PENAMPILAN DAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER MORFOLOGI AGRONOMI DARI 26 AKSESI PADI (Oryza spp L.) LOKAL JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENAMPILAN DAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER MORFOLOGI AGRONOMI DARI 26 AKSESI PADI (Oryza spp L.) LOKAL JAMBI"

Transkripsi

1 Volume 16, Nomor 2, Hal Juli Desember 2014 ISSN: PENAMPILAN DAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER MORFOLOGI AGRONOMI DARI 26 AKSESI PADI (Oryza spp L.) LOKAL JAMBI Buhaira, Sosiawan Nusifera, Ardiyaningsih PL, Yulia Alia Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Jambi Ma. Bulian km. 15 Mendalo Indah. boy_buhaira@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian yang bertujuan mengevaluasi penampilan karakter morfologi agronomi dari 26 aksesi padi serta mendapatkan nilai estimasi parameter genetik dari karakter tersebut,telah dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi, selama enam bulan, mulai dari bulan Agustus 2013 sampai dengan bulan Januari Percobaandisusundalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana yang diulang sebanyak dua kali. Perlakuan adalah 26 aksesipadilokaljambi. Variabel yang diamati adalah beberapa karakter morfologi agronomi yangteknik pengamatan dan pengukurannya mengacu pada Panduan Pengujian Individual (PPI) untuk spesies padi lokal yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Departemen Pertanian.Data dianalisisdenganmenggunakananalisisvarians yang dilanjutkandenganujigugus RatarataScottKnottpadatarafnyata5%.Nilai estimasi varians genetik dan fenotipik serta heritabilitas diperoleh melalui manipulasi nilai komponen varians. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penampilan karakter diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir di antara 26 aksesi padi yang diuji.variabilitas genetik dan fenotipik yang luas ditunjukkan oleh karakter diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir. Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter jumlah anakan, diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir. Kata kunci : aksesi, padilokal, penampilan, parameter genetik PENDAHULUAN Padi (Oryza satival.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya dalam menentukan ketahanan pangan nasional. Begitu strategis dan pentingnya sehingga pemerintah berusaha secara terus menerus melakukan upaya agar produksinya terus meningkat (Maulna, 2004).Padi merupakan sumber makanan pokok hampir seluruh rakyat Indonesia. Lebih dari 90% penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok (Puslitbangtan, 2005), oleh karena itu padi menjadi komoditas yang dapat memberikan dampak yang serius pada bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Di Provinsi Jambi tanaman padi merupakan komoditas tanaman 33

2 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains pangan penting yang menjadi prioritas dalam program pengembangan pertanian. Namun produktivitas tanaman padi masih relatif rendah. Pada tahun 2009, produksi padi sawah Provinsi Jambi sebesar ton dengan luas panen Ha dan produktivitas Kw/Ha. Pada tahun 2010 produksi padi sawah Provinsi Jambi mengalami penurunan sebesar ton menjadi ton dengan luas panennya Ha dan produktivitas sebesar Kw/Ha. Penurunan produksi ini disebabkan oleh penurunan luas panen padi sawah sebesar Ha, yaitu Ha pada tahun 2009 menjadi Ha yang disebabkan oleh alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi padi adalah ekstensifikasi dengan cara melakukan perluasan lahan dan intensifikasi yaitu rekayasa genetik tanaman atau pemuliaan tanaman dan rekayasa lingkungan. Menurut Mas ud (1993) pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lain terhadap penampilan tanaman. Setiap karakter memiliki respon yang berbeda-beda pada taraf lingkungan yang berbeda. Penampilan yang baik akan didapat jika tanaman ditanam pada lingkungan yang optimum. Rekayasa genetik atau pemuliaan tanaman adalah suatu usaha untuk merakit varietas tanaman yang lebih unggul. Tanaman varietas unggul memiliki kualitas yang lebih baik dan mampu memberikan hasil panen atau produksi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang bukan varietas unggul. Untuk mengetahui sejauh mana potensi pengembangan sumber daya genetik yang ada diperlukan nilai duga parameter genetik. Parameter genetik tersebut antara lain variabilitas, heritabilitas, dan kolerasi genetik dari karakter-karakter penting. Pendugaan parameter genetik perlu dilakukan agar seleksi berjalan secara efektif. Varians genetik bersama-sama dengan varians lingkungan dan varians interaksi antara genetik - lingkungan merupakan faktor penentu penampilan suatu karakter (Fehr, 1987). Seleksi terhadap suatu karakter yang dilakukan berdasarkan fenotip hanya akan bermanfaat bila variasi karakter tersebut merupakan cerminan dari variasi secara genetik, sehingga seleksi memberikan kemajuan genetik yang cukup besar. Adanya variabilitas genetik yang luas untuk karakter-karakter tertentu memungkinkan dilakukannya seleksi yang efektif yang akan berguna dalam pengembangan tanaman dengan mengkonsentrasikan karakter-karakter yang baik dalam satu kultivar tanaman (Poehlman dan Sleper, 1995). Variabilitas genetik yang luas akan mempengaruhi besarnya kemajuan genetik yang dicapai akibat proses seleksi. Menurut Frey (1983) mengetahui derajat hubungan antara genotipe dan fenotipedapat diketahui dengan melakukan estimasi nilai heritabilitas. Estimasi nilai heritabilitas dapat memberikan gambaran sejauh mana pengaruh faktor genetik terhadap fenotipe suatu karakter. Besarnya pengaruh genetik terhadap penampilan suatu karakter akan dapat terlihat dari nilai estimasi heritabilitas yang tinggi, 42

