BAB III METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah - Kalium Na tatrat (C 4 H 4 KN a O 6. 4H 2 O) p.a. (E.merck) - Natrium Karbonat anhidrat (Na 2 CO 3 ) p.a. (E.merck) - Natrium Sulfat anhidrat (Na 2 SO 4 ) p.a. (E.merck) - Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO 4.7H 2 O) p.a. (E.merck) - Asam Sulfat (H 2 SO 4 ) p.a. (E.merck) - Dinatrium hidroarsenat heptahidrat (Na 2 HA S O 4. 7 H 2 O) p.a. (E.merck) - Glukosa anhidrat (C 6 H 12 O 6 ) p.a. (E.merck) - Natrium sitrat ( C 6 H 5 O 7 Na 3 ) p.a. (E.merck) - Bibit Rimbang - Tunas tanaman terung belanda - Tanah humus - Pupuk NPK

2 - Atonik (ZPT) Alat-alat - Beker Gelas Pyrex - Tabung reaksi Pyrex - Rak tabung - Labu ukur Pyrex - Gelas Ukur - Hot Plate Pyrex MiltonRoy - Penangas air Fisher - Neraca analitik Metler Toledo - Gelas Erlenmeyer Pyrex

3 - Spektrofotometer uv-vis Genesys 20 - Inkubator - Mortar - Kain kasa - Tali rafia - Polybag Prosedur Penelitian Persiapan Batang Bawah dan Batang Atas Dilaksanakan sesuai dengan metode sambung pucuk terung belanda dengan rimbang oleh Tarigan dan Pintubatu (2006). a. Persiapan Batang Bawah 1) Tiga buah rimbang kering diambil bijinya dan disemaikan pada media persemaian yang mengandung tanah humus. 2) Setelah berumur + 2 bulan bibit dipindahkan ke polybag. (12 bibit yang akan disambung dan 4 cadangan). 3) Setelah bibit mempunyai diameter batang + 0,5 cm bibit disambung dengan pucuk/tunas terung belanda (R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 R11, R12). b. Persiapan Batang Atas.

4 1) Dipersiapkan 3 tanaman terung belanda diatas 1 tahun yang bertunas banyak sebagai pohon induk untuk disambung dan untuk blanko. 2) Setiap pohon (pohon 1,2,3) dipotong tunasnya sebanyak 4 tunas setiap pohon (T1.1, T1.2, T1.3, T1.4, T2.1, T2.2, T2.3, T2.4, T3.1, T3.2, T3.3, T3.4). 3) Sisa tunas pada pohon induk dijadikan sumber buah untuk blanko yang tidak disambung (Pohon blanko/ TB1,TB2,TB3) Penyambungan Batang Bawah Dengan Batang Atas. a) Pertumbuhan batang bawah ditunggu sampai diameter batang berukuran + 0,5 cm. b) Dipotong + 15 cm diatas pangkal batang bawah dan dibuat sayatan berbentuk huruf V dengan panjang + 1 1,5 cm (sebanyak 12 batang dan 4 cadangan). c) Dipilih calon batang atas yang panjangnya tidak melebihi 5 cm dan diameter tunas/pucuk yang sedikit lebih kecil dari batang bawah. d) Pangkal tunas / pucuk batang atas disayat mengikuti bentuk sayatan yang telah disediakan pada batang bawah (12 batang) e) Batang atas diselipkan kebatang bawah, dan diikat rapat dengan tali rafia. (S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4, S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3, S12R12T3.4).

5 f) Jumlah daun dikurangi separuh dari jumlah daun yang ada, disisakan daun yang terdekat dengan ujung pucuk, disungkup dengan botol plastik untuk mengurangi penguapan yang berlebihan Pemelihraan Tanaman Baru Terung Belanda. a) Tanaman yang baru disambung ditempatkan pada Green House b) Dilakukan penyiraman dengan air jika kering dan tidak sampai membasahi bekas sambungan. c) Setelah sambungan berhasil, tanaman disemprot dengan atonik dosis 1 2 cc / liter air. d) Memangkas tunas tunas yang muncul pada batang bawah serta melakukan pemupukan setelah penyambungan dan setelah terbentuk bakal buah yang pertama. e) Setelah pertumbuhan sambungan normal, tali pengikat dan plastik di lepaskan agar perkembangan dan pertumbuhan batang tidak terganggu. f) Persentase keberhasilan penyambungan sudah dapat dihitung dengan membandingkan jumlah tanaman terung belanda yang berhasil disambung, dan tumbuh dengan jumlah keseluruhan tanaman yang disambung dikalikan 100 %.

6 Panen Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Buah Terung Belanda Blanko. Pada saat tanaman terung belanda sudah berbuah (sekitar 2 bulan setelah penyambungan ) maka panen dilakukan dari tanaman baru hasil sambung pucuk dan tanaman blanko yang sudah matang dalam jangka waktu yang bersamaan terhitung semenjak terbentuknya bakal buah. Panen dilakukan dengan mengambil satu buah terung belanda dari setiap pohon hasil penyambungan S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4, S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3, S12R12T3.4) dan satu buah dari setiap pohon tanpa penyambungan (TB1,TB2,TB3) kemudian dikelompokan menurut asal pohon induk (TS1, TS2, TS3) dan blanko (TB1,TB2,TB3) Persiapan Analisis Karbohidrat Analisis karbohidrat pada buah dari tanaman baru terung belanda dan buah terung belanda blanko dilaksanakan dengan mengacu pada analisis bahan makanan menurut Sudarmadji (1984). a. Pembuatan Pereaksi Nelson Somogyi. - Larutan Nelson A Dilarutkan 12,5 g natrium karbonat anhidrat 12,5 kalium natrium tatrat, 10 g natrium bikarbonat, dan 100 g natrium sulfat anhidrat dalam 350 ml akuadest. Kemudian diencerkan sampai 500 ml

