semua program pembangunan termasuk sehat dalam kehidupan sosial politik dan sosial budaya. Demikian juga lima tahun kedepan diharapkan akan terwujud peningkatan kualitas aparatur dan kelembagaan pemerintahan sehingga mampu memberikan pelayanan prima, dengan prinsip transparan, dan akuntabel. (SEHAT) - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan masyarakat serta wilayah dalam rangka Bab I-4

38 memenuhi kebutuhan sendiri dengan fokus utama kemandirian dalam bidang ekonomi. (MANDIRI) - Pembangunan diberbagai sektor lima tahun mendatang diharapkan dapat mencerminkan pemerintahan dan masyarakat yang mampu berinovasi dengan etos kerja tinggi sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang inovatif dan produk daerah berdaya saing tinggi. Tercapainya nilai obyektif yang tinggi dari penilaian indikator kinerja pembangunan di berbagai bidang baik dari sisi output, outcome, benefit dan impact. (BERPRESTASI) - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dalam segala bidang kehidupan yang bermuara pada upaya perwujudan kesejahteraan. (ADIL) - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan dapat mewujudkan suatu keadaan tata kehidupan masyarakat yang tertib dan tentram, sehingga diharapkan masyarakat dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan damai, yang menjamin terselenggaranya pembangunan. (AMAN) - Pembangunan yang akan dilaksanakan pada lima tahun mendatang diharapkan mampu mewujudkan suatu keadaan masyarakat yang tercukupi kebutuhan dasar baik sandang, pangan, papan, pelayanan pendidikan, kesehatan maupun memiliki pendapatan secara layak. Mewujudkan keluarga yang mampu mengatur kebutuhan secara proposional dan seimbang sehingga mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap keadaan yang tidak normal. (SEJAHTERA) - Pembangunan lima tahun mendatang diharapkan mampu mewujudkan masyarakat dan aparatur yang mempunyai nurani moralitas serta kepekaan sosial yang tinggi, harga diri dan martabat yang tinggi dengan dasar keyakinan akan kebenaran ajaran dan nilai-nilai agama yang menjadi pedoman dan tuntunan dalam menjalankan kehidupan. (BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA). b. Misi Bab I-5

39 Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan 6 misi pembangunan sebagai berikut : 1) Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas keagamaan 2) Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip clean government dan good governance. 3) Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat 4) Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah 5) Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan 6) Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan hukum Misi Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas tinggi dan berakhlak mulia melalui peningkatan kemandirian, kompetensi, ketrampilan, etos kerja, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan dan kualitas keagamaan. Sumberdaya manusia sebagai subyek dan obyek pembangunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan dan mewujudkan keberhasilan pembangunan. Sebagai subyek pembangunan dibutuhkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat dan produktif untuk mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan melalui pembangunan pendidikan dan kesehatan. Pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pembangunan kesehatan mempunyai peranan penting dalam Bab I-6

40 menghasilkan sumberdaya manusia yang sehat dan produktif sebagai investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan. Sebagai obyek pembangunan, sumberdaya manusia harus dapat menikmati hasilhasil pembangunan dalam bentuk peningkatan kualitas kehidupan yang tercermin dalam menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Untuk mewujudkan SDM bermartabat dibutuhkan SDM yang senantiasa ingin meningkatkan nilai-nilai yang terkandung di dalam ajaran agama yang mengarah kepada upaya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Misi Mewujudkan peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintahan yang berorientasi pada prinsip-prinsip clean government dan good governance. Good Public Governance mengandung makna penyelenggaraan pemerintahan yang bersih (clean government), demokratis dan efektif. Prinsip-prinsip good public governance meliputi wawasan ke depan (visioner), keterbukaan dan transparansi, partisipasi masyarakat, tanggung gugat, supremasi hukum, demokrasi, profesionalisme dan kompetensi, daya tanggap, efisiensi dan efektivitas, desentralisasi, kemitraan dengan dunia usaha, komitmen pada pengurangan kesenjangan, komitmen pada perlindungan lingkungan hidup dan komitmen pada pasar yang fair. Dengan prinsip-prinsip tersebut diharapkan akan tercipta tata pemerintahan yang baik sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Misi Mewujudkan kemandirian ekonomi daerah yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan bertumpu pada pemberdayaan masyarakat. Untuk mewujudkan kemandirian ekonomi daerah dibutuhkan pengembangan keunggulan ekonomi yang berbasis pada pertanian dalam arti luas, industri dan pariwisata yang menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi dengan memperhatikan prinsip-prinsip Bab I-7

41 pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian setiap program pengembangan ekonomi harus ditujukan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat. Misi Meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah. Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi karena secara langsung peningkatan infrastruktur mampu mendorong kelancaran distribusi barang dan jasa, sehingga secara tidak langsung mampu meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan. Dengan demikian ketersediaan infrastruktur akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misi Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara optimal dan berkelanjutan. Berdasarkan peran ganda sumberdaya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi dan sebagai sistem penopang kehidupan maka untuk mencapai tingkat kesejahteraan rakyat yang adil dan bermartabat, pemanfaatan sumberdaya alam harus dikelola secara optimal dan berkelanjutan. Sebagai daerah dengan potensi pertanian sebagai basis ekonomi daerah maka sumberdaya alam merupakan tulang punggung utama perekonomian. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya alam berwawasan lingkungan akan menjamin keberlanjutan pembangunan ekonomi yang memberikan peningkatan pendapatan. Selain itu, dengan konfigurasi fisik wilayah yang rawan terhadap kerusakan lingkungan dan bencana alam, pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dan berkelanjutan akan menghindarkan wilayah dari kerusakan lingkungan dan bencana alam. Misi Mewujudkan ketentraman dan ketertiban melalui kepastian, perlindungan dan penegakan hukum. Ketentraman dan ketertiban merupakan kondisi yang diharapkan masyarakat agar dapat melangsungkan kehidupan dengan tenang dan damai, dan merupakan jaminan bagi terselenggaranya pembangunan untuk mewujudkan harapan dan cita-cita bersama. Kondisi yang tenteram dan tertib akan terwujud apabila terdapat kesadaran kolektif dan komitmen patuh dari seluruh stakeholder pembangunan terhadap berbagai ketentuan yang telah disepakati Bab I-8

42 bersama, yang direalisasikan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan hukum. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan bermartabat. Oleh karena itu, penegakan hukum harus dilaksanakan secara konsekuen dan adil tanpa diskriminasi. Selain itu, faktor penting bagi terpeliharanya stabilitas kehidupan yang tentram, tertib dan dinamis adalah adanya rasa saling percaya dan harmoni dari seluruh stakeholder pembangunan. B. Pemanfaatan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Penyusunan Laporan SLHD dimaksudkan untuk mendokumentasikan perubahan dan kecenderungan kondisi lingkungan hidup. Pelaporan yang rutin akan menjamin akses Bab I-9

43 informasi lingkungan hidup yang terbaru dan akurat secara ilmiah bagi publik, industri, organisasi non-pemerintah, serta semua tingkatan lembaga pemerintah. Laporan SLHD juga akan menyediakan referensi dasar tentang keadaan lingkungan hidup bagi pengambil kebijakan sehingga akan memungkinkan diambilnya kebijakan yang baik dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan di masa kini dan masa datang. Adapun Pemanfaatan Laporan SLHD Kabupaten Kulonprogo adalah : 1. Sebagai referensi dan data dasar, tentang kondisi dan kecenderungan perubahan lingkungan hidup Kabupaten Kulonprogo, sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan pada semua tingkat dalam rangka mempertahankan proses ekologis serta meningkatkan kualitas kehidupan total di masa kini dan masa mendatang; 2. Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan mutu informasi lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik dan bentuk dari akuntabilitas; 3. Sebagai media peningkatan kesadaran dan kepahaman akan kecenderungan kondisi lingkungan bagi setiap pihak, baik dari kalangan masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah, untuk senantiasa memelihara dan menjaga kualitas lingkungan hidup Kabupaten Kulonprogo serta mendukung upaya pembangunan berkelanjutan; C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo Berdasarkan hasil inventarisasi permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo, beberapa isu lingkungan hidup yang diprioritaskan adalah sebagai berikut : Bab I-10

44 1. Merupakan daerah rawan bencana. Kulonprogo secara geografis terdiri dari dataran tinggi di bagian utara dan dataran rendah di bagian selatan. Wilayah utara berupa perbukitan yang dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi terutama untuk kawasan penangkap/ resapan air tetapi juga merupakan kawasan rawan bencana longsor. Wilayah selatan merupakan daerah dataran rendah yang sering terjadi banjir akibat tidak seimbangnya antara peresapan dan suplay air hujan. Potensi bencana yang lain adalah tsunami, sehingga diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik sebagai upaya konservasi daerah sempadan pantai. 2. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan lingkungan. Potensi Potensi sumber daya alam yang banyak dieploitasi adalah batu andesit dan pasir sungai. Batuan andesit Kulonprogo memiliki kualitas baik sehingga banyak diminati untuk berbagai keperluan pembangunan fisik, baik di dalam daerah maupun luar daerah. Dengan demikian investor dalam bidang pertambangan akan tertarik untuk melakukan penambangan di Kulonprogo. Tingginya kegiatan ekploitasi batu andesit seringkali tidak diimbangi dengan upaya reklamasi yang baik. Sumber daya alam yang lain adalah pasir Sungai Progo. Dampak dari aliran lahar dingin G. Merapi mengakibatkan meningkatnya volume bahan galian pasir sungai. Hal tersebut menarik masyarakat sekitar sungai untuk melakukan penambangan pasir secara besar- besaran. 3. Usaha/ kegiatan industri kecil dan menengah yang belum melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara baik Lingkungan hidup sebagai modal dan sekaligus pendukung kegiatan masih belum menjadi prioritas utama dalam pengembangan usaha kegiatan di masyarakat. Perlu adanya perhatian khusus di bidang lingkungan hidup terkait dengan Bab I-11

45 keberadaan industri- industri yang masih tergolong usaha kecil / menengah. Usaha kegiatan yang sudah dilengkapi dengan dokumen lingkungan belum sepenuhnya melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Pihak penanggung jawab usaha kegiatan belum sepenuhnya melaporkan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Diperlukan peran lebih dari instansi lingkungan hidup dalam melakukan pengawasan. 4. Munculnya usaha/ kegiatan baru yang menggunakan sempadan pantai Usaha tambak udang mulai bermunculan yang dibangun diatas lahan pasir di wilayah pesisir Kulonprogo. Usaha tambak udang tersebut memanfaatkan kawasan di sempadan pantai dan sangat berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan. 5. Potensi Investasi dan Rencana Pembangunan Infrastruktur Kabupaten Kulonprogo menjadi satu-satunya daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Bagian Selatan sebagai bagian dalam koridor Jawa, MP3EI (Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang akan memiliki peran strategis sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah selatan Jawa. Tentu saja beberapa potensi investasi dan pembangunan infrastruktur tersebut sangat berpotensi untuk menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, sehingga harus dikendalikan dengan perencanaan pengelolaan dampak lingkungan dengan baik. Beberapa program yang mulai dikembangkan untuk menumbuhkan perekonomian wilayah selatan diantaranya : 1. Pengembangan Bandar Udara Internasional Baru; 2. Pengembangan Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto ; 3. Pengembangan Sektor Kawasan Industri Berbasis Baja; 4. Pengembangan Kawasan Industri Sentolo. Bab I-12

46 D. Analisis Isu Prioritas dalam S-P-R 1. Merupakan daerah rawan bencana. - Status Kulonprogo secara geografis terdiri dari dataran tinggi di bagian utara dan dataran rendah di bagian selatan. Wilayah utara berupa perbukitan yang dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi terutama untuk kawasan penangkap/ resapan air tetapi juga merupakan kawasan rawan bencana longsor. Wilayah selatan merupakan daerah dataran rendah yang sering Bab I-13

47 terjadi banjir akibat tidak seimbangnya antara peresapan dan suplay air hujan. Potensi bencana yang lain adalah tsunami. - Pressure/ Tekanan Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya tanah longsor antara lain curah hujan yang tinggi dan juga perilaku manusia dalam mengelola alam sekitarnya, misal penebangan pohon tanpa tebang pilih, maupun pengolahan lahan di daerah rawan longsor yang salah sehingga semakin membuat kondisi tanah rawan longsor. Sedangkan bencana banjir terjadi disamping karena faktor alam yaitu antara lain kondisi geografis yang merupakan dataran rendah, juga disebabkan kemampuan tanah untuk menyerap air sangat kurang. Banjir juga bertambah parah karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan sungai. Selain itu tumbuhnya enceng gondok yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Kurangnya daya serap tanah terhadap air, karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan raya dan bangunan bangunan. - Response Terhadap kondisi wilayah yang rawan longsor Pemerintah Kabupaten Kulonprogo mengambil kebijakan untuk metranslokasi masyarakat rawan bencana longsor ke daerah yang aman serta melakukan penanaman tanaman yang bisa membantu menguatkan tanah dan pembuatan bangket untuk menghambat laju luncuran batu serta peningkatan pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana longsor melalui sosialisasi. Sedangkan untuk pencegahan bencana banjir, telah dilakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar, pengembangan pembuatan sumur resapan dan lubang resapan biopori. Bab I-14

48 Secara umum diperlukan pengelolaan lingkungan yang baik sebagai upaya konservasi di daerah rawan longsor dan sempadan pantai. 2. Eksploitasi sumber daya alam yang tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan lingkungan. - Status Potensi Potensi sumber daya alam yang banyak dieploitasi adalah batu andesit dan pasir sungai. Batuan andesit Kulonprogo memiliki kualitas baik sehingga banyak diminati untuk berbagai keperluan pembangunan fisik, baik di dalam daerah maupun luar daerah. Sumber daya alam yang lain adalah pasir Sungai Progo. Dampak dari aliran lahar dingin G. Merapi mengakibatkan meningkatnya volume bahan galian pasir sungai. - Pressure /Tekanan Kegiatan pertambangan di Kulonprogo marak dilakukan terutama untuk batuan andesit dan pasir sungai. Tetapi tingginya kegiatan ekploitasi batu tersebut seringkali tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan lingkungan yang baik. - Respon Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak Lingkungan yang diimplementasikan melalui kegiatan Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan meliputi pengawasan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu juga telah menerbitkan peraturan daerah no. 4 tahun 2014 tentang pengelolaan pertambangan mineral dan batubara. 3. Usaha/ kegiatan industri kecil dan menengah yang belum melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara baik Bab I-15

49 - Status Kasus lingkungan dari tahun ke tahun selalu di dominasi oleh adanya pencemaran lingkungan yang berasal dari kegiatan peternakan ayam dan limbah industri kecil. Kegiatan peternakan berpotensi menimbulkan pencemaran udara dari bau kotoran ternak yang tidak terkelola dengan baik. Sedangkan limbah cair industri kecil berpotensi mencemari air tanah dan air permukaan. - Pressure /Tekanan Peternakan ayam di Kulonprogo masih banyak yang dilakukan secara konvensional dan belum memiliki dokumen/ rencana pengelolaan pemantauan lingkungan. Demikian juga dengan industri kecil yang tersebar di wilayah Kulonprogo juga berpotensi menimbulkan gangguan kepada lingkungan. Upaya peningkatan produksi industri kecil tidak diikuti dengan upaya pengelolaan lingkungan sehingga berpotensi timbulnya permasalahan lingkungan. - Respons Diperlukan peran lebih dari instansi lingkungan hidup dalam melakukan pengawasan terhadap usaha dan/ kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Selain itu juga pengendalian melalui penerbitan izin lingkungan dan izin gangguan. Pemerintah daerah juga telah mengupayakan untuk menangani limbah cair industri kecil, yakni dengan membangun ipal komunal industri batik di Lendah Kulonprogo. Bab I-16

50 Bab I-17

51 BAB II KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. Lahan dan Hutan Keadaan di Kabupaten Kulonprogo, luas lahan secara keseluruhan tidak mengalami perubahan, baik itu bertambah maupun berkurang. Akan tetapi mengalami perubahan dalam hal pemanfaatan lahannya. Secara umum perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut berikut : Tabel 2.1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulonprogo Tahun No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Non Pertanian Pertanian / Sawah Perkebunan Hutan ,49 5. Lahan Kering Lainnya ,51 Jumlah Sumber : Hasil olahan Tim Penyusun SLHD Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 berdasar data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo Dan untuk melihat penggunaan lahan di Kabupaten Kulonprogo tahun 2013 dapat dilihat pada gambar peta berikut : Bab II-1

52 Gambar 2.1. Peta Penggunaan Lahan Kulonprogo Tahun 2013 Bab II-2

53 1. Kualitas lahan / tanah Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa, di Kabupaten Kulonprogo dilakukan pemantauan sifat fisik maupun mikrobiologi tanah. Sifat fisik tanah merupakan sifat-sifat yang menggambarkan keadaan fisik tanah yang lebih mencerminkan fungsi tanah sebagai bahan penapis / penyaring. Untuk tahun 2014 dilakukan pemantauan kerusakan lahan kering akibat erosi air pada lokasi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu di Sidomulyo Pengasih. Hasilnya masih sama dengan tahun 2012, dan 2013 yakni besaran erosi pada tebal tanah 20 - < 50 cm adalah 2 mm/10 tahun. Dan untuk pemantauan kerusakan tanah di lahan kering untuk produksi biomassa dilakukan di Kecamatan Nanggulan yang terdiri dari 12 (dua belas) lokasi pada lahan pertanian/sawah. Sedangkan untuk lahan basah, di Kabupaten Kulonprogo tidak terdapat lahan basah / gambut. Gambar 2.2. Foto Pengambilan sampel tanah sawah di Kecamatan Nanggulan Bab II-3

54 Adapun hasil uji laboratorium kualitas tanahnya disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.2 Hasil Pemantauan Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Para meter Ambang Kritis (PP 150/2000) Hasil Pengamatan Ketebalan Solum < 20 cm >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100 >100 > Kebatuan Permukaa n 3. Komposisi Fraksi > 40 % < 18 % koloid; > 80 % pasir kuarsatik >18 >18 >18 >18 >18 >18 >18 >18 >18 >18 >18 >18 4. Berat Isi > 1,4 g/cm 3 1,35 1,71 1,27 1,58 1,56 1,24 1,78 1,88 1,81 1,71 1,78 1,68 5. Porositas Total < 30 % ; > 70 % 34,3 3 20,3 7 40,1 0 26,7 6 26,6 9 39,9 5 10,7 5 10,4 9 19,2 4 20,2 8 16,5 9 21, Derajat Pelulusan Air 7. ph (H 2O) 1 : 2,5 < 0,7 cm/jam; >8,0 cm/jam < 4,5 ; > 8,5 0,12 0,02 0,1 0,31 0,42 0,9 0,82 0,05 0,05 0,08 1,57 2,98 7,14 6,96 6,9 6,81 6,79 6,84 7,22 7,29 7,55 7,58 7,57 7,42 8. Daya Hantar Listrik /DHL 9. Redoks < 200 mv 10. Jumlah Mikroba > 4,0 ms/cm 47 94,3 96 < 10 2 cfu/g tanah 121, 4 130, 8 133, Keterangan : warna merah muda tanda melebihi ambang kritis sesuai dengan PP No. 150 Tahun 2000 tentang Kriteria Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa Sumber : BLH DIY, 2014 Untuk setiap parameter yang dipantau sesuai dengan kriteria sifat fisik tanah pada Peraturan Pemerintah Nomor : 150 tahun 2000 dapat dijelaskan dalam gambar grafik sebagai berikut : , , , , , Bab II-4

55 - Ketebalan Solum Pada semua lokasi pemantauan (100%) mempunyai ketebalan solum tanahnya > 20 cm, sehingga termasuk dalam kriteria baik. Karena solum yang tebal membuat akar tanaman berkembang dengan baik dan dapat menguatkan batang tanaman. Gambar 2.3. Grafik Ketebalan Solum Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun Kebatuan Permukaan Semua lokasi yang dipantau di luar ambang kritis karena tidak terdapat kebatuan di permukaan. Tanah ini termasuk kedalam klasifikasi masih baik atau tidak banyak penghalang untuk pertumbuhan akar dan peresapan air tanah. Bab II-5

56 - Komposisi Fraksi Gambar 2.4. Grafik Kebatuan Permukaan Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 Seluruh lokasi pemantauan di Nanggulan Kulonprogo, nilai komposisi fraksinya tidak berada pada ambang kritis yaitu >18%, sehingga pada lokasi ini kemampuan tanah mengikat unsur hara maupun air tinggi. Penyimpan dan penyedia hara terletak pada koloid tanah yang merupakan gabungan dari koloid organik dan clay, sedangkan perbandingan fraksi tanah (pasir, debu, lempung) menentukan tekstur tanah yang berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara maupun air dan berhubungan dengan derajat kelulusan air (permeabilitas). Bab II-6

57 - Berat Isi Gambar 2.5. Grafik Komposisi Fraksi Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 Hasil pemantauan menunjukkan bahwa berat isi tanah di Nanggulan Kulonprogo lebih dari 1,4 g/cm 3 dan berdasarkan kriterianya kritis atau menuju rusak. Hal ini disebabkan daerah ini memiliki struktur blocky atau lebih banyak pemampatan pada tanah sehingga volume tanah dan volume pori lebih sedikit. Gambar Grafik Berat Isi Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-7

58 - Porositas Total Porositas total tanah masih dalam kondisi baik, yaitu 40%. Semakin porus tanah maka semakin cepat tanah meloloskan air. Gambar 2.7. Grafik Porositas Total Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun Derajat Pelulusan Air Terdapat dua lokasi pemantauan yang nilai derajat pelulusan airnya berada pada ambang kritis yakni <0,7 cm/j dan >8,0 cm/j. Gambar 2.8. Grafik Derajat Pelulusan Air Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-8

59 - ph Kadar keasaman (ph) sangat mempengaruhi kesuburan tanaman. Nilai derajat keasaman (ph) tanah pada semua lokasi pemantauan normal meskipun pada kondisi relatif basa berkisar pada nilai 7,63 8,28. Gambar Grafik Derajat Keasaman (ph) Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun Daya Hantar Listrik (DHL) Nilai DHL sangat dipengaruhi oleh kondisi garam terlarut. Semakin pekat kondisi tanah dengan air yang terlarut maka semakin tinggi DHL tanah tersebut. Nilai DHL mempunyai korelasi dengan kondisi koloid tanah. Semakin tinggi nilai DHL semakin cepat reaksi pertukaran ion dan memiliki potensi daya serap yang tinggi. Dari hasil pemantauan menunjukkan bahwa nilai DHL diatas 4 ms/cm, dan termasuk dalam kategori kurang baik, karena tanah pada kondisi banyak air. Kondisi DHL tinggi dapat mengakibatkan percepatan pembusukan akar tanaman. Bab II-9

60 - Redoks Gambar Grafik Daya Hantar Listrik Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun 2014 Nilai potensial redoks antara -88 mv (terlemah) sampai -107 mv (kondisi redoks terkuat). Nilai ambang kritis sesuai peraturan adalah < 200 mv. Jadi nilai redoks pada semua titik pemantauan berada pada ambang kritis /rusak. Gambar Grafik Redoks Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun Jumlah Mikroba Bab II-10

61 Berdasar hasil pengukuran di laboratorium semua hasil sampel tanah menunjukkan nilai di atas rata-rata yang telah ditetapkan. Kriteria baku masuk kedalam kriteria tidak kritis atau populasi mikroba sangat banyak dari setiap sampel yang diambil. Gambar Grafik Jumlah Mikroba Tanah di Nanggulan Kulonprogo Tahun Tutupan lahan Luas penutupan lahan dalam kawasan hutan dan luar kawasan hutan yang dalam ini terdiri atas hutan rakyat, terjadi peningkatan luas hutan rakyat dari tahun 2013 ke tahun Keberhasilan meningkatkan luas hutan rakyat ini melalui program dan kegiatan dalam urusan kehutanan yang dilaksanakan sebagai upaya memberdayakan kelompok tani dalam pengelolaan lahan dan air. Adapun data perubahan luas hutan rakyat sebagai berikut : Tabel 2.3. Luas Hutan Rakyat Kabupaten Kulonprogo Tahun Bab II-11