3 Buhaira., dkk: Penampilan dan Parameter Genetik Beberapa Karakter Morfologi Agronomi Dari 26 Aksesi Padi (Oryza spp. L) Lokal Jambi begitu pula sebaliknya, rendahnya nilai estimasi heritabilitas menunjukkan besarnya pengaruh faktor lingkungan terhadap penampilan fenotipik karakter tersebut. Nilai duga heritabilitas nilainya berkisar antara nol sampai satu, dengan demikian jika nilai duga heritabilitas suatu karakter sama dengan satu maka fenotip sepenuhnya merupakan cerminan dari genetik karakter tersebut, yang berarti seleksi terhadap fenotip akan 100% efektif. Varietas lokal merupakan salah satu sumber gen yang dapat dimanfaatkandalam merakit varietas baru yang lebih unggul. Varietas lokal dapat menjadi sumber gen sifat mutu baik (rasa nasi enak, aromatik), ketahanan terhadap hama danpenyakit utama (wereng coklat, hawar daun bakteri, tungro dan sebagainya) dantoleransi terhadap cekaman abiotik seperti suhu rendah, toleran lahan salin, sulfatmasam, dan genangan, sedangkan varietas yang sudah ada digunakan sebagai tetuakarena memiliki tipe tanaman yang baik dan atau mutu baik dan sudah diadopsioleh petani tetapi kurang dalam satu atau sifat lain yang ingin diperbaiki ( genetic improvement). Berkaitan dengan adanya peran faktor ekogeografi dalam terbentuknyavariasi genetik yang khas (Rao dan Hodgkin, 2002), cukupluasnya wilayah penyebaran tanaman padi di Provinsi Jambi memberikan indikasiadanya diversitas genetik yang cukup luas. Meskipun mayoritas padi dikembangkandi ekosistem sawah, sawah-sawah itu sendiri terdistribusi pada wilayah-wilayahdengan kondisi ekogeografi bervariasi. Untuk memastikan potensi sumber dayagenetik padi tersebut, diperlukan studi karakterisasi dan diversitas genetik padaaksesi-aksesi padi lokal di Provinsi Jambi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Teaching and Research Farm Fakultas Pertanian Universitas Jambi Mendalo darat, Kabupaten Muaro Jambi, yang terletak pada ketinggian sekitar 35 meter di atas permukaan laut, dengan jenis tanah ultisol. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, dimulai pada bulan Agustus 2013 dan selesai pada bulan Januari Bahan digunakan dalam penelitian ini adalah 26 aksesi padi lokal Jambi yang berasaldariberbagaiwilayahdenganko ndisiekogeografibervariasi. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok (RA K) yang diulang dua kali. Perlakuan adalah 26 aksesi padi lokal Jambi yaitua 1 : Padi 40 hari, a 2 : Solok Kuning, a 3 : Sere, a 4 : Padi Mas, a 5 : Pulo, a 6 : Saibu, a 7 : Semi Mas, a 8 : Ladang Rendah, a 9 : Bimas, a 10 : Halus Tinggi, a 11 : Minang, a 12 : Erge, a 13 : Manggar, a 14 : Bungin, a 15 : Gading, a 16 : Padi 9 Bulan, a 17 : Padi Jambi, a 18 : Seribu Naik Putih, a 19 : Padi Rempan, a 20 : Temon, a 21 : Godang, a 22 : Silang, a 23 : Aluih, a 24 : Sepulut Kuning, a 25 : Sepulut Sirah, a 26 : Padi Dani. Uji Kolmogorof-smirnov pada taraf α = 5% dilakukan untuk mengetahui normalitas data, selanjutnya untuk melihat perbedaan penampilan antara karakter yang diuji, data kuantitatif yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam yang dilanjutkan dengan Uji Scott Knott pada taraf α = 5%. 35

