ANALiSIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI 1KAN DI JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALiSIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI 1KAN DI JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 ANALiSIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI 1KAN DI JAWA TIMUR S K R I P S I Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan llmu Ekonomi dan Studi Pembangunan OLEH: TOSEPH TEDI PURMAWAN CANDRA BEDU No. Pokok : F A K U L T A S E K O N O M I U N IV E R S IT A S A IR L A N G G A S U R A B A Y A 1993

2 SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI IKAN DI JAWA TIMUR DIAJUKAN OLEH : YOSEPH TEDI PURNAWAN CANDRA BEDU No. Pokok : TANGGAL : f O - O S - O j p

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-kya akhirnya terselesaikan juga penyusunan tugas akhir ini. Disadari sepenuhnya bahwa dalam tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karenanya kritik saran dan komentar demi perbaikan dan penyempurnaan akan diterima dengan lapang dada. Banyak pihak yang turut ' membantu penyelesaian skripsi ini, untuk itu penulis sangat berterimakasih dengan setulusnya terutama kepada : 1. Bapak Drs. Ec. Soedarto M.Ec, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan petunjuk sejak awai sampai akhir penulisan. 2. Para Bapak dan Ibu dosen, yang telah memberikan bekal ilmu yang amat berguna bagi penulisan skripsi ini. 3. Keluarga dan sahabat yang dengan sabar dan penuh pengertian telah memberikan dorongan semangat hingga selesainya skripsi ini. Dan pada akhirnyr* semoga hasil tulisan ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang memerlukan. Surabaya Mei 1993 Pe n 111 i s i.ii

4 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Persetujuan... i ii Kata Pengantar... Daf tar Isi... Daftar Tabel... iii i v vii Daf tar Gambar Daftar Lampiran... Abstraksi ix xi xii Bab I Pendahuluan....» Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Skripsi... 8 Bab II Tinjauan Pustaka Landasan Teori Teori Permintaan Teori Kurva Indeferen Pengaruh Perubahan Pendapatan iv

5 Terhadap Konsumsi Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Konsumsi' Teori Preferensi Nvata Konsep Elastisitas Penelitian Sebelumnya Hipotesis dan Model Analisis Hipotesis Model Analisis... * Metode Penelitian Definisi Operasional Identifikasi Variabel Jenis dan Sumber Data Prosedur Penentuan Sampel Prosedur Pengumpulan Data Teknik Analisis Bab III Analisis Gambaran U m u m Perkembangan Produksi Ikan di Jawa Timur Perkembangan Konsumsi Ikan dan Subst i t us inv;.\ di. Jawa Timur v

6 Pengaruh Pendapatan dan Harga Terhadap Konsumsi Ikan di Jawa Timur Pembahasan Dab IV Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran vi

7 DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman 1.1 Rata-rata Konsumsi Kalori dan Protein Perkapita Perhari Menurut Jenis Bahan Elastisitas Harga dan Pengeluaran Perkembangan Produksi Ikan Jatim Perkembangan Armada Perikanan Laut Menurut Jenis Perahu Tahun Produksi Ikan Darat Menurut Cabang Usaha Tahun Konsumsi Beberapa Jenis Pangan Rata-rata Perkapita Seminggu Tahun 1981, 1984, 1987, dan Konsumsi Protein Hewani Rata-rata Perkapita Sehari Tahun Persentase Pengeluaran Rata-rata Perkapita sebulan Berdasarkan Kelompok Pangan Tahun 1984, 1987, dan Konsumsi Rata-rata Perkapita Seminggu v i i

8 Menurut. Golongan Pengeluaran Sebulan Tahun Persentase Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Menurut Golongan Pengeluaran Sebulan v i i i.

9 DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Halaman 2.1 Peta Indeferen.' Diminishing MRS Garis Anggaran Ekuilibrium Konsumen Kurva Konsumsi-Pendapatan dan Penurunan Kurva Engel Klasifikasi Jenis Barang dengan Kurva Engel Kurva Konsumsi-Harga dan Kurva Permintaan Konsumen Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Hicks Efek Substitusi dan Efek Pendapatan Barang Giffen Kurva Permintaan Barang Giffen Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Slutsky Penurunan Kurva Permintaan Penentuan Preferensi Penurunan Kurva Indeferen 52 ix

10 2.15 Penurunan Kurva Indeferen Elastisitas Harga dan Slope Kurva Konsumsi-Harga... x

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Lampiran 1. Data-data yang diolah 2. Hasil Perhitungan Regresi I 3. Durbin-Watson test I 4. Hasil Perhitungan Regresi II 5. Durbin-Watson test II 6. Gambar Kurva Permintaan xi

12 ABSTRAKSI Indonesia adalah salah satu negara berkembang' yang tingkat konsumsi gizi masyarakatnya masih tergolong rendah. Terutama konsumsi gizi yang berasal dari pangan hewani. Ikan merupakan salah satu jenis pangan hewani yang bergizi tinggi. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di bidang perikanan. Jawa Timur termasuk produsen perikanan terbesar kedua di Indonesia, namun tingkat konsumsi ikannya belum mencapai standar gizi nasional. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ikan di Jawa Timur dengan menggunakan model fungsi permintaan dalam bentuk double log. Hasil regresinya menunjukkan bahwa konsumsi ikan di Jatim ternyata dipengaruhi oleh harga ikan itu sendiri, harga daging ayam {substitusinya), harga minyak goreng (sebagai komplementernya), dan pendapatan perkapita. Sedangkan variabel yang paling berpengaruh dalam menentukan besarnya konsumsi ikan adalah pendapatan perkapita. n i i

13 M I L Ifc. FERPUSTAK-a a H U H IT E R S n AS AlltLAN<KlA- S H RABAY A _ BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG World Bank memperkirakan masih sekitar 340 juta penduduk dunia, tingkat konsumsi pangannya masih di bawah norma kecukupan, khususnya dari konteks gizi, Konsumsi kalori, protein, dan zat gizi penting lainnya belum memenuhi norma gizi yang dianjurkan. Bagian terbesar dari penduduk yang kekurangan gizi ini berada di negara-negara berkembang.^ Keadaan kurang gizi yang dialami negara-negara berkembang pada umumnya, disebabkan pola konsumsi pangan yang masih didominasi oleh sumber pangan nabati baik sebagai sumber kalori maupun sebagai sumber protein. Sedangkan pangan hewani yang dianggap mencerminkan mutu konsumsi pangan, belum banyak dikonsumsi,-. Kegunaan bahan pangan hewani sebagai sumber energi dan protein tidak perlu diragukan lagi. Secara teoritis, Hidayat Syarief dan Drajat Martianto,"Perkembangan Konsumsi Pangan", Pangan, BULOG, Buletin Vol. II, No. 7, Januari 1991, halaman 62. 1

14 nilai protein yang berasal dari pangan hewani memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap dan sangat dibutuhkan oleh tubuh nanusia. Rendahnya tingkat konsumsi pangan hewani di negara-negara berkembang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan masyarakatnya yang relatif rendah, di samping itu faktor-faktor lain seperti ketersediaan pangan, selera, kebiasaan makan, dan nilai-nilai sosial budaya juga turut mempengaruhi. Sejak awai masa Orde Baru, pemerintah Indonesia telah memberikan prioritas tinggi untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Upaya pemerintah ini terbukti dengan berhasilnya Indonesia Mencapai swasembada beras pada tahun Namun dilain pihak keberhasilan tersebut diikuti pula dengan meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap beras sebagai sumber kalori dan protein. Keadaan inilah yang merupakan salah satu dilema pembangunan pertanian di masa kini maupun di 2 masa yang akan datang. Salah satu indikator yang dapat dipakai untuk 2 Entang Sastraatmadja, Ekonomi Pembangunan. Armico, Bandung, 1986, halaman 78.

15 3 mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah besarnya konsumsi kalori dan protein perkapita perhari. Ada beberapa pedoman yang berbeda tentang standar kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia. Dari hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1988), diberikan patokan kecukupan konsumsi kalori dan protein perkapita perhari masing-masing sebesar 2050 kalori dan 45 gram protein. Sedangkan Biro Perencanaan Departemen Pertanian menetapkan standar kecukupan konsumsi sebesar 2000 kalori dan 45 gram protein. 3 Untuk melihat gambaran konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesiai berikut ini disajikan tabel konsumsi kalori dan protein menurut jenis bahan makanan untuk tahun 1984 dan Bila digunakan pedoman dari Departemen Pertanian, yakni 2000 kalori dan 45 gram protein perkapita perhari sebagai standar kecukupan, maka secara nasional baik konsumsi kalori maupun protein masih berada di bawah norma yang dianjurkan. Survey Sosial Ekonomi Nasional, Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia. Jakarta, 1987, halaman xvii.