7 - Larutan Nelson B Dilarutkan 7,5 g CuSO 4 5 H 2 O dalam 50 ml akuades dan ditambahkan 1 tetes H 2 SO 4 (pekat). Pereaksi Nelson dibuat dengan cara mencampurkan 25 ml bagian larutan Nelson A dan 1 ml bagian larutan Nelson B. Pencampuran dilakukan pada setiap hari akan digunakan. b. Pembuatan Larutan Arsenomolybdat. 1) Dilarutkan 25 g Ammonium molybdat dalam 450 ml akuadest dan ditambahkan 25 ml asam sulfat pekat. 2) Dilarutkan pada tempat yang lain 3 g Na 2 HASO 4 7 H 2 O dalam 25 ml akuades. 3) Larutan kedua dituangkan kedalam larutan yang pertama, dan disimpan dalam botol berwarna cokelat. 4) Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam (hingga larutan berwarna kuning). c. Pembuatan Pereaksi Benedict. 1). Dicampurkan 17,3 g natrium sitrat dengan 10 g natrium karbonat anhidrat ke dlm 80 ml air, diaduk, dan disaring. 2). Ditambahkan 1,73 g tembaga sulfat yg telah dilarutkan dlm 10 ml air. 3). Volume total dibuat menjadi 100 ml dengan penambahan air. d. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ( nm) Larutan Standar. 1) Ditimbang 40 mg Glukosa anhidrat dan dilarutkan dengan akuades sampai volume 200 ml (larutkan glukosa 0,2 mg/ml).

8 2) Dipipet 25 ml larutan diatas dan diencerkan dengan akuades sampai 100 ml (larutan glukosa 0,05 mg / ml). 3) Dipipet 1 ml larutan glukosa 0,05 mg / ml ke dalam tabung reaksi, ditambahkam 1 ml pereaksi nelson dan ditutup tabung reaksi dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. 4) Diangkat dan didinginkan sampai suhunya mencapai 25 o 5) Setelah dingin ditambahkan 1 ml larutan arsenomolybdat, dikocok sampai semua endapan Cu 2 O larut sempurna, dan ditambahkan 7 ml akuadest, kemudian dikocok sampai homogen. 6) Diukur serapan panjang gelombang pada nm dengan menggunakan blanko akuades. e. Persiapan Kurva Kalibrasi Larutan Glukosa Standar. 1) Dibuat larutan glukosa standar 0,02 ; 0,04 ; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,12 ; 0,14 ; 0,16 ; 0,18 dan 0,2 mg/ml dengan mengencerkan larutan glukosa 0,2 mg/ml sebanyak 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ; 20 ; 22,5 dan 25 ml kedalam labu takar 25 ml. 2) Masing masing larutan standar dipipet 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi. 3) Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson somogyi dan ditutup dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. 4) Diangkat dan didinginkan sampai suhunya mencapai 25 o C.

9 5) Setelah dingin ditambahkan 1 ml larutan arsenomolybdat, dikocok sampai semua endapan larut sempurna, ditambahkan 7 ml akuadest, kemudian dikocok sampai homogen. 6) Diukur serapan panjang gelombang pada 750 nm dengan menggunakan blanko akuades. 7) Hasil pengukuran absorbansi dibuat dalam bentuk kurva kalibrasi Pembuatan Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko Untuk Analisis Karbohidrat. a) Disediakan 1 buah terung belanda dari setiap pohon hasil penyambungan (S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4, S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3, S12R12T3.4) dan masing masing 4 buah terung belanda blanko dari 3 pohon induk (TB1,TB2,TB3). b) Masing masing buah hasil sambung pucuk dikelompokan menurut asal pohon induk TS1 (S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4), TS2 (S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4), dan TS3 (S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3, S12R12T3.4 ) serta buah terung belanda blanko TB1,TB2 dan TB3. c) Masing masing buah (TS1,TS2,TS3,TB1,TB2,TB3) dicuci bersih dan ditimbang untuk mengetahui berat sampel dalam 1 ml filtrat. d) Buah dipotong kecil, dihaluskan dan disaring dengan kain kasa sehingga diperoleh filtrat TS1, TS2, TS3, TB1,TB2 dan TB3.

10 e) Masing masing filtrat diukur volumenya, untuk mengetahui berat sampel dalam 1 ml filtrat. f) Masing masing filtrat diambil 1 ml dan diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sehingga diperoleh larutan sampel (1 ml filtrat / 100 ml larutan ) Analisis Kualitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko. a) Dimasukan masing masing 5 ml larutan sampel (1 ml filtrat / 100 ml larutan ) dan 15 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi, Dicampurkan sampai homogen. b) Dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit. c) Didinginkan perlahan-lahan, diperhatikan warna dan endapan yang terbentuk Analisis kuantitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko. a) Masing masing dipipet 1 ml larutan sampel ( 1 ml filtrat / 100 ml larutan ) dan diencerkan dalam labu takar 25 ml sehingga diperoleh larutan sampel ( 1 ml filtrat / 2500 ml larutan ). b) Masing masing dipipet 1 ml larutan sampel ( 1 ml filtrat / 2500 ml larutan ). Diambil 1 ml larutan filtrat, kemudian ditambahkan 1 ml

