BAB KONDISI UMUM INDUSTRI KECIL DI KOTA TEGAL
|
|
- Sri Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB KONDISI UMUM INDUSTRI KECIL DI KOTA TEGAL 1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Tegal merupakan salah satu kota di wilayah utara pulau Jawa dan merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis posisi kota Tegal adalah sebagai berikut: - Letak Geografis : 109 o 08 BT 109 o 10 BT 06 o 50 LS 06 o 53 LS. - Batas wilayah : sebelah utara : Laut Jawa, sebelah selatan : Kabupaten Tegal, sebelah timur : Kabupaten Tegal, sebelah barat : Kabupaten Brebes Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Berdasarkan PP No. 7 tahun 1986, wilayah administrasi Kota Tegal terbagi atas empat kecamatan, yang terdiri dari 27 kelurahan. Luas wilayah kota Tegal 38,5 km 2, dengan pembagian luas wilayah per kecamatan sebagai berikut: - Kecamatan Tegal Selatan : 6,43 km 2 - Kecamatan Tegal Barat : 13,95 km 2 - Kecamatan Tegal Timur : 6,36 km 2 - Kecamatan Margadana : 11,76 km Gambaran Umum Industri di Kota Tegal Meskipun Tegal dikenal sebagai kota bahari, tetapi di kota Tegal juga berkembang berbagai industri. Perkembangan industri di Kota Tegal memang tidak sebesar kota-kota besar lainnya, seperti Semarang, Solo, Cikampek dan kota industri lainnya, karena Kota Tegal tidak dikembangkan sebagai kota industri. Namun demikian di Kota Tegal juga tumbuh beberapa 1
2 industri terutama industri yang banyak berhubungan dengan hasil laut seperti industri pengolahan tepung ikan. Sebagian besar industri yang berkembang di Kota Tegal merupakan industri kecil dan industri rumah tangga, hampir tidak ada industri yang berskala besar. Keberadaannya/ lokasinya juga menyebar tidak tertata seperti di kawasan industri. Industri ini mempunyai ciri-ciri yang hampir sama, yaitu berkembang dengan modal usaha kecil, teknik produksi sederhana, belum mengutamakan faktor kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan sampai baku mutu yang berlaku, keselamatan dan kesehaan kerja kurang mendapatkan perhatian, kegiatan rised dan pengembangan usaha masih minim. Dengan kondisi industri seperti tersebut di atas, maka sebagian besar industri masih sangat memerlukan adanya uluran tangan dari pemerintah untuk pengembangan usaha, peningkatan teknik produksi untuk meningkatkan kualitas produk, penggunaan teknik produksi yang ramah lingkungan dan usaha pengolahan limbah/lingkungan guna pelestarian lingkungan. Melihat kondisi yang demikian, maka tugas Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Kapedal) Kota Tegal sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap pengawasan kelestarian lingkungan di wilayah Kota Tegal dan sebagai instansi yang bertanggung jawab untuk memberikan pembinaan pengelolaan lingkungan terhadap semua pelaku usaha akan semakin berat. Faktor SDM di tingkat pelaku usaha, modal/ biaya pemeliharaan lingkungan dan teknologi merupakan hambatan yang masih sulit terpecahkan. Sebagai bukti masih banyaknya hambatan yang di hadapi Kapedal Kota Tegal dalam memberikan pembinaan lingkungan pada bab ini diberikan gambaran industri yang berkembang di Kota Tegal Batasan Industri Kecil Berdasarkan regulasi yang ada, terdapat 3 lembaga di dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia yang berwenang dalam penggolongan industri, yaitu Kementrian Perindustrian, 2
3 Kementrian Ketenagakerjaan dan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). Namun sayangnya ketiga lembaga tersebut sering kali kurang konsisten dalam memadukan peraturanperaturan yang ada, berikut juga dengan monitoring dalam di implementasinya di lapangan. Penggolongan industri dengan berdasar pada jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh suatu jenis industri sudah dirasa kurang memadai lagi untuk digunakan. Yang tampak lebih dilihat dan digunakan sebagai acuan adalah besaran modal atau nilai aset yang dimiliki oleh suatu industri. Dengan menggunakan dasar ini, yang disebut industri kecil yaitu industri yang memiliki modal secara keseluruhan (modal tetap dan modal bergerak) maksimal sebesar Rp. 10 Milyar,-. Sebagai contoh, untuk suatu usaha di bidang Teknologi Informasi cukup mempunyai tenaga kerja di bawah 10 orang saja, tetapi aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut sering kali jauh lebih besar dari Rp. 10 Milyar,-. Dengan demikian perusahaan tersebut harus masuk golongan industri menengah, yaitu memiliki nilai modal dan aset antara Rp. 10 Milyar,- sampai dengan Rp. 100 Milyar,-. Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 254/MPP/Kep/7/1997, tentang Kriteria Industri Kecil di Lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, yang dimaksud dengan Industri Kecil dan Perdagangan Kecil di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan sebagai berikut : i. Kriteria Industri Kecil: a. nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; b. pemilik Warga Negara Indonesia; ii. Kriteria Usaha Dagang Kecil: a. nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; b. pemilik Warga Negara Indonesia; 3