16 Peranan pangan nabati sebagai sumber kalori dan protein masih tetap tinggi. Terutama jenis makanan yang berasal dari padi-padian, kontribusinya terhadap total konsumsi kalori dan protein perkapita perhari pada tahun 1987 secara rata-rata sebesar 68% dan 56%. TABEL : 1.1 RATA-RATA KONSUMSI KALORI DAN PROTEIN PERKAPITA PERHARI MENURUT JENIS BAHAN MAKANAN JENIS BAHAN MAKANAN KALORI PR01[*EIN Padi-padian 1200, ,03 23,63 24,14 Ubi-ubian 116,78 104,60 0,91 0,93 Ikan 41,59 34,16 7,43 6,23 Daging 17,60 17,91 1,23 1,20 Telur dan susu 20,17 22, ,36 Sayur-sayuran 35,69 40,10 2,62 2,87 Kacang-kacangan 39,88 45,77 3,52 4,40 Buah-buahan 37,69 39,49 0,45 0,46 Lainnya 288,15 309,23 2,45 2,54 JUMLAH 1797, ,64 43,29 44,13 Sumber : BPS, Susenas berbagai tahun. Selanjutnya konsumsi pangan hewani yang mencakup ikan, daging, telur dan susu secara total menunjukkan

17 adanya peningkatan. Akan tetapi bila ditinjau perjenis pangan ternyata kontribusi ikan baik sebagai sumber kalori maupun protein menunjukkan trend yang menurun. Padahal dari sudut gizi, protein ikan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan jenis pangan lainnya. Selain itu berdasarkan hasil penelitian, ternyata ikan mengandung asam lemak tidak jenuh yang disebut Omega 3 Polvenes yang dapat menurunkan kolesterol tinggi dan dapat mengurangi resiko Hiperlipidemia dan kemungkinan penyakit jantung koroner. 4 Dengan tidak mengecilkan arti keberhasilan yang telah dicapai selama empat Repelita, nampaknya masalah gizi masih belum dapat dipecahkan. Padahal prasyarat untuk mencapai kemajuan sosial ekonomi pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya adalah dengan mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan dan memperbaiki gizi masyarakat serta untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada sumber pangan nabati, 4 N. Haidy A. Pasay, Evy Nurvidya Anwar, dan Triasih Djutaharta, "Pola Konsumsi Energi Penduduk Indonesia di Masa Depan", Ma.ialah Demografi Indonesia. Tahun XVIII, No 36, Desember 1991, halaman 23.

18 adalah dengan meningkatkan penyediaan dan konsumsi pangan hewani. Diantara berbagai produk pangan hewani yang ada, tampak bahwa pangan ikan lebih memasyarakat dibanding produk hewani asai ternak. Hal ini merupakan indikasi bahwa di samping ketersediaannya tersebar merata juga harganya yang relatif lebih murah sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat banyak yang umumnya berpendapatan rendah. Tingkat konsumsi ikan rata-rata perkapita perhari secara nasional berdasarkan pada Susenas 1987 baru mencapai 0,3 gram. Sedangkan untuk Jawa Timur lebih rendah lagi yakni sekitar 0,138 gram perkapita perminggu Padahal standar konsumsi ikan yang dianjurkan oleh LIPI adalah 29,5 kg perkapita pertahunnya. 5 Kondisi yang digambarkan di atas tampaknya cukup memprihatinkan, karena secara potensial Indonesia yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, seharusnya ketersediaan dan konsumsi ikannya tinggi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila Dirjen Pertanian pada 5 A. M. Hanafiah dan A. M. Saefuddin, Tata Niaga Hasil Perikanan» Ul-Press, Jakarta, 1983, halaman 84.

19 peringatan Hari Pangan se-dunia menghimbau masyarakat untuk meningkatkan perbaikan gizi melalui program g memasyarakatkan makan ikan PERUMUSAN MASALAH Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang dapat dikemulcakan adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara konsumsi ikan perkapita di Jawa Timur dengan faktor-faktor seperti harga ikan itu sendiri, harga daging sapi, harga daging ayam, harga minyak goreng, dan pendapatan perkapita masyarakat. Dan faktor manakah yang paling berperan dalam menentukan tingkat konsumsi ikan di Jawa Timur TUJUAN PENELITIAN 1» Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumsi ikan di Jawa Timur. 2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh dari masing-masing faktor tersebut dalam menentukan tingkat konsumsi ikan di Jawa Timur. 6 N. Haidy A. Pasay, Evy Nurvidya Anwar, dan Triasih Djutaharta, Op.cit.. halaman 25.

20 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ikan dan besarnya pengaruh dari masing-masing faktor tersebut, akan diketahui pula akibat yang ditimbulkan sehingga dapat diambil suatu kebijaksanaan yang tepat untuk mengatasinya. 2. Sebagai bahan informasi bagi para peneliti selanjutnya, baik untuk penelaahan lebih lanjut maupun sebagai bahan perbandingan. 3. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilnu ekonomi pada khususnya SISTEMATIKA SKRIPSI Sistematika penulisan terdiri atas 4 (empat) bab, di mana antara bab yang satu dengan bab lainnya saling berkaitan dan disesuaikan dengan materi penelitian. Secara garis besar alur pembahasan disusun dalam kerangka sebagai berikut : BAB I : merupakan pengantar terhadap masalah yang akan dibahas. Bab ini antara lain berisi latar belakang permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, dan

21 9 diakhiri dengan sistematika skripsi. BAB II : memuat landasan teori yang digunakan untuk membahas permasalahan yang diteliti. Bab ini berisi beberapa teori ekonomi mikro yang relevan dengan masalah yang diteliti, di samping itu disertakan pula penelitian sebelumnya yang masih berkaitan, hipotesis dan model analisis, serta dilengkapi dengan metodologi penelitian yang digunakan. BAB III : pada bagian ini memuat gambaran umum tentang perkembangan produksi ikan di Jatim, perkembangan konsumsi ikan dan substitusinya serta pengaruh pendapatan dan harga terhadap konsumsi ikan. Bab ini diakhiri dengan pembahasan atas hasil penelitian yang diperoleh. BAB IV : sebagai bagian penutup, bab ini akan memuat kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil 'dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan beberapa saran yang dianggap cukup bermanfaat.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI Teori Permintaan MThe purpose of the theory of demand is to 7 determine the various factor that affect demand. Di mana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi permintaan secara simultan. Untuk dapat menjelaskan faktor-faktor penggerak terjadinya permintaan konsumen akan suatu jenis barang, digunakan pendekatan teori perilaku konsumen. Teori ini menerangkan perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya yang terbatas untuk mendapatkan alat-alat pemuas kebutuhan yang dapat berupa barang dan jasa-jasa konsumsi. 8 Perilaku konsumen di pasar barang dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep dayaguna (utilitas). Menurut pendekatan ini, setiap barang mempunyai dayaguna oleh ' a, Koutsoyiannis, Modern Microeconomics, Second Edition«New York, 1979, halaman 13. g Soediyono, Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga. Liberty, Yogyakarta, 1980, halaman

23 11 karena barang tersebut pasti mempunyai kemampuan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Dua pendekatan dasar yang sering digunakan untuk menerangkan konsep dayaguna adalah pendekatan kardinal (cardinal approach) dan pendekatan ordinal (ordinal approach). Pendekatan kardinal memiliki banyak kelemahan, diantaranya merupakan kelemahan yang paling utama dua yaitu anggapan bahwa konsumen mampu mengukur besarnya dayaguna dari setiap barang secara kardinal dan anggapan bahwa dayaguna marginal dari uang adalah tetap. Kedua asumsi 9 ini dianggap sangat tidak realistis. Karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan sehingga secara praktis tidak bermanfaat. Oleh karenanya dalam penelitian ini digunakan pendekatan yang lebih relevan yakni pendekatan ordinal yang terdiri dari : 1. Teori kurva indeferen 2. Teori preferensi nyata Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan Keempat. LP3ES, Jakarta, 1986, halaman 19.

24 MILIK. PERPUSTAKAAN "UNIVERSITAS AlftLAMOOA" SU RABAY A Teori Kurva Indeferen Teori ini dikemukakan oleh J. Hiclcs dan R. J. Alien pada tahun Teori ini menyatakan bahwa perilaku konsumen dapat dipelajari apabila konsumen tersebut dapat membuat order atau susunan tinggi rendahnva dayaguna yang diperoleh dari mengkonsumsikan sekelompok barang. 10 Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi adalah : 1. Rasionalitas. Konsumen diasumsikan berperilaku rasional, yaitu pada tingkat pendapatan dan harga tertentu ia berusaha memperoleh kepuasan yang maksimum. Karena manusia pada hakekatnya adalah homo economicus sehingga perilakunya harus dapat dipahami menurut logika umum. 2. Kepuasan adalah ordinal. Konsumen tidak perlu mengetahui secara absolut jumlah kepuasan yang bisa diperolehnya, yang penting ia harus mampu membuat urutan tinggi rendahnya kepuasan yang diperoleh dari setiap kombinasi barang. 3. Menurunnya tingkat substitusi marjinal. A. Koutsovianni s,q p c it., halaman 17

25 Preferensi konsumen disusun dalam bentuk kurva indeferen yang diasumsikan konveks terhadap titik nol. Dan ini yang disebut diminishing rate of marginal substitution. Total kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut : di mana : u = f ( q,»q0»***>q )...( 2.1 ) 1 c n U = jumlah dayaguna q = banyaknya barang yang dikonsumsi Pilihan bersifat konsisten dan transitif. Diasumsikan bahwa konsumen harus konsisten dengan pilihannya, yaitu jika pada saat ini ia memilih kombinasi barang A maka di masa yang akan datang ia tidak akan memilih kombinasi lain selain kombinasi barang A. Demikian pula dengan asas transitivitas, jika kombinasi barang A lebih disukai dari kombinasi barang B, dan kombinasi barang.b lebih disukai dari kombinasi barang C, maka dengan demikian kombinasi barang A pasti lebih disukai daripada kombinasi barang C.