62 No. Kecamatan Luas Hutan Rakyat (ha) Tahun 2013 Tahun 2014 Perubahan (%) 1. Temon 810,50 811,50 0,12 2. Wates 190,00 191,89 0,99 3. Panjatan 688,40 690,57 0,32 4. Galur 317,50 319,76 0,71 5. Lendah 594,40 597,75 0,56 6. Sentolo 1.013, ,68 0,46 7. Pengasih 1.688, ,67 1,14 8. Kokap 4.742, ,29 1,25 9. Girimulyo 3.407, ,44 1, Nanggulan 477,00 480,45 0, Kalibawang 2.159, ,07 2, Samigaluh 4.090, ,23 0,45 Jumlah , ,30 1,06 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo, 2014 Hutan rakyat tersebar di 12 kecamatan dengan kondisi Tahun 2014 luasan terbesar berada di Kecamatan Kokap (23,54%), kemudian diikuti Kecamatan Samigaluh (20,15%) dan Kecamatan Girimulyo (16,91%). Untuk kecamatan dengan luasan hutan rakyat paling kecil adalah Kecamatan Wates (0,94%). Peningkatan luas hutan rakyat dapat kita lihat pada grafik sebagai berikut : 3. Kawasan lindung Gambar Grafik Peningkatan Luas Hutan Rakyat Tahun Bab II-12

63 Sesuai dengan Perda Kabupaten Kulon Progo No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Kulon Progo , kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Kulon Progo meliputi : kawasan hutan lindung seluas 245,90 Ha, kawasan sempadan pantai seluas 249 Ha yang berada di wilayah memanjang dari Kecamatan Galur sampai Temon. Sedangkan kawasan resapan air seluas ,40 Ha terdapat wilayah Perbukitan Menoreh, sempadan sungai seluas 376 Ha, kawasan sekitar waduk seluas 167 Ha dan RTH seluas Ha. Kawasan Hutan yang ada di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah ditetapkan sebagai kawasan hutan oleh Keputusan Menteri Kehutanan terbagi menjadi Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Hutan Konservasi dengan luas total ,06 Ha. Dari luasan ini, yang masuk di wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah 1.046,4 Ha yang terdiri dari Hutan Produksi seluas 605,8 Ha, Hutan Lindung seluas 255,61 Ha dan Hutan Konservasi yang berupa Suaka Margasatwa (SM) Sermo seluas 184,99 Ha. Kawasan Hutan ini menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Temon, Kokap dan Pengasih. Kawasan Hutan yang ada di Kabupaten Kulon Progo ini selama periode waktu dari tahun 2008 sampai 2014 ini tidak mengalami penambahan luas, misalnya karena penunjukan kawasan hutan baru, penetapan lahan pengganti ataupun perubahan fungsi hutan, dan juga tidak mengalami pengurangan kawasan hutan karena pelepasan kawasan hutan, tukar menukar kawasan hutan dan perubahan fungsi hutan. Akan tetapi mengalami perubahan dalam hal tutupan vegetasinya. Bab II-13

64 Gambar Peta Kawasan Hutan di Kabupaten Kulonprogo Bab II-14

65 4. Lahan kritis Melalui program-program urusan kehutanan yang dilaksanakan, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dapat menurunkan luas lahan kritis sebesar 2,84 %, sehingga luas lahan kritis pada tahun 2014 sebesar 5.107,52 Ha yang sebelumnya tahun 2013 sebesar 5.257,00 Ha. Salah satu program tersebut adalah OBIT (One Billion Indonesian Trees) dan yang paling penting adalah pemberdayaan masyarakat. Penurunan luas lahan kritis disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.4. Luas Lahan Kritis Kabupaten Kulonprogo Tahun No. Kecamatan Luas Lahan Kritis (Ha) Tahun 2013 Tahun 2014 Perubahan (%) 1. Temon 756,56 743,38 (1,74) 2. Wates 296,87 292,64 (1,42) 3. Panjatan 663,50 655,45 (1,21) 4. Galur 727,45 704,50 (3,15) 5. Lendah 170,75 168,27 (1,45) 6. Sentolo 471,67 461,36 (2,18) 7. Pengasih 267,72 256,75 (4,09) 8. Kokap 197,12 185,68 (5,80) 9. Nanggulan 118,50 107,56 (9,23) 10. Girimulyo 484,96 470,35 (3,01) 11. Samigaluh 478,00 460,01 (3,76) 12. Kalibawang 623,90 601,57 (3,57) Jumlah 5.257, ,52 (2,84) Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, 2014 Disamping itu untuk mengetahui penurunan luas lahan kritis di Kabupaten Kulonprogo tahun , serta lokasi lahan kritis dapat dilihat pada gambar berikut : Bab II-15

66 Gambar Grafik Penurunan Luas Lahan Kritis di Kabupaten Kulonprogo Tahun Bab II-16

67 Gambar Peta Lahan Kritis dan Penghijauan di Kabupaten Kulonprogo B. Keanekaragaman Hayati Bab II-17

68 Kabupaten Kulonprogo terdiri atas empat ekosistem dataran tinggi, dataran rendah, pantai berpasir, dan ekosistem karst / bukit kapur. Wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh ekosistem dataran tinggi seluas ,8 Ha. Keanekaragaman hayati tersebar pada wilayah-wilayah ekosistem dataran tinggi seperti Kecamatan Kalibawang (koordinat UTM : mt), Kecamatan Samigaluh ( mt), dan Kecamatan Kokap ( mt). Penggunaan lahan yang masih alami memberikan dampak terhadap tingkat keanekaragaman hayati di daerah tersebut. Menurut Peta Kemelimpahan Flora dan Fauna Kabupaten Kulonprogo yang dikeluarkan oleh BLH Provinsi DIY, Kecamatan Samigaluh memiliki jumlah familia flora terbanyak yaitu ± 40 familia, antara lain : durian, manggis, jati, beringin, randu alas, klayu, gedoya, aren dll, sedangkan fauna ± 25 familia antara lain burung pemakan serangga dan buah seperti : trocokan (Pycnonotus goavier), kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan pentet (Lanius schah), juga jenis burung yang dilindungi yaitu gelatik jawa (Padda oryzivora), karena masih mempunyai kawasan hutan atau hutan masyarakat yang cukup luas sehingga masih mampu menyediakan daya dukung bagi konservasi satwa liar. Di lokasi dataran tinggi lain yaitu di Kecamatan Girimulyo terdapat penangkaran rusa (Cervus timorensis). Pada ekosistem dataran tinggi juga terdapat ekosistem karst/bukit kapur yang memiliki karakter yang spesifik baik flora maupun faunanya. Ekosistem karst menempati wilayah terkecil hanya 673,35 Ha (1,2%) yang terdiri atas Formasi Jonggrangan yang mengandung batuan gamping. Karena luas ekosistem karst ini hanya relatif kecil maka ekosistem yang berkembangpun kecil terutama ekosistem yang terdapat di luar gua, antara lain flora : pule, beringin, jati, dll. Sedangkan fauna antara lain : kera ekor panjang (Macaca fascicularis) yang jumlahnya cukup banyak dan dirasakan oleh masyarakat sebagai hama, karena sering mengganggu dan merusak tanaman budidaya (terutama pada musim kemarau karena persediaan makanan di habitatnya sangat sedikit/habis). Sedangkan pada ekosistem pantai berpasir juga terdapat keanekaragaman hayati yang terletak di Pantai Glagah dan Congot (Temon), serta Trisik (Galur). Ekosistem ini Bab II-18

69 sangat menguntungkan masyarakat setempat karena dapat difungsikan sebagai lahan pertanian kering (cabe, semangka, melon) sehingga memberikan dampak positif bagi keanekaragaman hayati. Disamping itu juga terdapat tanaman mangrove, waru laut, pandan dan cemara udang. Sedangkan untuk fauna yang terdapat di ekosistem pantai ini antara lain adalah penyu yang dikonservasi oleh masyarakat setempat. Gambar Keanekaragaman Hayati di Pantai Selatan Kulonprogo Waduk Sermo sebenarnya merupakan suatu ekosistem perairan tawar. Hal ini disebabkan pada daerah tersebut hanya memiliki fauna saja sedangkan floranya adalah fitoplankton, dengan keanekaragaman yang rendah (± 15 genus) yang berfungsi sebagai produsen. Di perairan Waduk Sermo, Kabupaten Kulonprogo hanya ditemukan 18 genus zooplankton; 4 genus bentos dan hanya 6 spesies ikan (ikan air tawar). Angka yang Bab II-19

70 diperoleh menunjukkan kekayaan jenis yang sangat terbatas/sedikit. Untuk jenis ikan yang hidup di perairan waduk Sermo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.5. Jenis Ikan di Waduk Sermo No. Nama Lokal Spesies Familia Populasi 1. Sepat Tricogaster sp. Cycliidae Nila Oreochromis niloticus Cycliidae Mujair Oreochromis mossambicus Cycliidae Sidat Anguilla + 5. Udang Galah Macrobrachium rossenbergii Udang Metapenaeus Tombro Cyprinus carpio Cyprinidae ++++ Sumber : Atlas Kehati DIY, Tahun 2009 Ekosistem dataran rendah di Kabupaten Kulonprogo menempati daerah selatan dan sedikit wilayah barat tepatnya di Kecamatan Sentolo. Ekosistem dataran rendah yang berada di sebelah timur Kabupaten Kulonprogo merupakan rangkaian perbukitan lipatan antiklinal dan sinklinal yang telah mengalami pengikisan. Penggunaan lahan pada ekosistem ini mulai beragam dari kegiatan pertanian (sawah, tegalan, kebun campur) hingga permukiman. Berkembangnya Kecamatan Wates dan Pengasih sebagai wilayah Perkotaan Wates dan Sentolo sebagai kawasan peruntukan industri serta Temon sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) menuntut adanya perkembangan infrastruktur yang kemudian menggeser penggunaan lahan alami dan mengurangi tingkat keanekaragaman hayati di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Jumlah dan jenis flora dan fauna yang diketahui dan dilindungi di Kabupaten Kulonprogo harus menjadi perhatian dari berbagai pihak agar ketersediaan flora dan fauna tersebut tetap lestari. Tabel 2.6. Persentase Luas Ekosistem di Kabupaten Kulonprogo No. Ekosistem Luas (%) Bab II-20

71 1. Ekosistem dataran tinggi 58,2 2. Ekosistem dataran rendah 37,0 3. Ekosistem pantai berpasir 3,7 4. Ekosistem karst 1,2 Sumber : Atlas Kehati Provinsi DIY, tahun 2009 C. Air Wilayah Kabupaten Kulonprogo menjadi bagian dari beberapa wilayah DAS, meskipun tidak ada DAS yang utuh di dalam wilayah Kabupaten Kulonprogo. DAS yang melewati wilayah Kabupaten Kulonprogo adalah DAS Bogowonto, DAS Serang dan DAS Progo. DAS Progo merupakan DAS yang paling luas, yaitu meliputi ,774 Ha atau Bab II-21

72 53,16% dari luas Kabupaten Kulonprogo yang sekaligus mengindikasikan sebagai DAS yang paling banyak menjadi mensuplai air, baik itu ke dalam bentuk air permukaan maupun air tanah. Luas DAS Serang lebih kecil, namun tetap saja kontribusinya terhadap sumber air di wilayah Kabupaten Kulonprogo sangat penting, karena luasannya mencakup ,86 Ha atau 41,20% dari total luas Kabupaten Kulonprogo. DAS Bogowonto hanya mencakup 3.310,878 Ha atau 5,65% saja, selain itu keluaran dari air yang masuk ke DAS Bogowonto ini berada diluar wilayah Kabupaten Kulonprogo. Tabel 2.7. Luas Daerah Aliran Sungai di Kulonprogo DAS Luas (Ha) % DAS Serang ,86 41,20% DAS Bogowonto 3.310,878 5,65% DAS Progo ,774 53,16% Total , ,00% Sumber : Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 Bab II-22

73 Gambar Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Bab II-23

74 1. Kualitas Air Sungai Sebagai salah satu upaya pengendalian pencemaran air, melalui Kantor Lingkungan Hidup melakukan pemantauan kualitas air sungai terutama Sungai Serang, karena sungai tersebut melintas di wilayah perkotaan Wates dan rawan terkena pencemaran lingkungan. DAS (Daerah Aliran Sungai) Serang yang berada di Kabupaten Kulonprogo mulai dari hulu sampai hilirnya dan memiliki panjang sungai utama 23,16 km. Pola Alirannya bersifat dendritik. Ketinggian tempat di DAS Serang bervariasi dengan rentang antara 0 m 811 m dpal. Kerapatan aliran di DAS Serang sebesar 0,002, hal ini menunjukkan bahwa DAS Serang rawan terhadap penggenangan. Pusat gravitasi DAS Serang berada pada koordinat sistem UTM mt dan mu. Adapun gambaran sekilas pandang DAS Serang adalah sebagai berikut : Gambar Gambaran 3 Dimensi DAS Serang Debit sungai ini tergantung pada musim, bila penghujan maka debit sungai akan besar dan bila kemarau akan kecil. Bila dibandingkan antara penghujan dan kemarau selisih debitnya bisa sampai kurang lebih 70 %. Debit di hulu kecil tetapi semakin ke hilir akan besar. Pemanfaatan air sungai yang dominan di sektor pertanian dan perikanan. Bab II-24

75 Berdasarkan data survey identifikasi sumber pencemar oleh BLH DIY, terdapat 89 sumber pencemar di Sub DAS Serang yang dapat dibagi menjadi 9 (sembilan) jenis sumber pencemar dengan rinciannya di tabel 9 serta gambaran persebaran sumber pencemar pada gambar 20 berikut ini : Tabel 9. Jenis dan Jumlah Sumber Pencemar di Sub DAS Serang No Jenis Sumber Pencemar Jumlah Parameter Pencemar 1. Pelayanan Kesehatan 17 BOD,COD,TSS,NH3,PO4,Minyak 2. Bengkel/Cuci Motor 21 Minyak dan Lemak, ph, Detergen 3. Industri Batik 12 BOD,COD,TSS,Minyak,pH 4. Industri Tapioka 1 BOD,COD,TSS,Sianida,pH 5. Industri Tahu Tempe 10 BOD,COD,TSS,Sulfida,pH 6. Industri Percetakan 2 Pb,biru Metilen,Minyak,pH 7. SPBU 6 Minyak 8. Peternakan 11 BOD,COD,TSS,Sulfida, Amoniak,pH 9. Hotel dan Rumah 9 BOD,TSS,Detergen,Minyak & Lemak,pH Makan Sumber : BLH DIY Tahun 2014 Bengkel/cuci motor merupakan sumber pencemar dominan di Sub DAS Serang diikuti dengan pelayanan kesehatan kemudian peternakan dan industri tahu tempe. Dari 9 (sembilan) jenis sumber pencemar terdapat 5 (lima) penyumbang BOD, COD dan TSS. Hal ini menyebabkan tingginya angka ketiga parameter tersebut dan melebihi baku mutu. Selain itu banyaknya jumlah sumber pencemar yang menyumbangkan minyak menyebabkan minyak juga mencemari wilayah ini. Ancaman pencemaran sianida perlu diwaspadai, dikarenakan terdapat industri tapioka di kawasan ini. Selain itu ancaman logam berat tetap ada dari adanya industri percetakan. Berikut peta sumber pencemar dan titik pemantauan Sungai Serang : PETA SUMBER PENCEMAR DAN TITIK PEMANTAUAN Bab SUNGAI II-25 SERANG

76 Gambar 20. Gambar... Peta Sumber Pencemar dan Titik Pemantauan Sungai Serang Gambar Peta Sumber Pencemar dan Titik Pemantauan Sungai Serang Jika dibandingkan dengan data inventarisasi sumber pencemar tahun 2007, data sumber pencemar sub DAS Serang tahun 2013 dan 2014 jumlahnya meningkat dan ada perubahan jenis sumber, untuk lebih jelasnya disajikan dalam gambar berikut : Bab II-26

77 Gambar Grafik Sumber Pencemar Sub DAS Serang Tahun 2007, 2013 dan 2014 Sungai Serang, terdiri dari 3 (tiga) titik lokasi pengambilan sampel yang mewakili daerah hulu, tengah dan hilir, yaitu : a. Titik pantau 1 : Bendung Pengasih, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo Berada pada titik koordinat S : 07⁰ 50' 07.0" dan E : 110⁰ 10' 15.3", yakni pada lokasi Bendung Dusun Pagotan Desa Sendangsari Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulonprogo. Air sungai Serang yang dibendung di Bendung Pengasih digunakan untuk keperluan irigasi di Kecamatan Pengasih, Wates, Panjatan, Kokap dan Temon. b. Titik pantau 2 : Jembatan Grahulan, Giripeni, Wates, Kulonprogo Berada pada titik koordinat S : 07⁰ 52' 00.7" dan E : 110⁰ 09' 19.4", yakni pada lokasi Jembatan Grahulan di Desa Giripeni Kecamatan Wates Kabupaten Kulonprogo. Bab II-27

78 c. Titik pantau 3 : Jembatan Glagah, Temon, Kulonprogo Berada pada titik koordinat S : 07⁰ 54' 30.6" dan E : 110⁰ 05' 02.2", yakni pada lokasi Jembatan Glagah di Dusun Glagah Desa Glagah Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo. Dari jembatan ini, pertemuan Sungai Serang dengan laut di Pantai Glagah dapat terlihat dan tampak pula perahu-perahu motor ditambatkan di tepian sungai untuk melayani wisata berperahu menyusuri muara Sungai Serang. Adapun koordinat lokasi titik sampling tersebut, secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel 10 berikut : Tabel 2.9. Data Koordinat Titik Pengambilan Sampel Sungai Serang LOKASI SAMPLING TITIK PANTAU SOUTH EAST 1. Bendung Pengasih ' 07.0" ' 15.3" 2. Jembatan Grahulan ' 00.7" ' 19.4" 3. Jembatan Glagah ' 30.6" ' 02.2" Sedangkan peta lokasi titik sampling Sungai Serang Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut : Bab II-28

79 Gambar Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Serang Tahun 2014 Pemantauan kualitas air Sungai Serang dilakukan sebanyak 5 (lima) periode dalam satu tahun, yaitu pada Bulan April, Mei, Juli, September dan Oktober tahun Bab II-29

80 Parameter kualitas air yang dianalisa meliputi : parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik meliputi suhu, TDS dan TSS. Parameter kimia meliput ph, DHL, Oksigen terlarut (DO), BOD, COD, Sulfida (H 2 S), Fosfat (PO 4 ), Nitrat (NO 3 -N), Nitrit, Sianida (CN), Fenol, Deterjen, Amoniak, Klorin bebas dan Minyak lemak. Parameter biologi meliputi Bakteri Koli Tinja (Fecal Coli) dan Total Coli. Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No 22 Tahun 2007 tentang Penetapan Kelas Air Sungai di Provinsi DIY dan Peraturan Gubernur DIY No 20 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air di Provinsi DIY, Sungai Serang belum ditentukan kelasnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada pasal 55 disebutkan bahwa dalam hal baku mutu air pada sumber air belum atau tidak ditetapkan, berlaku kriteria mutu air klas II. Atas dasar hal tersebut, maka dalam analisa dan pengolahan data, pembahasan pada semua lokasi titik pantau Sungai Serang dikategorikan pada golongan / air sungai klas II. Lokasi titik pantau dan pembagian kelas air Sungai Serang disajikan dalam tabel berikut : Tabel Lokasi Titik Pantau dan Pembagian Kelas Air Sungai Serang No. Kode Lokasi Kelas 1. S-1 Bendung Pengasih Kulonprogo Klas II 2. S-2 Jembatan Grahulan Wates Kulonprogo Klas II 3. S-3 Jembatan Glagah Karangwuni Kulonprogo Klas II Sumber : BLH DIY, 2014 Hasil Uji Kualitas Air Tabel Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang I Lokasi Pemantauan : Bendung Pengasih Koordinat : S : 07⁰ 50' 07.0" Bab II-30

81 No. Parameter Satuan 1 Suhu E : 110⁰ 10' 15.3" Baku Mutu Klas II *) Hasil Pemantauan April Mei Juli Sept Okt o C ± 3 o C 29, ,6 27,8 28,8 2 ph - 6-8,5 7,0 7,1 7,0 7,3 7,2 3 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm Residu Terlarut (TDS) mg/l Residu Tersuspensi (TSS) mg/l BOD mg/l 3 20,4 7,1 13,9 6,1 9,9 7 COD mg/l 25 43,2 15,1 26,7 13,6 21,9 8 DO mg/l 5 7,1 7,5 6,6 4,3 5,9 9 Fosfat mg/l 0,2 0,2 0,2 0,011 0,1 0,01 10 Nitrat mg/l 10 1,2 3,3 0,01 1,4 2,1 11 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 12 Kromium (Cr 6 ) mg/l 0,05 0,002 0,0001 0,001 0,11 0, Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,01 0,01 0,03 0,01 0,03 14 Timbal (Pb) mg/l 0,03 0,01 0,02 0,001 0,19 0,05 15 Seng (Zn) mg/l 0,05 0,01 0,06 0,01 0,0001 0,04 16 Sianida (CN) mg/l 0,02 0,01 0,003 0,004 0,105 0, Fluorida (F) mg/l 1,5 18 Nitrit mg/l 0,06 0,09 0,07 0,27 0,09 0,08 19 Sulfida (S) mg/l 0,002 0,034 0,001 0,037 0,023 0, Deterjen sbg MBAS µg/l ,7 185, ,2 21 Fenol µg/l 1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 22 Minyak lemak µg/l , ,3 0,3 0,3 23 Klorin Bebas mg/l 0,03 0,01 0,01 0,03 0,01 0,07 24 Amoniak mg/l 0,01 0,52 0,03 0,02 0, Boron mg/l 1 0,3 0,0001 0,3 0,05 0,1 26 Selenium mg/l 0,05 0,001 0,001 0,001 0,05 0,1 27 Total Coliform jml/100ml x10 5 1,6x10 6 9x10 5 1,3x10 4 3x Fecal Coliform jml/100ml ,4x10 5 3,5x10 5 3x10 5 6x10 3 2,3x10 4 Keterangan : tanda merah adalah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi DIY Sumber : BLH DIY, 2014 Tabel Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang II Lokasi Pemantauan : Jembatan Graulan Wates Koordinat : S : 07⁰ 52' 00.7" Bab II-31

82 No. Parameter Satuan 1 Suhu E : 110⁰ 09' 19.4" Baku Mutu Klas II *) Hasil Pemantauan April Mei Juli Sept Okt o C ± 3 o C 29,3 28,5 27,9 26,9 29,1 2 ph - 6-8,5 7,1 7,6 7,5 7,4 7,6 3 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm Residu Terlarut (TDS) mg/l Residu Tersuspensi (TSS) mg/l BOD mg/l 3 22,5 4,1 15,9 6,1 7,9 7 COD mg/l 25 48,5 9,6 32,1 12,8 18,8 8 DO mg/l 5 6,7 5,2 6,2 5,1 5,9 9 Fosfat mg/l 0,2 0,4 0,3 0,05 0,1 0,01 10 Nitrat mg/l 10 1,2 3,8 0,1 1,2 1,8 11 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 12 Kromium (Cr 6 ) mg/l 0,05 0,0001 0,0001 0,01 0,12 0, Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,01 0,01 0,03 0,01 0,02 14 Timbal (Pb) mg/l 0,03 0,02 0,02 0,001 0,18 0,16 15 Seng (Zn) mg/l 0,05 0,02 0,06 0,01 0,0001 0,02 16 Sianida (CN) mg/l 0,02 0,003 0,001 0,003 0,043 0, Fluorida (F) mg/l 1,5 18 Nitrit mg/l 0,06 0,13 0,07 0,4 0,09 0,07 19 Sulfida (S) mg/l 0,002 0,037 0,001 0,124 0,022 0, Deterjen sbg MBAS µg/l ,7 81,8 63,5 194,1 81,7 21 Fenol µg/l 1 0,1 0,1 0,1 0,3 0,1 22 Minyak lemak µg/l , ,3 0,3 23 Klorin Bebas mg/l 0,03 0,01 0,001 0,03 0,1 0,01 24 Amoniak mg/l 0,01 0,53 0,05 0,01 0,03 25 Boron mg/l 1 0,04 0,0001 0,4 0,03 0,1 26 Selenium mg/l 0,05 0,001 0,001 0,001 0,001 0, Total Coliform jml/100ml x10 4 1,6x10 6 2,2x10 5 8x10 4 8x Fecal Coliform jml/100ml x10 4 1,6x10 6 1,3x10 5 9x10 3 1,7x10 4 Keterangan : tanda merah adalah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi DIY Sumber : BLH DIY, 2014 Tabel Hasil Uji Kualitas Air Sungai Serang III Lokasi Pemantauan : Jembatan Glagah Koordinat : S : 07⁰ 54' 30.6" E : 110⁰ 05' 02.2" Bab II-32