11 pereaksi Nelson Somogyi. Segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. c) Larutan didinginkan pada suhu 25 0 C dan ditambahkan 1 ml larutan arsenomolybdat, kemudian ditambahkan 7 ml akuades. d) Setelah itu diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 750 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer uv vis. e) Dihitung kadar karbohidrat pada sampel sebagai kadar gula reduksi dengan mensubstitusikan absorbansi larutan sampel ke persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi larutan glukosa standar dengan rumus sebagai berikut Y = a + bx KGR = X. Fp x 100% S Dimana : Y = nilai absorbansi larutan sampel. X = konsentrasi glukosa a b = slope = intersep KGR = Kadar Gula Reduksi Fp = Faktor pengenceran S = Berat sampel ( Darwin, 2007)

12 3.4.Bagan Penelitian Persiapan Batang Bawah (Rimbang) dan Batang Atas (Terung Belanda). 3 buah rimbang yang tua untuk persiapan batang bawah 3 pohon terung belanda yang subur diatas 1 tahun untuk persiapan batang atas bibit tanaman Disemai, ditunggu ± 2 bulan sampai diameter batan ± 0,5 cm Diambil 12 bibit untuk disambung dan 4 bibit untuk cadangan. dan dipindahkan ke polybag diambil 4 tunas yang muda dan sedikit berkayu setiap pohon (12 tunas untuk disam bung) dan sisanya untuk blanko Bibit rimbang untuk disambung R1 R5 R9 R2 R6 R10 R3 R7 R11 R4 R8 R12 Tunas terung belanda untuk disambung Pohon1 pohon2 pohon3 T1.1 T2.1 T3.1 T1.2 T2.2 T3.2 T1.3 T2.3 T3.3 T1.4 T2.4 T3.4 Tunas Terung belanda tidak disambung Pohon blanko1 pohon blanko 2 pohon blanko 3

13 Penyambungan Batang Bawah (Rimbang) dengan Batang Atas (Terung Belanda). bibibit it rimbang untuk untuk sambu disambung R1 R5 R10 R2 R6 R9 R2 R6 R9 R3 R7 R11 R4 R3 R8 R7 R12 R11 tunas terung belanda untuk disambung T1.1 T2.1 T3.1 T1.2 T2.2 T3.2 T1.3 T2.3 T3.3 T1.4 T2.4 T3.4 Terung belanda tidak disambung TB1 TB2 TB3 Batang berdiameter ± 0,5 cm Dipotong ± 15 cm dari pangkal bentuk V dengan panjang torehan ± 1-1,5 cm Batang berdiameter ± 0,5 cm Dipotong ± 5 cm dari ujung pucuk bentuk V terbalik dengan panjang torehan ± 1-1,5 cm Tanaman Baru Terung Belanda S1R1 T1.1 S5R5 T2.1 S9R9T3.1 S2R2 T1. 2 S6R6T2. 2 S10R10T3.2 S3R3 T1. 3 S7R7 T2.3 S11R11T3.3 S4R4 T1. 4 S8R8 T2.4 S12R12 T3.4 Tanaman Terung Belanda Blanko TB1 TB2 TB3

14 Pemeliharaan Tanaman Terung Belanda Sambung Rimbang Tanaman Baru Terung Belanda S1R1 T1.1 S5R5 T2.1 S9R9T3.1 S2R2 T1. 2 S6R6T2. 2 S10R10T3.2 S3R3 T1. 3 S7R7 T2.3 S11R11T3.3 S4R4 T1. 4 S8R8 T2.4 S12R12 T3.4 Tanaman Terung Belanda Blanko TB1 TB2 TB3 Disemprot dengan Zpt (Atonik dosis 1-2cc/liter air) Dipupuk dan dibuang tunas yang muncul pada batang bawah Setelah normal tali pengikat dan sungkup plastik dilepas Ditunggu berbuah ± 2 bulan Dihitung persentase keberhasilan sambungan. Buah Tanaman Baru Terung Belanda Untuk Dianalisis S1R1 T1.1 S5R5 T2.1 S9R9T3.1 S2R2 T1. 2 S6R6T2. 2 S10R10T3.2 S3R3 T1. 3 S7R7 T2.3 S11R11 T3.3 S4R4 T1. 4 S8R8 T2.4 S12R12 T3.4 Buah Terung Belanda Blanko Untuk Dianalisis TB1 TB2 TB3

15 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar GLUKOSA ANHIDRAT Ditimbang 40 mg. Dilarutkan dengan akuadest sampai 200 ml Larutan Glukosa 0,2 mg/ml Dipipet 25 ml Diencerkan sampai 100 ml Larutan Glukosa 0,05 mg/ml Panjang Gelombang Maksimum Ditambah 1 ml pereaksi Nelson Ditutup dengan kapas Dipanaskan dalam penangas air mendidih 30 menit Diangkat dan didingikan sampai 25 0 C Ditambah larutan Arsenomolibdat dikocok sampai endapan larut Ditambah 7 ml akuades dikocok sampai homogen Diukur serapan panjang gelombang pada nm Dilakukan hal yang sama untuk blanko akuades