26 14 Beberapa konsep dasar yang diperlukan untuk menggambarkan ekuilibrium konsumen adalah konsep kurva indeferen dan konsep garis anggaran. Konsep kurva indeferen. Kurva indeferen diartikan sebagai berikut :...an indeference curve is define as a curve representing a constant level of satisfaction, or alternatively as a locus of point representing combination of two commodities (or basket of commodities^ between which the consumer is indeferent. Beberapa karakteristik yang penting dari kurva 12 indeferen adalah sebagai berikut : 1. Kurva indeferen memiliki slope yang negatif, yang mana menunjukkan bila jumlah salah satu barang (y) berkurang maka jumlah barang lainnya (x) pasti meningkat apabila konsumen bertahan pada tingkat kepuasan yang sama. 2. Semakin jauh kurva indeferen dari titik nol berarti semakin tinggi kepuasan yang diperoleh dan konsumen secara rasional akan memilih kombinasi barang yang **Roger LeRoy Miller and Roger E. Meiners, Intermediate Microeconomics. Third Edition, McGraw-Hill Book Company, Inc., Tokyo, 1986, halaman A. Koutsoyiannis, O p.c it.. halaman 18.

27 15 berada pada kurva indeferen yang terjauh dari titik nol. 3. Kurva indeferen tidak saling berpotongan. Sebab bila kurva indeferen saling berpotongan ini berarti titik perpotongannnya mewakili dua tingkat kepuasan yang berbeda, hal ini jelas tidak mungkin. 4. Kurva indeferen cembung terhadap titik nol. Kecembungan ini disebabkan karena antara barang yang satu (y) dengan barang lainnya (x) merupakan substitusi yang tidak sempurna. Oleh karena slope kurva indeferen mencerminkan rate of marginal substitution antara barang x dan barang y, maka dapat dikatakan bahwa cara pendekatan ini berangkat dari titik tolak aksioma menurunnya marginal rate of substitution dari barang-barang yang dikonsumsi. Aksioma inilah yang menjadi dasar munculnya hukum permintaan yang menyatakan apabila harga suatu barang naik ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta tersebut akan menurun. Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas maka bentuk peta indeferen dapat digambarkan seperti berikut ini:

28 GAMBAR : 2.1 PETA INDEFEREN Sumber : A. Koutsoyiannis, Modern Microeconomics. Second Edit ion. New York, 1979, halaman 18. Peta indeferen menunjukkan susunan preferensi konsumen diantara berbagai kombinasi barang. Kombinasi barang yang berada pada kurva indeferen yang terjauh dari titik asai lebih disukai karena memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Pada gambar berikut ini konsumen diasumsikan indeferen terhadap berbagai kombinasi barang x dan y, jadi kombinasi yang manapun akan memberikan tingkat kepuasan yang sama. Sumbu horizontal telah ditetapkan sedemikian rupa sehingga OX = X X = X X = X,X = 1 X i, 6 J (satu) unit. Slope kurva indeferen pada setiap titik pertemuan X dan Y disebut juga sebagai marginal rate of substitution antara komoditi (x dan y) yang besarnya ditentukan oleh tangent pada titik tersebut. Di mana "MRS is defined xy

29 37 as the number of unit of commodity Y that must given in exchange for an extra unit of comodity X so that consumer maintains the same level of satisfaction. up the 13 GAMBAR : 2.2 DIMINISHING MRS Q uantity o f Y consumed per period o f time Sumber : Arthur A. Thompson Jr., Economics of The Firm Theory and Practice. Third Edition. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cilffs, New Jersey, 1981, halaman 81. Secara matematis pernyataan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut : AY MRS = ~ ~... ( 2.2 ) xy AX Perdefinisi MRS adalah "...the rate at which a consumer is agreeable to trading off some of one good 13 Ibid.

30 for more of another good while at the same time holding 14 the overall level of satisfaction.1' Sehingga apabila pada mulanya konsumen berada pada titik kombinasi» maka untuk memperoleh satu unit tambahan barang X konsumen harus bersedia mengorbankan barang Y sebesar Y Y agar tetap berada pada tingkat kepuasan yang sama Akan tetapi apabila substitusi ini diteruskan maka jumlah barang Y yang konsumen bersedia korbankan untuk memperoleh tambahan satu unit barang X, makin lama menjadi makin sedikit. Hal ini disebabkan seiring dengan pergerakan sepanjang kurva dari kiri atas menuju kanan bawah marginal utility barang Y (MUy) semakin meningkat, sebaliknya marginal utility barang X (MUx) semakin menurun. Dengan demikian konsep marginal rate of substitution (slope kurva indeferen) ekivalen dengan konsep marginal utility. Hubungan tersebut secara matematis dinyatakan seperti berikut : RS = - = - *...(2.3) xy AX MUy Arthur A. Thompson Jr., Economics of The Firm Theory and Practice, Third Edition. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1981, halaman 81.

31 Konsep garis anggaran. Keinginan konsumen untuk mendapatkan dayaguna yang maksimum dibatasi oleh besarnya anggaran yang tersedia. Besarnya anggaran ini ditentukan oleh tingkat harga barang dan jumlah barang yang akan dibeli untuk masing-masing jenis barang. 15 Apabila Y adalah besarnya anggaran, P adalah harga barang yang dibeli dan Q adalah jumlah barang, maka besarnya kendala anggaran dalam kasus dua jenis barang (x dan y) dapat dinyatakan sebagai berikut : Y = PxQx + PyQy { 2.4 ) Persamaan tersebut dapat juga ditulis dalam bentuk : ( 2.5 } Formulasi ini secara grafis digambarkan sebagai garis Y lurus dengan intersep sumbu Y pada skala dan slopenya Px adalah r Py Skala intersep menunjukkan jumlah barang Y yang dapat dibeli konsumen bila seluruh anggaran yang tersedia, digunakan untuk membeli barang Y semata-mata. Besarnya slope menunjukkan banyaknya jumlah barang Y yang harus dikorbankan untuk memperoleh tambahan satu 15 Sudarsono, Qp.cit., halaman 26.

32 20 unit barang X, Tanda negatif menunjukkan adanya hubungan substitusi antara barang X dan barang Y. GAMBAR : 2.3 GARIS ANGGARAN Sumber : A. Koutsoyiannis, Modern Microecondmics«Second Edition. New York, 1979, halaman 21. Ekuilibrium Konsumen. Konsumen memiliki keinginan mencapai kurva indeferen yang sejauh mungkin dari untuk titik origin, akan tetapi tujuannya dibatasi oleh kemampuan yang digambarkan oleh garis anggaran. Oleh karena itu konsumen akan berada dalam keadaan ekuilibrium apabila antara keinginan dan kendala dipertemukan. Secara grafis kondisi ini digambarkan sebagai titik singgung antara kurva indeferen yang mewakili keinginan konsumen, dengan garis anggaran yang merupakan kendala. Posisi ekuilibrium ini ditunjukkan olek titik e pada gambar 2.4 berikut ini.

33 21 GAMBAR : 2.4 EKUILIBRIUM KONSUMEN Sumber : A. Koutsoyiannis, Modern Microeconomics. Second Edition. New York, 1979, halaman 22. Titik e menunjukkan slope kurva indeferen sama dengan slope garis anggaran ini berarti : MUx _ Px MUy Py... ( 2.6 ) Penyusunan kembali persamaan ini akan menghasilkan suatu hubungan yang menarik untuk ditafsirkan yaitu : MUx _ MUy Px " Py... { 2.7 ) Penafsiran dari hubungan ini adalah konsumen berusaha mencapai kombinasi barang di mana setiap rupiah yang akan dibelanjakan untuk barang X akan menghasilkan dayaguna tambahan yang sama dengan dayaguna tambahan barang Y, apabila satu rupiah tersebut dibelanjakan untuk barang Y. Atas dasar anggaran dan keadaan harga pasar tertentu, persamaan tersebut mencerminkan

34 22 kombinasi barang X dan Y yang terbaik bagi konsumen, dalam arti memberikan dayaguna yang terbanyak. 16 Selain dengan cara grafis, ekuilibrium konsumen dapat juga diselesaikan melalui pendekatan matematis dengan menggunakan metode pengganda Lagrange. Perumusan 17 masalahnya terbagi atas empat tahap : 1. Perumusan tujuan yang dinyatakan dalam bentuk fungsi. 2. Perumusan kendala yang dinyatakan dalam bentuk fungsi. 3. Perumusan fungsi majemuk yang merupakan penggabungan fungsi pertama dan kedua. 4. Operasi matematis untuk mencari titik optimum. Misalkan ada sejumlah n komoditi yang tersedia dengan harga P., P_, P. Besarnya anggaran belanja 1 2 n konsumen adalah Y. Dengan demikian bentuk matematisnya adalah : <1) Maksimumkan : U = f (q, q,..., q )...( 2.7 ) 1 d. n 16 Ibid., halaman A. Koutsoyiannis, Op.cit., halaman 22.

