Bagi semua Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki Sertifikat Elektronik, perlu diperhatikan bahwa
|
|
- Hamdani Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Edisi No. 2, Februari 2017 SERTIFIKAT ELEKTRONIK PAJAK Tata Cara Pemberian Dan Pencabutan Sertifikat Elektronik Oleh: Tim Konsultan Pajak Russell Bedford SBR Bagi semua Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki Sertifikat Elektronik, perlu diperhatikan bahwa sertifikat elektronik memiliki masa berlaku. Yaitu selama 2 ( dua) tahun terhitung sejak tanggal setifikat elektronik diterbitkan. Oleh karena itu, untuk PKP yang mendapatkan sertifikat elektronik di tahun 2015, perlu diingat bahwa sertifikat elektronik tersebut akan habis masa berlakunya di tahun 2017 ini. Agar PKP dapat terus menikmati pelayanan pajak secara online, PKP harus memperpanjang masa berlaku sertifikat pajak sebelum masa berlakunya berakhir. Jika sudah lewat dari masa berlaku, maka seritifikat elektronik tidak dapat digunakan lagi, sehingga PKP diharuskan untuk mengajukan sertifikat elektronik yang baru dengan proses yang sama seperti awal pembuatan seritifikat elektronik terdahulu. Sebagai contoh, PT. X menerima sertifikat elektronik yang dikeluarkan oleh Dirjen Pajak pada 28 April 2015 dan akan berakhir masa berlakunya di tanggal 28 April Apabila PT. X tidak memperpanjang sertifikat elektroniknya hingga tanggal 28 April 2017, maka semua faktur pajak yang dikeluarkan PT. X tidak dapat diunggah dan dikonfirmasi oleh server Direktur Jenderal Pajak. Untuk membuat sertifikat elektronik baru, PKP dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini: 1. Surat Permintaaan Sertifikat Elektronik 2. Surat Pernyataan Persetujuan Penggunaan Sertifikat Elektronik 3. Dokumen asli SPT Tahunan PPh Badan serta bukti tanda terima pelaporan SPT 4. Fotokopi kartu KTP dan KK, serta yang asli dibawa untuk ditunjukan kepada petugas. 5. Softcopy pas foto terbaru yang disimpan dalam CD. Pengurusan ini harus dilakukan oleh orang yang namanya tercantum di SPT Tahunan PPh Badan dan tidak dapat diwakilkan. Direktorat jenderal pajak mempunyai wewenang untuk mencabut seritifikat elektronik apabila PKP diketahui: 1. Menyampaikan dokumen palsu sebagai persyaratan permintaan sertifikat elektronik 2. Tidak melaporkan SPT Masa PPN tiga masa berturut-turut 3. Telah dicabut pengukuhannya sebagai Pengusaha Kena Pajak. Kepada seluruh PKP, silahkan cek kembali kapan sertifikat elektroniknya akan lewat masa berlakunya. Lakukan segera permohonan perpanjangan sebelum terlambat yang dapat mengakibatkan terganggunya penerbitan faktur pajak***
2 E-FILING PPH ORANG PRIBADI Oleh: Tim Konsultan Pajak Russell Bedford SBR Sebentar lagi jadwal batas penyampaian SPT PPh Orang Pribadi akan tiba. Sesuai dengan ketentuan, SPT PPh Orang Pribadi harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret. Proses pelaporan pajak penghasilan orang pribadi ini dilakukan dengan mekanisme E-Filing, yaitu sarana untuk melaporkan pajak baik Pribadi atau Badan secara ONLINE dari Direktorat Jendral Pajak. Untuk menghindari risiko keterlambatan yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan, termasuk kemungkinan gangguan server (down) karena padatnya wajib pajak yang melaporkan SPT pada hari-hari menjelang batas akhir penyampaian SPT, maka ada baiknya wajib pajak orang pribadi melaporkannya dari sekarang, jauh sebelum tanggal batas akhir. Bagaimana cara menggunakan E-Filing untuk Orang Pribadi? Uraian di bawah ini adalah cara menggunakan E-Filing untuk pelaporan PPh Orang Pribadi oleh Wajib Pajak (WP) yang baru pertama kali melapor dengan menggunakan E-Filing 1. Proses registrasi dan aktivasi WP mengajukan permohonan untuk mendapatkan E-Fin di KPP/KP2KP dimana WP tersebut terdaftar dengan mengirimkan: 1) Formulir Permohonan 2) Fotocopy NPWP 3) Fotocopy KTP Setelah memperoleh E-Fin, WP dapat melakukan registrasi di situs atau di dengan prosedur berikut: 1) Klik REGISTRASI 2) Masukkan NPWP, E-Fin, No