16 Pengukuran Absorbansi Larutan Glukosa Standar LARUTAN GLUKOSA 0,2 mg/ml Diencerkan dengan memipet masing masing 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ; 20 ; 22,5 dan 25 ml larutan kedalam labu takar 25 ml. Ditambahkan air sampai tanda batas. Larutan glukosa standar 0,02 ; 0,04 ; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,12 ; 0,14 ; 0,16 ; 0,18 dan 0,2 mg/ml Masing masing dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi. Ditambah 1 ml pereaksi Nelson, dan ditutup dengan kapas. Dipanaskan dalam penangas air mendidih 30 menit. Diangkat dan didinginkan pada suhu 25 0 C Ditambah 1 ml larutan Arseno molibdat, dikocok, ditambah 7 ml akuades dan diaduk sampai homogen Diukur serapan pada panjang gelombang 750 nm Data absorbansi dibuat dalam bentuk kurva Kurva kalibrasi larutan glukosa standar

17 Pembuatan Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko Untuk Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Buah terung belanda hasil sambung pucuk untuk dianalisis S1R1 T1.1 S5R5 T2.1 S9R9T3.1 S2R2 T1. 2 S6R6T2. 2 S10R10T3.2 S3R3 T1. 3 S7R7 T2.3 S11R11 T3.3 S4R4 T1. 4 S8R8 T2.4 S12R12 T3.4 Buah terung belanda blanko untuk dianalisis TB1 TB2 TB3 Dikelompokan menurut asal pohon induk, dicuci, ditimbang, dipotong kecil, dihaluskan dan disaring dengan kain kasa Filtrat Filtrat Filtrat Filtrat Filtrat Filtrat TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3 Masing masing filtrat diukur volumenya dan diambil 1 ml fitrat untuk diencerkan dalam labu takar 100 ml LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 1 ml filtrat / 100 ml larutan

18 Analisis Kualitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda Dan Blanko Dengan Metode Benedict LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 1 ml filtrat / 100 ml larutan Masing masing dipipet 5 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi 5 ml larutan sampel Ditambah 15 ml pereaksi Benedict Dipanaskan selama 2 menit dalam penangas air mendidih. Didinginkan hingga 25 o C. Diperhatikan perubahan pada larutan. Hasil

19 Analisis Kuantitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko Dengan Metode Nelson Somogyi. LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 (1 ml filtrat/100 ml larutan) Masing masing dipipet 1 ml dan diencerkan dalam labu takar 25 ml LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 (1 ml filtrat / 2500 ml larutan) Masing masing dipipet 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi 1 ml larutan sample (1 ml filtrat / 2500 ml larutan) Ditambah 1 ml pereaksi Nelson Dipanaskan selama 30 menit diatas penagas air mendidih. Didinginkan hingga 25 0 C Ditambah 1 ml larutan Arsenomolybdat dan dikocok Ditambah 7 ml akuades Larutan Homogen Diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 750 nm Dilakukan perhitungan kadar gula reduksi Kadar Gula Reduksi

20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil Analisis Karbohidrat Analisis karbohidrat pada buah dari tanaman baru terung belanda dan blanko dilaksanakan dengan memperoleh hasil sebagai berikut: a. Hasil penentuan berat sampel buah tanaman baru terung belanda dan blanko Tabel 4.1. Berat Sampel Buah Terung Belanda Untuk Analisis I, II, III Analisis ke/no Sampel Berat sample (gram) Volume filtrate (ml) Berat Sampel (mg/ml) I II III TS1 135, ,181 TS2 170, ,092 TS3 128, ,762 TB1 145, ,568 TB2 132, ,749 TB3 151, ,060 TS1 128, ,333 TS2 135, ,893 TS3 134, ,196 TB1 131, ,753 TB2 142, ,709 TB3 133, ,008 TS1 55, ,000 TS2 174, ,667 TS3 109, ,847 TB1 91, ,857 TB2 78, ,233 TB3 81, ,533 46

21 b. Hasil analisis kualitatif larutan sampel dengan menggunakan pereaksi Benedict, menunjukan semua larutan sampel dari buah tanaman baru terung belanda dan buah terung belanda blanko (1 ml filtrat / 100 ml larutan) menghasilkan perubahan warna larutan dari biru ke hijau dan dari hijau ke hijau kekuningan serta terbentuk endapan merah bata. c. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan glukosa standar 0,05 mg/ml dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada 650 nm 850 nm diperoleh pada 750 nm yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar No Panjang gelombang (nm) Absorbansi , , , , , , , , , , ,696* 760 0, , , , , , , , , ,524

22 Dari table diatas diperoleh kurva panjang gelombang maksimum sebagai berikut: 0,7 0,6 Absorbansi 0,5 0, Panjang Gelombang (nm) Gambar 4.1. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar d) Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Glukosa Standar pada 750 nm menunjukan bahwa terjadi peningkatan absorbansi larutan glukosa sesuai dengan peningkatan konsentrasi larutan glukosa standar sehingga diperoleh persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi berikut :

23 Tabel 4.3. Absorbansi Larutan Glukosa Standar pada 750 nm No Konsentrasi larutan glukosa standar (mg/ml) Absorbansi larutan glukosa standar ,02 0,481 0,04 0,623 0,06 0,768 0,08 0,911 0,10 1,054 0,12 1,199 0,14 1,344 0,16 1,487 0,18 1,632 0,20 1,775 Dari tabel diperoleh persamaan regresi dan kurva kalibrasi dengan perhitungan nilai a (slope) dan b (intersep) serta nilai r (korelasi) absorbansi dengan konsentrasi larutan glukosa standar sebagai berikut: a = ( X ²) ( Y) - ( X ) ( XY) n ( X²) - ( X) ² 0,154 (11,274) - (1,1)(1,47762) = ccc 10 (0,154) - (1,1)² 1, ,62538 = = 0,34 0,33

24 b n ( XY) - ( X ) ( Y) = n ( X²) - ( X) ² 10(1,47762) - (1,1)(11,274) = 10 (0,154) - (1,1)² 14, ,401 = = 7,19 0,33 r = n XY - X. Y (n. X² - ( X) ² ) x ( n Y² - ( Y) ² ) r = 14, ,4014 (1,54-1,21) x (144, ,103 ). = 2,3748 0,33 x 17,08998 = 0, Dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0, menunjukan bahwa konsentrasi glukosa berkorelasi positif dengan absorbansi dan korelasinya erat ( r 2 = 0, ) sehingga kurva mempunyai keakuratan dalam menentukan konsentrasi glukosa sebesar 99,99 %.