35 M I L I* FERPUSTAK.AAN 'UNIVERSITAS AIJLLANOOA" SURABAYA 23 (2 ) Kendala : n E q.p. = q-p- + q0p0 + q p " i i n n = y...( 2.8 ) L = i bentuk lain persamaan (2.8) : ( q.p. + q0p qp - y*] = o...( 2.9 ) ^ n n ' kalikan persamaan (2.9) dengan Lagrange multiplier, yaitu konstanta A. ( q-pn + q9p q p - Y ) = 0...(2.10) v 1 1 ^ l n n ' (3) Fungsi majemuknya dengan menggabungkan persamaan (2.7) dengan persamaan (2.10), yaitu : (p = U - X. ( q ^ p ^ + q 2P q ^ p ^ - Y )..( 2.11) (4) Syarat mencapai optimum adalah turunan pertama fungsi majemuk = 0. Sehingga 61 MJ 5q X- (Px) = 0 ( 2. 12) 6± S a SV ' V = 0... ( 2.13) 6 cp '«$q. 6U 6q_ (P ) n = 0... ( 2.14) TT = ( O. P, + a 0P CJ P - Y 1 = 0...( 2.15) c,a. v n n '

36 24 dari persamaan ini akan diperoleh : 6V _ 6V _, 6U _, 6 q " P 1 6 q " P2...6q " 'Pn...( 2.16) 1 b n namun karena : IH = MU, p. = MU,... p. = MU...(2.17) 1 6q 2 6 q n 1 2 n maka dengan mensubstitusikan persamaan (2.16) ke dalam persamaan (2.17) akan diperoleh : MU MU MU X = 1 = - =... =... ( 2.18) P 1 P2 Pn karena X merupakan suatu konstanta, maka persamaan ini dapat ditulis : MU MUrt MU L = _! =... = 2...< 2.19) P 1 P 2 Pn Penafsiran dari persamaan ini serupa dengan penafsiran pada persamaan (2.7), yaitu konsumen berusaha memperoleh kombinasi barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi. Di sinilah letak superioritas pendekatan matematis atas pendekatan grafis. Bila pada pendekatan grafis hanya mampu menjelaskan kombinasi dua macam barang saja, maka pada pendekatan matematis berapapun jumlah kombinasinya dapat d ij elaskan.

37 25 Z Pengaruh Perubahan Pendapatan Terhadap Kons uinsi Perubahan pendapatan konsumen seringkali menyebabkan perubahan pada kombinasi barang yang di beli. Untuk menjelaskan keadaan ini biasanya digunakan analisa kurva konsumsi-pendapatan (the income-consumption curve). Dengan mengasumsikan harga barang dan pola preferensi konsumen tetap atau tidak berubah. Secara grafis respon konsumen terhadap perubahan pendapatan dapat ditunjukkan pada gambar 2.5 berikut ini. Misalkan konsumen mengkonsumsi dua jenis barang yaitu barang X dan barang Y. Di mana Px dan Py adalah harga dari masing-masing barang tersebut. Garis I menunjukkan besarnya anggaran atau pendapatan konsumen dan preferensi konsumen diwakili oleh kurva indeferen. Kombinasi pembelian barang X dan Y yang memberikan kepuasan maksimum pada konsumen pada mulanya adalah titik A, yang mana titik ini merupakan titik singgung antara IC dan garis anggaran 1^. Andaikan pendapatan konsumen meningkat dari I ke I, yang ditunjukkan oleh i 6 pergeseran garis anggaran sejajar dengan garis anggaran

38 26 I ke kanan atas. sehingga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi memungkinkan konsumen untuk membeli lebih banyak barang X dan Y ataupun keduanya. Akibatnya pola preferensi konsumen yang dicerminkan oleh IC^ turut bergeser ke kanan menjadi IC dan konsumen kembali berada dalam keadaan ekuilibrium di titik B. Sesuai dengan asas rasionalitas, kondisi di titik B jelas lebih disukai daripada titik A. Karena kombinasi di titik B memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dengan mengkonsumsi barang X dan barang Y yang lebih banyak. Apabila proses peningkatan pendapatan konsumen terus berlangsung, maka titik ekuilibrium konsumenpun akan terus bergeser ke kanan atas. Dalam gambar proses ini ditunjukkan dengan bergesernya titik B ke titik C kemudian ke titik D. Jika titik-titik ekuilibrium konsumen pada berbagai tingkat pendapatan tersebut dihubungkan, akan diperoleh suatu garis yang disebut kurva-konsums i pendapatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa : The income-consumption curve is the locus of the optimum consumption points that would occur if income for that consumer were increased continously and relative prices of two oods in

39 question remain constant 1 [-J GAMRAR : 2. Kl RYA KO X S U M S T - P L\N D A P A T A N DAN PENURUNAN KURVA ENGEL period o f tim e Sumber : Arthur A. Thompson J r., Economics of The Firm Theory and Practice. Third Edition, Prent. ice-hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1981, halaman 90. Berdasarkan kurva konsumsi-pendapatan dapat 18 Roger L.eRoy Miller and Roger E. Meiners, O p.c it, halaman 96.

40 diturunkan kurva Engel, yaitu kurva yang menggambarkan 28 jumlah pembelian optimum dari jenis barang tertentu pada berbagai tingkat pendapatan. Kurva ini diperkenalkan oleh seorang ekonom Jerman yang bernama Christian Lorenz Ernst Engel pada abad ke-19. Pada gambar 2.5(b) dilukiskan bentuk kurva Engel yang diturunkan dari kurva konsumsi-pendapatan. Pada tingkat pendapatan sebesar I jumlah pembelian optimum 1 barang X adalah sebesar X^ unit, diproyeksikan sebagai titik A* pad panel (b). Dengan naiknya pendapatan konsumen maka jumlah barang X yang dibelipun bertambah menjadi X unit, dicerminkan oleh ' titik B1.- Hal yang Ct sama juga terjadi pada pembentukan titik-titik C1, dan D1. Dan dengan menghubungkan titik-titik A 1,B1,C*dan D1 akan diperoleh apa yang disebut sebagai kurva Engel. Slope kurva Engel dan slope kurva konsumsi-pendapatan selalu bergerak dalam arah yang sama, tergantung pada jenis barang yang dikonsumsi apakah termasuk barang normal (superior) atau tergolong barang inferior (Giffen). Apabila permintaan berubah searah dengan perubahan pendapatan, maka barang yang dikonsumsi tergolong barang normal. Sebaliknya bila

41 29 perubahan pendapatan berlawanan arah dengan perubahan permintaan, maka barang tersebut tergolong barang inferior. Apabila barang yang dikonsumsi adalah barang normal maka slopenya akan positif, sebaliknya bila barang tersebut tergolong inferior maka slopenya akan negatif. Yang termasuk barang normal biasanya adalah barang kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan dan pakaian. Sedangkan yang tergolong barang inferior umumnya barang-barang bekas atau barang-barang yang bermutu rendah. Penggunaan terminologi normal atau inferior tergantung pada selera dan pola preferensi konsumen. Tidak ada klasifikasi standar mengenai penggolongan jenis barang. Normal bagi seorang konsumen mungkin tergolong inferior bagi konsumen lainnya. Suatu jenis barang bisa tergolong normal untuk tingkat harga dan pendapatan tertentu namun menjadi inferior pada tingkat harga dan pendapatan lain. Sekalipun pengolongan jenis barang ini hanya bersifat deskriptif, namun ada pfinbotasan untuk jenis barang inferior, yaitu "it can nol be the oase for any ronsuiner tha! all goods are

42 30 19 inferior; at least one good must be normal. Pembatasan ini perlu dilakukan karena dengan naiknya pendapatan konsumen maka kurva indeferenpun turut bergeser ke kanan, sehingga dalam kondisi ekuilibrium yang baru paling tidak salah satunya harus merupakan barang normal. Kurva Engel pada gambar 2.6 berikut memperlihatkan bagaimana perubahan pendapatan dapat menentukan klasifikasi barang yang dikonsumsi. Misalkan barang yang dikonsumsi adalah barang X, dan M adalah tingkat pendapatan konsumen» Naiknya pendapatan konsumen menyebabkan kuantitas barang X yang dibeli juga meningkat namun dengan laju yang menurun. Dan bila pendapatan konsumen terus meningkat melampaui titik M^ t maka jumlah barang X yang dibeli mulai berkurang. Gejala ini umumnya terjadi pada konsumsi barang-barang pokok (necessity). Jadi pada tingkat pendapatan antara 0 sampai, barang X tergolong barang normal. Sedangkan untuk tingkat pendapatan di atas barang X tergolong 19 James P. Quirk, Intermediate Microeconomics, Scond Edition. Science Research Associate, Inc., Chicago, halaman 99.

43 31 barang inferior sehingga kurva Engel berbentuk melengkung ke belakang (backward bending curve). GAMBAR : 2.6 KLASIFIKASI JENIS BARANG DENGAN KURVA ENGEL Sumber : Roger LeRoy Miller and Roger E. Meiners, Intermediate Microeconomics. Third Edition» McGraw-Hill Book Company, Inc., 1986, halaman S pengaruh Perubahan Harga Terhadap Konsumsi Konsumen tidak hanya bereaksi terhadap perubahan pendapatan, tetapi juga terhadap perubahan harga relatif. Pada umumnya pembelian konsumen akan meningkat bila harga relatif turun, dan berkurang bila harga relatif naik. Alat analisa yang digunakan untuk

44 32 mengamati respon konsumen terhadap perubahan harga relatif adalah kurva konsumsi-harga (the price-consumption curve). The price consumption curve is the locus of utility maximising combinations of products that result from variations in the price of one product, when other product prices, the consumer s tastes and preferenc^g, and his money income are held constant. Secara grafis pengaruh perubahan harga relatif terhadap konsumsi ditunjukkan dalam gambar 2.7. Misalkan barang yang dikonsumsi adalah barang X dan Y, tingkat harga masing-masing barang tersebut adalah Px dan Py. 1^ mencerminkan anggaran belanja atau pendapatan konsumen. Konsumen berada dalam kondisi ekuilibrium dengan membeli barang X sebanyak -X unit dan barang Y sebanyak Y^ unit. Apabila harga barang X turun sedangkan pendapatan dan harga barang Y tidak berubah, maka garis anggaran konsumen akan berputar menuju ke kanan atas dengan titik *1^^1 sebagai porosnya. Sehingga dengan tingkat pendapatan yang sama konsumen kini mampu membeli barang X dalam jumlah yang lebih banyak. Yakni sebesar I /Px J. u bila seluruh pendapatan digunakan untuk membeli barang Arthur A. Thompson Jr., Op.c it., halaman 93.