HP, dan Password yang akan WP gunakan untuk login ke E-Filing tersebut ( pastikan alamat tersebut aktif, karena untuk mengaktifkan akun harus dengan menggunakan ) 3) Lalu klik DAFTAR 4) Setelah itu cek , lalu klik LINK yang telah dikirimkan melalui untuk mengaktivasi akun E-Filing 5) Setelah itu WP bisa LOGIN dengan memasukkan NPWP dan Pssword yang telah WP buat Setelah proses registrasi dan aktivasi selesai, selanjutnya proses pengisian SPT dapat dilakukan. Prosedur pengisian SPT ini berlaku sama untuk WP yang baru pertama kali menggunakan E-filing ataupun yang sudah pernah melakukan pada periode pajak sebelumnya. 2. Pengisian SPT Lakukan LOGIN, lalu pilih menu BUAT SPT dan pilih apakah WP akan menggunakan formulir SPT 1770, 1770 S, atau 1770 SS Pilihan Penggunaan formulir 1770, 1770 S, 1770 SS Dalam hal pemilihan formulir SPT mana yang akan digunakan, bergantung kepada kriteria masingmasing WP, seperti sumber penghasilan, jumlah penghasilan, status kewajiban perpajakan, dan sebagainya.
3 a. Formulir 1770 WP menggunakan formulir ini jika menjalani usaha dan atau/pekerjaan bebas. Formulir ini juga bisa untuk suami-istri yang menjalani kewajiban Pisah Harta (PH) dan Memilih Terpisah (MT). Selain itu, formulir ini dapat digunakan apabila WP memiliki NPWP namun tidak mempunyai penghasilan dan ingin melaporkan kewajiban perpajakannya. Perlu diketahui bahwa untuk menggunakan formulir ini WP harus mengunggah 1770 berbentuk CSV ke E-Filing. Formulir SPT 1770 terdiri dari 1770 Induk, lampiran I s.d IV, dan lembar penghitungan pajak penghasilan terutang Induk Data yang diinput pada formulir 1770 induk berasal dari lampiran I hingga lampiran IV serta dari Lampiran Penghitungan PH-MT (jika menjalani status Kewajiban Perpajakan secara Pisah Harta atau Memilih Terpisah) Lampiran I halaman 1 Digunakan oleh WP yang menyelenggarakan Pembukuan. Pada bagian A, diisi penghasilan neto berdasarkan laporan keuangan komersial. Laporan neto ini diperoleh dengan cara mengurangkan harga pokok penjualan dan biaya usaha dari peredaran usaha. Lalu Pada bagian B, diisi dengan penyesuaian fiskal positif, yaitu penyesuaiaan terhadap penghasilan neto komersial dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang-Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat menambah Penghasilan Kena Pajak. Selain itu terdapat penyesuaian fiskal negatif, yaitu penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan Undang- Undang PPh beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi Penghasilan Kena Pajak (termasuk penghasilan dari usaha yang telah dikenai PPh final berdasarkan PP No 46 tahun 2013 tentang PPh atas penghasilan usaha yang diterima oleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto tertentu) dan Penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk penghasilan komersial. Lampiran I halaman 2 Digunakan oleh WP yang mempunyai Pekerjaan Bebas seperti Pengacara, Akuntan, Konsultan, PPAT, Aktuaris, Notaris, Dokter, dan Arsitek yang menyelenggarakan pencatatan. Pada bagian B dari Lampiran I halaman 2, diisi penghasilan Neto yang diperoleh dari penghasilan bruto dikali norma sesuai dengan PER 17/PJ/2015. Kemudian pada bagian C diisi dari penghasilan Neto WP sehubungan dengan pekerjaan yang bersifat tidak final. Jika WP mempunyai penghasilan dalam negeri lainnya yang bersifat tidak final seperti bunga pinjaman, royalti, hadiah, dividen maka dapat di isikan pada bagian D. Lampiran II Pada lempiran II diisi dengan data bukti potong yang telah dipotong oleh pemberi kerja, ataupun yang telah dipotong di luar negeri. Bukti potong ini berguna sebagai kredit pajak bagi WP. Lampiran III Jika WP mempunyai penghasilan bersifat final, penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, dan menjalani kewajiban perpajakan suami/istri terpisah maka dapat di isikan pada lampiran III ini. Lampiran IV Lampiran IV digunakan untuk melaporkan harta, utang dan tanggungan yang diperbolehkan sesuai ketentuan perpajakan.