83 No. Parameter Satuan 1 Suhu Baku Mutu Klas II *) Hasil Pemantauan April Mei Juli Sept Okt o C ± 3 o C 30,1 30, ,4 31,9 2 ph - 6-8,5 7,5 7,1 7,6 8 7,5 3 Daya Hantar Listrik (DHL) µmhos/cm Residu Terlarut (TDS) mg/l Residu Tersuspensi (TSS) mg/l BOD mg/l 3 25,5 15,1 13,9 6,4 9,9 7 COD mg/l 25 53,2 28,1 27,3 11,1 19,9 8 DO mg/l 5 5,9 4,6 5,7 1,7 3,9 9 Fosfat mg/l 0,2 0,2 0,4 0,02 0,1 0,02 10 Nitrat mg/l 10 1,1 4,3 1,8 2,2 2,6 11 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 12 Kromium (Cr 6 ) mg/l 0,05 0,0001 0,004 0,01 0,12 0, Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,02 0,01 0,03 0,06 0,04 14 Timbal (Pb) mg/l 0,03 0,01 0,04 0,05 0,35 0,23 15 Seng (Zn) mg/l 0,05 0,01 0,08 0,01 0,0001 0,01 16 Sianida (CN) mg/l 0,02 0,008 0,008 0,004 0,001 0, Fluorida (F) mg/l 1,5 18 Nitrit mg/l 0,06 0,1 0,08 0,6 0,1 0,07 19 Sulfida (S) mg/l 0,002 0,027 0,001 0,001 0,027 0, Deterjen sbg MBAS µg/l , ,7 86, Fenol µg/l 1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 22 Minyak lemak µg/l , ,3 0,3 0,3 23 Klorin Bebas mg/l 0,03 0,01 0,001 0,05 0,01 0,02 24 Amoniak mg/l 0,01 0,03 0,14 0,02 0,02 25 Boron mg/l 1 0,04 0,1 1,7 1,5 0,07 26 Selenium mg/l 0,05 0,001 0,001 0,001 0,001 0, Total Coliform jml/100ml ,7x10 4 1,6x10 6 1,4x10 5 6x10 4 5x Fecal Coliform jml/100ml ,1x10 4 1,3x10 5 7x10 4 2x10 3 1,3x10 4 Keterangan : tanda merah adalah melebihi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air Di Provinsi DIY Sumber : BLH DIY, 2014 Analisa Kualitas Air Sungai Serang Pengukuran kualitas air Sungai Serang melibatkan 27 (dua puluh tujuh) parameter yang dipantau dengan debit terbesar 4,96 m 3 /detik pada bulan Mei dan debit Bab II-33

84 terkecil sebesar 0.66 m 3 /detik pada bulan Oktober dengan debit rerata sebesar 5,62 m 3 /detik. Dari hasil pemantauan terlihat ada 14 (empat belas) jenis parameter yang berada di atas baku mutu yang ditetapkan, namun parameter yang hampir semua berada diatas baku mutu dalam 5 (lima) periode adalah parameter Oksigen Terlarut (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), COD, Nitrit, Sulfida, Krom, Bakteri koli tinja dan bakteri koli total, sebagaimana dalam grafik berikut ini : a. Oksigen Terlarut (DO) Gambar Grafik Pengukuran DO pada Sungai Serang Tahun 2014 Oksigen Terlarut (DO) merupakan parameter yang penting untuk mengukur pencemaran air. Berdasarkan hasil perhitungan storet untuk parameter DO terlihat semua berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 4 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter DO di Sungai Serang mencapai 7,5 mg/l. Hal ini sangat memprihatinkan karena tanpa adanya oksigen terlarut dalam air akan mempengaruhi kehidupan tanaman maupun hewan yang berada di perairan, apabila kehidupan di aliran sungai berkurang maka akan mempengaruhi ekosistem yang terdapat dalam sungai tersebut. b. BOD Bab II-34

85 Gambar 2.24 Grafik Pengukuran BOD pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter BOD terlihat semua berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 3 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter BOD di sungai Serang mencapai 25,5 mg/l. Kondisi ini diperkirakan karena air sungai tercemar karena limbah organik sehingga terjadi penurunan oksigen yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme mati. c. COD Gambar 2.25 Grafik Pengukuran COD pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter COD terlihat cenderung berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 25 mg/l. Nilai yang melebihi baku mutu terdapat di titik S3 pada Bab II-35

86 bulan April dan Juli. Angka tertinggi untuk parameter COD di sungai Serang mencapai 53,2 mg/l. d. Nitrit Gambar 2.26 Grafik Pengukuran Nitrit pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter Nitrit terlihat cenderung berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 0,06 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter Nitrit di Sungai Serang mencapai 0,6 mg/l. e. Sulfida Gambar Grafik Pengukuran Sulfida pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter Sulfida terlihat semua berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 0,002 mg/l. Angka tertinggi untuk parameter Sulfida di Sungai Serang mencapai 0,124 mg/l. Sulfida merupakan gas yang sangat beracun dan berbau Bab II-36

87 busuk, sehingga apabila terdapat dalam air akan mempengaruhi tingginya kadar keasaman dan menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam. f. Krom Gambar 2.28 Grafik Pengukuran Krom pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter Krom terlihat sebagian besar berada di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam kelas II, yaitu 0,05 mg/l. Tetapi terlihat pada bulan September semua nilai pengukuran menunjukkan bahwa nilai parameter krom jauh dari garis baku mutu. Angka tertinggi untuk parameter Krom di sungai Serang mencapai 0,12 mg/l. Air dengan kadar Krom untuk budidaya sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman budidaya maupun perikanan, hal ini disebabkan karena kadar krom dapat menyerang daya tubuh makluk hidup sehingga tidak dapat melawan virus yang menyerang mahluk hidup tersebut. g. Bakteri Koli Tinja dan Koli Total Bab II-37

88 Gambar 2.29 Grafik Pengukuran Koli Tinja pada Sungai Serang Tahun 2014 Parameter bakteri koli total dan Koli tinja merupakan parameter yang paling besar memberikan kontribusi kepada pencemaran air sungai yang ada, hal ini karena angka yang dicapai sangat jauh dari baku mutu kelas II yang dtetapkan, yaitu 1000 JPT/100 ml. Angka tertinggi mencapai ratusan ribu bahkan jutaan. Tingginya angka bakteri koli tinja ini dimungkinkan karena kotoran yang disebabkan karena perilaku manusia yang masih melakukan dan belum berubah untuk stop BABs dan juga limbah dari kotoran hewan. Dampak dari tingginya angka bakteri koli tinja ini dapat menyebabkan diare, gatal-gatal dan dapat menimbulkan penyakit kulit yang lain. Gambar 2.30 Grafik Pengukuran Total Koli pada Sungai Serang Tahun 2014 Analisa Metode Storet Bab II-38

89 Berdasarkan perhitungan dengan metode Storet dan dikaitkan dengan kategori air sungai kelas II untuk semua titik pantau, menunjukkan bahwa Sungai Serang mulai dari hulu hingga hilir tergolong tercemar berat. Perhitungan dengan Metode Storet berkisar antara -88 hingga -102, dimana nilai ini jauh melampaui batas minimal dari kategori cemar berat ( -31). Tabel Hasil Analisis Status Mutu Air Sungai Serang dengan Metode Storet No. Kode Lokasi Skor Status Mutu Air 1. S-1 Bendung Pengasih Kulonprogo -89 Tercemar berat 2. S-2 Jembatan Grahulan Wates Kulonprogo -88 Tercemar berat 3. S-3 Jembatan Glagah Karangwuni -102 Tercemar berat Sumber : Hasil olah data 2014 Nilai terendah (-88) berada di lokasi titik pantau S-02 (Jembatan Grahulan Wates Kulonprogo) dan nilai tertinggi (-102) berada wilayah hulu sungai yakni di lokasi titik pemantauan S-03 (Jembatan Glagah Kulonprogo). Parameter yang memberikan kontribusi skor negatif pada setiap lokasi titik pantau adalah : 1. bakteri coli tinja 2. bakteri total coli 3. BOD 4. COD 5. Klorin bebas 6. deterjen 7. Sulfida 8.Minyak-lemak 9.Nitrit Parameter-parameter tersebut konsentrasinya hampir merata pada titk lokasi pemantauan dengan kadar telah melebihi baku mutu. Melihat kesetaraan jenis dan kadar Bab II-39

90 kadar polutan hal ini mengindikasikan adanya persebaran jenis pencemaran yang merata dan sejenis sejak dari hulu hingga hilir. Pada lokasi titik pantau S-01 dan S-03 yang memiliki skor -89 dan -102 pada hakekatnya dapat dikategorikan sama, karena hanya ada perbedaan 13 poin. Sepintas memberikan indikasi bahwa beban polutan sempat mengalami penurunan pada lokasi titik pantau S-02 yakni -88. Banyak hal atau faktor yang memungkinkan berpengaruh sehingga kadar polutan naik-turun. Faktor alam dan aktivitas manusia yang secara terus menerus senantiasa berubah telah mengakibatkan terjadinya perubahan beban pencemaran. Sembilan parameter di atas memberi kontribusi negatif dalam perhitungan status mutu air. Seperti halnya yang terjadi pada Sungai Progo dan anak Sungai Progo, sebenarnya secara geografis bahwa Sungai Serang masih dalam satu wilayah geografis dengan Sungai Progo. Artinya pengaruh secara umum diperkirakan memiliki kesamaan. PETA STATUS MUTU AIR SUNGAI SERANG DIY TAHUN 2014 Bab II-40 Cemar berat

91 Gambar Peta Status Mutu Air Sungai Serang pada Masing-masing Titik Pantau Tahun 2014 Pengukuran Debit Sungai Pengukuran debit aliran dilakukan di Sungai Serang, berdasarkan perhitungan dengan metode area velocity diketahui debit Sungai Serang tahun 2014 tersaji dalam tabel 15 dibawah ini : Bab II-41

92 Tabel Debit Sungai Serang Tahun 2014 Titik Pantau Pengukuran Debit (1) Bendung Pengasih (2) Jembatan Grahulan (3) Jembatan Glagah Koordinat (Lat/Lot) Debit (m³/ detik) X Y April Mei Juli Sept. Okt ,88 1,25 2,773 1,227 2, ,96 6,72 3,128 0,821 1, ,9 14,16 3,943 0,66 Sumber : Pengukuran Lapangan, 2014 Debit sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi morfologi sungai. Kondisi sungai di hulu mempunyai lebar sungai relatif kecil semakin mendekati laut semakin lebar dan semakin landai. Ketinggian air sungai sangat mempengaruhi debit yang dihasilkan. Berdasarkan perhitungan debit rata-rata di Sungai Serang sebesar 5.61 m³/detik. Gambar Foto Pengukuran Debit Sungai Serang 2. Kualitas Air Tanah (Sumur) Air tanah (air sumur) yang dipantau dipilih yang berlokasi di sekitar IPAL Komunal Domestik. Adapun hasil uji kualitas air sumur tersebut sebagai berikut : Tabel Hasil Uji Kualitas Air Sumur Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-42

93 Paramet er Baku Mutu Lokasi Suhu - 28,8 29,0 26,9 28,9 28, ,3 29, ,7 30,1 31,7 Warna Kekeruh an 25 0,60 0,61 0,73 1,4 2,24 2,82 0,98 0,58 0,8 0,67 0,44 1,45 TDS , ph Klorida (Cl-) Kesadah an (CaCO3) Zat Org.(KM no4) Sulfat (SO4=) Fluorida (F-) 6,5-9, ,53 6,57 6,39 6,44 6,7 6,35 7,39 7,63 7,09 6,46 6,95 7,34 10, , 22 12,33 6,54 12,08 8,30 8,05 300, , , , , 92 30,8 6 24,1 0 5,78 7,71 5,30 110, ,38 3,51 1,49 2,44 1,17 3,10 4,22 7,63 8,06 2,70 2,99 400,00 1,5 NO2- - N 1 NO3- - N 10 Besi (Fe) Mangan (Mn) Sianida (CN-) 1 0,5 0,1 10,2 46 0,30 8 0,01 5 0,87 5 <0,0 03 0,21 2 0, ,34 7 7,650 46, ,92 0 0,360 0,170 0,624 0,449 0,002 0,003 0,004 0,008 <0,00 5 <0,00 3 <0,00 5 <0,00 3 <0,00 5 <0,00 3 0,284 0,003 0,302 0,653 0,201 0,173 <0,00 6 <0,00 6 <0,00 6 <0,00 6 DHL Timbal 0,05 Coliform Coli 50 Tinja 0 0, ,017 1 <0, , , ,6 60 0,36 5 0,00 5 0,23 5 <0,0 03 0,07 3 <0,0 06 0, ,9 15 0,29 6 0,00 1 1,14 5 0,01 4 <0,0 02 0,01 0, ,5 44 0,40 3 0,00 1 2,82 0 <0,0 03 <0,0 02 <0,0 06 0, ,30 0 <0,0 01 0,34 0,09 70 <0,0 02 <0,0 07 0, ,55 2 0,25 8 <0,0 01 0,59 7 0,01 0,01 1 <0,0 06 2,04 8 0,34 2 0,00 7 1,01 2 0,00 3 0,02 8 <0, , , 3 0,60 2 0,00 8 0,63 2 0,03 6 0,28 9 <0, , Keterangan : Baku Mutu yang digunakan adalah Permenkes No. 416 / 1990 Tentang Syarat-syarat & Pengawasan Kualitas Air Tanda merah : melebihi baku mutu Sumber : BLH DIY, 2014 Hasil pengujian 12 (dua belas) sampel air sumur pada Bulan April dan Juni 2014 tersebut menunjukkan parameter bakteri coliform dan koli tinja melebihi baku mutu. Tujuh dari sebelas sampel yang diperiksa memiliki kandungan bakteri coliform dan koli tinja yang sangat tinggi sebesar 1898 MPN/100 ml. Sedangkan satu sampel yaitu air Bab II-43

94 sumur lokasi 3 bakteri coliform nya terdeteksi sebanyak 20 MPN/100 ml dan bakteri koli tinja sebanyak 7 MPN/100 ml. Adapun hasil pengujian kualitas air sumur yang melebihi baku mutu (ph yang berada di bawah standar, Coliform, dan Coli Tinja) dapat disajikan dalam gambar grafik sebagai berikut : Gambar Grafik Hasil Pengujian ph Air Sumur Kab Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-44

95 Gambar Grafik Hasil Pengujian Coliform Air Sumur Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Gambar Grafik Hasil Pengujian Coli Tinja Air Sumur Kabupaten Kulonprogo Tahun Kualitas Air Waduk Bab II-45

96 Gambar Waduk Sermo di Kokap Kulonprogo Di Kabupaten Kulonprogo, terdapat Waduk Sermo yang berkapasitas sebesar 25 juta m 3. Sebagai upaya konservasi air juga dibangun waduk mini Tonegoro di Banjaroya, Kalibawang dan juga beberapa embung. Berikut gambar waduk mini Tonegoro yang mempunyai kapasitas volume sebesar m 3 : Gambar Waduk Mini Tonegoro Kalibawang Untuk melindungi fungsi dari Waduk Sermo, maka ditetapkan Kawasan Perlindungan Waduk yang berada di sebagian Kecamatan Kokap meliputi daratan Bab II-46

97 D. Udara sepanjang tepian Waduk Sermo yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk antara m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Kebijakan pemanfaatan Kawasan Perlindungan Waduk diarahkan pada : 1). Pengembangan usaha konservasi di sekitar waduk dan DAS dari sungai-sungai yang mengalir ke waduk untuk mendukung kelestarian fungsi waduk dan kondisi fisik sekitamya; 2). Pengendalian pemanfaatan waduk agar kualitas dan kuantitas, air tidak menurun; dan 3). Pengamanan daerah hulu sungai. Sebagai salah satu upaya untuk pengendalian pemanfaatan waduk agar kualitas air nya tidak menurun adalah dengan melakukan pemantauan kualitas air secara rutin. Hasil pemantauan kualitas air waduk Sermo adalah sebagai berikut : Tabel Hasil Uji Kualitas Air Waduk Sermo Tahun 2014 No. Parameter Satuan Baku Mutu Klas II *) Lokasi Pemantauan BOD mg/l COD mg/l NO 3 mg/l ,6 4. NH 3 mg/l ,4 Keterangan : Pergub DIY No. 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Di Provinsi DIY Sumber : Data Lapangan Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk parameter BOD dan COD sebagian besar tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Untuk itu diperlukan adanya upaya pengendalian kualitas air waduk dengan cara mengawasi usaha dan kegiatan yang kemungkinan membuang air limbahnya ke waduk maupun ke sungai yang mengalir ke waduk. Karena waduk sermo juga diperuntukkan untuk air baku air minum PDAM Kulonprogo. Bab II-47

98 Udara merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati yang di dalam ekosistem merupakan lingkungan fisik yang mempunyai hubungan timbal balik dengan makhluk hidup, baik itu manusia, hewan, tumbuhan maupun mikroba. Padahal, makhluk hidup termasuk manusia pun memerlukan udara yang bersih dan sehat, dan tidak terganggu oleh pencemaran yang tidak membuat nyaman. Sebagai salah satu upaya untuk mengetahui kualitas udara adalah pelakukan pemantauan kualitas udara. Pemantauan kualitas udara ambien tahun 2014 dilakukan di 4 (empat) lokasi, yaitu di : 1. Simpang empat Ngeplang, Sentolo (A); 2. Simpang tiga Toyan, Wates (B); 3. Simpang tiga teteg timur KA, Wates (C); 4. Simpang tiga Terminal Bus Wates (D). Parameter-parameter yang dipantau adalah parameter fisika dan kimia. Parameter fisika meliputi suhu udara, kelembaban, kebisingan, arah angin, cuaca, tekanan dan kecepatan angin. Sedangkan untuk parameter kimia meliputi Karbon monoksida (CO), Ozon (O 3 ), Timah hitam (Pb) dan Hidrokarbon (HC), Nitrogen Dioksida (NO 2 ), Sulfur Dioksida (SO 2 ) dan debu dengan diameter 10µm (PM 10). Hasil analisis parameterparameter tersebut di atas dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Udara Ambien Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tertuang dalam Lampiran Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 153 Tahun 2002, serta Baku Mutu Tingkat Getaran, Kebisingan dan Kebauan Daerah, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 176 tahun 2003 (Tabel SD-18). Analisis Kualitas Udara Ambien Kebisingan Bab II-48

99 Kondisi tingkat kebisingan di empat lokasi pada tahun 2014 adalah kebisingan terendah sebesar 64,3 db(a) berada di Simpang tiga teteg timur KA Wates, sedangkan tingkat kebisingan tertinggi berada di Simpang tiga Terminal Wates, yaitu sebesar 69,2 db (A), tingkat kebisingan pada semua lokasi masih dibawah ambang batas yang diperkenankan. Dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 masing-masing lokasi pemantauan mengalami penurunan konsentrasi kebisingan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya penghijauan jalan dengan pohon perindang yang dapat meredam suara. Untuk lebih jelasnya hasil pemantauan kualitas udara untuk tingkat kebisingan dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut : Tabel Tingkat Kebisingan Rata-rata (dba) di Kabupaten Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (db A) Baku Mutu Dipersyaratkan (dba) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 69,5 66,9 65,4 70,0 64,6 66,1 65,1 70,0 69,6 67,8 64,3 70,0 69,45 72,85 69,2 70,0 Sumber : Pengukuran Lapangan, Sedangkan untuk pengukuran kebisingan tahun dibandingkan dengan baku mutu kebisingan yang dipersyaratkan dapat dilihat secara grafik sebagai berikut : Bab II-49

100 Gambar Grafik Tingkat Kebisingan Rata-rata di Kabupaten Kulonprogo Tahun Karbon Monoksida (CO) Hasil pemantauan kualitas udara untuk parameter CO dibandingkan dengan baku mutu dapat dilihat pada tabel 19 dan gambar 32 sebagai berikut : Tabel Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 171,75 323,17 827, ,12 670,17 912, ,95 724,32 15, ,10 689,23 901, Sumber : Pengukuran Lapangan, Bab II-50

101 Gambar Grafik Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara ambien tahun 2014 di 4 lokasi ternyata konsentrasi CO di semua titik pengukuran masih di bawah Baku Mutu Udara Ambien yang dipersyaratkan (3000 µg/m 3 ) dengan waktu pengukuran 1 jam. Kandungan CO dari hasil pemantauan berkisar antara 15,16 912,84 µg/m 3. Kandungan CO terendah sebesar 15,16 µg/m 3 di pertigaan teteg timur KA Wates, sedangkan konsentrasi CO tertinggi ( 912,84 µg/m 3 ) terdapat di titik 1 Simpang tiga Toyan, Wates. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan di Simpang tiga Toyan Wates sering terjadi kemacetan lalu lintas yang berimbas pada konsentrasi CO yang tinggi sebagai akibat dari asap knalpot sisa pembakaran mesin kendaraan bermotor yang tidak sempurna. Ozon (O 3 ) Hasil pemantauan kualitas udara ambien di Kabupaten Kulonprogo untuk parameter Ozon (O 3 ) dibandingkan dengan baku mutu dapat dilihat pada tabel 20 dan gambar 33 berikut : Bab II-51

102 Tabel Konsentrasi Ozon (O 3 ) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 11,18 20,47 27, ,75 7,91 17, ,09 12,41 22, ,40 12,86 17, Sumber : Pengukuran Lapangan, Gambar Grafik Konsentrasi Ozon (O 3 ) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun Dari hasil pemantauan tahun 2014 di 4 lokasi pemantauan ternyata kandungan Ozon (O 3 ) masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan 235 µg/m 3 karena secara umum konsentrasi O 3 di wilayah pengamatan berkisar antara 17,32 27,38 µg/m 3. Konsentrasi tertinggi pada lokasi A (Simpang empat Ngeplang Sentolo) dengan konsentrasi O 3 sebesar 27,38 µg/m 3, sedangkan konsentrasi terendah yakni 17,32 µg/m 3 terdapat pada lokasi B Bab II-52

103 (Simpang tiga Toyan Wates). Dengan demikian dari hasil pemantauan polutan ozon (O 3 ) dapatlah dikatakan bahwa di 4 lokasi pemantauan masih relatif cukup baik dari pengaruh ozon (O 3 ) meskipun jika dibandingkan tahun 2013 mengalami kenaikan konsentrasi. Hidrokarbon (HC) Tabel Konsentrasi HC (µg/m 3 ) Udara Ambien Kab Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 35,90 34,66 63, ,62 23,53 75, ,50 22,37 27, ,12 34,21 56, Sumber : Pengukuran Lapangan, Gambar Grafik Konsentrasi Hidrokarbon (HC) Udara Ambien Bab II-53

104 di Kabupaten Kulonprogo Tahun Berdasarkan hasil pemantauan tahun 2014 pada tabel dan gambar grafik di atas pada 4 lokasi pemantauan konsentrasinya masih berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan (160 µg/m 3 ). Pada pemantauan konsentrasi tertinggi di lokasi B (Simpang tiga Toyan Wates) yaitu 75 µg/m 3 dan konsentrasi terendah 27,08 µg/m 3 pada lokasi C (Simpang tiga Teteg timur KA Wates). Angka konsentrasi HC-nya di jalan raya tinggi menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang ada sudah sangat banyak dan belum memenuhi emisi gas buang yang dipersyaratkan. Jadi meskipun pada semua lokasi pemantauan masih memenuhi baku mutu tetapi konsentrasinya meningkat hampir 100% dibandingkan tahun sebelumnya. Timah Hitam (Pb) Hasil pengukuran kualitas udara ambien untuk parameter Timbal (Pb) adalah pada tabel 22 dan gambar 35 sebagai berikut : Tabel Konsentrasi Pb (µg/m 3 ) Udara Ambien Kab Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 0,27 0,51 0,22 2 0,19 0,61 0,66 2 0,21 0,31 0,62 2 0,17 0,42 0,64 2 Sumber : Pengukuran Lapangan Bab II-54

105 Gambar Grafik Konsentrasi Timah Hitam (Pb) Udara Ambien di Kabupaten Kulonprogo Tahun Dari hasil pemantauan tahun 2014 ternyata kandungan Pb di 4 lokasi pemantauan masih memenuhi baku mutu udara yang dipersyaratkan (2 g/m 3 ). Kandungan Pb di 4 lokasi pemantauan berada dibawah nilai baku mutu yaitu antara 0,22 g/m 3 hingga 0,66 g/m 3 dengan waktu pengukuran selama 1 jam. Kandungan Pb tertinggi pada pemantauan sebesar 0,66 g/m 3 di lokasi B (Simpang tiga Toyan Wates). Sedangkan konsentrasi Pb terendah pada lokasi A (Simpang empat Ngeplang Sentolo) yakni sebesar 0,66 g/m 3. Parameter Debu Diameter 10 (PM 10) Kadar PM10 di Kabupaten Kulonprogo masih berada di bawah baku mutu PM10 menurut Keputusan Gubernur DIY Nomor 153 Tahun 2002 sebesar 150 µg/m 3 dengan waktu pengukuran selama 24 jam. Dari 4 titik sampel yang diambil di jalanan, tahun 2014 lokasi yang memiliki angka kandungan PM10 tertinggi yakni sebesar 99,49 µg/m 3 pada Simpang tiga Toyan Wates dan terendah sebesar 33,02 µg/m 3 di lokasi A, yaitu Simpang empat Ngeplang Sentolo. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 23 dan gambar 36 berikut : Bab II-55