25 Absorbansi 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,02 0,06 0,1 0,14 0,18 Y = 0,34 + 7,19X r = 0, KONSENTRASI GLUKOSA (mg/ml) Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Glukosa Standar Dari hubungan absorban terhadap konsentrasi larutan glukosa standar pada kurva diatas maka diperoleh persamaan garis regresi linier. Y = a + bx Y = 0,34 + 7,19X Dimana: Y = nilai absorban X = konsentrasi glukosa a b = slope = intersep

26 f) Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Sampel buah terung belanda yang disambung dan blanko pada analisis I, II, III dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4. Absorbansi larutan sampel buah terung belanda Analisis Ke / no Sampel Absorbansi (y) I II III TS1 1,093 TS2 1,169 TS3 1,089 TB1 0,848 TB2 0,927 TB3 0,838 TS1 1,054 TS2 1,164 TS3 0,985 TB1 0,898 TB2 0,938 TB3 0,854 TS1 1,089 TS2 1,172 TS3 1,063 TB1 0,875 TB2 0,912 TB3 0,811 Hasil pengukuran absorbansi larutan sampel digunakan untuk perhitungan kadar gula reduksi (KGR) sebagai berikut: Misalnya pada analisis I. absorbansi larutan sampel P1 = 1,093 maka ( Y ) = 1,093 Berat sampel dalam 1 ml filtrat (S) = 1828,181 mg Faktor pengenceran ( Fp) = 2500

27 1,093-0,34 X = 7,19 0,7572 = 7,19 = 0, KGR = X. Fp x 100% S = 0, x 100% 1828, ,23 = 1828,181 = 14,40133 % = 14,40 % Dengan perhitungan yang sama kadar gula reduksi pada analisis 1,2 dan 3 secara keseluruhan untuk buah tanaman baru terung belanda dan blanko dapat dilihat pada tabel berikut:

28 Tabel 4.5. Kadar Gula Reduksi Buah Dari Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko No Tanaman Baru Terung Belanda TS1 TS2 TS3 (%) (%) (%) 14, , , , , , , , ,95843 TB1 (%) Tanaman Blanko TB2 (%) TB3 (%) 9, , , , , , , , , Rata- Rata KGR 13, , , , , , ,29653 (%) 10,20515 (%) Dari tabel dapat diketahui bahwa penyambungan tanaman terung belanda sebagai batang atas dengan tanaman rimbang sebagai batang bawah dapat meningkatkan kadar gula reduksi pada buah terung belanda hasil penyambungan yakni; 14, ,20515 x 100 % = 40,09 % 10,20515

29 Sehingga dapat dibuat kurva peningkatan kadar gula reduksi sebagai berikut % KGR TB1 TB2 TB3 TS1 TS2 TS3 ANALISIS 1 ANALISIS 2 ANALISIS 3 Gambar 4.3. Grafik peningkatan kadar gula reduksi pada buah terung belanda ( TB = buah blanko, TS = buah dari tanaman baru hasil sambung pucuk) Pengamatan Terhadap Tanaman Baru Terung Belanda. Pengamatan selama 6 bulan terhadap tanaman baru terung belanda setelah penyambungan terung belanda dengan rimbang adalah sebagai berikut : a) Pada minggu ketiga setelah penyambungan terdapat 9 tanaman yang tumbuh subur dari 12 tanaman yang disambung pucuk. b) Pada minggu ke 8 setelah penyambungan terjadi pembengkakan pada bekas sambungan, pertumbuhan batang atas lebih cepat daripada batang bawah

30 sehingga batang atas lebih besar dari batang bawah, batang yang disambung lebih pendek dan cabang lebih banyak dibandingkan batang terung belanda blanko. c) Pada minggu ke 13 setelah penyambungan tanaman mulai berbunga dan membentuk bakal buah. d) Pada minggu ke 21, 23 dan 25 setelah penyambungan (setelah 6 bulan), buah terung belanda yang disambung dan blanko dipanen bersamaan. Tekstur buah terung belanda hasil penyambungan lebih keras dari pada blanko. Secara umum tidak terdapat perbedaan bentuk, ukuran dan warna pada daun ataupun buah antara tanaman yang disambung dengan tanaman blanko. Tanaman terung belanda yang disambung lebih banyak menghasilkan buah dari pada tanaman terung belanda blanko yang dapat dilihat pada tabel berikut