4 Perlu diperhatikan bahwa dalam mengisi daftar harta, utang ini harus hati-hati dan cermat. Daftar ini salah satunya menjadi alat control bagi fiskus untuk melihat kewajaran pajak yang dilaporkan WP. Contoh: Tn A memiliki penghasilan sebesar Rp 5 juta per bulan, lalu mencantumkan seluruh hartanya di lampiran IV SPT yang bersangkutan terdiri dari Rumah,Villa,2 mobil, 2 motor, dan sebagainya dengan total Rp.5 Milyar. Dengan data harta tersebut dapat dipertanyakan oleh fiskus apakah WP sudah benar melaporkan penghasilannya yang hanya Rp.5 Juta sedangkan ia memiliki harta sedemikian besarnya. Apakah tidak ada penghasilan lain dan juga PPh 21 nya yang belum dilaporkan dalam SPT Tn A. Penghitungan PH-MT Setelah mengisi Lampiran I s.d IV, pada dokumen SPT PPh Orang Pribadi akan ditemukan Lembar Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang, antara lain untuk WP yang pisah harta dan memilih terpisah. (PH-MT) Bagi sebagian yang belum mengetahui apa itu PH-MT, PH merupakan status kewajiban perpajakan bagi Suami Istri yang melakukan perjanjian Pisah Harta (PH), sedangkan Memilih Terpisah (MT) merupakan status kewajiban perpajakan bagi WP yang menjalankan kewajiban perpajakan terpisah, maksud kata terpisah yaitu suami istri yang mempunyai NPWP yang berbeda. Daftar pembayaran Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT) Berdasarkan Per 32/PJ/2015 daftar Pembayaran OPPT digunakan bagi WP yang melakukan perdagangan secara eceran dikenakan angsuran bulanan, aturan khusus dalam menghitung angsuran bulanan PPh pasal 25 dengan menggunakan tarif pajak 0,75% dari peredaran bruto tiap bulan. Pada akhir tahun, penghitungan pajak penghasilan dihitung dengan cara: (Peredaran Biaya) X tarif pajak (pasal 17 Undang-Undang PPh) Kredit PPh berupa angsuran bulanan PPh Psl 25. Lampiran pembayaran PPh Final berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 46 tahun 2013 PP 46 tahun 2013 dipergunakan bagi WP yang menjalankan usaha dan memperoleh pendapatan bruto kurang dari Rp 4,8 Milyar. Tarif pajak menurut PP 46 Tahun 2013 adalah 1% yang dihitung dari penghasilan bruto dan bersifat final. Peembayaran PPh final atas PP 46 tersebut di input ke dalam 1770 lampiran III bagian A No 16. b. Formulir 1770 S WP dapat menggunakan formulir ini jika memperoleh penghasilan dari pekerjaan lebih dari Rp.60 juta dalam setahun atau bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja. Selain itu, jika WP mempunyai kewajiban perpajakan Pisah Harta (PH) dan Memilih Terpisah (MT), ia dapat menggunakan formulir 1770 S ini. Formulir 1770 S terdiri dari 1770 S Induk, Lampiran I s.d II serta Lembar Penghitungan Pajak Penghasilan Terutang. Prosedur pengisian formulir 1770 S adalah sebagai berikut: Formulir 1770 S Induk a) Pada formulir 1770 S (induk), kolom/kotak identitas diisi dengan tahun pajak, status SPT, Status Perkawinan, Status Kewajiban Perpajakan, dan NPWP suami/istri jika memiliki status kewajiban perpajakan Pisah Harta atau Memilih Terpisah. b) Pada SPT induk ini, sebagian angka diisi dari data (angka) dari lampiran I, serta diisi dengan Penghasilan Neto yang didapatkan dari pemberi kerja selama setahun, Penghasilan dari Luar Negeri (jika ada), zakat, dan PPh 24.