4 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Pendugaan heritabilitas dalam arti luas berdasarkan analisis varians menurut Allard (1964) sebagai berikut : H = σ σ 2 g 2 p Kriteria nilai variabilitas genetik dan fenotip suatu karakter dapat ditentukan dengan membandingkan variansnya dengan standar deviasi varians, dimana menurut Anderson dan Bancroff (1952) dikutip Wahdah (1996) σ M 2 M σ 2 = ( + 3 ) g r 2 dbgenotip + 2 dberror + 2 σ σ No = 2 x M 2 dbgenotip p r 2 Aksesi 2 Warna Daun Permuka an Daun Dimana M 1 : Kuadrat tengah kelompok M 2 : Kuadrat tengah varietas M 3 : Kuadrat tengah error r : Ulangan Variabilitas genetik dikatakan luas jika nilai varians ( ) lebih besar dari dua kali standar deviasi varians genetik ( σ ) dan variabilitas fenotip dikatakan luas jika nilai varians fenotip ( ) lebih besar dari dua kali standar deviasi varians fenotip (σ ). HASIL DAN PEMBAHASAN Penampilankarakteryangdiukur secara kualitatif Hasil pengamatan terhadap beberapa penampilan karakter kualitatif 26 aksesi padi yang diuji disajikan pada tabel 3 Tabel 3. Penampilan karakter yang diukur secara kualitatif Karakter Warna Lidah Daun Warna Telinga Daun Posisi Daun Bendera 1 Padi 40 hari (V1) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Terkulai 2 Solok Kuning (V2) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Intermediate 3 Sere (V3) Hijau muda Licin Garis ungu Putih/bening Tegak 4 Padi Mas (V4) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Tegak 5 Pulo (V5) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Tegak 6 Saibu (V6) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Horizontal 7 Semi Mas (V7) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Terkulai 8 Ladang Rendah (V8) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Intermediate 9 Bimas (V9) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Horizontal 10 Halus Tinggi (V10) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Tegak 11 Minang (V11) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Terkulai 12 Erge (V12) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Intermediate 13 Manggar (V13) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Intermediate 14 Bungin (V14) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Intermediate 15 Gading (V15) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Intermediate 16 Padi 9 Bulan (V16) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Intermediate 42