31 Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Keberhasilan Sambung Pucuk Antara Terung Belanda Dengan Rimbang No / Tanaman Keadaan Tanaman Panen I panen II Produksi Buah panen III Rata-rata 1 S1R1T1.1 2 S2R2T1.2 3 S3R3T1.3 Subur Tidak tumbuh setelah penyambungan (gagal) Tidak tumbuh setelah penyambungan (gagal) (TS1) 56 4 S4R4T1.4 5 S5R5T2.1 subur subur TS 70 6 S6R6T2.2 subur (TS2) 7 S7R7T2.3 subur S8R8T2.4 subur S9R9T3.1 subur (TS3) 10 S10R10T3.2 subur S11R11T3.3 subur S12R12T3.4 Tidak tumbuh setelah penyambungan (gagal) 13 TB1 Subur (TB1) 41 TB 14 TB2 Subur (TB2) TB3 Subur (TB3) 43 Jumlah Rata-rata buah / pohon / 15 hari

32 Dari tabel di atas dapat di tentukan persentase keberhasilan sambung pucuk antara terung belanda dengan rimbang, yaitu : Jumlah tanaman yang disambung % keberhasilan = x 100 % Jumlah tanaman yang tumbuh = 9 x 100 % 12 = 75 % Selanjutnya dari perbandingan rata rata produksi buah terung belanda blanko dengan produksi buah tanaman baru terung belanda yang diamati selama 3 kali panen atau 45 hari yaitu 51 : 70 menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi sebesar x 100 % = 37,25 % 51 (BUAH ) TB1 TB2 TB3 TS1 TS2 TS3 T. Blanko T. Sambung Gambar 4.4. Grafik Produksi Buah Tanaman Baru Terung Belanda Dan Blanko

33 4.2. Pembahasan Pembahasan hasil analisis karbohidrat. Dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap larutan sampel buah dari tanaman baru terung belanda dan blanko menunjukan bahwa : a. Dengan menggunakan pereaksi benedict yang menunjukan bahwa buah dari tanaman baru terung belanda hasil penyambungan dan buah terung belanda blanko positif mengandung karbohidrat monosakarida yakni glukosa sebagai gula reduksi. Hal ini di buktikan dengan terjadinya perubahan warna larutan dari biru ke hijau dan dari hijau ke hijau kekuningan dan terbentuknya endapan merah bata. Pada pereaksi benedict natrium sitrat dan natrium karbonat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan tembaga sulfat. Selanjutnya gula mencegah terbentuknya endapan CuCO 3 dan mereduksi Cu 2+ yang terikat pada senyawa kompleks menjadi Cu + sehingga warna biru berubah menjadi hijau. Cu + diendapkan dengan memanaskan dalam penangas air mendidih, sehingga banyaknya endapan dapat menunjukan kadar gula yang dapat mereduksi. Berikut reaksi yang berlangsung: Na 3 C 6 H 5 O 7 2Na 2 SO Na 2 CO 3 + 2CuSO 4 + 2NaOH CuCO 3 + Na 3 C 6 H 3 O 7 Cu + 2H 2 O Komplek berwarna biru mengandung Cu 2+ RCHO + 2Cu OH - RCOO - + Cu 2 O + 3H 2 O Gula Pereduksi Endapan Merah Bata b). Selanjutnya dari tanaman baru terung belanda dan blanko serta analisis kuantitatif hingga diperoleh peningkatan kadar karbohidrat pada buah tanaman

34 baru terung belanda dapat dijelaskan dengan pendekatan fotosintesis atau biosintesis karbohidrat. Dengan keberhasilan penyambungan berarti proses fotosintesis tetap berlangsung setelah penyambungan dengan reaksi : cahaya/ khlorofil 6H 2 O + 6CO 2 C 6 H 12 O 6 + 6O 2 Pada dasarnya terjadi pada dua reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap, yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya, konsentrasi karbondioksida, suhu, kadar air, kadar fotosintat (hasil fotosintesis) dan tahap pertumbuhan. Faktor intensitas cahaya, konsentrasi karbon dioksida dan suhu tidak terbatas dan tidak berbeda antara terung belanda yang disambung dengan blanko. Setelah penyambungan faktor yang berpengaruh adalah kadar air, kadar fotosintat dan tahap pertumbuhan. Ketiga faktor ini dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dan morfologis tanaman. Dimana tanaman memberikan respon terhadap pengaruh yang diberikan. Bentuk dan kedalaman serta penyebaran akar (rimbang) mempengaruhi jumlah air yang dapat diserap oleh akar tanaman, akar yang kurus dan panjang (akar rimbang ) mempunyai luas permukaan yang lebih besar dari akar yang tebal dan pendek ( akar terung belanda) sehingga penyerapan air dapat ditingkatkan untuk melakukan reaksi fotosintesis. Pada tanaman yang tumbuh terjadi translokasi air melalui xylem dari sel ke sel atau dari organ ke organ untuk membentuk karbohidrat. Produk biosintesis yang berupa karbohidrat ini dialirkan melalui phloem untuk proses pembentukan senyawa kimia lainya didalam tanaman, dan sisanya disimpan di akar, batang dan buah. Penyambungan mengakibatkan gangguan secara sementara terhadap proses