5 Lampiran I (1770 S-I) a) Pada Lampiran I bagian A diisi apabila WP memiliki Penghasilan Neto Dalam Negeri lainnya yang bersifat tidak final seperti Bunga,Royalti,Hadiah,Dividen. b) Pada Lampiran I bagian B diisi apabila WP mempunyai penghasilan yang tidak dikenakan objek pajak seperti beasiswa dan warisan. c) Pada Lampiran I bagian C diisi dengan data Bukti Potong yang telah didapatkan dari pemberi kerja Lampiran II (1770 S-II) a) Lalu pada lampiran II bagian A, diisi apabila WP mempunyai penghasilan bersifat final b) Pada Lampiran II bagian B, diisi dengan data harta WP, dan bagian C diisi daftar hutang. c) Pada Lampiran II bagian D, disii n daftar yang menjadi tanggungan yang diperbolehkan ketentuan perpajakan. c. Formulir 1770 SS Formulir ini digunakan apabila WP mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja atau mempunyai penghasilan kurang dari 60 juta dalam setahun. Selain itu, apabila WP mempunyai kewajiban perpajakan Pisah Harta (PH) dan Memilih Terpisah (MT), ia dapat menggunakan formulir 1770 SS ini. Formulir 1770 SS ini hanya 1 lembar, sebagai formulir induk yang memuat 3 bagian, yaitu bagian A: Data Pajak Penghasilan, bagian B: Penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang dikecualikan dari objek pajak, serta bagian C: Daftar harta dan kewajiban. Formulir 1770 S tidak memiliki lampiran. Untuk mengisi formulir ini cukup mudah,wp hanya tinggal mengisi penghasilan bruto, PTKP, PPh yang telah dipotong pihak lain pada bagian A. Selanjutnya untuk bagian B isi penghasilan bersifat final dan penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak (jika ada), dan pada bagian C diisi jumlah harta dan utang***
6 Penyajian Laporan Keuangan PSAK No. 1 Tahun 2013 Oleh: Tim Konsultan Pajak Russell Bedford SBR Sebuah perusahaan penting untuk mencatatkan aktivitas keuangan mereka dalam bentuk laporan keuangan yang terstruktur dan mudah dipahami oleh pihak yang membutuhkan. Laporan keuangan adalah catatan data aktivitas keuangan perusahaan selama kurun waktu tertentu. Data yang dicatat meliputi aset, liabilitas (utang), ekuitas (modal), pendapatan dan pengeluaran, kerugian atau keuntungan, serta arus kas yang dialami perusahaan selama periode tertentu. Terdapat lima komponen di dalam satu set lengkap laporan keuangan, yaitu, Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lainnya, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Juga perlu ditambahkan Catatan Atas Laporan Keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelas lainnya yang mempermudah pemahaman pengguna laporan keuangan. Disajikan juga informasi komparatif sebagai pembanding. Agar laporan keuangan dapat tersusun dengan jelas dan terstruktur, maka dalam proses penyusunannya perlu mengikuti dasar-dasar penyusunan laporan keuangan yang dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bagian 1. PSAK 1 menyebutkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan, bagaimana struktur laporan keuangan disusun, dan apa saja isi yang terkandung di dalam laporan keuangan. Karakteristik yang dimiliki oleh laporan keuangan menurut PSAK 1 antara lain, 1. Laporan keuangan disajikan secara wajar dan mematuhi ketentuan SAK; 2. Adanya penilaian tentang kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usaha; 3. Menggunakan dasar akrual, kecuali untuk pelaporan arus kas; 4. Transaksi diklasifikasikan menurut sifat dan fungsinya; 5. Tidak diperkenankan menghapus ataupun menggabungkan jumlah transaksi yang dialami diluar dari yang dinyatakan PSAK; 6. Dilaporkan setidaknya secara tahunan; 7. Disajikan dengan laporan keuangan periode sebelumnya sebagai pembanding; dan 8. Disajikan secara konsisten. Konsisten dalam penggunaan metode akuntansi maupun konsisten dalam pengklasifikasian aktivitas keuangan. Lima komponen laporan keuangan yang diatur dalam PSAK 1 adalah: 1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan dapat mencerminkan performa perusahaan, apakah perusahaan dapat membayar hutangnya tepat waktu, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan modal untuk kelangsungan operasionalnya, dan bagaimana kemampuan perusahaan dalam mendistribusikan kas dalam bentuk dividen kepada pemegang saham. Tiga elemen yang terkandung di dalam laporan posisi keuangan adalah: 1) Aset: sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan yang diperkirakan dapat menghasilkan manfaat ekonomi di masa mendatang (misal: kas, inventori, gedung, mesin, dll)