5 Buhaira., dkk: Penampilan dan Parameter Genetik Beberapa Karakter Morfologi Agronomi Dari 26 Aksesi Padi (Oryza spp. L) Lokal Jambi 17 Padi Jambi (V17) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Intermediate 18 Seribu Naik Putih (V18) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Terkulai 19 Padi Rempan (V19) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Intermediate 20 Temon (V20) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Tegak 21 Godang (V21) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Horizontal 22 Silang (22) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Terkulai 23 Aluih (23) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Terkulai 24 Sepulut Kuning (24) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Tegak 25 Sepulut Sirah (25) Hijau muda Kasar Putih/bening Putih/bening Tegak 26 Padi Dani (26) Hijau muda Licin Putih/bening Putih/bening Tegak Rekapitulasi (%) Hijau muda 100% Kasar : 75 % Licin : 25 % Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa 26 aksesi padi yang diuji menunjukkan penampilan yang sama pada karakter warna daun warna telinga daun.penampilan yang beragam terlihat pada karakter permukaan daun, warna lidah daun, dan posisi daun bendera, dimana penampilan permukaan daun 75% berpermukaan daun kasar dan 25% berpermukaan daun licin, dan untuk penampilan warna lidah daun, 95% berwarna putih/bening dan 5% berwarna garis ungu. Sedangkan Putih Bening : 95% Garis ungu : 5 % Putih/bening 100% Terkulai : 20 % Intermidiate : 30 % Horizontal : 30 % Tegak : 20 % untuk posisi daun bendera, 20% terkulai, 30% intermediate, 30% horizontal, dan tegak 20%. Penampilan karakter yang diukur secara kuantitatif Hasil analisis varians untuk karakter kuantitatif menunjukkan perbedaan nyata pada semua karakter yang diamati. Hasil analisis varians karakter-karakter kuantitatif yang diamati disajikan pada Tabel 4. Tabel4. Hasil Analisis Varians Bebe rapa Karakter Morfologi Karakter KT Genotipe KT Galat F Hitung KK Tinggi Tanaman Jumlah Anakan Diameter Batang 0,02 0,01 2,78 * 14,29 % Umur Berbunga 286,42 3,59 79,86 * 2,22 % Lebar Daun Bendera 165,00 4,58 36,06 * 6,42 % Panjang Daun Bendera 158,40 4,39 35,07 * 2,02 % Panjang Malai 27,35 4,44 6,15 * 8,65 % Jumlah Gabah Permalai 286,42 3,59 79,86 * 2,22 % Bobot Gabah Berisi 0,23 0,02 12,41 * 25,15 % Bobot Gabah Per tanaman 0,14 0,00 34,08 * 9,55 % Bobot 1000 Butir 46,08 6,37 7,23 * 15,56 % Ket : *: Berbeda nyata pada taraf α = 5% 35

6 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Tabel 4. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara 26 aksesi padi yang diuji pada diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot gabah isi, bobot gabah per tanaman, dan bobot 1000 butir. Nilai Estimasi Parameter Genetik Nilai estimasi parameter genetik karakter-karakter yang diamati pada 26 aksesi padi yang diuji disajikan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Variabilitas Genetik, Variabilitas Fenotip dan Heritabilitas beberapa karakter Agronomi 26 Aksesi Padi Karakter 2σ Variabilitas genetik 2σ Variabilitas fenotip Nilai Heritabilitas Kriteria** Tinggi Tanaman* Jumlah Anakan* Diameter Batang 0,02 0,01 Luas 0,03 0,03 Luas 0,84 Tinggi Umur Berbunga 284,62 78,12 Luas 288,91 77,95 Luas 0,70 Tinggi Lebar Daun Bendera 162,71 45,78 Luas 167,29 77,95 Luas 0,99 Tinggi Panjang Daun Bendera 9,16 3,80 Luas 9,44 7,67 Luas 0,97 Tinggi Panjang Malai 156,20 43,54 Luas 160,60 74,44 Luas 0,97 Tinggi Jumlah Gabah Permalai 284,62 77,95 Luas 288,21 77,68 Luas 0,85 Tinggi Bobot Gabah Berisi 0,22 0,06 Luas 0,24 0,03 Luas 0,99 Tinggi Bobot Gabah 0,13 0,04 Luas 0,14 0,04 Luas 0,92 Tinggi Pertanaman Bobot 1000 Butir 42,39 6,39 Luas 49,27 12,54 Luas 0,97 Tinggi * : Nilai tidak diestimasi karena data tidak tersebar normal ** : Menurut Stansfiel (1991) Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa variabilitas fenotip luas dan diikuti oleh variabilitas genetik luas terlihat pada seluruh karakter agronomi yang diamati yaitu diameter batang, panjang malai, lebar daun bendera, panjang daun bendera, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir. Hal ini menunjukkan bahwa pada karakterkarakter tersebut seleksi dapat dilakukan dengan efektif, sehingga akan dapat memberikan kemajuan genetik yang besar. Penampilan suatu tanaman pada dasarnya di pengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penampilan karakter agronomi 26 aksesi padi yang diamati. Perbedaan penampilan ini disebabkan oleh komposisi genetik aksesi padi yang bervariasi sehingga responnya terhadap lingkungan berbeda pula. Respon genetik terhadap lingkungan biasanya terlihat dalam penampilan dari tanaman itu sendiri. Penampilan karakter morfologi merupakansuatu hasil proses metabolisme yang terjadi di dalam setiap selpenyusun organisme tersebut. Keragaman morfologi diantara individu anggota populasi sangat tergantung pada keragaman proses dan hasil metabolisme yang terjadi pada masing-masing individu. Terdapat perbedaan penampilan dari karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Salah satu penyebabnya yaitu keragaman genetik dari tanaman tersebut. Keragaman yang disebabkan oleh faktor genetik dan 42