106 Tabel Konsentrasi Debu 10 µm (PM10) Kab Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 34,2 59,41 33, ,06 62,41 99, ,92 43,68 93, ,44 47,95 95, Sumber : Pengukuran Lapangan, Gambar 43.Grafik Konsentrasi Debu 10µm (PM 10) di Kabupaten KulonprogoTahun Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Tabel 24. Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Kabupaten Kulonprogo Tahun Kode Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Bab II-56

107 Lokasi Lokasi Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 21,34 38,69 34, ,81 17,37 36, ,84 14,57 32, ,79 21,06 33, Sumber : Pengukuran Lapangan, Dari hasil pemantauan di 4 lokasi road side di Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 ternyata kandungan NO 2 berkisar antara 32,22 36,22 µg/m 3 dan semuanya masih dibawah Baku Mutu Udara yang dipersyaratkan yakni 400 µg/m 3 dengan waktu pengukuran 1 jam. Kandungan NO 2 terendah sebesar 32,22 µg/m 3 berada di Simpang tiga teteg timur KA Wates dan tertinggi di Simpang tiga Toyan sebesar 36,22 µg/m 3. Untuk jelasnya perbandingan konsentrasi NO 2 pada tahun dapat dilihat pada gambar berikut : Bab II-57

108 Gambar 2.44.Grafik Konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO 2 ) di Kabupaten Kulon Progo Tahun Sulfur Dioksida (SO 2 ) Dari hasil pemantauan kualitas udara dengan 4 sampel road side di Kabupaten Kulon Progo dapat diketahui bahwa konsentrasi SO 2 yang ada berkisar antara 0,0080 ppm 0,0282 ppm dan semuanya berada di bawah baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,34 ppm. Konsentrasi tertinggi berada di Simpang empat Ngeplang Sentolo pada bulan Maret dengan nilai konsentrasi 0,0282 ppm dan konsentrasi terendah berada di Simpang tiga Terminal Wates pada bulan Agustus dengan nilai 0,0080 ppm. Sebagai gambaran perbandingan antara konsentrasi SO 2 tahun dapat dilihat pada tabel 25 dan gambar 38 berikut ini : Tabel Konsentrasi SO 2 (µg/nm3) Kabupaten Kulonprogo Tahun Kode Lokasi Lokasi Konsentrasi (µg/m 3 ) Baku Mutu Dipersyaratkan (µg/m 3 ) A B C D Simpang empat Ngeplang, Sentolo Simpang tiga Toyan, Wates Simpang tiga teteg KA timur Wates Simpang tiga Terminal Wates 27,61 30,54 50, ,41 37,62 32, ,80 30,32 37, ,03 26, Sumber : Pengukuran Lapangan, Bab II-58

109 Gambar Grafik Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO 2 ) di Kabupaten Kulonprogo Tahun Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Tiap Parameter Kualitas udara di Kabupaten Kulonprogo, pada Tahun 2014, dapat diindikasikan masuk kategori baik /sehat. Kondisi pencemaran udara di Tahun 2014 berdasarkan perhitungan ISPU masing masing parameter adalah sebagai berikut : Partikulat (PM 10 ) Parameter Partikulat (PM 10 ) di Tahun 2014 ini Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), 25% berada pada kategori ISPU yang baik dan 75% berada pada kategori ISPU sedang. Lokasi Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter PM.10 Tahun 2014 Konsentrasi (ug/m 3 ) Ia Ib Xa Xb Nilai ISPU Kategori A 33, Baik B 99, sedang C 93, sedang D 95, Sedang Bab II-59

110 Sumber : Hasil Analisis, 2014 Carbon Monoksida (CO) Berdasarkan perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU), maka untuk parameter Carbon Monoksida Tahun 2014 menunjukkan bahwa di 4 lokasi pemantauan kesemuanya tergolong kategori baik. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Lokasi Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter CO Tahun 2014 Konsentrasi (ug/m 3 ) La Lb Xa Xb ISPU Kategori A 827, Baik B 912, Baik C 15, Baik D 901, Baik Sumber : Hasil Analisis, 2014 Ozon (O 3 ) Berdasarkan perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU), maka untuk parameter Ozon Tahun 2014 menunjukkan bahwa di seluruh lokasi pemantauan tergolong baik. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa konsentrasi Ozon di Kabupaten Kulonprogo masih berada dalam kondisi baik. Lokasi Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter O 3 Tahun 2014 Konsentrasi (ug/m 3 ) Ia Ib Xa Xb Nilai ISPU Kategori A 27, baik B 17, baik C 22, baik D 17, baik Sumber : Hasil Analisis, 2014 Sulfur Dioksida (SO 2 ) Bab II-60

111 Berdasarkan perhitungan indeks standar pencemar udara (ISPU), maka untuk parameter Sulfur Dioksida (SO 2 ) Tahun 2014 menunjukkan bahwa di seluruh lokasi pemantauan tergolong baik. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa konsentrasi SO 2 di Kabupaten Kulonprogo masih berada dalam kondisi baik. Lokasi Tabel Hasil Perhitungan Nilai ISPU Parameter SO 2 Tahun 2014 Konsentrasi (ug/m 3 ) la Lb Xa Xb Nilai ISPU Kategori A 50, baik B 32, baik C 37, baik D 26, baik Sumber : Hasil Analisis, 2014 KualitasAir Hujan Dari hasil pemantauan kualitas air hujan di Kabupaten Kulonprogo yang dilakukan oleh KLH Kulonprogo, masih berkualitas baik. Belum terjadi hujan asam di Kulonprogo. E. Laut, Pesisir dan Pantai Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten Kulonprogo adalah Ha (158,72 km 2 ) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang membujur dari barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo) adalah sekitar 24,9 km dan lebar sekitar 1,5 km dibatasi jalan Daendels. Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Kulonprogo telah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak udang, pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata alam. Seperti halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di Kulonprogo terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh kegiatan industri yang membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan pariwisata menyebabkan pencemaran dari sampah, juga kerusakan ekosistem akibat penambangan dan pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Bab II-61

112 Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak menggunakan pupuk dan pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga menyebabkan degradasi lingkungan pesisir. Kualitas Air Laut Pemantauan kualitas air laut dilakukan pada dua lokasi pantai yaitu : Pantai Glagah Pantai Glagah berada di Kabupaten Kulonprogo yang terletak pada S : ; E : Pantai Glagah berada di desa Glagah Kecamatan Temon, berjarak 15 kilometer dari kota Wates. Di pantai Glagah bermuara sungai Serang, sehingga pada sisi barat pasirnya bercampur dengan lumpur. Keunikan pantai ini adalah adanya laguna, dan terdapat aliran air menuju sungai yang tenang sehingga banyak dimanfaatkan untuk wisata perahu. Beberapa jenis tanaman hidup di sekitar pantai, antara lain pandan laut, cemara laut, dan di sepanjang laguna tumbuh deretan pohon kelapa. Terdapat tanaman budidaya, seperti buah naga, cabai, melon dan semangka. Pantai Glagah Gambar Lokasi pantai Glagah Pantai Trisik Bab II-62

113 Pantai Trisik Gambar Lokasi Pantai Trisik Pantai Trisik terletak di wilayah Kabupaten Kulonprogo tepatnya berada di desa Banaran, Kecamatan Galur, yang terletak pada S : dan E : Pantai Trisik mempunyai kekhasan pantai berpasir hitam dan sangat sesuai untuk habitat Penyu Hijau, yang termasuk langka di dunia. Kegiatan utama di pantai Trisik adalah perikanan tangkap dan pariwisata. Selain itu, terdapat pertanian lahan pantai, berupa sayuran dan buah-buahan. Lokasinya yang mudah diakses dari jalan raya membuat pantai ini seringkali dikunjungi wisatawan, yang berjarak sekitar 37 km dari kota Yogyakarta. Keadaannya masih alami dan mencirikan kekhasan pesisir pedesaan. Berikut hasil uji kualitas air laut tahun 2014 adalah : Tabel Hasil Uji Kualitas Air Laut Tahun 2014 LOKASI PARAMETER SATUAN Pantai Glagah APRIL HASIL UJI AGUSTU S BAKU MUTU* METODE UJI Kekeruhan NTU 9,73 3,19 5 SNI Temperatur C 27,5 26,5 Alami SNI Warna Pt-Co 1,195 1, SNI Bab II-63

114 TSS Mg/L 88,9 94,6 20 SNI ph - 7,54 7,32 7 8,5 SNI Pantai Trisik Salinitas % 47 41,5 Alami Salintest NO 3 - mg/l 0,066 0,066 0,008 IK 9541 (Spektrofotometri) Arsen (As) mg/l 0 0,001 0,025 Spektrofotometri Kadmium (Cd 2+ ) mg/l 0,016 0,0117 0,002 SNI Tembaga (Cu) mg/l 0,0042 0,0083 0,05 SNI Krom (Cr 6+ ) mg/l 0,0097 0,0001 0,002 SNI Sulfida (H 2S) mg/l 0,001 0,001 0 SNI Timbal (Pb) mg/l 0,0445 0,0287 0,005 SNI Nikel (Ni) mg/l 0,0408 0,1273 0,075 SNI BOD mg/l 0,15 0,83 10 SNI DO mg/l 8,12 1,06 5 SNI PO 4 - mg/l 0,02 0,02 0,015 SNI Fenol mg/l 0,0559 0, SNI Minyak & Lemak mg/l 0,5 6 1 SNI Seng (Zn) mg/l 0,0097 0,0292 0,095 SNI Detergen mg/l 0,064 0, SNI Amoniak (NH 4) mg/l 0,5256 0, SNI Raksa (Hg) mg/l 0,24 0, ,002 Merkury analyzer Coliform Total MPN/100 ml Nihil Nihil 1000 SNI Coliform tinja MPN/100 ml Nihil Nihil 200 SNI Kekeruhan NTU 15,79 5 SNI Temperatur C 27,4 Alami SNI Warna Pt-Co 2, SNI TSS Mg/L 4,3 20 SNI ph - 8,13 7 8,5 SNI Salinitas %0 48 Alami Salintest NO 3 - mg/l 0,066 0,008 IK 9541 (Spektrofotometri) Arsen (As) mg/l 0 0,025 Spektrofotometri Kadmium (Cd 2+ ) mg/l 0,0264 0,002 SNI Tembaga (Cu) mg/l 0,0046 0,05 SNI Krom (Cr 6+ ) mg/l 0,0097 0,002 SNI Sulfida (H 2S) mg/l 0,001 0 SNI Timbal (Pb) mg/l 0,0484 0,005 SNI Nikel (Ni) mg/l 0,0493 0,075 SNI Bab II-64

115 BOD mg/l 0,15 10 SNI DO mg/l 8,41 5 SNI PO 4 - mg/l 0,02 0,015 SNI Fenol mg/l 0, SNI Minyak & Lemak mg/l 0,5 1 SNI Seng (Zn) mg/l 0,0145 0,095 SNI Detergen mg/l 0, SNI Amoniak (NH 4) mg/l 0, SNI Raksa (Hg) mg/l 0,3 0,002 Merkury analyzer Coliform Total MPN/100 ml Nihil 1000 SNI Coliform tinja MPN/100 ml Nihil 200 SNI Keterangan : *) KepMenLH 51/2004 Sumber data : Lab Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM A. : melebihi baku mutu Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data laboratorium dalam tabel di atas, maka lebih lanjut akan dibahas tiap-tiap parameter sebagai berikut : 1. Parameter Fisika Parameter fisika yang diukur dalam pemantauan kualitas air laut adalah kekeruhan, temperatur, warna, bau dan TSS air laut. Berikut ini akan dibahas satu persatu parameter fisika, kecuali bau. Hal ini dikarenakan dalam pemantauan ditemukan bahwa semua sampel yang diambil tidak berbau dan telah sesuai dengan baku mutu. a) Kekeruhan Kekeruhan atau turbiditas merupakan kandungan bahan organic maupun anorganik yang terdapat di perairan dan berpengaruh terhadap proses kehidupan organism yang ada di perairan tersebut. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan turunnya kandungan oksigen. Hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan menjadi terbatas karena kekeruhan yang tinggi, sehingga Bab II-65

116 tumbuhan/phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk dapat menghasilkan oksigen. Data kekeruhan air laut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Kekeruhan Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah NTU 9,73* 3,19 5 Pantai Trisik NTU 15,79* - 5 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket : *) melebihi Baku Mutu Kekeruhan air laut menunjukkan hasil di pantai Glagah dan Trisik, pada periode April melebihi baku mutu. Keruhnya air laut pada pantai menunjukkan bahwa kondisi di Daerah Aliran Sungai (DAS) di daerah hulu kurang baik. Hal ini sebagai akibat terjadinya erosi yang kemungkinan disebabkan tutupan pohon yang kurang memadai, pengambilan pasir yang intensif atau adanya sampah di aliran sungai. Sampah tidak hanya terdapat pada aliran sungai, tetapi juga di lingkungan pantai juga terdapat sampah berserakan yang berasal dari kegiatan pariwisata. Pada bulan April rata-rata kekeruhannya lebih tinggi daripada bulan Agustus. Hal itu disebabkan karena pada bulan April masih musim penghujan, sehingga aliran air banyak mengangkut lumpur dari daratan akibat derasnya arus. Untuk lebih detailnya data fluktuasi kekeruhan air laut dapat dilihat dalam grafik di bawah ini. Bab II-66

117 Gambar Grafik Kekeruhan Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 b) Temperatur Temperatur air laut terpantau pada dua periode menunjukkan hasil antara 26,5 27,5 C. Pada pemantauan bulan Agustus rata-rata suhu lebih daripada pemantauan bulan April. Perbedaan rata-rata suhu bisa disebabkan oleh kelembaban udara. Pada bulan April kelembaban udara tinggi sedangkan pada bulan Agustus udara bersifat kering sehingga suhu lebih rendah. Disamping itu, pada bulan April hujan masih terjadi sehingga waktu cuaca mendung terjadi kenaikan suhu udara. Pada waktu mendung, suhu udara meningkat karena tertahan oleh awan, dimana suhu udara yang tinggi akan turut mempengaruhi suhu air laut. Fluktuasi suhu juga disebabkan oleh angin, semakin kencang angin bertiup maka suhu semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Sekitar bulan Maret dan April merupakan waktu peralihan antara musim hujan dan kemarau, dimana pada musim peralihan penyinaran matahari melebihi penguapan, yang berakibat pada pemanasan air permukaan laut.adapun data fluktuasi suhu air laut dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel Temperatur Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu Bab II-67

118 April Agustus Pantai Glagah C 27,5 26,5 Alami Pantai Trisik C 27,4 - Alami Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket : Alami (± 3 C) Temperatur di lautan sangat bervariasi menurut waktu, yaitu pagi, siang dan malam. Pengukuran sampel dilakukan pada pagi hingga siang sehingga rentang temperaturnya relatif panjang + 4 C. Tingginya temperatur air laut sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. Pada pagi hari temperatu relatif masih rendah antara C, sedangkan pada siang hari temperatur mengalami kenaikan menjadi C. Selain intensitas matahari, besarnya temperatur juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, biasanya bila terjadi hujan maka temperatur air laut akan turun. Hasil pengukuran temperatur tersebut masih berada dalam batas normal, tidak ada kenaikan temperatur maupun penurunan temperatur yang signifikan. Pengaruh temperatur air laut terhadap lingkungan laut antara lain jumlah oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia dan kehidupan binatang laut. Pada temperatur normal maka kehidupan dan proses-proses kimia juga akan berlangsung normal, dan sebaliknya pada temperatur yang lebih tinggi kecepatan reaksi akan menjadi lebih cepat demikian pula sebaliknya, karena kenaikan temperatur sebesar 10 C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat. c) Warna Kekeruhan air laut menyebabkan penetrasi sinar matahari lemah dan tidak bisa mencapai kedalaman, hanya mencapai meter saja. Sedangkan pada air yang jernih, sinar matahari dapat menembus hingga kedalaman 200 meter. Warna Bab II-68

119 air laut yang jernih ini merupakan lingkungan yang baik bagi terumbu karang dan coral untuk berkembang biak. Warna dinyatakan dalam Pt-Co dengan nilai ambang batas sebesar 30 Pt-Co. Secara kasat mata, warna air laut terlihat hampir sama, namun ternyata melalui pengukuran terdapat perbedaan konsentrasi. Berikut ini data kadar warna air laut dalam tabel berikut : Tabel Warna Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah Pt-Co 1,195 1, Pantai Trisik Pt-Co 2, Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data dalam tabel di atas diketahui bahwa kadar warna air laut masih berada di bawah ambang batas yang ditentukan, yaitu berkisar antara 1,145 2,390 Pt-Co. Berarti air laut dalam kondisi jernih, yang baik untuk perkembangan makhluk hidup di dalamnya. d) TSS (Total Suspended Solid) Konsentrasi TSS di perairan laut Kulonprogo dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel Konsentrasi TSS Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 88,9* 94,6* 20 Pantai Trisik mg/l 4,3-20 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket : *) melebihi Baku Mutu Bab II-69

120 Berdasarkan data dalam tabel di atas, diketahui bahwa konsentrasi TSS air laut di Pantai Glagah Kulonprogo telah melebihi baku mutu. Kandungan TSS untuk pantai Glagah yang hanya ramai waktu liburan kadungan TSS tinggi kemungkinan berasal dari muara sungai Serang yang banyak membawa material terlarut dari daerah hulu. Fluktuasi konsentrasi TSS air laut dapat dilihat dalam grafik berikut : Gambar Grafik Konsentrasi TSS Air Laut di Kulonprogo Tahun Parameter Kimia Pengukuran parameter kimia pada air laut yang diperuntukkan wisata bahari terdiri dari ph, salinitas, Minyak dan Lemak, Nitrat (NO 3 ), Fosfat (PO 4 ), BOD, DO, Fenol, Detergen, dan Amoniak. Gambaran mengenai kualitas kimia air laut dapat dilihat berdasarkan hasil pengukuran parameter-parameter tersebut. Uraian mengenai hasil pengukuran dan analisis parameter kimia sebagai berikut : a. Derajat Keasaman (ph) Nilai ph menunjukkan konsentrasi ion hydrogen dalam air. Air dianggap asam jika nilai ph kurang dari 7 dan dianggap basa jika lebih dari 7. Baku Mutu ph untuk Bab II-70

121 laut bahari berkisar antara 7 8,5, di luar nilai itu berarti air laut mengalami pencemaran. Kadar ph air laut dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel Nilai ph Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah - 7,54 7,32 7 8,5 Pantai Trisik - 8,13-7 8,5 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Jika dibandingkan dengan nilai ph pada tiga tahun sebelumnya yaitu tahun 2012, dan 2013 maka nilai ph cenderung mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2013 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014, seperti yang terlihat pada grafik berikut : Gambar Grafik Fluktuasi Nilai ph Air Laut di Kulonprogo Tahun Penurunan nilai ph ini sejalan dengan perkembangan industri, baik yang bergerak di daratan maupun di pesisir yang menghasilkan limbah penyebab asam. Bab II-71

122 Pada ph asam akan menyebabkan penurunan benthos, sehingga produsen di perairan laut berkurang. b. Salinitas Hasil pengukuran salinitas air laut di Kulonprogo tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel dan grafik sebagai berikut : Tabel Kadar Salinitas Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah 47 41,5 alami Pantai Trisik 48 - alami Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data pemantauan, kadar salinitas air laut berkisar antara 41,5-48. Tidak ada batas maksimal salinitas yang ditentukan, sehingga semua masih dalam batas alami perairan. Keberadaan garam-garaman di laut mempengaruhi sifat fisik air laut, seperti densitas, titik beku, dan temperatur, dan salinitas sangat berpengaruh terhadap daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.semakin tinggi salinitas maka daya hantar listrik semakin tinggi demikian juga tekanan osmosisnya. Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh tiga faktor, yaitu penguapan, curah hujan dan banyak sedikitnya sungai yang bermuara. Semakin besar tingkat penguapan air laut, maka kadar salinitasnya akan semakin tinggi. Jadi pada bulan kemarau yang direpresentasikan pada pemantauan bulan Agustus, rata-rata kadar garamnya lebih tinggi daripada bulan April. Di daerah tropis seperti Indonesia, salinitas air di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibat tingginya curah hujan. Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut maka salinitas semakin Bab II-72

123 rendah, demikian pula sebaliknya, karena sungai membawa air tawar yang bersifat mengencerkan salinitas air laut. Fluktuasi salinitas berdasarkan tahun pemantauan dapat dilihat dalam gambar grafik tersebut, yang menunjukkan bahwa ada kenaikan salinitas yang nyata pada tahun 2014 dengan tahun-tahun sebelumnya. Salinitas yang tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh penguapan air yang tinggi yang mengakibatkan kepekatan air laut meningkat. Gambar Grafik Flukuasi Kadar Salinitas Air Laut pada Pemantauan Tahun c. Nitrat (NO 3 ) Hasil pengukuran nitrat pada 2 pantai yang merepesentasikan kondisi air laut di Kulonprogo dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel Kadar Nitrat Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,066* 0,066* 0,008 Pantai Trisik mg/l 0,066* - 0,008 Bab II-73

124 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data pengukuran kadar Nitrat air laut menunjukkan bahwa kadar Nitrat telah melampaui baku mutu yang diperkenankan (0,008 mg/l), yaitu 0,066 mg/l. Tingginya kadar nitrat kemungkinan berasal dari kegiatan restoran yang banyak terdapat di tepian pantai yang mengalirkan limbahnya ke laut, atau berasal dari kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk dan pestisida, dari limbah yang dibawa oleh air sungai. Nitrat dalam keadaan anaerob akan membentuk Ammonia yang kemudian bereaksi dengan air membentuk ammonium yang bersifat racun terhadap ikan. Reaksi dalam pembentukan ammonium akan bertambah intensitasnya pada ph tinggi. Kadar nitrat dari tahun ke tahun nilainya rata-rata hampir sama pada dua tahun terakhir, yaitu tahun 2012 dan Dan pada tahun 2014 ini kadar nitrat menurun drastis yaitu 0,066 mg/l, namun tetap masih melebihi baku mutu. Fluktuasi kadar nitrat tahun sebagai berikut : Gambar 2.53.Grafik Konsentrasi NO3 Air Laut di Kulonprogo Tahun d. BOD Bab II-74

125 Konsentrasi BOD air laut di Kulonprogo berkisar antara 0,15 0,83 mg/l, yang menunjukkan bahwa BOD air laut masih berada di bawah ambang batas (10 mg/l). Rendahnya kadar BOD menunjukkan bahwa bahan pencemar organik yang mudah membusuk yang terkandung dalam air laut masih dapat ditoleran, sehingga tidak menimbulkan pencemaran. Kadar bahan pencemar yang masih rendah secara alami akan mengalami proses swapentahiran di perairan. Data BOD air laut secara detail dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut : Tabel Kadar BOD Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,15 0,83 10 Pantai Trisik mg/l 0,15-10 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Gambar Grafik Konsentrasi BOD Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 e. DO Kandungan oksigen terlarut air laut di DIY dapat dilihat dalam tabel berikut : Bab II-75

126 Tabel Kadar DO Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 8,12 1,06* 5 Pantai Trisik mg/l 8,41-5 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Berdasarkan data dalam tabel di atas, kisaran kadar DO antara 1,06 8,41 mg/l dengan baku mutu minimal 5 mg/l. Pada periode II di bulan Agustus, kadar DO sangat rendah daripada kadar yang ditentukan. Kadar DO yang rendah ini kemungkinan disebabkan oleh kadar salinitas yang tinggi. Pada musim kemarau intensitas hujan sangat rendah sehingga kepekatan air laut meningkat dengan rendahnya nilai pengenceran. Selain salinitas, rendahnya kadar DO juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pergerakan air di permukaan air, luas daerah permukaan perairan terbuka, tekanan atmosfer dan presentase oksigen di sekelilingnya. Pada suhu rendah, maka oksigen terlarut menjadi rendah. Dengan rendahnya kadar oksigen ini, maka proses oksidasi di perairan rendah sehingga proses oksidasi-reduksi bahan organik dan anorganik terganggu. Jika proses oksidasi terganggu maka produktivitas nutrient di perairan menjadi rendah. Dan yang tak kalah pentingnya, kadar oksigen yang rendah akan mempengaruhi kehidupan ikan dan makhluk hidup perairan yang selalu membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme. Gambaran fluktuasi kadar oksigen air laut dapat dilihat dalam grafik berikut : Bab II-76