4 Peran Industri Kecil Dalam Pembangunan Ekonomi Industri kecil di Indonesia sungguh berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Justru dari golongan industri kecil ini yang lebih tampak nyata mempunyai ketahanan yang jauh lebih baik dari pada sejumlah industri besar. Hal tersebut sudah terbukti sejak terjadinya krisis moneter tahun 1997 yang melanda Indonesia hingga sekarang ini. Dalam masa krisis tersebut, ditambah lagi dengan krisis bahan bakar minyak pada bulan September 2005 ternyata sebagian industri raksasa satu demi satu gulung tikar menutup operasinya. Hanya sedikit saja industri kecil yang mati, itupun karena sedikitnya keuntungan yang diperoleh dan besarnya tuntutan biaya operasional yang semakin besar. Dengan tingkat suku bungan yang oleh Bank ditekan berkisar 11,5% untuk keredit usaha kecil, justru ada banyak usaha kecil yang muncul dan tumbuh dengan prospek yang menggembirakan Perkembangan Industri Kecil Sebagian kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung telah menyediakan suatu kawasan khusus untuk kumpulan industri kecil. Untuk DKI Jakarta, lokasinya terdapat di Jakarta Timur, yaitu kawasa Industri Cakung dan disebut LIK (Lingkungan Industri Kecil) atau Sentra Industri Kecil. Namun tidak semua industri kecil dapat dilokalisasi. Banyak industri-industri kecil yang berkembang atau berasal dari Industri rumah tangga, seperti usaha laundry/sablon, garment, industri makanan (tahu tempe, baso, mie, dll.), perbengkelan, percetakan rumah makan, AMDK (air minum dalam kemasan) dan sebagainya. Jenis industri seperti ini, yaitu berasal dari skala rumah tangga, umumnya tempatnya terpisahpisah dan kapasitasnya pun berbeda-beda. Perkembangan lokasi untuk industri kecil yang terkesan tidak teratur dan tidak terencana akan menimbulkan berbagai masalah dikemudian hari. Misalnya, karena adanya perluasan dan perkembangan usaha serta pelayanan kepada masyarakat 4
5 konsumen, maka peningkatan kapasitas produksi pasti dilakukan. Peningkatan ini mengakibatkan bertambahnya pula sarana dan prasarana pendukung, seperti volume kebutuhan air bersih, lahan untuk gudang, ruang unit produksi, lahan untuk parkir dan ruang perkantoran. Dengan demikian masalah yang timbul adalah masalah lingkungan yang semakin meluas Kondisi Dan Kebutuhan Air Bersih Umumnya pengembangan dan perkembangan industri kecil tidak terpola dan tertata dengan perencanaan yang matang., maka akan menyebabkan timbulnya sumber permasalahan lingkungan yang kompleks. Untuk operasional industri kecil dan apalagi untuk peningkatan kapasitas produksinya, tentu membutuhkan jumlah air bersih yang semakin besar. Sebagai contoh saja, suatu industri laundry (pencelupan jean) yang mempunyai 6 buah mesin pencelupan dan 5 unit mesin pengering besar, di kawasan industri rumah tangga yang berlokasi di Kelurahan Sukabumi Selatan, Wilayah Jakarta Barat, membutuhkan air bersih sedikitnya 100 M 3 per harinya. Dengan pemakaian air bersih yang cukup besar tersebut, maka pemenuhannya tidak dapat diperoleh dari PDAM. Jadi dibutuhkan sumber air lain, yaitu air tanah dalam yang mempunyai kedalaman bor lebih dari 60 meter. Akibat dari banyaknya industri kecil (laundry di kawasan tersebut dan seluruhnya menggunakan air tanah dalam dengan jumlah yang besar, maka dengan cepat air tanah dangkal yang umum digunakan oleh penduduk atau masyarakat banyak menjadi kering. Penggunaan air tanah yang tidak terkendali tersebut betulbetul membahayakan potensi air tanah yang ada. Permukaan air tanah semakin lama menjadi semakin rendah dan dengan demikian daya dukung alam untuk hidup manusia semakin berkurang, sehingga akan menimbulkan masalah kelangkaan air bersih. Di samping itu, penggunaan air bersih dalam jumlah yang sedemikian besar pasti juga akan menjadi limbah cair yang mencapai 90% dari jumlah air bersih bersih yang dikonsumsi. Produksi limbah yang besar tersebut jelas menjadi beban lingkungan yang sungguh berat. 5
6 1.5. Kondisi Lingkungan Industri di Kota Tegal Untuk mengetahui kondisi lingkungan industri di Kota Tegal, tim BPPT bersama dengan tim dari Kapedal Kota Tegal telah mengadakan survai pemantauan secara langsung kondisi lingkungan industri yang ada. Dari hasil survai ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan perkembangan industri dan pembinaan lingkungan industri di Kota Tegal. Dalam survai ini juga dipelajari tentang pemahaman masyarakat industri tentang upaya pelestarian lingkungan. Secara detail hasil pemantauan lingkungan industri di wilayah kota Tegal dapat dilihat pada gambar foto-foto hasil kunjungan lapangan berikut ini: Gambar 1.1. Kegiatan Produksi Filet Ikan 6
7 Gambar 1.2. Pengelolaan Limbah Cair Dan Padat di Pabrik Filet Ikan Gambar 1.3. Kegiatan Produksi Pabrik di Obat Nyamuk Bakar 7
8 Gambar 1.4. Lingkungan Produksi Sabun Colek Gambar 1.5. Pengelolaan Lingkungan Prabrik Sabun Colek 8
9 Gambar Kegiatan Produksi Pabrik Tepung Beras Gambar 1.7. Pengelolaan Lingkungan Prabrik Tepung Beras 9
10 Gambar 1.8. Kegiatan Produksi Pabrik Shutle Chock Gambar 1.9. Kegiatan Produksi Dan Pengelolaan Lingkungan Industri Percetakan 10
11 Gambar Kegiatan Dan Pengelolaan Lingkungan Perbengkelan 11
12 Gambar Pengelolaan Lingkungan dan IPAL Rumah Sakit 12
13 Gambar Proses Produksi Dan Lingkungan di Industri Makanan 13