7 Buhaira., dkk: Penampilan dan Parameter Genetik Beberapa Karakter Morfologi Agronomi Dari 26 Aksesi Padi (Oryza spp. L) Lokal Jambi faktor lingkungan umumnya berintegrasi satu dengan yang lainnya dalam menyebabkan ragam penampilan (fenotipe) tanam an. Menurut Mangoendidjojo (2003 ), interaksi penampilan dari suatu genotip akan berbeda dengan lingkungan yang berbeda pula. Interaksi genetik dengan lingkungan ini adalah suatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam program pemuliaan ataupun dalam rangka pengembangannya. Karakter - karakter kualitatif menunjukkan penampilan yang seragam namun ada pula yang beragam sedangkan pada penampilan kuantitatif yang diamati menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua karakter. Hal ini sesuai dengan Allard (1960) yang menyatakan bahwa lingkungan yang mempengaruhi tanaman dapat bervariasi untuk setiap tempat tumbuh sehingga memberi pengaruh yang berbeda pada setiap penampilan karakter morfologi dan hasil tanaman. Keunggulan suatu varietas ditentukan oleh penampilan fenotipik. Sehubungan dengan itu, varietas yang dapat mempertahankan tingkat hasil yang tinggi pada lingkungan yang luas umumnya merupakan genotipe yang di kehendaki dalam program pemuliaan. Namun penampilan relatif dari karakter kuantitatif pada berbagai genotipe sering bervariasi darisatulingkungankelingkungan lainnya. Dilihat dari Tabel 6 seluruh karakter agronomi yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah per malai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir, memperlihatkan variabilitas genetik luas yang diikuti oleh variabilitas fenotip yang luas. Variabilitas yang luas ini diduga merupakan cerminan dari beragamnya wilayah penyebaran aksesi-aksesi ini. Keragaman genetik dalam spesies memberikan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan iklim, oleh karenanya keragaman genetik merupakan modal dasar bagi suatu jenis tanaman untuk tumbuh, berkembang dan bertahan hidup dari generasi ke generasi. Kemampuan tanaman untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan tempat tumbuhditentukanoleh potensikeragamangenetikyangdimilik inya.semakintinggi keragaman genetik semakin besar peluangtanamanuntukberadaptasiden gan lingkungan. Faktor keragaman genetik ini sangat penting pada bidang pemuliaan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Pinaria (1995) yang mengatakan bahwa keragaman genetik dalam program seleksi sangat menentukan keberhasilan program pemuliaan tanaman. Kasno (1992) menyatakan bahwa kemajuan seleksi berbanding lurus dengan kuadrat heritabilitas dan keragaman genetik sifat yang diseleksi. Keragaman genetik mempunyai peranan yang sangat penting dalam program pemuliaan, karena optimalisasi perolehan genetik akan sifat-sifat tertentu dapat dicapai apabila cukup peluang untuk melakukan seleksi gen terhadapsifatyangdiinginkan. VariabilitasGenetik yang luas perlu tetap dipertahankan bahkan dikembangkan, bukan saja untukmempertahankansifatyangtelah adatetapi untuk memperoleh sifat baru yang diinginkan dan sekaligus 41