7 2) Liabilitas: Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan menggunakan aset (utang, pelayanan, dll) 3) Ekuitas: modal perusahaan dalam artian, sisa aset perusahaan jika sudah dikurangi kewajibankewajibannya. 2. Laporan Laba Rugi Dan Penghasilan Komprehensif Lain Laporan Laba Rugi memperlihatkan keuntungan atau kerugian yang dialami perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Laporan ini berguna untuk memprediksi profitabilitas perusahaan di masa mendatang. Dua elemen yang ada di dalam Laporan Laba Rugi adalah: 1) Pemasukan: apa yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode tertentu (misal: penjualan, penerimaan dividen, dll) 2) Pengeluaran: apa yang dikeluarkan perusahaan selama periode tertentu(misal: gaji karywan, depresiasi, sewa gedung, dll) Untuk elemen penghasilan komprehensif lain dapat disajikan terpisah ataupun digabung di dalam laporan laba rugi. Di dalam komponen ini terdapat total penghasilan dikurangi beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui di dalam laba rugi. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menunjukkan perubahan yang timbul dari total laba rugi dan pendapatan komprehensif selama periode tertentu. Perubahan ekuitas antara awal periode dan akhir periode mencerminkan naik turunnya aset neto yang dimiliki perusahaan selama periode tersebut. Perusahaan juga perlu menyajikan jumlah dividen yang diatribusikan kepada pemilik serta nilai dividen per saham yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. 4. Laporan Arus Kas Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, serta kebutuhan perusahaan dalam menggunakan arus kas tersebut untuk keperluan operasional bisnis. (Selanjutnya akan dijelaskan dalam PSAK 2). 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Komponen ini menyatakan informasi dasar penyusunan laporan keuangan. Dasar pengukuran yang dipakai, kebijakan akuntansi yang diterapkan dan informasi lainnya yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut berguna untuk memahami laporan keuangan***.
PJ.091/KUP/S/006/
PJ.091/KUP/S/006/2018-00 Apa itu e-filing? Cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website DJP www.djponline.pajak.go.id atau ASP
Lebih terperinciPJ.091/KUP/S/001/
PJ.091/KUP/S/001/2017-00 Apa itu e-filing? Cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website DJP www.djponline.pajak.go.id atau ASP
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa Pengusaha Kena Pajak untuk dapat
Lebih terperinciCEPAT MUDAH AMAN. Pelaporan SPT melalui e-filing PJ.091/KUP/S/001/ Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2016
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2016 djponline.pajak.go.id Pelaporan SPT melalui e-filing CEPAT MUDAH AMAN PJ.091/KUP/S/001/2016-00 Cara penyampaian SPT Tahunan secara
Lebih terperinciTUTORIAL PELAPORAN SPT TAHUNAN DENGAN E-FILING
TUTORIAL PELAPORAN SPT TAHUNAN DENGAN E-FILING Dokumen yang perlu disiapkan: - Formulir 1721-A2 dari Bendahara/Keuangan - Fotokopi Kartu Keluarga - Print Out Aplikasi SIHARKA 1. Buka email dan temukan
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS
BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK IDENTITAS PERHATIAN TAHUN PAJAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN 770 BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN Pengertian Pajak Penghasilan
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pajak 3.1.1 Pengertian Pajak Menurut UU KUP Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN DAN PELAPORAN SPT DENGAN E-FILLING. (Untuk penghasilan bruto lebih dari 60 juta rupiah)
PETUNJUK PENGISIAN DAN PELAPORAN SPT DENGAN E-FILLING (Untuk penghasilan bruto lebih dari 60 juta rupiah) I. Bagi Karyawan atau Dosen yang sudah pernah mendaftar e-fin dan telah registrasi online, langkah
Lebih terperinciPanduan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik. JKTIDH-2 Human Capital Information Management
Panduan Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik Langkah pertama, buka HC Online melalui Intra.garuda-indonesia.com, lalu dibawah foto Pegawai terdapat nomor e-fin Pegawai. Apabila belum memiliki
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN DAN PELAPORAN SPT DENGAN E-FILLING
PETUNJUK PENGISIAN DAN PELAPORAN SPT DENGAN E-FILLING I. Bagi Karyawan atau Dosen yang sudah pernah mendaftar e-fin dan telah registrasi online, langkah pelaporannya adalah sebagai berikut: 1. Buka web
Lebih terperinciPETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.
PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ./2009) Tahun Pajak : 2009 Formulir 1770 S ini merupakan formulir SPT Tahunan
Lebih terperinciPENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I
BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-34/PJ/2010
Lebih terperinciPELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL
PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat
Lebih terperinciSOSIALISASI. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2017
SOSIALISASI SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2017 PMK NOMOR 243/PMK.03/2014 s.t.d.t.d. PMK NOMOR 9/PMK.03/2018 Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian, Penandatanganan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib
Lebih terperincia. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.
SOAL PAJAK SMK 1.Penghasilan yang termasuk obyek PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan Pasal 21) adalah. a. bunga b. deviden c. Gaji d. royalty e. sewa 2. Berdasarkan data laporan keuangan atas usaha tahun pajak
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari
Lebih terperinciPAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
Lebih terperinciPENDAHULUAN DJP ONLINE PERHATIAN OKE LANJUT: LOG IN
PENDAHULUAN DJP ONLINE Penyampaian SPT Tahunan untuk karyawan, pegawai, atau usahawan pekerjaan bebas. Pada awal bulan lalu, DJP me-release aplikasi pajak online terbaru bernama DJP ONLINE. Secara fungsi
Lebih terperinciModul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI
PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah
Lebih terperinciPanduan Pengisian E-Filing 1770S (Penghasilan Bruto lebih dari 60 juta rupiah)
Panduan Pengisian E-Filing 1770S (Penghasilan Bruto lebih dari 60 juta rupiah) Efiling merupakan program yang digunakan untuk pengisian SPT Tahunan secara online, sehingga WP bisa melaporkan SPTnya dimanapun
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR BAGI WAJIB PAJAK YANG
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PERHATIAN 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN SPT YANG DIKENAKAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu tentang penerapan e-faktur diantaranya telah dilakukan oleh Elyong (2016), Oktaviarini (2016), Jovani (2016), dan Susanto (2016).
Lebih terperinciSURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot
STIE Widya Praja Tanah Grogot Tanggal Penerbitan 25 April 2016 Pertemuan SURAT SETORAN PAJAK Wajib Pajak dapat membayar pajak yang terutang dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan Surat Setoran
Lebih terperinciI. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018
I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 Pada tanggal 23 Januari 2018 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai penyampaian Surat Pemberitahuan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/2015-00 OUTLINE Dasar hukum Gambaran Umum SPT 1770 SS Dasar Hukum Peraturan Menteri
Lebih terperinciPERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25
PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25 3.1 PPH PASAL 24 Dalam kondisi bisnis internasional semakin meningkat, WP Dalam Negeri dan WP BUT mungkin saja
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITAN. pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
BAB III HASIL PENELITAN A.Pengertian a. NPWP (Nomor Pokok wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6
BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS; DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU X PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciPertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)
Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P) Pertemuan 3 91 P3.1 Contoh Kasus Contoh Kasus 1 Tn. Yudi (K/3) bekerja pada perusahaan tekstil di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar Rp 5.000.000, tunjangan
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR 1770 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
770 PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
Lebih terperinciKeterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan
LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG
Lebih terperinciAKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI
AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY (1205151006) TASLIM GOTAMI Bpk. Petrus Gani MENGAPA PERUSAHAAN DIWAJIBKAN MELAKUKAN PEMBUKUAN??? Didasarkan pada Kitab Undang Undang Hukum Dagang
Lebih terperinciNPWP dan Pengukuhan PKP
NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan
Lebih terperinci2
2 3 4 5 6 7 8 JAWABAN SOAL 1: a. Pajak final adalah pajak yang terutang dan dibayarkan seketika saat penghasilan diperoleh atau diterima, serta pemotongan dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak
Lebih terperinciKementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/2015-00 DASAR HUKUM UU PPN Pasal 13 (8 ) UU PPN (Tata Cara Pembuatan FP diatur dengan atau berdasarkan PMK) PMK PERDIRJEN KEPDIRJEN Pasal
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
IDENTITAS FORMULIR PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN
Lebih terperinciBERIKUT INI MATERI E-LEANING, PELAJARI DAN KERJAKAN TUGAS YANG ADA. SELAMAT BELAJAR, SEMOGA SUKSES SELALU.