45 3 3 X. Garis anggaran yang baru akan menyinggung kurva indeferen yang lebih tinggi, di mana konsumen mengkonsumsi barang X sebanyak X^ unit, dan barang Y sebanyak Y unit. GAMBAR : 2.7 KURVA KONSUMSI HARGA DAN KURVA PERMINTAAN KONSUMEN Quantity or Y period o f time Sumber : Arthur A. Thompson Jr., Economics of The Firm Theory and Practice. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1981, halaman 92.

46 34 Bila prosedur seperti di atas terus diulangi akan diperoleh titik-titik ekuilibrium konsumen pada berbagai tingkat harga barang X. Dan jika titik-titik ekuilibrium tersebut dihubungkan akan didapatkan suatu garis yang disebut kurva konsumsi-harga. Kurva permintaan konsumen untuk barang X dapat diturunkan secara langsung dari kurva konsumsi-harga. Dari gambar 2.7(a) terlihat bahwa pada saat harga barang X sebesar Px^ jumlah pembelian optimum adalah X^ unit dicerminkan oleh titik A pada panel 2.7(b). Turunnya harga barang X menjadi Px mengakibatkan pembelian barang X meningkat sampai X unit, diproyeksikan oleh b titik B. Dengan menggunakan cara yang sama akan diperoleh titik-titik selanjutnya. Dengan menghubungkan titik-titik A,B,C, dan seterusnya akan diperoleh kurva permintaan untuk barang X. Secara singkat kurva permintaan adalah "...the locus of optimum points relating the various prices of a commodity and the quantity purchased at each price... other things are held

47 Permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh banyak faktor. Pada tingkat harga tertentu jumlah barang yang diminta tertentu pula. Perubahan harga relatif suatu barang dapat mengakibatkan dua pengaruh yang 22 berbeda terhadap jumlah barang yang diminta. Kedua macam pengaruh tersebut dapat dipisahkan atas pengaruh pendapatan (income effect) dan pengaruh substitusi (substitution effect). Untuk menjelaskan kedua macam efek ini, dimisalkan terjadi penurunan harga suatu jenis barang (ceteris paribus), maka yang terjadi adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan real atau daya beli (purchasing power) konsumen meningkat, sekalipun secara nominal tidak mengalami perubahan. Dengan naiknya daya beli memungkinkan konsumen untuk membeli barang dan jasa yang lebih banyak. Inilah yang disebut Roger LeRoy Miller, Intermediate Microeconomics. McGraw-Hill Book Company, New York, 1978, halaman 52. Walter Nicholson, Mikroekonomi Intermediate dan Penerapannya, terjemahan, Erlangga, Jakarta, 1987, halaman 1987.

48 36 efek pendapatan. 2. Secara relatif harga barang lain menjadi lebih mahal, sehingga konsumen akan mengurangi pembelian terhadap barang lain tersebut dan sebagai gantinya pembelian terhadap barang yang harganya turun bertambah. Perubahan ini disebut efek substitusi. Sekalipun diyakini bahwa perubahan harga relatif dapat mengakibatkan efek substitusi dan efek pendapatan, namun untuk benar-benar memisahkan kedua macam efek ini tidaklah mudah. Berbagai upaya untuk memisahkan kedua efek ini hanyalah merupakan pendekatan. Ada dua pendekatan yang sering digunakan untuk memisahkan efek pendapatan dan efek substitusi terhadap jumlah barang yang diminta. Yaitu melalui metode Hicks dan metode Slutsky. Metode Hicks diperkenalkan oleh seorang ekonom Inggris yang bernama John R. Hicks. Berdasarkan metode ini, mula-mula digambarkan ruang komoditi yang dihadapi oleh seorang konsumen. Kemudian digambarkan garis anggaran belanjanya. Garis anggaran belanja tersebut pasti akan menyinggung salah satu dari kurva indeferen

49 37 yang terdapat pada ruang komoditi, seperti yang dilukiskan pada gambar 2.8. Dengan garis anggaran o belanja AB yang menyinggung kurva indeferen U, konsumen berada dalam kondisi ekuilibrium di titik E1 dengan membeli barang X sebanyak X1 unit dan barang Y sebanyak Y1 unit. Bila harga barang X turun, maka garis AB akan berputar ke kanan dengan titik A sebagai anggaran poros. Garis anggaran yang baru (AB1) akan menyinggung kurva 2 2 indeferen yang lebih tinggi, yakni kurva U. Titik E merupakan titik ekuilibrium yang baru bagi konsumen setelah penurunan harga barang X. GAMBAR : 2.8 EFEK SUBSTITUSI DAN EFEK PENDAPATAN DENGAN METODE HICKS Sumber : Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan Keempat. LP3ES, Jakarta, 1988, halaman 65.

50 38 Perubahan titik ekuilibrium dari titik E1 menjadi 2 titik E merupakan efek total dari penurunan harga barang X. Untuk memisahkan efek substitusi dari efek totalnya, mula-mula ditarik garis anggaran imaginer yang i o sejajar garis anggaran AB dan menyinggung kurva U, garis tersebut adalah garis CD dalam gambar 2.8. Hal ini untuk menunjukkan bahwa sekalipun harga barang X turun daya beli dan tingkat kepuasan konsumen seakan-akan tidak berubah. Dengan demikian pengaruh pendapatan telah dihilangkan. Turunnya harga barang X menyebabkan titik E1 tidak lagi mencerminkan posisi ekuilibrium. Ini disebabkan sifat titik ekuilibrium yang mengharuskan slope kurva indeferen sama dengan slope garis anggaran belanja. Dalam bentuk matematisnya dinyatakan : = E H...( 2.20) MUy Py v karena harga barang X (Px) turun, maka ini berarti : ^ > **...( 2.21) MUy Py Persamaan (2.21) mencerminkan keadaan disekuilibrium. Untuk kembali ke posisi ekuilbrium, konsumen harus meningkatkan konsumsi barang X karena berdasarkan asas

51 39 MRS, naiknya konsumsi barang X akan menurunkan dayaguna tambahan barang tersebut (MUx). Berhubung anggaran konsumen untuk membeli barang X terbatas sehingga meningkatnya konsumsi barang X harus dikompensasikan dengan penurunan konsumsi barang Y. Akibatnya dayaguna tambahan barang Y (MUy) meningkat, dengan demikian proses menuju ekuilibrium yang baru dapat berlangsung lebih cepat. Jadi bisa disimpulkan efek substitusi adalah :...the change in the quantity demanded of a product resulting exclusively from a change in its price when the consumer's real income is held constant, there by restricting the consumer s reaction to the price change to ^ movement along the original indeference curve. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa efek substitusi terjadi karena barang X menjadi relatif lebih murah harganya dibanding barang Y. Sehingga konsumen cenderung membeli lebih banyak barang X dan mengurangi 24 pembelian barang Y. Pada proses pengidentifikasian efek substitusi di atas, diasumsikan daya beli konsumen tidak berubah 2 3 Arthur A. Thompson Jr., Op.cit., halaman Sudarsono, Op.c i t.. halaman 64.

52 10 sehingga tingkat kepuasan yang diperoleh dipertahankan o pada kurva U, akan tetapi sesungguhnya penurunan harga barang X bagaimanapun juga akan menaikkan daya beli real konsumen. Peningkatan daya beli real ini ditunjukkan oleh bergesernya anggaran imaginer CD ke kanan atas berimpit dengan garis anggaran AB*, dan menyinggung kurva indeferen yang lebih tinggi yaitu U1. Proses berpindahnya titik ekuilibrium dari titik T ke titik 2 E diakibatkan oleh bekerjanya efek pendapatan. Perbedaan efek pendapatan dan efek substitusi dapat digunakan untuk menentukan golongan suatu jenis barang. Apakah termasuk jenis barang superior, normal, inferior, ataukah Giffen. Untuk kasus barang normal efek pendapatannya selalu positif demikian pula untuk barang superior. Bedanya jika pada barang normal efek pendapatannya lebih kecil daripada efek substitusi maka pada barang superior adalah sebaliknya efek pendapatan justru lebih besar daripada efek substitusinya. Dan karena pada kedua jenis barang ini efek pendapatannya positif sehingga efek nettonya juga positif. Pada kasus barang inferior seperti pada gambar 2.8, efek pendapatannya selalu negatif seperti halnya barang

53 41 Giffen. Bedanya bila pada barang inferior efek negatif pendapatanya masih lebih kecil dari efek positif substitusi sehingga efek nettonya positif. Sedangkan pada barang Giffen efek negatif pendapatannya justru lebih besar dari efek positif substitusi sehingga efek nettonya menjadi negatif. Oleh karenanya hukum permintaan tidak berlaku untuk barang Giffen. Fenomena ini dikenal sebagai Giffen Paradox, karena pada pendapatan yang lebih tinggi justru menyebabkan jumlah barang yang dibeli berkurang sehingga kurva permintaannya berlereng positif. Gambar berikut dapat membantu menjelaskan kasus barang Giffen. GAMBAR : 2.9 EFEK SUBSTITUSI DAN EFEK PENDAPATAN BARANG GIFFEN Sumber : Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan Keempat. LP3ES, Jakarta, 1988, halaman 66.