127 Gambar Grafik Kadar DO Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 f. Fosfat (PO4) Adanya fosfat di perairan laut wilayah pesisir sebagian besar berasal dari sungai. Sungai membawa sampah yang terhanyut maupun sumber fosfat daratan lainnya, sehingga sumber fosfat di muara sungai lebih besar dari sekitarnya. Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa terionisasi, antara lain dalam bentuk ion H 2 PO - 4, HPO 2-4, dan PO 3-4. Fosfat diabsorbsi oleh fitoplankton dan selanjutnya masuk dalam rantai makanan. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kadar fosfat air laut selama dua periode pemantauan adalah 0,02 mg/l. Kadar tersebut telah melampaui baku mutu (0,015 mg/l) yang diperkenankan, walaupun hanya kecil saja. Rata-rata kadar fosfat dalam setiap periode sama. Kesamaan konsentrasi ini kemungkinan bisa dikarenakan kondisi cuaca maupun pesisir laut secara umum, dimana kadar fosfat tidak terlalu sensitif terhadap perubahan musim tetapi lebih sensitif terhadap perubahan aktivitas manusia. Tabel Kadar Fosfat Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan Bulan Baku Mutu Bab II-77

128 April Agustus Pantai Glagah mg/l 0,02* 0,02* 0,015 Pantai Trisik mg/l 0,02* - 0,015 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Kadar fosfat air laut yang tinggi akan menyebabkan ledakan fitoplankton dan berkurangnya oksigen, yang akhirnya menyebabkan kematian ikan secara massal. Kondisi optimum untuk pertumbuhan plankton adalah pada kadar fosfat antara 0,27 5,51 mg/l, sehingga air laut di Kulonprogo sangat kondusif untuk pertumbuhan fitoplankton. Kadar fosfat akan semakin tinggi pada perairan yang lebih dalam dan sifatnya relatif konstan, kemudian akan mengendap di dasar laut. Kadar fosfat mengalami kenaikan dari tahun 2012 ke tahun 2013, kemudian mengalami penurunan sangat tajam pada tahun Penurunan kadar fosfat menunjukkan bahwa kualitas lingkungan perairan laut semakin baik dari tahun-tahun sebelumnya. Fluktuasi kadar fosfat dari tahun ke tahun dapar dilihat dalam gambar berikut: Gambar Grafik Fluktuasi Kadar Fosfat Air Laut Kulonprogo Tahun Bab II-78

129 g. Fenol Senyawa Fenol tidak diperbolehkan dalam perairan wisata laut bahari atau ambang batas 0 mg/l. Kadar fenol air laut selama dua periode pemantauan terdapat empat lokasi yang kadar fenolnya melebihi baku mutu yang dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel Kadar Fenol Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,0559* 0, Pantai Trisik mg/l 0,0444* - 0 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Berdasarkan data pada tabel di atas, senyawa fenol terkandung di air laut dalam jumlah agak tinggi pada periode April, yaitu antara 0,0444 0,0559 mg/l. Sedangkan pada pemantauan periode bulan Agustus kadar senyawa fenol air laut sangat kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan pada musim penghujan, laut banyak menerima suplai air dari daratan melalui media sungai sehingga bahan-bahan pencemar banyak yang terbawa ke laut. Di lautan senyawa fenol dalam kadar rendah dapat diuraikan oleh bakteri sehingga tidak bersifat toksik. Kehidupan bakteri biodegradasi ini tergantung pada kualitas lingkungan yang baik, maka faktor-faktor fisik dan kimia perairan turut menentukan dapat tidaknya terjadi proses biodegradasi. Faktor-faktor lingkungan Bab II-79

130 yang berpengaruh terhadap kehidupan bakteri pendegradasi fenol adalah konsentrasi BOD, COD, DO, Salinitas, suhu dan ph air laut. Fluktuasi senyawa fenol dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Gambar Grafik Konsentrasi Fenol Air Laut di Kulonprogo Tahun h. Minyak dan Lemak Berdasarkan hasil analisis laboratorium minyak dan lemak air laut di Kulonprogo berkisar antara 0,5 6 mg/l. Kadar minyak tertinggi ditemukan di pantai Glagah pada periode pemantauan bulan Agustus, dan melebihi baku mutu yang ditentukan 1 mg/l. Rata-rata kadar minyak dan lemak pada periode April lebih rendah daripada bulan Agustus. Minyak dan lemak yang berada di pantai sebagian besar berasal dari kegiatan manusia yaitu sebagian besar aktivitas manusia adalah kegiatan ikan tangkap menggunakan perahu motor. Selain itu, pariwisata air pada beberapa pantai juga menggunakan perahu motor. Kemungkinan minyak dan lemak berasal dari pencucian atau pembersihan kapal, dan bisa pula berasal dari aktivitas rumah makan yang letaknya sangat dekat dengan pantai, atau berasal dari sungai yang mengandung minyak dan lemak dari daratan. Seperti diketahui bahwa di pantai Glagah selain aktivitas ikan tangkap menggunakan perahu motor, kawasan Bab II-80

131 pantainya juga digunakan untuk wahana wisata air dengan perahu, sehingga banyak menghasilkan tumpahan-tumpahan minyak. Untuk lebih jelasnya fluktuasi kadar minyak dan lemak dapat dilihat tabel dan gambar grafik berikut : Tabel Kadar Minyak dan Lemak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,5 6 1 Pantai Trisik mg/l 0,5-1 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Gambar Grafik Kadar Minyak dan Lemak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 i. Hidrogen Sulfida (H 2 S) Sifat senyawa sulfida sangat berbahaya karena akan menyebabkan kematian ikan pada konsentrasi 0,4 mg/l terhadap ikan salmon, dan 4 mg/l terhadap jenis ikan lainnya. Toksisitas sulfida dapat mengalami penurunan jika ph air laut meningkat dan suhu rendah, demikian pula sebaliknya, jika ph turun dan suhu meningkat maka toksisitas sulfida akan bertambah. Bab II-81

132 Konsentrasi sulfida air laut di Kulonprogo yang dipantau dalam dua periode 0,001 mg/l, dimana ambang batas yang diperkenankan di dalam air laut ini adalah 0 mg/l. Konsentrasi sulfida ini masih ditoleransi ambang batas. Tabel Kadar Asam Sulfida Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,001 0,001 0 Pantai Trisik mg/l 0,001-0 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 j. Detergen Data pengukuran detergen air laut di Kulonprogo berkisar antara 0,0095 0,064 mg/l, dimana semua telah melampaui baku mutu (0,001 mg/l). Lokasi pantai yang melebihi baku mutu mempunyai aktivitas restoran dan kamar mandi yang banyak sehingga limbah domestiknya cukup tinggi. Lahan pasir yang bersifat sangat porous, sangat cepat meresapkan bahan-bahan cair ke dalam tanah. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar grafik berikut : Tabel Kadar Detergen Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,064* 0,0095* 0,001 Pantai Trisik mg/l 0,0597* - 0,001 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Bab II-82

133 Gambar Grafik Detergen Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 k. Amoniak (NH3-N) Pengukuran kadar amoniak air laut telah dilakukan selama dua periode pada tahun 2014 di laut Kulonprogo, seperti yang tercantum dalam tabel berikut : Tabel Kadar Amoniak Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,5256* 0, Pantai Trisik mg/l 0,7859* - 0 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Berdasarkan hasil pengukuran, kadar amoniak air laut di Kulonprogo sudah cukup tinggi yaitu berkisar antara 0,0094 0,7859 mg/l dimana untuk laut wisata bahari tidak diperkenankan mengandung amoniak. Kemungkinan amoniak berasal limbah domestik di sekitar pantai, yaitu restoran dan kamar mandi/wc atau kegiatan pertanian di daerah pesisir. Saat ini lahan pantai banyak yang digunakan untuk pertanian lahan pantai yang membutuhkan banyak pupuk karena unsur hara di Bab II-83

134 daerah pasir pantai sangat minim. Akibat pemupukan yang intensif dan cukup banyak tersebut menyebabkan tingginya amoniak yang meresap ke dalam tanah. Kadar amoniak dapat dilihat dalam grafik berikut : Gambar Grafik Kadar Amoniak Air Laut di Kulonprogo Tahun Parameter Biologi a. Bakteri Koli (Coliform tinja) Batas maksimum untuk laut bahari bagi bakteri Koli tinja adalah 200 MPN/100 ml. Hasil pengukuran bakteri koli air laut di Kulonprogo nihil.. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas air laut masih baik jika ditinjau dari kualitas bakteriologinya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel Kandungan Bakteri Koli Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah MPN/100 ml nihil nihil 200 Pantai Trisik MPN/100 ml nihil Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Bab II-84

135 Daerah pantai bersifat sangat porous cepat menyerap cairan dan bahan-bahan pencemar di atasnya. Oleh karena itu, kualitas baik perlu dipertahankan bahkan diupayakan agar kegiatan resto di sekitar pantai diatur sedemikian rupa agar tidak menempati sempadan pantai. Kandungan bakteri koli air laut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : Gambar. Grafik Fluktuasi Bakteri Koli Air Laut Tahun Kandungan bakteri koli pada tahun 2013 dan 2014 stabil tetap nihil (nol), yang menunjukkan bahwa sarana pengolahan limbah rumah tangga semakin baik. b. Total Koli (Coliform Total) Kandungan Total Koli selain berasal dari manusia dan hewan juga berasal dari udara, sehingga apabila kandungan total Koli tinggi maka udara sekitar pantai kurang bersih dan banyak mengandung Koli. Data pengukuran Total Koli dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Kandungan Total Koli Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-85

136 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah MPN/100 ml nihil nihil 1000 Pantai Trisik MPN/100 ml nihil Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Kandungan total koli air laut dari tahun 2013 ke 2014 tetap baik yaitu tetap nihil (nol). Secara lebih jelas, kandungan total koli tahun dapat dilihat pada Tabel 3.B.19. Gambar Grafik Fluktuasi Total Koli Air Laut Tahun Parameter Logam Terlarut Logam-logam yang terlarut dalam air laut berasal dari industri pengolahan logam atau industri yang dalam prosesnya menggunakan logam sebagai katalisator, dan juga berasal dari limbah benda-benda yang mengandung logam. Saat ini logam dan beberapa jenis logam berat ditengarai terdeteksi dalam perairan dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia telah banyak yang menggunakan jenis logam berat yang harus mendapatkan pengawasan yang lebih Bab II-86

137 ketat, baik dalam penggunaan maupun pembuangan limbahnya. Logam berat memiliki densitas lebih dari 5 gram/cm 3 dan bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi dalam perairan. Logam berat yang berada dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam tubuh manusia, logam berat dapat terakumulasi dan menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini akan diuraikan masing-masing logam berat di dalam perairan laut. a. Logam Arsen (As) Di dalam air laut bahari batas maksimum arsen yang diperkenankan sebesar 0,025 mg/l, sedangkan untuk air tanah lebih kecil lagi yaitu sebesar 0,01 mg/l. Data pemantauan arsen dalam air laut di Kulonprogo masih berada di bawah ambang batas yang diperkenankan yaitu berkisar antara 0 0,001 mg/l. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel Kandungan Arsen dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0 0,001 0,025 Pantai Trisik mg/l 0-0,025 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Berdasarkan data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas air laut di Kulonprogo dalam kondisi baik, tidak tercemar logam Arsen yang bersifat toksik. Air limbah industry yang dibuang melalui sungai kemungkinan hanya mengandung sangat sedikit Arsen, sehingga melalui aliran sungai telah mengalami swapentahiran. b. Logam Krom (Cr) Bab II-87

138 Kromium yang diukur dalam pemantauan air laut ini adalah krom dalam bentuk heksavalen. Kandungan krom pada pemantauan air laut dalam dua periode berkisar antara 0,0001-0,0097 mg/l. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa air laut telah tercemar logam berat Kromium karena telah melampaui ambang batas yang diperkenankan untuk laut wisata bahari, yaitu 0,002 mg/l. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel Kandungan Krom dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,0097* 0,0001 0,002 Pantai Trisik mg/l 0,0097* - 0,002 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu c. Logam Tembaga (Cu) Hasil pengukuran tembaga dalam air laut di Kulonprogo pada dua periode berkisar antara 0,0042 0,0083 mg/l yang semua titiknya masih berada dalam ambang batas normal (0,05 mg/l). Berarti kualitas air laut di Kulonprogo masih baik ditinjau dari kandungan tembaganya. Limbah yang industri yang dibuang telah ke sungai telah mengalami penetralan selama perjalanannya ke laut. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel Kandungan Tembaga (Cu) dalam Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Bab II-88

139 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,0042 0,0083 0,05 Pantai Trisik mg/l 0,0046-0,05 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 d. Logam Timbal (Pb) Kandungan Timbal air laut pada dua periode di Kulonprogo berkisar antara 0,0287 0,0484 mg/l. Baku mutu yang diperkenankan untuk laut Bahari adalah 0,005 mg/l, sehingga kandungan Timbal di perairan laut di Kulonprogo telah melampaui batas pada semua titik. Kadar Timbal air laut pada periode April yang mewakili musim penghujan lebih rendah daripada periode Agustus yang mewakili musim kemarau. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut : Tabel Kandungan Timbal (Pb) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,0445* 0,0287* 0,005 Pantai Trisik mg/l 0,0484* - 0,005 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Bab II-89

140 Gambar Grafik Kadar Pb Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Pencemaran timbal ke laut bisa berasal dari buangan di wilayah pesisir dari daratan dan dari atmosfer. Sumber timbal di pesisir Kulonprogo kemungkinan berasal dari limbah industri yang mempergunakan pewarna atau cat mengandung Pb, atau perusahaan percetakan dan pengolahan/penyepuhan logam. Limbah yang dibuang tersebut belum diolah dengan sempurna sehingga masih mengandung logam berat yang berbahaya. e. Logam Kadmium (Cd) Hasil pengukuran logam Kadmium pada air laut di Kulonprogo dalam dua periode menunjukkan hasil berkisar antara 0,016 0,0264 mg/l, dimana semuanya telah melampaui baku mutu untuk wisata bahari, yaitu 0,002 mg/l. Keadaan musim tahunan berpengaruh juga terhadap kandungan kadmium air laut, ketika musim penghujan terjadi pengenceran dan pada waktu musim kemarau lebih pekat karena penguapan yang tinggi. Pada tahun 2014, terjadi musim penghujan yang lebih panjang daripada musim kemarau, sehingga pada bulan April yang telah memasuki musim kemarau masih turun hujan walaupun sedikit. Jarak pengambilan sampel Bab II-90

141 yang pendek juga turut berpengaruh terhadap hasil.data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar berikut : Tabel Kandungan Kadmium (Cd) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,016* 0,0117* 0,002 Pantai Trisik mg/l 0,0264* - 0,002 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Gambar Grafik Kadar Kadmium Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Tingginya cadmium pada air laut di Kulonprogo kemungkinan disebabkan oleh limbah dari beberapa industri tersebut diatas, yang dibuang melalui sungai atau langsung ke laut. Dapat pula berasal dari sampah baterei bekas, pembuangan cat ke badan air dan sampah lain yang mengandung Cd. f. Logam Nikel (Ni) Bab II-91

142 Hasil pengukuran Nikel air laut pada dua periode menunjukkan kandungan nikel yang melampaui ambang batas (0,075mg/L), yaitu berkisar antara 0,0408 0,1273 mg/l. Konsentrasi nikel pada periode April lebih rendah daripada bulan Agustus. Hal ini menunjukkan bahwa kadar nikel air laut terpengaruh oleh musim. Pada musim kemarau tidak ada hujan sehingga tidak terjadi pengenceran air laut, akibatnya air laut bertambah pekat. Kadar nikel yang melampaui ambang batas pada air laut di Kulonprogo kemungkinan bersumber dari limbah industri, pembakaran sampah dan bahan bakar minyak. Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar grafik berikut : Tabel Kandungan Nikel (Ni) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,0408 0,1273* 0,075 Pantai Trisik mg/l 0,0493-0,075 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Gambar Grafik Fluktuasi Kadar Nikel di Kulonprogo Tahun 2014 g. Logam Seng (Zn) Bab II-92

143 Hasil pengukuran Seng air laut pada dua periode menunjukkan kandungan seng yang masih berada di bawah ambang batas (0,095 mg/l), yaitu antara 0,0097 0,0292 mg/l. Kandungan seng pada periode Agustus relatif lebih tinggi daripada periode April. Kemungkinan hal ini disebabkan pada musim kemarau banyak terjadi penguapan air laut, sehingga kadar air laut menjadi lebih pekat. Fluktuasi kadar seng dapat dilihat dalam gambar berikut : Tabel Kandungan Seng (Zn) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,0097 0,0292 0,095 Pantai Trisik mg/l 0,0145-0,095 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 h. Logam Air Raksa (Hg) Kandungan air raksa dalam air laut di Kulonprogo dalam dua periode pemantauan adalah antara 0, ,3 mg/l, dimana sebagian besar telah melampaui baku mutu (0,002 mg/l). Data lebih lengkap dalam tabel berikut : Tabel Kandungan Air Raksa (Hg) Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Lokasi Satuan April Bulan Agustus Baku Mutu Pantai Glagah mg/l 0,24* 0, ,002 Pantai Trisik mg/l 0,3* - 0,002 Sumber : Lab. Hidrologi dan Kualitas Air Fak. Geografi UGM Yogyakarta 2014 Ket :*) tidak sesuai dengan Baku Mutu Bab II-93

144 Kadar air raksa melampaui baku mutu terukur pada periode pemantauan April. Rata-rata kadar Hg pada pemantauan bulan April lebih tinggi daripada bulan Agustus. Seperti diketahui bahwa deposit air raksa tertinggi adalah di dalam tanah, sehingga kadar air raksa tinggi pada musim penghujan berasal dari sungai yang membawa material darat hingga berakhir di laut. Hal ini menunjukkan bahwa laju sedimentasi di sungai tinggi atau kurangnya tutupan vegetasi di daerah aliran sungai. Fluktuasi konsentrasi Hg air laut di Kulonprogo dapat dilihat dalam grafik berikut : Gambar Grafik Konsentrasi Hg Air Laut di Kulonprogo Tahun 2014 Laut merupakan badan air terakhir yang menampung pelepasan Hg, baik yang berasal dari proses pelepasan batu-batuan, maupun aktivitas industri dan pertanian. Bab II-94

145 Terumbu Karang, Padang Lamun dan Mangrove Gambar Tanaman Mangrove di Sempadan Sungai Jangkaran Temon Pada perairan laut di wilayah Kabupaten Kulonprogo tidak terdapat terumbu karang dan padang lamun. Sedangkan untuk mangrove terdapat di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon sebagai berikut : Tabel Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove No. Lokasi Luas Persentase Kerapatan 1. Pasir Mendit, Jangkaran Pasir Kadilangu, Jangkaran 1, Nglawang, Jangkaran 0, Jumlah 8,4 Catatan : Total terdapat 8.4 (data dari penelitian Yayasan Kanopi ekspose hasil kegiatan 2014, dasar Citra Landsat 2013). Data persentase dan kerapatan mengacu pada data Penambahan 1 ha cenderung di Pasir Mendit seiring dengan penanaman yang meningkat di Pasir Mendit. Bab II-95

146 Jika dibandingkan dengan Kriteria Baku Kerusakan Mangrove sesuai Kep.Men LH No. 201 Tahun 2004, kondisi tutupan mangrove di Kabupaten Kulon Progo dalam kriteria baik sedang. Gambar Peta Penggunaan Lahan Desa`Jangkaran Temon Selain itu Pemerintah Kabupaten Kulonprogo juga membentuk Forum DAS Serang untuk memudahkan koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta membentuk Kelompok Kerja Pengelolaan Mangrove dan Sempadan Pantai. Pembentukan forum dan kelompok kerja tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Kulonprogo. Dengan demikian pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut dapat ditingkatkan. F. Iklim Bab II-96

147 Suhu Udara Data suhu udara diambil dari 2 stasiun, yaitu Stasiun Pengamatan Cuaca Wates (50 m dpal) yang berada pada koordinat LS dan BT, mempresentasikan kondisi suhu di DAS Serang, dan Stasiun Pengamatan Cuaca Tegal (180 m dpal) yang terletak pada koordinat LS dan BT, Kecamatan Kalibawang, untuk mempresentasikan kondisi suhu di DAS Progo. Data yang diambil berasal dari pengumpulan data yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (Balai PSDA), Dinas PUP- ESDM DIY. Tabel Data Suhu Bulanan di Kulonprogo Tahun 2014 Nama Stasiun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Wates 28,23 27,59 27,95 27,63 26,89 27,52 27,6 27,56 27,35 27,47 27,45 27,35 Tegal 24,75 24,77 24,85 25,15 25,54 25,28 24,81 24,14 25,04 25,35 25,17 25,28 Variasi suhu pada stasiun yang sama dengan waktu yang berbeda nampak tidak terlalu berbeda jauh, baik itu pada data suhu maksimum, suhu minumum ataupun rerata. Akan terdapat perbedaan yang cukup menyolok jika dilihat dari masing-masing stasiun. Suhu di Stasiun Wates, cenderung lebih tinggi, daripada suhu pada Stasiun Tegal. Hal ini sekaligus mengindikasikan adanya variasi suhu jika dibandingkan dengan tinggi permukaan tanah. Stasiun Wates berada pada lokasi yang lebih rendah daripada Stasiun Tegal. Curah Hujan Di Kabupaten Kulonprogo curah hujan rata-rata per tahunnya mencapai 1.998,66 mm, dengan rata-rata hari hujan (hh) sebanyak 105 hari hujan per tahun. Pola hujan ini tidak terdistribusi secara merata sepanjang tahun. Curah hujan tinggi terjadi pada awal-awal tahun, yaitu pada Bulan Januari sampai April. Di pertengahan tahun, mulai pada Bulan Juni sampai Oktober terjadi penurunan curah hujan dan juga jumlah hari hujan dalam sebulan, bahkan pada Bulan September tidak terjadi hujan sama sekali. Akan tetapi pola ini berubah Bab II-97

148 menjelang akhir tahun, yaitu bulan November dan Desember, curah hujan kembali meningkat sampai pergantian tahun, bahkan curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Bulan Desember, yaitu sebesar 4752,3 mm. Data rata-rata curah hujan setiap bulan pada tahun 2013 dan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut : Tabel Curah Hujan Rata-rata di Kulonprogo Tahun 2014 Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Gambar Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Tahun Pola curah hujan di Kabupaten Kulonprogo berdasarkan peta isohyet didapat bahwa nilai curah hujan wilayah akan meningkat seiring meningkatnya ketinggian lokasi (hujan orografis). Peta Pola Curah Hujan (isohyet) di selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 45 berikut : Bab II-98

149 Gambar Peta Pola Curah Hujan di Kabupaten Kulon Progo G. Bencana Alam Bab II-99

150 Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 masih didominasi oleh jenis bencana yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya, antara lain tanah longsor, kekeringan, dan banjir. Karakter kejadian bencana alamnya tidak terkonsentrasi di satu tempat, melainkan menyebar di daerah-daerah rawan. Data kejadian bencana tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dan pada grafik berikut : Tabel Kejadian Bencana di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Kejadian Bencana No. Kecamatan Tanah Kebakaran Banjir Kekeringan Longsor Hutan 1. Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah 102 ( desa) 0 Sumber data : BPBD Kabupaten Kulonprogo (dalam LKPJ Bupati Kulonprogo, 2014) Banjir Gambar Grafik Kejadian Bencana Tahun Bab II-100

151 Menurut hasil kajian Pusat Vulkanologi Badan Geologi Kementerian ESDM RI daerah selatan (Temon, Panjatan, Galur) berdasarkan peta ancaman banjir merupakan daerah zona merah yang berarti memiliki tingkat ancaman banjir tinggi. Dataran rendah dengan ketinggian meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, dan sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0-2%, merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan merupakan kawasan rawan bencana banjir. Bencana banjir di Kabupaten Kulonprogo secara umum dirasakan oleh sebagian masyarakat pada wilayah pesisir dan wilayah yang berada di dekat bantaran sungai, yaitu di Kecamatan Pengasih, Panjatan, Wates, Galur, dan Temon. Banjir terjadi disamping karena faktor alam yaitu antara lain kondisi geografis yang merupakan dataran rendah, juga disebabkan kemampuan tanah untuk menyerap air sangat kurang. Banjir juga bertambah parah karena banyaknya sampah yang dibuang sembarangan ke dalam saluran air (selokan) dan sungai. Selain itu tumbuhnya enceng gondok yang menyebabkan selokan dan sungai menjadi dangkal sehingga aliran air terhambat dan menjadi meluap dan menggenang. Kurangnya daya serap tanah terhadap air, karena tanah telah tertutup oleh aspal jalan raya dan bangunan bangunan. Untuk tahun 2014 terdapat 4 kejadian banjir di Kecamatan Temon, Wates dan Lendah. Menurun dibandingkan dengan tahun 2013, terjadi 16 kejadian banjir, banjir genangan dan banjir arus. Wilayah ancaman banjir di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar berikut : Bab II-101