8 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains memiliki kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang beragam. Kemajuan program pemuliaan akan sangat ditentukan oleh materi genetik yang tersedia, dimana semakinluas keragaman materi genetik yang dilibatkan dalam program pemuliaan suatu jenis, semakin besa rpeluang untuk men dapatkan peningkatan perolehan genetik (genetic gain) dari sifat yang diinginkan. Keberadaan sumberdaya genetik suatu jenis dengan basis yang luas menjadi suatu keharusan dan memiliki arti yang sangat penting agar programpemuliaan dari generasi ke generasi berikutnya tetap terjamin kelangsungannya. Nilai heritabilitas untuk seluruh karakter agronomi yang dievaluasi tergolong luas dengan nilai berkisar antara 0,84-0,99. Heritabilitas yang tinggi menunjukkan pengaruh genetik yang lebih dominan daripada pengaruh lingkungan. Menurut Zein (1995) nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan pada karakter tersebut dari pada faktor lingkungan. Tingginya nilai heritabilitas dari karakter diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah isi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir menunjukkan bahwa pengaruh genetik dominan pada karakter-karakter ini, sehingga karakter karakter ini berpotensi untuk dijadikan sebagai kriteria seleksi dalam pemuliaan. Nilai heritabilitas yang tinggi juga menunjukkan bahwa seleksi terhadap karakter- karakter yang diamati, dapat dimulai pada generasi awal. Sesuai dengan penjelasan Fehr (1987) bahwa seleksi pada karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat dimulai pada generasi awal karena karakter tersebut akan mudah diwariskan. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa karakter komponen hasil yang efektif untuk dijadikan kriteria seleksi yaitu karakter jumlah gabah permalai, gabah isi, bobot gabah per tanaman dan bobot 1000 butir, karena pada karakter ini variabilitas genetik yang luas diikuti oleh variabilitas fenotip yang luas serta nilai heritabilitas yang tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dua puluh enam aksesi padi lokal Jambi yang diuji berbeda nyata dalam karakter diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir. 2. Variabilitas genetik dan fenotipik yang luas terdapat pada diameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot 1000 butir dari 26 aksesi padi lokal jambi. 3. Nilai heritabilitas tinggi ditun padadiameter batang, umur berbunga, lebar daun bendera, panjang daun bendera, panjang malai, jumlah gabah permalai, bobot gabah berisi, bobot gabah pertanaman dan bobot

9 Buhaira., dkk: Penampilan dan Parameter Genetik Beberapa Karakter Morfologi Agronomi Dari 26 Aksesi Padi (Oryza spp. L) Lokal Jambi butir dari 26 aksesi padi lokal jambi. Saran Disarankan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut pada tempat dan atau musim yang berbeda, untuk memperoleh pola interaksi dari 26 aksesi padi lokal jambi dengan lingkungan sehingga dapat diketahui tempat atau musim yang sesuai untuk tiap-tiap aksesi padi lokal jambi. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Ditlitabmas yang telah mendanai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W. Bradshaw Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, Inc. New York London Allard, R., W., Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Manna dan Mul Mulyani. Rieka Bina Aksara, Jakarta Fehr Principles of Cultivar Development, Vol I, Theory and Technique. Macmillan Puslishing Co., New York. Frey, K.J Plant population management and breeding. In D.R. Wood (Ed.). Crop Breeding. American Society of Agronomy and Crop Science of Society of America. Madison, Wisconsin. Gomez, K.A. and A.A. Gomez Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan Endang S dan Justika S. Baharsyah. Universitas Indonesia Press. Jakarta Kasno, A Pemuliaan Tanaman Kacang-Kacangan. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I. Perhimpunan Pemulia Tanaman Indonesia. Komisariat Daerah Jawa Timur. Maulna, Peranan Luas Lahan, Intensitas Pertanaman dan Produktivitas Sebagai Sumber Pertumbuhan Padi di Indonesia Pusat penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor Mangoendidjojo, W Dasardasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta Pinaria A., A. Basuki, R. Setiamiharja dan A.A Darajat Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter-Karakter Biomassa 53 Genotipe Kedelai. Zuriat. Vol 6 (2) Thn Puslitbangtan Peluang menuju swasembada beras berkelanjutan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 27 No. 5. Poehlman and Sleper Breeding Field Crops, 4 th Edition. lowa State University Press. Rao, V. R. Dan T. Hodgkin Genetic diversity and conservation and utilization of plant genetic resources. J. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 68: 1-9. Zein S Heritabilitas, Korelasi Genotipik dan Fenotipik Karakter Padi Gogo. Zuriat. Vol 6 (2) Thn

10 Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 42

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 20 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):20-24, 2013 Vol. 1, No. 1: 20 24, Januari 2013 DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN

Lebih terperinci

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521 Maimun Barmawi, Nyimas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan sebagianbesarpenduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia. Hampir 90 % masyarakat Indonesia mengonsumsi beras yang merupakan hasil olahan

Lebih terperinci

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK) PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK) AGUS SUPENO Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendalpayak, Kotak Pos 66, Malang RINGKASAN Persilangan