54 42 GAMBAR : 2.10 KURVA PERMINTAAN BARANG GIFFEN Sumber : Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro. Cetakan Keempat. LP3ES, Jakarta, 1988, halaman 66. Metode Slutsky dikembangkan oleh Eugene Slutsky seorang ekonom berkebangsaan Rusia. Dengan menggunakan metode ini besarnya efek pendapatan dapat diukur secara lebih sederhana dibanding metode Hicks. Pendapat Slutsky mengenai metode Hicks adalah "...it is impossible to know by exactly how much income should be altered in order to keep the individual consumer on the original 25 curve." Secara ringkas metode Slutsky dapat dilukiskan seperti pada gambar Dengan anggaran belanja sebesar BB1, kondisi 25 Roger LeRoy Miller and Roger E. Meiners, Op cit., halaman 115.

55 43 ekuilibrium konsumen adalah titik A. Bila harga barang X turun maka garis anggaran akan berotasi ke kanan menjadi BB1A. Titik keseimbangan konsumenpun bergeser dari titik A ke titik C. GAMBAR : 2.11 EFEK SUBSTITUSI DAN EFEK PENDAPATAN DENGAN METODE SLUTSKY Sumber : Roger LeRoy Miller and Roger E. Meiners, Intermediate Microeconomics. Third Edition» McGraw-Hill Book Company, Inc., 1986, halaman 115. Untuk memisahkan efek substitusi, dimisalkan tidak terjadi kenaikan pendapatan real konsumen. Untuk itu dibuat garis anggaran imaginer HH* yang sejajar garis anggaran BB*1 dan melalui titik A. Ini berarti perbandingan harga yang berlaku adalah harga yang baru,

56 44 dan melalui titik A mencerminkan pendapatan real konsumen tidak berubah. Tidak seperti pada pendekatan i Hicks, di sini garis HH tidak menyinggung kurva indeferen I, karena tidak mungkin mengetahui secara tepat besarnya perubahan pendapatan real agar konsumen tetap berada pada tingkat kepuasan yang sama. Garis anggaran HH1 akan menyinggung salah satu kurva indeferen pada ruang komoditi, yakni pada kurva I1. Karena kurva I1 lebih tinggi dari kurva I, maka ini berarti tingkat kepuasan pada titik D lebih tinggi daripada tingkat kepuasan di titik A. Dengan demikian meningkatnya konsumsi barang X dari X menjadi X X o menunjukkan besarnya efek substitusi. Dan meningkatnya konsumsi dari X menjadi X menunjukkan besarnya efek O b pendapatan. Keunggulan metode Slutsky adalah kemampuannya mengukur efek pendapatan secara lebih real, yaitu dengan membandingkan pengeluaran yang baru (titik C) dengan pengeluaran semula (titik A). Ini dimungkinkan karena kenaikkan anggaran belanja real adalah sama dengan jarak i antara garis anggaran imaginer HH yang melalui titik D li dengan garis anggaran belanja BB yang melalui titik A.

57 Perbandingan ini tidak lain daripada indeks Paasche : I = Pxt X2 + Py Y2 x ( 2.22 ) Px Xt + Py Yi Indeks ini menggambarkan perbandingan kuantitas barang X dan Y yang dibeli konsumen pada periode yang baru dengan jumlah barang X dan Y yang dibeli pada periode sebelumnya. Di mana masing-masing kuantitas dikalikan dengan bobot harganya pada periode yang baru Teori Preferensi Nyata Teori ini dikemukakan oleh Paul A. Samuelson pada tahun 1938; yang berdasarkan pada hipotesanya yang disebut revealed preference. Yaitu setiap konsumen pasti mempunyai preferensi yang mana akan mengarahkan konsumen dalam pembelian barang kebutuhannya di Pasar. Jadi permintaannya di pasar adalah preferensi nyata bagi ^ 27 d i n n y a. dengan menggunakan pendekatan preferensi nyata teori permintaan dapat dijelaskan secara langsung tanpa 26 Sudarsono, Op.cit., halaman Ibid., halaman 35.

58 46 menggunakan konsep dayaguna (konsep. kurva indeferen). Bahkan sebaliknya dari permintaan yang tersusun diperoleh pengetahuan mengenai preferensi konsumen. Cara pendekatan ini mengabaikan aksioma konsumen mampu mengukur besarnya dayaguna dan aksioma konsumen mampu membuat urutan (order) dayaguna yang diperolehnya. Beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi dalam 28 teori preferensi nyata adalah : 1. Rasionalitas, yakni perilaku konsumen adalah rasional. Barang dalam jumlah banyak lebih disukai daripada barang dalam jumlah sedikit. 2. Konsistensi, artinya bila pada saat ini konsumen memilih kombinasi barang A diantara berbagai kombinasi yang ada, maka di masa yang akan datang konsumen tidak akan memilih kombinasi lain selain kombinasi A. 3. Transitivitas, yaitu bila kombinasi barang A lebih disukai daripada kombinasi B, dan kombinasi B lebih disukai dari kombinasi C, maka kombinasi A pasti lebih disukai daripada kombinasi C. A. Koutsoyiannis, Qp cit., halaman 28.

59 47 4. Aksioma preferensi nyata, di mana dari sejumlah kombinasi barang yang dapat dibeli dengan menggunakan anggaran yang sama, konsumen hanya memilih satu kombinasi saja yang dianggap memberikan tingkat kepuasan yang tertinggi baginya. Atas dasar perilaku konsumen di pasar barang, kurva permintaannya dapat disusun secara langsung tanpa harus melalui kurva indeferen. Untuk menjelaskan hal ini dapat diamati pada gambar 2.12 berikut ini. GAMBAR : 2.12 PENURUNAN KURVA PERMINTAAN Sumber : A.Koutsoyiannis, Modern Microeconomics, Edition. New York, 1979, halaman 29. Second Dimisalkan garis anggaran yang dihadapi konsumen adalah AB, kombinasi barang X dan Y yang dipilih konsumen adalah titik Z. Kombinasi ini dianggap memberikan tingkat kepuasan yang tertinggi dibanding

60 48 kombinasi lainnya. Dengan kata lain titik Z merupakan preferensi nyata konsumen di pasar barang. Untuk mendapatkan kurva permintaan paling tidak dibutuhkan sebuah titik lagi yang menggambarkan hubungan antara Px dan Py. Untuk itu misalkan harga barang X turun, maka garis anggaran konsumen akan berotasi ke kanan menjadi garis anggaran yang baru, yaitu garis AC. Sebagai akibat turunnya harga barang X, tenaga beli atau pendapatan real konsumen meningkat. Untuk menghilangkan pengaruh pendapatan dibuat sebuah garis anggaran fiktif yang sejajar garis anggaran AC dan melalui titik Z. Garis anggaran fiktif A* B* harus sejajar dengan garis AC untuk menggambarkan perbandingan harga yang baru, dan melalui titik Z yang berarti kombinasi Z tetap dapat dipilih bila dikehendaki, sesuai asas rasionalitas, konsumen tidak akan memilih kombinasi yang berada pada segmen A*Z sebab kombinasi pada daerah tersebut inferior terhadap kombinasi Z. Kombinasi yang mungkin bagi konsumen adalah kombinasi pada daerah ZB*. Misalkan konsumen memilih kombinasi pada titik W yang mengandung barang X yang lebih banyak dibanding barang Y. Pilihan ini beralasan, karena turunnya harga barang X

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen Bahan Ajar dan E-learning TEORI PERILAKU KONSUMEN (Pendekatan Kardinal) 2 Pengertian dasar Perilaku konsumen dianalisa untuk mengetahui

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens Asumsi-asumsi model kurva indiferens Model utilitas secara ordinal (kepuasan konsumen tidak dapat diukur dalam satuan apapun) Utilitas Konsumen

Lebih terperinci

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Modul 4. Teori Perilaku Konsumen Deskripsi Modul Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori

Lebih terperinci

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN Kardono-nuhfil1 IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori perilaku

Lebih terperinci

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN 1. PENDEKATAN KARDINAL Pengertian dan Asumsi Umum Penilaian seseorang terhadap suatu barang akan mempengaruhi pola perilakunya dalam berkonsumsi. Tujuan utama dari konsumen

Lebih terperinci

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan Asumsi dalam Model Utilitas Kardinal Kepuasan konsumen pada suatu barang dapat diukur dengan satuan uang. Konsumen berusaha memaksimumkan kepuasan total. MUx

Lebih terperinci

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN) Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi TEORI KONSUMSI: Pendekatan Kardinal: UTILITY Definisi Utility (Total

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi TEORI PERILAKU KONSUMEN Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi Kandungan Analitis 1. Sebab-sebab konsumen membeli lebih banyak komoditi pada harga rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga tinggi 2. Bagaimana

Lebih terperinci

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen. Modul ke: Perilaku Konsumen Fakultas EKONOMI Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perilaku Konsumen Teori perilaku konsumen mencoba menerangkan perilaku konsumen dalam membelanjakan