MATERI E-LEARNING MATA KULIAH PERPAJAKAN 1 DOSEN : MUSHAWIR, SE, MM KELAS : PAGI KAMPUS 2 KODE 21 BERIKUT INI MATERI E-LEANING, PELAJARI DAN KERJAKAN TUGAS YANG ADA. SELAMAT BELAJAR, SEMOGA SUKSES SELALU.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciNPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN
Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK LAMPIRAN
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B.PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN
Lebih terperinciModul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI
Modul ke: 02Fakultas EKONOMI NPWP dan PKP Pertemuan 2 Perpajakan I Program Studi AKUNTANSI Daftar Isi NPWP Tata Cara Pendaftaran NPWP melalui e-registration Cara Pindah KPP Penghapusan NPWP Pengusaha Kena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Naranthaka (2010) menggunakan teknik analisis data dengan metode silogisme dan interpretasi. Teknik analisis data tersebut
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0
0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah :
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah Iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (Wajib Pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin
Lebih terperinciDIREKTUR JENDERAL PAJAK,
PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2014 TANGGAL 6 JANUARI 2014 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA
Lebih terperinciSANKSI-SANKSI PERPAJAKAN. Edisi No. 9, Oleh: Tim Konsultan Pajak Russell Bedford SBR. 1) Sanksi bunga,
Edisi No. 9, 2017 Oleh: Tim Konsultan Russell Bedford SBR SANKSI-SANKSI PERPAJAKAN adalah suatu kewajiban bagi masyarakat untuk Negara agar terciptanya suatu keharmonisan dan kesejahteraan serta memberikan
Lebih terperinciDATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK
DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS
Lebih terperinci1. Pembayaran dalam tahun berjalan: a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat
BAYAR 1. Pembayaran dalam tahun berjalan: a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat final 2. Pembayaran pada akhir tahun pajak (PPh Pasal
Lebih terperinciPenghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Misalnya: a. Usaha apotek; b. Rumah makan; c. Toko *) dapat bersifat final apabila memiliki peredaran bruto tertentu (PP No. 46 Tahun 2013) Penghasilan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN DATA
BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Republik Indonesia
Lebih terperinciPAJAK WP ORANG PRIBADI
PAJAK WP ORANG PRIBADI SISTEMATIKA 1. SPT WP Orang Pribadi 2. Komponen-Komponen SPT 3. WP OP Lebih dari Satu Pemberi Kerja 4. WP OP Pengusaha 5. WP OP Lebih satu Pemberi Kerja & Pengusaha 2 SPT WP Pribadi
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 17/PJ/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 17/PJ/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik
Lebih terperinciSE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK
SE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK Contributed by Administrator Friday, 13 November 2015 Pusat Peraturan Pajak Online SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE
Lebih terperinciTATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/
LAMPIRAN I NOMOR PER-1/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/e-SPT TAHUNAN 1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan
Lebih terperinciSPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN
FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK
Lebih terperinciSelamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan
A1 Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan 1 TAXATION Slide 1 A1 Axioo; 17/11/2011 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) (PTKP) (Psl 7 UU PPh) Mulai 1-1-2013 1. Penghasilan Kena Pajak WP OP = penghasilan
Lebih terperinciSE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK
SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK Contributed by Administrator Friday, 11 February 2005 Pusat Peraturan Pajak Online REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK Dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinci1. Silakan buka 2. Klik Daftar. Sebelum melakukan registrasi pastikan
1. Silakan buka www.djponline.pajak.go.id 2. Klik Daftar Sebelum melakukan registrasi pastikan bahwa E-FIN sudah diaktivasi oleh KPP/KP2KP 3. Isilah NPWP EFIN Kode Keamanan 4. Klik Verifikasi 5. Isikan