Lebih terperinci

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto KERAGAMAN GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER KOMPONEN HASIL PADA POPULASI F2 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS INTRODUKSI DENGAN VARIETAS LOKAL GENETIC VARIABILITY AND HERITABILITY

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN MODUL I KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN 1.1 Latar Belakang Tujuan akhir program pemuliaan tanaman ialah untuk mendapatkan varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi petani dan konsumen. Varietas unggul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Lampiran I. Lay Out Peneltian Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Segregasi Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe padi yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil persilangan ditanam

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai. Tanaman yang

Lebih terperinci

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian Agrin, Vol.11 No. 1, April 007 KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN Genetic

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai merupakan salah satu contoh dari komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat Agus Subekti 1 dan Lelya Pramudyani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat 2 Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) HERITABILITY AND GENETIC GAINS OF F2 POPULATION IN CHILLI (Capsicum annuum L.) Zuri Widyawati *), Izmi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar dan banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman ini dapat dikonsumsi segar sebagai

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani padi banyak menyediakan lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai mengandung sekitar 40% protein, 20% lemak, 35% karbohidrat,

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan pokok penduduk Indonesia. Beras tidak hanya digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk penganan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-I Asal Persilangan :S487B-75/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3- I///IR 64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115-125

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oriza sativa) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/ disubtitusi oleh makanan lainnya,

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521 J Agrotek Tropika ISSN 337-4993 4 Jurnal Agrotek Tropika 3(1):4-9, 015 Vol 3, No 1: 4 9, Januari 015 SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L] Merril) GENERASI F 5 HASIL PERSILANGAN WILIS x

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol

Lebih terperinci

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN

PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN PENDUGAAN HERITABILITAS KARAKTER HASIL BEBERAPA VARIETAS KEDELAI HASIL PEMULIAAN BATAN Nilahayati 1, Lollie Agustina P. Putri² ¹ Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan 20155

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan pertumbuhan sekitar 1,6 % tahun -1, sehingga mendorong pemintaan pangan yang terus meningkat.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P.

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P. VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN Ir. Wayan Sudarka, M.P. 6.1. Pendahuluan Pemuliaan tanaman memerlukan bantuan statistika untuk menduga ragam dalam populasi awal ataupun populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan alternatif yang sangat penting. Kacang kedelai menjadi pilihan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi,

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi padi yang tinggi pula agar kebutuhan akan beras tersebut dapat terpenuhi. Menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi 87 PEMBAHASAN UMUM Pemanfaatan lahan yang ada di bawah tegakan tanaman perkebunan dapat memperluas areal tanam kedelai sehingga memacu peningkatan produksi kedelai nasional. Kendala yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH LOKAL PANDANWANGI CIANJUR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA PANDANWANGI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yunita et al.: Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregesi Biji 25 Vol. 1, No. 1: 25 31, Januari 2013 PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. Kebutuhan kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

Variabilitas dan Heritabilitas Karakter Penting beberapa Genotip Padi Sawahpada Cekaman Salinitas Tinggi

Variabilitas dan Heritabilitas Karakter Penting beberapa Genotip Padi Sawahpada Cekaman Salinitas Tinggi P A S P A L U M V O L I I I N o. 1 M a r e t 0 1 5 17 Variabilitas dan Heritabilitas Karakter Penting beberapa Genotip Padi Sawahpada Cekaman Salinitas Tinggi Variability and Heritability Some Field Rice

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2. Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan diolah menjadi berbagai bahan pangan seperti tahu, tempe dan sari kedelai, dan lainnya, yang dikonsumsi

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kedelai merupakan tanaman hari pendek dan memerlukan intensitas cahaya yang tinggi. Penurunan radiasi matahari selama 5 hari atau pada stadium pertumbuhan akan mempengaruhi

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL GABAH BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH TERHADAP DOSIS PUPUK P Siti Zainab*, Wayan W.**, dan ** *Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering, Universitas Mataram,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang. sedangkan produksi dalam negri belum mencukupi, untuk mengatasinya PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai sumber protein nabati. Permintaan dan kebutuhan masyarakat, sedangkan produksi dalam negri belum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI

SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI SELECTING FAMILY OF F3 COMMON BEANS (Phaseolus vulgaris L.) ON YELLOW POD AND HIGH YIELDS Muhamat Arif *), Damanhuri

Lebih terperinci