152 Gambar Peta Ancaman Bencana Banjir di Kabupaten Kulonprogo Kekeringan dan Kebakaran Hutan Bab II-102

153 Potensi bencana yang sering terjadi juga diakibatkan oleh kekurangan sumber daya air (kekeringan). Bencana kekeringan terutama terjadi pada musim kemarau, di wilayah perbukitan Menoreh terutama diakibatkan air hujan yang seharusnya menjadi air tanah tidak dapat diserap, atau langsung mengalir menuju ke hilir sungai. Bencana yang memerlukan perhatian serius yaitu bencana kekeringan Tahun 2014 kejadian kekeringan terjadi tersebar di 7 kecamatan, mencapai 25 desa (dengan 102 kejadian), dan menyebabkan 6550 KK warga Kabupaten Kulonprogo kesulitan mengakses air bersih. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan, karena pada tahun 2013 dan 2012 kekeringan tersebar pada 5 kecamatan, yang terdiri atas 17 desa dan KK. Sedangkan untuk bencana kebakaran hutan, di Kabupaten Kulon Progo tidak kebakaran hutan. Sejak tahun 2012 tidak pernah terjadi bencana kebakaran hutan. Ancaman bencana kekeringan dapat dilihat pada gambar berikut : Bab II-103

154 Gambar Peta Ancaman Bencana Kekeringan di Kabupaten Kulonprogo Bab II-104

155 Tanah Longsor dan Gempa Bumi Kulon Progo mempunyai wilayah dataran tinggi/ perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Samigaluh sebagian Nanggulan dan sebagian Pengasih. Menurut hasil kajian Pusat Vulkanologi Badan Geologi Kementerian ESDM RI daerah Pegunungan Menoreh (Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang) merupakan daerah dengan kerentanan gerakan tanah tinggi. Hal ini terjadi akibat adanya kandungan tanah yang berupa pelapukan batuan gunung berapi; tufa, breksi andesit dan tuf lapili yang bersifat gembur. Untuk tahun 2014 di wilayah Kabupaten Kulonprogo terjadi 142 kejadian bencana tanah longsor yang tersebar di 10 kecamatan. Dibandingkan dengan bencana tanah longsor yang terjadi pada tahun 2013 terjadi peningkatan yang sangat besar, tetapi masih lebih rendah dibandingkan kejadian pada tahun Hal ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain curah hujan dan juga perilaku manusia dalam mengelola alam sekitarnya. Sedangkan untuk gempa bumi, tidak ada kejadian bencana tersebut di Kabupaten Kulonprogo. Resiko bencana tanah longsor dapat dilihat pada berikut : Bab II-105

156 Gambar Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Kulonprogo Bab II-106

157 BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN A. Kependudukan Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo berdasarkan registrasi pada tahun 2014 sebesar jiwa, meningkat dibanding jumlah penduduk tahun 2013 sejumlah jiwa, sehingga pertumbuhan penduduk sebesar 0,30 %. Keadaan kependudukan di Kabupaten Kulonprogo selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : TabeI 3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun No Tahun Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan (%) , , , , ,30 Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo, 2014 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kulonprogo adalah 712,11 jiwa /km 2. Wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2014 adalah Kecamatan Wates yaitu jiwa /km 2, sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah pada Kecamatan Samigaluh 391,50 jiwa /km 2. Untuk kepadatan penduduk per kecamatan tahun dapat di sajikan dalam tabel dan gambar sebagai berikut : Tabel 3.2 Bab III-1

158 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kulonprogo Tahun No. Kecamatan Kepadatan Penduduk Temon 737,92 726,32 2. Wates ,16 3. Panjatan 812,54 807,16 4. Galur 952,10 958,16 5. Lendah 1.084, ,92 6. Sentolo 887,98 892,16 7. Pengasih 778,38 782,02 8. Kokap 461,91 463,77 9. Girimulyo 430,20 434, Nanggulan 733,99 740, Samigaluh 392,13 391, Kalibawang ,88 Gambar 3.1. Grafik Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo Tahun Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Bab III-2

159 Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, terdiri dari laki-laki jiwa (49,46%) dan perempuan jiwa (50,54%). Secara rinci menurut kecamatan sebagai berikut : Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No Kecamatan Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah Perbandingan komposisi menurut jenis kelamin tahun sebagai berikut : Gambar 3.2. Grafik Penduduk menurut Jenis Kelamin Tahun Komposisi Penduduk Menurut Umur Bab III-3

160 Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2014 didominasi kelompok usia produktif dengan usai 20 sd. 59 tahun yakni sebesar jiwa atau 55,20 %, sedangkan usia muda umur 0 sd. 19 tahun sebanyak jiwa (27,54 %), dan yang minoritas adalah kelompok usia tua 60 tahun keatas sebanyak jiwa (17,26 %). Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan Struktur Usia (Kelompok Umur) Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Umur Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase (%) ,015 13,024 27,039 6, ,211 14, , ,116 14,365 29,481 7, ,856 14,096 28,952 6, ,664 14,433 29,097 6, ,265 13,394 26,659 6, ,937 15,132 30,069 7, ,171 15,032 30,203 7, ,414 14,604 29,018 6, ,689 16,335 32,024 7, ,737 14,687 28,424 6, ,198 12,769 24,967 5, ,625 9,805 19,430 4, ,022 8,533 15,555 3, ,684 7,961 14,645 3, >75 9,890 12,540 22,430 5,37 Jumlah 206, , , ,00 Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab Kulonprogo, 2014 Komposisi penduduk ini menunjukkan mobilitas yang tinggi, dengan struktur jumlah penduduk yang didominasi oleh kelompok penduduk usia produktif yang menunjukkan efektivitas penduduk yang tinggi. Selanjutnya komposisi penduduk digambarkan dalam grafik sebagai berikut : Bab III-4

161 Gambar 3.3. Grafik Komposisi Penduduk menurut Usia Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk menurut pendidikan didominasi berpendidikan dasar (SD dan SLTP/Sederajat) orang (40,13%) dan berpendidikan menengah orang (25,12%). Selanjutnya berpendidikan tinggi (Diploma/Strata I/Pasca Sarjana) sebesar orang (5,8%). Secara rinci data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dalam tabel berikut : Tabel 3.5. Data Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-5

162 No. Tingkat Pendidikan Penduduk (jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase (%) 1. Tidak / Belum Sekolah ,14 2. Tidak Tamat SD ,82 3. Tamat SD ,61 4. SLTP ,53 5. SLTA ,12 6. Diploma D1, D ,66 7. Diploma ,37 8. Strata ,63 9. Strata , Strata ,007 Jumlah Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo Data penduduk menurut tingkat pendidikan tahun 2013 dibandingkan dengan data tahun 2014 dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut : Gambar 3.4. Grafik Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun Jumlah Rumah Tangga / KK Jumlah Rumah Tangga /Kepala Keluarga di Kabupaten Kulonprogo pada Tahun Bab III-6

163 2013 sejumlah KK, sedangkan tahun 2014 sejumlah atau bertambah (28,33%), dan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.6. Jumlah Rumah Tangga/ Kepala Keluarga Menurut Kecamatan Kabupaten Kulonprogo Tahun No Kecamatan Kepala Keluarga Temon Wates Panjatan Galur Lendah Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Nanggulan Samigaluh Kalibawang Jumlah Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kulonprogo Penduduk Wilayah Pesisir / Laut Untuk penduduk yang berdomisili di wilayah pesisir dan laut terdapat pada 4 wilayah kecamatan, yaitu Temon, Wates, Panjatan dan Galur yang terdiri atas 41 desa dengan jumlah penduduk jiwa ( KK). Hampir sepertiga (33,42%) jumlah penduduk Kabupaten Kulonprogo bertempat tinggal di wilayah pesisir dan laut. Tabel 3.7. Penduduk Wilayah Pesisir dan Laut Kulonprogo Tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk Kepala Keluarga ( KK ) L P L+P L P L+P 1. Temon Wates Panjatan Galur Jumlah B. Permukiman Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah melaksanaan program dan kegiatan di bidang permukiman untuk meningkatkan pelayanan infrastruktur wilayah. Untuk Bab III-7

164 itu dilaksanakan penanganan lingkungan sehat permukiman, pemberdayaan komunitas perumahan dan penanganan sampah. Program pengembangan perumahan dilaksanakan pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Desa Triharjo, Kecamatan Wates yang ditujukan pada masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah, hal ini sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam rangka meningkatkan pelayanan bidang pemukiman. Program Lingkungan Sehat Permukiman telah berhasil mengurangi jumlah rumah tidak layak huni, dari jumlah semula menjadi rumah. Untuk penanganan rumah tidak layak huni ini dilaksanakan program lintas sektoral yang melibatkan juga Kementerian Perumahan Rakyat, Dinas Sosial, Badan Amal Zakat, Infaq dan Shodaqoh Kulonprogo dan Kecamatan, program corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan pihak lainnya. Untuk itu perlu keperdulian lapisan masyarakat yang mempunyai strata lebih sejahtera. Kebijakan stimulan bedah rumah dari dana non APBD dan pengembangan kegotongroyongan yang melandasi kegiatan tersebut dapat mempercepat terhadap pengurangan jumlah rumah tidak layak huni. Selain itu dilakukan juga terobosan-terobosan mencari sumber pendanaan bagi ketersediaan prasarana umum perumahan di luar APBD, yaitu dengan mengembangkan jaringan program di berbagai kementerian yang terkait. Data tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : Bab III-8

165 Gambar 3.5. Grafik Peningkatan Jumlah Rumah dan Rumah Layak Huni Tahun Kelayakan sebuah bangunan rumah untuk dihuni tentu tidak hanya dari sisi fisik bangunan rumah inti saja, tetapi juga kelayakan lingkungan permukiman rumah, harus tersedia instalasi pengolahan air limbah rumah tangga, ketersediaan sarana air bersih dan juga sarana dan prasarana pengelolaan sampah; Sumber Air Minum Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 yang telah diolah oleh Tim Penyusun SLHD, bahwa rumah tangga Kabupaten Kulon Progo yang menggunakan sumber air minum ledeng sejumlah KK (43,62%); sumber dari sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan sejumlah KK (62,28%), untuk pengguna dua sumber air minum ini jumlahnya melebihi 100%, karena pada umumnya rumah tangga yang menggunakan air ledeng (pelanggan PDAM) juga mempunyai sumur gali sebagai sumber air minumnya. Sedangkan untuk pengguna air sungai, dan air kemasan tidak tersedia data dan ada 2 rumah tangga yang menggunakan air hujan sebagai sumber air minum. Bab III-9

166 Untuk 2 rumah tangga yang masih menggunakan air hujan ini, karena pada musim kemarau panjang sumur mereka benar-benar kering dan menggunakan PAH untuk menampung air hujan. Tahun 2014, PPEJ Kementerian Lingkungan Hidup membangun Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) sejumlah 28 unit untuk wilayah rawan kekeringan di Desa Banjarharjo Kalibawang dengan sasaran masyarakat miskin, agar mereka bisa mengakses air bersih disaat musim kemarau panjang. Berikut contoh IPAH dibawah ini : Gambar 3.6 Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di Kalibawang Tahun 2014 Menurut data capaian MDGs tahun 2014 dari Bappeda Kulonprogo, penduduk yang memiliki akses terhadap air minum di Kabupaten Kulonprogo sebesar 90,04 %. Tetapi jika mengacu pada jumlah rumah tangga dengan sumber air minumnya dapat dikatakan bahwa seluruh penduduk di Kabupaten Kulonprogo sudah dapat mengakses air bersih sebagai sumber air minumnya. Data tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut : Bab III-10

167 Gambar 3.7. Grafik Jumlah Rumah Tangga dan Sumber Air Minum di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Sampah Program Pengembangan kinerja persampahan dilakukan untuk meningkatkan daya tampung tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah sementara yang dilayani adalah di sentra-sentra permukiman di wilayah Kota Wates dan di pasar-pasar negeri yang tersebar di dua belas kecamatan. Dengan berubahnya paradigma pengelolaan sampah dari pengangkutan sampah ke TPA menjadi penanganan sampah pada sumbernya, maka sampah diolah dahulu, dipilah dibantu oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada TPST 3R dan sisanya baru di angkut ke TPA, tentunya dengan semakin sedikit sampah yang diangkut ke TPA artinya semakin banyak sampah yang diolah oleh KSM dengan demikian pemberdayaan masyarakat melalui KSM optimal. Data TPA dan TPST 3R adalah sebagai berikut : Bab III-11

168 Tabel 3.8. TPA dan TPST 3R di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Jenis Prasarana Lokasi Luasan (m 2 ) 1. TPA 3R Banyuroto Banyuroto,Nanggulan TPST 3R Sampurno Asih Tobanan, Pengasih TPST 3R Melati Beji, Wates TPST 3R Asri Mulyo Bendungan, Wates TPST 3R Asri Sentolo Lor Sumber data : DPU Kab Kulonprogo, 2014 Untuk TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang berada di Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan seluas ± 2,5 Ha, dengan sistem Control Landfill. TPA baru mengolah sampah yang diangkut oleh DPU sejumlah ± m 3 /hari, sedangkan perkiraan timbulan sampah per hari dihitung berdasarkan literatur jumlah sampah yang dihasilkan untuk kategori kota kecil adalah 0,003 m3/orang/hari, sehingga dengan jumlah penduduk jiwa, untuk Kabupaten Kulonprogo diperoleh jumlah sampah 1.252,419 m 3 /hari. Timbulan sampah akan semakin besar seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Perbandingan timbulan sampah tahun 2013 dan 2014 sebagai berikut : Gambar 3.8. Grafik Jumlah Timbulan Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun Bab III-12

169 Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Ada yang sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, namun masih ada juga masyarakat yang membakar sampah dan membuang ke sungai. Untuk tahun 2014 di Kabupaten Kulonprogo telah tumbuh dan berkembang dengan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat selain TPST 3R yaitu dengan Bank Sampah. Tentu sistem ini sangat membantu untuk mengurangi perilaku membakar dan membuang sampah di sungai. Data bank sampah di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.9. Data Bank Sampah di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 No. Nama Bank Sampah Alamat Sadidu 29 Wonosidi Lor RW 29, Wates 2. Melati Kembang, Margosari, Pengasih 3. Maju Sehati Wonosidi Lor RW 30 dan 31, Wates 4. Uwuh Harjo Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang 5. Uwuh Mulyo Segajih, Hargotirto, Kokap 6. Wijaya Kusuma Karangwuluh Kidul, Temon 7. Skansa SMKN 1 Pengasih 8. Bunda Mandiri Banyunganti Kidul, Kaliagung, Sentolo 9. Ngudi Resik Mejing, Banjararum, Kalibawang 10. Bumi Arum Lestari Sayangan, Banjararum, Kalibawang 11. Arum Berseri Kagongan, Banjararum, Kalibawang 12. Kuncup Asri Kepiton, Banjarasri, Kalibawang 13. Banjar Lestari Banjaran, Banjaroya, Kalibawang 14. Resik Manfaat Tulangan, Ngargosari, Samigaluh 15. Pulung Sari Tegalsari, Ngargosari, Samigaluh 16. Lestari Pucung, Ngargosari, Samigaluh 17. Rejeki Nguntukuntuk, Ngargosari, Samigaluh 18. Sumber Rejeki Ngaran III, Banjarsari, Samigaluh 19. Sido Asri Pengos A, Gerbosari, Samigaluh 20. Legowo Dukuh, Gerbosari, Samigaluh 21. Tinalah Asri Pagutan, Purwoharjo, Samigaluh 22. Ngudi Resik Kalirejo Lor, Pagerharjo, Samigaluh 23. Sulur Permai Samigaluh 24. Pulung Rejeki Pundak Lor, Kembang, Nanggulan 25. Sapu Jagad Plugon, Donomulyo, Nanggulan 26. Tanjung Berkah Tanjung Gunung, Tanjungharjo, Nanggulan 27. Rizki Mulia Ngrojo, Kembang, Nanggulan 28. Pelopor Kebersihan Cepitan, Wijimulyo, Nanggulan 29. Sekar Sekawan Pundak Tegal, Kembang, Nanggulan 30. Utama Jonggrangan, Jatimulyo, Girimulyo 31. Menoreh Sukomoyo 12, Jatimulyo 32. Mekar Asri Sukomoyo 10, Jatimulyo 33. Pemuda Jonggrangan 95, Jatimulyo 34. Wanita Jonggrangan 96, Jatimulyo 35. Barokah Sidomulyo, Pengasih Bab III-13

170 36. Mugi Makmur Garang, Tawangsari, Pengasih 37. Gemah Ripah Nabin, Sidomulyo, Pengasih 38. Widodaren Parakan, Sidomulyo, Pengasih 39. Hijau Daun Klegen, Sendangsari, Pengasih 40. Kompak Kutogiri, Sidomulyo, Pengasih 41. Bakung Asri Cemetuk, Kedungsari, Pengasih 42. Obika Karangasem, Sidomulyo, Pengasih 43. Ngudi Resik Kopok Kulon, Tawangsari, Pengasih 44. Karya Muda Kepek, Pengasih 45. Tambah Rejeki Gedangan, Sentolo 46. Dadi Migunani Gedangan, Sentolo 47. Harapan Makmur Banyunganti Lor, Kaliagung, Sentolo 48. Berokah Wora-wari, Sukoreno, Sentolo 49. Rahayu Banggan, Sukoreno, Sentolo 50. Berkah Kuncen, Bendungan, Wates 51. Mawar Mekar Durungan, Wates 52. Flamboyan Sebokarang, Wates 53. Migunani Kedungdowo, Wates 54. Sehat Sideman, Giripeni, Wates 55. Teratai Putih Graulan, Giripeni, Wates 56. Sido Mulyo Sambong, Hargorejo, Kokap 57. Sarwo Guno Selo Timur, Hargorejo, Kokap 58. Ngudi Rejeki Tegalrejo, Hargowilis, Kokap 59. Ngudi Makmur Bibis, Hargowilis, Kokap 60. Berkah Tirto, Hargotirto,Kokap 61. Sekar Mandiri Plumbon, Temon 62. QT. A Panginan, Sindutan, Temon 63. Mestiti Nagung, Kedundang, Temon 64. Melati 2 Kledekan, Jangkaran, Temon 65. Asri Lestari Salam 3, Plumbon, Temon 66. Migunani Bangeran, Bumirejo, Lendah 67. Resik Geden, Sidorejo, Lendah 68. Mapan Bonosoro, Bumirejo, Lendah 69. Ngugemi Kepek, Jatirejo, Lendah 70. Uwuh Berkah Tubin, Sidorejo, Lendah 71. Bangun Lestari Panjatan 72. Sekar Mandiri Panjatan 73. Bina Sejahtera Depok XI, Panjatan 74. Guyup Rukun Panjatan Sumber data : KLH Kabupaten Kulonprogo, 2014 Tempat Buang Air Besar Bab III-14

171 Sistem pembuangan kotoran manusia erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit, khususnya penyakit pada saluran pencernaan. Berdasarkan data tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo, sebagian besar rumah tangga KK (78,37%) telah mempunyai tempat buang air besar sendiri (jamban keluarga). Sedangkan yang menggunakan tempat buang air besar bersama yakni sejumlah 156 KK (0,1%) dan pengguna fasilitas tempat buang air besar umum atau MCK komunal sejumlah serta yang tidak ada data tempat buang air besarnya tidak tersedia data. Dibandingkan dengan data tahun 2013 adalah sebagai berikut : Gambar 3.9. Grafik Tempat BAB di Kab Kulonprogo Tahun Menurut data capaian MDGs dari Bappeda Kulonprogo, bahwa prosentase capaian penduduk yang memiliki jamban sehat pada tahun 2014 adalah 81,8%. Tempat pembuangan air besar kebanyakan menggunakan model leher angsa, cemplung/cubluk dan plengsengan. Sarana sanitasi lingkungan di Kabupaten Kulonprogo secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah kurang memenuhi ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di wilayah pedesaan seperti masih menggunakan jamban cemplung (cubluk) terbuka. Secara Bab III-15

172 umum penanganan air limbah rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah mempergunakan sistem setempat (onsite system) berupa : jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan tangki septik; jamban tuang siram pribadi yang dihubungkan dengan cubluk tunggal (cemplung tertutup); jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Secara umum kondisi permukiman yang meliputi sumber air minum, sarana pembuangan sampah serta sarana pembuangan kotoran/ buang air besar di wilayah Kabupaten Kulonprogo tahun 2014 sudah ada peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012 dan Dari data capaian MDGs tahun 2014, bahwa desa yang telah melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di Kabupaten Kulonprogo mencapai 73,86% atau 65 dari 88 desa/kelurahan. C. Kesehatan Angka Harapan Hidup Kabupaten Kulonprogo untuk tahun 2014 sebesar 75,20 meningkat dibanding angka tahun 2013 sebesar 75,03 tahun Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Kulonprogo ini juga berada di atas rata-rata angka harapan hidup provinsi tercatat sebesar 73,62 tahun. Hal ini menunjukkan keberhasilan capaian pembangunan manusia bidang peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Perhitungan Usia Harapan Hidup (UHH) dalam lima tahun terakhir dapat disajikan dalam gambar sebagai berikut : Bab III-16

173 Gambar Grafik Usia Harapan Hidup di Kabupaten Kulonprogo Tahun Angka kematian Ibu tahun 2014 tercapai 94,25/ KH dan secara absolut jumlah kematian Ibu tahun 2014 sudah menurun yaitu dari 7 kasus pada tahun 2013 menjadi 5 kasus pada tahun 2014, sedang untuk angka kematian bayi sudah dapat diturunkan yaitu dari 18,23/1.000 KH pada tahun 2013 menjadi 11,49/1.000 KH pada tahun Data tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel Indikator Pembangunan Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Tahun No. Uraian Tahun Angka Kematian Ibu (AKI) 52,67/ KH 132/ KH 94,25/ KH 2. Angka Kematian Bayi (AKB) 12,1/ 1000 KH 18,23/ 1000 KH 11,49/1000 KH Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo, 2014 Bab III-17

174 Jenis-jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013, ada beberapa yang bergeser peringkat jumlah penderitanya. Data tersebut dapat disajikan dalam gambar berikut : Gambar Grafik Penyakit Utama di Kab. Kulonprogo Tahun a. Pertanian Bab III-18

175 Kabupaten Kulonprogo mempunyai dua kawasan pertanian yaitu kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Untuk tahun 2014, luas lahan pertanian/sawah di Kabupaten Kulonprogo adalah Ha masih tetap sama dengan tahun Kawasan pertanian lahan basah merupakan kawasan pertanian yang tersedia air terus menerus sepanjang tahun dan cocok untuk komoditas tanaman padi dengan ciri pengolahan tanah sawah. Kawasan ini digunakan tidak hanya sebagai lahan produksi tetapi juga digunakan sebagai daerah resapan air. Berdasarkan kriteria tersebut maka persebaran lahan pertanian basah meliputi sebagian wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Sedangkan untuk kawasan pertanian lahan kering adalah areal pertanian yang tidak tersedia air secara baik dan cocok untuk tanaman serta sistem pengolahan lahan kering. Tanaman yang dimaksud meliputi tanaman pangan dan holtikultura dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk kegiatan pertanian lahan kering dalam meningkatkan produksi pangan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Lahan sawah merupakan lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan tanaman pangan, mengingat kehidupan manusia tergantung bidang pertanian sehingga tidak mengherankan jika sektor pertanian mempunyai peran penting dalam pembangunan khususnya di Kabupaten Kulonprogo. Lahan sawah di Kabupaten Kulonprogo meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi semi teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah tadah hujan. Penggunaan lahan untuk sawah di Kabupaten Kulonprogo bervariasi, ada yang dengan frekuensi penanaman 1 kali/tahun, dan 2 kali/tahun, dengan lama penanaman 90 hari/periode. Perkiraan sumbangan emisi gas metan (CH4) dari Bab III-19

176 lahan sawah terbesar terjadi pada lahan dengan musim tanam 2 kali/tahun, karena yang menggunakan frekuensi penananam ini paling banyak yaitu seluas Ha. Penggunaan Pupuk Kenyataan di lapangan, petani sudah mengurangi pemakaian pupuk kimia, dan kembali menggunakan kompos, karena lebih ekonomis dan petani juga sudah mulai sadar dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kompos ini diproduksi oleh kelompok-kelompok masyarakat/petani setempat. Penggunaan pupuk untuk padi dan palawija tahun 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Grafik Penggunaan Pupuk Tahun Dari grafik dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk kimia meningkat, dan pupuk petroganik menurun, hal tersebut disebabkan perubahan kuota pupuk bersubsidi. Sedangkan data penggunaan pupuk non subsidi tidak tersedia, sehingga tidak dapat diperbandingkan penggunaannya. Untuk tanaman perkebunan, penggunaan pupuk urea : 155 ton, SP 36 : 5 ton, ZA : 253 ton, NPK : 441 ton dan organik : 150 ton. Peternakan Bab III-20