14 Gambar Kegiatan Produksi Dan Pengelolaan Lingkungan Industri Elektroplating Gambar Kegiatan Produksi Dan Pengelolaan Lingkungan di Industri Tahu Dan Tempe 14
15 Gambar Fasilitas IPAL Industri Tepung Ikan Gambar Industri Tenun dan Fasilitas Pengolahan Limbah Cairnya 15
16 Dari hasil survai tersebut dapat diketahui kondisi lingkungan industri di kota Tegal, yaitu: Industri yang berkembang di kota Tegal pada umumnya merupakan industri kecil dan rumah tangga. Hanya ada beberapa usaha saja yang berkembang dengan teknologi maju. Banyak di antara industri yang berkembang tersebut merupakan usaha tradisional. Sebagian besar SDM yang bekerja di lingkungan industri, merupakan tenaga terampil dan mendapatkan keahlian dari pengalaman kerja di perusahaan (tidak mendapatkan pendidikan khusus atau formal). Sebagian besar industri menggunakan teknik produksi atau peralatan tradisional. Sebagian besar para pengusaha pernah melakukan upaya pengelolaan lingkungan dan pengolahan limbah. Banyak fasilitas pengolahan limbah yang telah dibangun tidak dapat beroperasi dengan baik. Sebagian besar para pengusaha di kota Tegal sudah memiliki keinginan untuk melakukan pengelolaan lingkungan dan mengolah limbahnya. Hal ini ditunjukkan dengan telah dibangunnya fasilitas pengolah limbah hampir di setiap usaha yang menghasilkan limbah, tetapi sebagian besar IPAL yang telah ada tidak dapat beroperasi dengan baik. Masih banyak kendala yang menyebabkan tidak beroperasinya sarana IPAL tersebut. Berdasarkan hasil diskusi dan pengamatan tim, kendala-kendala tersebut diantaranya adalah: SDM yang ada kurang memahami sistem manajemen lingkungan yang berkelanjutan. Rendahnya penguasaan teknologi IPAL. Penerapan teknologi IPAL banyak yang kurang tepat. 16
17 IPAL yang telah dibangun tidak didukung dengan fasilitas pengelolaan air limbah yang baik. Sebagian industri yang ada merupakan industri kecil yang bermodal rendah, sehingga faktor pembiayaan sering menjadi kendala. Banyak kegiatan usaha yang berkembang tanpa perencanaan yang matang, sehingga banyak sekali fasilitas baru yang dibangun tumpang tindih dan tidak teratur layoutnya. Hal ini menyulitkan dalam melakukan pengelolaan lingkungan usaha. Tidak adanya fasilitas kawasan industri yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha. Dengan adanya berbagai kendala tersebut, kiranya peran Kantor Kapedal Kota Tegal untuk membina para pengusaha lebih diharapkan. Dengan adanya pembinaan-pembinaan tentang pengelolaan lingkungan dan peningkatan kemampuan SDM dalam melakukan upaya pengendalian pencemaran dengan penguasai teknologi pengolahan limbah diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. 17
I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kebutuhan semua makhluk yang ada di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (sumber: www.kemenkopmk.go.id).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi kelautan yang sangat besar. Secara umum, potensi sumber daya kelautan di seluruh Nusantara Indonesia mencapai
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka memberikan perlindungan kepada nelayan, dengan ini menginstruksikan : Kepada
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. khatulistiwa. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan memiliki cadangan air
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tipe daerah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan memiliki cadangan air bersih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya Jakarta telah menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah pencemaran air.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia. Telah ratusan bahkan jutaan tahun lamanya manusia sudah mulai memanfaatkan air dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah Sumber : www.wikipedia.com Secara geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan industri dianggap memberikan dampak buruk bagi lingkungan yaitu meningkatkan pencemaran air dan udara, penurunan kualitas tanah, dampak dalam skala global
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. IZIN USAHA. Industri. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 41/M-IND/PER/6/2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinciGambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah
36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tanggal 22 Maret, dunia memperingati Hari Air Sedunia (HAD), hari dimana warga dunia memperingati kembali betapa pentingnya air untuk kelangsungan hidup untuk
Lebih terperinciPRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D
PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D 004 349 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan
Lebih terperinciBAB I DASAR PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KECIL
BAB I DASAR PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI KECIL 1.1. Pencemaran Lingkungan Upaya pengendalian pencemaran di Indonesia sampai saat ini masih mengalami banyak kendala. Sebagian dari penghasil bahan pencemar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di iklim tropis. Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia yang
Lebih terperinciBUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG
RANCANGAN BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM
4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN 4.2.7.1 KONDISI UMUM Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciSentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dengan ± 17.508 buah pulau, sekitar 5.8 juta km2 laut, dan 81.000 km pantai, memiliki potensi sumber daya ikan yang sangat besar dan beragam. Peningkatan peran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2 dengan jumlah penduduk yang mencapai 3.890.757 jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif dari pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten
Lebih terperinciPENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA
PENGUATAN USAHA PRODUKSI KEMBANG GOYANG DI NGAMPIN AMBARAWA Suwardiyono 1*, Indah Hartati 1, Helmy Purwanto 2 1 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 1 Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa alat dan mesin budidaya tanaman merupakan salah satu
Lebih terperinciPentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh : Purba Robert Sianipar Assisten Deputi Urusan Sumber daya Air Alih fungsi lahan adalah salah satu permasalahan umum di sumber daya air yang
Lebih terperinciIVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN
STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa Sumber
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL) Kami yang bertanda tangan di bawah ini: (diisi sesuai KTP) Nama :... Jabatan :... Alamat :... Nomor Telp. :... Selaku penanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu
Lebih terperinciBAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan
BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi primer, kegiatan produksi sekunder, dan kegiatan produksi tersier. Industri merupakan salah
Lebih terperinciVII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK
VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK A. LOKASI PABRIK Lokasi pabrik sangat mempengaruhi kemajuan dan kelangsungan dari suatu industri. Penentuan lokasi pabrik yang tepat dapat menekan biaya produksi dan dapat
Lebih terperinci`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah
1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memperhatikan arti penting permukiman yang tidak dapat dipisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup permukiman meliputi masalah-masalah yang menyangkut
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan
Lebih terperinciDASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3
DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 Oleh : Setiyono* Abstrak Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pelabuhan Gorontalo telah dibangun sejak tahun 1980 merupakan pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan
Lebih terperinciForm. Surat Keputusan Pembaharuan IUI
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.70/Menhut-II/2006 TANGGAL : 6 Nopember 2006 TENTANG : Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 300/Kpts-II/2003 tentang
Lebih terperinciUJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI
TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciBAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework Berdasarkan hasil wawancara dan literatur, isu utama yang dihadapi PDAM Kota Bandung adalah nya kualitas pelayanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
Lebih terperinciData Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target
Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 05 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENGGUNAAN ALAT DAN ATAU MESIN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 147, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4157) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km 2 yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANCANGAN
4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan
Lebih terperinciPUSAT TEKNOLOGI LINGKUNGAN
PUSAT TEKNOLOGI LINGKUNGAN Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA) BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI MISI Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi lingkungan dalam rangka
Lebih terperinciDAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT
DAYA DUKUNG PERTANIAN LAHAN KERING TERHADAP KETERSEDIAAN PANGAN DI PROVINSI NTT Disampaikan pada : Lokakarya Pengintegrasian Pengelolaan Lahan Kering Berbasis Pertanian Konservasi dalam Penyunan Teknokratik
Lebih terperinciPRINSIP DAN KRITERIA ISPO
Hal. 1 NO. PRINSIP DAN KRITERIA INDIKATOR 1. SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN 1.1 Perizinan dan sertifikat. 1. Telah memiliki izin lokasi dari pejabat yang Pengelola perkebunan harus memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciEE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA
- 638 - EE. PEMBAGIAN URUSAN AN PERINDUSTRIAN 1. Perizinan 1. Penetapan kebijakan Izin Usaha (IUI) dan kawasan industri. 2. Penerbitan IUI bagi industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun Berbahaya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Penanaman Modal. Izin Usaha. Izin Perluasan. Pelimpahan. Kewenangan.