35 translokasi ini sehingga terjadi pembengkakan pada bekas luka sambungan. Selanjutnya akar yang sudah kuat pada batang bawah sambungan untuk sementara tidak menerima produk biosintesis karena sudah melewati masa perkecambahan, sehingga produk biosintesis lebih besar digunakan untuk pembentukan cabang atau buah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah produksi buah serta kadar gula reduksi pada buah. Meningkatnya kadar gula reduksi sebagai karbohidrat pada buah terung belanda yang disambung menyebabkan buah semakin padat atau semakin keras jika dibandingkan dengan buah terung belanda blanko Pembahasan Terhadap Tanaman Baru Terung Belanda. Dari hasil pengamatan selama 6 bulan setelah penyambungan antara terung belanda dan rimbang dengan tingkat keberhasilan 75 % dapat diketahui bahwa : a) Terjadi pertautan antara batang atas dengan batang bawah. Masing-masing sel parenkim batang atas dan batang bawah mengadakan kontak, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Setelah dilakukan penyambungan sel-sel batang bawah dan sel-sel batang atas yang dilapisi oleh membran plasma yang terdiri dari senyawa fospat dan protein integral masing-masing tetap melakukan pembelahan sel dan saling berinteraksi dengan bantuan enzim difospatase. Setelah terjadi perpaduan pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses transportasi zat hara dan air serta produk biosintesis dalam tanaman kembali

36 berlangsung sebagaimana mestinya Proses pertautan terus berlanjut dimana sel atau jaringan meristem antara daerah potongan terjadi kontak dan saling menjalin secara sempurna. Semakin besar tanaman maka semakin tebal lapisan sel yang berinteraksi sehingga terjadi perpaduan yang kokoh antara batang atas dan batang bawah. b) Terjadinya pertautan antara batang bawah dan batang atas tersebut pada dasarnya adalah disebabkan oleh kedua tanaman yang disambung masih dalam satu famili, yaitu famili solanaceae. Irisan / sayatan waktu menyambung rata. Pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. c) Dari tanaman yang berhasil disambung (S1R1T1.1, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6 T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4, S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3 ), dapat diketahui bahwa tanaman dengan batang atas yang berasal dari pohon induk T1 hanya dua tanaman yang berhasil ( 50 % ), dari pohon induk T2 semua tanaman yang disambung berhasil ( 100 % ), dan dari pohon induk T3 ada tiga tanaman yang berhasil (75%). Hal ini menunjukan bahwa tanaman dengan batang atas dari pohon induk T2 lebih unggul dari T3 dan T1, dan T3 lebih unggul dari T1. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor batang atas yang dipotong kasar sehingga mengalami kerusakan Tidak bersih sehingga terkontaminasi oleh penyakit dan batang atas terkena tidak terkena sinar matahari penuh sehingga memungkinkan cabang tidak memiliki mata tunas yang tumbuh sehat dan subur. d) Terjadinya pembengkakan di bagian sambungan dan pertumbuhan batang terung belanda lebih cepat daripada batang rimbang sehingga batang atas sedikit lebih

37 besar dari batang bawah terjadi karena Inkompatibilitas (tidak cocok) antara batang atas dan batang bawah yang bersifat lokal, yaitu terjadi pada bagian yang disambung. Inkompatibilitas lain yaitu bersifat translokasi, yaitu dapat berupa ketidakmampuan zat-zat untuk melintasi bagian penyambungan atau adanya aliran zat yang bersifat toksin dari salah satu bagian tanaman terhadap bagian lainnya. sehingga dihasilkan tanaman baru dengan beberapa perubahan. e) Dari waktu pembungaan yang lebih cepat, cabang lebih banyak, dan batang yang lebih pendek pada tanaman hasil sambung dibandingkan blanko dengan pembungaan lebih lama, cabang lebih sedikit dan tumbuh makin tinggi menunjukan bahwa batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus. Batang bawah dapat mengontrol pertumbuhan dan bentuk tajuk batang atas sehingga batang atas memiliki bentuk batang dan tunas percabangan yang sama dengan batang bawah. Selanjutnya batang bawah (rimbang) juga dapat mengontrol waktu pembungaan terung belanda dimana dengan penyambungan tanaman dapat berbunga ± 6 bulan setelah penyemaian benih rimbang sedangkan perbanyakan dengan biji harus menunggu tanaman berbuah antara 1 sampai 2 tahun. f) Setelah diperhatikan banyaknya buah yang diproduksi pada panen pertama sampai ketiga (pada minggu ke 21, 23 dan 25 setelah penyambungan) ternyata produksi buah dari tanaman yang disambung lebih banyak dari pada blanko yakni 70 : 51. Dari tanaman yang disambung ternyata buah yang berasal dari pohon induk T2 lebih banyak dari T1 dan T3, dan T3 lebih banyak dari T1 dengan perbandingan produksi buah T1 : T2 : T3 yaitu 56 : 86 :67. Hal ini

38 menunjukan bahwa batang bawah ataupun batang atas berpengaruh terhadap produksi buah. Batang bawah menjadikan tanaman yang disambung bercabang banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak. Batang atas juga berpengaruh pada penyambungan dimana produksi buah lebih banyak pada tanaman yang berasal dari pohon induk T2, yang sebelumnya dari tingkat keberhasilan penyambungan juga lebih besar dari pada T1 dan T3. Jika dibandingkan rata- rata produksi buah antara panen I, II dan III yaitu 22 :23 : 21 dalam selisih waktu 15 hari, terjadi sedikit perbedaan, yang berkemungkinan besar disebabkan oleh faktor lingkungan dari tanaman seperti curah hujan yang mempengaruhi kadar air yang diserap oleh akar dalam proses pembentukan buah hanya dalam waktu 15 hari. g) Bentuk buah ataupun daun yang sama antara tanaman terung belanda yang disambung dengan tanaman terung belanda induk /blanko merupakan suatu kelebihan dari perbanyakan vegetatif buatan secara sambung pucuk atau grafting di bandingkan perbanyakan secara generatif. Selain faktor lingkungan, faktor genetik juga mempengaruhi pertumbuhan dari organ penyimpan produk biosintesis seperti buah, dimana organ tersebut mempunyai batasan genetik dalam hal ukuran maksimumnya walaupun ketersediaan air berlebihan dalam melakukan fotosintesis. h) Adanya perbedaan pada batang, cabang serta buah yang diproduksi pada setiap pohon dapat juga disebabkan oleh pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh yang tidak merata. Pupuk NPK yang diberikan terutama merupakan sumber pospat dalam pembentukan ATP pada reaksi terang fotosintesis, sehingga hal ini