177 Data populasi ternak tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel Populasi Terbesar Hewan Ternak di Kabupaten Kulonprogo Tahun No Jenis Ternak Populasi Tahun 2013 Tahun 2014 Perubahan (%) I Ternak Besar (7,68) 1. Sapi potong (7,60) 2. Sapi perah (40,00) 3. Kerbau (17,59) 4. Kuda (29,41) II Ternak Kecil (1,93) 1. Kambing *) 0,32 2. Domba (3,84) 3. Babi (43,68) 4. Kelinci (5,18) III Unggas ,01 1. Ayam buras (3,13) 2. Ayam petelur ,71 3. Ayam ras pedaging ,27 4. Itik **) (4,38) 5. Burung puyuh ,44 Keterangan : *) Kambing lokal dan Kambing PE **) Itik dan Itik Manila Sumber : Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Kulonprogo, 2014 Hewan ternak besar yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat Kulonprogo adalah jenis kambing dengan jumlah populasi ekor, kemudian sapi potong ekor dan domba ekor. Dan untuk hewan unggas adalah ayam ras/pedaging dengan jumlah populasi ekor, ayam petelur ekor dan kemudian ayam buras/kampung ekor. Sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) dari pupuk kandang terbesar berasal dari hewan ternak sapi potong kemudian baru kambing, sedangkan untuk perkiraan emisi gas metan (CH4) Bab III-21

178 dari fermentasi pencernaan terbesar adalah sapi potong, kemudian kambing dan domba. Untuk unggas perkiraan emisi gas metan (CH4) terbesar adalah dari pupuk kandang kotoran ayam ras/pedaging, kemudian ayam petelur, dan ayam buras/kampung. Sedangkan untuk mengetahui ternak besar, kecil maupun unggas yang mempunyai populasi besar disajikan dalam gambar sebagai berikut : Gambar Grafik Populasi Terbesar Hewan Ternak Kab Kulonprogo Tahun Kebutuhan Air Bab III-22

179 Kegiatan sektor pertanian yang meliputi : pertanian, perikanan dan peternakan membutuhkan air untuk keberlangsungan kegiatannya. Adapun data kebutuhan air untuk sektor tersebut adalah : Tabel 3.12 Kebutuhan Air Sektor Pertanian Kabupaten Kulon Progo No. Kecamatan Kebutuhan Air (juta m 3 ) Peternakan Pertanian Perikanan Total 1. Samigaluh 0, ,8262 0, , Kalibawang 0, ,9765 0, , Nanggulan 0, ,0953 0, , Girimulyo 0,1077 8,0270 0,0383 8, Sentolo 0, ,5308 0, , Pengasih 0, ,4428 0, , Kokap 0,1231 2,2373 0,0781 3, Lendah 0, ,4514 0, , Temon 0, ,7446 0, , Wates 0, ,7588 0, , Panjatan 0, ,0643 0, , Galur 0, ,2417 0, ,4349 Total 1, ,3968 1, ,5547 Sumber : Hasil Analisis Buku Neraca Sumber Daya Alam Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2013 b. Industri Bab III-23

180 Industri Kecil Industri kecil di Kabupaten Kulonprogo dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar yaitu : 1. Industri pengolahan pangan : tahu, tempe, emping, krimpying, jenang, minyak kelapa, gula, jamu, slondok, growol, dll; 2. Industri sandang dan kulit : batik tulis konveksi, bordir dan kerajinan kulit; 3. Industri kimia dan bahan bangunan : gamping, genteng, gerabah, bata merah dan minyak atsiri; 4. Industri Logam dan Jasa : pande besi, kaleng dan las 5. Kerajinan dan umum : meubel, kerajinan enceng gondok, kerajinan sabut kelapa, anyaman bambu, imitasi, serat tumbuhan dan wayang golek. Industri yang beroperasi di Kabupaten Kulonprogo, didominasi oleh industri kecil. Data industri kecil disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel Industri Kecil di Kabupaten Kulonprogo Tahun Tahun No. Uraian Sentra Industri Unit Industri Sumber : Dinas Perindag ESDM Kabupaten Kulonprogo, Tahun 2014 Industri Sumber Pencemar Air Kegiatan usaha yang berpotensi menimbulkan pencemaran air di Kulonprogo tersebar pada dua belas kecamatan Adapun data sumber pencemar air di Kabupaten Kulonprogo dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Jumlah Sumber Pencemar Air berdasarkan Jenisnya di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Bab III-24

181 No. Nama Kegiatan Jumlah Persentase (%) 1 Pelayanan Kesehatan 31 17,42 2 Industri ,10 3 Jasa Pariwisata 6 3,37 4 Lain-lain 18 10,11 Total Sumber : Data Sumber Pencemar DIY Tahun 2013 Pada tabel 45 terlihat bahwa kegiatan industri masih merupakan kegiatan dominan (69,10%) yang menjadi sumber pencemar air disusul kegiatan pelayanan kesehatan (17,42%) dan jasa pariwisata (3,37%). Data sebaran sumber pencemar air tersebut disajikan juga dalam bentuk gambar peta sebagai berikut : Bab III-25

182 Gambar Peta Persebaran Sumber Pencemar Air di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014, pemeriksaan sampel air terkait upaya pencegahan pencemaran air dari limbah usaha dan / atau kegiatan dilakukan pada sebanyak 5 titik lokasi usaha yaitu : pelayanan kesehatan, industri wig dan UMKM batik. Adapun hasil uji laboratorium terhadap limbah cair tersebut, sebagai berikut : Tabel Hasil Uji Kualitas Limbah Cair Industri Tahun 2014 Hasil Uji Limbah Cair pada Sarana Pelayanan Kesehatan : Bab III-26

183 Lokasi BMAL DIY Parameter Satuan RSUD Wates RS St Ysf Boro RS PKU Muh Nanggulan Pergub DIY 7/2010 TSS mg/l 48,1 36,3 34,1 30 TDS mg/l Temperatur C ph -- DO mg/l BOD mg/l COD mg/l Amoniak (NH3-N) mg/l Pospat (PO4-P) mg/l Detergen sbg mg/l MBAS ,7 29,3 27 7,30 7,43 7,64 7,59 8,61 3,44 2,03 2,19 5,48 80,11 66,76 80,11 0,155 0,064 0,135 3,11 1,91 0,02 0,93 0,56 0, ,0 9, ,1 2 5 Minyak dan Lemak mg/l Fenol mg/l 0,144 0,012 0,085 0,5 Coliform total MPN/100ml Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Batik UKM Batik Faras : Parameter Satuan Hasil Uji BMAL DIY Pergub DIY 7/2010 TSS mg/l 203,4 200 TDS mg/l Temperatur C 24,5 Deviasi 3 C DHL µmhos/cm 3220, ph -- 8,01 6,0 9,0 DO mg/l 8,62 - BOD mg/l 58,42 50 COD mg/l 141, Hasil Uji Limbah Cair pada Industri Wig PT. Sunchang Indonesia : Bab III-27

184 Parameter Satuan Hasil Uji BMAL DIY Pergub DIY 7/2010 TSS mg/l 21,3 50 TDS mg/l Temperatur C 24,2 Deviasi 3 C DHL µmhos/cm 1973, ph ,0 9,0 DO mg/l 7,43 - BOD mg/l 60,49 50 COD mg/l 101,4 125 Detergen sbg MBAS mg/l 0, Minyak dan lemak mg/l 8 5 Sumber : Data primer KLH Kulon Progo, 2014 Dari hasil pengujian kualitas limbah cair industri tersebut, diperoleh data bahwa ada beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu yang ditentukan (Pergub DIY No. 7/2010), terutama untuk UMKM industri batik. Hal ini karena sistem pengolahan limbah cair yang ada belum sempurna. Untuk tahun 2014 ini telah dibangun Ipal Komunal limbah batik dan diharapkan tahun 2015 sudah bisa dioperasionalkan, sehingga sumber pencemar dari industri batik ini dapat dikendalikan. Industri Sumber Pencemar Udara Bab III-28

185 Kegiatan dan atau usaha yang berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara di Kulonprogo antara lain : 1. Usaha Peternakan (ayam, unggas, sapi dan kambing), pencemaran yang ditimbulkan adalah bau; 2. Industri AMP dan Stone Chruser serta SPBE yang berpotensi menimbulkan bau gas; 3. Industri Arang Briket, di Kabupaten Kulonprogo ada dua industri kategori menengah untuk arang briket, yaitu PT. Kurnia Bumi Pertiwi dan PT. Aneka Sinendo. Tabel Persebaran Potensi Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo No. Kecamatan Industri Utilitas Jumlah % 1. Temon ,9 2. Wates ,2 3. Panjatan Galur ,9 5. Lendah Sentolo ,8 7. Pengasih ,5 8. Kokap Girimulyo Nanggulan ,8 11. Samigaluh Kalibawang ,8 Jumlah Sumber data : Survey Lapangan BLH DIY Tahun 2012 Dari hasil survey lapangan tahun 2012, ada beberapa sumber pencemar udara yang sudah tidak sesuai (berhenti beroperasi, dll). Untuk tahun 2014, dilakukan survey Bab III-29

186 lapangan untuk dilakukan uji kualitas emisi udara dari sumber tidak bergerak. Industri tersebut antara lain : Tabel Data Sumber Pencemar Udara Tidak Bergerak Kabupaten Kulonprogo No. Nama Industri Jenis Industri Sumber Emisi Jumlah 1. PT. Aneka Sinendo Arang Briket Oven kayu (tungku 1 pembakaran) 2. PT. Kurnia Bumi Pertiwi Arang Briket Oven kayu (tungku 1 pembakaran) 3. PT. Selo Adi Karto AMP Generator Set 1 4. CV. Surya Mekar Pupuk Dryer 1 5. CV. Kurnia Agung Mi Soon Generator Set 1 Sumber data : Hasil survey lapangan, 2014 Tabel Hasil Uji Emisi Sumber Tidak Bergerak Tahun 2014 No. Nama Industri Baku Mutu Hasil Uji NO 2 SO 2 Partikel Opasitas (%) 35 (%) (mg/m 3 ) (mg/m 3 ) 1. PT. Aneka 72,038 21, , Sinendo 2. PT. Kurnia Bumi Pertiwi 109,09 43, , PT. Selo Adi 3. Karto 40,538 25,33 24, CV. Surya 4. Mekar 57,258 17, , CV. Kurnia 5. Agung 88,866 79,201 30, Sumber data : Hasil uji laboratorium, 2014 Berdasar Kep.Gub.DIY No. 169/2003 tentang BM Emisi Sumber Tidak Bergerak di DIY Dari hasil uji laboratorium, bahwa untuk parameter NO 2, SO 2 dan Opasitas, dengan sumber emisi tungku pembakaran, genset maupun dryer, semuanya masih dalam keadaan baik dibawah baku mutu yang diperuntukkan. Sedangkan untuk Bab III-30

187 parameter partikel debu, ada satu sumber emisi yang melebihi baku mutu, yaitu pada PT. Kurnia Bumi Pertiwi dengan sumber emisi generator set. c. Pertambangan Kegiatan penambangan di Kabupaten Kulonprogo telah berlangsung cukup lama, dan dikenal dengan tambang tradisional yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk keperluan hidup mereka sendiri seperti penambangan batu dan pasir di sekitar Sungai Bab III-31

188 Progo. Akan tetapi sekarang telah berkembang dengan cepat dan ditemukannya beragam jenis cadangan bahan mineral di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo. Gambaran mengenai cadangan sumberdaya mineral dan batubara yang terdapat di Kabupaten Kulonprogo, adalah sebagai berikut : Tabel Potensi Bahan Mineral di Kabupaten Kulonprogo (m 3 ) No Bahan Galian Potensi (m3) 1 Andesit Barit Batubara Batu Lanau Tufan Batugamping Batupasir Tufan Kuarsaan Bentonit / Abu Bumi Breksi Andesit Breksi Batuapung Breksi Polemik Emas Tak Terukur 13 Gipsum Kaisedon Lempung Mangan Pasir Pasir Besi (dalam ton) Tras Sumber : Dinas PUP ESDM DIY, 2011 Keterangan: yang dicetak tebal adalah bahan galian potensi Selanjutnya untuk peta potensi sumber daya mineral di Kabupaten Kulon Progo disajikan dalam gambar berikut : Bab III-32

189 Gambar Peta Potensi Mineral di Kabupaten Kulonprogo Bab III-33

190 Di Kabupaten Kulonprogo terdapat 19 jenis bahan galian seperti disajikan pada Tabel diatas. Dari kesembilan belas jenis bahan galian tersebut ada 4 jenis yang diproduksi secara kontinyu sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2014 yaitu andesit, batugamping, bentonit/abu bumi dan pasir. Program Pengawasan dan Penertiban Kegiatan Rakyat yang Berpotensi Merusak Lingkungan pada tahun 2014, diimplementasikan melalui kegiatan Pengawasan dan Penertiban Usaha Pertambangan dan Energi. Kegiatan ini dapat terealisasi berupa pengawasan pertambangan sejumlah 60 kali dengan sasaran kegiatan pertambangan berijin dan tanpa ijin, pelaksanaan reklamasi dan koordinasi penyelesaian permasalahan pertambangan di lokasi pertambangan. Selain itu, juga dapat diterbitkan surat perintah untuk menghentikan kegiatan penambangan bagi pelaku kegiatan penambangan tanpa ijin (Peti) sejumlah 17 buah dan surat teguran bagi kegiatan pertambangan berijin sejumlah 23 buah serta surat pembinaan dan arahan teknis penambangan dan lingkungan tambang sebanyak 16 buah. Pertambangan di Kulonprogo sebagian besar merupakan kegiatan pertambangan rakyat, sebagian kecil lainnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha. Usaha pertambangan saat ini banyak dilakukan di sektor hulu yaitu penambangan atau penggalian. Kegiatan di sektor pengolahan melalui industri pertambangan yang dilakukan oleh dunia usaha masih terbatas pada penggilingan batu. Dalam rangka mengatur usaha pertambangan pemerintah daerah telah menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara. Untuk kegiatan pelayanan dan penyuluhan perijinan pertambangan tahun 2014, telah terlaksananya pelayanan perijinan usaha pertambangan operasi produksi batuan (andesit dan pasir) sejumlah 53 buah, IUJP sejumlah 4 buah dan surat keterangan terdaftar 7 buah. Bab III-34

191 Data tentang luas areal dan produksi pertambangan menurut jenis bahan galian tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013 adalah sebagai berikut : Gambar Grafik Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan Galian Tahun d. Energi Bab III-35

192 Program Diversifikasi, Intensifikasi dan Konservasi Energi direalisasikan dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian ini telah memberikan data dan informasi mengenai jenis, klasifikasi serta kapasitas dan potensi energy primer (listrik, BBM, elpiji) serta energi alternatif berupa energi air, angin, matahari, biogas dan biomassa. Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Kulonprogo adalah sumber energi konvensional seperti, kayu bakar/arang/biomassa, minyak tanah, solar, bensin, LPG serta energi listrik, yang penggunaannya paling besar untuk rumah tangga. Pelayanan kelistrikan hampir seluruhnya bersumber dari PLN yaitu sejumlah rumah tangga atau meningkat dari tahun 2013 yang berjumlah dan sebagian kecil yang tidak bersumber dari PLN seperti unit-unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dimanfaatkan di Kokap sejumlah 314 KK yang belum terjangkau layanan PLN. Berdasar data olahan tim penyusun SLHD Kab. Kulonprogo, bahwa jumlah konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga di Kabupaten Kulonprogo adalah LPG sebesar kg; minyak tanah sebesar liter, sedangkan yang menggunakan biomassa seperti kayu bakar sebesar kg. Dilihat dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi/bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat untuk minyak tanah dan kayu bakar menurun kuantitasnya jika dibandingkan dengan tahun Hal ini dimungkinkan karena masyarakat beralih menggunakan bahan bakar LPG. Meskipun pengguna bahan bakar kayu bakar /biomassa masih cukup banyak karena sebagian besar masyarakat masih tinggal di wilayah pedesaan dan di wilayah tersebut potensi biomassa sangat melimpah, antara lain : kayu bakar, ranting, daun, dll. Data perbandingan penggunaan bahan bakar pada tahun dapat dilihat pada gambar berikut : Bab III-36

193 Gambar Grafik Penggunaan Bahan Bakar untuk Keperluan Rumah Tangga di Kabupaten Kulonprogo Tahun Energi Alternatif (Energi Baru dan Terbarukan) Pengembangan sumber energi alternatif seperti angin, air, matahari, gelombang air laut dan biogas dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang besar. Di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 telah dibangun beberapa unit biodigester untuk menghasilkan bio gas dengan memanfaatkan limbah kotoran ternak (sapi, kambing), limbah industri tahu. Data pembangunan biogas sebagai berikut : Tabel Data Biogas di Kulonprogo No. Tahun Jumlah Biogas Terbangun (unit) Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014 Bab III-37

194 Pembangkit Listrik Mikro Hidro (PLTMH) juga sudah dikembangkan antara lain : - Semawung, Banjarharjo, Kalibawang; - Kedungrong, Purwoharjo, Samigaluh Selain itu, pemerintah daerah memfasilitasi masyarakat untuk memanfaatkan energy surya/ matahari sebagai sumber energy alternative pada tahun 2008 sejumlah 130 unit, tahun 2009 sejumlah 172 unit, tahun 2011 sejumlah 17 unit, tahun 2012 sejumlah 25 unit, dan 2013 sejumlah 37 unit sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada pembangunan lagi. Sedangkan untuk konsumsi energi untuk industri kecil di Kabupaten Kulonprogo, data yang tersedia dari Dinas Perindag ESDM sebagai berikut : LPG kg, solar liter, minyak tanah liter, dan biomassa kg sesuai dengan tabel SP-3. e. Transportasi Bab III-38

195 Sistem transportasi di Kabupaten Kulonprogo sebagian besar memanfaatkan jalan raya sebagai jalur utama pergerakan lalu lintas, baik untuk pergerakan lokal maupun regional yang menghubungkan kota-kota besar seperti Yogyakarta, Purworejo, Magelang, Bantul; sedang sistem angkutan umum yang melayani terbagi atas pelayanan regional (Antar Kota Antar Provinsi/AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) serta lokal (pedesaan). Kondisi lalu lintas jalan raya di wilayah Kabupaten Kulonprogo pada umumnya masih lancar. Jenis kendaraan yang melintas di wilayah Kabupaten Kulonprogo didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Arus lalu lintas yang tinggi pada umumnya terletak pada ruas-ruas jalan utama, sedangkan waktu kegiatan arus lalu lintas masyarakat yang tinggi terjadi pagi hingga sore hari. Adapun panjang jalan yang ada di Kabupaten Kulonprogo seluruhnya sepanjang Km dengan rincian dari status dan kewenangan terdiri atas : Jalan Nasional sepanjang 28,570 Km yang berfungsi sebagai arteri primer seluruhnya dengan permukaan aspal; Jalan Provinsi yang berfungsi sebagai kolektor primer sepanjang 159,900 Km semuanya dengan permukaan aspal; dan Jalan Kabupaten yang berfungsi sebagai lokal primer dan sebagian kecil kolektor primer dengan total panjang 925,303 Km, kesemuanya dalam kondisi baik 49,95%, sedang 37,64%, rusak 9,97% dan rusak berat 2,44%. Kondisi geografis Kabupaten Kulon Progo yang sebagian besar merupakan perbukitan sehingga geometris jalan daerah tersebut berupa tanjakan dan turunan tajam serta tikungan tajam, disertai dengan kondisi tanah yang labil dan mudah longsor. Disamping jaringan jalan raya juga terdapat jalan Kereta Api (KA) sepanjang 25 km yang merupakan bagian dari jaringan jalan KA di Pulau Jawa lintas selatan. Jaringan jalan KA ini membelah Kota Wates dengan sistem rel ganda (double track). Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan dan bahan bakar yang digunakan tahun 2014 disajikan dalam tabel sebagai berikut : Bab III-39

196 No. Tabel Jumlah Kendaraan menurut Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Jenis Kendaraan Bahan Bakar Bensin Solar Total 1. Beban Penumpang pribadi Penumpang umum Bus besar pribadi Bus besar umum Bus kecil pribadi Bus kecil umum Truk besar Truk kecil Roda tiga Roda dua Jumlah Sumber : Dishubkominfo Kab Kulonprogo, 2014 Sedangkan untuk perkembangan jumlah kendaraan baik yang berbahan bakar bensin maupun solar tahun 2013 dan 2014 dalam berbagai jenis kendaraan dapat digambarkan dalam grafik berikut : Gambar 70. Perkembangan Jumlah Kendaraan yang Digunakan Di Kabupaten Kulonprogo Tahun 2013 dan 2014 Mengingat perkembangan transportasi yang akan datang dan kondisi geografis yang ada, demi kenyamanan masyarakat diperlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Saat ini di Kabupaten Kulonprogo baru tersedia sarana Bab III-40

197 terminal kendaraan penumpang umum sejumlah 1 buah terminal type B dan 6 buah sub terminal type C, sedangkan untuk angkutan kereta api terdapat 2 buah stasiun yaitu stasiun Wates dan Sentolo. Perkiraan volume limbah padat/sampah dari sejumlah sarana prasarana transportasi tersebut tersedia data 5,25 m 3 /hari masih sama dengan data tahun Untuk sarana pelabuhan laut-sungai dan danau di Kabupaten Kulonprogo belum ada, sedangkan yang ada adalah dermaga pelabuhan ikan di Pantai Karangwuni- Glagah. Perkembangan pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarta sampai dengan akhir tahun 2014 mencapai sekitar 86%. Pada tahun 2015 akan dilakukan pengerukan alur dan pendalaman kolam pelabuhan, sehingga pada akhir tahun 2015 direncanakan pelabuhan sudah dapat dioperasionalkan. Sarana perhubungan udara juga belum ada di Kabupaten Kulonprogo, namun keberadaan pengembangan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo juga sesuai dengan indikasi program dalam RTRW sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 2 Tahun 2010 dan RPJMD sebagaimana Peraturan Daerah DIY Nomor 6 Tahun Studi kelayakan dan Rencana Induk Pembangunan Bandara Baru telah disusun, selanjutnya telah dikeluarkan ijin lokasi dari Kementerian Perhubungan dengan lokasi di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, dan Jangkaran Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang membutuhkan lahan ± 637 Ha. f. Pariwisata Kabupaten Kulonprogo memiliki beraneka ragam obyek dan daya tarik wisata yang meliputi pantai, pegunungan, goa, waduk, dan pemandian. Pengembangan Bab III-41

198 pariwisata sudah dilakukan dan diarahkan pada peningkatan daya tarik serta promosi potensi pariwisata secara lokal, regional maupun nasional. Sampai saat ini penataan dan pengelolaan obyek wisata relatif sudah berhasil menyediakan fasilitas dasar, terutama di obyek wisata Pantai Glagah, Pantai Trisik, Pantai Congot, Waduk Sermo, dan Pemandian Clereng. Namun demikian masih juga terdapat beberapa tantangan dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Kulonprogo, yakni kurangnya prasarana pendukung, antara lain aksesibilitas, jaringan listrik, air bersih, dan juga sarana untuk penanganan limbah padat (sampah). Disamping itu untuk daya tarik wisata rekreatif terutama di obyek wisata pantai masih kurang didukung penghijauan, sehingga lokasi pantai masih sangat panas dan terlihat gersang (kurang tutupan vegetasi). Jumlah kunjungan wisata mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang tentu saja juga diikuti jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan. Perkembangan jumlah pengunjung obyek wisata tahun 2010 sampai dengan 2014 dapat disajikan dalam tabel dan gambar berikut : Tabel Perkembangan Kunjungan Wisatawan Tahun No Obyek Wisata Jumlah Pengunjung Pantai Glagah 249, Bab III-42

199 2. Pantai Congot 28, Pantai Trisik 29, Waduk Sermo Goa Kiskendo 6, Puncak 9,499 Suroloyo Pemandian Alam Clereng (**) 8. Kolam Renang Tanjungsari (*) Jumlah Bertambah/ Berkurang Prosentase Kenaikan 15,71% 11,26% 9,12% 11,00% 2,47% Sumber data : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Kulonprogo, 2014 (diolah). Gambar Grafik Perkembangan Kunjungan Wisatawan pada Obyek Wisata Kab Kulonprogo Tahun Sedangkan untuk jumlah pengunjung per obyek wisata tahun 2014 disajikan dalam gambar sebagai berikut : Bab III-43