BERITA NEGARA No.41, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Penanaman Modal. Izin Usaha. Izin Perluasan. Pelimpahan. Kewenangan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR : 66/M-IND/PER/9/2008 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009
KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
SIDa. F.10 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Pemanfaatan Penjernih Air Siap Minum di Kabupaten Kotawaringin Timur Kota Sampit-Propinsi Kalimantan Timur KEMENTERIAN/LEMBAGA:
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka memberikan perlindungan kepada nelayan, dengan ini menginstruksikan: Kepada:
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2001 TENTANG ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN U M U M Pengembangan budidaya tanaman bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas penganekaragaman
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap 2.1.1 Definisi perikanan tangkap Penangkapan ikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 didefinisikan sebagai kegiatan untuk memperoleh
Lebih terperinciPEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR
PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR Oleh: DODY KURNIAWAN L2D 001 412 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan
Lebih terperinciTabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel
54 ANALISIS SISTEM Sistem pengembangan agroindustri biodiesel berbasis kelapa seperti halnya agroindustri lainnya memiliki hubungan antar elemen yang relatif kompleks dan saling ketergantungan dalam pengelolaannya.
Lebih terperinciBAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS
BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan
Lebih terperinciDAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG
DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 26 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN DI BIDANG USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN, DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pada umumnya dan agro-industri pada khususnya saat ini meningkat dengan pesat tiap tahunnya. Perkembangan ini berdasarkan data dari Kementerian
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR Oleh : INDRA CAHYANA L2D 002 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA
BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1. Aspek Non-teknis Perumusan strategi layanan sanitasi Kabupaten Lombok Timur didasarkan pada isu-isu strategis yang dihadapi pada saat ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Industri kecil dan industri rumah tangga adalah bentuk perekonomian rakyat yang berskala kecil. Apabila dikembangkan selain akan mampu memecahkan masalah-masalah
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA INDUSTRI, TANDA DAFTAR INDUSTRI DAN IZIN PERLUASAN WALIKOTA
Lebih terperinciPROFIL SANITASI SAAT INI
BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata pada penyediaan
Lebih terperinciITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA
ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA Noneng Masitoh Irman Firmansyah Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Iindustri kerajinan bordir
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 1 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA PAKUAN KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana
Lebih terperinciPOLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN
POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya aktifitas suatu industri setidaknya berpotensi membawa dampak yang berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan sekitarnya. Menurut isi dari Pasal
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI KHUSUS PENGELUARAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN PRODUKSI BARANG/JASA LINGKUNGAN
RAHASIA EPEA/EGSS-15 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI KHUSUS PENGELUARAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN PRODUKSI BARANG/JASA LINGKUNGAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Perhatian : (Harap dibaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi air, udara, tanah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciMenetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL
Lebih terperinciForm. Surat Permohonan Nomor :..,. Lampiran : Perihal : Pendaftaran ulang IUI-PHHK Kepada Yth.
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.16/Menhut-II/2004 TANGGAL : 15 Oktober 2004 TENTANG : PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 300/KPTS-II/2003 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI
Lebih terperinciDANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN, INDUSTRI KECIL & MENENGAH DAN PARIWISATA SUB BIDANG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN, INDUSTRI KECIL & MENENGAH DAN PARIWISATA SUB BIDANG INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Jakarta, 2 10 Mei
Lebih terperinci