39 berpengaruh terhadap karbohidrat yang disintesis pada daun yang selanjutnya tersimpan pada akar,batang dan buah. Sedangkan zat pengatur tumbuh yang mengandung auxin merangsang pertumbuhan dinding sel setiap jaringan tanaman sehingga mempengaruhi pembentukan akar, daun, batang dan buah.

40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan. 1) Kadar karbohidrat pada buah terung belanda dari tanaman baru hasil sambung pucuk dengan rimbang lebih tinggi dari pada blanko yaitu 14,29653 : 10,20515 dengan peningkatan kadar karbohidrat pada tanaman baru terung belanda 40,09 %. 2) Dengan tingkat keberhasilan 75 %, Sambung pucuk terung belanda dengan rimbang menghasilkan tanaman baru terung belanda yang berpengaruh terhadap perubahan sifat terung belanda yaitu: produksi buah meningkat 37,25 % Terjadi pembengkakan pada bekas luka sambungan Batang atas lebih besar dari batang bawah Cabang lebih banyak dari pada pohon blanko. Pohon lebih pendek dari pada pohon blanko Buah lebih keras dari pada buah blanko Tidak terdapat perubahan pada bentuk daun ataupun buah dibandingkan dengan blanko. Tidak terdapat perubahan pada warna daun ataupun buah dibandingkan dengan blanko.

41 5.2. Saran. Agar pembudidayaan tanaman terung belanda sesuai dengan harapan masyarakat maka setelah melihat hasil penelitian ini disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk: 1. Melakukan analisis karbohidrat atau kandungan senyawa lainnya dengan metode yang berbeda untuk memperoleh data lebih lengkap tentang buah terung belanda hasil penyambungan. 2. Melakukan penyambungan dengan metode yang berbeda untuk memaksimalkan produksi buah terung belanda. 3. Melakukan penelitian secara tuntas terhadap tanaman terung belanda sehingga diketahui keunggulan produksinya, baik dari segi kualitas ataupun kuantitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 18 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan. Faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

PEMBUATAN REAGEN KIMIA PEMBUATAN REAGEN KIMIA 1. Larutan indikator Phenol Pthalein (PP) 0,05 % 0,05 % = 0,100 gram Ditimbang phenol pthalein sebanyak 100 mg dengan neraca kasar, kemudian dilarutkan dengan etanol 96 % 100 ml,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih ANALISIS KARBOHIDRAT Analisis Zat Gizi Teti Estiasih 1 Definisi Ada beberapa definisi Merupakan polihidroksialdehid atau polihidroksiketon Senyawa yang mengandung C, H, dan O dengan rumus empiris (CH2O)n,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id

III. METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Peta Lokasi Jalur Hijau Jalan Gerilya Kota Purwokerto. bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah HCl 0,7 %, NaOH1 N, ZnSO4 5%, Ba(OH)2 0,3 N, Akuades, Pereaksi Cu, Alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun tanaman singkong 1-3 bulan, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH) 2 0,3%, pereaksi Cu, pereaksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun kacang panjang, alkohol 70%, HCl 0,7%, NaOH 1N, ZnSO 4 5%, Ba(OH)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pembuatan minuman instan daun binahong dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Uji aktivitas

Lebih terperinci

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Karbohidrat Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Definisi Karbohidrat Turunan aldehida atau keton yang memiliki rumus umum (CH 2 O) n atau C n H 2n O n. Karbohidrat terbentuk dari sintesa

Lebih terperinci

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN

DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN DAFTAR PEREAKSI DAN LARUTAN Terkadang ketika di laboratorium, ada rasa ingin tahu bagaimana cara membuat pereaksi molisch, barfoed, seliwanoff dan sebagainya. Nah, disini saya mencoba menyajikan bagaimana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang sungai Kali Pucang, Cilacap. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan November 2011 di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2014 sampai dengan bulan Januari 2015 bertempat di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL ) disusun secara faktorial dengan 3 kali ulangan.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Deskripsi varietas Grobogan Nama Varietas : Grobogan SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008 Tahun : 2008 Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha Potensi Hasil : 2,77

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Brookfield Digital Viscometer Model

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat eksperimen karena terdapat suatu pengendalian perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di Soreang, Kabupaten Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman BDI. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen ini melibatkan satu faktor dengan 6 taraf sebagai perlakuan, sehingga rancangan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010.

BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada bulan Juli 2009 Oktober 2010. 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, dan Laboratorium Pengolahan Limbah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet-

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet- BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet- Cibeureum. Sampel yang diambil berupa tanaman CAF. Penelitian

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah: Variabel bebas Variabel terikat Waktu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 6 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan meliputi daun pohon sengon sebagai sampel yang terdapat di daerah

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN A. Spesifikasi Susu Skim Bubuk Oldenburger Komponen Satuan Jumlah (per 100g bahan) Air g 3,6 Energi kj 1480 Protein g 34,5 Lemak g 0,8 Karbohidrat g 53,3 Mineral

Lebih terperinci