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI Teori Perilaku Konsumen Adalah analisis yang menerangkan : 1. Alasan para pembeli/konsumen untuk membeli lebih banyak barang atau jasa pada harga yang lebih

Lebih terperinci

Household Behavior and Customer Choice

Household Behavior and Customer Choice Household Behavior and Customer Choice Course: Pengantar Ekonomi The Market System Household Choice in Output Markets Three basic decisions: How much of each product, or output, to demand How much labor

Lebih terperinci

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN 1 PERILAKU KONSUMEN Perilaku konsumen mempelajari : (1)mengapa para konsumen akan membeli lebih banyak barang pada harga yang rendah dan mengurangi pembeliannya

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility Modul ke: Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id TEORI UTILITAS ORDINAL Kurva Indiferens Garis Anggaran Keseimbangan

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN

TEORI PERILAKU KONSUMEN TEORI PERILAKU KONSUMEN Teori Konsumsi adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Perilaku konsumen adalah bagaimana

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen Pertemuan Ke 4 Teori Tingkah Laku Konsumen Ada dua pendekatan 1. Pendekatan nilai guna (Utiliti) kardinal Yaitu kenikmatan konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif 2. Pendekatan nilai guna (Utiliti)

Lebih terperinci

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO Add your company slogan Permintaan Pasar LOGO Pokok Bahasan Permintaan Individu dan Permintaan Pasar Elastisitas Individu dan Elastisitas Pasar Elastisitas dan penerimaan (revenue) Elastisitas konstan

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve) Teori Ekonomi Mikro Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve) Arti Kurva Kepuasan Sama Kurva yang menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dari komoditi x dan y yang menghasilkan

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 06Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Teori Tingkah Laku Konsumen, Konsep Cardinal Utility Approach, Kurva Indeference Abdul Gani, SE MM Program Studi Manajemen TEORI

Lebih terperinci

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN Dibuat oleh: Wahyuli Ambarwati Wulandari 7211410094 Akuntansi S1, 2010 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG 2012 A. PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Pendekatan

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. Alvin Kharisma Catra ( ) 2. Annisa Widiyanti ( ) 3. Merry Inriama ( )

TUGAS PENGANTAR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. Alvin Kharisma Catra ( ) 2. Annisa Widiyanti ( ) 3. Merry Inriama ( ) TUGS PENGNTR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. lvin Kharisma Catra (2212673) 2. nnisa Widiyanti (2212983) 3. Merry Inriama (24212553) 4. Putri Nur thovia (2521278) 5. ulliyanti UNIVERSITS GUNDRM 212 KT PENGNTR Penulis

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN KURVA INDIFEREN / ORDINAL Pendekatan ini mempunyai asumsi : Rationality ; konsumen diasumsikan rasional artinya ia memaksimalkan

Lebih terperinci

Prinsip Dasar Kepuasaan Konsumen

Prinsip Dasar Kepuasaan Konsumen PERILAKU KONSUMEN PERILAKU KONSUMEN Prinsip Dasar Kepuasaan Konsumen Tujuan utama dari konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk adalah memaksimumkan kepuasan total (total satisfaction) atau Utilitas total

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU KONSUMEN

TEORI PERILAKU KONSUMEN TEORI PERILAKU KONSUMEN Chapter 8 PowerPoint Slides by Navik Istikomah Education University of Indonesia 2006 Laboratorium Ekonomi & Koperasi Publishing Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523

Lebih terperinci

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1 TEORI KEPUASAN Modul ke: 06 Teori Fakultas FEB KONSUMEN kepuasan konsumen mencoba menjelaskan bagaimana konsumen dengan anggaran yang terbatas mencoba memaksimalkan kepuasannya. Ada dua pendekatan dalam

Lebih terperinci

Qx TUx MUx

Qx TUx MUx PERILAKU KONSUMEN PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN Ada 3 Pendekatan untuk mempelajari Tingkah Laku Konsumen : 1. Pendekatan Cardinal ( Marginal Utility ) 2. Pendekatan Ordinal ( Indefference Curve ) 3. Pendekatan

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L PENGERTIAN DAN ASUMSI UTAMA Barang (commodities ) adalah benda dan jasa yang di konsumsi untuk memperoleh manfaat atau kegunaan. Bila seseorang mengonsumsi lebih dari satu barang dan jasa, seluruh nya

Lebih terperinci

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens PENULIS/TUTOR : Ake Wihadanto, SE., MT (ake@ut.ac.id) : Sumber Bacaan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

Teori Tingkah Laku Konsumen dan Teori Nilai Guna (Utility) Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Teori Tingkah Laku Konsumen dan Teori Nilai Guna (Utility) Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Teori Tingkah Laku Konsumen dan Teori Nilai Guna (Utility) Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Pokok Bahasan Teori nilai guna (utility) Pemaksimuman nilai guna Teori nilai guna dan teori permintaan Paradoks

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas 7FEB Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen Pendekatan Ordinal Anggapan ynag diperlukan adalah : konsumen dapat

Lebih terperinci

Materi Presentasi. Teori Perilaku Konsumen dan Pilihan Konsumen. Sayifullah Analisis Utilitas

Materi Presentasi. Teori Perilaku Konsumen dan Pilihan Konsumen. Sayifullah Analisis Utilitas Teori Perilaku Konsumen dan Pilihan Konsumen Sayifullah sayiful1@gmail.com Materi Presentasi Analisis Utilitas Pengukuran Utilitas dgn Pendekatan Kardinal Preferensi, Utilitas Ordinal dan Indifference

Lebih terperinci

BAB 4. Permintaan (Demand)

BAB 4. Permintaan (Demand) BAB 4 (Demand) 1 Hal-hal yang akan dipelajari: Fungsi Hukum Fungsi Individu Perubahan Jumlah yang Diminta Perubahan Kurva Pasar 2 Fungsi Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen, yaitu keinginan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas

PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas 1 Menjelaskan bagaimana konsumen mendayagunakan sumberdaya yang ada (uang) dalam rangka memuaskan kebutuhan suatu produk/jasa. 2 Pokok Bahasan 1. Pentingnya konsep

Lebih terperinci

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN 4.1. Pendahuluan Konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun secara sederhana

Lebih terperinci

Template Standar Powerpoint

Template Standar Powerpoint Modul ke: Template Standar Powerpoint Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Fakultas FEB Ali Akbar Gayo, SE.,MM Program Studi

Lebih terperinci

TEORI PREFERENSI KONSUMEN

TEORI PREFERENSI KONSUMEN TEORI PREFERENSI KONSUMEN 1 Baca: Jogiyanto Bab 6. Fungsi Utility Cardinal Vs Ordinal Cardinal Ordinal Aplikasi Matematis TEORI PREFERENSI KONUMEN Teori Modern Preferensi Konsumen Dalil 1 Dalil 2 Dalil

Lebih terperinci

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1 TEORI KEPUASAN Modul ke: 7 Perubahan Fakultas FEB Program Studi Manajemen S-1 KONSUMEN garis anggaran dengan asumsi harga barang dan tetap, akan mempengaruhi titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 07Fakultas Ekonomi & Bisnis Review Perkuliahan Modul 1 s/d Modul 6, Konsep Permintaan& Penawaran, Elastisitas D & S, Teori Prilaku Konsumen dan Studi Kasus. Abdul Gani,

Lebih terperinci

BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN

BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN BAB V TEORI (PERILAKU) KONSUMSEN A. PENDEKATAN CARDINAL Pdkt. Marginal Utility (MU) 1. Anggapan yang dipakai dalam pendekatan ini adalah : Kepuasan konsumen dapat diukur, & diberi satuan ukur UTIL. Dalam

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN Fakultas FEB MANAJEMEN Irwan Mangara Harahap, SE, MSi. Program Studi Manajemen PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE Perilaku konsumen

Lebih terperinci

Comparative Statics Slutsky Equation

Comparative Statics Slutsky Equation Comparative Statics Slutsky Equation 1 Perbandingan Statis Perbandingan 2 kondisi ekuilibrium yang terbentuk dari perbedaan nilai parameter dan variabel eksogen Contoh: Perbandingan 2 keputusan konsumen

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen PERILAKU KONSUMEN A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

Teori Permintaan Konsumen: Pendekatan Utiliti (Nilai guna / Kepuasan)

Teori Permintaan Konsumen: Pendekatan Utiliti (Nilai guna / Kepuasan) Teori Permintaan Konsumen: Pendekatan Utiliti (Nilai guna / Kepuasan) Teori permintaan konsumen dg pendekatan utiliti 1. Kandungan analisis 2. Macam pendekatan 3. Asumsi Pokok dan Asumsi Umum 4. Hipotesa

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.. Penurunan Fungsi Produksi Pupuk Perilaku produsen pupuk adalah berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya. Jika keuntungan produsen dinotasikan dengan π, total biaya (TC) terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Kotler(2007) dapat didefinisikan bahwa seluruh individu dan rumah tangga yang dapat membeli atau dapat memperoleh

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN KONSEP PERMINTAAN Permintaan keinginan konsumen membeli barang pd berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Faktor-faktor yg mempengaruhi permintaan : Harga

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Menjelaskan Teori Tingkah Laku Konsumen, Karakteristik Prilaku Konsumen dan Konsep Implementasi Cardinal Utility Approach Abdul Gani, SE MM

Lebih terperinci

Penggunaan Fungsi Non-Linear Dalam Ekonomi

Penggunaan Fungsi Non-Linear Dalam Ekonomi Modul 6 Penggunaan Fungsi Non-Linear Dalam Ekonomi Drs. Wahyu Widayat, M.Ec F PENDAHULUAN ungsi non-linier merupakan bagian yang penting dalam matematika untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan

Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan Kuliah II-Teori Konsumen & Derivasi Kurva Permintaan DIE-FEUI February 19, 2013 Kuliah II-Teori Konsumen & 1 2 3 4 Kuliah II-Teori Konsumen & Bacaan Pindyck Ch.3 & Ch.4 Nicholson Ch.3 Kuliah II-Teori Konsumen

Lebih terperinci

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1 TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN: TEORI NILAI GUNA (UTILITY) EKONOMI MIKRO 1 Nilai guna atau utiliti, kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi barang-barang. Semakin tinggi tingkat

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI MIKRO / MKKK 203 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata Kuliah Keahlian

Lebih terperinci

L/O/G/O TEORI PERILAKU KONSUMEN

L/O/G/O TEORI PERILAKU KONSUMEN L/O/G/O TEORI PERILAKU KONSUMEN Secara indivudial atau perilaku pelaku pelaku ekonomi, tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan kegiatan ekonomi adalah terpenuhinya setiap kebutuhan hidup dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM Minggu ke 2 HUSEHLD EQUILIBRIUM leh Dr.Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. 22 Februari 2013 1 Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu: Menjelaskan dan menggambarkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS 37 III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Fungsi Permintaan Gula Keadaan konsumsi dan permintaan suatu komoditas sangat menentukan banyaknya komoditas yang dapat digerakkan oleh sistem tata niaga dan memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM), 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah untuk menambah penghasilan daerah.

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN (Kuantitatif)

PERILAKU KONSUMEN (Kuantitatif) PERILAKU KONSUMEN (Kuantitatif) By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915 Pendahuluan

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI. Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh. rumahtangga. Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan unsur

KERANGKA TEORI. Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh. rumahtangga. Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan unsur 43 III. KERANGKA TEORI 3.1. Pola Konsumsi/Pengeluaran Rumahtangga Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan komoditas-komoditas oleh rumahtangga. Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan unsur konsumsi

Lebih terperinci

Analisis Matematika Kurva Isoprofit Model Stackelberg dalam Pasar Duopoli Mathematical Analysis Isoprofit Curve of Stackelberg Model in Duopoly Market

Analisis Matematika Kurva Isoprofit Model Stackelberg dalam Pasar Duopoli Mathematical Analysis Isoprofit Curve of Stackelberg Model in Duopoly Market Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Analisis Matematika Kurva Isoprofit Model Stackelberg dalam Pasar Duopoli Mathematical Analysis Isoprofit Curve of Stackelberg Model in Duopoly Market 1 Nurul Affifah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi KTSP & K-13 Kelas X ekonomi TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN Semester 1 KelasX SMA/MA KTSP & K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami

Lebih terperinci

Teori Ekonomi Mikro Review 1-6

Teori Ekonomi Mikro Review 1-6 Modul ke: Teori Ekonomi Mikro Review 1-6 Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN Definisi Permintaan Keinginan seseorang terhadap

Lebih terperinci

A. Pendekatan Utilitas

A. Pendekatan Utilitas ANALISIS PERMINTAAN Mengapa Penting? 1. Profitabilitas suatu perusahaan ditentukan oleh permintaan akan produk yang dihasilkan. 2. Untuk membuat keputusan bila terjadi : - Perubahan harga - Perubahan pendapatan

Lebih terperinci

FUNGSI PERMINTAAN MARSHALLIAN (Marshallian Demand Function)

FUNGSI PERMINTAAN MARSHALLIAN (Marshallian Demand Function) FUNGSI PERMINTAAN MARSHALLIAN (Marshallian Demand Function) Priyagus Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman FORUM EKONOMI Vol 17 No.2 2016, Agustus Abstract Request a strategic economic activity, the

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan, Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Kurva Permintaan, - Demand (Permintaan) adalah kuantitas barang atau jasa yg. rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN ANALISIS PERILAKU KONSUMEN TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan : Pendekatan nilai guna (utility) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal

PERILAKU KONSUMEN. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal PERILAKU KONSUMEN Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka.

Lebih terperinci

PPT 6 TEORI PERILAKU KONSUMEN : ORDINAL UTILITY APPROACH

PPT 6 TEORI PERILAKU KONSUMEN : ORDINAL UTILITY APPROACH 6 Modul ke: PPT 6 TEORI PERILAKU KONSUMEN : ORDINAL UTILITY APPROACH Mempelajari perilaku konsumen ordinal utility approach Fakultas nomi dan Bisnis Program Studi Manaajemen www.mercubuana.ac.id H. Sonny

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

Teori Produksi. Course: Pengantar Ekonomi.

Teori Produksi. Course: Pengantar Ekonomi. Teori Produksi Course: Pengantar Ekonomi Firms Firms demand factors of production in input markets and supply goods and services in output markets. Firm objectives: How much output to supply (quantity

Lebih terperinci

Penawaran (Supply) PowerPoint Slides by Navik Istikomah Education University of Indonesia

Penawaran (Supply) PowerPoint Slides by Navik Istikomah Education University of Indonesia BAB 5 Penawaran (Supply) PowerPoint Slides by Navik Istikomah Education University of Indonesia 2006 Laboratorium Ekonomi & Koperasi Publishing Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

PERMINTAAN dan PENAWARAN atas HASIL PERTANIAN. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

PERMINTAAN dan PENAWARAN atas HASIL PERTANIAN. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember PERMINTAAN dan PENAWARAN atas HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net HARGA, PERMINTAAN dan PENAWARAN Harga : ukuran nilai dari barang-barang dan jasa.

Lebih terperinci

Permintaan Individu dan Pasar

Permintaan Individu dan Pasar Permintaan Individu dan Pasar Abd. Jamal http://abdjamal1966.wordpress.com abdjamal@doctor.com abdjml@aim.com Efek Perubahan Harga Bagaimana efek terhadap pilihan konsumen bila harga berubah? Asumsikan

Lebih terperinci

Teori Perilaku Konsumen Cardinal Utility

Teori Perilaku Konsumen Cardinal Utility Modul ke: Teori Perilaku Konsumen Cardinal Utility Fakultas FAK. EKONOMI & BISNIS Cecep W Program Studi S- Manajemen www.mercubuana.ac.id TEORI UTILITAS KARDINAL TEORI GUNA (UTILITY) Intinya :. Seorang

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data 20 METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data Susenas Modul Konsumsi tahun 2005 yang dikumpulkan dengan desain cross sectional. Data Susenas Modul Konsumsi terdiri

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) JURUSAN MANAJEMEN - PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKUTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Nama Mata Kuliah / Kode Mata Kuliah : PENGANTAR EKONOMI 1 / AK-021240 SKS : 2

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI JENJANG : D3 AKUNTANSI : ATA : PENDEKATAN TEORI DAN PENERAPANNYA : WAJIB MEMBERIKAN KASUS DAN PEKERJAAN PENEKANAN

PENGANTAR EKONOMI JENJANG : D3 AKUNTANSI : ATA : PENDEKATAN TEORI DAN PENERAPANNYA : WAJIB MEMBERIKAN KASUS DAN PEKERJAAN PENEKANAN JURUSAN : AKUNTANSI PENGANTAR EKONOMI Koordinator: Mohammad Abdul Mukhyi Email: mukhyi@staff.gunadarma.ac.id dan doele63@yahoo.com Telp: 87987739 dan 41 Ext: 409; HP 0817 126 402 JUMLAH SKS : 2SKS JENJANG

Lebih terperinci

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western Teori Konsumsi dan Utilitas The Budget Constraint : Apa yang bisa didapatkan konsumen? Budget constraint menggambarkan batasan kombinasi konsumsi yang bisa dilakukan konsumen. Manusia mengonsumsi kurang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) SEKO H Mata Kode Mata Program Studi Kredit Semester Semester NO MI KO LA SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP ) GGI ILMU TIN E SERANG : : : : : PENGANTAR EKONOMI MIKRO ( MICRO ECONOMIC ) EK12.B113 MANAJEMEN 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya bahan tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman.

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Jurusan Manajemen/Akuntansi - Program Studi S1 Manajemen/Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Gunadarma Nama Mata Kuliah/Kode Koordinator Deskripsi Singkat : Pengantar

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 3. Teori Konsumsi dan Produksi

Pertemuan Ke 3. Teori Konsumsi dan Produksi Pertemuan Ke 3 Teori Konsumsi dan Produksi KENDALA ANGGARAN/Budget Constraint Dalam mengkonsumsi barang dan jasa, rumah tangga dibatasi oleh Pendapatan/Kendala Anggaran Tujuan konsumsi adalah memaksimalkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE.

MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE. MICROECONOMICS DEMAND SUPPLY & MARKET EQUILIBRIUM MARIA PRAPTININGSIH, S.E., M.S FE. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA 2011 Permintaan dan penawaran Konsep dasar dari permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

Kuliah III-Derivasi Kurva Permintaan Individu, Analisis Surplus & Ketidakpasti

Kuliah III-Derivasi Kurva Permintaan Individu, Analisis Surplus & Ketidakpasti Kuliah III-, & Ketidakpastian DIE-FEUI February 27, 2013 1 Dua Jenis Kurva Permintaan Marshallian/Uncompensated Normal, Inferior & Giffen Goods dengan Analisis SE & IE Hicksian/Compensated 2 Market demand

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN. Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai

Lebih terperinci