200 Gambar Grafik Prosentase Wisatawan per Obyek Wisata Kabupaten Kulonprogo Tahun 2014 Sedangkan untuk volume sampah yang dihasilkan per obyek wisata disajikan dalam gambar berikut : Gambar Grafik Volume Sampah Harian pada Obyek Wisata Tahun 2014 Usaha dan kegiatan masyarakat dalam bidang pariwisata mengalami perkembangan yang positif, pada tahun 2014 tercatat 35 sarana akomodasi termasuk penginapan dan homestay (pondok wisata) yang dikelola masyarakat (bertambah 2 Bab III-44

201 unit penginapan dibanding tahun 2013 dan 2012). Tumbuhnya desa/dusun wisata menunjukan perkembangan yang positif. Desa/dusun wisata mengandalkan budaya dan wisata alam, disana terdapat kegiatan konservasi lingkungan baik lahan/hutan, air maupun hewan langka. Desa Wisata yang ada di Kabupaten Kulonprogo, meliputi : 1) Desa Wisata Sermo, Hargowilis Kokap 2) Desa Wisata Banjaroyo, Kalibawang 3) Desa Wisata Banjarasri. Kalibawang 4) Desa Wisata Jatimulyo, Girimulyo 5) Desa Wisata Glagah,Temon 6) Desa Wisata Kalibiru,Kokap 7) Desa Wisata Sidorejo,Lendah 8) Desa Wisata Nglinggo,Samigaluh 9) Desa Wisata Pendoworejo,Girimulyo 10) Desa Wisata Purwoharjo, Samigaluh 11) Desa Wisata Sendangsari,Pengasih 12) Desa Wisata Trisik,Galur Tahun 2014 hotel/penginapan semua masih dalam kelas melati berjumlah 35 buah dengan jumlah kamar 498 kamar dan rata-rata tingkat hunian 60%. Dari keadaan tersebut dapat dihitung limbah padat yang dihasilkan adalah 1,8 m 3 /hari, sedangkan hasil perhitungan beban limbah cair hotel untuk BOD : 2,4 ton/tahun dan COD : 3,3 ton/tahun. Untuk melihat perkembangan hotel/penginapan beserta potensi pencemaran yag dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut : Bab III-45

202 Gambar Grafik Perbandingan Hotel/ Penginapan Tahun di Kabupaten Kulonprogo Bab III-46

203 g. Limbah B3 Di Kabupaten Kulonprogo belum ada industri yang menghasilkan limbah kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tetapi untuk kategori usaha/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan potensi untuk menghasilkan limbah B3 ada yaitu bengkel motor/mobil dan bengkel AC. Terdapat 8 (delapan) unit bengkel AC di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Dan juga kegiatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum (RSU) maupun RS Khusus Bedah yang menghasilkan limbah B3 dari unit radiologinya dan tentunya limbah medis dari kegiatan pelayanan kesehatan. Pengelolaan Limbah medis dari rumah sakit di Kulonprogo bekerjasama dengan pihak ketiga antara lain PT. Arah dan PT. Medivest. Disamping itu juga belum ada perusahaan yang mendapat izin mengelola (penyimpanan, pengumpulan, pengolahan, pemanfaatan dan pemusnahan) limbah B3 dan perusahaan yang mendapat izin mengangkut limbah B3 di Kabupaten Kulonprogo. Sumber limbah B3 yang ada di wilayah Kabupaten Kulonprogo selain dari limbah yang dihasilkan oleh bengkel AC, bengkel mobil/motor adalah limbah rumah tangga yang dapat dikategorikan B3, misal : lampu neon, baterai dll. Masyarakat juga belum mengetahui bagaimana pengelolaan limbah tersebut dan pada umumnya hanya disimpan di dalam rumah atau dibuang begitu saja di lingkungan. Kantor Lingkungan Hidup bersama dengan Badan Lingkungan Hidup DIY telah melakukan kegiatan inventarisasi maupun pembinaan dan pengawasan terhadap bengkel AC sebagai penghasil BPO dan juga pada instansi pemerintah yang notabene pengguna dan penyimpan bahan B3 seperti Gudang Pestisida pada Dinas Pertanian dan kehutanan serta Gudang Farmasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo. Bab III-47

204 BAB IV UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN A. Rehabilitasi Lingkungan Gambar 4.1. Penanaman Pohon Durian oleh Masyarakat Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik materiil maupun spiritual. Secara umum penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Tidak semua wilayah di Kabupaten Kulonprogo merupakan lahan subur, namun ada beberapa wilayah yang merupakan lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan yang sudah tidak produktif untuk penggunaan tertentu sebagai lahan pertanian akibat degradasi lahan oleh proses erosi longsor lahan, dan atau kegiatan pertambangan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan atau daya dukung untuk pertanian akan menimbulkan erosi degradasi lahan pada tingkat berat, lahan tidak produktif atau terjadi lahan kritis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis antara lain : penggunaan lahan Bab IV-1

205 yang tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan; kegiatan penambangan, pembangunan yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan dan faktor alami seperti kekeringan. Penurunan kualitas lahan dipengaruhi oleh kegiatan manusia maupun alam. Kegiatan pertambangan merupakan salah satu kegiatan yang berdampak negatif terhadap sumber daya lahan. Pada lokasi pertambangan sering dijumpai ketidakteraturan topografi berupa lubang bekas galian yang cukup dalam, sehingga lebih sulit untuk difungsikan menjadi produktif. Sedangkan upaya rehabilitasi lahan seringkali masih diabaikan oleh para penambang ataupun pengusaha pertambangan. Terlebih lagi kegiatan pertambangan tanah liat di lahan pertanian yang subur, akibatnya tanah menjadi rusak dan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Disamping itu adanya kerusakan hutan juga disebabkan oleh faktor manusia. Di Kabupaten Kulonprogo tidak ada kerusakan akibat kebakaran hutan tetapi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pelestarian dan fungsi hutan, menyebabkan maraknya penjarahan dan pencurian kayu bahkan untuk kayu yang belum layak tebang, hal ini semata-mata hanya memperhatikan aspek ekonomi tanpa mempedulikan aspek lingkungan hidup. Mensikapi hal-hal tersebut di atas, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo melakukan beberapa hal berkaitan dengan upaya rehabilitasi lingkungan tahun 2014, yaitu : 1. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan pembangunan taman kota di wilayah Kecamatan Wates dan Pengasih; 2. Konservasi mata air, kegiatan ini dilakukan dengan melakukan penanaman pohon disekitar mata air, untuk melindungi sumber-sumber air yang ada, antara lain : - Penanaman pohon untuk perlindungan mata air sejumlah batang untuk 20 lokasi mata air yang dikelola oleh KT. Karya Tani di Pedukuhan Beteng, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo; Bab IV-2

206 - Konservasi 10 buah sumber mata air (penanaman 500 batang dan pengembangan kearifan local) di KT. Rukun Makaryo, Pedukuhan Girinyono, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih - Konservasi 5 sumber mata air (penanaman dan pengembangan kearifan local) di KT. Mekar Gerbosari, Pedukuhan Gerpule, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang. 3. Pembangunan sumur resapan Selain perlindungan mata air juga upaya konservasi air melalui pembangunan sumur resapan dan lubang resapan biopori mulai tahun Data sumur resapan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 sejumlah 197 unit, tahun 2013 sejumlah 39 unit dan 2014 sejumlah 60 unit terbangun di wilayah Kabupaten Kulonprogo. 4. Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan, yakni pengawasan & pengendalian usaha pertambangan dan energi. Pengawasan terutama untuk kegiatan reklamasi/pasca tambang sehingga keadaan lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya; 5. Kegiatan Pengendalian Longsor Pengembangan tanaman aren sangat potensial di lahan kritis dan lahan rawan bencana longsor di wilayah Kabupaten Kulonprogo. Program ini bertujuan untuk menopang kehidupan petani dan sebagai penyangga lingkungan diatas. Untuk itu perlu dilakukan pengembalian kejayaan aren di bukit Menoreh Kulonprogo, antara lain dengan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha; 6. Rehabilitasi dan konservasi pesisir dan pantai Rehabilitasi dan konservasi pesisir dan pantai dilakukan bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya adalah BLH DIY melalui kegiatan penanaman pandan pantai dan cemara udang pada tahun 2014 di Pasir Mendit, Jangkaran, Temon. Bab IV-3

207 Selain itu di di bidang kehutanan, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo, melaksanakan kebijakan pembangunan kehutanan diarahkan pada peningkatan peranan hutan secara optimal sesuai dengan fungsinya dan juga sebagai upaya merehabilitasi hutan dan lingkungan secara umum, dengan cara : 1. Rehabilitasi hutan dan lahan baik secara sipil teknis maupun vegetatif; 2. Penyediaan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan untuk pengembangan aneka usaha kehutanan; 3. Optimalisasi peran stakeholders dalam rangka pengendalian penebangan kayu secara liar dan pengendalian tebang untuk yang belum memenuhi syarat; dan 4. Sosialisasi dan pemasyarakatan pengurusan dokumen penebangan dan pengangkutan kayu; Pemerintah Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 ini masih terus melanjutkan program untuk menanam 1,5 juta pohon hidup di seluruh wilayah kabupaten salah satunya melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo telah melakukan penghijauan lingkungan di 12 kecamatan dengan menanam pohon sejumlah batang pada luasan 214,61 Ha. Sedangkan untuk tahun 2014 tidak ada kegiatan reboisasi pada hutan negara yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan DIY. Program penghijauan dilaksanakan dengan bekerjasama berbagai pihak, perusahaan daerah maupun swasta dengan kegiatan CSR, LSM, Pemerintah DIY maupun organisasi sosial masyarakat. Melihat hutan mempunyai fungsi ekologis yang sangat penting, salah satunya adalah sangat berpengaruh terhadap munculnya persoalan lingkungan seperti kekeringan, banjir, erosi dan sebagainya, maka perlu upaya-upaya penyelamatan hutan. Untuk itu peran serta semua pihak khususnya masyarakat sangat diharapkan agar hutan sebagai kekayaan alam di Kabupaten Kulon Progo dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya serta tetap terjaga kelestariannya. Bab IV-4

208 B. Amdal Setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan masalah lingkungan yang spesifik, demikian juga setiap usaha dan atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kulonprogo. Untuk meminimalisir dampak yang dimungkinkan terjadi dari suatu usaha/kegiatan tersebut maka diperlukan suatu instrumen untuk menilai kelayakan suatu kegiatan. Instrumen tersebut dapat berupa Bab IV-5

209 izin lingkungan yang meliputi dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan), serta SPPL (Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan) untuk kegiatan usaha skala kecil sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dengan instrumen tersebut diharapkan akan tercipta pembangunan yang berwawasan lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Sesuai dengan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, Kabupaten Kulonprogo tidak lagi memiliki Komisi Penilai Amdal, sehingga apabila ada kegiatan dan atau usaha yang wajib Amdal, kewenangan penilaian pada Komisi Penilai Amdal DIY. Dokumen sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang diajukan dan yang direkomendasikan tahun 2014 sejumlah 309 dokumen, terdiri atas : 23 UKL/UPL, 3 DPLH dan 283 SPPL, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Jumlah Dokumen Lingkungan menurut Jenis Usaha Tahun 2014 No. Jenis Kegiatan / Usaha Jumlah Dokumen 1. Penambangan Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik) 6 3. Kegiatan Lain (SPBU, Hotel, IPAL komunal, Bangunan gedung, 8 Operasional pabrik, SPAM, Menara Telekomunikasi, dan Peternakan Jumlah 26 Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kab Kulonprogo, 2014 Dalam setiap pengajuan dokumen UKL/UPL dan DPLH, KLH Kulonprogo melakukan klarifikasi dokumen tersebut dengan pihak pemrakarsa dengan menghadirkan masyarakat terkena dampak dari suatu usaha dan atau kegiatan tersebut beserta SKPD terkait. Jumlah masing-masing jenis usaha/kegiatan yang mendapatkan dokumen UKL/UPL dan DPLH dapat dilihat dalam gambar berikut : Bab IV-6

210 Gambar 4.2. Grafik Jumlah Dokumen UKL-UPL Berdasar Jenis Usaha/Kegiatan Tahun 2013 dan 2014 Kegiatan pengawasan pelaksanaan UKL/UPL juga dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kulonprogo untuk mengetahui sejauh mana ketaatan dari pemilik usaha dan atau kegiatan/pemrakarsa dalam melaksanakan ketentuanketentuan seperti yang tercantum dalam dokumen lingkungannya. Tahun 2014 Kantor Lingkungan Hidup melakukan pengawasan terhadap kegiatan dan atau usaha antara lain : Tabel 4.2. Hasil Pengawasan Kegiatan/Usaha Tahun 2014 No. Nama Kegiatan / Usaha Hasil Pengawasan 1. PT. Selo Adikarto, Nanggulan Tidak Taat 2. RS Riski Amalia Medika, Lendah Tidak Taat Bab IV-7

211 3. RSUD Wates Tidak Taat 4. RS PKU Muhammadiyah Nanggulan Tidak Taat 5. PT. Sunchang Indonesia Tidak Taat Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kab Kulonprogo, 2014 Dari tabel hasil pengawasan tersebut dapat dilhat bahwa semua kegiatan/usaha yang dijadikan sasaran pengawasan belum ada yang taat terhadap ketentuan peraturan perundangan terutama dalam pelaksanaan dokumen UKL/UPL nya. C. Penegakkan Hukum Untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup perlu dilakukan kegiatan pengawasan dan penegakkan hukum. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam melaksanakan pengawasan dan penegakkan hukum tidak hanya terkait pada pengawasan rutin terhadap perusahaan/pemrakarsa atas pelaksanaan UKL/UPL tetapi juga pada upaya untuk Bab IV-8

212 mengakomodir kasus-kasus lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat. Untuk tahun 2014 kasus-kasus lingkungan hidup yang diadukan oleh masyarakat melalui KLH sejumlah 6 (enam) kasus, yang antara lain dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Pengaduan Masalah dan Status Masalah Lingkungan Hidup Tahun 2014 No. Masalah Yang Diadukan Jumlah Pengaduan Status 1. Dugaan pencemaran udara akibat kegiatan usaha pembuatan arang kayu di Kalipetir Lor, Margosari, Pengasih 1 Ditindaklanjuti 2. Dugaan pencemaran udara akibat kegiatan usaha peternakan ayam di Clawer, Pengasih, Pengasih 1 Ditindaklanjuti Dugaan pencemaran sungai dan sumur 3. penduduk akibat kegiatan usaha pengolahan kembali tailing emas tanpa izin 1 Ditindaklanjuti di Plampang II, Kalirejo, Kokap 4. Dugaan pencemaran udara dan sungai akibat pembuangan tinja di areal persawahan di Gotakan, Panjatan, Panjatan 1 Ditindaklanjuti Kekhawatiran warga akan terjadinya 5. pencemaran lingkungan akibat kegiatan usaha peternakan ayam di Suruhan, 1 Ditindaklanjuti Karangsari, Pengasih Sumber : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014 Pemerintah Kabupaten Kulonprogo berupaya untuk selalu menyelesaikan kasuskasus lingkungan hidup yang terjadi di masyarakat. Apabila terjadi suatu kasus lingkungan hidup, masyarakat dapat mengadukan masalah tersebut kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo secara tertulis atau secara lisan/langsung. Pihak pemerintah daerah akan mengklarifikasi tentang kebenaran masalah tersebut kepada masyarakat, setelah itu baru pemerintah daerah memediasi/mempertemukan antara pihak pengusaha/pemrakarsa dengan pihak masyarakat yang dirugikan untuk mencari penyelesaian yang terbaik untuk semua pihak dan lingkungan hidup secara Bab IV-9

213 umum. Data jumlah aduan kasus lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo dalam lima tahun terakhir yang telah ditindaklanjuti dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut : Tabel 4.4. Jumlah Aduan Kasus Lingkungan Hidup Tahun No. Tahun Jumlah Pengaduan yang Ditindaklanjuti Jumlah Pengaduan yang Diterima Sumber data : Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kulonprogo, 2014 Gambar 4.3. Grafik Aduan Kasus LH di Kab Kulonprogo Tahun Dari tabel dan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 ke tahun 2014 jumlah aduan kasus lingkungan hidup ada kecenderungan semakin sedikit, hal ini dapat disebabkan oleh semakin baiknya pemilik usaha dan atau kegiatan dalam mengelola usaha dan kegiatannya sesuai dengan dokumen lingkungan sehingga tidak meninmbulkan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan sekitarnya. Bab IV-10

214 Gambar 4.4. Penanganan Kasus Dugaan Pencemaran Udara dan Sungai Akibat Pembuangan Tinja di Areal Persawahan di Gotakan, Panjatan, Panjatan D. Peran Serta Masyarakat Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 70, bahwa masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat dapat berupa : pengawasan sosial; pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan atau; penyampaian informasi dan atau laporan. Dan semua itu dapat dilakukan untuk : meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan; menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat; menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Bab IV-11

215 Pemerintah Kabupaten Kulonprogo memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, melalui beberapa kegiatan antara lain : - Evaluasi pengelolaan lingkungan hidup Evaluasi ini dilakukan setiap tahun dengan sasaran masyarakat terutama untuk masyarakat sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan hidup/adiwiyata); masyarakat pondok pesantren (evaluasi pondok pesantren berwawasan lingkungan hidup); kelompok masyarakat/kelompok tani/tokoh masyarakat/lsm, dan lain-lain (evaluasi kalpataru, kehati award, kampung hijau, dan kampung iklim). - Penyuluhan Lingkungan Pemerintah kabupaten bekerjasama dengan PPEJ, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah DIY, TP PKK, maupun Kementerian Agama untuk menyelenggarakan penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan melibatkan masyarakat di wilayah Kabupaten Kulonprogo. - Pengembangan Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Jejaring Pengelola Sampah Mandiri Kabupaten Kulonprogo Merti Bawono Asri telah mengembangkan kegiatan maupun keanggotaannya untuk selalu aktif dalam upaya pengelolaan sampah di Kabupaten Kulonprogo.. Selain masyarakat dan instansi terkait, dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo juga melibatkan pihak swasta / dunia usaha, antara lain : - Penghijauan / konservasi pesisir, berupa penanaman vegetasi pantai terutama mangrove di wilayah Jangkaran, Temon. - Penghijauan / konservasi lahan kritis Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak ketiga di Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.5. Kegiatan Konservasi LH oleh Pihak Ketiga Tahun 2014 Bab IV-12

216 No. Nama Pihak Ketiga Kegiatan 1. UGM Penanaman mangrove batang di Jangkaran Temon 2. SMKN 1 Pengasih Konservasi Lahan Kritis dengan tanaman Eucaliptus 1000 batang 3. Paguyuban Kawula Penderek Sultan (Kapsul) Kulon Progo Konservasi Lahan Kritis dengan menyediakan bibit untuk 12 kecamatan 4. PT. Jogjatronik Konservasi Pesisir : Penanaman mangrove batang di Pasir Mendit Temon 5. Komunitas Sepeda MTB Federal Indonesia Konservasi Pesisir : Penanaman mangrove batang di Pasir Mendit Temon 6. Poltekkes Yogyakarta Penanaman mangrove 200 batang di Jangkaran Temon 7. Bhayangkari Pengurus Cabang Kulon Progo Penanaman pohon di lahan kritis sejumlah 750 batang 8. PT. Pertamina (Persero), Depo Rewulu Yogyakarta Konservasi daerah sekitar Waduk Sermo Kokap, penanaman tanaman buah dan penyimpan air sejumlah batang; Konservasi Pesisir, penanaman mangrove batang di Pasir Mendit Temon 9. Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta Konservasi Pesisir, penanaman mangrove batang di Pasir Mendit Sumber data : KLH Kulonprogo, 2014 Bab IV-13

217 Gambar 4.5. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan LH Dengan adanya kerjasama antara pihak pemerintah daerah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha maupun LSM diharapkan seluruh program dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Kulonprogo dapat terlaksana dengan baik. E. Kelembagaan Produk Hukum Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2014 menghasilkan 5 ( lima ) buah produk hukum di bidang tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain : 1. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara; Bab IV-14

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. PROFIL KABUPATEN KULON PROGO Berdasarkan website resmi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo (www.kulonprogo.go.id), profil daerah Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1. Kondisi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi RPJMD Kabupaten Kulon Progo 2011-2016 merupakan penjabaran lima tahun kedua dari Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN A. PROFIL KABUPATEN KULON PROGO 1. Kondisi Umum Kabupaten Kulon Progo a. Geografis Kabupaten Kulon Progo merupakan satu dari lima kabupaten/kota yang berada di Daerah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Pembangunan Daerah Dalam kampanye yang telah disampaikan, platform bupati terpilih di antaranya sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Pendahuluan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Pendahuluan RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016 Pendahuluan Permasalahan lingkungan mulai ramai diperbincangkan dan diperhatikan sejak

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat 5.1 Visi Visi adalah suatu gambaran keadaan masa depan yang ingin diwujudkan berdasarkan segala sumber daya yang dimiliki. Visi yang ditetapkan dapat memberikan motivasi kepada seluruh aparatur serta masyarakat

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA Pada Tahun 2015 sesuai RENSTRA Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah bermaksud memfokuskan pencapaian sasaran utama yaitu : 1. Meningkatnya kinerja pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan halaman Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29 Daftar Tabel Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan... I - 1 Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 4.1. Letak geografis wilayah Yogyakarta 1 Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7 33-8 15 Lintang Selatan dan 110 5-110 50 Bujur

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 :

Visi Mewujudkan Kabupaten Klaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing. Misi ke 1 : Tabel 6.1 Strategi, dan Arah Kebijakan Kabupaten Klaten Tahun 016-01 Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Cerdas, Sehat, dan Berbudaya 1 Mewujudkan pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi Terwujudnya pemenuhan.1

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan merupakan upaya pemerintah daerah secara keseluruhan mengenai cara untuk mencapai visi dan melaksanakan misi, melalui penetapan kebijakan dan program

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA 2.1 RPJMD Tahun 2008-2013 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang tahun 2015-2019 merupakan bagian dari Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DAERAH Visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Visi : MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2016 A. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN TAHUN 2011-2016 Visi Pembangunan Jangka Menengah secara hirarki adalah suatu kondisi yang akan dicapai dalam rangka merealisir keadaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KULON PROGO Jln. Ki Josuto, Kulon Progo, 55611 Tlp. (0274) 774535 KATA PENGANTAR Penyusunan Profil Data Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016

BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 BUKU I RINGKASAN EKSEKUTIF INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA BLITAR TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA BLITAR DINAS LINGKUNGAN HIDUP JL. Pemuda Soempono Kel. Gedog Kec. Sananwetan Telp.

Lebih terperinci

BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI

BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI 18 BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI Isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kota Tegal adalah sebagai berikut : 1. Menurunnya kualitas perairan sungai,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kubu Raya Tahun 2009-2029, bahwa RPJMD

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

VISI, MISI, DAN TUJUAN RPJMD

VISI, MISI, DAN TUJUAN RPJMD VISI, MISI, DAN TUJUAN RPJMD 2016-2021 Visi RPJMD Kabupaten Purbalingga Tahun 2016-2021 merupakan Visi Kepala Daerah Kabupaten Purbalingga terpilih yang disampaikan pada saat Pemilihan Kepala Daerah. Pedoman

Lebih terperinci

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kehidupan politik yang demokratis.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011 PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011 1. PROFIL KABUPATEN BANTUL 1.1. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU, BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Kulon Progo 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah a. Visi Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 disebutkan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH) STRUKTUR ORGANISASI Unsur organisasi Ba terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu unsur Pimpinan (Kepala Ba), Pembantu Pimpinan (Sekretaris Sub Bagian)

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015

Tabel 2.8 Realisasi Fisik dan Keuangan Kegiatan Urusan Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahun 2015 2. Urusan Kehutanan 1) Realisasi Fisik dan Keuangan Pada tahun 2015, Program dan Kegiatan Urusan Kehutanan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan berjumlah 2 program yang terbagi menjadi

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Kabupaten Kulonprogo dengan ibu kotanya berada di Kota Wates memiliki luas wilayah 598.627.512 ha (586,28 km 2 ), terdiri dari 12 kecamatan 87 desa,

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Berdasarkan perkembangan situasi dan kondisi Desa Jatilor saat ini, dan terkait dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa), maka untuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI

BAB IV VISI DAN MISI BAB IV VISI DAN MISI 4.1. VISI DAN MISI KOTA BOGOR Dalam penyusunan Visi dan Misi Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor tidak terlepas dari Visi dan Misi Kota Bogor, adapun Visi, Misi Kota Bogor adalah sebagai

Lebih terperinci