Lebih terperinciSISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi
1 SISTEMATIKA 1. 2. 3. Konsep Rekonsiliasi Rincian Item Rekonsiliasi Kasus dan Ilustrasi 3 Bagan Pajak Perusahaan Dipotong PPh 23 atas penghasilan jasa Penghitungan Pajak Perusahaan Penghasilan XXX Beban
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE DIREKTUR
Lebih terperinciSUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah
Lebih terperinciPelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Pelaporan SPT Tahunan Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi Kategori Wajib Pajak PP Nomor 46 Tahun 2013 PJ.091/KUP/S/005/201401 Agenda Studi
Lebih terperinciLEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Lampiran 1 SE Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-12/PJ.7/1995 Tanggal : 26 Juni 1995 LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI AMPLOP SPT TAHUNAN YANG DISAMPAIKAN MELALUI POS ATAU PERUSAHAAN JASA EKSPEDISI ATAU JASA KURIR
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-01/PJ/2016 TENTANG : TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN LEMBAR INFORMASI AMPLOP SPT TAHUNAN YANG DISAMPAIKAN MELALUI
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN I. UMUM 1. Undang-Undang
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA
ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Prosedur e-filing dalam pengadministrasian perpajakan Sesuai dengan peraturan PER-146/PJ/2006 tanggal 29 September 2006, tentang Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN dan Lampiran
Lebih terperinciEVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk
BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan
Lebih terperinciBAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang
BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi
Lebih terperinciAKUNTANSI PERPAJAKAN PEMBUKUAN & PENCATATAN. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :
AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: PEMBUKUAN & PENCATATAN Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013 Email : suhirmanmadjid@ymail.com
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-02/PJ/2015 TENTANG PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PASAL 31E AYAT (1) UNDANG- UNDANG NOMOR
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Penghasilan II.1.1 Dasar Pengenaan Pajak dan cara menghitung Penghasilan Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk Wajib Pajak dalam negeri,dan Badan Usaha Tetap (BUT)
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-58/PJ/2015 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-58/PJ/2015 TENTANG TATA CARA TINDAK LANJUT ATAS PERMINTAAN DATA FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK (e-faktur)
Lebih terperinciMINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan diatur dalam Undang - Undang No.28 tahun 2007 yaitu perubahan ketiga atas Undang-Undang No.16 tahun 2000 A.
Lebih terperincihttps://djponline.pajak.go.id/account/login
https://djponline.pajak.go.id/account/login 1. Bagi yang sudah mendaftar dapat langsung login, dengan cara menginputkan NPWP dan passwordnya yaitu yang anda isikan pada waktu pendaftaran. 2. Bagi yang
Lebih terperinciSoal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)
Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Tuan Wahyudi (PKP) seorang pengusaha garmen yang memiliki 5 kios di Jakarta, Bandung,
Lebih terperinciKewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas
/Hutang kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya diperkirakan mengakibatkan pengeluaran sumber daya entitas (SAK) Lancar Tidak Lancar Diestimasi Kontinjensi 1 Hutang Usaha
Lebih terperinciKPP Pratama Bandung Cibeunying, Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing
KPP Pratama Bandung Cibeunying, 2014 Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing Definisi dan Dasar Hukum e-filing : suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani
II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang
Lebih terperinciPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
Lebih terperinci3) Penundaan atau Perpanjangan Penyampaian SPT
PENGISIAN SPT TAHUNAN BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat Pelatihan Pengisian SPT Tahunan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-17/PJ/2014 TENTANG
NOMOR PER-17/PJ/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA CARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan
Lebih terperinci